Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Sheet Mask Dari Sari WORTEL (Daucus Carota L.)
Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Sheet Mask Dari Sari WORTEL (Daucus Carota L.)
Formulasi Dan Evaluasi Sediaan Sheet Mask Dari Sari WORTEL (Daucus Carota L.)
Disusun oleh:
Elma Zalfa Laudza
NPM: 18.0602.0012
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kosmetik adalah produk yang digunakan pada tubuh atau wajah untuk
merawat, membersihkan, mempercantik, meningkatkan daya tarik dan
mengubah penampilan tubuh (Okereke J, Adebuani A, Ezeji E, Obasi K, &
Nnoli M, 2015). Seiring berkembangnya bioteknologi, kosmetik semakin
berkembang sebagai produk kecantikan yang dapat mempercantik dan
meningkatkan daya tarik tubuh maupun wajah. Salah satu produk dari
kosmetik adalah masker wajah atau facial mask yang merupakan produk
perawatan kulit wajah (Muchtaridi, 2017).
Macam- macam masker wajah yaitu masker lembaran atau Sheet Mask,
masker bilas, masker peel-off dan masker hydrogel. Salah satu masker yang
sedang tren dan popular adalah Sheet Mask. Sheet Mask tersebut memiliki
mekanisme yang penyerapannya dan sistem penetrasi yang bagus, dengan
kemasan yang simple, efisien, higenis, dan setelah menggunakan Sheet Mask
tidak perlu membersihkan wajah kembali. Sheet Mask yang digunakan dapat
berperan membantu menjaga kulit tetap lembab, meremajakan kulit dan dapat
mencegah noda gelap pada wajah (Nilforoushzadeh, et al., 2018).
Masker merupakan salah satu jenis kosmetik yang digunakan pada
bagian wajah, terutama oleh wanita, sehingga masker menjadi sangat terkenal
dan banyak dipakai. Masker bekerja mendalam untuk mengangkat sel-sel
stratum korneum pada sel kulit mati (Sinaga, I, 2019). Masker sheet merupakan
salah satu jenis masker. Maker sheet dibuat dari bahan utamanya adalah non-
woven, bisa juga dari kertas, bio selulosa, atau jenis bahan lainnya sehingga
masker ini menjadi sangat praktis digunakan dibandingkan jenis masker
(Kusumawati, Yonathan, Ridwanuloh, & Widyaningrum, 2020).
Sediaan masker wajah dengan berbagai macam basis yang ada di
pasaran umumnya dikombinasi dengan bahan alam, seperti buah-buahan,
sayur-sayuran, serbuk mutiara, serbuk emas, dan sebagainya. Kombinasi di
1
2
atas memiliki berbagai efek, salah satunya adalah sebagai antioksidan bagi
kulit wajah (Alsuhendra & Ridawati, 2016).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin melakukan penelitian
mengenai Formulasi dan Evaluasi Sediaan Sheet Mask dari Sari Wortel
(Daucus carota L.) dan juga melakukan evaluasi sediaan Sheet Mask yaitu uji
organoleptis, uji viskositas, uji homogenitas, dan uji pengukuran pH untuk
memastikan kualitas produk. Konsentrasi sari wortel yang digunakan adalah
20% yang tujuannya untuk mengetahui sudah memiliki aktivitas yang baik
pada Sheet Mask (Sofyane, 2019). Dalam penelitian ini bahan tambahan yang
konsentrasinya akan divariasi adalah Propilenglikol. Propilenglikol sebagai
moisturizer maka terdapat perbedaan atau tidak yang dapat mempengaruhi
daya lekatnya pada karakteristik fisik Sheet Mask. Maka nantinya dalam
konsentrasi keberapa yang paling melembabkan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah formulasi sediaan Sheet Mask dari sari wortel?
2. Bagaimanakah karakteristik fisik dari formula sediaan Sheet Mask sari
wortel yang dihasilkan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui komposisi bahan formula Sheet Mask dari sari wortel.
2. Untuk mengetahui karakteristik fisik dari sediaan Sheet Mask sari wortel
yang dihasilkan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi
Menambah pustaka informasi bagi mahasiswa di Jurusan Farmasi terutama
untuk mata kuliah farmasetika dan menjadi referensi mengenai formulasi
sediaan Sheet Mask sari wortel (Daucus carota L.).
3
2. Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama menjalani
perkuliahan di Jurusan Farmasi dalam bidang teknologi.
