Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Thailand National Health System

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Role and Impact of National Health System in Implementing Patient Safety

Management and Service Excellence at Public Hospital in Thailand

Peran dan Dampak Sistem Kesehatan Nasional dalam Melaksanakan Manajemen


Keselamatan Pasien dan Pelayanan Prima di Rumah Sakit Pemerintah di Thailand

Imelda Fitria, Fida Rahmayanti, Fahmy Rezkiah,


Vidria Handayani, Andreas Wahyudi

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Abstract
Aim - National health system is one of a country's effort to improve the standard
of living for its citizen with universal coverage. But with a health assurance
sometimes a hospital give less attention to the service quality. World Health
Organization (WHO) declared how important patient safety became critical
component in hospital quality management. This article will explain how King
Chulalongkorn Memorial Hospital (KCMH) as one of public hospital maintain,
even impproving the service quality with patient-centered care in the application
of national health system in Thailand.
Method - Data collected from national and international literature study,
observation while doing comparative study, interviewing with the structural
officer, expert discussion, and with descriptive approach. Collecting data was held
at KCMH on march 9th 2015
Result - In applying the national health system, KCMH remain improving the
service quality with patient-centered care with building the principal "Patient-care
Excellence". The policy that KCMH had is 5S which are : safety, standard, selfcare, service-mind, and simplify process. With the policy, KCMH improving it
service quality by accreditation, by based on the Total Quality Management
(TQM), accredited by the International Society for Quality (ISQua), and begin to
apply the Joint Commision International 5th edition for strengthening clinical
process.
Conclusion - Thailands national health system is one of Thailand goverments
effort to improve their country. This national health system needs more than 10
years to reach 99% Universal Health Coverage. Thailands national health system
may became reference for improving tne national health system in Indonesia.
Hospital can maintain and improving the service quality if it has strong pillar in
management.
Keyword - National health system, Patient safety, Service excellence, Quality
management.

Hospital Visit : Thailand - Maret 2015

Abstrak
Tujuan - Sistem kesehatan nasional merupakan upaya suatu negara untuk
meningkatkan taraf hidup warga negaranya dengan jaminan kesehatan yang
menyeluruh. Tetapi dengan adanya jaminan kesehatan terkadang sebuah rumah
sakit kurang memperhatikan kualitas pelayanannya. World Health Organization
(WHO) menegaskan bagaimana pentingnya keselamatan pasien menjadi
komponen kritis dalam manajemen mutu sebuah rumah sakit. Dalam artikel ini
akan dibahas bagaimana King Chulalongkorn Memorial Hospital (KCMH)
sebagai salah satu rumah sakit pemerintah mempertahankan bahkan meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan dengan berpusat pada pasien dalam mengaplikasikan
sistem kesehatan nasional di Thailand.
Metode - Metode pengumpulan data dilakukan dari studi literatur nasional dan
internasional, observasi pada saat studi banding, wawancara dengan pejabat
struktural, dan diskusi ahli, dengan pendekatan deskriptif. Pengumpulan data
dilaksanakan di KCMH pada tanggal 9 Maret 2015.
Hasil - Dalam pengaplikasian sistem kesehatan nasional, KCMH tetap
meningkatkan mutu kualitas pelayanan berpusat pada pasien dengan cara
membentuk prinsip "Patient-care Excellence". Kebijakan yang dimiliki oleh
KCMH adalah 5S yang meliputi : safety, standard, self-care, service-mind, dan
simplified process. Dengan kebijakan tersebut, KCMH meningkatkan mutu
pelayanan dengan melakukan akreditasi, mendasarkan pada Total Quality
Management (TQM), memiliki akreditasi International Society for Quality
(ISQua), dan memulai menerapkan standar Joint Commision International untuk
memperkuat proses klinis.
Kesimpulan - Sistem kesehatan nasional di Thailand merupakan salah satu hasil
usaha pemerintah Thailand untuk memajukan negaranya. Sistem kesehatan
nasional ini memerlukan waktu lebih dari 10 tahun untuk mencapai 99%
Universal Health Coverage. Sistem kesehatan nasional di Thailand dapat
dijadikan acuan untuk memperbaiki sistem kesehatan nasional di Indonesia.
Rumah sakit dapat mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan jika
memiliki pilar manajemen yang kuat.
Kata Kunci - Sistem kesehatan nasional, Keselamatan pasien, Pelayanan prima,
Manajemen mutu.

