Jurnal Nasional 1
Jurnal Nasional 1
Jurnal Nasional 1
Skripsi
Oleh :
LISTIA ERNAENI
NPM : 1411090114
Skripsi
Oleh :
LISTIA ERNAENI
NPM : 1411090114
ii
MOTTO
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah,
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung : Cordoba, 2013), h.507
iv
PERSEMBAHAN
kupersembahakan untuk orang tercinta dan tersayang atas kasihnya yang berlimpah.
Kupersembahkan skripsi ini kepada kalian atas kasih sayang dan bimbingan selama
ini sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ayah adalah laki-laki
terhebat yang telah mendidik, bekerja keras membiayai dan memenuhi kebutuhan
saya. Ibu adalah sosok wanita yang sabar dan lembut yang telah mengajarkan banyak
kebaikan, memberikan semangat dan kasih sayangnya sepanjang masa. Semoga Allah
Tidak lupa kakakku Agus riyanto dan Tri Widiyanti dan Adikku Rian Arga
Dinata tercinta dan tersayang yang selalu memberikan do’a dan dukungan
kepada saya.
Semoga hasil perjuangan saya selama ini dapat berbuah hasil yang manis.
v
RIWAYAT HIDUP
Agustus 1996. Anak ketiga dari empat bersaudara, buah cinta kasih dari Ayahanda
Pendidikan yang ditempuh di SDN 4 trimodadi dan selesai tahun 2008. Pada
tahun yang sama melanjutkan pendidikan di SMPN 2 Abung Selatan dan selesasi
Utara jurusan IPA. Penulis aktif dalam kegiatan Ekstra kulikuler ROHIS (Rohani
Lampung pada Fakultas Tarbuyah dan Keguruan Program Studi Pendidikan Fisika
dari tahun 2014 hingga 2018. Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti IKAM
LAMPURA (Ikatan Mahasiswa Lampung Utara) selama 1 tahun pada tahun 2015-
2016. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2017 di Desa
Bumi Asih, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan dan pada tahun yang
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya kepada Allah Ta’ala, yang telah menganugerahkan akal
dan hati kepada manusia sehingga selesailah penulisan skripsi yang sederhana ini.
orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Oleh karena itu pada kesempatan
2. Ibu Dr. Yuberti, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Fisika dan Ibu
4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah
vii
5. Kepada teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2014 (terimakasih
skripsi ini)
Widya Ningrum, Dewi Nur Lativa, Laras Wati Widya Astuti) dan
penulis
tahun 2017 yang sudah rela menjadi pelipur lara dan teman bersama
dan bertindak.
Terimakasih atas doa, motivasi dan dukungan dari semua pihak semoga
mendapatkan balasan yang baik dari Allah Ta’ala. Penulis menyadari bahwa skripsi
ini masih jauh dari kesempurnaan karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan
viii
Akhirnya dengan kerendahan hati terhadap kekurangan dan kelemahan
yang ada penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah
Listia Ernaeni
NPM 1411090114
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
MOTTO .............................................................................................................. iv
PERSEMBAHAN ............................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi Konseptual
1. Pembelajaran IPA ............................................................................... 9
2. Kemampuan Berpikir Kreatif ............................................................. 10
3. Pengertian Model Pembelajaran ........................................................ 13
x
4. Model Pembelajaran Advanced Organizer ........................................ 14
5. Materi Pembelajaran Suhu dan Perubahannya. ................................... 18
B. Penelitian Relevan .................................................................................... 24
C. Kerangka Teoritik .................................................................................... 26
D. Hipotesis Penelitian .................................................................................. 28
xi
b) Uji Homogenitas ........................................................................... 48
C. Hasil Pengujian Hipotesis ......................................................................... 49
D. Hasil Pengujian Efektivitas ...................................................................... 50
E. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................... 51
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 56
B. Implikasi ................................................................................................... 56
C. Saran ......................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
4. LAMPIRAN D DOKUMENTASI
D1. Dokumentasi Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan sudah ada sejak awal peradaban dengan bentuk dan cara yang
dalam perkembangan bangsa melalui kualitas sumber daya manusia yang dapat
Peserta didik dapat membentuk dan mengembangkan potensi yang dibutuhkan untuk
pendidikan dalam suatu negara, ada semangat dalam pembangunan nasional untuk
didik yang mampu menguasai religiositas, pengendalian diri, intelektual, budi pekerti,
dan keterampilan yang diperlukan untuk pribadinya.2 Adanya pendidikan yang baik
dapat meningkatkan perkembangan suatu bangsa. Seperti dalam firman Allah SWT
yang berbunyi:3
1
Yeyen Dewi Tri Astutik dan Utiya Azizah, „Self Efficacy Peserta Didik Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Kelas XI SMAN I Krembung Pada Materi Asam Basa‟,
Unesa Journal Of Chemical Education, 2015, h.243.
2
Chairul Anwar, Hakikat Manusia dalam Pendidikan, ( Yogyakarta : SUKA-Press UIN
Sunan Kalijaga, 2014), h.62
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahannya (Bandung: Cordoba, 2013), h. 543.
2
Ayat tersebut menjelaskan bahwa siapa yang beriman dan mencari ilmu dijalan
Allah SWT, maka Allah SWT akan meninggikan derajat mereka, semakin tinggi ilmu
seseorang maka semakin tinggilah derajatnya. Mencari ilmu bukan hanya ilmu
pengetahuan saja yang dicari tetapi harus dibarengi dengan ilmu agama. Sehingga
meningkatkan kualitas pendidikan bangsa adalah suatu hal yang penting bagi negara.