3. Bagi Perkembangan Iptek
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
memberikan pengalaman dan pengetahuan yang lebih mendalam terutama
pada formulasi sediaan Sheet Mask dari sari wortel (Daucus carota L.).
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No Nama dan Tahun Judul Penelitian Hasil Perbedaan
Penelitian
1. Ira Sinaga, 2019 Formulasi Sediaan Buah Semangka Bahan aktif,
Masker Sheet dari dapat waktu dan
Sari Buah diformulasikan tempat
Semangka kedalan sediaan penelitian
(Citrullus lanatus masker sheet.
Thunb.
Matsumura &
Nakai)
2. Anggun Hari Formulasi dan Semua formula Bahan aktif,
Kusumawati & Evaluasi Fisik sediaan sheet waktu dan
Iput Mamput Sediaan Sheet mask ekstrak tempat
Cahyono, 2019 Mask Ekstrak beras ketan putih penelitian
Etanol 96% Ketan (F1, F2, dan F3)
Putih (Oryza adalah optimal
sativa L. var
glutinosa)
3. Anggun Hari Formulasi dan Sediaan Sheet Bahan aktif,
Kusumawati, Evaluasi Fisik Mask memiliki waktu dan
Kesya Yonathan, Sediaan Masker sifat fisik yang tempat
4
A. Teori Masalah
1. Wortel
a. Pengertian Wortel
Wortel yang memiliki nama latin Daucus carota L tanaman
sayuran yang diambil umbinya. Wortel adalah tumbuhan biennial (siklus
hidup 12 - 24 bulan) yang menyimpan karbohidrat dalam jumlah besar
untuk tumbuhan tersebut berbunga pada tahun kedua. Batang bunga
tumbuh setinggi sekitar 1 m, dengan bunga berwarna putih, dan rasa yang
manis langu. Bagian yang dapat dimakan dari wortel adalah bagian umbi
atau akarnya.
Wortel merupakan sayuran yang memiliki warna oranye dengan
ukuran yang panjang dan berakar di bawahnya. Tanaman wortel dalam
tata nama atau sistematika (Taksonomi) tumbuh-tumbuhan wortel
diklasifikasikan sebagai berikut :
5
6
renyah. Rasanya gurih dan agak manis (Berlian & Hartuti., 2003). Wortel
ini dikenal sebagai sumber vitamin A, selain itu juga memiliki
kandungan yang banyak dari vitamin B dan vitamin C. Kandungan
vitamin A pada sayur wortel ini baik digunakan untuk kesehatan mata,
sedangkan untuk kulit vitamin A dapat mencerahkan kulit,
membersihkan dari flek hitam, dapat melembabkan kulit dan masih
banyak lagi.
Tanaman wortel mempunyai kandungan gizi yang banyak, yang
diperlukan oleh tubuh terutama sebagai sumber vitamin A. Pada umbi
wortel banyak mengandung vitamin A yang yang disebabkan oleh
tingginya kandungan karoten yaitu senyawa kimia sebagai pembentuk
vitamin A. Betakaroten yang terkandung salam sayur wortel memiliki
manfaat yang baik untuk menjaga keindahan kulit. Selain memiliki
kandungan vitamin A, sayur wortel juga memiliki kandungan vitamin
B2, vitamin C, serta mineral pada wortel (Poerba, 2012).
Wortel adalah salah satu sumber betakaroten yang terdapat
kandungan karoten wortel antara 60-120 mg/100 g. Metode ekstraksi
betakaroten sering dilakukan menggunakan pelarut organik (Yulianti,
2013). Betakaroten larut dalam pelarut bersifat non polar, yang dapat
larut dalam lemak dan minyak, sehingga proses ekstraksi betakaroten
dapat digunakan pelarut organik seperti heksana, aseton, petroleoum eter,
kloroform dan lain-lain (Yulianti, 2013).
c. Manfaat wortel
Wortel mempunyai banyak manfaat diantaranya yaitu :
1) Dapat mencerahkan kulit
Wortel pada konsentrasi 80% ini mengandung antioksidan dan
vitamin A (Soebagio, Rusdiana, & Risnawati, 2007). Kandungan
tersebut dapat membuat kulit lebih cerah. Mengkonsumsi sayur wortel
atau jus wortel dapat menghilangkan racun dari tubuh dan dapat
membuat kulit menjadi tampak lebih muda.
