Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Konsep Pemenuhan Elemininasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

KONSEP PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINIASI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah KD II


Dosen Pembimbing:
Hj. Fitria Yulianti S.Kep

Oleh Kelompok 6 :

Anggi Regina Gunawan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA

(STKINDO) WIRAUTAMA ANGKATAN 2023

Jalan Raya Andir No 17-B Kec. Ciparay, Kab. Bandung, Prov.

Jawa Barat,Kode Pos. 40381

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa
menikmati indah alam semesta ciptaan-Nya. shalawat dan salam semoga
senantiasa dilimpahkan kehadirat nabi Muhamad SAW. beserta para sahabatnya
dan umatnya hingga akhir zaman. Penulis disini merasa sangat bersyukur
akhirnya telah bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “INFEKSI
OPORTUNISTIK”. Dalam makalah ini kami mencoba menjelaskan tentang
gambaran Infeksi yang rentan terjadi pada penderita HIV/AIDS
Kami disini mengucapkan terimakasih, kepada bapak Ns. Deni Arisandi
S.Kep, M.pd selaku Dosen mata kuliah Ilmu dasar keperawatan II yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuanya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis
ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 24 Febuari 2024

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan masalah......................................................................................1
1.3. Tujuan.........................................................................................................1
1.4. Manfaat.......................................................................................................2

BAB II Pembahasan

1.1. Infeksi Oportunistik 3


1.1. Jenis-jenis infeksi oportunistik 4
1.1.1. Candidiasis 4
1.1.2. Infeksi pencernaan 5
1.1.3. Herper simplex 5
1.1.4. Toksoplasmosis 6
1.1.5. Tubercoulosis 6
1.1.6. Kanker serviks invasif 6
1.1.7. Pneumonia 7

1.2. Pencegahan infeksi oportunistik 7


1.3. Pengontrolan Pertumbuhan Mikroorganisme 8

BAB III Penutup

1.1. Kesimpulan 11
1.2. Saran 11

Daftar Pustaka.....................................................................................................12

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

iii
Kebutuhan eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia.
Menurut Abraham Maslow kebutuhan dasar manusia ada lima tingkatan.
Tingkat paling mendasar adalah hal-hal yang paling penting untuk
mempertahankan hidup yaitu kebutuhan fisiologi seperti udara, air, dan
makanan. Tingkat kedua mencakup kebutuhan keselamatan dan keamanan
yang meliputi keselamatan fisik dan psikologi. Tingkat ketiga merupakan
kebutuhan dicintai dan dimiliki. Tingkat keempat adalah kebutuhan
dihargai dan harga diri yang mencakup rasa percaya diri, kebergunaan,
pencapaian dan nilai diri. Tingkat terakhir adalah kebutuhan untuk
aktualisasi diri.
Eliminasi urin merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh. Zat yang
tidak dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan
pencernaan. Paru-paru secara primer mengeluarkan karbondioksida,
sebuah bentuk gas yang dibentuk selama metabolisme pada jaringan.
Hampir semua karbondioksida dibawa keparuparu oleh sistem vena dan
diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium.
Eliminasi urine secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan
sirkulasi volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan
menurun. Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit
ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan produk sampah
didalam urin. Usus mengeluarkan feses dan beberapa cairan dari tubuh.
Pengeluaran feses melalui evakuasi usus besar biasanya menjadi sebuah
pola pada usia 30 sampai 36 bulan. (Perry & Potter. 2005)
Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawat harus memahami
eliminasi normal dan faktor-faktor yang meningkatkan atau menghambat
eliminasi. Asuhan keperawatan yang mendukung akan menghormati
privasi dan kebutuhan emosional klien. Tindakan dirancang untuk
meningkatkan eliminasi normal juga harus meminimalkan rasa
ketidaknyamanan.