Pendidik tidak hanya dituntut untuk memberikan konsep materi kepada peserta
didik lalu dihapalkan tetapi yang lebih ditekankan adalah bagaimana konsep-konsep
itu dapat bertahan lama, sehingga dapat mempermudah proses belajar peserta didik.4
Proses pembelajaran memiliki faktor penting, yaitu pengetahuan awal yang diketahui
oleh peserta didik dari materi pelajaran yang telah dipelajarinya.5 Pendidikan
4
Bulkis, Tawil Muh, and Azis Aisyah, „Penerapan Pendekatan Pembelajaran Advance
Organizer Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Pemahaman Konsep Fisika Pada
Peserta Didik Kelas Viii Smp Negeri 1 Ma ‟rang Kabupaten Pangkep‟, Jurnal Sains Dan Pendidikan
Fisika, 1.3 (2010), 314–23. h. 314
5
Nuri Shabania, Yuke Mardiati, dan Ahmad Sofyan, „Pengaruh Pembelajaran Model
„Advance Organizer Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep Protista, Edusains, 7.1
(2015), h. 71-72.
3
sehingga mereka dapat menghadapi setiap perubahan dan berpikir secara aktif dan
kreatif.6
belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam
diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk
keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas. 8 Pendidikan tidak
lepas dari proses kegiatan belajar mengajar, salah satu cara untuk mendukung
peserta didik kurang dalam melakukan kerja sama saat berkelompok, jarang bertanya,
maupun mengemukakan ide atau pendapatnya dalam belajar.10 Salah satu cara untuk
6
Rahma Diani, Yuberti, and M.Ridho Syarlisjiswan, „Web-Enchanced Course Based On
Problem-Based Learning (PBL): Development Of Interactive Learning Media For Basic Physics II‟,
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi (01) (2018) 102-116, h.105
7
Rahma Diani, Yuberti, and Shella Syafitri, „Uji Effect Size Model Pembelajaran Sramble
dengan Media Video terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas X MAN 1 Pesisir Barat‟,
Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, (2016), h. 268
8
Chairul Anwar, Teori-teori Pendidikan Klasik hingga Kontemporer, (Yogyakarta : IRCiSod,
2017), h. 119-120
9
Rahma Diani dkk, „Physics Learning Based on Virtual Laboratory to Remediate
Misconception in Fluid Material‟, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi 3(2):167-181 (2018),
<http//:doi.org/10.24042/tadris.v3i2.3321>, h.167
10
Jahratun Mika, „Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer ( AO ) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa‟, 2.3 (2014), 222–33. h.233
4
ilmu, dengan cara menggali dan mengorganisasi data, menemukan adanya masalah
mengarahkan peserta didik pada materi yang akan dipelajari dan memudahkan untuk
membangun pemahaman peserta didik dan membimbing para peserta didik untuk
11
Asay Gidena and Desta Gebeyehu, „The Effectiveness of Advance Organiser Model on
Students‟ Academic Achievement in Learning Work and Energy‟, International Journal of Science
Education, 39.16 (2017), 2226–42 <https://doi.org/10.1080/09500693.2017.1369600>.h.2
12
Erlin Maryani, Muchlis, dan Jamaluddin, “Implementasi Model Pembelajaran Advance
Organizer Menggunakan Animasi Ditinjau dari Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa
Kelas VII PadaPelajaran Ipa Di Smpn 1 Batukliang Tahun Ajaran 2014/2015”, Jurnal penelitian
Pendidikan IPA, 2.1 (2016), h. 67.
13
Nuri Shabania, Yuke Mardiati, dan Ahmad Sofyan, Op. Cit, h. 72.
14
Prelia Dwi Amanah, Ahmad Harjono, and Wayan Gunada, „Kemampuan Pemecahan
Masalah Dalam Fisika Dengan Pembelajaran Generatif Berbantuan Scaffolding Dan Advance
Organizer‟, III.1 (2017), 2407–6902. H.85
15
Tasiwan, S. E. Nugroho, and Hartono, „Analisis Tingkat Motivasi Siswa Dalam
Pembelajaran IPA Model Advance Organizer Berbasis Proyek‟, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 3.1
(2014), 43–50 <https://doi.org/10.15294/jpii.v3i1.2900>. h.45
5
tampilan gambar atau video, peta konsep dan sebagainya.16 Struktur kognitif peserta
didik memiliki kerangka konseptual untuk materi belajar baru dan konsep–konsep
Berpikir kreatif dicerminkan dalam empat aspek yaitu kefasihan atau kelancaran
dalam memecahkan masalah dengan berbagai cara, keaslian (originality) ide, cara,
dan bahasa yang digunakan dalam menjawab masalah, serta kemampuan elaborasi
itu perlu dikembangkan model mengajar yang melibatkan peserta didik lebih aktif
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan narasumber sebagai guru IPA kelas
yang diterapkan masih berpusat kepada pendidik yang hanya menggunakan media
berupa buku cetak untuk peserta didik, kemampuan peserta didik dalam berpikir
16
Ibid, h. 46
17
Naili Luma‟ati Noor, Masrukan, „Pembelajaran Model Pogil Strategi LSQ untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa‟, Unnes Journal of Mathematics Education
(2014), h. 2.
18
Yesi Budiarti, „Pengaruh Metode Pembelajaran Ceative Problem Solving Terhadap
Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa (Eksperimen Pada Mahasiswa Pendidikan Ekonomi FKIP
UM Metro)‟, Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro, 4.2 (2016), 50–60. h.45
19
Yenni , Silvi Elya Putri, „Optimalisasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP
Melalui Pembelajaran Everyone Is A Teacher Here‟, Jurnal JNPM ( Jurnal Pendidikan Matematika),
1.2 (2017), h. 336.
