Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Skip to main content
Media jejaring sosial dan game online yang menyebar hampir ke seluruh tanah air merupakan problematika yang dihadapi bangsa Indonesia. Hal tersebut mengakibatkan degradasi karakter, terutama karakter anak. Problematika tersebut... more
Media jejaring sosial dan game online yang menyebar hampir ke seluruh tanah air merupakan problematika yang dihadapi bangsa Indonesia. Hal tersebut mengakibatkan degradasi karakter, terutama karakter anak. Problematika tersebut membutuhkan berbagai elemen dan media yang tepat untuk menanamkan kembali nilai-nilai karakter bangsa. Salah satu media yang tepat digunakan, yaitu wayang kulit. Wayang kulit merupakan salah satu kesenian di Indonesia yang banyak memuat nilai-nilai adi luhung. Nilai-nilai tersebut digunakan sebagai media tuntunan bagi masyarakat. Banyak lakon dalam pergelaran wayang kulit menguraikan pentingnya menghormati orang tua, dampak berbuat baik dan buruk, ajaran budi pekerti, dan sebagainya. Nilai dalam sebuah kebudayaan merupakan hasil dari perenungan perilaku atau perbuatan manusia di sekitarnya. Seseorang akan dianggap bernilai apabila mampu membantu orang lain dan tidak membuat keonaran dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai adi luhung tersebut hendaknya ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Tujuannya, agar anak-anak dapat membentuk karakternya sendiri sesuai dengan filosofi kearifan budaya Indonesia. Bukan hal yang mudah memahami cerita wayang kulit, karena bahasa yang digunakan tidak lagi dikenal anak-anak dan bahkan kebanyakan kalangan masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan transformasi cerita wayang kulit ke dalam bentuk yang lain, salah satunya yaitu cerita mini. Transformasi tersebut berfungsi menyampaikan nilai-nilai adi luhung yang terdapat dalam cerita wayang kulit kepada anak-anak. Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan transformasi cerita wayang kulit ke dalam bentuk cerita mini sebagai media pengembangan karakter anak. Penelitian ini menggunakan metode adaptasi yang akan menganalisis kemudian mengubah cerita wayang kulit ke dalam cerita mini. Transformasi cerita wayang kulit ke dalam cerita mini setidaknya dapat mengenalkan salah satu seni pertunjukkan di Indonesia dan sekaligus dapat menanamkan nilai-nilai adi luhung kepada generasi penerus bangsa. Kata kunci: Transformasi, wayang kulit, cerita mini, karakter anak 238
Research Interests:
ABSTRAK Bahasa berkaitan erat dengan sistem makna. Makna bahasa tersebut terdapat pada kata, klausa, kalimat, sampai wacana. Makna bahasa dapat disampaikan, apabila lawan tutur memahami bahasa dari penutur. Sebaliknya, makna bahasa dapat... more
ABSTRAK Bahasa berkaitan erat dengan sistem makna. Makna bahasa tersebut terdapat pada kata, klausa, kalimat, sampai wacana. Makna bahasa dapat disampaikan, apabila lawan tutur memahami bahasa dari penutur. Sebaliknya, makna bahasa dapat tidak tersampaikan, apabila penutur kurang jelas memahami bahasa dan tidak jelas dalam menyampaikannya. Makna bahasa yang tidak tersampaikan akan menghasilkan kesalahan pemahaman akan bahasa. Kesalahan berbahasa bisa terjadi dari penggunaan bahasa secara lisan maupun tulisan. Kombinasi kedua sudut pandang tersebut dapat ditemukan dalam aneka jenis kesalahan berbahasa. Sebagian besar kesalahan berbahasa berkaitan dengan pengucapan. Apabila kesalahan berbahasa lisan tersebut ditulis, maka jadilah kesalahan berbahasa itu dalam bahasa tulis. Kesalahan berbahasa dapat digolongkan menjadi kelompok afiksasi, reduplikasi, dan gabungan kata atau kata majemuk. Ada kesalahan berbahasa disebabkan perubahan pengucapan. Misalnya, penggabungan dua kata atau lebih sehingga mengaburkan makna bahasa. Kemudian, ada kesalahan berbahasa yang disebut pleonasme dan ambigu. Pleonasme merupakan pemakaian kata yang berlebihan. Misalnya, kata " sangat " , " begitu " , " sekali " , dan sebagainya. Sedangkan, ambigu merupakan sesuatu (ujaran) yang bermakna ganda. Misalnya pada kata penjelas " cukup ". Kata " cukup " banyak ditemukan dalam Bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini akan mendeskripsikan kesalahan berbahasa Indonesia, khususnya penggunaan kata " cukup " sebagai kata penjelas. Berdasarkan temuan peneliti di lapangan, antara lain dari ujaran masyarakat, tulisan di media cetak, tulisan di media sosial, masih banyak yang menggunakan kata " cukup " untuk mengungkapkan sebuah penegasan. Kesalahan berbahasa dalam penggunaan kata " cukup " sebagai kata penjelas mengakibatkan pengaburan makna. Sebagai contoh, ujaran " cukup megah " memiliki makna ganda, yaitu bisa dimaknai sangat megah dan tidak terlalu megah atau biasa-biasa saja. Maka, tujuan penelitian ini mendeskripsikan kesalahan penggunaan kata cukup sebagai kata penjelas dalam Bahasa Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang akan menghasilkan data deskriptif. Maksudnya, data yang disajikan merupakan deskripsi dari pemaknaan kata " cukup " sebagai kata penjelas dalam Bahasa Indonesia. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat dan dokumentasi. Kata kunci: Ambiguitas, Cukup, Makna Bahasa PENDAHULUAN Bahasa merupakan representasi dari pikiran, perasaan, dan emosi manusia. Ketiganya berperan penting untuk keberhasilan berkomunikasi dengan sesamanya pada seluruh bidang kehidupan. Keberhasilan komunikasi juga ditentukan tata bahasa yang baik dan benar dari penutur. Jika, lawan tutur tidak memahami bahasa dari penutur, bisa jadi tata bahasa dari penutur tidak baik dan benar atau penutur melakukan kesalahan berbahasa dari segi lainnya. Kesalahan tata bahasa dapat mengakibatkan pengaburan makna, sehingga lawan tutur akan mengalami kesulitan saat menerima pesan dari penutur. Hal tersebut banyak ditemukan, baik dari bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Berdasarkan hal tersebut, idiom " Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar " digaungkan berulangkali, baik oleh pemerintah maupun instansi-instansi tertentu. Arifin dan Hadi (2015:1) menyatakan semua warga negara Indonesia wajib membina dirinya masing-masing dalam pemakaian bahasa Indonesia agar bahasa itu tumbuh dan berkembang sesuai kaidah yang berlaku. Bahasa yang digunakan manusia merupakan kesepakatan bersama masyarakat penggunanya, tetapi tidak semua kesepakatan tersebut sesuai dengan kaidah pemaknaan bahasa itu sendiri. Masyarakat Indonesia sebagai pengguna Bahasa Indonesia telah menyepakati
Research Interests:
Basa sing apik lan pener iku menawa manut paugeran kang wis dimupangati masyarakat utawa pemerintah. Salah sawijine tuladha yaiku Bahasa Indonesia. Masyarakat Indonesia wis kenal karo slogan “Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar”. Apik... more
Basa sing apik lan pener iku menawa manut paugeran kang wis dimupangati masyarakat utawa pemerintah. Salah sawijine tuladha yaiku Bahasa Indonesia. Masyarakat Indonesia wis kenal karo slogan  “Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar”. Apik lan pener migunakake Basa Indonesia iku mau kajaba sing diomongke (lisan), uga apa sing diserat (tulisan). Semana uga, Basa Jawa migunakake paugeran sing kaya mengkono mau. Basa Jawa sing diomongke lan diserat iku asale teka Aksara Jawa. Dadi, Aksara Jawa wis dadi paugeran Basa Jawa lisan lan tulis. Masyarakat sing migunakake Basa Jawa, kudu mituruti paugeran sing wis dimupangati. Ing zaman saiki, akeh masyarakat Jawa sing ora nggatekake paugeran iku mau. Sababe, akeh masyarakat sing jumbuh ora bisa mbedakake basa lisan karo basa tulis. Tuladhane akeh banget, “a” ning basa lisan dadi “o” ning basa tulis, “dh” ning basa lisan dadi “d” ning basa tulis, “th” ning basa lisan dadi “t” ning basa tulis, lan sapiturute. Kaluputan iku mau kudu dipenerake, sabab basa iku gandheng renteng karo karakter bangsa lan negara. Cara kang gampang ndandani kaluputan iku mau, nggawe sarana media sosial utawa SMS. Diwiwiti saka pribadine dewe-dewe, menawi nyerat status ning media sosial utawa ngirim SMS ning sedulur lan kanca. Cara kang kaya ngono iku bisa ndandani kalem-kalem kaluputan nyerat Basa Jawa, sabab wong sing maca bisa katularan. Ukara sing luwih luwes, yaiku ngelmu gethok tular.

Kata kunci: Basa Jawa, apik, pener, media sosial, SMS
Research Interests:
ABSTRAK ASEAN Economic Community (AEC) is not only a lack of competition on trade and labor, but also of integrity. Every country in ASEAN are required to display integrity. There are two things that must be met for an integrity, the... more
ABSTRAK ASEAN Economic Community (AEC) is not only a lack of competition on trade and labor, but also of integrity. Every country in ASEAN are required to display integrity. There are two things that must be met for an integrity, the morality and knowledge. Morality without the support of knowledge will cause a loss of power. Conversely, knowledge without moral will cause damage. The right media used to cultivate morality and gain knowledge about the face of life, that is macapat. Macapat Javanese literature is shaped a song that has a characteristic guru lagu and guru wilangan. Macapat the realm of Javanese literature included in the sekar alit. Macapat has eleven metrum or type of song, among others Mijil, Sinom, Kinanthi, Dandhanggula, Asmaradana, Durma, Maskumambang, Gambuh, Pangkur, Megatruh, and Pocung. Eleven types of songs that have different characteristics. Although different characteristics, all kinds of messages and meanings macapat have adi noble or exalt the values of kindness. Based on that, presumably named macapat media can foster morality and increase public knowledge about the virtues of life, especially the younger generation as the nation aspired.

Keyword: AEC, morality, knowledge, macapat
Research Interests: