Professional Documents
Culture Documents
Perilaku Narsis Pada Media Sosial Di Kalangan Rema
Perilaku Narsis Pada Media Sosial Di Kalangan Rema
Naskah diterima tanggal 31Mei 2017, direvisi tanggal 16 September 2017, disetujui tanggal 18 September 2017
Abstract. The phenomenon of narcissistic behavior among adolescents has become an epidemic
disease of modern society. Narcissistic personality disorder is one of the several types of
personality disorders. This study aims to map the behavioral profiles among narcissism in
adolescents and the policy of preventive efforts. The theory used is Freud’s psychoanalyst
theory, the first person that uses the term narcissistic to describe people who showed himself an
important person and possessed with the desire to get attention. The phase that all children go
through before channeling their love for themselves to the significant person, so that the child is
fixed in the narcissistic phase. Explanatory research through survey method is used to deepen
this study. Based on the research results indicate that the behavior of adolescent narcissism
among young students in the area of East Bandung in the medium category. Behavior that tends
to increase along with the development of information and communication technology, indicates
the need for vigilance. The preventive policy should be implemented in a comprehensive and
sustainable manner with the involvement of stakeholders.
Keywords: narcissistic behavior, phenomenon, the behavioral profiles, policy of preventive
efforts.
Abstrak. Fenomena perilaku narsis di kalangan remaja telah menjadi sebuah epidemi penyakit
masyarakat modern. Gangguan kepribadian narsistik merupakan jenis gangguan kepribadian.
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan profil perilaku narsisme di kalangan remaja dan
kebijakan penanggulangannya. Teori yang digunakan yaitu teori psikoanalis Freud, yang
pertama kali menggunakan istilah narcissistic untuk mendeskripsikan orang-orang yang
menunjukkan bahwa dirinya orang penting secara berlebihan dan yang terokupasi dengan
keinginan mendapatkan perhatian. Fase yang dilalui semua anak sebelum menyalurkan cinta
mereka dari diri mereka sendiri kepada significant person, sehingga anak terfiksasi pada fase
narsistik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei dengan explanatory
research. Berdasarkan hasil penelitian bahwa perilaku narsisme di kalangan remaja pelajar di
kawasan Bandung Timur berada pada kategori sedang. Namun demikian bukan berarti dalam
posisi aman, sebab perilaku mereka cenderung meningkat seiring dengan berkembangnya
teknologi informasi dan komunikasi. Kebijakan penanggulangannya harus dilaksanakan secara
komprehensif dan berkesinambungan dengan melibatkan berbagai stakeholders terkait.
Kata Kunci: fenomena perilaku narsis, profil perilaku, kebijakan penanggulangan.
DOI: 10.20422/jpk.v20i2.220
121
Perilaku Narsis Pada Media Sosial di Kalangan Reamaja dan Upaya Penanggulangannya
Engkus, Hikmat, dan Karso
122
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 20 No. 2, Desember 2017: 121-134
di bawah tebing curam. Sejumlah personil Jika hal ini dibiarkan, tanpa ada upaya
Tim SAR Gabungan yang terdiri dari BPBD untuk melakukan penanggulangannya, hal ini
Situbondo, Bondowoso hingga Basarnassan berarti melakukan pembiaran terhadap remaja
Satpol PP Jember diterjunkan (Hartono, menjadi sosok yang egois, individualis, dan
2016). yang tidak memiliki kepedulian sekitarnya.
Di Jakarta, seorang siswa SMP bernama Rumusan masalah dalam penelitian ini:
Agus Firmansyah (12) tewas akibat jatuh dari (1) Bagaimana profil perilaku narsisme di
lantai 5 (lima) sebuah gedung kosong di Koja, media sosial para remaja pelajar di kawasan
Jakarta Utara. Agus jatuh karena terpeleset Bandung timur?; (2) Bagaimana kebijakan
saat sedang selfie bersama teman-temannya. penanggulangannya terhadap perilaku
Insiden itu terjadi di Kantor Imigrasi Jakarta narsisme di kalangan remaja pelajar di
Utara, Koja, Jakut, pada Rabu (4/5 2016) kawasan Bandung Timur ?.
malam. Tujuan penelitian: (1) Untuk
Kantor imigrasi tersebut kosong karena mendapatkan data tentang profil perilaku
pembangunannya sudah lama terhenti. "Jadi narsisme pada media sosial di kalangan
anak-anak itu main-main ke gedung imigrasi remaja pelajar di kawasan Bandung Timur;
itu sama teman-temannya, terus foto-foto (2) Untuk mengetahui bagaimana upaya
selfie. Dia terpeleset lalu jatuh," kata penanggulangannya terhadap perilaku
Kapolsek Koja Kompol Supriatno (Amelia narsisme di kalangan remaja pelajar di
R., 2017). kawasan Bandung Timur.
