Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Skip to main content
Life satisfaction plays an important role to improve the quality of an individual's work performance in any profession, including lecturers in a higher education institution. As educators, lecturers are obliged to implement "Tridharma... more
Life satisfaction plays an important role to improve the quality of an individual's work performance in any profession, including lecturers in a higher education institution. As educators, lecturers are obliged to implement "Tridharma Perguruan Tinggi" properly and responsibly. This research is a descriptive preliminary study to analyze the relation of demographic factors with lecturer's life satisfaction of Christian private universities in Indonesia. Using SWLS (Satisfaction with Life Scale), this research used 60 respondents from several Christian private universities. This research found that most of the lecturers (43.3%) were satisfied with their life condition right now. Furthermore, based on cross tabulation analysis, it is known that the difference of demographic factors among the respondents has each unique pattern on the lecturer's life satisfaction. Further findings with Kendall's tau and V' Crammers coefficient show that demographic factors, namely age, income, number of co-workers, marital status, spouse's status, and health conditions have a significant correlation and association with the lecturer's life satisfaction. In particular, with ordinal logistic regression, we found that age, income, and spouse's status have significant effect towards life satisfaction. Suggestions were addressed to University Leaders to improve life satisfaction and subjective wellbeing of their lecturers through some psychological interventions and employee's development program.
Latar Belakang: Setiap manusia selalu berusaha untuk mencapai kepuasan dalam hidupnya, apapun profesi yang dijalaninya. Menurut Diener (1984) kepuasan hidup adalah penilaian secara global dari seseorang, yang merupakan persepsi kognitif... more
Latar Belakang: Setiap manusia selalu berusaha untuk mencapai kepuasan dalam hidupnya,
apapun profesi yang dijalaninya. Menurut Diener (1984) kepuasan hidup adalah penilaian secara
global dari seseorang, yang merupakan persepsi kognitif individu tersebut tentang kondisi
kehidupan aktualnya saat ini yang dibandingkan dengan standar kehidupan idealnya. Penelitian –
penelitian dalam bidang Psikologi yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu telah menunjukkan
adanya kaitan yang kuat antara kepuasan hidup dengan kebahagiaan, perilaku, dan kinerja
seseorang dalam pekerjaannya. Penelitian mengenai kepuasan hidup pada beberapa komunitas
tertentu di Indonesia telah banyak dilakukan, namun demikian masih sedikit penelitian yang secara
khusus membahas mengenai kepuasan hidup akademisi di perguruan tinggi. Profesi dosen yang
merupakan seorang pendidik pada jenjang pendidikan tinggi sering kali diidentikkan dengan
profesi yang memerlukan panggilan jiwa secara khusus dan profesi dosen ini memiliki peranan
yang sangat besar dalam kemajuan suatu bangsa. Dengan demikian, menjadi penting untuk
dilakukan penelitian yang komprehensif tentang kepuasan hidup dosen di Indonesia. Tujuan:
Artikel ini bertujuan untuk mengkaji mengenai pengertian dan dimensi kepuasan hidup, faktor
yang mempengaruhi kepuasan hidup, pengukuran kepuasan hidup, dampak kepuasan hidup,
penelitian tentang kepuasan hidup akademisi di dunia, dan penelitian kepuasan hidup akademisi di
Indonesia. Metode: Artikel ini menggunakan metode penelitian studi kepustakaan dengan cara
menghimpun data-data atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik artikel ini. Studi
kepustakaan dilakukan dengan mencari data teori kepuasan hidup dan penelitian - penelitian
sebelumnya dari dunia maya. Hasil: Hasil dari penelitian non empiris ini adalah penjelasan tentang
konsep kepuasan hidup serta uraian tentang topik penelitian kepuasan hidup yang dilakukan oleh
peneliti terdahulu dan implikasinya untuk penelitian selanjutnya. Kesimpulan: Penelitian
terdahulu tentang kepuasan hidup belum banyak yang dilaksanakan pada partisipan penelitian
kalangan akademisi di Indonesia Saran: Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan
kepuasan hidup para dosen di perguruan tinggi guna meningkatnya kesejahteraan hidup dan
meningkatnya kualitas kinerja dosen di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan makna kepuasan hidup dosen PTS Kristen di Surabaya serta mengeksplorasi faktor-faktor psikologis dan demografis yang menjadi anteseden yang berkaitan dengan tingkat kepuasan hidup seseorang.... more
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan makna kepuasan hidup dosen PTS Kristen di
Surabaya serta mengeksplorasi faktor-faktor psikologis dan demografis yang menjadi anteseden
yang berkaitan dengan tingkat kepuasan hidup seseorang. Kepuasan hidup merupakan suatu konsep
psikologis yang menggambarkan penilaian kognitif individu terhadap keadaan hidupnya saat ini bila
dibandingkan dengan harapannya (Diener et.al, 2003). Kepuasan hidup dosen menarik untuk diteliti
karena hal tersebut berkaitan dengan kepuasan kerja dan kinerja mereka di perguruan tinggi.
Penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis fenomenologi interpretatif secara digunakan dalam
penelitian untuk menganalisa hasil penelitian ini. Partisipan penelitian ini berjumlah tiga orang dosen
tetap yayasan pada 3 PTS Kristen yang berbeda di Surabaya, dan proses pengumpulan data dilakukan
melalui metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosen
PTS Kristen di Surabaya memiliki tingkat kepuasan hidup yang cukup tinggi, dan beberapa faktor
demografis yang bekaitan dengan kepuasan hidup mereka adalah tingkat pendapatan, status
pernikahan dan jabatan di kampus. Faktor psikologis yang berkaitan dengan kepuasan hidup mereka
adalah keyakinan akan makna bekerja sebagai panggilan hidup dari Tuhan, religiusitas, perasaan
mereka terhadap pekerjaan, serta dukungan dari organisasi di mana mereka bekerja. Dari hasil
penelitian ini, dapat direkomendasikan beberapa hal kepada pimpinan PTS Kristen agar para dosen
tersebut dapat mencapai kepuasan hidup yang optimal di masa depan. Hal – hal tersebut adalah
kemungkinan untuk melanjutkan studi, mengurus jabatan akademik, menyeimbangkan waktu antara
kehidupan pekerjaan dan keluarga, serta mempertahankan keberlanjutan suatu perguruan tinggi
Kristen
Kepuasan hidup memiliki pengaruh penting terhadap kualitas dan kinerja seseorang dalam bidang pekerjaan apapun, termasuk profesi guru. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepuasan hidup guru Sekolah X di Sidoarjo berdasarkan... more
Kepuasan hidup memiliki pengaruh penting terhadap kualitas dan kinerja seseorang dalam bidang pekerjaan apapun, termasuk profesi guru. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepuasan hidup guru Sekolah X di Sidoarjo berdasarkan faktor-faktor demografi yang relevan. Alat ukur Satisfaction with Life Scale digunakan untuk mengukur kepuasan hidup global para guru (Cronbach Alpha 0.702). Berdasarkan analisis data penelitian dari 55 responden, didapatkan hasil bahwa sebagian besar guru sekolah X merasa puas akan hidupnya (85,4%). Hasil analisis korelasi non parametrik menunjukkan bahwa faktor persepsi pendapatan, persepsi perbandingan gaji, kondisi kesehatan, dan bidang pengajaran memiliki keterkaitan dengan kepuasan hidup. Hasil analisis regresi ordinal menunjukkan bahwa faktor demografis seperti lama bekerja dalam waktu tertentu, persepsi terhadap pendapatan, dan bidang pengajaran tertentu memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja guru. Saran untuk pihak pimpinan sekolah X, sesuai dengan hasil penelitian ini agar melakukan upaya untuk meningkatkan kompetensi mengajar, fasilitas kesehatan, penghargaan masa kerja, dan tingkat pendapatan agar kepuasan hidup guru dapat meningkat dan pada akhirnya kinerja guru dapat mencapai taraf yang optimal.