BAB II

iv
PEMBAHASAN
1.1. Definisi Eliminasi
Eliminasi adalah produk sisa pencernaan yang teratur merupakan aspek
yang penting untuk fungsi normal tubuh.perubahan eliminasi dapat
menyebabkan masalah pada sistem gastrointestinal dan sistem tubuh
lainya (Potter dan Perry, 2006).
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh
baik yang berupa urine maupun fecal. (Tarwoto & Wartonah, 2006).
1.2. Fisiologi Dalam Eliminasi
1) Fisiologi Defekasi
Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang
mempunyai kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membung air besar
kira-kira pada waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh
refleks gastro-kolika yang biasanya bekerja sesudah makan pagi. Setelah
makanan ini mencapai lambung dan setelah pencernaan dimulai maka
peristaltik di dalam usus terangsang, merambat ke kolon, dan sisa
makanan dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum mulai
bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam rektum, serentak peristaltik
keras terjadi di dalam kolon dan terjadi perasaan di daerah perineum.
Tekanan intra-abdominal bertambah dengan penutupan glottis dan
kontraksi diafragma dan otot abdominal, sfinkter anus mengendor dan
kerjanya berakhir (Pearce, 2002).
2) Fisiologi Miksi
Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah
ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi dari dua
langkah utama yaitu : Kandung kemih secara progresif terisi sampai
tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian
mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang disebut refleks
miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih
atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan
keinginan untuk berkemih
1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi

v
1. Menurut Tarwoto & Wartonah (2006), factor-faktor yang
mempengaruhi defekasi diantaranya adalah :
1) Umur
Pada usia anak kontrol defekasi belum berkembang, sedangkan pada usia
lanjut kontrol defekasi menurun. Umur tidak hanya mempengaruhi
karakteristik feses, tapi juga pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu
mengontrol eliminasinya sampai sistem neuromuskular berkembang,
biasanya antara umur 2 – 3 tahun. Orang dewasa juga mengalami
perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi proses pengosongan
lambung. Di antaranya adalah atony (berkurangnya tonus otot yang
normal) dari otot-otot polos colon yang dapat berakibat pada
melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses, dan
menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga menurunkan tekanan
selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga
mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat
berdampak pada proses defekasi.
2) Diet
Makanan berserat akan mempercepat produksi feses, banyaknya
makanan yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi defekasi.
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses.
Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar
volume feses. Makanan tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa
dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan, di
beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur
mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapat mengganggu
keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama
setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada
pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.
3) Cairan
Intake cairan yang kurang akan menyebabkan feses menjadi lebih keras,
disebabkan karena absorpsi cairan yang meningkat. Pemasukan cairan

vi
juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan cairan yang
adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah) yang berlebihan untuk
beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air dari chyme
ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi lebih
kering dari normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi
berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalanan chyme di
sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan reabsorbsi cairan dari
chyme.
4) Tonus Otot
Tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma akan sangat membantu
proses defekasi. Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan feses
bergerak sepanjang kolon. Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang
baik penting untuk defekasi. Aktivitasnya juga merangsang peristaltik
yang memfasilitasi pergerakan chyme sepanjang colon. Otot-otot yang
lemah sering tidak efektif pada peningkatan tekanan intraabdominal
selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi. Otot-otot yang
lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan (exercise), imobilitas
atau gangguan fungsi syaraf.
5) Faktor Psikologi
Keadaan cemas, takut, dan marah akan meningkatkan peristaltik,
sehingga menyebabkan diare. Dapat dilihat bahwa stres dapat
mempengaruhi defekasi. Penyakit-penyakit tertentu termasuk diare
kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi mempunyai komponen
psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn cemas atau marah
dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi diare. Ditambah
lagi orang yagn depresi bisa memperlambat motilitas intestinal, yang
berdampak pada konstipasi.
6) Gaya Hidup
Kebiasaan untuk melatih pola buang air besar sejak kecil secara teratur,
fasilitas buang air besar, dan kebiasaan menahan buang air besar. Gaya
hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelathan buang
air besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan defekasi pada waktu

vii
yang teratur, seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga digunakan
pada pola defekasi yang ireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet,
kegelisahan tentang bau, dan kebutuhan akan privacy juga
mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien yang berbagi satu ruangan
dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin tidak ingin
menggunakan bedpan karena privacy dan kegelisahan akan baunya.
7) Obat-obatan
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan diare dan konstipasi. Beberapa
obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh terhadap eliminasi
yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang
besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian
morphin dan codein, menyebabkan konstipasi.Beberapa obat secara
langsung mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat yang
merangsang aktivitas usus dan memudahkan eliminasi feses. Obat-obatan
ini melunakkan feses, mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu
seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik
dan kadang-kadang digunakan untuk mengobati diare.