Berdasarkan fenomena yang terjadi Manfaat penelitian: secara teoretis
akhir-akhir ini yang cenderung semakin berpotensi memiliki manfaat (1) Memperkaya
sering dan meningkat, sebagaimana rumusan konsep, analitis, dan simpulan
diberitakan dari media baik media cetak tentang perilaku narsisme pada media sosial
maupun elektronik, begitu juga peneliti lain di kalangan remaja; (2) Memperkaya
membahasnya dalam bentuk penelitian pemahaman konseptual dengan memberikan
(sebagaimana penelitian di SMA 8 Malang), penjelasan perilaku narsisme pada media
ahli lain juga mengungkapkan bahwa sosial di kalangan remaja. Sedangkan secara
perubahan-perubahan masyarakat yang cepat praktis (1) Menjadi bahan pertimbangan
cenderung turbulen dan disruptif (Hanggono, dalam kebijakan bagi pemerintah dalam
2017), sehingga peneliti tertarik untuk penanganan remaja; (2) Sebagai salah satu
melakukan penelitian terhadap profil perilaku rujukan bagi peneliti berikutnya yang meneliti
narsisme peserta didik yang berada pada fase tentang perilaku narsisme di kalangan remaja.
remaja di sekolah menengah pertama yang
berada di wilayah Bandung Timur, agar dapat
mengetahui serta memahami permasalahan LANDASAN KONSEP
yang terjadi pada remaja secara lebih
mendalam. Review Penelitian Sejenis
Penelitian ini sebagai upaya awal guna Terdapat penelitian yang dilakukan oleh
mencegah perilaku narsisme di kalangan Iswari Kartika Pratiwi yang berjudul:
remaja tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Hubungan Antara Kepercayaan Diri,
Pertama (SLTP) seperti di Sekolah Menengah Penghargaan Diri, dan Kecenderungan
Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah Perilaku Narsistik Remaja Perempuan Di
(MTS) yang ada di wilayah Bandung Timur SMA Negeri 8 Malang. Penelitian ini
yang akan dicari akar permasalahan serta bertujuan untuk mengungkap hubungan
langkah kebijakan penanggulangannya. antara tingkat kepercayaan diri dan
Menjadi suatu kelainan kepribadian pada menghargai diri dengan kecenderungan
peserta didik dan implikasinya akan perilaku narsistik pada remaja perempuan di
berpengaruh terhadap perilaku remaja sebagai SMA Negeri 8 Malang. Penelitian ini bersifat
generasi penerus bangsa. deskriptif dan korelasional, pengambilan
sampel dilakukan dengan teknik stratifikasi
123
Perilaku Narsis Pada Media Sosial di Kalangan Reamaja dan Upaya Penanggulangannya
Engkus, Hikmat, dan Karso
sampling. Teknik analisis data menggunakan film, dan majalah. Respon banyak mencontoh
analisis deskriptif, analisis korelasional, dan figure yang menjadi inspirasinya dalam
analisis regresi berganda (Pratiwi, 2010). bersikap, berpakaian, dan gaya berbicara.
Berdasarkan hasil persentase, tingkat Remaja tersebut melihat dan menirukan gaya
kepercayaan diri berada pada kategori tinggi, figure yang menjadi trend centernya seperti
tingkat penghargaan diri berada pada kategori ikut mengunggah hasil fotonya ke media
rendah, dan tingkat gangguan perilaku sosial. Lingkungan pun memberikan respon
narsistik. Berada pada kategori tinggi. terhadap perilaku tersebut dengan
Kepercayaan diri dan penghargaan diri pendapatnya masing-masing.
remaja banyak dipengaruhi oleh lingkungan
sekitar, terutama keluarga dan teman sebaya. Konsep Narsis dan Remaja
Adanya penerimaan dan pujian dari keluarga Dalam kehidupan sehari-hari sering
dan orang lain dapat mengembangkan terlihat dan terdengar perilaku narsis. Narsis
kepercayaan diri dan penghargaan dirinya. merupakan salah satu penyimpangan
Ketika hal ini tidak dapat dikontrol kepribadian mental seseorang di mana orang
dengan baik, maka remaja pelajar perempuan tersebut memiliki perasaan yang berlebihan
di SMA 8 Malang tersebut dapat mengalami bahwa dirinya lah yang paling penting, dan
gangguan perilaku narsistik. Gangguan menginginkan untuk selalu dikagumi.
perilaku narsistik sering menyerang remaja Penyimpangan kepribadian adalah istilah
karena kurang kuatnya kontrol moral yang umum untuk jenis penyakit mental seseorang,
dimiliki oleh remaja. Oleh karena itu, di mana pada kondisi tersebut cara berpikir,
diperlukan kontrol yang baik pada diri remaja cara memahami situasi dan kemampuan
agar dapat tetap mencintai dirinya namun berhubungan dengan orang lain tidak
tidak sampai mengalami gangguan perilaku berfungsi normal. Kondisi itu membuat
narsistik. seseorang memiliki sifat yang
Fenomena selfie dan perilaku narsisme menyebabkannya merasa dan berperilaku
di kalangan remaja pelajar dengan narsisme dengan cara-cara yang menyedihkan,
merupakan salah satu respon yang dibangun membatasi kemampuannya untuk dapat
dari lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, berperan dalam suatu hubungan
penelitian perilaku narsistik pada remaja Teori yang digunakan yaitu teori
perempuan di SMA Negeri 8 Malang ini, psikoanalis yang dipelopori Freud,
bertujuan untuk mengetahui hubungannya sebagaimana dalam bukunya General
memotret diri sendiri (selfie) dengan narsisme Introduction to Psychoanalysis: Psikoanalisis
dan respon yang muncul dari lingkungan Sigmund Freud yang diterjemahkan oleh Ira
sosialnya. Puspitorini, dialah (Freud) orang yang
Teknik pengambilan data yang pertama kali menggunakan istilah narcissistic
digunakan untuk melakukan penelitian di untuk mendeskripsikan orang-orang yang
SMA 8 Malang adalah melalui wawancara menunjukkan bahwa dirinya orang penting
kepada 30 narasumber remaja putri dan putra. secara berlebih-lebihan dan yang terokupasi
Hasil penelitian tersebut mengungkapkan dengan keinginan mendapatkan perhatian.
bahwa selfie yang dilakukan oleh remaja di Fase yang dilalui semua anak sebelum
SMA 8 Malang merupakan kegiatan menyalurkan cinta mereka dari diri mereka
memotret diri sendiri tanpa bantuan dari sendiri kepada significant person, sehingga
orang lain. anak terfiksasi pada fase narsistik. Narsistik
Sosialisasi terjadi melalui interaksi merupakan reaksi asumsi untuk menghadapi
manusia. Para remaja di SMA 8 Malang masalah-masalah self-worth yang tidak
belajar banyak dari orang-orang yang realistik sebagai hasil dari penurutan dan
dianggap dekat seperti famili, sahabat, dan evaluasi yang berlebihan dari orang-orang
guru. yang signifikan (Freud, 2002).
Tetapi juga belajar dari orang-orang Orang-orang yang narsis meyakini
yang dilihat di jalan, di televisi, di internet, bahwa mereka adalah orang-orang yang lebih
124
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 20 No. 2, Desember 2017: 121-134
unggul daripada orang lain dan kurang bisa lain), tetapi biasanya perilaku itu akan
menghargai perasaan orang lain. Namun di menghilang ketika tumbuh dewasa.
balik rasa percaya dirinya yang teramat kuat, Remaja merupakan kelompok umur
sebenarnya orang narsis memiliki yang rentan dengan segala macam gangguan,
penghargaan terhadap diri sendiri yang karena pada usia remaja merupakan masa
lemah, mudah tersinggung meskipun terhadap yang sedang kuat-kuatnya mencari jatidiri.
kritikan kecil. Sebenarnya kata narsis sendiri Paling sedikit ada tiga hal yang harus
berasal dari seorang tokoh bernama Narciscus diperhatikan, yakni: historik, narcisistik, dan
(bangsa Yunani) yang gemar mengagumi anti sosial.
dirinya dengan bercermin di atas kolam. Hal
inilah yang akhirnya menjadi dasar mengapa Varian-varian Media Sosial
orang-orang yang terlalu berlebihan dalam Globalisasi adalah suatu proses yang
mengagumi dirinya sendiri disebut narsis. menempatkan masyarakat dunia bisa
Narsisme memiliki spektrum yang menjangkau satu dengan yang lain atau saling
lebar, dari ringan sampai berat. Sedikit terhubungkan dalam semua aspek kehidupan
narsisme adalah normal dan sehat. Setiap mereka, baik dalam budaya, ekonomi, politik,
orang sesekali perlu mementingkan diri teknologi maupun lingkungan (Winarno,
sendiri dan menjaga harga diri. 2008).
Masalah timbul bila kadarnya sudah Internet merupakan hasil globalisasi,
berat sehingga merugikan diri sendiri dan merupakan salah satu teknologi canggih yang
hubungan dengan orang lain. Kondisi itu menghubungkan pengguna-penggunanya di
disebut gangguan kepribadian. seluruh dunia. Internet membantu para
Gangguan kepribadian narsistik adalah penggunanya dalam mendapatkan informasi
pola berulang dari kesombongan, dan berinteraksi dengan pengguna lainnya
kecongkakan, dan egoisme yang menjauhkan melalui media sosial. Media sosial merupakan
dari pergaulan. Seseorang disebut memiliki saluran atau sarana pergaulan sosial secara
gangguan kepribadian narsistik bila memiliki online di dunia maya.
sedikitnya lima dari sembilan tanda berikut: Indonesia merupakan salah satu negara
(1) Melebih-lebihkan prestasi dan bakatnya, yang masyarakatnya sebagai konsumen
merasa dirinya seorang yang hebat; (2) Selalu tertinggi terhadap media sosial. Media sosial
membutuhkan kekaguman dan pujian orang yang dipakai masyarakat sangat beraneka
lain; (3) Berfantasi tentang kesuksesan, ragam, di antaranya yaitu Facebook, twitter,
kecantikan, kekuasaan, dan ketenaran tanpa path, line, dan sebagainya. Masing-masing
batas; (4) Menganggap diri istimewa dan unik media sosial memiliki fasilitas dan keunikan
sehingga hanya sudi bergaul dengan orang- yang berbeda-beda.
orang lain yang berstatus tinggi atau
berhubungan dengan institusi yang berkelas; Perilaku Narsis dan Gangguan
(5) Merasa berhak untuk mendapatkan Kepribadian
perlakuan istimewa atau orang lain harus Keragaman kepribadian adalah apa
selalu mengikuti kemauannya; (6) yang membuat seseorang unik. Namun,
Mengeksploitasi orang lain untuk terkadang kepribadian dapat
mendapatkan apa yang dia inginkan; (7) memanifestasikan dirinya dalam cara yang
Tidak dapat mengenali atau berempati dengan tidak pantas dan merusak. Gangguan
perasaan dan kebutuhan orang lain; (8) Selalu kepribadian mewakili berbagai perilaku, pola
iri hati dengan kesuksesan dan kepemilikan pikir, dan tanggapan emosional yang
orang lain; (9) Berperilaku arogan, congkak, destruktif dan abnormal. Gangguan
dan angkuh. kepribadian cenderung terbentuk pada masa
Banyak remaja yang menampilkan remaja atau awal masa dewasa dan bertahan
beberapa sifat narsis (terutama keegoisan dan sepanjang hidup seseorang.
ketidakpedulian terhadap perasaan orang Ada berbagai jenis gangguan
kepribadian, dengan berbagai penyebab dan
125
Perilaku Narsis Pada Media Sosial di Kalangan Reamaja dan Upaya Penanggulangannya
Engkus, Hikmat, dan Karso
cara mengatasi, di mana sebagian gangguan sekelompok aktor politik berkenaan dengan
kepribadian lebih mudah diatasi dibanding tujuan yang telah dipilih beserta cara-cara
yang lain. untuk mencapainya dalam satu situasi di
Beberapa penelitian menunjukkan mana keputusan-keputusan itu pada
bahwa setiap orang cenderung memiliki prinsipnya masih berada dalam batas-batas
perilaku narsis, hanya kadarnya yang kewenangan kekuasaan dari aktor tersebut.
berbeda. Namun narsis akan berkembang Selanjutnya Siagian (1990) mengemukakan
menjadi perilaku narsis akut yang akan bahwa kebijakan adalah kegiatan keputusan
berimplikasi pada gangguan kepribadian. Jika strategis ditinjau dari sudut kepentingan
hal ini dibiarkan cenderung akan pelestarian organisasi yang pada gilirannya
membahayakan terhadap dirinya dan orang akan memungkinkan mencapai tujuan yang
lain. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan telah ditetapkan.
dijelaskan tentang gangguan perilaku Sejalan dengan hal tersebut di atas
narsistik yang diduga disebabkan oleh faktor Edward III dan Sharkansky dalam Islamy
bawaan. Faktor psikososial, seperti pola (1997) mengatakan kebijakan publik itu dapat
hubungan keluarga yang patogenik, dan ditetapkan secara jelas dalam peraturan-
faktor sosiokultural, seperti munculnya sistem peraturan pemerintah ataupun berupa
nilai dan pola perilaku tertentu yang jauh program-program dan tindakan-tindakan yang
berbeda dari yang lazim berlaku di dilakukan pemerintah, untuk itu Dunn (2003)
masyarakat akibat kondisi kemiskinan. berpendapat: A policy system, or the overall
Misalnya, dalam bentuk standar yang pattern within which policies are made,
sangat longgar tentang kejujuran, tanggung involves inter-relationship among three
jawab sosial, dan sebagainya. Penderita aneka element: public policy, policy stake holder
jenis gangguan ini biasanya sulit ditangani and policy environment.
untuk ditolong. Mereka harus dipaksa. Usaha Selanjutnya Ripley dalam Nawawi
memberikan pertolongan biasanya lebih (2009) menyebutkan tahapan proses
efektif bila dilakukan dalam lingkungan kebijakan publik sebagai berikut: “Agenda,
tertentu, misalnya di penjara atau pusat formulasi dan legitimasi kebijakan,
rehabilitasi lainnya. implementasi kebijakan, evaluasi terhadap
Beck, dkk., dalam Widiyanti, implementasi, kinerja, dan kebijakan baru”.