Abstrak Gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor penting bagi kemajuan suatu perusahaan. Gaya kepemimpinan dapat secara langsung mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja karyawan. Kepuasan kerja... more
Abstrak Gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor penting bagi kemajuan suatu perusahaan. Gaya kepemimpinan dapat secara langsung mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, yang pada akhirnya mempengaruhi kinerja karyawan. Kepuasan kerja yang tinggi akan mendorong karyawan dalam perusahaan untuk bekerja dengan maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional terhadap kepuasan kerja karyawan PT. X di Surabaya. Sebanyak 60 karyawan yang menjadi sampel penelitian, dengan komposisi seimbang antara karyawan operasional bagian Sales, Staff, SPG, dan Teknisi. Teknik pengambilan data menggunakan purposive sampling dan proses pengambilan data menggunakan uji coba terpakai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional berpengaruh secara individu dan secara simultan terhadap kepuasan kerja karyawan. Hasil t-test regresi linear sederhana menunjukkan pengaruh yang signifikan antara gaya kepemimpinan transaksional terhadap kepuasan kerja (t = 8,193, p = 0,000 (p < 0,001) dan kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja (t =10,861, p = 0,000 (p < 0,001). Hasil regresi linear berganda menunjukkan bahwa, secara khusus, gaya kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh positif dan signifikan (p < 0,001) yang lebih besar dibandingkan dengan gaya kepemimpinan transaksional. Hasil penelitian ini memberikan dukungan pentingnya penerapan gaya kepemimpinan secara efektif, khususnya gaya kepemimpinan transformasional dalam meningkatkan kepuasan karyawan. Kata Kunci: gaya kepemimpinan transaksional, transformasional, kepuasan kerja. A. PENDAHULUAN Sumber daya manusia, merupakan salah satu aset terpenting perusahaan karena perannya sebagai subyek pelaksana kebijakan dalam perusahaan.Oleh karena itu, perusahaan harus meningkatkan kepuasan kerja dari sumber daya manusianya. Effendi (dalam As'ad, 2004) mendefinisikan kepuasan kerja, sebagai sejauh mana individu merasakan secara positif terhadap berbagai macam faktor atau dimensi dari tugas-tugas dalam pekerjaannya. Kepuasan kerja yang tinggi akan mendorong karyawan dalam perusahaan untuk bekerja dengan maksimal.
Research Interests:
The questions of where and how employees find meaning of work become critical and important for every job. Employees, who find proper meaning of work, will tend to feel more satisfied, engage actively, and become more productive.... more
The questions of where and how employees find meaning of work become critical and important for every job. Employees, who find proper meaning of work, will tend to feel more satisfied, engage actively, and become more productive. Researches on the meaning of work and its effects on job have been widely published. However, those that purposely examined the meaning of work by Christian lecturers are limited. Based on Christian's doctrine and tradition, it is believed that a work is a specific life calling from God, not just a means for self-actualization, scientific development, or the fulfillment of financial needs. This study aims to conduct a preliminary literature review to construct the concept of meaning of work by lecturers in Christian's higher education institution. Finally, this study provides further research direction to find conceptual model and implication of this phenomenon on lecturer's performances, productivity and life satisfaction. ABSTRAK Pertanyaan tentang di mana dan bagaimana seorang karyawan menemukan makna dalam pekerjaannya menjadi sesuatu hal yang penting pada setiap aktivitas pekerjaan. Karyawan yang menemukan makna tertentu dalam pekerjaan mereka, akan cenderung merasa lebih puas, terlibat secara aktif, dan menjadi lebih produktif dalam pekerjaannya sehari-hari. Penelitian mengenai makna kerja dan pengaruhnya terhadap pekerjaan dan berbagai profesi telah banyak dipublikasikan dalam dunia akademik dalam beberapa tahun ini. Namun demikian, penelitian yang secara khusus meneliti bagaimana makna kerja dari dosen di lembaga perguruan tinggi swasta Kristen belum pernah diteliti dan dipublikasikan di Indonesia. Berdasarkan ajaran dan tradisi Agama Kristen, diyakini bahwa suatu pekerjaan atau profesi merupakan panggilan hidup yang spesifik dari Tuhan, dan bukanlah sekedar sarana untuk aktualisasi diri, pengembangan keilmuan, atau pemenuhan kebutuhan finansial. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian literatur pendahuluan untuk membangun konsep makna kerja dosen di Perguruan Tinggi Kristen sebagai panggilan hidup. Pada akhirnya, penelitian ini memberikan arahan penelitian selanjutnya untuk mengetahui implikasi keyakinan panggilan hidup yang dimiliki oleh para dosen ini terhadap kinerja, produktivitas, dan kepuasan hidupnya. Kata Kunci : makna kerja, dosen, PTS Kristen, panggilan hidup
Achievement motivation is an important factor at sport activities. Athlete who reach success is someone who has high achievement motivation. However, the high level of this motivation itself does not guarantee the bright future of an... more
Achievement motivation is an important factor at sport activities. Athlete who reach success is someone who has high achievement motivation. However, the high level of this motivation itself does not guarantee the bright future of an athlete. There are other factors that influence their achievement. This research assumes that adversity quotient and family social support have influence towards finswimming athlete's achievement motivation. The purpose of this research is to determine the influence of adversity quotient and family social support towards achievement motivation among 40 finswimming athletes that joined in PUSLATCAB and SIAP GRAKK Surabaya. The method used in this case is the provision of questionnaires with Likert scale to measure the adversity quotient, family social support, and achievement motivation. The hypothesis test showed that adversity quotient and family social support have 39,4% influence towards achievement motivation of finswimming athletes in Surabaya (r=0.627, p=0.000).