Pendahuluan
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi seluruh warga negara.
Setiap negara memiliki kebijakan yang beragam dalam melaksakan sistem
kesehatan. Jaminan kesehatan diperlukan bagi setiap negara untuk menjamin
kesehatan secara menyeluruh bagi warga negaranya. Segala sistem jaminan
kesehatan nasional yang dirancang sebaiknya mampu diaplikasikan untuk
melayani seluruh warga negaranya. Dalam perencanaan dan penerapan program
jaminan kesehatan nasional, pemerintah hendaknya melakukan observasi.
Observasi dapat dilakukan di lingkungan masyarakat terdekat, hingga ke
Hospital Visit : Thailand - Maret 2015

lingkungan yang lebih meluas bahkan ke negeri tetangga. Hasil observasi dapat
dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan sistem jaminan
kesehatan yang paling sesuai dengan kondisi negara masing-masing.
Pelaksanaan jaminan pelayanan kesehatan hendaknya tetap berpedoman
pada keselamatan pasien serta memperhatikan mutu pelayanan. Meskipun
program jaminan kesehatan adalah murah atau bahkan gratis bagi seluruh warga
negara, rumah sakit harus tetap melayani dengan kualitas dan prosedur yang
terbaik. WHO menegaskan pentingnya keselamatan dalam pelayanan kepada
pasien, dan telah meluncurkan program World Alliace for Patient Safety yang
menyatakan bahwa : keselamatan pasien adalah prinsip fundamental dari
pelayanan sekaligus komponen kritis dalam manajemen mutu(Lestari dkk 2014).
Thailand termasuk Negara yang telah mencapai Universal Health
Coverage (Jaminan Kesehatan Universal). Di Asia Tenggara, baru Thailand dan
Malaysia yang mencapai hal itu. Selebihnya, cakupan jaminan kesehatan masih
beragam. Upaya Thailand menjamin kesehatan warganya bermula pertengahan
tahun 1970 dengan menargetkan populasi tertentu. Warga rentan dan miskin
dijamin kesehatannya oleh negara, biaya kesehatan sektor privat dijamin dengan
kontribusi pekerja, pemberi kerja, dan pemerintah. Adapun sektor informal
dibayar pemerintah dan pekerja informal. (Lestari dkk 2014).
Dalam artikel ini, penulis ingin menggambarkan bagaimana peran dan
dampak sistem kesehatan nasional di Thailand khususnya di King Chulalongkorn
Memorial Hospital (KCMH).

Metode
Metode penelitian dalam artikel ini menggunakan pendekatan deskriptif.
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer
didapatkan dari observasi, wawancara, dan diskusi. Observasi dilakukan pada
salah satu rumah sakit pemerintah di Thailand yaitu King Chulalongkorn
Memorial Hospital. Wawancara dan diskusi dilakukan dalam forum yang dihadiri
oleh pejabat struktural KCMH. Data sekunder didapatkan dari studi literatur yang
diperoleh

dari profil rumah sakit yang dikunjungi, jurnal nasional dan

Hospital Visit : Thailand - Maret 2015

internasional, serta buku teks. Pengumpulan data dilaksanakan di KCMH pada


tanggal 9 Maret 2015.
Diskusi ahli meliputi bagaimana sistem kesehatan nasional di Thailand
khususnya di KCMH dalam menjamin kesehatan warga negaranya dengan
berpusat pada pasien (Patient-centered care) sehingga dapat memberikan
pelayanan yang berkualitas.