Solehuddin & Saomah (2017) berasumsi Kebijakan dalam kontek manajemen
bahwa orang-orang dengan narsisme dijelaskan oleh Nugroho (2011) yang
berpegang pada gagasan ketidakmampuan mengatakan: “Kebijakan publik adalah
menyesuaikan diri sendiri, termasuk sebuah manajemen, mengagendakan
pandangan bahwa mereka adalah orang yang pemahaman bahwa kebijakan publik harus
luar biasa yang pantas diperlakukan lebih dikendalikan. Jadi, daripada menggunakan
baik dari pada manusia biasa. Di tengah frase evaluasi kebijakan, saya memilih untuk
gencarnya budaya hedonisme (menyandarkan menggunakan istilah pengendalian kebijakan.
status sosial dan kesuksesan pada ukuran Pengendalian kebijakan terdiri atas tiga
materi harta benda dan kekuasaan) saat ini dimensi, yaitu (1) Monitoring kebijakan atau
dapat menjadikan perilaku narsis semakin pengawasan kebijakan; (2) Evaluasi
meluas dan pada akhirnya mengikis keimanan kebijakan; (3) Pengganjaran kebijakan”.
seseorang secara perlahan-lahan.
126
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 20 No. 2, Desember 2017: 121-134
sampel dari satu populasi dan menggunakan Solehuddin & Saomah (2017) yang
kuesioner sebagai alat pengumpul data pokok. selanjutnya diturunkan menjadi indikator
Instrumen penelitian digunakan untuk untuk kemudian dijabarkan menjadi butir
mengukur nilai variabel yang diteliti dengan pernyataan. Berikut merupakan kisi-kisi
tujuan untuk mendapatkan hasil data intrumen yang telah dirancang sebelum uji
kuantitatif secara akurat. Sugiyono (2016) kelayakan. Hasil uji kelayakan instrumen
menjelaskan bahwa angket sebagai teknik pada Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat 45
pengumpulan data sangat cocok untuk item yang memenuhi untuk dijadikan sebagai
mengumpulkan data dalam jumlah besar. item dalam intrumen dan 13 item dengan
Dalam penelitian ini instrumen yang pertimbangan pada penggunaan kelayakan
digunakan adalah angket mengenai narsisme bahasa yang perlu direvisi dan tidak ada item
yang diturunkan dari aspek-aspek yang yang perlu dibuang.
dikembangkan oleh Vaknin dalam Widiyanti,
Tabel 1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian Narsisme
Item
Aspek Indikator Total
(+) (-)
Memiliki perasaan Melebih-lebihkan prestasi dan bakat 2,3 1 3
grandiose (perasaan Tuntutan diri untuk diakui sebagai superior tanpa prestasi 5,6 4 3
megah) dan self- sepadan
important
Merasa diri adalah Merasa diri paling hebat dibanding orang lain 16,17 15 3
individu yang khusus Hanya dapat bergaul dengan orang-orang khusus dengan 19,20 18 3
dan spesial high status
Tidak memiliki rasa Tidak mau mengakui pilihan orang lain 38,39 37 3
empati Tidak dapat memahami perasaan orang lain 41,42 40 3
Tidak dapat memahami kebutuhan orang lain 44 43 2
Berperilaku arogan dan Merasa lebih tahu dibandingkan dengan orang lain 53 52 2
angkuh tentang suatu hal
Marah saat frustasi 55,56 54 3
127
Perilaku Narsis Pada Media Sosial di Kalangan Reamaja dan Upaya Penanggulangannya
Engkus, Hikmat, dan Karso
Total 58
Sumber: Hasil Penelitian (diolah), 2016.
Tabel 2
Hasil Penimbangan Instrumen Perilaku Narsisme
Hasil Penimbangan Nomor Item Jumlah
Dosen Ahli
Dipakai 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14,15, 16, 17, 18, 20, 21, 22, 23, 27, 28, 45
29, 30, 31, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49,
50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58
Direvisi 6, 9, 11, 14, 16,17, 19, 24, 25, 26, 32, 55, 57 13
Dibuang - -
Sumber: Hasil Penelitian (diolah), 2016.
