Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Konsep Ponpes Green PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 92

HALAMAN JUDUL

PONDOK PESANTREN MODERN DENGAN KONSEP


GREEN BUILDING DI KABUPATEN GOWA

ACUAN PERANCANGAN
PERIODE I
TAHUN 2017-2018

Disusun oleh:
MUHAMMAD SAFRIZAL TASIDIN
D511 12 271

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
LEMBAR PENGESAHAN
ACUAN PERANCANGAN

PROYEK : TUGAS SARJANA ARSITEKTUR


JUDUL : PONDOK PESANTREN MODERN DENGAN
KONSEP GREEN BUILDING DI KABUPATEN GOWA
PENYUSUN : MUHAMMAD SAFRIZAL TASIDIN
NO. STB : D511 12 271
PERIODE : I - 2017/2018

Menyetujui,
Dosen pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Baharuddin Hamzah,ST.,M.Arch.,Ph.D Afifah Harisah,ST.,MT.,Ph.D


NIP. 19690308 199512 1 001 NIP. 19700804 199702 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Teknik Arsitektur
Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin

Dr. Eng. Rosady Mulyadi, ST.,MT.


NIP. 19700810 199802 1 001

ii
ABSTRACT

Modern Islamic boarding school is a school that teach about the about the
knowledge of about Islamic Shari'a blend of curriculum of boarding school
with national education curriculum, so although the format is a boarding
school, also have boarding school education, the students also gain
knowledge and passing standard as student which school at Public schools.
From the quality data of Islamic boarding school education in Indonesia is
still not encouraging. Currently, the number of Islamic boarding school
across Indonesia reaches 29,000 (Kemenag, 2016). Of that number
boarding schools that have the best quality centered on the island of Java,
while Islamic boarding school, especially in South Sulawesi, especially
Gowa Regency is still lacking. Then, the problems in general buildings in
tropical countries such as Indonesia most use energy for the air system of
about 45-70 percent, the lighting system of about 10-20 percent, elevators
and escalators about 2-7 percent as well as office and electronic equipment
around 2-10 percent (esdm.go.id, 2014). Energy-intensive buildings are not
only costly but also produce greenhouse gas emissions that damage the
environment. To deal with this problem is needed a boarding school facilities
and can be more competitive at the regional, national and even overseas
with the concept of green building, the concept of building that takes care of
the environment and nature around for the future.

Keywords: Islamic boarding school, Modern, Green Building

iii
ABSTRAK

Pondok pesantren modern adalah sekolah yang mengajarakan tentang


ilmu-ilmu mengenai syariat islam perpaduan antara kurikulum pondok
pesantren dengan kurikulum pendidikan nasional, sehingga walaupun
formatnya sebuah pondok pesantren, juga memiliki pendidikan kepondokan
asrama, siswa/santri juga memperoleh ilmu dan standar kelulusan
sebagaimana pelajar yang sekolah di sekolah umum Dari data mutu
pendidikan pesantren di Indonesia masih belum menggembirakan. Saat ini
jumlah pesantren di seluruh Indonesia mencapai 29.000 (Kemenag, 2016).
Dari jumlah itu pesantren yang memiliki kualitas yang terbaik terpusat di
pulau jawa sedangkan pesantren-pesantren khususnya di Sulawesi Selatan
khususnya Kabupaten Gowa masih kurang. Kemudian, permasalahan pada
umumnya bangunan di negara tropis seperti Indonesia paling banyak
menggunakan energi untuk sistem tata udara sekitar 45-70 persen, sistem
tata cahaya sekitar 10-20 persen, lift dan eskalator sekitar 2-7 persen serta
alat-alat kantor dan elektronik sekitar 2-10 persen (esdm.go.id, 2014).
Gedung yang boros energi bukan hanya mahal biaya operasionalnya
namun juga menghasilkan emisi gas rumah kaca yang merusak lingkungan.
Untuk menghadapi masalah ini diperlukan suatu fasilitas pondok pesantren
dan bisa lebih bersaing di tingkat regional, nasional bahkan mancanegara
dengan konsep green building, yaitu konsep bangunan yang
memperhatikan lingkungan dan alam sekitar demi masa depan.

Kata Kunci: Pondok Pesantren, Modern, Green Building

iv
KATA PENGANTAR

Bismillah. Alhamdulillahirabbil ‘alamin, tidak ada kata yang pantas kita


ucapkan dan panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wa
ta’ala Rabb seru sekalian alam, yang tiada henti-hentinya memberikan
hidayah dan karunia-Nya kepada kita semua. Tidak lupa kita kirimkan
shalawat beriring salam semoga selalu tercurah kepada teladan kita Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat dan
seluruh pengikut mereka yang setia, semoga salam dan shalawat yang kita
kirimkan kepada beliau akan memberikan syafaatnya yang menjadi
pertolongan kepada kita umatnya di akhirat kelak. Dan akhirnya penulis
dapat menyelesaikan Skripsi Perancangan Tugas Akhir Sarjana Arsitektur
dengan judul PONDOK PESANTREN MODERN DENGAN KONSEP
GREEN BUILDING DI KABUPATEN GOWA

PONDOK PESANTREN MODERN DENGAN KONSEP GREEN


BUILDING DI KABUPATEN GOWA adalah judul Skripsi Perancangan
Tugas Akhir Sarjana Arsitektur disusun sebagai pemenuhan tugas akhir
penulis sebagai mahasiswa di Departemen Teknik Arsitektur. Penekanan
isi tugas akhir ini berupa konsep ide dan landasan pemikiran dari judul yang
penulis ajukan diatas.

Melalui ini juga, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya


sebagai penghargaan atas segala bimbingan, bantuan dan dukungan,
kepada:
1. Ayahanda tercinta Drs. Muhammad Tasidin dan Ibunda tercinta
Nurhaedah Sp.d yang telah memberikan doanya, mendidik
dengan sabar serta memberikan kasih sayang dan perhatiannya
selama ini, dan tidak lupa kepada saudara-saudaraku Muh.
Ramadhan T. dan Muh. Hidayat T. yang telah memberikan
dukungan serta doanya sehingga penulis semangat mengerjakan
tugas dan menyelesaikan tugas akhir desain perancangan ini

v
2. Bapak Prof. Baharuddin Hamzah,ST.,M.Arch.,Ph.D selaku
Dosen Pembimbing I dan Ibu Afifah Harisah,ST., MT.,Ph.D.
selaku Dosen Pembimbing II yang sabar membimbing,
memberikan arahan dan masukan selama penulisan dan proses
asistensi
3. Bapak Dr.Eng. Rosady Mulyadi,ST.,MT Ketua Departemen
Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
4. Ibu Rahmin Amin Ishak ST.,MT., sebagai penasehat akademik
yang dengan ikhlas memberikan konsultasi akademik selama ini
juga motivasi, dan arahan untuk menyelesaikan perkuliahan ini
dengan baik
5. Bapak Abdul Mufti Radja, ST., MT., Ph.D. selaku pengelola
Studio Tugas Akhir Departemen Teknik Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
6. Seluruh Dosen dan Staf/Karyawan Departemen Teknik Arsitektur
Fakultas Teknik Unversitas Hasanuddin, atas semua ilmu dan
pengetahuan yang diberikan, serta yang telah membantu segala
urusan di administrasi dan akademik
7. Teman-teman KKN Universitas Hasanuddin Gelombang 90
Kabupaten Pinrang, Kecamatan Mattirobulu, Desa Padaelo
(Ishak, Angga, Afni, Sukma, dan Weni) terima kasih atas canda
tawanya, kerjasama dan kesuksesan program kerja selama KKN
8. Teman-teman Studio Perancangan Tugas Akhir Periode I
Tahun 2017/2018 (Muh.Luthfi, Muh.Luqman K., Kurniawan,
Rahmat) yang selalu bekerja sama membagi ilmu dan pengalaman
serta memberi masukan ide,dan kritik dalam proses pembuatan
desain proyek tugas akhir ini.
9. Seluruh teman-teman Angkatan 2012 Prodi Teknik Arsitektur
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
pengalaman yang tidak terlupakan selama berkuliah. Semoga kita
meraih kesuksesan, impian dan cita-cita kita masing-masing

vi
10. Seluruh sahabat penulis (Tarmizi Tabrani, Adnan Adifar, Dharil
Al Qadri, Fajar Al Buchari ST., Rusdianto Hamid ST., Najamuddin
ST., Karyoso Ramadhan ST.,Iksan Nur Alamsyah, Fadel Khalifah
Ibrahim) Terima kasih atas bantuan dan semangatnya.
11. Dan semua pihak yang penulis tidak menyebutkan namanya satu
persatu, terima kasih banyak atas perhatian dan dukungannya
selama ini.

Demikianlah yang dimudahkan bagi kami untuk menyusun tulisan ini.


Tulisan ini memang masih jauh dari kesempurnaan. Yang benar bersumber
dari Allah subhanahu wa ta’ala. Sedangkan yang salah berasal dari kami
dan dari syaithan, Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya berlepas diri
dari kesalahan kami. Dan kami memohon ampun kepada Allah subhanahu
wa ta’ala. Nasihat dan kritik membangun dari para pembaca yang budiman
sangat kami harapkan dan untuk mengharapkan limpahan ridha, rahmat
dan barakah dari Allah subhanahu wa ta’ala. Semoga Allah subhanahu wa
ta’ala menerima amal-amal kita. Akhir kata, dimana ada pertemuan pasti
ada perpisahan tidak ada sesuatu hal yang baru sebelum mempelajari
sesuatu yang lama. Semoga kita semua diberi kemudahan dalam menjalani
aktivitas setelah ini.

Makassar, Juli 2017

MUHAMMAD SAFRIZAL TASIDIN


D51112271

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... ii
ABSTRACT .............................................................................................. iii
ABSTRAK ................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Pengetian Judul ............................................................................ 3
C. Rumusan Masalah ........................................................................ 4
D. Tujuan dan Sasaran ..................................................................... 5
E. Lingkup Pembahasan ................................................................... 6
F. Metode Pembahasan .................................................................... 6
G. Kerangka Alur Pikir ....................................................................... 8
H. Sistematika Pembahasan ........................................................... 10

BAB II TINJAUAN UMUM ....................................................................... 12


A. Tinjauan Umum Pondok Pesantren Modern ............................... 12
1. Pengertian Pesantren Modern.............................................. 12
2. Sejarah Pesantren di Indonesia ........................................... 14
3. Klasifikasi Pondok Pesantren ............................................... 15
4. Komponen Pondok Pesantren.............................................. 18
5. Ciri khas Pendidikan Pondok Pesantren .............................. 20
6. Metode Pembelajaran Pondok Pesantren Modern ............... 22
7. Pengajar dan Guru Pondok Pesantren Modern .................... 24
8. Jenjang Pendidikan Pondok Pesantren Modern ................... 25
9. Perbedaan Pondok Pesantren Modern dan Tradisional ....... 27

viii
B. Tinjauan Terhadap Tema Green Building ................................... 30
1. Pengertian Green Building .................................................... 30
2. Sejarah Green Building ........................................................ 31
3 . Aspek-aspek yang ditinjau dalam green building .................. 31
a. Pemanfaatan Material yang Berkelanjutan .......................32
b. Keterkaitan dengan Ekologi Lokal ...................................34
c. Konservasi Energi ...........................................................35
d. Efisiensi Penggunaan Air .................................................37
e. Penanganan Limbah .......................................................37
f. Pemakaian Kembali/Renovasi Bangunan ........................38
4. Penerapan Green building pada rancangan ......................... 38
5. Kriteria penilaian Green building .......................................... 47
C. Studi Banding ............................................................................. 52
1. Pondok Pesantren Modern ................................................... 52
a. Pondok Pesantren Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa
Timur ...............................................................................52
b. Pesantren Modern Pendidikan Al-Qur’an IMMIM Putra
Makassar, Sulawesi Selatan ...........................................57
c. Pondok Pesantren Modern Islam As-salaam Surakarta,
Kabupaten Sukuharjo ......................................................60
d. Resume dari Studi Banding Pondok Pesantren Modern ..65
2. Bangunan dengan Konsep Green Building........................... 66
a. Building and Construction Academy, Singapura ..............66
b. Gedung Utama Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta70
c. Institut Teknologi dan Sains Bandung (ITSB), Cikarang,
Bekasi, Jawa Barat ..........................................................73
d. Resume dari Studi Banding Bangunan dengan Konsep
Green Building ................................................................77

BAB III ANALISIS PERENCANAAN PONDOK PESANTREN MODERN


DENGAN KONSEP GREEN BUILDING KABUPATEN GOWA .. 78
A. Tinjauan Umum Kabupaten gowa ............................................... 78

ix
1. Kondisi Fisik Kabupaten Gowa ............................................. 78
2. Kedudukan dan Fungsi Kabupaten Gowa ............................ 81
3. Tinjauan Penduduk Kabupaten Gowa .................................. 83
4. Rencana Tata ruang Kota Kabupaten Gowa sebagai Kawasan
Mamminasata ...................................................................... 87
B. Pengertian dan Fungsi Pondok Pesantren
Modern ....................................................................................... 90
1. Pengertian Pondok Pesantren Modern ................................. 90
2. Fungsi Pondok Pesantren Modern ....................................... 91
3. Pelaku Kegiatan ................................................................... 91
4. Kegiatan yang diwadahi ....................................................... 94
5. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Modern.................... 96
6. Kurikulum Pondok Pesantren yang direncanakan ................ 96
C. Pendekatan Perancangan Makro .............................................. 100
1. Analisis Pemilihan Lokasi ................................................... 100
2. Analisis Pemilihan Tapak ................................................... 101
3. Analisis Pengolahan Tapak ................................................ 101
D. Pendekatan Perancangan Mikro ............................................... 106
1. Analisis Pola kegiatan ........................................................ 106
2. Analisis Pelaku Kegiatan dan Kebutuhan Ruang ................ 109
3. Analisis Pola Hubungan Ruang .......................................... 111
4. Analisis Pendekatan Pola Tata Masa Bangunan ................ 112
5. Analisis Penampilan Bangunan .......................................... 113
6. Analisis Sistem Struktur Bangunan .................................... 114
E. Penerapan Konsep Green Building pada
bangunan.................................................................................. 117
1. Hemat Energi (Conserving energy) .................................... 117
2. Memanfaatkan Kondisi Iklim Setempat (Working with climate)
118
3. Meminimalkan Material Baru (Minimizing new resources) .. 118
4. Memperhatikan Pengguna (Respect for user) .................... 118
5. Memperhatikan Kondisi Tapak/Site (Respect for site) ........ 119

x
BAB IV KONSEP PERANCANGAN ...................................................... 120
A. Konsep Perencanaan Makro..................................................... 120
1. Pemilihan Lokasi ................................................................ 120
2. Pemilihan Tapak ................................................................ 124
3. Konsep Analisis Tapak ....................................................... 129
B. Konsep Perencanaan Mikro ...................................................... 138
1. Program Ruang .................................................................. 138
2. Pola Hubungan Ruang ....................................................... 144
3. Besaran Ruang .................................................................. 146
4. Penampilan Bangunan ....................................................... 151
5. Sistem Struktur dan Material .............................................. 152
6. Kelengkapan dan Utilitas Bangunan .................................... 155

BAB V KESIMPULAN ........................................................................... 166


A. Kesimpulan Umum ................................................................... 166
B. Kesimpulan Khusus .................................................................. 166

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 168

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema kerangka alur pikir ....................................................... 9


Gambar 2. Isu yang mempengaruhi munculnya ide green building ......... 30
Gambar 3. Konsep Green Building ......................................................... 32
Gambar 4. Konsep green building dari desain racangan ........................ 39
Gambar 5. Detail green roof(atap hijau) .................................................. 40
Gambar 6. Desain pencahayaan toplighting ........................................... 41
Gambar 7. Desain pencahayaan sidelighting .......................................... 41
Gambar 8. Penggunaan Shading devices ............................................... 42
Gambar 9. Konsep pencahayaaan alami dan buatan ............................. 42
Gambar 10. Desain penghawaan cross ventilation ................................. 43
Gambar 11. Desain penghawaan stack ventilation ................................. 44
Gambar 12. Desain penghawaan earth sheltering .................................. 45
Gambar 13. Solar sel (Photovoltaics)...................................................... 46
Gambar 14. Wind turbines ...................................................................... 46
Gambar 15. Kriteria green building dari GBCI ......................................... 51
Gambar 16. Masjid Pondok Pesantren Gontor, Ponorogo ...................... 52
Gambar 17. Al-Azhar, gaya arsitektur Islam yang diterapkan di Gontor .. 54
Gambar 18. Sekolah Islam Aligarh, terletak di India................................ 55
Gambar 19. Sekolah Islam Santiniketan di India ..................................... 55
Gambar 20. Site Plan Pondok Pesantren Gontor Pusat di Ponorogo,
Jawa Timur ........................................................................ 56
Gambar 21. Pondok Pesantren IMMIM Putra kota Makassar ................. 57
Gambar 22. Pondok Pesantren Assalaam .............................................. 60
Gambar 23. Building and Construction Academy (BCA) Singapura ........ 66
Gambar 24. Site plan Building and Construction Academy Singapura .... 66
Gambar 25. Penggunaan Teknologi Daylighting Sistem pada
Bangunan untuk Pencahayaan Alami dari Matahari ........... 67
Gambar 26. Penggunaan Teknologi Photovoltaic sebagai Solar Sel
pada Bangunan ................................................................. 68

xii
Gambar 27. Skema Diagram Penempatan Photovoltaic pada Fasad
Bangunan .......................................................................... 68
Gambar 28. Penggunaan solar panel pada bangunan ............................ 69
Gambar 29. Tampak atas bangunan ...................................................... 69
Gambar 30. Gedung Kementrian PU Jakarta.......................................... 70
Gambar 31. Denah Gedung Kementrian PU Jakarta Lantai Dasar-
Lantai 9 .............................................................................. 70
Gambar 32. Gambar site bangunan PU Jakarta Pusat ........................... 71
Gambar 33. Desain daylighting pada Bangunan untuk Mengurangi
Sinar/ Cahaya Langsung Matahari ..................................... 72
Gambar 34. Efektifitas daylight sensors untuk menghemat listrik............ 72
Gambar 35. Penghargaan Platinum Certification Goal pada gedung
Kementrian PU .................................................................. 73
Gambar 36. Site Plan Institut Teknologi dan Sains Bandung (ITSB) ....... 74
Gambar 37. Institut Teknologi dan Sains Bandung (ITSB) ...................... 75
Gambar 38. Tampak Depan Institut Teknologi dan Sains Bandung
(ITSB) ................................................................................ 76
Gambar 39. Peta Administrasi Kabupaten Gowa .................................... 79
Gambar 40. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Modern .................. 96
Gambar 41. Ukuran dan dimensi ramp untuk penyandang disabilitas ... 104
Gambar 42. Ukuran luasan parkir dan kendaraan ................................ 104
Gambar 43. Aktivitas pengelola umum ................................................. 107
Gambar 44. Aktifitas Pengelola Sekolah ............................................... 107
Gambar 45. Aktivitas Masyarakat ......................................................... 107
Gambar 46. Aktifitas Pengunjung Umum .............................................. 108
Gambar 47. Aktifitas Pengunjung Wali Santri/Orang tua Santri ............ 108
Gambar 48. Peta Administrasi Kabupaten Gowa .................................. 120
Gambar 49. Peta Kecamatan Bontomarannu, Gowa ............................ 121
Gambar 50. Peta Kecamatan Sombaopu, Gowa .................................. 122
Gambar 51. Peta Kecamatan Patalassang, Gowa ................................ 123
Gambar 52. Pemilihan Tapak di Kecamatan Bontomarannu,
Kabupaten Gowa ............................................................. 125

xiii
Gambar 53. Alternatif tapak I ................................................................ 126
Gambar 54. Alternatif Tapak II .............................................................. 127
Gambar 55. Alternatif Tapak III ............................................................. 128
Gambar 56. Eksisting tapak .................................................................. 130
Gambar 57. Sirkulasi dalam dan luar tapak .......................................... 131
Gambar 58. Penzoningan Tapak .......................................................... 132
Gambar 59. Analisis Klimatologi ........................................................... 133
Gambar 60. Analisis kebisingan tapak .................................................. 134
Gambar 61. Vegetasi untuk mengurangi tingkat kebisingan ................. 135
Gambar 62. View dari dalam dan luar tapak ......................................... 136
Gambar 63. Pola Hubungan Fasilitas ................................................... 144
Gambar 64. Pola Hubungan Ruang Kelompok Penerimaan ................. 144
Gambar 65. Pola Hubungan Ruang Kelompok Pendidikan ................... 145
Gambar 66. Pola Hubungan Ruang Kelompok Pengelola..................... 145
Gambar 67. Pola Hubungan Ruang Kelompok Service ........................ 145
Gambar 68. Pola Hubungan Ruang Kelompok Asrama ........................ 146
Gambar 69. Pola Hubungan Ruang Kelompok Ibadah/Penunjang........ 146
Gambar 70. Pondasi Garis ................................................................... 152
Gambar 71. Pondasi Garis ................................................................... 154
Gambar 72. Skema Distribusi Listrik menggunakan PLN dan Genset .. 157
Gambar 73. Skema Distribusi Listrik menggunakan Photovoltaic ......... 157
Gambar 74. Skema Perangkat Pengamanan Kebakaran ..................... 159
Gambar 75. Skema Sistem Komunikasi pada Bangunan ...................... 160
Gambar 76. Skema Peredam Petir ....................................................... 161
Gambar 77. Skema distribusi air bersih ................................................ 162
Gambar 78. Skema Distribusi Air Kotor ................................................ 162
Gambar 79. Skema Distribusi air Hujan ................................................ 163
Gambar 80. Skema Distribusi sampah ke TPA ..................................... 164
Gambar 81. Cara kerja pembuangan sampah Automatic Waste
Collection System ............................................................ 165
Gambar 82. Potongan layout pembuangan sampah Automatic Waste
Collection System .............................................................165

xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbedaan fisik Pondok pesantren Modern dan Tradisional ..... 28
Tabel 2. Perbedaan non fisik Pondok pesantren Modern dan
Tradisional ......................................................................... 29
Tabel 3. Jadwal dan Kegiatan Santri Pondok Pesantren Modern Islam
Surakarta ........................................................................... 62
Tabel 4. Resume Pondok Pesantren Modern ......................................... 65
Tabel 5. Resume Bangunan Konsep Green Building .............................. 77
Tabel 6. Ibu Kota Kecamatan, Jarak dan Luas Kecamatan..................... 81
Tabel 7. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di
Kabupaten Gowa, 2009-2013 ............................................ 84
Tabel 8. Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2013 ........................ 85
Tabel 9. Proyeksi Jumlah Penduduk menurut Kecamatan di
Kabupaten Gowa ............................................................... 86
Tabel 10. Jadwal kegiatan santriwan setiap hari ..................................... 99
Tabel 11. Analisis pecapaian ................................................................ 102
Tabel 12. Analisis Pelaku Kegiatan dan Kebutuhan Ruang................... 109
Tabel 13. Pola Tata Massa ................................................................... 113
Tabel 14. Bentuk massa ....................................................................... 114
Tabel 15. Kriteria Pemilihan Lokasi ....................................................... 123
Tabel 16. Kriteria Pemilihan Tapak ....................................................... 128
Tabel 17. Pendekatan Besaran Ruang ................................................. 147
Tabel 18. Kelebihan dan kekurangan menggunakan listrik mandiri ....... 156
Tabel 19. Prakiraan menggunakan listrik dari PLN ............................... 156
Tabel 20. Analisis sistem air bersih ....................................................... 161

xv
BAB I P ENDAHULUAN

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang
sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya.
Pendidikan ialah usaha sadar yang sistematis dalam
mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam diri manusia untuk
menjadi manusia yang seutuhnya (Ulwan, 1999). Dalam agama Islam
pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting kaitannya
dalam mendidik seseorang menjadi manusia yang beriman,
bertaqwa, berakhlak. Itulah konsep pendidikan Islam yang diajarkan
oleh Allah subhanahu wa ta’ala melalui Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam 1437 tahun silam. Ada berbagai macam sarana/lembaga
pendidikan yaitu sekolah, dan lembaga pendidikan yang khusus
mengajarkan mengenai syariat dan ilmu tentang Islam yaitu salah
satunya adalah Pondok Pesantren Modern.

Pondok pesantren modern adalah perpaduan antara


kurikulum pondok pesantren dengan kurikulum pendidikan nasional,
sehingga walaupun formatnya adalah sebuah pondok pesantren,
selain pendidikan kepondokan/asrama, santri juga memperoleh ilmu
dan standar kelulusan sebagaimana pelajar yang sekolah di sekolah
umum. Dengan demikian maka jam pelajaran pada sebuah pondok
pesantren modern lebih padat dari pada sekolah umum. Pondok
pesantren yang juga merupakan salah satu bentuk wadah
pendidikan di Indonesia begitu pun sebaiknya memiliki standar
kelulusan yang juga mengikuti perkembangan pendidikan yang
sesuai kurikulum pendidikan nasional.

Dari data mutu pendidikan pesantren di Indonesia masih belum


menggembirakan. Saat ini jumlah pesantren di seluruh Indonesia

1
mencapai 29.000 (Kemenag, 2016). Dari jumlah itu pesantren yang
memiliki kualitas yang terbaik terpusat di pulau jawa sedangkan
pesantren-pesantren khususnya di Sulawesi Selatan khususnya
Kabupaten gowa masih kurang.

Kemudian, permasalahan pada umumnya bangunan di


negara tropis seperti Indonesia paling banyak menggunakan energi
untuk sistem tata udara sekitar 45-70 persen, sistem tata cahaya
sekitar 10-20 persen, lift dan eskalator sekitar 2-7 persen serta alat-
alat kantor dan elektronik sekitar 2-10 persen (esdm.go.id, 2014).
Gedung yang boros energi bukan hanya mahal biaya operasionalnya
namun juga menghasilkan emisi gas rumah kaca yang merusak
lingkungan. Tipe-tipe gedung yang masih boros energi meliputi
perkantoran, gedung pemerintah, pusat perbelanjaan, fasilitas
pendidikan, fasilitas kesehatan dan perhotelan.

Bangunan-bangunan, sarana dan fasilitas pendidikan dimasa


depan harus menerapkan konsep bangunan hijau (green building).
Artinya, mulai desain, konstruksi struktur bangunan, pemilihan
tempat operasi, perawatan, renovasi, dan lainnya harus ramah
lingkungan, ramah sosial dan hemat energi. Dengan konsep green
building atau bangunan hijau yaitu konsep bangunan berkelanjutan
yang mengarah pada pada struktur dan pemakaian proses yang
bertanggung jawab terhadap lingkungan dan hemat sumber daya
sepanjang siklus hidup bangunan tersebut, mulai dari pemilihan
tempat sampai desain, konstruksi, operasi, perawatan, dan renovasi.
Praktik ini memperluas dan melengkapi desain bangunan dalam hal
ekonomi, utilitas, durabilitas, dan kenyamanan.

Oleh karena itu penulis memilih judul ini. Dalam perancangan


ini nantinya Pondok Pesantren Modern akan menjadi sarana fasilitas
pendidikan yang secara khusus mendalam mendidik dan
mengajarkan akhlak dan budi pekerti yang dasarnya sesuai dengan
syariat agama Islam dan selain itu nantinya akan bangunan ini akan

2
menerapkan konsep green building, bangunan yang memperhatikan
lingkungan dan alam sekitar demi masa depan.

B. Pengetian Judul
Judul dari tugas ini yaitu Pondok Pesantren Modern dengan Konsep
Green Building di Kabupaten Gowa.
1. Pondok adalah kata benda (n) yang merupakan bangunan untuk
tempat sementara (http://kbbi.web.id/pondok).
2. Pesantren yaitu:
a. Menurut Manfred dalam Ziemek (1986) berasal dari kata santri
yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran -an yang berarti
menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para santri.
b. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata santri
(manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga
kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-
baik (Fatah, Taufik, M. Tata, Bisri, & Abdul Mukti, 2005:11).
c. Pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana kata santri
berarti murid dalam Bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari
Bahasa Arab funduuq yang berarti penginapan
3. Modern adalah kata benda (n), sikap dan cara berpikir serta cara
bertindak sesuai dengan tuntutan zaman; (sumber:
http://kbbi.web.id/modern). Sikap dan cara berpikir disini ditekankan
pada sarana, prasarana dan sistem pengajaran pondok pesantren.
4. dengan adalah beserta; bersama-sama (http://kbbi.web.id/dengan).
5. Konsep adalah abstraksi dari suatu ide atau gambaran mental, yang
dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep diartikan juga
sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri suatu yang mempermudah
komunikasi antar manusia untuk berfikir
(http://id.wikipedia.org/konsep).
6. Green Building adalah bangunan hijau dimana dalam perencanaan,
pembangunan, pengopreasian serta dalam pemeliharaannya
memperhatikan aspek-aspek dalam melindungi, menghemat,

3
mengurangi penggunaan sumber daya alam, menjaga mutu baik
bangunan maupun mutu dari kualitas udara di dalam ruangan dan
memperhatikan kesehatan penghuninya yang semuanya
berdasarkan kaidah pembangunan berkelanjutan (GBCI/Green
Building Council Indonesia).
7. di- adalah kata ganti (p) kata depan untuk menandai tempat atau
untuk menandai waktu (sumber: http://kbbi.web.id/di).
8. Kabupaten Gowa adalah nama salah satu kabupaten di Sulawesi
Selatan.

Jadi, Pondok Pesantren Modern dengan Konsep Green


Building di Kabupaten Gowa adalah fasilitas lembaga pendidikan
Islam untuk para santri/pelajar tinggal/menetap di pondok atau
asrama yang disediakan sementara sampai menyelesaikan
pendidikannya dan yang memiliki kurikulum pendidikan yang
dipadukan kurikulum nasional dengan suatu ide konsep bangunan
yang memperhatikan aspek-aspek tentang lingkungan alam sekitar
seperti memanfaatkan sumber daya alam sekitar, menghemat dan
mengurangi penggunaan sumber daya alam, yang semuanya
berdasarkan kaidah pembangunan berkelanjutan yang berada di
Kabupaten Gowa.

C. Rumusan Masalah
1. Non arsitektur
1. Bagaimana merencanakan pondok pesantren dengan
pendekatan konsep green building di Kabupaten Gowa yang
dapat memenuhi kebutuhan fasilitas pendidikan masyaarakat
setempat
2. Arsitektur
a. Masalah makro
1. Bagaimana menentukan lokasi yang sesuai dan potensi
site/tapak untuk perancangan pondok pesantren dengan
pendekatan konsep green building di Kabupaten Gowa.

4
b. Masalah mikro
1. Bagaimana menentukan zoning area publik untuk umum,
semi publik untuk sarana pembelajaran dan zona privat untuk
asrama santri/siswa.
2. Bagaimana menetukan penataan ruang fasilitas belajar,
fasilitas ibadah dan fasilitas asrama pondok pesantren
modern
3. Bagaimana mengaplikasikan konsep green building pada
bangunan pondok pesantren modern sehingga menjadi
acuan bagi bangunan lainnya dalam penerapan konsep ini.
4. Bagaimana membuat desain bentuk fisik pondok bangunan
pesantren modern sesuai dengan konsep green building dan
kondisi iklim setempat agar aman, nyaman dan asri yang
sesuai dangan kaidah arsitektur.
5. Bagaimana merencanakan penataan tata massa pondok
pesantren modern yang sesuai disiplin ilmu arsitektur

D. Tujuan dan Sasaran


1. Tujuan Pembahasan
Tujuan yang ingin dicapai adalah menyusun suatu landasan
konseptual perencanaan dan perancangan pondok pesantren
modern yaitu sebagai berikut:
a. Sebagai tempat fasilitas pendidikan untuk para generasi dan
mempelajari ilmu agama juga ilmu pengetahuan umum yang
sesuai dengan agama islam dan syariat islam
b. Sebagai tempat pengembangan, pengkajian dan pengajaran
ilmu-ilmu agama, ilmu fikih dan hadist dan ilmu pengetahuan
umum yang sesuai dengan agama islam dan syariat islam
c. Sebagai wadah tempat berbagi ilmu dan informasi di dalam
lingkungan pondok maupun saling berhubungan melalui
pemanfaatan teknologi.

