Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN MASA REMAJA MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan Semester Genap Jurusan Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Oleh : Nurul Istiqomah 1511505338 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA April 2016 MASA PUBER Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak – anak berubah dari makhluk aseksual menjadi makhluk yang matang secara seksual.“Masa puber adalah suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi kematangan alat – alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. Tahap ini disertai dengan perubahan – perubahan dalam pertumbuhan somatis dan perspektif psikologis.” (Root:74) Anak – anak yang berasal dari tahapan seblumnya mulai menyadari bahwa mereka memasukibabak baru dalam kehidupan dan seperti halnya dalam setiap proses penyesuaian diri terhadap harapan sosial yang baru, maka sebagian besar dari mereka menganggap masa pubertas sebagai periode yang sulit dalam kehidupan mereka. Ciri – ciri masa puber : Periode tumpang tindih, karena mencakup usia anak – anak akhir dan usia remaja awal. Periode yang singkat, anak yang mengalami masa puber selama ≤ 2 tahun dianggap sebagai anak yang cepat matang, sedangkan yang memerlukan waktu 3 – 4 tahun, dianggap sebagai anak yang lambat matang. Dibagi dalam tahap – tahap, yaitu tahap prapuber, tahap puber, dan tahap pascapuber. Masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat, tumbuh pesat berlangsung hampir selama tiga tahun, sedikit lebih lama dari periode “bayi tumbuh pesat” yang berlangsung < 1,5 tahun. Fase negative, individu mengambil sikap “anti” pada kehidupan atau kelihatannya keilangan sifat – sifat baiknya yang sebelumnya berkembang. Perkembangan Fisik Masa Puber Selama pertumbuhan pesat masa puber, terjadi empat perubahan fisik penting dimana tubuh anak dewasa perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, perkembangan cirri – cirri seks primer, dan perkembangan cirri seks sekunder. Aspek Perkembangan Perubahan Perubahan ukuran tubuh Tinggi, pada anak perempuan rata – rata bertambah 5,5 inci pada dua tahun sebelum haid. Setelah haid tingkat pertumbuhan bisa menurun kira – kira 1 inci per tahun dan berhenti sekitar 18 tahun. Sedangkan pada laki – laki, permulaan periode pertumbuhan pesat tinggi tubuh dimulai rata – rata pada usia 12,8 tahun dan puncaknya pada 14 tahun kemudian berakhir pada 15,3 tahun. Berat,tidak hanya arena lemak tapi juga tulang dan jaringan otot bertambah besar pada anak perempuan pertambahan paling besar terjadi pada sebelum dan sesudah haid. Bagi anak laki – laki, pertambahan berat maksimum terjadi setahun atau dua tahun setelah anak perempuan dan puncaknya pada usia 16 tahun. Perubahan proporsi tubuh Badan, yang kurusm dan panjang mulai melebar di bagian pinggul dan bahu, dan uuran pinggang berkembang. Lebar pinggul dan bahu dipengaruhi oleh usia kematangan. Anak laki – laki yang lebih cepat matang biasanya memiliki pinggul yang lebih lebar daripada yang lambat matang. Sedangkan pada anak perempuan yang lambat matang memilki pinggul yang sedikit lebih besar daripada yang cepat matang. Tidak lama sebelum masa puber tungkai kaki lebih panjang daripada badan dan keadaan ini bertahan sampai sekitar usia 15 tahun. Lengan, yang pertumbuhannya mendahului pertumbuhan pesat badan, sehingga ta,paknya terlalu panjang . Ciri seks primer Pada pria, jika fungsi – fungsi organ sudah matang, maka biasanya mulai terjadi wet dream. Pada wanita, petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi sudah matang adalah dengan datangya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lender, dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira – kira setiap 18 hari hingga mencapai menopause pada usia akhir 40tahunan