128
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 20 No. 2, Desember 2017: 121-134
129
Perilaku Narsis Pada Media Sosial di Kalangan Reamaja dan Upaya Penanggulangannya
Engkus, Hikmat, dan Karso
dilihat orang lain. Kecenderungan untuk kategori sedang adalah 74%. Kategori tinggi
dilihat orang-orang lain tersebut biasanya berarti bahwa peserta didik memiliki daya
dipublikasikan melalui media sosial. khayal yang tinggi untuk menjadi seorang
Karakteristik yang khas pada perilaku yang populer di sekolah dan mengharapkan
narsisme adalah leadership (autory) yaitu agar orang lain mengakui prestasi yang ia
keinginan menjadi pemimpin atau seseorang miliki. Indikator keempat yakni terobsesi
yang berkuasa. Konteks menjadi seorang akan keindahan tubuh, perolehan hasilnya
pemimpin dalam indikator ini adalah peserta terdapat 14% peserta didik yang termasuk ke
didik menjadi seorang ketua kelas maupun dalam kategori tinggi. Hal ini
ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) mendeskripsikan bahwa peserta didik
di sekolah. Selain itu juga, perilaku yang memiliki kriteria akan kecantikan atau
ditampilkan adalah terobsesi untuk menjadi ketampanan, pada indikator ini perilaku yang
juara kelas namun malas untuk belajar. ditampilkan adalah keinginan untuk menjadi
Artinya bahwa peserta didik memiliki yang paling cantik atau tampan serta adanya
keinginan untuk menjadi seseorang yang kesenangan untuk melihat kecantikan atau
unggul namun tidak disertai dengan prestasi ketampanan dengan bercermin. Berdasarkan
yang sepadan. hasil penelitian ini juga menunjukkan, bahwa
Meskipun terdapat 9% peserta didik faktor lainnya yang dapat memengaruhi
yang berada pada kategori tinggi, pada narsisme adalah sosio cultural, hal ini
indikator ini peserta didik yang berada pada didasari adanya anggapan masyarakat dalam
kategori rendah menunjukkan persentase lingkungan sosial tertentu mengenai tubuh
tertinggi yakni 52%. Kategori rendah ideal dan wajah menarik.
menunjukkan bahwa peserta didik dapat Sementara penyebab gangguan
mempertimbangkan keinginan jika tidak kepribadian narsistik ini sendiri sampai saat
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki ini belum diketahui secara pasti. Namun
dengan menunjukkan sikap realistis. beberapa hasil penelitian menujukkan
Sementara untuk kategori sedang adalah gangguan kepribadian narsistik ini terjadi
sebanyak 49%, kategori sedang menunjukkan karena kegagalan selama masa
bahwa peserta didik berada di antara kategori perkembangan, harapan yang terlalu tinggi,
tinggi dan rendah artinya bahwa peserta didik keinginan untuk diperhatikan maupun cara
bisa saja memiliki keinginan untuk menjadi berpikir yang salah. Untuk pengobatannya
seorang pemimpin maupun juara kelas namun sendiri sampai saat ini belum ditemukan obat
tidak memaksakan diri untuk bisa secara medis yang bisa digunakan untuk
mencapainya. Indikator ketiga adalah mengobati gangguan kepribadian narsistik ini.
memiliki fantasi akan ketenaran. Hasilnya Namun pengobatan tetap bisa dilakukan
menunjukkan peserta didik yang termasuk dengan terapi, yakni Binaural Beats -
dalam kategori rendah merupakan jumlah Narsisistic Therapy. Binaural Beats-
terendah di antara kategori lainnya yakni Narsisistic Therapy akan memberikan
dengan persentase 3%. Indikator ini stimulus positif pada otak yang akan
diasumsikan sebagai upaya individu untuk memberikan ketenangan dan menghilangkan
mendapatkan pengakuan dari orang-orang di gangguan kepribadian narsistik dengan
sekitarnya. mengembalikan fungsi otak serta mengubah
Di kalangan remaja peserta didik yang cara kerja otak menjadi lebih baik lagi.
berada di Kawasan Bandung Timur, berada Binaural Beats - Narsisistic Therapy telah
pada kategori rendah menunjukkan tidak melewati proses penelitian selama bertahun-
adanya fantasi akan ketenaran karena fantasi tahun dan terbukti efektif dalam mengatasi
adalah sebuah khayalan sementara untuk berbagai gangguan kerpibadian, termasuk
peserta didik yang berada pada kategori tinggi gangguan kepribadian narsistik.