5
2. Sasaran Pembahasan
Sasaran pembahasan adalah untuk meninjau hal-hal spesifik dari
perancangan pondok pesantren modern dalam kajian arsitektur yang
akan dituangkan dalm bentuk rancangan fisik sebagai hasil dari studi
yang telah dilakukan dalm konsep perancangan sebagai berikut:
a. Studi tentang tata fisik makro yang meliputi pemilihan lokasi,
penentuan dan pengolahan site
b. Studi tentang tata fisik mikro yang menggambarkan desain fasad
bangunan pondok pesantren
c. Studi konsep green building yang akan diterapkan dalam
perancangan pondok pesantren sesuai kaidah arsitektur
d. Studi bentuk desain program ruang yang sesuai dengan
kebutuhan pengguna
e. Studi bentuk tata massa bangunan yang sesuai dengan kaidah
arsitektur
f. Studi bentuk desain fasad bangunan yang sesuai dengan kaidah
arsitektur
g. Studi mengenai desain bentuk dan fungsi yang menunjang
bentuk dan ruang bangunan pesantrean sesuai dengan kondisi
iklim setempat agar aman, nyaman dan asri yang sesuai dengan
disiplin ilmu arsitektur

E. Lingkup Pembahasan
Dalam hal ini pembahasan dibatasi pada disiplin ilmu arsitektur dan
disiplin ilmu yang lain yang dianggap dapat mendukung pemecahan
masalah pada topik bahasan yang dibahas dengan data pendukung untuk
standar perancangan pondok pesantren modern dengan pendekatan
konsep green building.
F. Metode Pembahasan
Metode pembahasan yang dilakukan dalam penulisan ini adalah
metode deskriftif, yaitu mempelajari, mengumpulkan dan menjelaskan data-
data dan fakta yang telah didapat. Pengumpulan data ini melalui studi

6
pustaka, observasi lapangan, untuk kemudian dianalisa dan dilakukan
suatu pendekatan yang menjadi dasar penyusunan perancangan pondok
pesantren modern dengan pendekatan konsep green building. Tahap
pengumpulan data yang dimaksud yaitu:
a. Studi Literatur
Mengadakan studi literatur yaitu mempelajari referensi literatur baik
dari buku maupun dari internet mengenai teori, konsep dan standar
perencanaan dan perancangan pondok pesantren modern dengan
pendekatan konsep green building.
b. Studi Banding
Melakukan studi banding yaitu melakukan perbandingan dari tipologi
bangunan sejenis. Hal-hal yang diperlukan adalah jenis fungsi, jenis
kegiatan, dimensi ruang dan bangunan, penampilan tampak,
teknologi, dan sebagainya terhadap hasil-hasil observasi yang
dilakukan beberapa kawasan dan bangunan yang memiliki fungsi
yang sama untuk dianalisa dan kriteria yang akan diterapkan pada
perancangan bangunan
c. Studi Lapangan
Pengamatan langsung ke lokasi yang dipilih untuk mengetahui
keadaan sebenarnya di lokasi, lingkungan sekitar tapak, mengenal
potensi, dan permasalahan yang ada di sekitar lokasi sesuai disiplin
ilmu perancangan arsitektur.
Dilakukan untuk memperoleh data, antara lain :
a. Kondisi dan potensi fisik kawasan.
b. Kondisi tata guna lahan, tata ruang dan masa dalam kawasan.
c. Kondisi fasilitas pendukung yang ada di sekitar kawasan.
d. Aktivitas dalam kawasan.
Media pengambilan data:
a. Gambar digital
b. Catatan tertulis

7
G. Kerangka Alur Pikir
Kerangka alur pikir terhadap judul yang diambil pondok
pesantren modern dengan konsep green building yang pertama, latar
belakang terhadap pentingnya menuntut ilmu agama dan pendidikan
islam berbasis pondok pesantren modern di kabupaten Gowa, Kedua
berdasarkan fakta data bahwa saat ini jumlah pesantren di seluruh
Indonesia mencapai 29.000 dari jumlah itu pesantren yang memiliki
kualitas yang terbaik terpusat di pulau jawa sedangkan pesantren-
pesantren khususnya di Sulawesi Selatan khususnya Kabupaten
Gowa masih kurang oleh karena itu perlunya peningkatan sumber
daya manusia dan kualitas mutu pondok pesantren dan bisa lebih
bersaing di tingkat regional, nasional bahkan mancanegara. Ketiga
permasalahan pada umumnya bangunan di negara tropis seperti
Indonesia paling banyak menggunakan energi dan minimnya
pemanfaatan sumber daya alam, pengelolaan sampah, dan
penghematan sumber air baku, menggunakan material yang dan
konstruksi yang merusak lingkungan sehingga perlunya adanya
penerapan konsep green building sebagai konsep bangunan yang
memperhatikan lingkungan dan alam sekitar demi di masa depan.

8
Latar belakang
1. Pentingnya menuntut ilmu agama berbasis pondok pesantern
2. Fakta mutu pondok pesantren modern di Kabupaten Gowa masih minim
3. Perlunya pengembangan Konsep Green di daerah tropis yang memanfaatkan
sumber daya lingkungan sekitar

Permasalahan
Menciptakan sebuah tempat/ sarana fasilitas pendidikan Pondok Pesantren Modern
yang memenuhi syarat-syarat dalam kaidah arsitektur dan disesuaikan dengan
pendekatan konsep bangunan Green Building melaui pemanfaaatan sumberdaya
alam yang tersedia demi terciptanya lingkungan yang bersih dan hijau di Kabupaten
Gowa

Studi pustaka Studi Banding Studi Banding


Pondok Pesantren bangunan konsep Green
Modern Building
1. Tinjauan Pondok 1. Pondok
The Building and
Pesanten Modern Pesantren
Modern gontor Construcsion
2. Tinjauan tema
2. Pondok Academy, Singapura
Konsep green
Pesantren Gedung Kementrian
Building
Modern IMMIM PU, Jakarta pusat
3. Tinjauan Makakssar Instutut Teknologi dan
Kabupaten Gowa 3. Pondok
Sains Bandung (ITSB),
4. Tinjauan lokasi Pesantren
Cikarang, Bekasi,
Modern Assalam,
Surakarta Jawa Barat

Analisis
Analisis mengenai tinjauan dan data dan studi banding untuk memperoleh
pendekatan aspek fungsional, teknis dan arsitektural

Konsep dasar perancangan

Gambar 1. Skema kerangka alur pikir


Sumber: Analisis penulis, 2016

9
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dibagi beberapa tahapan penulisan,
diantaranya:
1. BAB I: PENDAHULUAN
Pembahasan tentang untuk menjelaskan apa latar belakang dan
alasan memilih judul serta mengemukakan solusi dari
permasalahan judul yang diambil mengenai pondok pesantren
modern dengan pendekatan konsep green building. Latar belakang
ini kemudian terkait dengan penjelasan lain berupa tujuan, sasaran,
rumusan masalah, lingkup pembahasan, metode pembahasan dan
sistematika pembahasan.

2. BAB II: TINJAUAN UMUM


Pembahasan secara umum terdiri dari melakukan studi literatur dan
studi banding untuk mendapatkan wawasan tentang pengertian
pondok pesantren modern, tinjauan pelaku kegiatan, tinjauan
stuktur dan organisasi, tinjauan pustaka tentang pendekatan
konsep green building, tinjauan studi banding tentang pondok
pesantren modern dan bangunan dengan konsep green building.

3. BAB III: ANALISIS PERENCANAAN PONDOK PESANTREN


MODERN DENGAN KONSEP GREEN BUILDING KABUPATEN
GOWA
Pembahasan terdiri dari studi literatur yang menjelaskan tinjauan
potensi kawasan sebagai wilayah perencanaan dan pengdaan
pondok pesantren modern di Kabupaten Gowa meliputi: tinjauan
terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa (RTRW).
Pondok pesantren modern mulai pengertian, fasilitas, kurikulum
yanga dirancanakan, aktivitas yag diwadahi pelaku kegiatan dan
sarana dan fasilitas penunjang pondok pesantren, konsep green
building yang akan diterapkan pada bangunan.

10
4. BAB IV: KONSEP ACUAN PERANCANGAN
Mengemukakan dan menjelaskan konsep acuan perancangan
pondok pesantren modern. Berupa konsep makro menjelaskan
tentang konsep pemilihan lokasi, pemilihan tapak, dan analisis
tapak. Konsep mikro membahas tentang program ruang, bentuk
dan fasad/tampilan bangunan, stuktur dan material serta utilitas dan
kelengkapan bangunan.

5. BAB V: KESIMPULAN
Menjelaskan kesimpulan uraian sebelumnya untuk dianalisis pada
pendekatan konsep perancangan dan menjadi masukan (input)
dalam konsep acuan perancangan.

11
BAB II TINJAUAN UMUM

TINJAUAN UMUM

A. Tinjauan Umum Pondok Pesantren Modern


1. Pengertian Pesantren Modern
Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar
para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal
sederhana terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin
berasal dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di
Jawa termasuk Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah
pondok dan pesantren, sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah
atau rangkang atau menuasa, sedangkan di Minangkabau disebut
surau (Madjid, 1997).

Pesantren juga dapat dipahami sebagai lembaga pendidikan


dan pengajaran agama, umumnya dengan cara nonklasikal, di mana
seorang kiai mengajarkan ilmu agama Islam kepada santri-santri
berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Ulama
Abad pertengahan, dan para santrinya biasanya tinggal di pondok
(asrama) dalam pesantren tersebut (Prasodjo, 1982).

Kata pondok berasal dari funduq (bahasa Arab) yang artinya


ruang tidur, asrama atau wisma sederhana, karena pondok memang
sebagai tempat penampungan sederhana dari para pelajar/santri
yang jauh dari tempat asalnya (Dhofier, 1983: 18).

Menurut Manfred dalam Ziemek (1986) kata pesantren


berasal dari kata santri yang diimbuhi awalan pe- dan akhiran -an
yang berarti menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para
santri. Terkadang juga dianggap sebagai gabungan kata sant
(manusia baik) dengan suku kata tra (suka menolong), sehingga
kata pesantren dapat berarti tempat pendidikan manusia baik-baik.

12
Dalam istilah lain dikatakan pesantren berasal dari kata pe-
santri-an, dimana kata santri berarti murid dalam Bahasa Jawa.
Istilah pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq yang berarti
penginapan. Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama
dayah. Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai. Untuk
mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang
santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya
disebut lurah pondok. Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua
dan keluarga mereka adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan
sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan juga
Tuhan.

Dalam kamus besar bahas Indonesia, pesantren diartikan


sebagai asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar
mengaji. Sedangkan secara istilah pesantren adalah lembaga
pendidikan Islam, dimana para santri biasanya tinggal di pondok
(asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-
kitab umum, bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam secara
detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian
dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan
bermasyarakat.

Kemudian pondok pesantren modern adalah perpaduan


antara kurikulum pondok pesantren dengan kurikulum pendidikan
nasional, sehingga walaupun formatnya adalah sebuah pondok
pesantren, selain pendidikan kepondokan/asrama, santri juga
memperoleh ilmu dan standar kelulusan sebagaimana pelajar yang
sekolah di sekolah umum. Dengan demikian maka jam pelajaran
pada sebuah pondok pesantren modern lebih padat dari pada
sekolah umum. Pondok pesantren yang juga merupakan salah satu
bentuk wadah pendidikan di Indonesia begitu pun sebaiknya
memiliki standar kelulusan yang juga mengikuti perkembangan
pendidikan yang sesuai kurikulum pendidikan nasional.

13
2. Sejarah Pesantren di Indonesia
Pondok Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat
besar, baik bagi kemajuan Islam itu sendiri maupun bagi bangsa
Indonesia secara keseluruhan. Berdasarkan catatan yang ada,
kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah dimulai sejak tahun
1596. Kegiatan agama inilah yang kemudian dikenal dengan nama
Pondok Pesantren. Keislaman di Indonesia, menjelang abad ke-12
pusat-pusat studi di Aceh (pesantren disebut dengan nama Dayah
di Aceh) dan Palembang (Sumatera), di Jawa Timur dan di Gowa
(Sulawesi) telah menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah
menarik santri untuk belajar (Hielmy, 2000).

Umumnya, suatu pondok pesantren berawal dari adanya


seorang kyai di suatu tempat, kemudian datang santri yang ingin
belajar agama kepadanya. Setelah semakin hari semakin banyak
santri yang datang, timbullah inisiatif untuk mendirikan pondok atau
asrama di samping rumah kyai. Pada zaman dahulu kyai tidak
merencanakan bagaimana membangun pondoknya itu, namun
yang terpikir hanyalah bagaimana mengajarkan ilmu agama
supaya dapat dipahami dan dimengerti oleh santri. Kyai saat itu
belum memberikan perhatian terhadap tempat-tempat yang
didiami oleh para santri, yang umumnya sangat kecil dan
sederhana. Mereka menempati sebuah gedung atau rumah kecil
yang mereka dirikan sendiri di sekitar rumah kyai.

Semakin banyak jumlah santri, semakin bertambah pula


gubug/bangunn yang didirikan. Para santri selanjutnya
memopulerkan keberadaan pondok pesantren tersebut, sehingga
menjadi terkenal ke mana-mana, contohnya seperti pada pondok-
pondok yang timbul pada zaman Walisongo (Wahab, 2004).

14
3. Klasifikasi Pondok Pesantren
Seiring perkembangan zaman, serta tuntutan masyarakat
atas kebutuhan pendidikan umum, kini banyak pesantren yang
menyediakan menu pendidikan umum dalam pesantren. kemudian
muncul istilah pesantren Tradisional (Salaf) dan pesantren Modern,
pesantren salaf adalah pesantren yang murni mengajarkan
pendidikan agama sedangkan Pesantren Modern menggunakan
sistem pengajaran pendidikan umum atau Kurikulum.
a. Pesantren tradisional (Salaf)
Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama Islam
saja umumnya disebut pesantren salaf Pola tradisional yang
diterapkan dalam pesantren salaf adalah para santri bekerja
untuk kyai mereka bisa dengan mencangkul sawah, mengurusi
empang (kolam ikan), dan lain sebagainya - dan sebagai
balasannya mereka diajari ilmu agama oleh kyai mereka
tersebut. Sebagian besar pesantren salaf menyediakan asrama
sebagai tempat tinggal para santrinya dengan membebankan
biaya yang rendah atau bahkan tanpa biaya sama sekali. Para
santri, pada umumnya menghabiskan hingga 20 jam waktu
sehari dengan penuh dengan kegiatan, dimulai dari salat
shubuh di waktu pagi hingga mereka tidur kembali di waktu
malam. Pada waktu siang, para santri pergi ke sekolah umum
untuk belajar ilmu formal, pada waktu sore mereka menghadiri
pengajian dengan kyai atau ustaz mereka untuk memperdalam
pelajaran agama dan al-Qur'an.
b. Pesantren modern
Ada pula pesantren yang mengajarkan pendidikan umum,
di mana persentase ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu
pendidikan agama Islam daripada ilmu umum (matematika,
fisika, dan lainnya). Ini sering disebut dengan istilah pondok
pesantren modern, dan umumnya tetap menekankan nilai-nilai
dari kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan

15
pengendalian diri. Pada pesantren dengan materi ajar campuran
antara pendidikan ilmu formal dan ilmu agama Islam, para santri
belajar seperti di sekolah umum atau madrasah.

Pesantren campuran untuk tingkat SMP kadang-kadang


juga dikenal dengan nama Madrasah Tsanawiyah, sedangkan
untuk tingkat SMA dengan nama Madrasah Aliyah. Namun,
perbedaan pesantren dan madrasah terletak pada sistemnya.
Pesantren memasukkan santrinya ke dalam asrama, sementara
dalam madrasah tidak. Ada juga jenis pesantren semimodern
yang masih mempertahankan kesalafannya dan memasukkan
kurikulum modern di pesantren tersebut.

Menteri Agama RI. mengeluarkan peraturan nomor 3 tahun


1979, yang mengklasifikasikan pondok pesantren sebagai berikut:
1. Pondok Pesantren tipe A, yaitu dimana para santri belajar
dan bertempat tinggal di Asrama lingkungan pondok
pesantren dengan pengajaran yang berlangsung secara
tradisional (sistem wetonan atau sorogan).
2. Pondok Pesantren tipe B, yaitu yang menyelenggarakan
pengajaran secara klasikal dan pengajaran oleh kyai
bersifat aplikasi, diberikan pada waktu-waktu tertentu.
Santri tinggal di asrama lingkungan pondok pesantren.
3. Pondok Pesantren tipe C, yaitu pondok pesantren hanya
merupakan asrama sedangkan para santrinya belajar di
luar (di madrasah atau sekolah umum lainnya), kyai hanya
mengawas dan sebagai pembina para santri tersebut.
4. Pondok Pesantren tipe D, yaitu yang menyelenggarakan
sistem pondok pesantren dan sekaligus sistem sekolah
atau madrasah.