atau awal 50 tahunan. Ciri seks sekunder Laki – laki Rambut, rambut kemaluan timbul sekitar setahun setelah testis dan penis mulai membesar. Rambut ketiak dan rambut wajah timbul jika pertumbuhan rambut kemaluan hampir selesai, begitu pula dengan rambut tubuh. Kulit, menjadi lebih kasar, tidak jernih, pucat, dan pori – pori meluas. Kelenjar, kelenjar keringat dan lemak berproduksi lebih aktif. Sehingga pada masa puber akan berpotensi timbul erawat dan produksi keringat meningkat. Otot, bertambah besar dan kuat sehingga membentuk lenganm tungkai kaki,dan bahu. Suara, berubah setelah munculnya rambut pada kemaluan. Mula – mula suara menjadi serak dan kemudian tinggi suara menurun, volumenya meningkat. Benjolan dada, benjolan kecil sekitar kelenjar susu timbul sekitar usia 12 dan 14 tahun. Berlangsung selama beberapa minggu dan akan menurun baik jumlah maupun besarnya. Perempuan Pinggul, bertambah lebar dan bulat akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara, berkembang. Putting susu membesar dan menonjol dan dengan berkembangya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan bulat. Rambut, setelah pinggul dan payudara berkembang, rambut kemaluan mulai muncul. Bulu ketiak dan bulu pada waah mulai tumbuh setelah haid. Kulit, menjadi lebih kasar, tidak jernih, pucat, dan pori – pori meluas. Kelenjar, kelenjar keringat dan lemak berproduksi lebih aktif. Sehingga pada masa puber akan berpotensi timbul erawat dan produksi keringat meningkat. Otot, bertambah besar dan kuat sehingga membentuk lenganm tungkai kaki,dan bahu. Suara, menadi lebih penuh dan semakin merdu. Suara serak dan pecah arang terjadi pada anak perempuan. Perkembangan Psikoseksual Masa Puber Fase Latent (usia 5/6 – 12/13 tahun) Dari usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak mngalami periode perbedaan impuls seksual, disebut periode laten. Menurut Freud, penurunan minat seksual itu akibat dari tidak adanya daerah erogen baru yang dimunculkan oleh perkembangan biologis. Jadi fase laten lebih sebagai fenomena biologis, alih-alih bagian dari perkembangan psikoseksual. Pada fase laten ini anak mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni mengganti kepuasan libido dengan kepuasan nonseksual, khususnya bidang intelektual, atletik, keterampilan dan hubungan teman sebaya. Fase laten juga ditandai dengan percepatan pembentukan super ego, orang tua bekerjasama dengan anak berusaha merepres impuls seks agar enerji dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk sublimasi dan pembentukan superego. Anak menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu dibandingkan dengan masa sebelum dan sesudahnya (masa pubertas). Perkembangan Identitas Masa Puber Identitas diri adalah pengorganisasian atau pengaturan dorongan-dorongan, kemampuan-kemampuan dan keyakinan-keyakinan ke dalam citra diri secara konsisten yang meliputi kemampuan memilih dan mengambil keputusan baik menyangkut pekerjaan, orientasi seksual dan filsafat hidup (Marcia dalam Yusuf, 2000). Pada Masa Kanak-Kanak pertenganhan dan Akhir. Evaluasi diri anak menjadi lebih kompleks selama masa kanak-kanak madya dan akhir. 5 perubahan penting yang menjadi karakteristik penting adalah : Karakteristik Internal Pada masa kanak-kanak madya dan akhir, anak mulai beralih menggunakan karakteristik internal dalam mendefinisikan dari mereka. Mereka mulai menyadari adanya perbedaan keadaan di dalam dan di luar, dan mereka juga akan lebih mungkin dibandingkan anak yang lebih kecil memasukkan keadaan diri yang subyektif ke dalam definisi mereka tentang diri. Seperti contoh anak berumur 7 tahun akan mengatakan ”aku cukup pintar dari mereka” dan anak yang berumur 10 tahun akan berkata ”aku tidak akan merasa takut dan khawatir lagi, dulu aku sering merasa cemas”. Deskripsi social