6
menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik, karena pada saat proses
pembelajaran berlangsung, peserta didik lebih banyak duduk, diam ditempat dan
serta mengembangkan fakta dan konsep pembelajaran IPA itu sendiri, serta
advance organizer yang mampu melibatkan peserta didik agar lebih aktif lagi .20
Berdasarkan latar belakang masalah serta uraian tersebut maka, peneliti tertarik
advanced organizer ini bermanfaat dalam bidang pendidikan. Penelitian ini berjudul
Berpikir Kreatif Peserta Didik pada Pokok Bahasan Suhu dan Perubahannya di
SMP Negeri 33 Bandar Lampung”. Penelitian ini merupakan suatu upaya untuk
memperbaiki, dan menjadikan pembelajaran lebih baik lagi, berhasil atau tidaknya
20
Elyanti, Guru Mata Pelajran IPA di SMP Negeri 33 Bandar Lampung, Wawancara
tanggal 27 Januari 2018.
7
penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap peserta didik berkenaan dengan usaha
B. Identifikasi Masalah
didik cenderung lebih banyak diam dan menerima informasi dari pendidik.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memfokuskan masalah yang akan diteliti, maka masalah dibatasi dengan
1. Penelitian di batasi pada materi pokok suhu dan perubahannya yang merupakan
D. Perumusan Masalah
terhadap kemampuan bepikir kreatif peserta didik pokok bahasan suhu dan
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model
F. Manfaat Penelitian
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Konseptual
1. Pembelajaran IPA
sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Belajar ialah usaha yang dilakukan
Kegiatan belajar mengajar adalah inti dalam pendidikan. Segala sesuatu yang
belajar akan menentukan sejauh mana tujua yang telah direncanakan akan
tercapai.2
Hasil belajar dari sisi guru ialah saat terselesaikannya bahan pelajaran.
Selain itu minat juga menentukan sukses atau gagalnya kegiatan seseorang.
Sesuatu yang dilakukan dengan penuh minat akan menghasilkan sesuatu yang
baik. Makin besar minatnya maka makin besar pula perhatiannya sehingga
1
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013),
h. 2.
2
Syaiful bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 44.
10
IPA maka akan kreatif dalam belajar IPA.3 Minat peserta didik sangat
dibutuhkan bagi pendidik, karena dengan minat maka peserta didik mampu
pembelajaran.5
3
Erlin Maryani, Muchlis, dan Jamaluddin, „Implementasi Model Pembelajaran Advance
Organizer Menggunakan Animasi Ditinjau Dari Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa
Kelas VII Pada Pelajaran Ipa Di SMP N 1 Batukliang Tahun Ajaran 2014/2015‟, Jurnal Penelitian
Pendidikan, 2.1 (2016) , h. 66.
4
Raudhah Awal dan Irma Sari Pardede, „Pembelajaran Berbasis Masalah melalui
Keterampilan Proses Sains terhadap Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Sistem Gerak Kelas XI IPA 2
T.A 2015/ 2016 SMA Nurul Falah Pekanbaru‟, Jurnal Pendidikan, 8.1 (2017) , h. 69.
5
Yenni dan Silvi Elya Putri, „Optimalisasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
SMP Melalui Pembelajaran Everyone Is A Teacher Here’, Jurnal JNPM (Jurnal Nasional Pendidikan
Matematika), 1.2 (2017), h. 336.
11
gagasan baru. Hal ini tentu harus ada dalam proses pembelajaran untuk
Anak yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas dan
6
Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, ( Jakarta: Rinekla Cipta,
2009), h. 192.
12
1. Imajinatif.
2. Mempunyai Prakarsa.
3. Mempunyai minat luas.
4. Mandiri dalam berpikir.
5. Melit (Ingin tahu).
6. Senang berpetualang.
7. Penuh energi.
8. Percaya diri.
9. Bersedia mengambil resiko.
10. Berani dalam pendirian dan keyakinan.7
menjadi salah satu contoh yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran
yang memungkinkan peserta didik saling berbagi manfaat dna ide dengan
temannya.
berpikir kreatif peserta didik di sekolah antara lain sikap guru yang terlalu
7
Ibid, h. 36-37.
13
berpikir kritis dan kreatif yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran.8
Tidak hanya pada saat peserta didik sekolah saja diajarkan untuk berpikir
dengan model tersebut guru dapat membantu siswa untuk mendapatkan atau
8
Ahmad Fadillah, ‘Pengaruh Pembelajaran Problem Solving Terhadap Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Siswa‟, Jurnal Pendidikan Matematika, 2.1 (2016), h. 4.
14
diri sendiri.9
dengan begitu struktur kognitif peserta didik menjadi lebih baik sehingga
muncul belajar bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan
bahwa:
9
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 51
10
R. G. Hatika, „Peningkatan Hasil Belajar Fisika Dengan Menerapkan Model Pembelajaran
Advance Organizer Berbantu Animasi Komputer‟, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 12.2 (2016),
13–117 <https://doi.org/10.15294/jpfi.v12i2.5210>., h. 114.
15
ingat atau informasi baru bagi peserta didik, pemikiran peserta didik perlu
peserta didik tidak dipersiapkan, maka peserta didik harus kembali untuk
11
Trian Pamungkas Alamsyah danTurmudi, „Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Serta
Self-Esteem Matematis Siswa Melalui Model Advance Organizer‟, Jurnal Pendidikan Matematika,,
1.2 (2016), h. 120.