menunjukkan adanya respon positif terhadap Berbeda dengan pendekatan sosiologis
indikator ini. Hasil persentasi menunjukkan penyimpangan itu disebut dengan isitilah
untuk kategori tinggi adalah 23% dan untuk delinkuensi. "delinkuensi anak-anak yang
130
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 20 No. 2, Desember 2017: 121-134
terkenal di Indonesia adalah masalah cross keterampilan anak-anak didik. Kesalahan dan
boys dan crossgirl yang merupakan sebutan kekurangan- kekurangan dalam tubuh sekolah
bagi anak-anak muda yang tergabung sebagai tempat mendidik, bisa menyebabkan
dalam suatu ikatan/organisasi formal atau adanya peluang untuk timbulnya kenakalan
semi formal dan yang mempunyai perilaku remaja. Pendidikan di luar sekolah dan rumah
yang kurang/tidak disukai oleh masyarakat tangga. Dalam rangka mencegah atau
pada umumnya. Delinkuensi (delinquency) mengurangi timbulnya kenakalan remaja
anak-anak di Indonesia meningkat pada tahun akibat penggunaan waktu luang yang salah,
1956 dan 1958 dan juga pada 1968-1969, maka pendidikan di luar dua instansi tersebut
hal mana sering disinyalir dalam di atas perlu ditingkatkan. Disamping
pernyataan-pernyataan resmi pejabat maupun, perbaikan lingkungan dan kondisi sosial.
petugas-petugas penegak hukum. Juga terjadi Perkembangan agama pada masa anak,
perkelahian antara siswa-siswa pelbagai terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak
sekolah di Jakarta dan kota-kota lain. kecil, dalam keluarga, di sekolah dan dalam
Delinkuensi anak-anak meliputi masyarakat lingkungan. Semakin banyak
pencurian, perampokan, pencopetan, pengalaman yang bersifat agama, (sesuai
penganiayaan, pelanggaran susila, dengan ajaran agama) dan semakin banyak
penggunaan obat-obat perangsang, dan unsur agama, maka sikap, tindakan, kelakuan,
mengendarai mobil (atau kendaraan bermotor dan caranya menghadapi hidup akan sesuai
lainnya) tanpa mengindahkan norma-norma dengan ajaran agama. Kedua, orang tua harus
lalu lintas. Memang, apabila dibandingkan mengerti dasar-dasar pendidikan. Zakiah
dengan delinkuensi anak-anak di negara- Daradjat dalam Makmun, (2007), menyatakan
negara lain, masalah tersebut belum bahwa pendidikan dan perlakuan yang
merupakan masalah gawat di Indonesia. Akan diterima oleh anak sejak kecil merupakan
tetapi hal ini bukan berarti boleh lengah. sebab-sebab pokok dari kenakalan anak-anak,
Sorotan terhadap delinkuensi anak-anak di maka setiap orang tua haruslah mengetahui
Indonesia terutama tertuju pada perbuatan- dasar-dasar pengetahuan, minimal tentang
perbuatan pelanggaran yang dilakukan oleh jiwa anak dan pokok-pokok pendidikan yang
anak-anak muda dari kelas-kelas sosial harus dilakukan dalam menghadapi
tertentu. bermacam-macam sifat anak. Untuk
Perbuatan-perbuatan seperti membekali orang tua dalam menghadapi
mengendarai kendaraan bermotor secara persoalan anak-anaknya yang dalam umur
sewenang-wenang, penggunaan obat-obat remaja, orang tua perlu pengertian sederhana
perangsang, pengedaran bahan-bahan tentang ciri-ciri remaja atau psikologi remaja.
pornografi, hanya dapat dilakukan oleh Terkadang seseorang memandang
mereka yang berasal dari golongan mampu. narsisme merupakan hal yang biasa dan tidak
Perlu diadakan penelitian terhadap perlu mendapatkan penanganan. Hal ini
delinkuensi anak-anak terutama yang berasal mungkin ada benarnya bila penderita narsis
dari blighted area yaitu wilayah kediaman tersebut belum tergolong ke dalam tingkat
dengan tingkat disorganisasi tinggi. Beberapa yang parah atau belum mengganggu
upaya pencegahan terhadap perilaku narsis kenyamanan orang lain. Namun, ada kalanya
yang perlu dilakukan antara lain: usaha tanpa disadari penyimpangan seperti narsis
pembinaan pribadi remaja sejak masih dalam tersebut mengalami perkembangan ke arah
kandungan melalui ibunya. Setelah lahir, yang lebih buruk, dan dianggap sudah
maka anak perlu diasuh dan dididik dalam mengganggu baik bagi orang lain maupun
suasana yang stabil, menggembirakan serta bagi si penderita itu sendiri. Pada saat seperti
optimisme. Pendidikan dalam lingkungan itulah penderita narsis perlu segera ditangani
sekolah. Sekolah sebagai lingkungan dan diatasi.
kenakalan dan sebagai tempat pembentukan Penanganan narsis atau obat bagi
anak didik memegang peranan penting dalam penderita narsis tentunya juga harus
membina mental, agama pengetahuan dan disesuaikan dengan tingkat keparahannya.