Pada masa ini anak mulai memasukkan aspek sosial, seperti kelompok sosial tertentu, dalam gambaran diri mereka (Harter dkk dalam Santrock, 2007). Contohnya seperti, anak lebih suka mendeskripsikan diri mereka menjadi anggota Pramuka. Perbandingan social Pada karakteristik ini mencakup peningkatan referensi perbandingan sosial. Pada titik perkembangan ini, anak akan lebih mungkin membedakan diri mereka dari orang lain dengan menggunakan istilah yang komparatif dan tidak absolut. Contohnya, seorang anak mendeskripsikan apa yang bisa mereka lakukan dibandingkan anak lain. Real self dan ideal self Anak mulai dapat membedakan antar real self dan ideal self mereka yang mencakup kemampuan untuk membedakan kompetensi mereka yang sebenarnya dengan apa yang ingin mereka capai dan mereka anggap penting. Realistik Evaluasi diri anak pada tahap ini menjadi lebih realistis. Hal ini mungkin terjadi karena peningkatan perbandingan sosial dan pengambilan persepsi. Konteks sosial memiliki peran yang penting dalam identitas karena konteks sosial dipengaruhi oleh peran keluarga, budaya dan etnis, serta gender terhadap perkembangan identitas.Dalam pembentukan identitas sosial,pola asuh,teman sebaya, dan media dapat mempengaruhi perkembangan identitas anak. Perkembangan Sosial Masa Puber Pada usia remaja ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Berkat perkembangan sosial anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan pikiran. Hal ini dilakukan agar remaja mempunyai sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati dan betanggung jawab. Pada masa remaja berkembang ”social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Ramaja memahami orang lain sebagi individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi, minat,nilai-nilai, maupun perasaannya. Pada masa ini juga berkembang sikap ”conformity”, yaitu kcenderungan untuk menyerah atau megikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya). Perasaan bersahabat merupakan ciri khas dan sifat interaksi remaja dan kelompoknya. Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara moral dan agama dapat dipertanggung jawabkan maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut. MASA REMAJA Istilah adolescence atau remaja, saat ini mempuyai arti yang lebih luas yang mencakup kematangan mental, emosional, social, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget (121) dengan mengatakan, “Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang – orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang – kurangnya dalam masalah hak… Transformasi intelektual yang khas dari masa remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan social orang dewasa, yang kenyatannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.” Ciri – ciri masa remaja ialah sebagai berikut Masa remaja sebagai periode yang penting, akibat perubahan fisik dan psikologis akan berpengaruh pada sikap da perilaku. Masa remaja sebagai periode peralihan, periode masa remaja berada diantara masa remaja dan masa dewasa dimana remaja aka mulai mencari nilai dan sifat yang paling sesuai denga dirinya. Masa remaja sebagai periode perubahan,yang meliputi meningginya emosi, perubahan tubuh, perubahan minat dan pola perilaku, sebagian ada yag bersifat ambivalen terhadap perubahan. Masa remaja sebagai usia bermasalah, ketidakmampuan remaja utuk mengatasi masalahnya sendiri tak diimbangi oleh keinginannya yang ingin menjadi mandiri dalam menyelesaikan permasalahan. Masa remaja sebagai masa mencari identitas, remaja berusaha unutk mencari tahu siapa dirinya, apa perananannya dalam masyarakat. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan, “Banyak anggapan popular tentang remaja yang mempunyai arti yang bernilai, dan sayangnya, banyak diantaranya yang bersifat negatif.” - Majeres Masa remaja sebagai masa yang tidak realistis, cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, mulai memusatkan diri dengan perilaku yang berhubungan dengan status dewasa. Perkembangan Fisik Masa Remaja Pertumbuhan fisik remaja relatif berkurang dengan kata lain tidak sepesat dalam masa remaja awal.Bagi remaja pria pada usia 20 tahun dan remaja wanita 18 tahun keadaan tinggi badan mengalami pertumbuhan yang lambat. Mengalami keadaan sempurna bagi beberapa aspek pertumbuhan dan menunjukkan kesiapan untuk memasuki masa dewasa awal. Seperti badan dan anggota badan menjadi berimbang, wajah yang simetris, bahu yang berimbang dengan pinggul. Saat ini, remaja mengalami perubahan fisik (dalam tinggi dan berat badan) lebih awal dan cepat berakhir daripada orang tuanya. Kecenderungan ini disebut trend secular. Sebagai contoh, seratus tahun yang lalu, remaja USA dan Eropa Barat mulai menstruasi sekitar usia 15 – 17 tahun, sekarang sekitar 12 – 14 tahun. Di tahun 1880, laki-laki mencapai tinggi badan sepenuhnya pada usia 23 – 24 tahun dan perempuan pada usia 19 – 20 tahun, sekarang laki-laki mencapai tinggi maksimum pada usia 18 – 20 dan perempuan pada usia 13 – 14 tahun. Trend secular terjadi sebagai akibat dari meningkatnya faktor kesehatan dan gizi, serta kondisi hidup yang lebih baik. Sebagai contoh, meningkatnya tingkat kecukupan gizi dan perawatan kesehatan, serta menurunnya angka kesakitan (morbiditas) di usia bayi dan kanak-kanak. Pertumbuhan badan merupakan batas optimal, kecuali pertambahan berat badan.Keadaan badan dan anggota-anggotanya menjadi berimbang, muka berubah menjadi simetris sebagaimana layaknya orang dewasa. Penyebab perubahan pada masa remaja adalah adanya dua kelenjar yang menjadi aktif  bekerja dalam sisitem endokrin. Pituitari yang terletak didasar otak mengeluarkan dua macam hormon yang diduga erat ada hubungannya dengan perubahan pada masa remaja. Kedua hormon itu adalah hormon pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya perubahan ukuran tubuh dan hormon gonadotropik atau sering disebut hormon yang merangsang gonad -- yaitu merangsang gonad agar mulai aktif bekerja. Tidak berapa lama sebelum saat remaja dimulai, kedua hormon ini sudah mulai diproduksi dan pada saat remaja semakin banyak dihasilkan. Seluruh proses ini dikendalikan oleh perubahan yang terjadi dalam kelenjar endokrin. Kelenjar ini diaktifkan oleh rangsangan yang dilakukan kelenjar hypothalamus, yaitu kelenjar yang dikenal sebagai kelenjar untuk merangsang pertumbuhan pada saat remaja dan terletak di otak. Perkembangan Psikoseksual Masa Remaja Fase Genital (usia 12/13 – dewasa) Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi dalam diri remaja. Sistem endoktrin memproduksi hormon-hormon yang memicu pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder (suara, rambut, buah dada, dll) dan pertumbuhan tanda seksual primer. Impuls pregenital bangun kembali dan membawa aktivitas dinamis yang harus diadaptasi, untuk mencapai perkembangan kepribadian yang stabil. Pada fase falis, kateksis genital mempunyai sifat narkistik, individu mempunyai kepuasan dari perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri, dan orang lain diinginkan hanya karena memberikan bentuk - bentuk tambahan dari kenikmatan jasmaniah. Pada fase genital, impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek di luar, seperti; berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, menyiapkan karir, cinta lain jenis, perkawinan dan keluarga. Terjadi perubahan dari anak yang narkistik menjadi dewasa yang berorientasi sosial, realistik dan altruistik. Perkembangan Identitas Masa Remaja Ada beberapa ciri individu yang memiliki identitas diri, yaitu individu tersebut haruslah memiliki karakteristik seperti : (Dariyo, 2004 : 80) Konsep