12
Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun, Models Of Teaching (Ninth Edition),
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2016), h. 320.
16
(tahap pertama) dimaksudkan untuk menarik minat peserta didik dan agar
singkat dan sederhana, akan tetapi harus jelas karena merupakan bagian dari
materi. Sedangkan pada penyajian tugas dan materi pelajaran, guru dapat
sebagainya. Hal penting yang selalu diperhatikan guru dalam tahap kedua
13
R.G Hartika, Op Cit, h. 115.
14
Miftahu Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2014), h. 107.
17
yang sudah tumbuh melalui kegiatan tahap pertama agar dapat memahami
dan beberapa konsep yang lebih sedikit pada level abstraksi yang paling
kesamaannya.15
atau konsep-konsep pokok dari materi yang telah dipelajari peserta didik
Suhu sebuah benda adalah tingkat (derajat) panas suatu benda. Benda
yang panas mempunyai derajat panas lebih tinggi daripada benda yang
memang dapat merasakan tingkat panas benda. Akan tetapi, indra perasa
bukan pengukur tingkat panas yang andal. Benda yang tingkat panasnya
sama dirasakan berbeda oleh tangan kanan dan kirimu. Jadi, suhu benda
yang diukur dengan indra perasa menghasilkan ukuran suhu kualitatif yang
tidak dapat dipakai sebagai acuan. Suhu harus diukur secara kuantitatif
16
Karya Sinulingga dan Denny Munte, „Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer
Berbasis Mind Map Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Materi Pokok Besaran Dan Satuan Di
Kelas X Sma‟, Jurnal Pendidikan Fisika, 1.2 (2012), h. 3.
17
Wahono, „Ilmu Pengetahuan Alam‟, ( Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan,
2013) h. 145
19
sifat fisis yang mempengaruhi suhu adalah: (1) Volume zat cair (2) ukuran
zat padat (3) tekanan gas pada volume (4) volume gas pada tekanan konstan,
(5) hambatan listrik suatu konduktor, dan (6) warna benda. Skala suhu dapat
zat cair umumnya raksa atau alkohol yang memuai dalam pipa kapiler kaca
ketika dipanaskan. Dalam hal ini sifat fisis yang berubah adalah volume zat
a. Jenis-Jenis Termometer
18
Raymond A Serwey dan John W. Jewett, Fisika untuk Sains dan Teknik, ( Jakarta :
Selemba Teknika, 2010), h. 5
20
Gambar 2.1
Termometer Zat Cair
antara 350C dan 420C. Pipa di bagian bawah dekat labu dibuat sempit
labu/reservoir.
Karena logam yang satu memuai lebih panjang dibanding yang lain.
Terdapat kristal cair yang warnanya dapat berubah jika suhu berubah.
Kristal ini dikemas dalam plastik tipis, untuk mengukur suhu tubuh,
b. Skala Suhu
Celcius, salah satu contoh satuan suhu atau skala suhu. Saat ini, dikenal
Kelvin merupakan skala suhu dalam SI. Skala Kelvin menggunakan nol
mutlak, tidak menggunakan “derajat”. Pada suhu nol Kelvin, tidak ada
energi panas yang dimiliki benda. Perbedaan antara skala itu adalah
angka pada titik tetap bawah dan titik tetap atas pada skala termometer
tersebut.
sebagai berikut: 19
= maka
suatu zat bukan disebabkan oleh ukuran partikel terkecil penyusun zat
19
Wahono, Op Cit, h. 146-150
23
besar dibandingkan tembaga dan besi. Hasil pemuaian besi paling kecil
pemuaian setiap jenis zat disebut koefi sien muai. Oleh karena setiap
benda terdiri atas dimensi panjang, lebar, dan tinggi, akan terjadi
Adapun nilai koefisien muai panjang beberapa zat dapat dilihat pada
Pemuaian yang terjadi pada zat cair hanya pemuaian volume. Hal ini
disebabkan zat cair selalu menempati bentuk dan isinya. Pemuaian zat
24
disebut koefi sien muai volume. Semakin besar koefi sien muai
Sebagaimana zat padat, zat cair juga memuai jika dipanaskan. Bahkan,
pemuaian zat cair relatif lebih mudah atau lebih cepat teramati
20
Saeful Karim, Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar, (Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h. 63-68
25
meningkat sebesar 8,00% pada siklus II 88,00% dan meningkat lagi sebesar
minat belajar sains dari skor 64,83 (berminat) menjadi skor 70,67 (sangat
berminat).22
dengan pertemuan III adalah 69,7 (kategori aktif) dan kelas kontrol 59,2
kelas berada pada kategori sedang. Peningkatan yang lebih tinggi pada kelas
21
Jahratun Mika, Zainuddin, dan Syubhan An‟nur, „Penerapan Model Pembelajaran Advance
Organizer (AO) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa‟, Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 2.3
(2014), h. 228.
22
Erlin Maryani, Muchlis, dan Jamaluddin, Op Cit, h.73.
23
Mariati Purnama Simanjuntak dan Siti Nurlayly Batubara, „Pengaruh Model Pembelajaran
Advance Organizer Berbasis Peta Pikiran Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Sma Negeri I Percut
Sei Tua‟, Jurnal INPAFI, 1.3 (2013), h. 314.