Hasil
Kualitas dan keamanan universal untuk seluruh warga Negara Thailand
adalah tujuan utama dari National Development Plan (Rencana Pembangunan
Nasional) ke-11, tahun 2012-2016. Sistem kesehatan di Thailand menggunakan
peraturan dari Universal Health Care (UHC) tahun 2002 dan telah menghasilkan
99% perlindungan universal (Universal Coverage) untuk warga negara dengan
menggunakan tiga skema.
Skema pertama adalah Civil Servant Medical Benefit Scheme (CSMSC)
untuk pekerja pemerintahan dengan jangkauan perlindungan tiga generasi, yang
artinya perlindungan juga berlaku untuk orangtua kandung, dan maksimal tiga
anak kandung yang berusia dibawah 20 tahun, yang seluruhnya dibayarkan oleh
pemerintah. Skema kedua adalah Social Security Scheme (SSS) yaitu jaminan
kesehatan kepada pekerja swasta. Disini, pimpinan perusahaan dianjurkan untuk
membayar jaminan kesehatan maksimal 35.000 Baht (15 juta rupiah). Pada
kondisi tertentu, dapat dibayarkan sampai dengan 200.000 Baht (90 juta rupiah).
Untuk kelebihan tagihan menjadi tanggung jawab pekerja itu sendiri. Skema
ketiga adalah The Universal Coverage Scheme (UCS) yang melindungi seluruh
warga negara Thailand diluar kedua bentuk perlindungan di atas.
Subsidi sepenuhnya diberikan oleh pemerintah. Masyarakat hanya cukup
membayar 30 Baht (13 ribu rupiah) setiap kunjungan ke rumah sakit dengan
menunjukkan kartu identitas penduduk. Pembayaran aktivitas promosi kesehatan
di Thailand ditunjang oleh pajak negara yang berasal dari pajak minuman
beralkohol dan rokok. Sriratanaban (2010) menggambarkan perbedaan skema
Jaminan Kesehatan Nasional di Thailand sebagai berikut :

Hospital Visit : Thailand - Maret 2015

Tabel 1. Perbedaan Skema Jaminan Kesehatan Nasional di Thailand


(Sumber: Sriratanaban 2010)
Pada tabel di atas, bentuk ke empat adalah sektor asuransi swasta yang
tidak termasuk dalam sistem jaminan kesehatan nasional di Thailand. Pola
pelayanan kesehatan di KCMH berpusat pada pasien (patient-centered care) yang
mengutamakan kualitas pelayanan yang prima dengan menggunakan prinsip
Patient-care excellence sebagai pilarnya.

Berangkat dari melihat kebutuhan

pasien dan keluarga pasien, KCMH memiliki kebijakan 5S yang menjadi kunci
dalam meningkatkan mutu pelayanannya ; safety, standard, self-care, servicemind, dan simplified process.

Hospital Visit : Thailand - Maret 2015

Safety disini berarti seluruh bentuk pelayanan berfokus pada keselamatan


pasien, keluarga pasien, dan seluruh karyawan rumah sakit. Standar pelayanan
yang diberikan merupakan acuan dari Thailand Hospital Accreditation (THA)
yang sudah dicapai oleh KCMH selama 14 tahun. Dasar manajemen mutu yang
digunakan adalah Total Quality Management (TQM), International Society for
Quality (ISQua), dan Standar Joint Commision International mulai diterapkan.
Self-care yang dimaksud adalah bagaimana memberikan edukasi kepada pasien
dan atau keluarga pasien untuk turut serta dalam proses penyembuhan diri sendiri
atau pelayanan suportif sehingga pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan secara
holistik. Service-mind berarti seluruh pelayanan yang diberikan oleh karyawan
rumah sakit berlandaskan atas asas melayani. Simplified process dimaksudkan
sebagai salah satu cara KCMH untuk mengatasi kendala administratif. Proses
penyederhanaan tersebut antara lain berupa digitalisasi rekam medis, dan
penggunaan kartu identitas penduduk sebagai nomor jaminan kesehatan.
Thailand Hospital Accreditation (THA) merupakan lembaga independen
yang di adopsi oleh Institute of Hospital Quality Improvement and Accreditation
of Thailand yang bertugas untuk mengevaluasi rumah sakit swasta dan
pemerintah. Empat bagian penting penilaian THA adalah; 1. Ruang lingkup
manajemen organisasi, 2. Kunci sistem rumah sakit, 3. Proses berpusat pada
pasien, dan 4. Hasil. Metode pengembangan kualitas pelayanan KCMH
menggunakan Quality Control Improvement (CQI) / Kaizen yang bertujuan untuk
mendorong kualitas tiap unit, menjadi persyaratan dasar keperawatan di seluruh
unit, dan terintegrasi dengan "Lean Method" dan penelitian.
Filosofi "Lean Method" dari Kaizen di sini adalah bagaimana sebuah
perubahan kecil yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan
dapat membawa dampak yang besar bagi sebuah organisasi (Conrad,2002).
Filosofi ini dicerminkan dalam konsep kualitas KCMH yang memiliki asas 3P,
yaitu purpose (tujuan), process (proses), dan performance (penampilan). Melalui
visi dan misinya, KCMH membentuk sebuah tujuan untuk menjadi rumah sakit
yang modern yang memiliki standar pelayanan rumah sakit seperti di negara maju.
Setelah itu, proses meliputi perencanaan dan pelaksanaan rencana strategis,
standar akreditasi, dan 5S. Kualitas yang dapat dibuktikan oleh KCMH adalah