Research Interests:
Improving the quality of higher education institution is one of the important issues in Indonesia. Quality of higher education system can be measured by the output quality each higher education institution. The output quality can be... more
Improving the quality of higher education institution is one of the important issues in Indonesia. Quality of higher education system can be measured by the output quality each higher education institution. The output quality can be measured easily, is student's academic achievement. This study aims to understand the effect of student's learning motivation, self adjustment, and student's satisfaction toward to academic achievement. Student's learning motivation, self adjustment and student's satisfaction will be assessed with some questionnaires based on Likert scale; meanwhile academic achievement will be measured using student's cumulative GPA. Participant of this research are 83 students of STT X. The finding revealed that learning motivation, self adjustment, and student's satisfaction has a significant influence toward academic achievement as much as 8,5 %. Learning motivation and student's satisfaction are proved to have positive influence toward academic achievement of STT X's students. Meanwhile, Self Adjustment has negative influence toward academic achievement of STT X's students.
Research Interests:
Higher education's tuition fees are becoming obstacle for several high school students that coming from poor family background to continue their study at higher level. To solve that problem, higher education institution gives scholarship... more
Higher education's tuition fees are becoming obstacle for several high school students that coming from poor family background to continue their study at higher level. To solve that problem, higher education institution gives scholarship programs to attract prospective students to enroll in their university. The purpose of scholarship program is to support students financially; hopefully they can concentrate more in academic matters. In this research, academic achievement will measured using student's cumulative GPA; meanwhile student's learning motivation, self adjustment and student's satisfaction will be assessed with some questionnaires based on Likert scale. Participant of this research are 174 scholarship students of University X. The hypothesis test showed that learning motivation, self adjustment, and student's satisfaction has a significant influence toward academic achievement as much as 5,2 %. Learning motivation, and student's satisfaction are proved to have significant partial correlation with academic achievement (p<0.05). Meanwhile, Self Adjustment has no significant partial correlation with academic achievement of scholarship students at University " x "
Crime Behavior that involves employees of PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Surabaya Region happened few years back. In this bank occurred money embezzlement and fraud did by their employees. The aim of this research was to determine... more
Crime Behavior that involves employees of PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Surabaya Region happened few years back. In this bank occurred money embezzlement and fraud did by their employees. The aim of this research was to determine the relationship of job satisfaction, organizational commitment, and job involvement of permanent employee PT Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk Surabaya Region. This research uses questionnaire consisting three psychological scales, including job satisfaction scale by Munandar (2008), organizational commitment questionnaire, adaptation of Allen and Meyer (1990), and job involvement inventory, adapted from Uygur and Killic (2009). Subjects of this research consist of 100 permanent employees of Bank Rakyat Indonesia (PERSERO) Tbk Surabaya Region, which divided in to eight different branch offices. Sampling Technique of this research was total sampling method. The result showed that the job satisfaction has positive relationship with job involvement, with r = 0,370 with p < 0,01, organizational commitment has positive relationship with job involvement, with r = 0,586 with p < 0,01, and job satisfaction also has positive relationship with organizational commitment, with r = 0,506 with p < 0,01. Based on the research results, the company is recommended to review the remuneration and salary of employees, because employees of PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Surabaya Region was not quite satisfied with the salary received compared to their workloads.
