Artikel ini menyajikan studi arsitektur dan epigrafi dari beberapa artefak yang ditemukan di Candi Gunung Sari, Jawa Tengah. Pada situs tersebut ditemukan batu berbentuk tabung yang tidak ditemukan di tempat lain, beberapa di antaranya... more
Artikel ini menyajikan studi arsitektur dan epigrafi dari beberapa artefak yang ditemukan di Candi Gunung Sari, Jawa Tengah. Pada situs tersebut ditemukan batu berbentuk tabung yang tidak ditemukan di tempat lain, beberapa di antaranya mengandung prasasti pendek berbahasa Jawa Kuno yang berisi penunjuk arah mata angin. Berdasarkan alasan arsitektural, kami menarik kesimpulan bahwa candi itu adalah bangunan berlatar belakang Sivaisme. Konon, batu-batu tabung itu rupanya diletakkan di dalam alas candi dan menutupi peripih-peripih yang dibuat selama candi dibangun, berkaitan dengan persiapan ritual tata letak candi. Meskipun benda yang persis sama belum pernah ditemukan di Jawa selama ini, artefak berbentuk lain dengan fungsi ritual yang sama dapat dikenali di beberapa situs yang kurang lebih semasa di daerah yang sama. Beberapa di antaranya juga mengandung prasasti. Prasasti-prasasti di Candi Gunung Sari memiliki keunikan karena menyebutkan sistem (hampir) lengkap yang paling tua dari delapan mata angin yang diungkapkan dalam istilah Jawa asli.
Mata Kuliah Pembelajaran Folklor. Dosen Pengampu Sahlan Mujtaba, S.S., M.Hum. (semester 5) - Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, UNSIKA. "Hasil Bacaan Jurnal tentang Folklor Goa Menganti di Kebumen: "Cerita Rakyat Goa Menganti... more
Mata Kuliah Pembelajaran Folklor. Dosen Pengampu Sahlan Mujtaba, S.S., M.Hum. (semester 5) - Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, UNSIKA.
"Hasil Bacaan Jurnal tentang Folklor Goa Menganti di Kebumen: "Cerita Rakyat Goa Menganti di Desa Karangduwur Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen (Kajian Folklor) oleh Rini Widiyanti - Universitas Muhammadiyah Purworejo" dan "Dongeng Humor Islami Di Pesantren Banten: Dongeng Humor Islami di Pesantren Banten (Sebuah Tela’ah atas Makna Budaya dalam Dongeng Humor di Pesantren Banten) oleh Prof. Dr. H.M.A. Tihami, MA., MM. - Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya.""
Abstrak Makalah yang singkat ini mengkaji tentang fenomena sandhi yang terjadi pada suatu bahasa. Persandhian merupakan proses fonologis dan morfologis yang dapat dijumpai dalam berbagai bahasa di seluruh dunia. Sandhi yang berasal dari... more
Abstrak Makalah yang singkat ini mengkaji tentang fenomena sandhi yang terjadi pada suatu bahasa. Persandhian merupakan proses fonologis dan morfologis yang dapat dijumpai dalam berbagai bahasa di seluruh dunia. Sandhi yang berasal dari kata Sanskerta berarti "penyatuan" secara umum dibagi menjadi dua yaitu sandhi dalam dan sandhi luar. Makalah ini berfokus kepada persandhian yang ada di dalam bahasa Jawa Kuna. Di dalam bahasa Jawa Kuna ternyata terdapat banyak fenomena persandhian, baik sandhi dalam maupun sandhi luar. Tersedianya banyak data persandhian menjadi alasan pokok untuk mengkaji fenomena tersebut pada bahasa Jawa Kuna. Adapun analisis dalam makalah ini dibagi menjadi dua yaitu sandhi dalam dan sandhi luar pada bahasa Jawa Kuna. Sandhi dalam berkaitan dengan pembentukan suatu kata dengan proses morfologis di antara afiks dengan bentuk dasar. Ditemukan suatu kesimpulan bahwasanya afiks Jawa Kuna yang terdiri dari prefiks, sufiks, infiks, dan konfiks beserta bentuk dasarnya dapat terjadi persandhian. Sandhi luar yang berkaitan dengan penggabungan dua kata berpotensi terjadi suatu persandhian dengan kemungkinan sebelas gabungan kategori. Adapun sebelas kategori tersebut adalah N + N, V + Prep, V + V, Adj + N, N + V, Pron Per + V, Pron Per + Prep, Pron Dem + V, Adv + V, V + N, N + Adj.
“Audzu bi llahi mi nasyaitoni rojim… La haula walla huwata ila billah…” rerupan nggegirisi kuwi malih dadi akeh lan ngupeng temu gelang. Atiku kari samenir. Mripat dakeremake, mungkari swara pating grobyak lan pating brengok kang... more
“Audzu bi llahi mi nasyaitoni rojim… La haula walla huwata ila billah…” rerupan nggegirisi kuwi malih dadi akeh lan ngupeng temu gelang. Atiku kari samenir. Mripat dakeremake, mungkari swara pating grobyak lan pating brengok kang nyilikake ati. “Audzu bi llahi mi nasyaitoni rojim… La haula walla huwata ila billah…”