Hospital Visit : Thailand - Maret 2015

melalui 85 indikator kualitas, putaran kualitas, survei internal, dan akreditasi


rumah sakit. Dengan kebijakan "Policy of No Blame", diharapkan seluruh
karyawan KCMH mempunyai tanggungjawab dan keberanian untuk melaporkan
kejadian yang tidak sesuai dengan standar sehingga dapat dievaluasi untuk
mendiagnosa dan memecahkan masalahnya.
Dengan tanpa hentinya meningkatkan kualitas pelayanan tersebut, KCMH
merupakan satu-satunya rumah sakit pemerintah Thailand yang memenangkan
salah satu ajang penghargaan produk berkualitas di Thailand pada tahun 2014. Hal
ini merupakan kali pertama lembaga pemerintah yang mendapatkan penghargaan
nasional. Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan kerangka pemikiran
Thailand Hospital Accreditation:
Information and knowledge management
Part IV

Strategic
planning

Staff focus

Results

Leadership

Focus on patients
and patient rights

Part I

Process
management

Key hospital systems

Health care
Patient and customer
Financial
Human resourcer
Organization effectiviness
Leadership and sosial
Health promotion

Part II
Part III

Risk, safety and quality


Professional management
Enviromental management
Infection prevention and control
Medical record system
Medication system
Medical laboratory system
Radiological system
Work with communities
Patient care processes

Patient care processes

Entry
Patient assesment
Planning (care & discharge)
Care delivery
Patient & family empowerment
Continuity of care

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Thailand Hospital Accreditation


(Sumber: Sriratanaban 2010)

Hospital Visit : Thailand - Maret 2015

Pembahasan
Tahun 1995, kementrian kesehatan Thailand mulai membentuk agen netral
untuk mencari jalan keluar atas konflik yang terjadi pada kualitas dan biaya antara
pelayanan kesehatan dengan konsumen. Inisiatif ini kemudian berkembang
menjadi proyek penelitian mengenai akreditasi rumah sakit yang bertujuan untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan sebuah standar rumah sakit yang
komprehensif serta berfungsi sebagai dasar penilaian kualitas rumah sakit
(Sriratanaban 2010).
Program akreditasi rumah sakit di Thailand mulai menjadi suatu proyek
penelitian yang didukung oleh WHO, The Thailand Research Fund, dan Institut
Penelitian Sistem Kesehatan. Pada tahun 1996, ditemukan sebuah standar untuk
menilai kualitas dari sistem kesehatan rumah sakit yang berfungsi untuk
menentukan standar akreditasi. Sistem tersebut diujicoba pada 35 rumah sakit
umum dan swasta secara sukarela pada tahun 1997. Selama fase ini komite
penasehat menyarankan untuk bekerja dengan melibatkan berbagai sektor antara
lain organisasi profesi, pemberi pelayanan kesehatan, pemilik modal, dan
konsumen. Selanjutnya dapat terbentuk kolaborasi untuk pengembangan kualitas
dan akreditasi rumah sakit (Sriratanaban 2010). Beberapa rekanan dari program
tersebut antara lain:
Funding agencies: Thailand Research Fund, Health Systems Research
Institute, and the World Health Organization (WHO).
Professional bodies: Thai Medical Council, Thai nursing council, Thai Dental
council, Thai PharmaceuticalCouncil, Hospital Pharmaceutical Association of
Thailand, Medical Technologist Association of Thailand, Private Hospital
Association of Thailand and Medical Section of Christ Church of Thailand.
Educational institutions: Consortium of Royal Colleges of Thailand,
Consortium of Medication Education, Mahidol University, Chulalongkorn
University and Prince Songkhla University.
Social Security Office.
international collaboration: Canadian Executive Service Organization, and
Liverpool School of Tropical Medicine.