Research Interests:
Research Interests:
Penting bagi industri perhotelan di daerah Bogor sebagai daerah pariwisata untuk menyediakan kualitas kamar yang baik, dan hal ini merupakan tanggung jawab utama karyawan dalam departemen housekeeping. Mereka juga diharapkan untuk... more
Penting bagi industri perhotelan di daerah Bogor sebagai daerah pariwisata untuk menyediakan kualitas kamar yang baik, dan hal ini merupakan tanggung jawab utama karyawan dalam departemen housekeeping. Mereka juga diharapkan untuk melakukannya dengan moral yang tinggi, namun terdapat karyawan housekeeping Hotel X di Bogor yang melakukan berbagai perilaku yang tidak sejalan dengan peraturan perusahaan, yang mengacu pada workplace deviance behavior. Salah satu faktor yang diyakini dapat meminimalisir workplace deviance behavior adalah meaningful work. Permasalahannya adalah terdapat beberapa karyawan housekeeping di Hotel X yang mempersepsikan diri bahwa mereka mempunyai tingkat meaningful work yang tinggi, namun ternyata mereka masih saja menampilkan workplace deviance behavior. Studi ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari meaningful work terhadap workplace deviance behavior karyawan housekeeping Hotel X di Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah quantitative correlational dengan desain penelitian cross-sectional non-experimental. Hasil yang diperoleh dari 45 karyawan housekeeping menggunakan alat ukur Work as Meaning Inventory dan Workplace Deviance, menunjukkan meaningful work tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap workplace deviance behavior. Namun ditemukan mereka yang berada pada rentang usia 46 tahun sampai dengan di atas 61 tahun mempunyai tingkat meaningful work yang lebih tinggi, dibandingkan dengan mereka yang berada pada rentang-rentang usia di bawahnya.
Previous studies on The Satisfaction with Life Scale (SWLS) showed inconsistency, primarily related to the justice principle based on gender when using Confirmatory Factor Analysis (CFA). Therefore, this study aims to evaluate the... more
Previous studies on The Satisfaction with Life Scale (SWLS) showed inconsistency, primarily related to the justice principle based on gender when using Confirmatory Factor Analysis (CFA). Therefore, this study aims to evaluate the psychometric property of the Indonesian version of SWLS using the Rasch model. This model can be used as an evaluation technique for psychological instruments. The Rasch model showed a more detailed analysis than CFA, explaining person-item fit statistics, rating scale diagnosis, item calibration, and differential item functioning. The total participants after person fit checking were 1,154 university students who completed an online survey consisting of demographic data and a five-item Indonesian version of SWLS. The Rasch Rating Scale Analysis (RSM) showed that the Indonesian version of SWLS fulfilled unidimensional and local independence assumptions. The items delivered a good item fit index with a five-point rating scale, and there were no gender biases in moderate level and high differential item functioning (DIF). Therefore, the Indonesian version of SWLS is recommended for further research measuring life satisfaction. This research implies that using the Indonesian version of SWLS, especially in Indonesia, can use a five-point rating scale for future research.
The Honda Development Basket League Banten series is one of the basketball competition in Indonesia. Mental toughness plays an important role in student-athlete performance. Mental toughness is a collection of values, attitudes,... more
The Honda Development Basket League Banten series is one of the basketball competition in Indonesia. Mental toughness plays an important role in student-athlete performance. Mental toughness is a collection of values, attitudes, behaviors, and emotions that enable a person to be able to overcome obstacles, difficulties, or pressure experienced. One of the factors that influences mental toughness is social support. This research aims to see the effect of social support on the mental toughness of high school students who are also basketball athletes. The research was conducted using a quantitative correlational method using the Sports Mental Toughness Questionnaire (SMTQ) and the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). The author collected data from 95 student athletes from five senior high schools in Tangerang. Research hypothesis was accepted because the multiple linear regression proves that there is significant effect of social support on mental toughness with R 2 =6%, especially from their significant others.
Banyaknya pengurus gereja yang suka beribadah dan melayani di gereja lain menjadi alasan peneliti ingin meneliti tentang komitmen organisasi yang dimiliki pengurus gereja GPPS Bait-San Kalijaten. Pergantian Gembala Jemaat yang baru... more
Banyaknya pengurus gereja yang suka beribadah dan melayani di gereja lain menjadi alasan peneliti ingin meneliti tentang komitmen organisasi yang dimiliki pengurus gereja GPPS Bait-San Kalijaten. Pergantian Gembala Jemaat yang baru terjadi dan banyaknya keluhan dari pengurus juga membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh gaya kepemimpinan yang melayani dan persepsi dukungan organisasi terhadap komitmen organisasi pengurus gereja GPPS Bait-San Kalijaten. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh gaya kepemimpinan yang melayani dan persepsi dukungan organisasi terhadap komitmen organisasi. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif. Sampel yang diambil sebanyak 46 orang pengurus gereja GPPS Bait-San Kalijaten dengan teknik total population sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara gaya kepemimpinan yang melayani dan persepsi dukungan organisasi terhadap komitmen organisasi dengan gaya kepemimpinan yang melayani (p &amp;lt; 0,05), persepsi dukungan organisasi (p &amp;lt; 0,05), dan nilai R2 sebesar 41,6%. Pengurus gereja sering beribadah dan melayani di gereja lain karena komitmen organisasi yang dimiliki pengurus adalah komitmen normatif. Gembala Jemaat perlu untuk lebih menjalin hubungan yang akrab dengan pengurus gereja agar komitmen organisasi pengurus menjadi komitmen afektif.