7
berbentuk kerucut yang ujung nya imperator atau runcing. Jenis wortel
ini ditanam pada tanah khusus yang dalam, gembur dan terkena sinar
matahari penuh.
2. Kulit
a. Pengertian Kulit
Kulit merupakan jaringan yang berlapis-lapis yang terdapat kelenjar
keringat yang dapat mengekskresi zat-zat sisa, yaitu berupa keringat
dimana keringat tersebut dikeluarkan dari pori-pori kulit. Kulit juga
termasuk dalam salah satu indra yaitu indra peraba, karena diseluruh
permukaan kulit tubuh terdapat banyak syaraf peraba (Maharani, 2015).
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luar dan yang paling besar,
paling terlihat dan yang langsung bersentuhan dengan kosmetik.
Khususnya pada kulit bagian muka menjadi titik fokus perhatian yang
paling utama. Kulit ini memiliki fungsi untuk melindungi organ organ
dalam atau sebagai pelindung (Muliyawan et al., 2013). Fungsi kulit
antara lain, dapat mengeluarkan keringat melalui pori-pori kulit, sebagai
pelindung tubuh, sebagai penyimpan lemak yang berlebih, sebagai indra
peraba yang terdapat pada ujung syaraf, dapat mengatur suhu tubuh dan
sebagai tempat pembuatan vitamin D dengan bantuan sinar matahari
yang mengandung ultraviolet. Kulit berfungsi sangat baik dan sangat
bermanfaat untuk tubuh manusia maka dapat memberikan dampak yang
positif untuk kelangsungan hidup manusia (Darwanti, 2013).
Pada setiap bagian tubuh manusia, kulit memiliki morfologi dan
ketebalan yang berbeda-beda. Kulit dapat mempertahankan karakteristik
fisikokimia seperti struktur, suhu, pH dan keseimbangan, serta
karbondioksida. Perbedaan pH kulit terjadi pada setiap orang, karena
tidak semua permukaan kulit orang terkena kondisi perbedaan cuaca. pH
pada permukaan kulit sebagian besar asam antara 5,4 hingga 5,9
(Ramadhan & Pane, 2018).
9
b. Struktur Kulit
1) Epidermis (Kulit Ari)
Epidermis merupakan lapisan luar yang memiliki ketebalan ±0,1-5 mm.
Epidermis terbentuk dari epitel-epitel skuamous yang terstratifikasi.
Lapisan eksternal yang terdapat pada epidermis tersusun dari keratinosit
atau zat tanduk. Lapisan tersebut akan diganti setiap 3-4 minggu sekali.
Epidermis terbagi menjadi 5 lapisan yaitu, stratum korneum (lapisan
tanduk), stratum lusidum (lapisan bening), stratum granulosum
(berbutir), stratum spinosum (lapisan malphigi) dan stratum
germinativum (lapisan benih).
2) Dermis (Kulit Jangat)
Dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang lapisannya jauh lebih
tebal. Lapisan dermis ini elastis dan tahan lama, terdapat jaringan
kompleks pada ujung-ujung syaraf, kelenjar sudorifera, folikel jaringan
rambut dan pembuluh darah yang juga sebagai penyedia nutrisi bagian
dalam epidermis.
3) Subdermis
Subdermis merupakan lapisan yang berupa jaringan adiposa yang
memberikan bantalan antara lapisan kulit dengan struktur internal
seperti otot dan tulang. Pada lapisan subdermis terdapat pembuluh
darah, syaraf dan limfe dengan jaringan penyambung yang terisi sel
lemak. Jaringan lemak ini berkerja untuk penyekat panas dan
menyediakan penyangga bagi lapisan kulit diatasnya.
(Santoso, 2012).
c. Fungsi Kulit
1) Melindungi tubuh dan sebagai filter tubuh
Kulit mempunyai kemampuan untuk memilih bahan-bahan penting
yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melindungi tubuh dari bahaya
lingkungan seperti paparan sinar matahari atau sinar ultraviolet dan
panas matahari, benturan fisik, dingin, hujan, serta angin dengan cara
membentuk pelindung kulit secara alamiah yang juga berfungsi
mengekskresikan (mengeluarkan zat-zat sisa).
2) Mengatur suhu tubuh
Organ ini berfungsi membantu menjaga suhu tubuh tetap optimal
dengan cara mengeluarkan keringat saat tubuh terasa panas. Dan
sebaliknya apabila tubuh terasa dingin maka pembuluh darah yang
terdapat dalam kulit akan menyempit sehingga panas tubuh tetap
bertahan.