26
media.24
Jadi dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya didapatkan hasil
bahwa ada peningkatan hasil belajar peserta didik. Model advanced organizer
berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar dan minat peserta didik. Model
C. Kerangka Teoritik
peserta didik, sehingga pendidik tidak selalu menjadi pusat utama dalam proses
belajar mengajar. Fakta yang terjadi sekarang ini ialah bahwa pembelajaran yang
didik. Salah satu yang menyebabkan rendahnya kemampuan berpikir kreatif yakni
karena kurangnya peran aktif peserta didik dan kurangnya minat membaca peserta
didik. Salah satu contoh model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
24
Nurul Fitriani, Gunawan, dan Sutrio, „Berpikir Kreatif dalam Fisika dengan Pembelajaran
Conceptual Understanding Procedures (CUPs) Berbantuan LKPD‟, Jurnal Pendidikan Fisika dan
Teknologi,3.1 (2015), h. 31.
27
Berikut kerangka berfikir dari penelitian ini yang disajikan dalam bentuk diagram:
Perencanaan Pembelajaran
Proses Pembelajaran
Pretest Pretest
Model Pembelajaran
advanced organizer Model Pembelajaran
konvensional
Postest Postest
Hasil Hasil
Analisis Data
Penarikan Kesimpulan
25
Ilam Pratitis, „Penerapan Model Pembelajaran Advanced Organizer Bervisi SETS terhadap
Peningkatan Penguasaan Konsep Kimia‟ , Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 2.1 (2014), h.1372
28
D. Hipotesis Penelitian
dinyatakan dalam bentuk pernyataan. Oleh sebab itu, peneliti mengajukan hipotesis
sebagai berikut:
1. Hipotesis Penelitian
2. Hipotesis Operasional
BAB III
METODE PENELITIAN
Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester ganjil 2018/2019 pada
B. Metode Penelitian
berbentuk sebab akibat melalui adanya perlakuan dan menguji perubahan yang
eksperimen ini dengan alasan subjek penelitian dilakukan pada manusia dan
peneliti akan menerapkan tindakan atau perlakuan. Berdasarkan data dan analisis
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010),
h. 77.
30
kedua yaitu kelas kontrol berjumlah 28 peserta didik yang menggunakan perlakuan
O1 x O2
O1 O2
Keterangan:
1. Populasi
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu, jadi populasi bukan hanya orang,
tetapi juga objek dan benda-benda alam lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek itu.3 Populasi penelitian
adalah seluruh peserta didik kelas VII SMP N 33 Bandar Lampung semester ganjil
2
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, (Prenadamedia Group:
Jakarta 2015), h. 211.
3
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Alfabeta: Bandung 2016),
h.80.
31
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Penelitian yang
dilakukan hanya menggunakan sebagian atau wakil dari populasi.4 Sampel yang
diambil dari populasi peserta didik yaitu kelas VII F sebagai kelas kontrol dan VII
Random Sampling 5. Teknik ini digunakan bila populasi tidak terdiri dari individu-
Random tidak dilakukan langsung pada semua peserta didik, tetapi pada
undian.
Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
1. Tes
prtanyaan, lembar kerja atau senisnya. Lembar instrumen berupa tes yang
4
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan, (Kencana: Jakarta 2010), h. 256.
5
Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur, (Prenamedia Group:
Jakarta, 2013), h. 242.
32
terdiri atas butir-butir soal.6 Metode tes digunakan untuk menilai kemampuan
2. Observasi
langsung maupun tidak mengenai hal yang diamati dan mencatatnya pada alat
observasi.7 Observasi merupakan salah satu alat evaluasi non test yang
digunakan untuk menilai aspek tingkah laku termasuk sikap, minat dan
3. Dokumentasi
benda tertulis seperti, nama peserta didik dan dokumentasi yang berkaitan
dengan penelitian.
penelitian ini maka instrumen penelitian ini diuji cobakan terlebih dahulu. Agar
6
Trianto, Op Cit, h. 264.
7
Yuberti dan Antomi Saregar, pengantar Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika dan
Sains,(Aura : bandar lampung 2017), h. 132
8
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Kencana : Jakarta 2013), h. 357
33
valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Keterangan:
= Koefisien validitas.
Jumlah peserta tes.
Skor masing-masing butir soal.
Skor total.
Bila dibawah 0,30 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut
Setelah soal diuji coba kepada peserta didik diluar sampel, hasil uji coba
9
Trianto, Op Cit, h. 269.
10
Suharsimi Arikunto, Op Cit, h. 211-212.
11
Trianto, Op Cit, h. 269-270.
34
Berdasarkan tabel 3.1 dari 10 soal yang di uji coba dengan nilai rtabel
0,355, 8 soal dinyatakan valid yaitu soal nomor 1,2,3,4,5,6,8,9 dan 2 soal
dinyatakan tidak valid yaitu soal nomor 7 dan 10. Sehingga dari 8 soal yang
kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Hasil analisis data dapat dilihat
2. Uji Reliabilitas
ajek dalam hasil ukurnya sehingga dapat dipercaya. Instrumen yang sudah
dapat dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya
12
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Rajawali Pers: Jakarta, cet 22, 2010), h.
219.
35
juga.13 Untuk menentukan tingkat reliabilitas tes digunakan metode satu kali
=( ) (1 - )
Keterangan:
= Koefisien reliabilitas tes.
= Jumlah butir pertanyaan.
= Jumlah varians butir.
= Varians total.
diuji dapat memberikan hasil yang sama jika diberikan kepada kelompok yang
sama meskipun diberikan kepada orang yang berbeda. Hasil analisis data
13
Ibid, h. 271.
14
Suharsimi Arikunto, Op Cit, h. 238-239.
36
Untuk menguji tingkat kesukaran soal tes yang akan digunakan pada
P=
Keterangan:
P = Indeks kesukaran.
B = Banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan benar.
JS = Jumlah seluruh peserta didik yang mengikuti tes.
sebagai berikut:
kedalam kategori mudah, artinya semua peserta didik dapat menjawab butir-
butir soal dengan benar. Untuk analisis perhitungan tercantum pada lampiran
C halaman 92.
15
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011),
h.372.
37
4. Daya Pembeda
rendah. Bagi suatu soal yang dapat dijawab oleh benar oleh peserta didik
karena tidak memiliki daya pembeda, demikian pula jika semua peserta didik
dengan benar. Soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh
peserta didik yang berkemampuan tinggi. Indeks daya pembeda dapat diukur
DP = PA – PB
Keterangan:
PA =
Keterangan:
PB =
Keterangan:
Seperti halnya indeks tingkat kesukaran butir soal, maka tingkat daya
pembeda besarnya berkisar antara 0 (nol) sampai dengan 1,00. Butir-butir soal
yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai indeks 0,4 sampai 0,7.
Hasil uji tingkat kesukaran dianalisis dan diperoleh data sebagai berikut.
16
Ibid, h. 390.
39
Berdasarkan tabel 3.7 dari 10 soal yang diuji coba diperoleh 8 soal yang
valid. 1 butir soal masuk kedalam klasifikasi jelek yaitu soal nomor 10. 3 butir
soal masuk kedalam klasifikasi cukup yaitu soal nomor 1,2,7. 4 butir soal
masuk kedalam klasifikasi baik yaitu soal nomor 2,5,6,9 dan 2 butir soal yang
masuk kedalam klasifikasi sangat baik yaitu 3,8. Artinya butir-butir soal
Instrumen dalam penelitian ini dalam bentuk tes. Tes yang diberikan
berupa butir soal essay untuk kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Data
NP = x 100
Keterangan:
NP = Nilai Persen yang dicari.
R = Skor mentah yang diperoleh peserta didik.
SM = Skor maksimum (ideal).
17
Wahyu Arini and Asista Asmila, ‘Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif Pada Materi
Cahaya Siswa Kelas VIII SMP Xaverius Kota Lubuklinggau’, Science and Physics Education Journal
(SPEJ), 1.1 (2017). h.26
40
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
a. Menentukan hipotesis
Hipotesis nol (H0) adalah sampel yang berasal dari populasi yang
b. Menetapkan uji
tidak normal.
41
sampel yang digunakan lebih dari 50.19 Uji ini dibantu dengan
2. Uji Homogenitas
uji ini dibantu program SPSS 17.00. Uji homogenitas pada penelitian ini
Probabilitas Keterangan
Sig > 0,05 Homogen
Sig < 0,05 tidak homogen
18
Yuberti dan Antomi Saregar, Op Cit h. 100
19
Mitha Arvira, ‘Perbandingan Tingkat Konsistensi Normalitas Distribusi Metode’, 127–35.
h.134
20
Yuberti dan Antomi Saregar, Op Cit, h. 101
21
Antomi Saregar, Sri Latifah, and Meisita Sari, ‘Efektivitas Model Pembelajaran CUPs:
Dampak Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Peserta Didik Madrasah Aliyah Mathla’ul
Anwar Gisting Lampung’, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-Biruni, 5.2 (2016), h. 233
<https://doi.org/10.24042/jpifalbiruni.v5i2.123>. h. 239
42
Gain adalah selisih antara nilai postest dan pretest, gain menunjukkan
(g) =
sebagai berikut:
Dari data hasil uji n-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol berkategori
4. Uji Hipotesis
dilanjutkan dengan melakukan uji independent sample t-test pada program SPSS
17.00, dengan taraf signifikasi 5%. Dengan ketentuan uji pada tabel berikut:
22
Husna, M. Ikhsan, Siti Fatimah, ‘Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan
Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Think-Pair-Share (Tps)’, Jurnal Peluang, 2013, h. 86.
43
Dari hasil uji independent sample t-test nilai sig.(2-talled) 0,04, maka dari itu
sig < 0,05 yakni terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif antara kelas
eksperimen dengan kelas kontrol. Data dapat dilihat pada lampiran C halaman 117.
5. Effect Size
Uji Efektivitas dalam penelitian ini menggunakan uji effect size untuk
mengukur dan melihat pembelajaran STEM efektif atau tidak dalam pembelajaran.
Effect size merupakan ukuran untuk melihat besarnya efek dari variabel lain.
d=
Keterangan :
d = effect size
mA = nilai rata-rata gain kelas eksperimen
mB = nilai rata-rata gain kelas kontrol
sdA = standar deviasi kelas eksperimen
23
Antomi Saregar, Sri Latifah, and Meisita Sari, Op Cit, h. 239
24
Ibid, h. 236
44
Dari data hasil uji effect size dalam penelitian ini, didapatkan hasil effect size
sebesar 0,21 yang termasuk dalam kategori sedang. Data dapat dilihat dilampiran
C halaman 106.
25
Erpina, Maridjo Abdul Hasjmy, and Asmayani Salimi, ‘Pengaruh Kooperatif Teknik
Talking Stick Terhadap Hasil Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di SD’, FKIP Universitas
Tanjungpura, 3.9 (2014), 13. h.13
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini digunakan dua kelas sebagai sampel dengan populasi
seluruh kelas VII terpilih kelas VII H dengan jumlah peserta didik sebanyak 28
sebagai kelas eksperimen dan kelas VII F dengan jumalah peserta didik 29 sebagai
kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel yakni dengan menggunakan teknik cluster
random sampling dengan cara undian untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
Dari hasil validitas menunjukkan bahwa hanya 8 soal yang valid untuk dapat
digunakan dalam pretest dan postest penelitian ini. Pembelajaran yang digunakan
didik pada kelas eksperimen sebesar 42,28 dan kelas kontrol sebesar 42,84. Hal
tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif pada kelas
46
kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif
didik pada kelas eksperimen dengan nilai rata-rata 65,67 dan kelas kontrol sebesar
59,13. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif
1. Uji N-Gain
Data hasil kemampuan berpikir kreatif pretest dan postest yang didapat
Hasil tabel 4.3 nilai rata-rata N-gain kelas eksperimen 0,40 dan kelas
kontrol mempunyai N-gain sebesar 0,29. Kedua data tersebut mempunyai kriteria
47
sedang. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan sebelum dan sesudah
a. Uji Normalitas
Nilai sig untuk kelas eksperimen sebesar 0,102 sedangkan untuk kelas
menunjukan 0,102 > 0,05 sedangkan pada kelas kontrol 0,182 > 0,05.
48
b. Uji Homogenitas
Statistik Pendekatan
Sig 0,086
Homogenity Sig ≥ 0,05
Kesimpulan Homogen
homogen.
yang menggunakan rumus uji t dapat dilihat pada lampiran. Berikut ini tabel hasil uji
pembelajaran konvensional sebesar 38. Sehingga data hasil analisis uji t sebagai
berikut:
Berdasarkan tabel 4.8 hasil uji hipotesis uji t dimana H0 ditolak menunjukkan
didik.
Efektivitas pada penelitian ini menggunakan effect size. Effect size ini
Berdasarkan tabel 4.9 hasil data effect size didapat sebesar 0,2 dari kriteria
bulan. Penelitian ini mengambil 2 sampel kelas yang menjadi kelas eksperimen dan
sampling. Teknik ini digunakan bila populasi tidak terdiri dari individu-individu,
dilakukan langsung pada semua peserta didik, tetapi pada kelas/sekolah sebagai
yang digunakan dalam penelitian ini yakni dengan menggunakan model pembelajaran
Hasil tabel 4.6 nilai rata-rata peserta didik yang menggunakan model
pembelajaran Advanced Organizer 65,67, sedangkan nilai rata-rata peserta didik yang
menggunakan model pembelajaran baru yang belum pernah digunakan oleh pendidik.
Peserta didik menerima dengan senang hati dan merasa tidak kesulitan dalam proses
yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan membantu peserta didik untuk
Langkah ini adalah langkah pertama yaitu penyajian organizer serta bagian pertama
dalam sub indikator berpikir kreatif. Peserta didik diarahkan dan dibimbing peneliti
perhatian peserta didik agar terarah dengan pembelajaran kemudian peserta didik
mengerjakan tugas-tugas yang terdapat dalam lembar kerja. Pada langkah ini peserta
didik diajarkan untuk menjawab soal lebih dari satu dan menjawab soal tersebut
secara beragam atau bervariasi. Langkah ini adalah langkah kedua yakni menjelaskan
materi dan tugas-tugas pembelajaran dan bagian kedua serta ketiga dalam sub
indikator berpikir kreatif, dengan ini peserta didik mampu menjawab pertanyaan
serta peneliti meningkatkan keaktifan peserta didik didalam pembelajaran dan juga
diharapkan mampu memberikan jawaban yang lain dari yang sudah biasa yang
diberikan oleh pendidik, ini merupakan bagian keempat dari sub indikator berpikir
kreatif.
memberikan apersepsi pada materi suhu dan perubahannya. Selanjutnya peserta didik
diberi kesempatan untuk membaca buku pada materi tersebut dan diberikan
kesempatan untuk bertanya kepada peneliti terkait hal yang dibaca tersebut.
peserta didik menyelesaikan soal-soal pada lembar kerja hanya semata-mata untuk
cukup baik, model pembelajaran ini mampu mengasah kemampuan awal yang peserta
didik miliki sebelum diberi penjelasan, belajar berkelompok, diskusi dan kerjasama.
Pembelajaran ini menginginkan peserta didik lebih aktif berfikir karena dapat
1
mengungkapkan ide atau gagasan mereka secara langsung. Hal ini sesuai dengan
riset yang dilakukan R.G hatika bahwa penggunaan model pembelajaran advanced
organizer efektif meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas eksperimen pada
1
Reza Kesuma Setyansah, ‘Efektivitas pembelajaran Advanced Organizer dengan
menggunakan “Active Presenter” terhadap Hasil Belajar Mata Kuliah Komputer Dasar Mahasiswa’,
(2014)., h.5
54
terhadap materi yang belum dibawa, agar dapat memperbaiki kinerja peserta didik
yang memiliki pemahaman rendah.3 Hal ini sesuai dengan riset dari Karya sinulingga
dan Denny Munte yang menyatakan bahwa pada tahap ketiga pembelajaran advanced
organizer yakni pengolahan kognitif, pada langkah ini peserta didik menjelaskan
dengan menghubungkan materi yang baru saja diketahuinya.4 Saat peserta didik
dapat membantu menguasai pelajaran bukan hanya sekedar memahami tapi bisa
2
R. G. Hatika, ‘Peningkatan Hasil Belajar Fisika Dengan Menerapkan Model Pembelajaran
Advance Organizer Berbantu Animasi Komputer’, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 12.2 (2016),
13–117 <https://doi.org/10.15294/jpfi.v12i2.5210>., h.114
3
Erlin Maryani, Muchlis, dan Jamaluddin, ‘Implementasi Model Pembelajaran Advance
Organizer Menggunakan Animasi Ditinjau Dari Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa
Kelas VII Pada Pelajaran Ipa Di SMP N 1 Batukliang Tahun Ajaran 2014/2015’, Jurnal Penelitian
Pendidikan, 2.1 (2016)., h. 67.