Menurut Mas’ud dkk, ada beberapa tipologi atau model


pondok pesantren yaitu:

16
1. Pesantren yang mempertahankan kemurnian identitas
aslinya sebagai tempat menalami ilmu-ilmu agama
(tafaqquh fi-I-din) bagi para santrinya. Semua materi yang
diajarkan dipesantren ini sepenuhnya bersifat keagamaan
yang bersumber dari kitab-kitab berbahasa arab (kitab
kuning) yang ditulis oleh para ulama’ abad pertengahan.
Pesantren model ini masih banyak kita jumpai hingga
sekarang, seperti pesantren Lirboyo di Kediri Jawa Timur,
beberapa pesantren di daeah Sarang Kabupaten
Rembang, Jawa tengah dan lain-lain.
2. Pesantren yang memasukkan materi-materi umum dalam
pengajarannya, namun dengan kurikulum yang disusun
sendiri menurut kebutuhan dan tidak mengikuti kurikulum
yang ditetapkan pemerintah secara nasional sehingga
ijazah yang dikeluarkan tidak mendapatkan pengakuan
dari pemerintah sebagai ijazah formal.
3. Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan umum di
dalamnya, baik berbentuk madrasah (sekolah umum
berciri khas Islam di dalam naungan DEPAG) maupun
sekolah (sekolah umum di bawah DEPDIKNAS) dalam
berbagai jenjangnya, bahkan ada yang sampai Perguruan
Tinggi yang tidak hanya meliputi fakultas-fakultas
keagamaan meliankan juga fakultas-fakultas umum.
Pesantren Tebu Ireng di Jombang Jawa Timur adalah
contohnya.
4. Pesantren yang merupakan asrama pelajar Islam dimana
para santrinya belajar disekolah-sekolah atau perguruan-
perguruan tinggi diluarnya. Pendidikan agama di
pesantren model ini diberikan diluar jam-jam sekolah
sehingga bisa diikuti oleh semua santrinya. Diperkirakan
pesantren model inilah yang terbanyak jumlahnya.

17
4. Komponen Pondok Pesantren
Secara umum pesantren memiliki komponen-komponen kiai,
santri, masjid, pondok. Berikut ini pengertian dan fungsi masing-
masing komponen. Sekaligus menunjukkan serta membedakannya
dengan lembaga pendidikan lainnya, yaitu:

a. Kiai/Ustad
Adanya kiai dalam pesantren merupakan hal yang mutlak
bagi sebuah pesantren, sebab dia adalah tokoh sentral yang
memberikan pengajaran, karena kiai menjadi salah satu unsur
yang paling dominan dalam kehidupan suatu pesantren.
Kemasyhuran, perkembangan dan kelangsungan kehidupan
suatu pesantren banyak bergantung pada keahliah dan
kedalaman ilmu, kharismatik, wibawa dan keterampilan kiai yang
bersangkutan dalam mengelola pesantrennya. Gelar kiai
biasanya diberikan oleh masyarakat kepada orang yang
mempunyai ilmu pengetahuan mendalam tentang agama Islam
dan memiliki serta memimpin pondok pesantren, serta
mengajarkan kitab-kitab klasik kepada para santri.
b. Santri
Santri merupakan unsur pokok dari suatu pesantren,
tentang santri ini biasanya terdiri dari dua kelompok:
1) Santri mukim; ialah santri yang berasal dari daerah yang
jauh dan menetap dalam pondok pesantren.
2) Santri kalong; ialah santri-santri yang berasal dari daerah-
daerah sekitar pesantren dan biasanya mereka tidak
menetap dalam pesantren. Mereka pulang ke rumah
masing-masing setiap selesai mengikuti suatu pelajaran di
pesantren.

c. Masjid
Dalam konteks ini, masjid adalah sebagai pusat kegiatan
ibadah dan belajar mengajar. Masjid yang merupakan unsur

18
pokok kedua dari pesantren, disamping berfungsi sebagai
tempat melakukan sholat berjamaah setiap waktu sholat, juga
berfungsi sebagai tempat belajar mengajar. Biasanya waktu
belajar mengajar berkaitan dengan waktu shalat berjamaah,
baik sebelum maupun sesudahnya.
Dalam perkembangannya, sesuai dengan
perkembangan jumlah santri dan tingkatan pelajaran, dibangun
tempat atau ruangan-ruangan khusus untuk halaqah-halaqah.
Perkembangan terakhir menunjukkan adanya ruangan-
ruangan yang berupa kelas-kelas sebagaimana yang terdapat
pada madrasah-madrash.
Namun demikian, masjid masih tetap digunakan sebagai
tempat belajar mengajar. Pada sebagian pesantren masjid juga
berfungsi sebagai tempat I’tikaf dan melaksanakan latihan-
latihan dan dzikir.
Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan
dengan pesantren. Biasanya masjid menjadi tempat beribadah
terutama shalat lima waktu dan beberapa diantaranya berfungsi
pula sebagai tempat pengajaran kitab-kitab Islam klasik.
Kedudukannya sebagai pusat pendidikan dalam tradisi
pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem
pendidikan Islam tradisional (Dhofier, 1983:49).

d. Pondok
Merupakan tempat tinggal kiai bersama para santrinya.
Adanya pondok sebagai tempat tinggal bersama antara kiai
dengan para santrinya dan bekerja sama untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, merupakan pembeda dengan
lembaga pendidikan lainnya. Pesantren juga menampung santri-
santri yang berasal dari daerah yang jauh untuk bermukim. Pada
awalnya pondok tersebut bukan semata-mata dimaksudkan
sebagai tempat tinggal atau asrama para santri, untuk mengikuti
dengan baik pelajaran yang diberikan oleh kiai, tetapi juga

19
sebagai tempat latihan bagi santri yang bersangkutan agar
mampu hidup mandiri dalam masyarakat.
Para santri dibawah bimbingan kiai bekerja untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dalam situasi
kekeluargaan dan bergotong royong sesama warga pesantren.
Perkembangan selanjutnya, pada masa sekarang pondok
tampaknya lebih menonjol fungsinya sebagai tempat
pemondokan atau asrama, dan setiap santri dikenakan sewa
atau iuran untuk pemeliharaan pondok tersebut.

5. Ciri khas Pendidikan Pondok Pesantren


Lembaga pendidikan pesantren memiliki ciri khas yang
berbeda dengan lembaga pendidikan lain. Secara umum kehidupan
di dunia pesantren akan tergambar dalam kegiatan para kyai dan
santri melalui peran dan fungsinya masing-masing. Ciri-ciri tersebut
antara lain:
1. Pondok Pesantren didirikan oleh seorang kyai yang sudah
bertekad untuk mengabdikan dirinya kepada masyarakat untuk
membina secara khusus dalam pendidikan agama. Segala daya
dan upaya yang ia miliki digunakan untuk terwujudnya sebuah
lembaga pondok pesantren. Masyarakat yang hendak membantu
diterima dengan senang hati, tetapi jika tidak ada bantuan dari
masyarakat, dia jalan terus.
2. Para kyai siap melayani para santrinya untuk memberikan ilmu
agamanya, karena para santri tinggal di asrama yang disediakan,
sehingga tanggung jawab yang berhubungan dengan kesantrian
dan kepesantrenan berujung pada sang kyai.
3. Para kyai selalu memberi bimbingan penuh kepada para
santrinya, khususnya dalam bidang agama, namun juga dalam
bidang politik, ekonomi dan budaya sehingga diharapkan
santrinya setelah selesai/keluar dari pesantrennya mampu
menjadi motivator dan dinamisator di masyarakat.

20
4. Para santri tinggal menetap di asrama yang telah disediakan kyai,
sehingga pembinaan dan komunikasi antara santri dan kyai
menjadi lancar dan mudah mengaturnya.
5. Para santri siap mengabdikan diri pada para kyai dan menimba
ilmu dari padanya.
6. Para santri dididik hidup mandiri dan dewasa melalui berbagai
kondisi yang ada dan kegiatan di pesantren.
7. Sarana prasarana yang tersedia atau harus dipersiapkan adalah
berupa masjid, madrasah, dan pondokan/asrama tempat tinggal
para santri.
8. Kurikulum yang disajikan semuanya pelajaran agama melalui
kitab kuning klasik; kecuali pesantren khalafiyah, sudah disajikan
berbagai ilmu pengetahuan lainnya.
9. Pada umumnya pesantren itu adalah lembaga pendidikan non
formal.
10. Kekhidmatan para santri kepada para kyai sangat tinggi,
sehingga kelihatan sekali wibawa para kyai di kalangan para
santri.
11. Budaya yang menonjol dari kehidupan pondok pesantren selalu
bersifat religius.
12. Metode dan teknik mengajar di pesantren secara umum melalui
metode wetonan, bandongan, sorogan.
13. Untuk menjadi seorang ulama yang besar, seorang santri harus
mampu menguasai berbagai kitab kuning dari yang kecil sampai
kepada yang besar (Muttaqin, 2000: 91-93).

Dalam perjalanan sejarah Indonesia pesantren telah


memainkan peranan yang besar dalam usaha memperkuat iman,
meningkatkan ketakwaan, membina akhlak mulia dan
mengembangkan swadaya masyarakat Indonesia dan ikut
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan informal,
nonformal, dan pendidikan formal yang diselenggarakannya.

21
Secara informal lembaga pesantren di Indonesia telah berfungsi
sebagai keluarga yang membentuk watak dan kepribadian santri.

Pesantren juga telah melaksanakan pendidikan


keterampilan melalui kursus-kursus untuk membekali dan
membantu kemandirian para santri. Beberapa persyaratan yang
harus dimiliki oleh sebuah pondok pesantren adalah:
1. Adanya kyai, sebagai pendiri, pemilik, pengasuh sekaligus
pemimpin dan manajernya.
2. Adanya santri, yang tinggal di pondok/asrama untuk belajar
ilmu agama dan sekaligus mengabdikannya pada kyai.
3. Memiliki masjid, sebagai sarana/tempat ibadah/shalat
berjamaah dan sekaligus untuk belajar ilmu agama.
4. Adanya kegiatan mengaji kitab-kitab kuning, yang
kurikulumnya ditentukan oleh kyai.
5. Adanya pondokan/asrama, untuk tempat tinggal para santri.

Menurut Zamakhsyari Dhofier, ada tiga alasan pesantren


harus menyediakan asrama yaitu:
1. Kemasyhuran kyai dan kedalaman pengetahuannya tentang
Islam menarik santri-santri dari jauh. Untuk dapat menggali
ilmu tersebut secara teratur dan lama, para santri harus
meninggalkan kampung halaman dan menetap.
2. Hampir semua pesantren berada di desa-desa dimana hampir
tidak ada perumahan yang cukup untuk menampung santri.
3. Ada sikap timbal balik dimana santri menganggap kyai
sebagai bapaknya sendiri dan kyai menganggap santri titipan
Tuhan yang harus dilindungi (Dhofier, 1983:46-47).

6. Metode Pembelajaran Pondok Pesantren Modern


Pola pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren erat
kaitannya dengan tipologi pondok pesantren sebagaimana yang
dituangkan dalam ciri-ciri (karakteristik) pondok pesantren yang
diutarakan terdahulu. Berangkat dari pemikiran dan kondisi pondok

22
pesantren yang ada, maka ada beberapa metode pembelajaran
pondok pesantren. Metode Pembelajaran pendidikan pondok
pesantren modern. Adapun Model pendidikan pondok pesantren
modern yang diselenggarakan dengan metode pembelajaran di
pondok ada dua:

1) Metodik Umum
Yaitu semua metode yang dapat dipakai dalam suatu
proses belajar mengajar bagi seluruh mata pelajaran. Metode
tersebut antara lain:
1) Metode Buku Pelajaran (refrensi)
2) Metode Ceramah (kuliah)
3) Metode Diskusi (debat)
4) Metode Penguasaan
5) Metode Latihan
6) Metode Cerita
7) Metode Demontrasi
8) Metode Pemecahan Masalah (problem solving)
9) Metode Sosiodrama (bermain peran)
10) Metode kerja Kelompok
11) Metode Berprograma

2) Metodik Khusus
Yaitu membicarakan tentang suatu cara yang dapat
dipakai atau dipergunakan oleh guru dalam mengajarkan satu
mata pelajaran tertentu. Di pondok pesantren guru/ustadz harus
menempuh metode tertentu. Metode mengajar ini bisa ditempuh
melalui dua jalur ;
1. Metode Mengajar untuk satu mata pelajaran
a) Jalur Suksessif (berturut turut)
b) Jalur Konsentris (terpusat)
c) Jalur Campuran (terpadu)
2. Metode mengajar untuk satu bagian dari satu mata pelajaran
yaitu:

23
a) jalur mengurai (analitis)
b) Jalur menggabung (sintesis)
c) Jalur induktif
d) Jalur Deduktif
e) Jalur Maju (progresif)
f) Jalur Mundur (regresif)
g) Jalur terjadinya (genetis)

Didalam kegiatan ekstra kurikuler ini anak santri diberi


kebebasan untuk memilih atau menyalurkan aspirasi mereka sesuai
dengan bakat masing. Namun setiap anak wajib mengikuti kegiatan
pada saat berlangsung. Diantara kegiatan ekstra kurikuler di pondok
pesantren ini antara lain:
1) Menulis Indah (kaligrafi arab)
2) Hiasan Mushaf
3) Letter
4) Sablon
5) Kusen
6) Bahasa Arab
7) Bahasa Inggris
8) Menjahit
9) Kursus computer
10) Stempel Laser

7. Pengajar dan Guru Pondok Pesantren Modern


1) Badal Kyai
Badal Kyai merupakan alumnus dari Pondok Pesantren.
Sebagai santri pertama beliau banyak mengenyam dan
mengadopsi keilmuan dan system pendidikan dari para kiyai di
pondok pesantren ini. Karena keterbatasan pendanaan untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, beliau memilih
untuk mengabdikan diriny di pondok pesantren ini. Dan secara

24
otodidak beliau mengembangkan dirinya untuk menjadi putra
yang terbaik. Bidang Keahlian antara lain:
a. Bidang Manejemen dan administrasi
b. Bidang Kesantrian dan Kepondokan

2) Ustadz / Guru
Mayoritas tenaga pengajar pondok pesantren ini adalah
alumnus dari pondok pesantren kalangan sendiri. Dengan
ditambah pengajar Universitas yang dulunya juga mondok di
Pondok Pesantren. Dan Pengabdian dari Pondok pesantren.
Bidang Keahlian antara lain:
a. Ilmu tafsir
b. Ilmu Tauhed
c. Ilmu Fiqih
d. Ilmu Nahwu
e. Ilmu Shorrof
f. Ilmu Faraidl
g. Bahasa Arab
h. Bahasa Inggris
i. Matematika
j. IPA
k. Bahasa
l. Ketata Usahaan
m. Didaktik dan metodik
n. Administrasi Pendidikan

8. Jenjang Pendidikan Pondok Pesantren Modern


Jenjang Pendidikan dalam Pondok Pesantren hampir sama
dengan sekolah umum, untuk tingkat SMP dikenal dengan nama
Madrasah Tsanawiyah (MTs), sedangkan untuk tingkat SMA
dikenal dengan nama Madrasah Aliyah(MA). Pesantren yang
hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja umumnya disebut
pesantren salafi. Namun ada juga pondok pesantren yang

25
memiliki format jenjang pendidikan 6 tahun yang menggabungkan
jenjang MTs dan MA, ini dinamakan KMI (Kulliyatul Mu’alimin).
KMI biasanya meluluskan para ustadz yang nantinya mengajar di
pondok pesantren itu sendiri.
1) Madrasah Tsanawiah (MTs)
Merupakan unit pendidikan setingkat SMP yang
memadukan pendidikan nasional dan pendidikan pesantren.
Masa pendidikan 3 tahun sebagai kelanjutan dari jenjang
SD/MI. Tingkatan ini juga dapat mengikuti Ujian Akhir
Nasional (UAN). Materi pelajaran Aqidah, Syari'ah, bahasa
Arab dan Inggris sebagai materi dasar yang diajarkan di setiap
kelas. Mendidik santri agar memiliki dasar-dasar keimanan,
berwawasan IPTEK, memiliki kemampuan berbahasa Arab
dan Inggris serta siap melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA
(KMI/KMT/MA). Unit ini menerima putra dan putri dari lulusan
SD dan MI.
2) Takhasus (Pra SMA)
Unit ini merupakan unit persiapan selama satu tahun.
Diperuntukkan siswa putra dan putri dari jenjang SMP umum
maupun MTS (non pondok pesantren). Dalam unit ini
diperdalam pelajaran bahasa Arab dan Inggris serta materi
khusus kepesantrenan sehingga selama satu tahun
diharapkan memiliki kemampuan untuk menguasai ilmu yang
seimbang dengan lulusan SMP Pondok Pesantren. Dari unit
ini santri dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan Madrsah
Aliyah kelas satu atau ke jenjang kelas I KMI/KMT. Hasil
evaluasi dari ujian akhir di unit takhasus ini hanya berupa
keterangan untuk bisa melanjutkan ke unit MAAM/KMI/KMT.
3) Madrasah Aliyah
Madrsah Aliyah (MA) mendidik kader dakwah dan
intelektual muslim yang beraqidah lurus. Lama pendidikan 3
tahun. Menerima santri (siswa) dari lulusan SMP pondok

26
pesantren serta pondok pesantren lain yang sederajat. Dari
SMP atau MTS non pesantren harus lulus seleksi lesan
bahasa Arab, bahasa Inggris dan psycotest.
Selama pendidikan santri menerima materi pelajaran
program kepesantrenan dan program kurikulum Depertemen
Agama yang dipadukan sesuai alokasi waktu yang tersedia.
Ujian akhir diselenggarakan dalam bentuk Ujian Akhir
Kepesantrenan (UAK) dan Ujian Akhir Nasional (UAN). Lulus
ujian mendapat ijazah lokal dan ijazah negeri dari Departeman
Agama. Sebelum ujian akhir santri diwajibkan menyelesaikan
karya tulis berupa Resensi Buku dalam bahasa Arab atau
bahasa Inggris.