diri ; yakni gambaran diri tentang aspek fisiologis maupun psikologis yang berpengaruh pada perilaku individu dalam penyesuaian diri dengan orang lain. Evaluasi diri ; yakni penerimaan dan kekurangan yang ada pada diri individu yang baik, berarti ia memiliki kemampuan untuk menilai, mengevaluasi potensi dirinya sendiri. Harga diri ; yakni sejauh mana individu dapat menghargai diri sebagai seorang pribadi yang memiliki kemandririan, kemauan, kehendak, dan kebebasan dalam menentukan perilaku dalam hidupnya. Efikasi diri ; yakni kemampuan untuk menyadari, menerima dan mempertanggungjawabkan semua potensi, ketrampilan atau keahlian secara tepat. Kepercayaan diri ; yakni keyakinan terhadap diri sendiri bahwa ia memiliki kemampuan dan kelemahan, dan dengan kemampuan tersebut ia merasa optimis dan yakin akan mampu menghadapi masalahnya dengan baik. Tanggung jawab ; yakni rasa tanggung jawab terhadap apa yang menjadi hak dan kewajibannya. Komitmen ; yakni tekad atau dorongan internal yang kuat untuk melaksanakan suatu janji, ketepatan hati yang telah disepakati sebelumnya, sampai benar-benar selesai dengan baik. Ketekunan ; yakni didalam diri individu muncul etos kerja yang pantang menyerah sebelum segala sesuatunya selesai. Ketekunan tidak mengenal putus asa, dalam arti bahwa apa yang dilakukannya selalu berorientasi kemasa depan. Kemandirian ; yakni sifat yang tidak bergantung pada orang lain. Individu akan berusaha menyelesaikan masalah dalam hidupnya sendiri. Semua karakteritik tersebut tidak dapat dipisah-pisah antara satu dengan yang lainnya. Tahap-tahap Pencarian Status Identitas Diri Seorang remaja akan mengalami proses pencarian status identitas diri. Pada pembahasan ini terdapat dua teori yang akan dibahas lebih lanjut untuk menjelaskan mengenai status identitas diri. Tahap-tahap pencarian status identitas diri Erikson Pada tahap sosial Erikson (dikutip dalam Santrock, 2003), ia mencetuskan istilah yang disebut krisis identitas. Istilah ini terdapat pada delapan tahapan perkembangan yang berurutan. Pada pencapaian status identitas diri, biasanya terjadi pada tahap kelima, yaitu pada tahap identity vs identity confusion (Santrock, 2003). Tahap ini terjadi saat individu berusia 10 sampai 20 tahun dan individu mulai mencari status identitas dirinya. Menurut Erikson (dikutip dalam Santrock, 2007, h. 191) “remaja harus memutuskan siapakah mereka itu, apa keunikannya, dan apa yang menjadi tujuan hidupnya”. Ketika seseorang mendekati masa remaja dan pubertas, ada pilihan-pilihan dalam hidupnya seperti memilih pekerjaan ataupun dalam hal memilih menyukai lawan jenis (Santrock, 2007). Tahap-tahap pencarian status identitas diri Marcia Status identitas diri yang dikemukakan Marcia dipengaruhi oleh teori Erikson. Marcia (dikutip dalam Santrock, 2007) menggunakan krisis dan komitmen untuk mengklasifikasikan seseorang menjadi empat tahap status identitas, yaitu (a) identity diffusion, (b) identity foreclosure, (c) identity moratorium, dan (d) identity achievement. Pertama, identity diffusion adalah istilah yang digunakan oleh Marcia untuk mengarah pada keadaan remaja yang belum mengeksplorasi pilihannya, tidak membuat komitmen apa pun, atau seorang remaja yang dapat dikatakan masih dalam tahap kebingungan. Kedua, identity foreclosure adalah istilah yang digunakan oleh Marcia untuk mengarah pada keadaan remaja yang telah membuat komitmen, namun ia belum mendapat kesempatan untuk bereksplorasi dalam berbagai pendekatan, karena komitmen tersebut adalah dorongan dari orangtuanya yang biasanya bersifat otoriter (Santrock, 2007). Ketiga, identity moratorium merupakan istilah yang mengarah pada keadaan remaja yang berada dipertengahan krisis namun belum memiliki komitmen yang jelas terhadap pilihan untuk menentukan identitas dirinya. Menurut