3) Menjaga kelembaban tubuh
Lapisan kulit yang bersifat kenyal (padat dan kencang), terutama di
bagian lapisan tanduk maka air tidak mudah keluar dari dalam tubuh.
Kulit memilki daya ikat air yang sangat kuat yaitu mencapai empat
kali beratnya mampu mempertahankan teksturnya.
4) Sebagai sistem saraf
Organ ini mempunyai sistem saraf yang sangat peka terhadap
pengaruh atau ancaman dari luar, seperti hawa dingin, panas, sentuhan
dan rasa sakit. Maka dari itu, kulit akan memberi reaksi apabila ada
peringatan awal dari sitem saraf tersebut seperti rasa gatal dan
kemerahan.(Budiyono, 2012).
d. Jenis-jenis Kulit
Kulit umumnya mempunyai tiga jenis dengan tambahan kombinasi, yaitu :
1) Kulit Normal
Kulit normal adalah kulit sehat dimana kelenjar lemka dapat
memproduksi minyak tidak berlebihan, sehingga tidak menyebabkan
penyumbatan pada pori-pori.
11
2) Kulit Berminyak
Kulit berminyak disebabkan karena kelenjar sebasea yang berlebihan.
Kelenjar sebasea adalah kelenjar yang berasal dari rambut yang
bermuara pada saluran folikel rambut untuk melumasi rambut dan
kulit yang berdekatan.
3) Kulit Kering
Kulit kering biasanya terjadi pada orang-orang dewasa dan orang-
orang lanjut usia, karena ketidakseimbangnya sekresi sebum.
4) Kulit Kombinasi (Campuran)
Kulit kombinasi adalah gabungan atau campuran lebih dari satu jenis
kulit seperti kulit kering dan kulit berminyak. Terlihat pada bagian
tengah muka, disekitar hidung, pipi, dan dagu terlihat mengkilat.
(Krismayanti, 2015)
e. Faktor yang dapat mempengaruhi kulit
Ada beberapa pengaruh besar pada kondisi kulit :
1) Iklim
2) Gaya hidup
3) Pengaruh sinar
4) Setres
5) Polusi udara
(Ayun Intanti, 2017).
3. Kosmetik
a. Pengertian Kosmetik
Pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1175/MenKes/Per/VII/2010,
kosmetik merupakan bahan atau sediaan yang digunakan pada bagian
luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital
bagian luar) atau gigi dan membrane mukosa mulut terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, atau juga
memperbaiki bau badan dan melindungi serta memelihara tubuh pada
kondisi baik (Arlina, 2018).
12
e. Penyegar (Toner)
Penggunaan penyegar atau yang sering disebut toner ini dilakukan
setelah menggunakan pembersih, kegunaannya untuk memberikan rasa
segar pada kulit karena menggantikan penguapan yang terjadi pada kulit,
membantu mengangkat sisa-sisa kosmetik pembersih yang masih
tertinggal pada kulit. Pada penggunaan kosmetik penyegar atau toner ini
harus disesuaikan dengan jenis kulit yaitu untuk kulit normal, kulit kering
dan kulit berminyak (Ira sinaga, 2019).
f. Kosmetik Pengelupasan Sel Tanduk (Skin Peeling)
Penggunaan kosmetik ini sebagai kosmetik pembersih juga, tetapi
kosmetik ini dapat mengelupaskan sel tanduk yang sudah mati sehingga
dapat membuat peremajaan pada kulit. Cara menggunakan kosmetik skin
peeling ini dengan cara digosokkan (facial scrub). Kosmetik ini dapat
digunakan untuk semua jenis kulit (Ira sinaga, 2019).
g. Krim Pengurut (Massage Cream)
Krim pengurut ini digunakan untuk melicinkan gerakan pada saat
pengurutan, melunakkan sel tanduk yang sudah mati sehingga sel-sel
tersebut dapat ikut larut pada waktu krim diangkat. Kosmetik ini dapat
digunakan pada semua jenis kulit (Ira sinaga, 2019).
h. Masker (Face Mask)
Masker merupakan kosmetik yang digunakan pada tingkat terakhir
dalam perawatan kulit wajah tidak bermasalah. Penggunaannya
dilakukan sesudah massage, dioleskan atau digunakan pada seluruh
wajah kecuali alis, mata, dan bibir maka akan tampak seperti
menggunakan topeng wajah. Masker juga dapat mengangkat sel-sel
tanduk yang sudah mati (Ira sinaga, 2019).