9. Perbedaan Pondok Pesantren Modern dan Tradisional


Perbedaan pondok pesantren modern dan tradisional ditinjau dari
dua perbedaan yaitu perbedaan secara fisik dan non fisik.
Perbedaan secara fisik yaitu perbedaan yang ditinjau dari
pandangan yang tampak atau terlihat secara langsung oleh pancera
indera kita sedangkan perbedaan secara non fisik ditunjau dari hal-
hal abstrak yang tidak nampak atau terlihat oleh pancera indera
seperti contohnya definisi, perangkat, sistem dan metode.

27
a. Perbedaan secara fisik

Tabel 1. Perbedaan fisik Pondok pesantren Modern dan Tradisional

Sumberdaya
No Pesantren Terbentuknya Fasilitas Lokasi
Manusia
1 Pondok Terbentuk Fasilitas sarana Umumnya Memiliki
Pesantren dengan dan prasarana berada di pusat struktur
Modern perencanaan yang lengkap kota dan organisasi
yang baik di seperti asrama daerah dan hirarki
mulai dan mesjid dan rumah yang jelas
direncanakan untuk kyai dan baik
terlebih dahulu
dengan Umumnya memiliki
mempertimban banyak cabang
gkan segala pondok pesantren
aspek sebelum
pondok
pesantren
tersebut
dibangun
2 Pondok Pada umumnya Umumnya tidak Umumnya Umumnya
pesantren terbentuk memiliki fasilias berada tidak
Tradisional melalui yang lengkap tetapi didaerah- memiliki
kebutuhan ada sebuah mesjid daerah struktur
masyarakat yang menjadi pusat organisasi
setempat pendidikan yang jelas
kemudian
berkembang
menjadi pondok
pesantren

Sumber: Berbagai sumber

28
b. Perbedaan secara non fisik

Tabel 2. Perbedaan non fisik Pondok pesantren Modern dan Tradisional

Tingkatan/ Materi yang


No Pesantren Kurikulum Metode pengajaran Jenjang diajarkan
pendidikan
1 Pondok Kurikulumnya Proses belajar Memiliki jenjang Pelajaran
Pesantren berdasarkan mengajar bagi pendidikan agama islam
Modern dari seluruh mata Seperti (Hukum,
pemerintah, pelajaran di dalam Madrasah fikih,syariat,
Kurikulum kelas Ibtidaiyah hadist)
nasional (MI/SD)
departemen Metode lain yaitu Madrasah dan
pendidikan para kyai Tsanawiah sebagian
memberikan (MTs)/SMP, pelajaran
ceramah/kajian di Madrasah umum(ilmu
dalam mesjid Aliyah sains.ilmu
(MA/SMA/SMK) sosial,
bahkan bahasa)
Perguruan perbandinga
Tinggi nnya 70%
(berdasarkan untuk ilmu
kurikulum dari agama :30%
pemerintah) untuk ilmu
umum
2 Pondok Tidak mengikuti Uztad/ guru lebih Umumnya tidak Pada
pesantren kurikulum banyak memiliki jenjang umumnya
Tradisional nasional dari mengajarkan /tingkatan hanya
pemerintah, ilmunya pendidikan mengajarkan
biasanya para kebanyakan ilmu
uztad/ dan para melalui majelis ilmu agama,(Huk
kiay bersama- dengan duduk um,
sama membuat bersama-sama di fikih,syariat
peraturan/kurik dalam mesjid hadist)
ulumnya sendiri Para santri Biasanya
mengunjungi/ tidak
memperdalam mengajarkan
ilmunya langsung ilmu umum
kepada kyai sains
modern
Sumber: Berbagai sumber

29
B. Tinjauan Terhadap Tema Green Building
1. Pengertian Green Building
Green Building adalah bangunan hijau dimana dalam
perencanaan, pembangunan, pengopreasian serta dalam
pemeliharaannya memperhatikan aspek-aspek dalam melindungi,
menghemat, mengurangi penggunaan sumber daya alam, menjaga
mutu baik bangunan maupun mutu dari kualitas udara di dalam
ruangan dan memperhatikan kesehatan penghuninya yang
semuanya berdasarkan kaidah pembangunan berkelanjutan (Green
Building Council Indonesia/ GBCI, 2013)
Green building adalah ruang untuk hidup dan kerja yang sehat
dan nyaman sekaligus merupakan bangunan yang hemat energi dari
sudut perancangan, pembangunan, dan penggunaan yang dampak
terhadap lingkungannya sangat minim. Masyarakat memahami green
building yang dijelaskan dalam Bulan Mutu Nasional dan Hari
Standar Dunia (2008), sebagai bangunan yang:
1. Terintegrasi dengan alam
2. Memperhatikan ekosistem lokal dengan perencanaan jangka
panjang
3. Produk dari tindakan manusia dengan mempertimbangkan
kualitas lingkungan baik fisik maupun sosial.

Gambar 2. Isu yang mempengaruhi munculnya ide green building


Sumber: (Green Building Council Indonesia, 2013)

30
Menurut Ervianto (2009), manfaat dari kepemilikan green
building:
1. Rendahnya biaya operasional, sebagai akibat efisiensi dalam
pemanfaatan energi dan air.
2. Lebih nyaman, dikarenakan suhu dan kelembaban ruang
terjaga.
3. Pembangunan wajib memberikan perhatian dalam hal
pemilihan material yang relatif sedikit mengandung bahan
kimia.
4. Sistem sirkulasi udara yang mampu menciptakan lingkungan
dalam ruang yang sehat.
5. Mudah dan murah dalam penggantian berbagai komponen
bangunan.
6. Biaya perawatan dan perawatannya yang relatif rendah.

2. Sejarah Green Building


Konsep Green Building sebenarnya telah dikenal sejak tahun
70-an melalui eco-home. Empat aspek utama yang perlu
dipertimbangkan dalam membangun green building yaitu material,
energi, air, dan kesehatan. Dengan konsep green building
diharapkan bisa mengurangi penggunaan energi serta dampak
polusi sekaligus juga desain angunan menjadi ramah lingkungan
( elsyara15.wordpress.com, diakses februari 2014)

3 . Aspek-aspek yang ditinjau dalam green building


Dalam Bulan Mutu Nasional (2008) dijelaskan bahwa dalam
merancang dan mendesain green building harus memperhatikan:

31
a. Pemanfaatan Material yang Berkelanjutan

Gambar 3. Konsep Green Building


Sumber: (Green Building Council Indonesia, 2013)

Untuk mencari alternatif bahan bangunan yang bersifat


praktis, mampu memberi solusi tepat kebutuhan bangunan, dan
ramah lingkungan perlu dilakukan survai terlebih dahulu. Hal ini
bisa dilihat mulai dari lama waktu proses pengerjaan, tingkat
kepraktisan, dan hasil yang diperoleh.
Bangunan menggunakan bahan bangunan yang tepat,
efisien, dan ramah lingkungan. Beberapa produsen telah
membuat produk dengan inovasi baru yang meminimalkan
terjadinya kontaminasi lingkungan, mengurangi pemakaian
sumber daya alam tak terbarukan dengan optimalisasi bahan
baku alternatif, dan menghemat penggunaan energi secara
keseluruhan.
Bahan baku yang ramah lingkungan berperan penting
dalam menjaga kelestarian lingkungan bumi. Beragam inovasi
teknologi proses produksi terus dikembangkan agar industri
bahan baku tetap mampu bersahabat dengan alam. Industri
bahan bangunan sangat berperan penting untuk menghasilkan
bahan bangunan yang berkualitas sekaligus ramah lingkungan.
Konstruksi yang berkelanjutan dilakukan dengan
penggunaan bahan-bahan alternatif dan bahan bakar alternatif

32
yang dapat mengurangi emisi CO2 sehingga lebih rendah
daripada kadar normal bahan baku yang diproduksi
sebelumnya.
Bahan baku alternatif yang digunakan pun beragam.
Bahan bangunan juga mempengaruhi konsumsi energi di
setiap bangunan. Pada saat bangunan didirikan konsumsi
energi antara 5-13 persen dan 87-95 persen adalah energi
yang dikonsumsi selama masa hidup bangunan.
Untuk kerangka bangunan utama dan atap, kini material
kayu sudah mulai digantikan material baja ringan. Isu
penebangan liar (illegal logging) akibat pembabatan kayu
hutan yang tak terkendali menempatkan bangunan berbahan
kayu mulai berkurang sebagai wujud kepedulian dan
keprihatinan terhadap penebangan kayu dan kelestarian bumi.
Peran kayu pun perlahan mulai digantikan oleh baja ringan dan
aluminium.
Baja ringan dapat dipilih berdasarkan beberapa
tingkatan kualitas tergantung dari bahan bakunya. Rangka atap
dan bangunan dari baja memiliki keunggulan lebih kuat,
antikarat, antikeropos, antirayap, lentur, mudah dipasang, dan
lebih ringan sehingga tidak membebani konstruksi dan fondasi,
serta dapat dipasang dengan perhitungan desain arsitektur dan
kalkulasi teknik sipil.
Kusen jendela dan pintu juga sudah mulai menggunakan
bahan aluminium sebagai generasi bahan bangunan masa
datang. Aluminium memiliki keunggulan dapat didaur ulang
(digunakan ulang), bebas racun dan zat pemicu kanker, bebas
perawatan dan praktis (sesuai gaya hidup modern), dengan
desain insulasi khusus mengurangi transmisi panas dan bising
(hemat energi, hemat biaya), lebih kuat, tahan lama, antikarat,
tidak perlu diganti sama sekali hanya karet pengganjal saja,

33
tersedia beragam warna, bentuk, dan ukuran dengan tekstur
variasi (klasik, kayu).
Bahan dinding dipilih yang mampu menyerap panas
matahari dengan baik. Batu bata alami atau fabrikasi batu bata
ringan (campuran pasir, kapur, semen, dan bahan lain)
memiliki karakteristik tahan api, kuat terhadap tekanan tinggi,
daya serap air rendah, kedap suara, dan menyerap panas
matahari secara signifikan.
Lantai teraso (tegel) berwarna abu-abu gelap dan kuning
yang terkesan sederhana dan antik dapat diekspos baik asal
dikerjakan secara rapi. Kombinasi plesteran pada dinding dan
lantai di beberapa tempat akan terasa unik. Teknik plesteran
juga masih memberi banyak pilihan tampilan.
Beberapa penelitian tentang material telah
menghasilkan perhitungan besaran energi dan biaya yang
dibutuhkan saat memproduksi material tersebut. Perhitungan
tersebut dihitung mulai dari produksi awal proses pengambilan
material utama, fabrikasi menjadi material siap pakai,
pengepakan hingga transportasi ke lokasi dan pemasangan
pada bangunan.
Secara garis besar penerapan konsep green building
terhadap pemakain material baik fixed material maupun
temporary material adalah mengandung konsep 3-R yaitu :
a. Reduce : Pengurangan limbah material
b. Reuse : Material yang bisa digunakan secara
berulang
c. Recycle : Material yang bisa didaur ulang

b. Keterkaitan dengan Ekologi Lokal


Menurut Aris (2009), Indonesia merupakan daerah yang
beriklim tropis dan mempunyai kelembaban yang cukup tinggi
mendorong masyarakat Indonesia untuk menggunakan
peralatan elektronik, misalnya: pendingin ruangan (AC) pada

34
hunian. Penggunaan pendingin ruangan (AC) mengakibatkan
konsumsi energi pada hunian meningkat dan merusak
lingkungan karena menggunakan freon. Freon merupakan zat
yang dapat merusak atmosfer, sehingga tidak ramah
lingkungan.

c. Konservasi Energi
Untuk menggunaan konsep green building tidak perlu
mengorbankan kenyamanan dan produktivitas akibat
penggunaan materi hemat energi. Pemakaian energi menjadi
sedikit, suasana lingkungan sehat, dan tetap menguntungkan.
Green building tidak hanya hemat energi tapi juga hemat air,
melestarikan sumber daya alam, dan meningkatkan kualitas
udara.
Melalui konsep green building ini, penggunaan penyejuk
udara (AC) dan lampu penerangan akan dibatasi di setiap
bangunan untuk mengurangi polusi udara yang juga
berdampak pada efek rumah kaca. Bahkan, para pemilik rumah
dan gedung diwajibkan untuk membuat green roof pada atap
bangunannya.
Green building, selain untuk penghijauan, manfaatnya
juga untuk mengurangi emisi karbon. Ketika mendengar kata
green building, kebanyakan orang di Indonesia masih
menganggapnya sebagai sebuah investasi yang mahal dan
tidak efisien. Padahal, dengan kriteria green building itu
menggunakan material lokal, hasil yang diperoleh pun lebih
hemat. Selain itu, dengan kriteria harus hemat air dan
listrik,serta material bisa didaur ulang dan rancang bangun
yang mendukung kesehatan penghuninya, gedung itu
termasuk investasi jangka panjang yang menguntungkan.
Ada standar bahwa pembangunan green building itu
harus menggunakan material yang diambil maksimal 50 km dari
tempat gedung dibangun. Hal tersebut untuk meminimalisasi

35
pemborosan energi. Salah satu contohnya, ketika diproduksi,
material marmer sudah menggunakan energi. Kemudian,
ketika didistribusikan ke tempat pembangunan gedung, itu pun
membutuhkan alat transportasi yang menggunakan energi.
Semakin jauh lokasi antara pembelian material dengan
tempat pembangunan gedung, semakin banyak pemborosan
energi.
Jika harus impor keramik dari Italia, berapa banyak
energi yang dihabiskan. Ini tentu tidak layak untuk menyebut
gedung itu sebagai green building. Sebab, itu membutuhkan
banyak energi yang hanya digunakan untuk menempel marmer
pada dinding. Pembangunan green building di Indonesia masih
tergolong langka. Bahkan, bisa dibilang banyak orang yang
belum memahami konsep itu dan menganggapnya negatif.
Padahal, Australia, Singapura, dan Malaysia sudah
memproklamirkan diri mengembangkan green building. Di
Jakarta sama sekali tidak ada bangunan yang dikategorikan
green building karena saat ini belum ada penilaian serius
terhadap gedung-gedung di Jakarta. Namun, jika memenuhi
beberapa syarat setelah penilaian, gedung itu bisa
mendapatkan predikat green building.
Sementara masih menunggu aturan dan kriteria sendiri
terkait green building, saat ini Indonesia bisa mengadopsi
aturan dari negara lain terlebih dahulu. Salah satunya standar
yang digunakan Amerika Serikat (AS), Singapura, atau
Australia karena pembangunan green building itu sudah
mendesak dan tidak bisa ditawar lagi. Terutama bila
menghadapi dampak perubahan iklim dan pemanasan
global. Green building merupakan salah satu solusi untuk
meminimalisasi dampak dari pemanasan global. Selama ini
banyak penyakit mulai asma hingga penyakit pernapasan lain
timbul karena gedung atau lingkungan tempat kerjanya tidak

36
sehat. Umumnya gedung-gedung di Jakarta tersebut belum
memiliki paradigma green building karena belum ada gedung
yang memanfaatkan atapnya sebagai ruang terbuka hijau dan
ruang publik.
Padahal taman-taman atap gedung itu akan membantu
mengurangi emisi karbon dan menyerap hawa panas Jakarta.
Di Tokyo sudah banyak mal yang memanfaatkan atapnya
sebagai ruang publik taman-taman kota. Taman itu bisa
menjadi daya pikat bagi pengunjung sehingga betah berlama-
lama belanja di situ, secara investasi mungkin sangat
menguntungkan.
d. Efisiensi Penggunaan Air
Dalam mengantisipasi krisis air bersih, untuk
mengembangkan sistem: pengurangan pemakaian air (reduce),
penggunaan kembali air untuk berbagai keperluan sekaligus
(reuse), mendaur ulang buangan air bersih (recycle),dan
pengisian kembali air tanah (recharge).
e. Penanganan Limbah
Konsep ramah lingkungan dewasa ini juga telah
merambah ke dunia sanitasi. Septic tank dengan penyaring
biologis (biological filter septic tank) berbahan fiberglass
dirancang dengan teknologi khusus untuk tidak mencemari
lingkungan, memiliki sistem penguraian secara bertahap,
dilengkapi dengan sistem desinfektan, hemat lahan, anti bocor
atau tidak rembes, tahan korosi, pemasangan mudah dan cepat,
serta tidak membutuhkan perawatan khusus.
Kotoran diproses penguraian secara biologis dan
filterisasi secara bertahap melalui tiga kompartemen. Media
kontak yang dirancang khusus dan sistem desinfektan sarana
pencuci hama yang digunakan sesuai kebutuhan membuat
buangan limbah kotoran tidak menyebabkan pencemaran pada
air tanah dan lingkungan.