Marcia (dikutip dalam Santrock, 2003) “Banyak mahasiswa berada dalam status moratorium berkaitan dengan pemilihan bidang studi atau karir”. Keempat, identity achievement merupakan istilah yang mengarah pada keadaan remaja yang sudah mengatasi krisis identitas, serta membuat komitmen (Santrock, 2007). Proses Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan biasanya terjadi pada tahap identity moratorium di mana seorang remaja harus menghadapi krisis dan membuat komitmen. Ketika seorang remaja membuat komitmen ia harus membuat sebuah keputusan. Mann dan rekan-rekannya (dikutip dalam Rice, 2002) mengemukakan cara pengambilan keputusan yang efektif. Mereka membuat sembilan daftar elemen dalam pengambilan keputusan yang disebut dengan “Sembilan Cs dalam Membuat Keputusan” yaitu (a) choice, (b) comprehension, (c) creativity, (d) compromise, (e) consequentiality, (f) correctness, (g) credibility, (h) consistency, dan (i) commitment (Rice, 2002). Pertama, choice adalah langkah memilih yang merupakan sebuah prasyarat penting dalam mengambil keputusan (Rice, 2002). Brown dan Mann (dikutip dalam Rice, 2002) menyatakan bahwa “having high selfesteem gives adolescents the courage and confidence to make choices”. Remaja yang memiliki pertahanan diri yang tinggi membuatnya berani dan percaya diri dalam mengambil keputusan (Rice, 2002). Kedua, comprehension adalah pemahaman dalam mengambil keputusan seperti suatu proses kognitif. Menurut Ormond, Mann, dan Luszez (dikutip dalam Rice, 2002) hasil dari penelitian yang signifikan menunjukan bahwa individu yang berusia 15 tahun lebih memiliki pengetahuan untuk mengambil keputusan dengan pemahaman ini daripada individu yang berusia 13 tahun. Ketiga, creativity adalah kreatif dalam menyelesaikan masalah yang terlibat dengan mendefinisikan masalah, mengenali pilihan yang berbeda atau cara alternatif dalam menyelesaikan masalah, menggabungkan pilihan untuk menghasilkan alternatif baru dan membuat konsep urutan langkah-langkah untuk bergerak ke arah tujuan (Huber dikutip dalam Rice, 2002). Keempat, compromise adalah pengambilan keputusan yang seringkali melibatkan kesediaan untuk berkompromi, atau bernegosiasi berdasarkan solusi yang dapat diterima oleh keluarga atau teman. Pada tahap ini diperlukan untuk mempertimbangkan sudut pandang orang lain (Rice, 2002). Kelima, consequentiality adalah pengambilan keputusan yang kompeten melibatkan individu untuk berpikir tentang konsekuensi potensial dalam memutuskan untuk memilih tindakan baik bagi dirinya maupun orang lain (Rice, 2002). Keenam, correctness menurut Klayman (dikutip dalam Rice, 2002) “membuat pilihan yang benar adalah syarat utama dalam mengambil keputusan”. Kebenaran dalam mengambil keputusan tergantung pada sudut pandang personal individu (Rice, 2002). Ketujuh, credibility melibatkan kemampuan untuk menerima informasi asli yang berkaitan dengan pilihan alternatif atau pilihan lain. Remaja awal biasanya memiliki kecenderungan untuk tidak mengutamakan keahlian atau kredibilitas dari sumber yang mereka pelajari, sedangkan pada remaja akhir cenderung membandingkan infromasi baru yang mereka dapatkan dengan keahlian dan pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya (Rice, 2002).Kedelapan, consistency mengharapkan individu yang membuat keputusan dan menunjukkan konsistensi dalam bentuk pilihan ketika mengambil keputusan. Kesembilan, commitment adalah bentuk sikap seseorang yang mengikuti keputusan yang telah dibuatnya, namun komitmen seseorang dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu. Biasanya komitmen yang diambil pada saat ini berdasarkan keputusan dan keadaan saat ini, maka dari itu dapat berubah pada tahap perkembangan selanjutnya (Rice, 2002). Perkembangan Sosial Masa Remaja Dalam hidup bermasyarakat remaja  dituntut bersosialisasi.Dalam masa Remaja cakrawala interaksi sosial telah meluas dan kompleks.Selain berkomunikasi dengan keluarga juga dengan sekolah dan masyarakat umum yang terdiri atas anak-anak maupun orang dewasa dan teman sebaya pada khususnya.Bersamaan dengan itu remaja mulai memperhatikan mengenai norma-norma yang berlaku serta melakukan penyesuaian diri kedalam lingkungan social.  