Hospital Visit : Thailand - Maret 2015

Setelah proyek penelitian dan pengembangan berakhir tahun 1999,


kolaborasi tersebut berubah menjadi Institute of Hospital Quality Improvement
and Accreditation. Institut ini merupakan agen independen yang bergerak di
bawah supervisi institut penelitian sistem kesehatan. Program itu berkembang dari
yang bermula hanya untuk 35 rumah sakit hingga menjadi skala nasional. Pada
tahun 2009, lebih dari 350 rumah sakit telah diakreditasi dan ratusan rumah sakit
lainya secara sukarela mengikuti program dan dalam proses pengaplikasian sistem
manajemen tersebut. Saat ini institut tersebut telah berubah menjadi organisasi
publik yang bernama Healthcare Accreditation Institute (Sriratanaban 2010).
Program akreditasi rumah sakit Thailand bukan sekedar sertifikasi atau
sebuah program akreditasi, namun lebih kepada mekanisme untuk mendorong
peningkatan kualitas rumah sakit secara total, sistematis, dan sesuai standar.
Program ini menekankan pada prinsip self-assesment, jaminan kualitas,
peningkatan kualitas yang berkelanjutan yang berfokus pada pelanggan (Customer
Focused Countinous Improvement/CQI) dan manajemen mutu secara total (Total
Quality Management/TQM). Akreditasi ini dimaksudkan untuk mendorong rumah
sakit meningkatkan dan mengkonfirmasi seberapa baik rumah sakit melaksanakan
kegiatannya sesuai standar dibandingkan sebagai sebuah audit kualitas eksternal
atau inspeksi kemampuan rumah sakit menjalankan standar minimal. Dengan
terakreditasinya rumah sakit tersebut, berarti telah menunjukkan komitmen
peningkatan kualitas berbasis pasien serta menunjukkan bahwa rumah sakit
mempunyai sistem kualitas yang baik untuk meminimalkan resiko dan menjamin
kualitas. Sistem akteditasi mengawasi agar etik dan layanan profesional tetap
sesuai, dan menunjukkan kemampuan untuk meningkatkan secara berkelanjutan
(Sriratanaban 2010).
Secara umum, akreditasi rumah sakit dilihat sebagai sistem mekanisme
yang membantu membatasi perilaku provider dalam sistem pelayanan kesehatan.
Rumah sakit perlu memenuhi standar akreditasi rumah sakit, dimana hal ini
termasuk kebutuhan struktural dan kebutuhan untuk proses utama. Mereka juga
merupakan pedoman untuk dilakukannya assessment dan survei secara periodik.
Status akreditasi diperlukan rumah sakit agar mereka mampu mengikuti program

Hospital Visit : Thailand - Maret 2015

dan aktifitas di masyarakat. Kebutuhan akan hukum, seperti surat izin operasional
tidak terlalu dibutuhkan (Sriratanaban 2010) .
Menurut

Sriratanaban

(2010),

beberapa

aktivitas

dalam

mengimplementasikan program akreditasi rumah sakit di Thailand antara lain:


1. Membentuk tim penelitian dan pengembangan.
2. Membentuk tim khusus akreditasi dan pengembangan kualitas rumah sakit.
3. Melibatkan berbagai organisasi profesional dan rumah sakit untuk membentuk
standar profesi dan mengaplikasikannya.
4. Proses survei dikembangkan dan diuji dengan rumah sakit percontohan.
5. Secara berkala melakukan publikasi melalui koran, artikel, buku, dan forum
nasional.
6. Dilakukan penelitian secara kualitatif mengenai perilaku organisasi dan
evaluasi program akreditasi.
7. Setelah program percontohan selesai, Thailand Hospital Accreditation
dijadikan organisasi yang independen.
Sistem jaminan kesehatan di Thailand dapat dijadikan acuan untuk
menyempurnakan sistem jaminan kesehatan di Indonesia. Thailand melakukan
penelitian lebih dari untuk sistem kesehatan nasionalnya. Dan Di Indonesia sudah
menerapkan sistem jaminan kesehatan nasional, namun pada pelaksanaanya masih
mengalami berbagai kendala. Berbagai macam usaha perlu dilakukan oleh
pemerintah Indonesia agar dapat menciptakan sistem kesehatan nasional yang
mampu mengcover seluruh warga negaranya dengan tetap memperhatikan
keselamatan pasien dan mutu layanan. Berikut ini adalah tabel yang
menggambarkan perbedaan sistem jaminan kesehatan nasional di Thailand dan
Indonesia.