4. Masker
a. Pengertian Masker
Masker wajah adalah salah satu sediaan kosmetik yang biasa
digunakan para wanita, masker digunakan sebagai pembersih wajah
14
c) Digesti
Digesti merupakan maserasi kinetik pada suhu yang lebih tinggi
dan suhu ruangan (kamar), yakni secara umum pada suhu 40-500C.
d) Infus
Infus merupakan ektraksi dengan pelarut pada suhu penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air yang mendidih dengan
suhu terukur 96-980C selama waktu tertentu (15-20 menit)).
6. Essence
Essence merupakan sediaan kosmetik. Alasan yang membuat essence
dapat laku di pasaran karena pada perubahan gaya hidup konsumen.
Contohnya, masyarakat pengguna kosmetik ingin menyederhanakan
rutinitas kosmetik harian mereka untuk menghemat waktu, gambaran bahwa
konsentrat berarti produk kosmetik tersebut mempunyai efek yang lebih
bagus, nyamaman dipakai karena kemajuan desain wadah serta
pengembangan fungsi pada bahan pelembab dan bahan farmasetik (Norrita,
Nora , & Agus, 2015).
Essence tersedia dalam beberapa bentuk tipe seperti lotion, emulsi,
krim serta minyak dengan teknologi pembuatan dan keistimewaan masing-
masing tipe. Karena penggunaan essence dalam jumlah sedikit dan harus
memenuhi syarat yaitu, lembut, lembab serta nyaman saat digunakan dan
setelah digunakan, sehingga pemilihan dan kombinasi polimer larut air dan
humektan harus tepat (Norrita, Nora, & Agus, 2015).
7. Kajian Bahan
a. Propilenglikol (Farmakope Indonesia IV hal. 712, Expicient edisi 6 hal.
592)
Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau; rasa
agak manis higroskopik.
Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dengan etanol
(95%) P dan dengan kloroform P; larut dalam 6 bagian eter P; tidak dapat
dicampur dengan eter minyak tanah P dan beberapa minyak essensial
tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak.
19
Konsentrasi : 10-25%
Stabilitas : higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup
rapat, lindungi dari cahaya, ditempat dingin dan kering. Pada suhu yang
tinggi akan teroksidasi menjadi propionaldehid asam laktat, asam piruvat
& asam asetat. Stabil jika dicampur dengan etanol, gliserin atau air.
Khasiat : bersifat antimikroba, desinfektan, pelembab, plastisazer,
pelarut, stabilitas untuk vitamin.
Penyimpanan: disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindungi dari
cahaya, sejuk dan kering.
b. Gliserin (FI IV hal 413, Handbook of Pharmacheutical Expicient edisi 6
hal 283)
Pemerian : cairan seperti sirup; jernih, tidak berwarna; tidak berbau;
manis diikuti rasa hangat, higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada
suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur, berwarna yang
tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20 derajat.
Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%) ;
praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam minyak
lemak.
Konsentrasi : <50%
Stabilitas : gliserin bersifat higroskopis. Dapat terurai dengan
pemanasan yang bisa menghasilkan acrolein yang beracun. Campuran
gliserin dengan air, etanol 95% dan propilena glikol secara kimiawi
stabil. Gliserin bisa mengkristal jika disimpan pada suhu rendah yang
perlu dihangatkan sampai suhu 200C untuk mencairkannya.
Khasiat : Pelarut.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat.
c. Etanol (Farmakope Indonesia Edisi III : 65)
Pemerian : cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap, danmudah
bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan
nyala api warna biru yang tidak berasap.
20
B. Kerangka Teori
Sediaan Farmasi
Dekoratif Perawatan/
Riasan Skincare
Masker (Sheet
Mask)
C. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Parameter Uji Organoleptis
Konsentrasi Karakteristik
Propilenglikol Uji Homogenitas
sediaan Sheet Uji Viskositas
10%, 15%, & 20% Mask dari Sari
Uji Pengukuran pH
Wortel
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen
yaitu kegiatan percobaan (experiment) yang bertujuan untuk mengetahui suatu
gejala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu
(Yusuf, 2015).