37
Beberapa arsitek sudah mulai mengembangkan sistem
pengolahan air limbah bersih yang mendaur ulang air buangan
sehari-hari (cuci tangan, piring, kendaraan, bersuci diri) maupun
air limbah (air buangan dari kamar mandi) yang dapat digunakan
kembali untuk mencuci kendaraan, membilas kloset, dan
menyirami taman, serta membuat sumur resapan air dan lubang
biopori sesuai kebutuhan.

f. Pemakaian Kembali/Renovasi Bangunan


Penerapan konsep green building dimaksudkan agar
setiap pembangunan gedung tidak merusak lingkungan atau
meminimalkan kerusakan, menggunakan sumber daya minimal,
dan limbah operasionalnya dapat didaur ulang untuk digunakan
kembali.

4. Penerapan Green building pada rancangan


Menurut Alison (2007) dalam buku The Green Studio
Handbook, Environmental strategies for schematic design
menjelaskan ada 6 strategi utama yang bisa diterapkan dalam
desain green building:
1. Envelope
Strategi yang berkaitan dengan pelingkup ruang,meliputi:
a. Insulation Material
Merupakan material tambahan yang berfungsi menghambat
transfer energi panas melalui pelingkup ruang.
b. Structural Insulated Panels (SIPs)
Merupakan panel struktur yang telah dilengkapi dengan
material insulasi sehingga dapat menghambat transfer energi
panas.

38
Gambar 4. Konsep green building dari desain racangan
Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

c. Double Envelopes
Merupakan penggunaan pelingkup ganda, biasanya
digunakan pada pelingkup transparan. Terdiri dari 3 bagian:
1) Outer facade : berfungsi sebagai pelindung dari cuaca
dan isolasi akustik awal.
2) Intermediate space: berfungsi sebagai buffer thermal
3) Inner facade : berfungsi sebagai optimum thermal
barrier
d. Green Roof
Merupakan penggunaan atap untuk taman yang bisa
menurunkan suhu pada bagian atap dan ruangan
dibawahnya beberapa derajat.

39
Gambar 5. Detail green roof(atap hijau)
Sumber: https://image.google.com,, diakses 2016

2. Pencahayaan
Strategi yang berkaitan dengan pencahayaan, meliputi:
a. Daylight Factor (DF)
Merupakan perbandingan intensitas cahaya di dalam dan
luar bangunan. Faktor yang mempengaruhi antara lain:
1) Ukuran lubang pemasuk cahaya
2) Lokasi lubang pemasuk cahaya
3) Akses untuk cahaya matahari
4) Geometri ruang
5) Lokasi daerah yang menarik dari lubang pemasuk
cahaya
6) Pantulan permukaan ruang dan isinya
7) Pantulan benda-benda di luar ruang yang
mempengaruhi pada cahaya matahari yang masuk
melalui lubang pemasuk cahaya
b. Daylight zoning
Merupakan pengelompokan ruangan dengan kebutuhan
penerangan yang sama, mengarah pada penempatan
posisi ruang terhadap sumber cahaya.
c. Toplighting

40
Merupakan strategi pencahayaan alami dengan lubang
masuk cahaya yang berada di atas atau atap.

Gambar 6. Desain pencahayaan toplighting


Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

d. Sidelighting
Merupakan strategi pencahayaan alami dengan lubang
masuk cahaya yang berada di samping, mengarah pada
penentuan ukuran jendela.

Gambar 7. Desain pencahayaan sidelighting


Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

e. Light shelves
Merupakan permukaan yang digunakan untuk
mendistribusikan dan mengurangi penerangan berlebih
cahaya matahari yang masuk dari sidelighting.
f. Internal reflectances
Merupakan permukaan yang digunakan untuk
memantulkan cahaya yang ada atau yang masuk ke dalam
ruangan, permukaan tersebut akan mempengaruhi
kualitas pencahayaan dalam ruang.

41
g. Shading devices
Merupakan permukaan yang digunakan untuk
menghalangi cahaya matahari. Shading devices ada dua
macam yaitu tetap dan bergerak. Penggunaan shading
devices dapat mengurangi beban pendinginan, solar
acces when desired dan mengurangi silau.

Gambar 8. Penggunaan Shading devices


Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

h. Electric lighting
Merupakan pencahayaan tambahan yang menggunakan
energi listrik.

Gambar 9. Konsep pencahayaaan alami dan buatan


Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

42
3. Heating
Strategi yang berkaitan dengan pemasan, meliputi:
a. Direct gain
Merupakan sistem pemasan pasif dengan panas yang
secara langsung berasal dari sinar matahari melalui
bukaan dan berfungsi untuk menghangatkan ruangan.
b. Indirect gain
Merupakan sistem pemanasan pasif dengan panas secara
tidak langsung, namun berasal dari penyerapan sinar
matahari oleh pelingkup ruang.
c. Isolated gain
Merupakan sistem pemanas pasif menggunakan panas
yang terperangkap dalam sebuah ruangan (efek rumah
kaca), berasal penyerapan sinar matahari sebelum
dialirkan ke ruangan lain.
d. Active solar thermal energy system
Merupakan penyerapan energi panas matahari untuk
kebutuhan pemanasan air, pemanasan kolam, pemanasan
udara atau pemanasan ruang.
4. Cooling
Strategi yang berkaitan dengan pendinginan, meliputi:
a. Cross ventilation
Merupakan aliran udara dingin dari luar ruangan ke dalam
ruangan dan membawa udara panas keluar ruangan.

Gambar 10. Desain penghawaan cross ventilation


Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

43
b. Stack ventilation
Merupakan sistem ventilasi yang bekerja berdasarkan sifat
udara terhadap temperatur. Adapun prinsip dasarnya:
1) Udara panas mempunyai kerapatan rendah yang
bersifat ringan dan bergerak ke atas.
2) Udara lain yang lebih dingin akan mengisi ruang
kosong yang ditinggalkan udara panas yang
bergerak ke atas.

Gambar 11. Desain penghawaan stack ventilation


Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

c. Earth cooling tubes


Merupakan pendinginan ruangan menggunakan udara
yang dilewatkan di bawah tanah. Selama perjalanan di
bawah tanah udara didinginkan sesuai suhu tanah.
d. Earth sheltering
Merupakan pendinginan ruangan menggunakan suhu
tanah karena sebagian pelingkup ruang langsung
berbatasan dengan tanah.

44
Gambar 12. Desain penghawaan earth sheltering
Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

5. Energy production
Menurut Ervianto (2009), penggunaan panel sel surya
juga dapat meringankan kebutuhan energi listrik bangunan dan
memberikan keuntungan antara lain tidak perlu takut
kebakaran, hubungan pendek (korsleting), bebas polusi, dan
hemat listrik.
Panel sel surya diletakkan di atas atap, berada tepat
pada jalur sinar matahari dari timur ke barat dengan posisi
miring. Kapasitas panel sel surya harus terus ditingkatkan
sehingga kelak dapat memenuhi kebutuhan energi listrik setiap
bangunan. Strategi yang berkaitan dengan produksi energi,
meliputi:
a. Photovoltaics
Merupakan sel untuk mengkonversi energi sinar matahari
menjadi energi listrik. Pemasangan sel surya bisa
dilakukan pada atap, fasade,sebagai sun shading dan di
ruang terbuka.

45
Gambar 13. Solar sel (Photovoltaics)
Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

b. Wind turbines
Merupakan alat untuk mengkonversi energi angin menjadi
energi listrik.

Gambar 14. Wind turbines


Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

c. Microhydro turbines
Merupakan alat untuk mengkonversi energi aliran air
menjadi energi listrik.

6. Water and waste


Strategi yang berkaitan dengan air dan sampah/ limbah,
meliputi:
a. Water reuse/ recycling
Merupakan penggunaan kembali air setelah melalui
pengolahan. Biasanya air yang diolah berasal dari grey
water dan bukan dari black water.
Water reuse: penggunaan kembali air untuk aplikasi yang
lain
Water recycling: penggunaan kembali air untuk aplikasi
yang sama

46
b. Living machines
Merupakan sistem pengolahan limbah dengan melalui
serangkaian tangki anaerobik dan aerobik sebagai rumah
bakteri yang mengonsumsi patogen, karbon dan nutrisi
lainnya dalam air limbah.
c. Rainwater harvesting
Merupakan mengumpulkan air hujan untuk berbagai
keperluan. Ada dua skala penggunaan:
1) Sistem kecil: mengumpulkan air hujan pada atap
untuk penggunaan domestik.
2) Sistem besar: menggunakan penyaring besar
untuk keperluan pengairan tanaman.
d. Pervious surfaces
Merupakan penutup permukaan tanah yang
memungkinkan air masuk dan mengalir ke lapisan yang
lebih bawah.
e. Bioswales
Merupakan penanaman tumbuhan pada aliran air dangkal
terbuka yang berguna sebagai penyaring dan
memperlambat aliran air permukaan.
f. Retention ponds
Merupakan kolam yang digunakan untuk mengontrol dan
menghilangkan polutan dari air dalam site. Fungsi umum
adalah menangkap, menyimpan, membersihkan,
memperlambat aliran air dan memungkinkan meresap ke
dalam tanah.

5. Kriteria penilaian Green building


Menurut Green Building Council Indonesia (2013)
menjelaskan ringkasan kategori, kriteria dan tolak ukur suatu
bangunan baru. Setiap kategori terdapat beberapa kriteria yang
memiliki jenis berbeda, yaitu:

47
(1) Kriteria prasyarat adalah kriteria yang ada di setiap kategori
dan harus dipenuhi sebelum dilakukannya penilaian lebih
lanjut berdasarkan kriteria kredit dan kriteria bonus. Kriteria
prasyarat merepresentasikan standar minimum gedung
ramah lingkungan. Apabila salah satu prasayarat tidak
dipenuhi, maka kriteria kredit dan kriteria bonus dalam
semua kategori tidak dapat dinilai. Kriteria prasyarat ini tidak
memiliki nilai seperti kriteria lainnya.
(2) Kriteria kredit adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan
tidak harus dipenuhi. Pemenuhan kriteria ini tentunya
disesuaikan dengan kemampuan gedung tersebut. Bila
kriteria ini dipenuhi, gedung yang bersangkutan mendapat
nilai dan apabila tidak dipenuhi, gedung yang bersangkutan
tidak akan mendapat nilai.
(3) Kriteria bonus adalah kriteria yang memungkinkan
pemberian nilai tambah. Selain tidak harus dipenuhi,
pencapaiannya dinilai cukup sulit dan jarang terjadi di
lapangan. Nilai bonus tidak mempengaruhi nilai maksimum
GREENSHIP, namun tetap diperhitungkan sebagai nilai
pencapaian. Oleh karena itu, gedung yang dapat memenuhi
kriteria bonus dinilai memiliki prestasi tersendiri.
Kategori dan kriteria yang dimaksud yaitu:
1. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development)
a. kriteria prasyarat:
1) Area Dasar Hijau (Basic Green Area)
b. kriteria kredit
1) Pemilihan Tapak (Site Selection)
2) Aksesibilitas Komunitas (Community Accesibility)
3) Transportasi Umum (Public Transportation)
4) Fasilitas Pengguna Sepeda (Bicycle Facility)
5) Lansekap pada Lahan (Site Landscaping)
6) Iklim Mikro (Micro Climate)

48
7) Manajemen Air Limpasan Hujan (Stormwater
Management)
2. Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency and
Conservation)
a. kriteria prasyarat:
1) Pemasangan Sub-Meter (Electrical Sub Metering)
2) Perhitungan OTTV (OTTV Calculation)
b. kriteria kredit
1) Langkah Penghematan Energi (Energy Efficiency
Measures)
2) Pencahayaan Alami (Natural Lighting)
3) Ventilasi (Ventilation)
4) Pengaruh Perubahan Iklim (Climate Change Impact)
c. kriteria bonus
1) Energi Terbarukan Dalam Tapak (On Site Renewable
Energy)
3. Konservasi Air (Water Conservation)
a. kriteria prasyarat:
1) Meteran Air (Water Metering)
2) Perhitungan Penggunaan Air (Water Calculation)
b. kriteria kredit
3) Pengurangan Penggunaan Air (Water Use Reduction)
4) Fitur Air (Water Fixtures)
5) Daur Ulang Air (Water Recycling)
6) Sumber Air Alternatif (Alternative Water Resources)
7) Penampungan Air Hujan (Rainwater Harvesting)
8) Efisiensi Penggunaan Air Lansekap (Water Efficiency
Landscaping)
4. Sumber dan Siklus Material (Material Resources and Cycle)
a. kriteria prasyarat:
1) Refrigeran Fundamental (Fundamental Refrigerant)
b. kriteria kredit

49
2) Penggunaan Gedung dan Material Bekas (Building and
Material Reuse)
3) Material Ramah Lingkungan (Environmentally Friendly
Material)
4) Penggunaan Refrigeran tanpa ODP (Non ODS Usage)
5) Kayu Bersertifikat (Certified Wood)
6) Material Regional (Regional Material)
5. Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang (Indoor Health and
Comfort)
a. kriteria prasyarat:
1) Introduksi Udara Luar (Outdoor Air Introduction)
b. kriteria kredit
2) Pemantauan Kadar CO2 (CO2 Monitoring)
3) Kendali Asap Rokok di Lingkungan (Environmental
Tobacco Smoke Control
4) Polutan Kimia (Chemical Pollutant)
5) Pemandangan ke luar Gedung (Outside View)
6) Kenyamanan Visual (Visual Comfort)
7) Kenyamanan Termal (Thermal Comfort)
8) Tingkat Kebisingan (Acoustic Level)
6. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building Environment
Management)
a. kriteria prasyarat:
1) Dasar Pengelolaan Sampah (Basic Waste Management)
b. kriteria kredit
2) GP Sebagai Anggota Tim Proyek (GP as a Member of
Project Team)
3) Polusi dari Aktivitas Konstruksi (Pollution of Construction
Activity)
4) Pengelolaan Sampah Tingkat Lanjut (Advanced Waste
Management)