Hospital Visit : Thailand - Maret 2015

10

PERBANDINGAN SISTEM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL THAILAND DAN INDONESIA


NEGARA

JENIS ASURANSI

KEPESERTAAN

Kepersertaan bersifat
wajib

INDONESIA Asuransi Sosial Nasional

KOMPOSISI PESERTA

PPU + PBPU + BUKAN


PEKERJA + PBI

PEMBIAYAAN

Iuran perorangan +
Badan usaha dan
pemerintah

Wajib bagi karyawan di


Karyawan sektor swasta Pajak
sektor swasta

Social Security Scheme

Civil Servants' Medical


Wajib bagi
Pejabat pemerintah dan
Benefit Scheme (berbasis penyelenggaran negara
Pajak
keluarga;
Pajak)
dan keluarganya

MODEL PEMBAYARAN
PELAYANAN

JENIS PELAYANAN
KESEHATAN

FASILITAS KESEHATAN /
PPK

Kapitasi untuk FKTP dan CBG's


Promotif, preventif,
untuk Faskes Tingkat sekunder dan
kuratif, rehabilitatif
tersier

Puskesmas, Dokter
Keluarga, Klinik pratama,
RS

Kapitasi untuk rawat jalan dan


rawat inap, termasuk resep

kuratif, rehabilitatif

Rumah Sakit

Biaya-untuk-jasa; Beberapa
pembatasan manfaat yang perlu
pasien co-pembayaran.

kuratif, rehabilitatif

Rumah Sakit

THAILAND
Medical Welfare Scheme

Voluntary Health
Insurance

Wajib untuk sisa pop,


Pemimpin komunitas +
Pajak
bukan di SSS atau CSMBS sukarelawan kesehatan

Sukarela;

Siapa saja yang


menginginkan

Premi

Rawat Jalan termasuk resep:


Promotif, preventif,
Kapitasi + Rawat Inap: DRG dengan
kuratif, rehabilitatif
anggaran global

Unit pelayanan primer


dan RS

Biaya-untuk-jasa; Beberapa
melakukan retrospektif
pemanfaatan review di billing
rumah sakit.

Rumah Sakit

kuratif, rehabilitatif

Tabel 2. Perbandingan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional di Thailand dan Indonesia


( sumber: Buku Saku BPJS Kesehatan 2013 )

Hospital Visit : Thailand - Maret 2015

11

Sistem jaminan kesehatan nasional di Thailand dan Indonesia memiliki


beberapa perbedaan. Jika dilihat dari jenis asuransi kesehatan di indonesia sudah
terpusat dalam program Jaminan Kesehatan Nasioanal (JKN) dan dikelola oleh
Badan Penyelenggaraan Jaminan sosial Kesesehatan (BPJS Kesehatan) sedangkan
pada Thailand Jenis Asuransi dibedakan menjadi tiga yaitu Social Security
Scheme, Civil Servants Medical Benefit Scheme, dan Medical Welfare Scheme.
Kepersertaanya, sistem asuransi kesehatan di Indonesia bersifat wajib,
sedangkan di Thailand secara otomatis setiap warga negara baik yang bekerja
ataupun tidak bekerja mempunyai hak yang sama dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan di rumah sakit pemerintah. Komposisi Peserta di Indonesia terbagi
menjadi dua yaitu Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang dibiayai oleh Pemeritah
melalui APBN, dan Non Penerima Bantuan Iuran yang dibiayai oleh iuran
perseorangan dan badan usaha, sedangkan di Thailand Komposisi peserta sesuai
dengan jenis asuransi yang diikuti dengan sistem pembiayaan terbagi menjadi dua
yaitu Pajak (jenis asuransi SSS, CSMBS, dan MWS) dan Premi (jenis Asuransi
VHI).
Model Pembayaran Pelayanan Kesehatan di indonesia terbagi menjadi
dua yaitu Kapitasi untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat Primer (FKTP) dan CBGs
untuk Fasilitas Kesehatan Tingkat sekunder dan tersier. Thailand mempunyai dua
model pembayaran palayanan kesehatan yaitu Kapitasi dan DRG sesuai dengan
jenis asuransi yang diikuti.
Jenis Pelayanan Kesehatan di indonesia bersifat Komperhensif (Promotif,
Preventif, kuratif dan Rehabilitatif) yang dilaksanakan di semua fasilitas
kesehatan (puskesmas, klinik pratama, RS Pemerintah, RS Swasta dan dokter
keluarga yang terlah bekerja sama dengan pihak BPJS) sedangkan di Thailand
Jenis pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan bersifat terbatas sesuai dengan
jenis asuransi yang diikuti.