Penelitian ini dilakukan dengan merancang, membuat formulasi, dan
mengevaluasi sediaan Sheet Mask dari sari wortel. Formula dasar yang
digunakan adalah Propilenglikol, Gliserin, Xanthan gum, Etanol 70%, Nipagin,
PEG 40 hydrogenated castor oil, dan Aquadest. Dengan mengevaluasi uji
organoleptis, uji homogenitas, uji viskositas, dan uji pengukuran pH.
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang dijadikan ciri, sifat atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep penelitian
tertentu (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan definisi tersebut, variable dalam
penelitian ini adalah formulasi, evaluasi sheet mask sari wortel.
1. Variabel bebas
Variabel bebas atau independent variabel adalah variabel yang sengaja
dipilih atau diubah oleh peneliti untuk dipelajari pengaruhnya (Rofieq,
2014). Variabel bebas pada penelitian ini yaitu Formulasi dan evaluasi
sediaan Sheet Mask dari sari wortel dengan memvariasi bahan
tambahannya yaitu Propilenglikol dengan konsentrasi 10%, 15% dan 20%.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011). Variabel terikat
pada penelitian ini yaitu karakteristik fisik Sheet Mask meliputi
organoleptis, homogenitas, viskositas, dan pengukuran pH.
23
24
Konsentrasi Propilenglikol
organoleptis,
10%, 15% dan 20%
homogenitas,
viskositas, dan
pengukuran pH.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan uraian tentang batasan variabel yang
dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan
(Notoatmodjo, 2012). Pembatasan operasional dijelaskan melalui definisi
operasional berikut:
1. Sheet Mask
Formulasi sediaan yang diterapkan ke wajah yang dapat memberikan
banyak manfaat dan fungsi.
2. Wortel
Wortel (Daucus carota L.) yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
dari pasar tradisional Rejowinangun Magelang. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sari wortel.
2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sari wortel,
gliserin (brataco), propilenglikol (brataco), PEG-40 hydrogenated
(brataco), Xanthan gum, nipagin (brataco), etanol 70% (brataco), parfum,
larutan dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH netral (7,01), aquades.
E. Cara kerja
a. Prosedur Pembuatan Sediaan
1. Pembuatan sari wortel
Wortel dicuci dan dibersihkan, kemudian dikupas kulitnya. Timbang
sebanyak 500 gram, kemudian dirajang tipis-tipis. Wortel yang sudah
dirajang kemudian simpan pada keranjang oven dehidrator. Masukkan
kedalam oven dehidrator selama 12 jam pada suhu 450 derajat. Hasil
pengovenan dehidrator wortel kering dihaluskan menggunakan blender
untuk mendapatkan berat serbuk simplisia. Kemudian serbuk wortel di
timbang. Serbuk wortel di maserasi menggunakan pelarut n-heksan
selama 3×24 jam dengan pengadukan. Setelah direndam dan pengadukan
selama 3 hari, hasil maserasi disaring kemudian diperoleh ekstrak wortel
yang masih cair (Sofyane, 2019).
2. Skrining Fitokimia
Skrining Fitokimia meliputi pemeriksaan alkaloid, flavonoid, saponin,
tannin dan terpenoid. Hasil skrining fitokimia bertujuan untuk
menunjukkan adanya beberapa kandungan kimia positif yang terdapat
pada tanaman umbi wortel (Rabima & Pangaman, 2020).
26
a) Uji Alkaloid
Ekstrak 1 ml ditambahkan pereaksi Mayer dan Dragendorff dengan
beberapa tetes. Apabila ekstrak ditambahkan mayer akan terdapat warna
putih berarti menunjukkan adanya senyawa alkaloid. Apabila ekstrak
ditambahkan dragendorff menujukkan perubahan warna menjadi cokelat
maka menunjukkan adanya senyawa alkaloid (Rabima & Pangaman,
2020).
b) Uji Flavonoid
Sebanyak 1 ml ekstrak ditambahkan HCl pekat dan logam Mg apabila
menghasilkan warna merah, jingga atau kuning maka menunjukkan
senyawa Flavonoid (Rabima & Pangaman, 2020).
c) Uji Saponin
Ekstrak ditambahkan 10 ml airpanas, kemudian didinginkan, setelah
dingin dikocok kuat selama 10 detik, apabila terbentuk buih dan setelah
ditambahkan 1 tetes HCl 2N buihnya tidak hilang, maka menunjukkan
adanya senyawa saponin (Rabima & Pangaman, 2020).
d) Uji Tanin
Ekstrak 1 ml ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3 apabila berubah warna
menjadi hijau kehitaman maka menunjukkan senyawa tannin (Rabima &
Pangaman, 2020).
e) Uji Terpenoid
Ekstrak 1 ml ditambahkan asam asetat anhidrat, H2SO4 dan CHCl3, jika
terdapat warna ungu, merah atau cokelat maka positif mengandung
senyawa terpenoid (Rabima & Pangaman, 2020).