Masalah-masalah pada Gangguan Eliminasi Alvi yaitu :


1) Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko
tinggi mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan caiminasi yang
jarang atau keras, atau keluarnya tinja terlalu kering dan keras.
2) Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering
mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai
kejang usus, mungkin ada rasa mual dan muntah
3) Inkontinensia usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan
kebiasaan dari proses de:fekasi normal mengalami proses pengeluaran fesca
tak disadari. Hlal ini juga disebut sebagai inkontinensia alvi yang
merupakan hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses
dan gas melalui sfingter akibat kerusakan sfingter.
4) Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena
pengumpulan gas secara berlebihan dalam lambung atau usus.

viii
5) Hemorroid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus
sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat disebabkan
karena konstipasi, perenggangan saat defekasi, dan lain-lain.
6) Fecal impacaion merupakan masa feses keras dilipatan rektum yang
diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan.

2. Faktor yang mempengaruhi miksi antara lain


1) Jumlah air yang diminum Semakin banyak air yang diminum jumlah urin
semakin banyak. Apabila banyak air yang diminum, akibatnya
penyerapan air ke dalam darah sedikit, sehingga pembuangan air
jumlahnya lebih banyak dan air kencing akan terlihat bening dan encer.
Sebaliknya apabila sedikit air yang diminum, akibatnya penyerapan air
ke dalam darah akan banyak sehingga pembuangan air sedikit dan air
kencing berwarna lebih kuning.
2) Jumlah garam yang dikeluarkan dari darah Supaya tekanan osmotik
tetap, semakin banyak konsumsi garam maka pengeluaran urin semakin
banyak.
3) Konsentrasi hormon insulin Jika konsentrasi insulin rendah, orang akan
sering mengeluarkan urin. Kasus ini terjadi pada orang yang menderita
kencing manis.
4) Hormon antidiuretik (ADH) Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar
hipofisis bagian belakang. Jika darah sedikit mengandung air, maka ADH
akan banyak disekresikan ke dalam ginjal, akibatnya penyerapan air
meningkat sehingga urin yang terjadi pekat dan jumlahnya sedikit.
Sebaliknya, apabila darah banyak mengandung air, maka ADH yang
disekresikan ke dalam ginjal berkurang, akibatnya penyerapan air
berkurang pula, sehingga urin yang terjadi akan encer dan jumlahnya
banyak.
5) Suhu lingkungan Ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan berusaha
untuk menjaga suhunya dengan mengurangi jumlah darah yang mengalir
ke kulit sehingga darah akan lebih banyak yang menuju organ tubuh, di

ix
antaranya ginjal. Apabila darah yang menuju ginjal jumlahnya samakin
banyak, maka pengeluaran air kencing pun banyak.
6) Gejolak emosi dan stress Jika seseorang mengalami stress, biasanya
tekanan darahnya akan meningkat sehingga banyak darah yang menuju
ginjal. Selain itu, pada saat orang berada dalam kondisi emosi, maka
kandung kemih akan berkontraksi. Dengan demikian, maka timbullah
hasrat ingin buang air kecil.
7) Minuman alkohol dan kafein Alkohol dapat menghambat pembentukan
hormon antidiuretika. Seseorang yang banyak minum alkohol dan kafein,
maka jumlah air kencingnya akan meningkat.

Masalah-masalah pada Gangguan Eliminasi Urine yaitu :


a. Retensi adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan
ketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
b. Inkontinensia urineyaitu ketidaksanggupan sementara atau
permanenototsfingtereksternal untuk mengontrol keluarnya urine dari
kandung kemih.
c. Enuresis Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malamhari
(nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
d. Urgency adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
e. Dysuria adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih
f. Polyuria Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,seperti
2.500ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.
g. Urinari suppresi adalah berhenti mendadak produksi urine

1.4. Asuhan keperawatan eliminasi Pengkajian Eliminasi Urine


1. Frekuensi
Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan. Banyak
orang-orang berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari pada waktu
bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam
hari. Orang-orang biasanya berkemih : pertama kali pada waktu bangun
tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu makan.

x
2. Volume
Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi. Usia Jumlah / hari 1.
Hari pertama & kedua dari kehidupan 15 – 60 ml 2. Hari ketiga –
kesepuluh dari kehidupan 100 – 300 ml 3. Hari kesepuluh – 2 bulan
kehidupan 250 – 400 ml 4. Dua bulan – 1 tahun kehidupan 400 – 500 ml 5.
1 – 3 tahun 500 – 600 ml 6. 3 – 5 tahun 600 – 700 ml 7. 5 – 8 tahun 700 –
1000 ml 8. 8 – 14 tahun 800 – 1400 ml 9. 14 tahun – dewasa 1500 ml 10.
Dewasa tua 1500 ml / kurang Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300
ml dalam periode 24 jam pada orang dewasa, maka perlu lapor.
3. Warna
Normal urine berwarna kekuning-kuningan, obat-obatan dapat mengubah
warna urine seperti orange gelap. Warna urine merah, kuning, coklat
merupakan indikasi adanya penyakit.
4. Bau
Normal urine berbau aromatik yang memusingka. Bau yang merupakan
indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan
tertentu.
5. Berat jenis
Adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan
suatu volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai
standar. Berat jenis air suling adalah 1, 009 ml dan normal berat jenis :
1010 – 1025
6. Kejernihan
Normal urine terang dan transparan.Urine dapat menjadi keruh karena ada
mukus atau pus.
7. pH
Normal pH urine sedikit asam (4,5 – 7,5).Urine yang telah melewati
temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena
aktifitas bakteri Vegetarian urinennya sedikit alkali.
8. Protein
Normal molekul-molekul protein yang besar seperti : albumin, fibrinogen,
globulin, tidak tersaring melalui ginjal —- urine Pada keadaan kerusakan

xi
ginjal, molekul-molekul tersebut dapat tersaring urine.Adanya protein
didalam urine disebut proteinuria, adanya albumin dalam urine disebut
albuminuria.
9. Darah
Darah dalam urine dapat tampak jelas atau dapat tidak tampak
jelas.Adanya darah dalam urine disebut hematuria.
10. Glukosa
Normal adanya sejumlah glukosa dalam urine tidak berarti bila hanya
bersifat sementara, misalnya pada seseorang yang makan gula banyak
menetap pada pasien DM.Sistem yang Berperan dalam Eliminasi Alvi
Sistem tubuh berperan dalam proses eliminasi alvi (buang air besar) adalah
sistem gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar

Tindakan dalam upaya pemenuhan kebutuhan eliminasi Tindakan Mengatasi


Masalah Eliminasi Alvi (Buang Air Besar)
1. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan
2. Membantu pasien buang air besar dengan pispot
3. Memberikan huknah rendah
4. Memberikan huknah tinggi
5. Memberikan gliserin
6. Mengeluarkan feses dengan jari
Perawat dapat membantu klien memperbaiki keteraturan defekasi dengan
1. Memberikan privacy kepada klien saat defekasi
2. Mengatur waktu, menyediakan waktu untuk defeksi
3. Memperhatikan nutrisi dan cairan, meliputi diit tinggi serat seperti sayuran,
buah-buahan, nasi; mempertahankan minum 2 – 3 liter/hari
4. Memberikan latihan / aktivitas rutin kepada klien
5. Positioning

xii
BAB III
PENUTUP

1.5. Kesimpulan
Infeksi oportunistik adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme
(seperti bakteri, jamur, parasit, atau virus) yang memanfaatkan
kesempatan yang biasanya tidak tersedia. Kesempatan ini dapat berupa
sistem imun yang melemah (misalnya akibat AIDS atau pemberian obat
imunosupresif, seperti pada perawatan kanker), perubahan mikrobioma
(seperti gangguan pada mikrobiota usus), atau kerusakan pada sistem
integumen (seperti pada trauma tajam). Ada beberapa jenis penyakit
oportunistik yang sering menyerang penderita HIV I AIDS, yaitu:

xiii
kandidiasis, Pneumonia, toxoplasmosis, tuberculosis, criptococcus,
Herpes simplex, toxoplasmosis.

1.6. Saran
Dari pemaparan diatas, penulis memberikan saran agar dalam ilmu
kesehatan maupun ilmu alam lainnya penting sekali mengetahui
gambaran umum infeksi oportunistik secara tepat agar terhindar dari
infeksi virus yang myerang saat imun tubuh lemah

DAFTAR PUSTAKA

Abraham H. Maslow.(1970). Motivation and Personality.New York: Harper &


Row Publisher.

A Potter, & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,


Proses, Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC.

Pearce, C. Evelyn. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedic. Jakarta :


Gramedia Pustaka Utama.

xiv
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 4 volume 1.Jakarta:EGC.

Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses


Keperawatan. Edisi Ke-3. Jakarta: Salemba Medika.

xv

Anda mungkin juga menyukai