Kesimpulan
Kebanyakan negara - negara berkembang sampai negara maju, telah
menerapkan sistem kesehatan nasionalnya. Tetapi kebijakannya berbeda - beda
negara satu dengan yang lainnya. Diperlukan adanya indikator dan pembanding

Hospital Visit : Thailand - Maret 2015

12

mengenai sistem kesehatan nasional di sebuah negara sehingga kita dapat


menemukan kekurangan atau kelebihan suatu sistem di suatu negara. Dengan
gambaran sistem kesehatan nasional di Thailand kita dapat melihat bagaimana
sistem kesehatan nasional tersebut berjalan di salah satu contoh rumah sakit
pemerintah.
Dari hasil kunjungan rumah sakit di Thailand dapat ditarik kesimpulan
bahwa implementasi sistem kesehatan nasional di Thailand merupakan salah satu
hasil usaha pemerintah Thailand untuk memajukan negaranya. Sistem kesehatan
nasional ini memerlukan waktu lebih dari 10 tahun untuk mencapai 99%
Universal Health Coverage. Dalam kurun waktu tersebut salah satu yang
diperkuat adalah sistem informasi untuk mengumpulkan data secara akurat dan
tepat, sehingga data ini kemudian menjadi dasar untuk memutuskan besarnya
kapitasi untuk pelayanan kesehatan primer di puskesmas dan rumah sakit, serta
besarnya biaya perlayanan per kasus di RS.
Di Indonesia, sistim informasi kesehatan masih belum berjalan dengan
baik. Untuk biaya pelayanan, yang berlaku di Indonesia adalah tarif Perda yang
ditentukan dari unit cost, bukan real cost seperti di Thailand. Hal ini juga
memerlukan dukungan teknologi informasi yang kuat sehingga suatu saat
Indonesia juga bisa memiliki sistem kesehatan nasional berbasis data.

Hospital Visit : Thailand - Maret 2015

13

Daftar Pustaka

Conrad, S., Waldrip, G 2002."Using Kaizen to reduce waste and prevent


pollution". Environmental Quality Management. 23-37. diakses dari :
http://www.epa.gov/lean/environment/methods/kaizen.htm pada tangga 15 Maret
2015
Kementrian Kesehatan RI 2013, Buku Saku BPJS Kesehatan
Lestari, N. P., Sunjaya, D. K., Syaefullah, A. 2014. Konsep Manajemen
Keselamatan Pasien Berbasis Program di RSUD Kapuas Provinsi Kalimantan
Tengah.
Diakses
dari
:
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2014/01/KONSEP-MANAJEMEN-KESELAMATAN-PASIENBERBASIS-PROGRAM.pdf\ pada tanggal 16 Maret 2015
Manajemen Rumah Sakit 2010. Belajar dari Thailand : Implementasi Universal
Coverage
di
Rumah
Sakit.
Diakses
dari
:
http://manajemenrumahsakit.net/2012/10/belajar-dari-thailand-implementasi
universal-coverage-di-rs/ pada tanggal 18 Maret 2015
Sriratanaban, J. 2010. A Case Study on Hospital Accreditation in Thailand and
Quality Improvement at King Chulalongkorn Memorial Hospital: Part 1.
Chulalongkorn
University.
Thailand.
Diakses
dari
:
http://www.ps4h.org/docs13_qual/Background%20Case%20study%20Singapore
%202004_1.pdf pada tanggal 15 Maret 2015.
Sriratanaban, J. 2010. Hospital Accreditation as a System Regulatory Mechanism:
A case of Thailand. Chulalongkorn University. Thailand. Diakses dari :
http://ps4h.org/baliday3r/Jiruth%20Sriratanaban_Case%20(BARU)_Session%204
.pdf pada tanggal 15 Maret 2015
Sriratanaban, J., Pongpirul, K., Sriratanaban, A. (n.d). Improvement of Hospital
Management in the Context of Health Sector Reform and its Linkage to Primary
Care in Thailand : Rapid Situation Assesment and Reccomendation. National
Health
Security
Office,
Thailand.
Diakses
dari
:
http://www.academia.edu/248995/Improvement_of_hospital_management_in_the
_context_of_health_sector_reform_and_its_linkages_to_primary_care_in_Thailan
d_Rapid_situation_assessment_and_recommendations pada tanggal 15 Maret
2015

Hospital Visit : Thailand - Maret 2015

14

You might also like