Life satisfaction" is an individual's cognitive assessment of the quality of their life. One factor that influences life satisfaction is the meaning of work. The "meaning of work" is a person's broad perspective of his work. This study... more
Life satisfaction" is an individual's cognitive assessment of the quality of their life. One factor that influences life satisfaction is the meaning of work. The "meaning of work" is a person's broad perspective of his work. This study investigates whether there is a significant effect of the meaning of work on the life satisfaction of Confucian ministers in Indonesia. This quantitative research was conducted with a linear regression research design on 81 active Confucian ministers throughout Indonesia. The measurement tools used in this study are the Work as Meaning Inventory (WAMI) to measure the meaning of work and the Riverside Life Satisfaction Scale (RLSS) to measure life satisfaction. The results of this study found that the meaning of work had a significant effect of 18.4% on the life satisfaction of Confucian ministers. In addition, it was also found that the dimension of meaning-making through work has the greatest influence on life satisfaction. Based on these results, it is suggested that leaders of Confucian ministers to make better regulations for their organizations to improve the life satisfaction of their ministers by focusing on their perceived meaning of work.
An orphanage is one form of non-profit organization. Productive work behavior needs to be done by orphanage caregivers in the course of their duties. Productive work behavior is the behavior of a person who contributes positively to both... more
An orphanage is one form of non-profit organization. Productive work behavior needs to be done by orphanage caregivers in the course of their duties. Productive work behavior is the behavior of a person who contributes positively to both the organization and the environment. One of the factors that influence productive work behavior is resilience. Resilience is the ability to cope with and adapt to severe events or problems that occur in life. This study aims to discover the effect of resilience on the productive work behavior of orphanage caregivers in the Tangerang area. The research was conducted quantitatively using the Connor-Davidson Resilience Scale and Productive Work Behavior scale. A total of 32 participants from nine orphanages in Tangerang became research subjects using purposive sampling technique. Using a linear regression technique, the results showed that, statistically, resilience affects productive work behavior by 51.9% (R2=.519, B=.728, p=.000; p<.01). We also found that the level of a person's resilience, in particular their personal competence, has the most significant impact on productive work behavior. It is suggested that orphanages in Tangerang create programs to increase the resilience of orphanage caregivers and to maintain their productive work behavior.
Achieving life satisfaction is the hope of every person, including academicians. Based on a preliminary study, the problem of life satisfaction of Christian theological seminary lecturers is a real phenomenon that has never been studied... more
Achieving life satisfaction is the hope of every person, including academicians. Based on a preliminary study, the problem of life satisfaction of Christian theological seminary lecturers is a real phenomenon that has never been studied scientifically to date. This study aims to examine the life satisfaction model of seminary lecturers in terms of religiosity, self-efficacy, social support, and perceived organizational support with the meaning of work as a mediating variable. The method used in this research is quantitatively correlational; 252 lecturers from 41 theological seminaries in East Java were participants in this research. This study used six instruments to measure each variable, and the data were analyzed using the SEM-PLS technique. Based on the R 2 value for the endogenous variables, it was found that the meaning of work had a significant positive effect of 36.8% obtained from the independent variables, while the R 2 value for the life satisfaction variable is 0.259, meaning that life satisfaction can be explained by variance of 25.9% in the independent variables. The results of the research hypothesis indicate that religiosity and self-efficacy have an indirect effect on life satisfaction with the meaning of work as a full mediator, while social support does not affect both the meaning of work and life satisfaction. This study also confirms that perceived organizational support has a direct and indirect effect on life satisfaction with the meaning of work as a partial mediator. This research result is expected to enhance efforts made by seminary leaders and the government to increase the life satisfaction of lecturers in Christian theological seminaries in East Java.