131
Perilaku Narsis Pada Media Sosial di Kalangan Reamaja dan Upaya Penanggulangannya
Engkus, Hikmat, dan Karso
Treatment atau penanganan yang biasanya bahwa tingkat narsisme pada remaja sekolah
dilakukan yaitu melalui terapi psikologis. yang berada di Kawasan Bandung Timur
Ketika seorang penderita narsis sudah termasuk dalam kategori sedang, peserta
terjebak dalam pemikiran bahwa segalanya didik memiliki kecenderungan dalam
harus sempurna (perfect) dan semuanya tidak keterpusatan diri namun masih dapat
boleh ada yang salah, maka hal tersebut bisa ditangani oleh dirinya sendiri sehingga tidak
menimbulkan masalah bagi kehidupan dan memunculkan konsep diri megah
lingkungan sekitarnya. Dampaknya hubungan (grandiosity). Pada umumnya peserta didik,
di sekolah, tempat kerja, atau hubungan- memiliki keinginan untuk diakui oleh orang-
hubungan interaksi yang lain menjadi sangat orang di sekitarnya terutama teman sebaya
terganggu. Jika dibiarkan berlarut-larut, hal sehingga perilaku-perilaku yang cenderung
ini tentu akan membuat penderita menjadi mengarah pada narsisme terkadang terjadi
tidak bahagia dan semakin bingung dengan sebagai suatu bentuk dari pengaruh
segala bentuk emosi yang berkecamuk dalam lingkungan. Meskipun demikian, peserta
dirinya. Orang-orang di sekitarnya pun didik yang termasuk ke dalam kategori ini
pastinya tidak akan merasa bahagia dan perlu memiliki self-control yang baik agar
nyaman. Akibat terburuknya bila penderita perilaku yang cenderung mengarah pada
dijauhi, maka penderita akan merasa narsisme dapat dikelola dengan baik. Secara
kebutuhan interaksinya dengan manusia lain umum, tingkat narsisme remaja pelajar berada
tidak terpenuhi. Pada saat seperti inilah di Kawasan Bandung Timur pada kategori
penderita narsis perlu mendapatkan sedang. Hal ini dideskripsikan pada setiap
pengobatan melalui penanganan secara indikator yang termasuk ke dalam kategori
psikologis. sedang. Jika dilihat dari distribusi narsisme
Remaja yang masih mencari jati diri per individu maka diketahui dari 137 peserta
biasanya memang mengalami gejala-gejala didik yang dijadikan sebagai responden dalam
seperti narsisme, yang menjadi tidak wajar 53% berada pada kategori sedang. Ketiga,
adalah apabila gejala-gejala narsisme tersebut perilaku narsisme yang tidak memiliki
terus melekat dalam diri sampai dewasa. Hal kecenderungan perilaku narsisme atau berada
ini lah yang nantinya akan berkembang pada kategori rendah merupakan peserta didik
menjadi suatu kelainan kepribadian. Pada yang sudah memiliki penghargaan diri yang
tingkatan yang cukup parah, bisa terjadi tinggi. Perilaku narsisme timbul akibat dari
berbagai komplikasi yang menyertai adanya perasaan tidak nyaman terhadap diri
kehidupan penderita narsis, antara lain: sendiri dan rendahnya harga diri sehingga
adanya perilaku narsis yang dialami oleh menampilkan perilaku narsisme untuk
remaja. mendapatkan kenyaman diri serta
Berdasarkan hasil penelitian penghargaan dari orang lain.
mengungkapkan bahwa profil narsisme di
wilayah Bandung Timur diklasifikasikan
menjadi tiga kategori, yaitu: pertama, PENUTUP
kategori tinggi perilaku narsisme di kalangan
remaja cenderung menunjukkan perilaku Simpulan
yang berlebihan, menganggap dirinya sebagai Berdasarkan hasil penelitian,
seseorang yang berharga, kebutuhan untuk menunjukkan bahwa profil perilaku narsisme
dikagumi, grandiosity, dan mementingkan di kalangan remaja yang berada di Kawasan
diri sendiri. Bandung Timur berada pada kategori sedang,
Perilaku narsisme biasanya terobsesi namun bukan berarti dalam posisi aman,
untuk dapat memuaskan hasrat dalam sebab perilaku mereka cenderung meningkat.
kekayaan, kekuatan, dan kecantikan atau Kebijakan tindakan pecegahan yang
ketampanan yang ada pada diri remaja pelajar dilaksanakan secara komprehensif dan
di Kawasan Bandung Timur. Kedua, berkelanjutan terutama melalui pembinaan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan akhlakulkarimah terhadap remaja di Kawasan
132
Jurnal Penelitian Komunikasi Vol. 20 No. 2, Desember 2017: 121-134
133
Perilaku Narsis Pada Media Sosial di Kalangan Reamaja dan Upaya Penanggulangannya
Engkus, Hikmat, dan Karso
134