50
5) Sistem Komisioning yang Baik dan Benar (Proper
Commisioning)
6) Penyerahan Data Green Building (Green Building
Submission Data)
7) Kesepakatan dalam Melakukan Aktivitas Fit Out (Fit Out
Agreement)
8) Survei Pengguna Gedung (Occupant Survey)
GREEEN BUIDING
(konsep bangunan hijau)
Kesehatan dan Manajemen
Tepat Guna Efisiensi dan Sumber dan Kenyamanan Lingkungan
Lahan Konservasi Energi Konservasi Air Siklus Material
dalam Ruang Bangunan

Tepat Guna Lahan

Aksesibilitas Transportasi Lansekap pada Manajemen Air


Area Dasar Hijau Pemilihan Tapak Iklim Mikro
Komunitas Umum Lahan Limpasan Hujan

Efisiensi dan Konservasi Energi

Langkah Energi
Pemasangan Perhitungan Pencahayaan Pengaruh
Penghematan Ventilasi Terbarukan
Sub-Meter OTTV Alami Perubahan Iklim
Energi Dalam Tapak

Konservasi Air

Perhitungan Pengurangan Efisiensi


Daur Ulang Sumber Air Penampungan
Meteran Air Penggunaan Penggunaan Fitur Air Penggunaan
Air Alternatif Air Hujan
Air Air Air Lansekap

Sumber dan Siklus Material

Penggunaan Penggunaan
Refrigeran Material Ramah Kayu Material Material
Gedung dan Refrigeran tanpa
Fundamental Lingkungan Bersertifikat Prafabrikasi Regional
Material Bekas ODP

Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang

Kendali Asap
Introduksi Udara Pemantauan Pemandangan Kenyamanan Kenyamanan
Rokok di Polutan Kimia
Luar Kadar CO2 ke luar Gedung Visual Termal
Lingkungan

Manajemen Lingkungan Bangunan

Dasar GP Sebagai Polusi dari Pengelolaan Sistem Penyerahan Kesepakatan Survei


Pengelolaan Anggota Tim Aktivitas Sampah Komisioning yang Data Green dalam Melakukan Pengguna
Sampah Proyek Konstruksi Tingkat Lanjut Baik dan Benar Building Aktivitas Fit Out Gedung

= Kategori
‘ = Kriteria prasyarat
‘ = Kriteria kredit
‘ = Kriteria bonus

Gambar 15. Kriteria green building dari GBCI
Sumber: (Green Building Council Indonesia, 2013)

51
C. Studi Banding
1. Pondok Pesantren Modern
a. Pondok Pesantren Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa
Timur

Gambar 16. Masjid Pondok Pesantren Gontor, Ponorogo


Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

1. Sejarah Pondok Modern Darussalam Gontor


Setelah menuntut ilmu di berbagai pesantren tradisional
dan lembaga modern, tiga orang putra Kyai Santoso Anom
akhirnya kembali ke Gontor dan pada tanggal 20
September 1926 bertepatan dengan 12 Rabiul Awwal 1345,
mereka mengikrarkan berdirinya Pondok Modern Darussalam
Gontor (PMDG). Ketiganya dikenal dengan sebutan Trimurti
Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, yaitu:

1. K.H. Ahmad Sahal (1901–1977)


2. K.H. Zainudin Fananie (1908–1967)
3. K.H. Imam Zarkasyi (1910–1985)

Pada tanggal 12 Oktober 1958 bertepatan dengan 28


Rabi’ul Awwal 1378. Trimurti mewakafkan PMDG kepada Umat
Islam. Sebuah pengorbanan kepemilikan pribadi demi
kemaslahatan umat. Pihak penerima amanat diwakili oleh 15

52
anggota alumni Gontor (IKPM) yang kemudian menjadi Badan
Wakaf PMDG.

2. Lembaga-lembaga
Adapun lembaga-lembaga dan atau bagian-bagian yang
dibawahi Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor adalah:
a. KMI (Kulliyatul Mu’allimin/Mu’allimat al-Islamiyah): Lembaga
perguruan menengah dengan masa belajar 6 atau 4 tahun,
setingkat Tsanawiyah dan Aliyah
b. UNIDA (Universitas Darussalam): Lembaga perguruan
tinggi pesantren yang mempunyai 7 Fakultas dalam
berbagai jenjang S1, S2 dan S3
c. Pengasuhan Santri membawahi: Organisasi Pelajar Pondok
Modern (OPPM), Koordinator Gugusdepan (Pramuka) dan
Dewan Mahasiswa (DEMA) UNIDA
d. YPPWPM (Yayasan Pemeliharaan & Perluasan Wakaf
Pondok Modern): Lembaga penggalian dana,
pemeliharaan, perluasan dan pengembangan aset
e. IKPM (Ikatan Keluarga Pondok Modern): Organisasi resmi
alumni Gontor

Di samping kelima lembaga di atas, ada bagian-


bagian tertentu yang dibentuk untuk memperlancar proses
pendidikan dan pengajaran di Pondok, yaitu:
a. PLMPM (Pusat Latihan Manajemen dan Pengembangan
Masyarakat): pembinaan masyarakat
b. BPPMDG (Bagian Pembangunan Pondok Modern
Darussalam Gontor): penangangan pergedungan
c. Kopontren (Koperasi Pondok Pesantren) "La Tansa": unit-
unit usaha milik Pondok
d. BKSM (Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat): unit
pelayanan kesehatan santri dan masyarakat

53
3. Gaya arsitektur Pondok Modern Darussalam Gontor
Gaya arsitektur dan orientasi Pondok Modern
Darussalam Gontor meliputi semua nilai-nilai kepondokkan yang
terpadu dan dinamis Pondok Modern Darussalam Gontor
bercermin pada lembaga-lembaga pendidikan internasional
terkemuka guna mewujudkan sebuah lembaga pendidikan
berkualitas. Empat lembaga pendidikan yang menjadi patokan
gaya arsitektur dan sintesis Pondok Modern Darussalam Gontor
adalah:
a. Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, yang memiliki wakaf yang
sangat luas sehingga mampu mengutus para ulama ke
seluruh penjuru dunia, dan memberikan beasiswa bagi
ribuan pelajar dari berbagai belahan dunia untuk belajar di
Universitas tersebut.

Gambar 17. Al-Azhar, gaya arsitektur Islam yang diterapkan di Gontor


Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

b. Aligarh, terletak di India yang memiliki perhatian sangat besar


terhadap perbaikan sistem pendidikan dan pengajaran.

54
Gambar 18. Sekolah Islam Aligarh, terletak di India
Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

c. Santiniketan, di India, dengan segenap kesederhanaan,


ketenangan dan kedamaiannya.

Gambar 19. Sekolah Islam Santiniketan di India


Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

4. Jenjang pendidikan
KMI (Kulliyatul Mu'allimin/Mu'allimat Al-Islamiyyah)
1. Kulliyatul Mu'allimin Al-Islamiyyah (KMI) adalah Lembaga pendidikan
khusus santri putra tingkat menengah, dengan masa belajar 6 atau
4 tahun, setingkat Tsanawiyah dan Aliyah. KMI didirikan pada 19
Desember1936, setelah Pondok Modern Darussalam Gontor berusia
10 tahun.

55
2. Kulliyatul Mu'allimat Al-Islamiyyah (KMI) adalah Lembaga
pendidikan khusus santri putri tingkat menengah, dengan masa
belajar 6 atau 4 tahun, setingkat Tsanawiyah dan Aliyah. Pendirian
KMI Pondok Gontor Putri merupakan wasiat para Pendiri PMDG.
Maka sesuai keputusan Badan Wakaf PMDG, pada tanggal 7 Rabiul
Awwal 1411, Pondok Modern Gontor Putri resmi didirikan
di Mantingan, Ngawi. Pesantren putri ini berjarak 100 km dari Pondok
Modern Gontor. Kurikulum dan program pembelajaran Gontor Putri
serupa dengan KMI Gontor, dengan penyesuaian pada muatan lokal
dan penekanan pada pembekalan santriwati untuk menjadi wanita
shalihah.

Gambar 20. Site Plan Pondok Pesantren Gontor Pusat di Ponorogo, Jawa Timur
Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

56
b. Pesantren Modern Pendidikan Al-Qur’an IMMIM Putra
Makassar, Sulawesi Selatan

Gambar 21. Pondok Pesantren IMMIM Putra kota Makassar


Sumber: http://immim.sch.id/,, diakses 2016

Pesantren Modern Pendidikan Al-Qur’an IMMIM Putra


Makassar atau biasa biasa disebut Pesantren IMMIM Putra
Makassar adalah lembaga pendidikan berbasis pondok yang
bertempat di Kota Makassar dan merupakan pondok pesantren
terbesar di Indonesia timur. Dengan luas kampus I 2 hektar dan
kampus II (yang masih sementara dibangun) 4 hektar,
Pesantren IMMIM Putra Makassar mempunyai visi mencetak
generasi insan cendekia yang berkarakter ulama-intelek dan
intelek-ulama. Di bawah asuhan Yayasan Dana Islamic Center
(YASDIC) IMMIM, Pesantren IMMIM telah berdiri sejak 1975 dan
mencetak belasan ribu alumni yang tersebar di kawasan
nusantara bahkan mancanegara

1. Sejarah
Didirikan pada tahun 1975 oleh H. Fadli Luran, seorang
pengusaha asal Enrekang yang memiliki perhatian besar dalam
membangun generasi Islam yang berakhlak mulia, berwawasan
luas, berbadan sehat; serta mempersatukan umat Islam dari
segala furu’ dan khilafiah. Pesantren ini disebut Pesantren
Modern Pendidikan Al-Qur’an IMMIM Putra karna dasar dari

57
pembinaannya berbasis Qur’ani serta menerapkan konsep
pendidikan Islami modern yang selalu mengikuti perkembangan
tehnologi&sains seiring perkembangan zaman. Pesantren ini
sangat menekankan pada pembinaan Al-Qur’an, bahasa
Inggris-Arab, ilmu-ilmu agama, serta ilmu pengetahuan umum.
Sejak pertama kali didirikan, Pesantren IMMIM terus mengalami
kemajuan yang pesat hingga meraih masa-masa keemasan
pada dekade 90-an. Ribuan alumni ditelorkannya, dan ratusan
telah menjadi tokoh penting dalam instansi, badan, partai,
dewan, serta organisasi terkemuka lainnya di Sul-Sel bahkan
tingkat nasional.

2. Visi Pesantren
Institusi pondok pesantren yang mampu menghasilkan
insan intelek ulama, dan ulama intelek menuju generasi yang
berkomitmen tinggi terhadap kemakmuran mesjid dan persatuan
ummat.

3. Misi Pesantren
i. Menyelenggarakan pengelolaan pondok pesantren yang
berbasis kepada manajemen kualitas yang islami guna
menjalin dan menciptakan rasa puas dan bahagia bagi
segenap insan pondok dan ummat;
ii. Mengembangan sistem pendidikan Pondok Pesantren
yang enyeimbangkan antara pendidikan umum yang
berbasis pada pembinaan moral dengan pendidikan umum
yang berbasis pada penguasaan IPTEK guna memperoleh
keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat;
iii. Melaksanakan proses pendidikan yang berorientasi pada
pengembangan kehandalan dan kecakapan hidup santri
yang berdaya saing tinggi sebagai rahmatan lil alamin.

58
2. Jenjang Pendidikan
Santri dididik selama 6 (enam) tahun dengan melalui dua jenjang
pendidikan, yaitu :
1. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
2. Sekolah Menengah Atas (SMA)
3. Madrasah Aliyah (MA)

3. Program Pendidikan (Program Reguler Pondok)


Santri dibina melalui beberapa program pembinaan, yaitu :
1. Akhlak dan TTQ (Tilawah dan Takfizul Qur’an) – Bahasa (Arab
– Inggris)
2. MAFIKIB (Matematika, Fisika, Kimia, Biologi)
3. Keamanan dan Kedisiplinan
4. Ekstrakurikuler

4. Sumber Daya Manusia


Pesantren IMMIM memiliki tenaga edukasi yang berkualifikasi
pendidikan S1, S2, dan S3, baik dalam maupun luar negeri, dan telah
dibekali pendidikan bimbingan dan konseling. Disamping itu
pesantren juga memiliki tenaga-tenaga ahli yang sesuai dengan
kebutuhan pesantren.
5. Sarana dan Prasarana
Kampus Pesantren Modern Pendidikan Al-Quran Putra
IMMIM berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan KM 10 Makassar.
Terdapat lebih dari 900 santri yang mondok di kampus ini ditambah
dengan parapembina, staf, dan karyawan yang tinggal di dalam area
kampus.
Untuk memenuhi tujuan, visi, dan misinya, Yayasan Dana
Islamic Center (YASDIC) IMMIM yang menaungi Pesantren Putra
IMMIM membangun dan menyediakan berbagai fasilitas,
diantaranya:
1. Fasilitas Asrama: 9 gedung asrama, MCK,

59
2. Fasilitas Pendidikan: ruang kelas sebanyak 29 ruangan untuk
jenjang SMP dan SMA/MA, majelis tahfidz (penghafalan Al-
Quran), laboratorium komputer, laboratorium IPA, laboratorium
bahasa.
3. Fasilitas Ibadah: masjid
4. Fasilitas Gizi: dapur, ruang makan untuk santri SMP dan
SMA/MA
5. Fasilitas Olahraga: lapangan bola dan futsal, takraw, basket,
voli, tenis meja, bulu tangkis
6. Fasilitas Kesenian dan Kewirausahaan: Santri Artwork Corner,

c. Pondok Pesantren Modern Islam As-salaam Surakarta,


Kabupaten Sukuharjo

Gambar 22. Pondok Pesantren Assalaam


Sumber: http//:www.assalaam.or.id, diakses 2016

Berdiri pada tanggal 7 agustus 1982 yang bertepatan dengar


15 syawal 1402 H. Pondok Pesantren Assalaam memillki dua
kampus yang berlokasi Di Jalan Yosodipuro no 56 Punggawan
Surakarta yang menempati tanah wakaf seluas ± 2.845 m2.
Tempat kedua berlokasi di Desa Pabela, Kecamatan Kartasura,
Kabupaten Sukuharjo yang menempati tanah wakaf ± 56.

60
1. Sistem Pendidikan
Sistem pendidikan yang digunakan adalah sistem klasikal, ini
karena disebablkan karena jenjang pendidikan yang ada adalah
jenjang pendidikan formal yang meliputi:
1. Madrasah Tsanawiyah
Merupakan jenjang lanjutan dari SD/MI, masa studi 3 tahun.
2. MA
Merupakan Jenjang lanjutan dari madrasah tsanawiyah
dengan masa studi 3 tahun yang memiliki penekanan
tambahan pelajaran agama dan pendidikan bahasa arab
dan Inggris.
3. SMA
Merupakan Jenjang lanjutan dari madrasah tsanawiyah
dengan masa studi 3 tahun yang mempunyai kurikulum
sama dengan SMA di luar lingkungan pondok pesantren.
4. SMK
Merupakan Jenjang lanjutan dari madrasah tsanawiyah
dengan masa studi 3 tahun yang mempunyai kurikulum
sama dengan SMK di luar lingkungan pondok pesantren.
5. Pendidikan Thakasus
Program pendidikan 1 tahun penyesuaian, terutama bagi
lulusan SMP/MTs dari luar lingkungan pesantren yang ingin
melanjutkan pendidikan di SMA/MA/SMK di Pondok Assalaam.

2. Kelembagaan
Sitem pengelolaan pondok pesantren memakai system
pengelolaan yang ditangai oleh suatu yayasan, yaitu YPMI dengan
struktur organisasi dibawahnya yaitu sesepuh pondok, pimpinan
pondok, staff admin serta badan-badan pelaksana.
3. Aktifitas pondok
Aktifitas Pondok dimulai dengan sholat subuh berjamaah di
lanjutkan dengan pengajian. Santri masuk sekolah pada pagi-siang,
dilanjutkan kegiatan ekstra kurikuler pada sore harinya. Setelah

61
sholat magnb berjamaah, aktivrtas dilanjutkan dengan mengulang
pelajaran yang diberikan pada siang harinya. Kegiatan santri makan
dilakukan secara bersama-sama di ruang makan, untuk kegiatan
pribadi seperti membersihkan kamar, mencuci di lakukan sendiri.
Semua kegiatan berakhir pada pukul 22.00 WIB.

Tabel 3. Jadwal dan Kegiatan Santri Pondok Pesantren Modern Islam


Surakarta
04.00 – 04.30 Bangun tidur, jama’ah shalat subuh dan kuliah
subuh
04.30 – 06.00 Tadarus Al-qur’an, tasji’ul lughoh, mengulang
pelajaran, olah raga dan mandi
06.00 – 07.00 Makan pagi dan persiapan masuk sekolah
07.00 – 12.40 Kegiatan belajar mengajar di kelas
12.40 – 15.00 Jama’ah shalat dhuhur, makan siang dan
istirahat
15.00 – 15.40 Shalat ashar berjama’ah
15.40 – 17.00 Kegiatan belajar mengajar (ekstra kurikuler)
18.00 – 19.00 Jama’ah shalat maghrib, tadarus, makan malam
19.30 – 20.00 Shalat Isya’ berjama’ah
20.00 – 21.30 Belajar malam di kelas
22.00 – 04.00 Istirahat
Sumber: http//:www.assalaam.or.id, diakses 2016

4. Fasilitas
Berikut fasilitas yang di wadahi Pondok Pesantren Modern Islam
As-salaam Surakarta antara lain:
1. Masjid berlantai 2 berkapasitas 5000 Jama’ah. rnerupakan
pusat kegiatan ibadah, kajlan keislaman penghambaan diri
kepada Allah SWT.
2. Ruang kelas 90 ruang: ukuran 7x8m sebanyak 72 ruang dan
ukuran 8x0m sebanyak 18 ruang sebagai tempat kagiatan
belajar mengajar dan kegiatan ekstrakurikuler.

62
3. Ruang Laboratortum terdiri dari:
a. Laboratorium Fisika 1 ruang dilengkapi 1 set komputer koneksi
ke internet.
b. Laboratorium Kimia 1 ruang dilengkapi 1 set komputer
c. koneksi ke internet.
d. Laboratorium Bidogi 1 ruang dilengkapi 1 set komputer koneksi
ke internet.
e. Laboratortum Multimedia 1 ruang dilengkapi 40 komputer
koneksi internet. Laboratorium Komputer 2 ruang. Laboratorium
Bahasa 1 ruang
4. Gedung Perpustakaan dilengkapi dengan ruang baca yang
luas terpisah putra dan putri dan dua ruang audio visual.
Dilengkapi lebih dari 11.000 koleksi pustaka.
5. Sarana Olah raga
6. In door/gelora. terdiri dari lapangan bulu tangkis dan tennis
meja. Out door, terdiri dari lapangan sepak takraw, volley, bola
basket untuk putra dan putri dan lapangan sepak bola.
7. Gedung perkantoran dua lantai yang merupakan pusat
8. manajerial dan administrasi
9. Ruang Guru 2 ruang besar.
10. Gedung As-salaam Canter 4 lantai (masih proses
pembangunan) merupakan pusat perkantoran, organisasi santri,
fasilitas olah raga Indoor, aula, ruang kesehatan santri, bank
syari’ah koperasi dan fasilitas pendukung lainnya.
11. Ruang pertemuan/aula dua ruang. satu ruang barkapasitas 150
orang dan satu ruang besar yakni gelora berkapasitas 2.600
orang.
12. Unit kesehatan santri dilengkapi dengan petugas medis,
perlengkapan yang memadai, 1 unit putra dan putri. Unit
kesehatan santri juga bekerja sama dengan Rumah Sakit islam
dan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta.
13. Restoran Assalaarn, dengan fasilitas pendukung yang modem,

63
dilengkapi dengan ruang makan bagi santriwan dan santriwati.
14. Asrama berkapasitas 2.210 santri.
a. Kamar besar putra (kamsartra) 32 kamar, kamar besar putri
(kamsartri) 32 kamar, dengan fasilitas almari, kamar mandi di
luar.
b. Kamar tiga putra (kagatra) 22 kamar, kamar tiga putri (kagatri)
32 kamar dengan fasilitas lemari, meja/kursi belajar dan
bed/tempat tidur dan kamar mandi diluar.
c. Kamar empat putra (kapatra) 66 kamar, kamar empat putri
(kapatri) 126 kamar dengan fasilitas almari. meja/kursi belajar
dan bed/tempat tidur, kamar mandi di dalam.
15. Perumahan pengasuh di dalam kompteks pondok berjumlah 40
unit dan di luar pondok 24 unit
16. Wisma wali santri yang berfungsi sebagai tempat transit dan
penginapan wali santri dan tamu berkapasitas 88 orang
dilengkapi dengan ruang inap, kafetaria, ruang lobi dan fasilitasb
pendukung lainnya.
17. Fasilitas pendukung Iain di dalam pondok antara lain: wartel,
tetepon umum, bank, ATM Mandiri Syari’ah koperasi, took,
kanfin, tempat parker, laundry serta penunjang lainnya.

64
d. Resume dari Studi Banding Pondok Pesantren Modern

Tabel 4. Resume Pondok Pesantren Modern


Nama Pondok Kondisi
No Bentuk Bangunan Fasilitas Utama Fasilitas Asrama Hal yang spesifik
Pesantren Lingkungan/Site,
1 Pondok Darussalam - Bentuk bangunan tropis • Taman Ada disediakan Mengadopsi gaya
Gontor, Ponorogo dan tata massa yang baik, • Ruang Belajar, fasilitas MCK arsitektur Islam
bangunan mesjid di • Fasilitas olah raga, (mandi, cuci kakus) Universitas Al Azhar,
tengah sebagai pusat • Mesjid, dan di sediakan dan universitas di
kegiatan para santri • Perpustakaan rumah dinas untuk India,
kyai dan uztad
2 Modern Pendidikan Al- Luas lahan ± 2 ha Bangunan mesjid yang • Belajar, Ada disediakan Memiliki bangunan
Qur’an IMMIM Putra memiliki arsitektur Islam • Fasilitas olah raga, dengan 4 asrama pondok yang terpisah
Makassar, Sulawesi • Lab. Sains utama fasilitas antara pondok putra
Selatan • Gedung (mandi, cuci kakus) yang ada di
Perpustakaan dan fasilitas hunian Makassar dan putri di
Mesjid, unuk guru/ kyai dan Kab. Pangkep
uztad
3 Pondok Pesantren Luas lahan pondok Bentuk bangunan tropis • Taman Ada disediakan Memiliki Desain
Modern Islam As- pusat ± 3,8 ha • Ruang Belajar, asrama dan fasad mesjid yang
salaam Surakarta, • Fasilitas olah raga, fasilitas hunian indah dengan
• Lab. Sains unuk guru menampilkan
• Gedung ekspose kolom
Perpustakaan
• Mesjid,
Sumber: Analisis Penulis, 2016

65
2. Bangunan dengan Konsep Green Building
a. Building and Construction Academy, Singapura

Gambar 23. Building and Construction Academy (BCA) Singapura


Sumber: https://image.google.com diakses 2016

1) Lingkungan/Site
Sejumlah fitur menarik dari bangunan seluas 4.500 meter
persegi itu antara lain sistem peneduh yang ditempatkan secara
strategis sehingga bangunan terlindung dari terik matahari, namun
interior bangunan tetap mendapat cahaya alami.

Gambar 24. Site plan Building and Construction Academy Singapura


Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

Sebagai penentu skema Green Mark untuk bangunan hijau


Singapura, Building and Construction Academy (BCA) telah
memberi contoh bagaimana sebuah bangunan bisa disebut hijau

66
(green). BCA membangun kembali gedungnya yang disebut BCA
Academy hingga menjadi sebuah kompleks bangunan yang disebut
zero energy building (ZEP) atau bangunan nol energi.

Disebut nol energi karena bangunan yang dirancang oleh DP


Architect itu memproduksi energi untuk keperluan sehari-hari
dengan menggunakan panel tenaga matahari. BCA Academy juga
memanfaatkan kekayaan alam semaksimal mungkin.

2) Penerapan Konsep Green Building


Di negara tropis, penggunaan energi listrik terbesar adalah
untuk air conditioner. Para arsitek BCA menyiasati tingginya
temperatur dengan tanaman rambat yang ditanam secara vertikal.
Ada dua manfaat sekaligus dengan sistem ini, yaitu dinding terlindung
dari paparan langsung sinar matahari sekaligus untuk menurunkan
temperatur dalam ruangan.

Selain menggunakan tenaga matahari sebagai sumber energi,


mereka juga menampung air hujan untuk digunakan sebagai toilet.
Hampir tidak ada sisi gedung yang tidak terkena sinar matahari
sehingga menghemat penggunaan listrik untuk penerangan,
terutama di siang hari.

Gambar 25. Penggunaan Teknologi Daylighting Sistem pada Bangunan untuk


Pencahayaan Alami dari Matahari
Sumber: http://www.solaripedia.com, diakses 2016

67
Dibandingkan dengan gedung-gedung dengan kapasitas serupa,
penggunaan energi di BCA Academy jauh lebih hemat. Berdasarkan
tarif listrik 21,69 sen per kwh, bangunan ini berhasil menghemat
pengeluaran hingga 84.000 dollar Singapura per tahun.

Gambar 26. Penggunaan Teknologi Photovoltaic sebagai Solar Sel pada Bangunan
Sumber: http://www.solaripedia.com/, diakses 2016

Gambar 27. Skema Diagram Penempatan Photovoltaic pada Fasad Bangunan


Sumber: http://www.solaripedia.com/, diakses 2016

68
Gambar 28. Penggunaan solar panel pada bangunan

Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

Gambar 29. Tampak atas bangunan


Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

69
b. Gedung Utama Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta

Gedung 18 lantai 28.957 m2 dilengkapi gedung parkir dan


plaza. Gedung yang sejak awal berambisi untuk mencapai
peringkat Platinum GREENSHIP ini merencanakan IKE 142,64
KWH/m2 dan penghematan 30 % dari baseline.

Gambar 30. Gedung Kementrian PU Jakarta


Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

1) Bentuk Bangunan

Gambar 31. Denah Gedung Kementrian PU Jakarta Lantai Dasar-Lantai 9


Sumber: http://103.12.84.33/biro_umum/assets/, diakses 2016

70
2) Penerapan Konsep Green Building
Pada bangunan ini, listrik bisa dihemat sampai 44 % dan
penggunaan air juga bisa dihemat sampai 81% pada musim hujan
dan 63% di musim kemarau, hal ini dikarenakan pada musim
hujan semua air hujan ditampung, dan recycle sehingga bisa
digunakan kembali. Bangunan gedung ini dibangun berdasarkan
satu masterplan yang ditandatangani oleh menteri PU Sunarno di
tahun 2003, atas dasar masterplan itu kita teruskan.

Gambar 32. Gambar site bangunan PU Jakarta Pusat


Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

Sementara itu kaitannya dengan konsep green building,


bangunan gedung ini di desain secara green yang mendapat
sertifikat platinum dari Green building Council, yang merupakan
sertifikat tertinggi.

71
Gambar 33. Desain daylighting pada Bangunan untuk Mengurangi Sinar/ Cahaya
Langsung Matahari
Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

Gambar 34. Efektifitas daylight sensors untuk menghemat listrik


Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

72
Gambar 35. Penghargaan Platinum Certification Goal pada gedung Kementrian PU
Sumber: https://www.pu.go.id, diakses 2016

c. Institut Teknologi dan Sains Bandung (ITSB), Cikarang,


Bekasi, Jawa Barat

1) Site/Lingkungan
Institut Teknologi dan Sains Bandung (ITSB) merupakan perguruan
tinggi pertama di Indonesia yang berpredikat sebagai kampus hijau (green
campus). ITSB mendapat sertifikasi green building pada 2011 melalui
lembaga Green Building Council Indonesia (GBCI). Kampus yang berlokasi
di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat itu dibangun empat lantai dengan luas
bangunan 4000 meter persegi di atas area tanah seluas 5 hektare.

73
Gambar 36. Site Plan Institut Teknologi dan Sains Bandung (ITSB)
Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

Dijelaskan, konsep green building sebenarnya bukan hal baru.


Konsep tersebut sudah dikenal sejak tahun 70-an melalui eco-home. Empat
aspek utama yang perlu dipertimbangkan dalam membangun green
building yaitu material, energi, air, dan kesehatan.

2) Penerapan Konsep Green Building


Sirkulasi udara yang baik membuat penggunaan air conditioning
(AC) menjadi lebih hemat. Selain juga ada tanaman rambat di sepanjang
gedung mampu menahan panas matahari, tetapi tetap terang. Tanaman
disiram dengan sistem melalui pipa.

Selain itu, air buangan dari gedung tidak langsung dibuang ke tanah,
tetapi ditampung sehingga memungkinkan untuk diserap sumur resapan.
Pilihan itu dilakukan, menurut Ari Darmawan, karena ITSB memiliki
kesadaran tinggi terhadap energi berkelanjutan dan program untuk
pengembangan teknologi bidang energi berkelanjutan.

Green Building Council Indonesia (GBCI) baru-baru ini memberikan


Gold certified-Design Recognition pada Kampus Institut Teknologi dan

74
Sains Bandung (ITSB) yang terletak di Kota Deltamas, Cikarang.
Penghargaan ini memosisikan ITSB sebagai green campus pertama di
Indonesia.

Predikat ini diperoleh karena ITSB berhasil melakukan efisiensi dan


penghematan energi melalui aspek bangunan single corridor, penerapan
double skin pada tapak, pengolahan sampah, composting, serta
pemanfaatan air hujan.

Penghematan ini dilakukan dengan memaksimalkan pencahayaan


alami dan mengurangi penggunaan air conditioning (AC). Kampus ITSB
memiliki ruang terbuka hijau yang alami dan menyegarkan serta
menerapkan vertical greening, ruang terbuka hijau ini mencapai 61% dari
seluruh area kampus.

I
Gambar 37. Institut Teknologi dan Sains Bandung (ITSB)
Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

Penggunaan air di ITSB juga berhasil dihemat sebanyak 48%


dengan melakukan efisiensi pengunaan dan memaksimalkan pemanfaatan
air hujan, salah satunya dengan membuat tempat penampungan air. Di
ITSB, juga menggunakan non CFC (Chloro Flouro Carbon) sebagai bahan
pendingin dan gas halon untuk pemadam kebakaran.

75
Selain itu, material yang digunakan dalam membangun ITSB, 100%
berasal dari Indonesia. Dengan penerapan konsep arsitektur hijau di ITSB
ini, para mahasiswa juga tergerak ikut melestarikan lingkungan, demi masa
depan.

Gambar 38. Tampak Depan Institut Teknologi dan Sains Bandung (ITSB)
Sumber: https://image.google.com, diakses 2016

76
d. Resume dari Studi Banding Bangunan dengan Konsep Green Building

Tabel 5. Resume Bangunan Konsep Green Building

Nama
No Kondisi Lingkungan/Site Bentuk Bangunan Penerapan Konsep Green Building
Bangunan

1 Building and • bangunan seluas 4.500 Bentuk bangunan • Penggunaan teknologi daylighting sistem pada
Construction meter persegi mempertimbangkan orientasi bangunan untuk pencahayaan alami dari
Academy, • sistem peneduh yang matahari sehingga bangunan matahari
Singapura ditempatkan secara terlindung dari terik matahari terbit, • Penggunaan teknologi Photovoltaic sebagai solar
strategis sehingga namun interior bangunan tetap sel pada bangunan
bangunan terlindung mendapat cahaya alami. • Green roof
2 Gedung Gedung 18 lantai 28.957 Pengunaan kantilever setiap lantai • Desain kantilever Gedung PU untuk efektifitas
Utama m2 dilengkapi gedung Gedung PU untuk efektifitas cahaya alami dari matahari
Kementerian parkir dan plaza. cahaya alami dari mataharI • penggunaan air dihemat dikarenakan pada
Pekerjaan musim hujan semua air hujan ditampung, dan
Umum, recycle sehingga bisa digunakan kembali
Jakarta • Pencahayaan interior menggunakan sensor
gerak
3 Institut Dibangun empat lantai Bentuk bagnunan • Rainwater Harvesting & recycyling
Teknologi dan dengan luas bangunan mempertimbangkan orientasi • Konsep vertical greening,
Sains Bandung 4000 meter persegi di atas matahari untuk memaksimalkan • Ruang terbuka hijau ini mencapai 61%
(ITSB), area tanah seluas 5 penghawaan alami dan
Cikarang, hektare. pencahayaan alami dari matahari
Bekasi, Jawa
Barat
Sumber: Analisis Penulis, 2016

77

You might also like