Life satisfaction plays important role in employees’ work performance and is related to the internal factors of religiosity, perceived organizational support, and meaningful work. This research aims to investigate the influence of... more
Life satisfaction plays important role in employees’ work performance and is related to the internal factors of religiosity, perceived organizational support, and meaningful work. This research aims to investigate the influence of religiosity and perceived organizational support on life satisfaction through meaningful work as a mediator for 263 respondents from 118 organizations in Indonesia. This research found that a significant number of participants (71.86%) were satisfied with their life. The findings show that religiosity and perceived organizational support enhance their life satisfaction such that meaningful work is a partial mediator for these relationships. Organization leaders should maintain employees’ life satisfaction through religious activities and provide them with organizational support.
Pendahuluan Pada satu dekade ini banyak dilakukan penelitian Psikologi mengenai subjective well-being (SWB) baik dalam bidang pendidikan, klinis maupun industri dan organisasi. Salah satu bagian penting dalam penjelasan SWB yaitu mengenai... more
Pendahuluan Pada satu dekade ini banyak dilakukan penelitian Psikologi mengenai subjective well-being (SWB) baik dalam bidang pendidikan, klinis maupun industri dan organisasi. Salah satu bagian penting dalam penjelasan SWB yaitu mengenai life-satisfaction atau kepuasan hidup. Kepuasan hidup didefinisikan sebagai suatu penilaian secara global dalam diri individu berdasarkan persepsi kognitif mengenai kondisi aktual dirinya dengan standar kehidupan yang dimiliki saat ini (Diener dkk., 2003). Indikator kepuasan hidup terdiri dari penilaian atas kehidupannya, rasa percaya diri untuk kehidupan yang lebih baik, kepuasan atas kehidupannya, pencapaian terpenting dalam hidup, serta tidak memiliki hasrat untuk mengubah kehidupannya (masa lalunya) (Diener dkk., 2003). Abstract Many researchers make an error in data analysis, where researchers analyzing data using the raw score on the instrument with an ordinal scale. Error in the use of raw score for an instrument with an ordinal scale can be overcome by using measurement model testing, namely tau-equivalent and parallel. The purpose of this study is to examine the best measurement model of the Satisfaction with Life Scale (SWLS). The research method is Secondary Data Analysis approach (SDA). The secondary data was combined from two previous studies. The quantitative research analysis technique used to test the three measurement models in SWLS was confirmatory factor analysis. The unidimensional model of confirmatory factor analysis indicates that tau-equivalent is the best measurement model in SWLS testing (χ2 (9) =13.759, p > .05 and RMSEA < .05). Based on the result, an implication measuring instruments using raw score can be used while measurement model testing of an instrument is tau-equivalent. Abstrak Banyak peneliti melakukan kekeliruan dalam menganalisis data penelitian, yang mana peneliti menganalisis data menggunakan skor mentah yang didapatkan langsung dari instrumen berskala ordinal. Kesalahan dalam menggunakan skor mentah pada instrumen berskala ordinal tersebut dapat diatasi dengan pengujian model pengukuran, yakni tau-ekuivalen dan paralel. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui model pengukuran terbaik pada Satisfaction With Life Scale (SWLS). Metode penelitian ini menggunakan pendekatan Secondary Data Analysis (SDA). Data yang digunakan merupakan gabungan data sekunder dua penelitian sebelumnya. Teknik analisis pada penelitian kuantitatif ini adalah pengujian tiga model pengukuran menggunakan analisis konfirmatori pada SWLS. Pengujian model unidimensional analisis konfirmatori memperlihatkan bahwa model pengukuran terbaik pada alat ukur SWLS adalah tau-ekuivalen (χ 2 (9) =13.759, p > .05 dan RMSEA < .05). Berdasarkan dari hasil penelitian, mengimplikasikan bahwa penggunaan skor mentah dapat dilakukan apabila suatu instrumen mencapai model pengukuran tau-ekuivalen. Kata Kunci: kepuasan hidup, model pengukuran, tau-ekuivalen, analisis faktor konfirmatori
ABSTRAK Kepuasan hidup memegang peranan penting dalam kualitas dan kinerja seseorang dalam profesi apa-pun, termasuk guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,... more