27
G. Jalannya Penelitian
Survei awal
Ekstraksi wortel
Hasil Penelitian
Pembahasan
A. Kesimpulan
Ekstrak wortel dapat diformulasikan dengan penambahan bahan
tambahan yaitu propilenglikol dengan konsentrasi 10%, 15%, dan 20%.
Berdasarkan hasil pengujian sifat fisik yang terdiri dari uji organoleptis, uji
homogenitas, uji pH dan uji viskositas masing-masing memiliki sifat fisik yang
baik. Hasil uji organoleptis dan homogenitas masing-masing formulasi
memiliki warna kuning cerah, bau khas ekstrak wortel, memiliki tekstur cair
yang sedikit kental dan pada uji homogenitas dikatakan homogen. Pada uji pH
sediaan sheet mask yang relative normal 4,6-5,2 yang masuk kedalam kriteria
pH kulit sekitar 4-6 dan memiliki viskositas yang memenuhi syarat yang ada
atau sesuai dengan standart viskositas Sheet Mask.
B. Saran
Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan uji lebih lanjut
seperti uji iritasi, uji antioksidan atau uji anti anging terhadap Sheet Mask dari
sari wortel.
42
DAFTAR PUSTAKA
Ira sinaga. (2019). Formulasi Sediaan Masker Sheet Dari Sari Buah Semangka
(Citrullus Lanatus Thunb. Matsumura & Nakai). Karya Tulis Ilmiah (KTI).
Institut Kesehatan Helvita Medan.
Muliyawan, Dewi., & Suriana, N. (2013). No Title. In A-Z tentang kosmetik. PT.
Elex Media Komputindo.
Sofyane, S. N. (2019). FORMULASI SOFT CANDY EKSTRAK WORTEL
(Daucus carota L.) DENGAN KOMBINASI SIRUP GLUKOSA DAN
GELATIN SEBAGAI ANTIOKSIDAN.
Alsuhendra, A., & Ridawati, R. (2016). Daya Terima Minuman Fungsional
Berbasis Klorofil dari Rumput Pahit (Anoxopus Compressus [Scwartz]
Beauv) dan Antosianin dari Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas L.). J Mat
Sains, Dan Teknol., 17(2):109–18. .
Arlina, S. (2018). Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Jual Beli Online
Produk Kosmetik (Pemutih Wajah) yang Mengandung Zat Berbahaya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999. UIR Law Rev,
2(01):317–30.
Astuti, D., Yugistyowati, A., & Maharani, O. (2015). Tingkat Pengetahuan Ibu
Nifas tentang Kolostrum dengan Motivasi Pemberian Kolostrum di Rumah
Sakit Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta. J Ners dan Kebidanan
Indones, 3(3):156–61.
Ayun Intanti, L. (2017). Pengaruh Jenis Foundation Terhadap Hasil Tata Rias
Wajah Pengantin Barat Pada Kulit Wajah Berminyak. J Tata Rias, 6(01).
Berlian, N., & Hartuti. (2003). Wortel dan Lobak. Jakarta: Penebar Swadaya.
Budiyono, S. (2012). Anatomi Tubuh Manusia. Bekasi: Laskar Aksara.
Darwanti. (2013). Cantik Dengan Lulur Herbal. Surabaya: Tibbun Media.
Faradiba. (2012). Formulasi Masker Gel (Peel Off Mask) Sari Buah Tomat Apel
(Licopersicum esculentum Mill). As-Syifa, 04(02):129–35.
Khodijah, S. (2015). Pengaruh Proporsi Tepung Pisang dan Kaolin Pada Sifat
Organoleptik Masker Wajah. e-Journal, O4:205.
Krismayanti, L. (2015). Anatomi fisiologi manusia. Institut Agama Islam Negeri
(IAIN): Mataram.
Kusantati, H., Prihatin T, P., & W, W. (2008). Tata Kecantikan Kulit. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal
43
44