4
Karya Sinulingga dan Denny Munte, ‘Pengaruh Model Pembelajaran Advance Organizer
Berbasis Mind Map Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Materi Pokok Besaran Dan Satuan Di
Kelas X Sma’, Jurnal Pendidikan Fisika, 1.2 (2012), h. 3.
55
menjadi alternatif pilihan dalam proses belajar mengajar di kelas.5 Sehingga dengan
Namun, dilihat dari hasil effect size yang menunjukkan angka 0,2 yang
sangatlah kurang. Alasan dari efektivitas yang menunjukkan kategori hampi rendah
kemampuan berpikir kreatif, ini berarti penelitian yang dilakukan peneliti sesuai
5
Jahratun Mika, ‘Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer ( AO ) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa’, 2.3 (2014), 222–33. h.233
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Model pembelajaran advanced organizer lebih efektif digunakan dilihat dari data
nilai yang diperoleh bahwa nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif kelas
eksperimen yaitu 65,67 yang lebih signifikan dibandingkan dengan kelas kontrol
yaitu 59,13, kemudian dari hasil uji independent sample t-test pada pada program
SPSS 17.00 didapatkan hasil dari nilai sig 2-tailed yaitu 0,04, oleh karena nilai
sig < 0,05 maka H0 ditolak, jadi dapat disimpulkan dari penelitian yang telah
B. Implikasi
Hasil penelitian ini digunakan sebagai masukan bagi pendidik dan calon pendidik
dilakukan dan kemampuan berpikir kreatif peserta didik yang telah tercapai,
pembelajaran.
C. Saran
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Trian Pamungkas, and Turmudi, ‘Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif
Serta Self-Esteem Matematis Siswa Melalui Model Advance Organizer’, Jurnal
Pendidikan Matematika. Volume 3 No 1, (2016)
Arini, Wahyu, and Asista Asmila, ‘Analisis Kemampuan Berpikir Kreatif pada
Materi cahaya Siswa Kelas VIII SMP XA Verius Kota Lubuklinggau’, Science
and Physics Education Journal, (2017)
Awal, Raudhah. and Irma Sari Pardede, ‘Pembelajaran Berbasis Masalah melalui
Keterampilan Proses Sains terhadap Berpikir Kreatif Siswa pada Materi Sistem
Gerak Kelas XI IPA 2 T.A 2015/ 2016 SMA Nurul Falah Pekanbaru’, Jurnal
Pendidikan. Volume 8 No 1, (2017)
Bulkis, Muh, Tawil and Aisyah Azis, ‘Penerapan Pendekatan Pembelajaran Advance
Organizer Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Pemahaman
Konsep Fisika Pada Peserta Didik Kelas VIII Smp Negeri 1 Ma’rang
Kababupaten Pangkep’, Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika. Volume 1 No. 3,
(2014)
Diani Rahma, Yuberti, and Shella Syafitri, ‘Uji Effect Size Model Pembelajaran
Sramble dengan Media Video terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas
X MAN 1 Pesisir Barat’, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika Al-BiRuNi, (2016)
Djamarah, Syaiful Bahri, and Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010)
Erpina, Maridjo Abdul Hasjimy, and Asmayani Salimi, ‘Pengaruh Kooperatif Teknik
Talking Stick Terhadap Hasil Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di
SD’, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, (2014)
Fitriani, Nurul. Gunawan and Sutrisno, ‘Berpikir Kreatif dalam Fisika dengan
Pembelajaran Conceptual Understanding Procedures (CUPs) Berbantuan
LKPD’ Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi, Volume 3 No 1, 2017
Gidena, Asay. and Desta Gebeyehu, ‘The effectiveness of advance organiser model
on students’ academic achievement in learning work and energy’, International
Journal of Science Education. https://doi.org/10.1080/09500693.2017.1369600,
(2017)
Joyce, Bruce, Marsha Weil, and Emily Calhoun, Models Of Teaching (Ninth Edition),
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016)
Noor, Naili Luma’ati and Masrukan, ‘Pembelajaran Model Pogil Strategi LSQ untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa’, Unnes Journal of
Mathematics Education, 2014
Saeful Karim, Belajar IPA Membuka Cakrawala Alam Sekitar, (Jakarta : Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009
Saregar Antomi, Sri Latifah, and Meisita Sari. Efektivitas Model Pembelajaran
CUPs: Dampak Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Peserta Didik
Madrasah Aliyah Mathla’ul Anwar Gisting Lampung, Jurnal Ilmiah
61
Serwey, Raymond A and John W Jewett. Fisika untuk Sains dan Teknik, (Jakarta:
Selemba Teknika, 2010)
Shabania, Nuri. Yuke Mardiati, and Ahmad Sofyan, ‘Pengaruh Pembelajaran Model
Advance Organizer Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Konsep
Protista’, Edusains, Volume 7 No 1, 2015
Yenni, and Silvi Elya Putri, ‘Optimalisasi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa Smp Melalui Pembelajaran Everyone Is A Teacher Here’, Jurnal
Pendidikan Matematika. Volume 1 No 2, 2017
Yeyen Dewi Tri Astutik dan Utiya Azizah, ‘Self Efficacy Peserta Didik Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Kelas XI SMAN I
Krembung Pada Materi Asam Basa’, Unesa Journal Of Chemical Education,
2015.