ABSTRAK Kepuasan hidup memegang peranan penting dalam kualitas dan kinerja seseorang dalam profesi apa-pun, termasuk guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Penelitian ini menggunakan metode survey kuantitatif dengan tujuan untuk menganalisis keterkaitan antara faktor demografi terhadap kepuasan hidup guru di Palopo dan Toraja. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan skala SWLS (Satisfaction W ith Life Scale) didapatkan data bahwa dari 111 orang guru yang menjadi partisipan, 67,6% guru merasa puas akan hidupnya. Berdasarkan analisa tabulasi silang, diketahui bahwa perbedaan faktor demografis di antara responden memiliki keterkaitan yang unik dengan kepuasan hidup para guru tersebut. Hasil penelitian dengan menggunakan korelasi non para-metrik ordinal kendall tau dan koefisien Asosiasi Cramer's V juga menunjukkan bahwa faktor demo-grafis seperti jenis kelamin, status kepegawaian, suku bangsa, lama bekerja, persepsi besarnya penda-patan, persepsi perbandingan gaji, memiliki keterkaitan yang signifikan dengan kepuasan hidup guru. Dengan analisis regresi ordinal, dapat disimpulkan pula bahwa faktor jenjang pendidikan, persepsi besarnya pendapatan, dan perbandingan gaji memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan hidup guru. Rekomendasi tindakan untuk meningkatkan kepuasan hidup guru perlu dipikirkan oleh pihak Pemerintah dan Yayasan dengan membuat rencana pengembangan karir guru yang berdampak bagi tingkat kesejahteraaan hidup mereka di masa depan. Kata kunci: kepuasan hidup; gur u; Palopo dan Tor aja; faktor demogr afi. ABSTRACT Life satisfaction plays an important role in the quality of life and performance of a human in every profession, including teachers. The teacher is a professional educator with the main task of educating, teaching, guiding, directing, training, and evaluating students in elementary and middle schools. Life satisfaction refers to an individual's overall judgment or global evaluation about his or her life condition. This study is a quantitative survey research that aims to analyze relation between demographic factors with school teachers' life satisfaction at Palopo and Toraja Region. This research using SWLS (Satisfaction with Life Scale) with 111 respondents who came from several schools in Palopo and Toraja region. Result of this research found that most of the teachers (67,6%) were satisfied with their lives. Based on the cross-tabulation analysis and non-parametric correlation, its proven that several demographic factors, namely gender, employment status, ethnic groups, length of services, income perception, and salary comparison perception have a significant association with teachers' life satisfaction. In particular, with ordinal regression analysis, we found that educational status, income perception, and salary comparison perception has influence on teachers' life satisfaction. Government and Private Educational Foundation should do effort to increase teacher's income and have a career development plan for teachers to maintain their subjective wellbeing level and wellfare.
Abstrak-Banyaknya pengurus gereja yang suka beribadah dan melayani di gereja lain menjadi alasan peneliti ingin meneliti tentang komitmen organisasi yang dimiliki pengurus gereja GPPS Bait-San Kalijaten. Pergantian Gembala Jemaat yang... more
Abstrak-Banyaknya pengurus gereja yang suka beribadah dan melayani di gereja lain menjadi alasan peneliti ingin meneliti tentang komitmen organisasi yang dimiliki pengurus gereja GPPS Bait-San Kalijaten. Pergantian Gembala Jemaat yang baru terjadi dan banyaknya keluhan dari pengurus juga membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh gaya kepemimpinan yang melayani dan persepsi dukungan organisasi terhadap komitmen organisasi pengurus gereja GPPS Bait-San Kalijaten. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh gaya kepemimpinan yang melayani dan persepsi dukungan organisasi terhadap komitmen organisasi. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif. Sampel yang diambil sebanyak 46 orang pengurus gereja GPPS Bait-San Kalijaten dengan teknik total population sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara gaya kepemimpinan yang melayani dan persepsi dukungan organisasi terhadap komitmen organisasi dengan gaya kepemimpinan yang melayani (p < 0,05), persepsi dukungan organisasi (p < 0,05), dan nilai R 2 sebesar 41,6%. Pengurus gereja sering beribadah dan melayani di gereja lain karena komitmen organisasi yang dimiliki pengurus adalah komitmen normatif. Gembala Jemaat perlu untuk lebih menjalin hubungan yang akrab dengan pengurus gereja agar komitmen organisasi pengurus menjadi komitmen afektif. Kata kunci: gaya kepemimpinan yang melayani, persepsi dukungan organisasi, komitmen organisasi