Pada mulanya saat melakukan interaksi sosial remaja  meninggalkan rumah dan bergaul secara lebih luas dalam lingkungan sosialnya.Pergaulan meluas mulai dari terbentuknya kelompok-kelompok teman sebaya (peer group) sebagai suatu wadah penyesuaian.Didalamnya timbul persahabatan yang merupakan ciri khas pertama dan sifat interaksinya dalam pergaulan. Sangat penting dalam pergaulan remaja ini adalah di dalamnya remaja mendapat pengaruh yang kuat dari teman sebaya.Ini dapat dilihat dari remaja yangmengalami perubahan tingkah laku sebagai salah satu usaha penyesuaian. Dan dibawah ini merupakan kelompok-kelompok sosial pada remaja: Kelompok Chums Yaitu sekelompok individu dengan ikatan persahabatan yang kuat.Jumlah anggota biasanya terdiri atas 2-3 orang dengan jenis kelamin sama,mempunyai minat,kemampuan serta kemauan-kemauan yang hampir  sama.Karena beberapahal yang mirip  itu mereka sangat akrab meskipun dapat terjadi perselisihan,namun secara mudah dapat dilupakan dan akrab lagi. Kelompok Cliques Yaitu sekelompok remaja yang biasanya terdiri atas 4-5 orang yang mempunyai minat,kemampuan,dan kemauan yan g relatif sama. Baik Kelompok Chums maupun Kelompok Cliques ini pada mulanya terdiri atas anak-anak remaja awal.Namun pada Kelompok Cliques mulai beralih terdiri atas campuran dan makin kuat bagiremaja akhir.Aktivitas mereka berupa: rekreasi bersama,pesta,nonton film,nonton pameran,saling menelpon dan jenisnya yang menyita waktu dan kadang-kadang merupakan penyebab terjadinya pertentangan dengan orang tua atau orang lain disekitarnya. Kelompok Crowds Terdiri atas banyakanggota,berarti terdiri atas sekelompok remaja yang lebih besar dari kelompok cliques.Terdiri atas jenis kelamin campuran baik laki-laki maupun perempuan.Demikian pula kemampuan,minat,dan kemauanya berbeda.Para anggotanya sangat ingin diterima dan mendapat pengakuan crowds itu. Kelompok yang diorganisir Umumnya yang mengorganisir kelompok ini adalah orang dewasa.Misalnya organisasi sekolah,yayasan agama dan sebagainya.Orang dewasa membentk organisasi kelompok remaja ini biasanya dengan kesadaran bahwa remaja membutuhkan penyesuaian pribadi dan sosial dalam stu wadah.Keanggotaanya bebas maksudnya mungkin sudah menjadi kelompok persahabatan yang tak terorganisir. Kelompok Gangs Keanggotan gangs biasanya berasal  dari kelompok-kelompok yang menolaknya.Berarti mereka gagal ke dalam kelompok karena ditolak,tak puas atau tak dapat menyesuaikan diri.Sesuai dengan keinginan dan kadang-kadang mengganggu atau balas dendam kepada kelompok lain atau terdahulu.Meskipun demikian gangs itu mempunyai corak yang cenderung kalem dan agresif. DAFTAR PUSTAKA Desmita. (2013). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Gunawan, Lilian. (nn). Penyebab Anak Lekat. Retrieved from : http://patahtumbuh.com/id/penyebab-anak-lekat// Hurlock, B. Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga Sijabat, Ridwan Max. (1980). Developmental Psychology. Jakarta: Gelora Aksara Pratama W. Santrock, John. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga Weiten, W. (2013). Psychology Themes and Variations. 9th ed. Canada : WadsWorth Cengage Learning Vevandi, Tri., M.M.W. Tairas. (2015). Hubungan Sibling Rivalry dengan Motivasi Berprestasi Pada Remaja. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, Vol. 4 (1), hal. 46 – 56 Zulkifli, L. (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya