Respon Psikososial Dan Strategi Koping Pasien Stroke Dalam Konteks Budaya Ambon
Respon Psikososial Dan Strategi Koping Pasien Stroke Dalam Konteks Budaya Ambon
Respon Psikososial Dan Strategi Koping Pasien Stroke Dalam Konteks Budaya Ambon
Abstract: Psychosocial Response and Strategy Coping of Stroke Patient in Ambon Cultural
Context. Stroke is the dissolution of blood flow to the brain, due to the rupture of blood vessels or
blockage of blood vessels to the brain. Stroke results in paralysis, sensory disorders, activity
disorders, mental changes such as impaired thinking, awareness, concentration, impaired
communication, and emotional disturbance. These changes require the ability of individuals to
overcome these problems. This ability is known by the term strategy coping. In general, the known
strategy of coping is problem-focused coping and emotion-focused coping. As part of the
behavior, psychosocial responses and coping strategies influenced by culture. This study aims to
describe the psychosocial response and coping strategy of stroke patients in the context of the
culture in Ambon. The method in this study is a qualitative phenomenology approach. Data
collection techniques used were in-depth interviews. The participants in this study were four
people. Result obtained four themes: (1) physical changes, (2) independence in carrying out
activities, (3) psychosocial responses, and (4) coping strategies in a cultural context. Physical
changes experienced by participants due to stroke give rise to maladaptive and adaptive
psychosocial responses. The coping strategies used to overcome the problem are emotional coping
and focus coping issues that are influenced by Ambon culture.
Abstrak: Respon Psikososial dan Strategi Koping Pasien Stroke dalam Konteks Budaya
Ambon. Stroke adalah terputusnya aliran darah ke otak, akibat pecahnya pembuluh darah atau
tersumbatnya pembuluh darah ke otak. Stroke mengakibatkan kelumpuhan, gangguan indra rasa,
gangguan beraktivitas, perubahan mental seperti gangguan daya pikir, kesadaran, konsentrasi,
gangguan dalam berkomunikasi, dan gangguan emosional. Perubahan tersebut membutuhkan
kemampuan individu untuk mengatasi persoalan tersebut. Kemampuan tersebut dikenal dengan
istilah strategi koping. Secara umum, strategi koping yang dikenal adalah problem focused coping
dan emotion focused coping. Sebagai bagian dari perilaku, respon psikososial dan strategi koping
dipengaruhi oleh budaya. Penelitian bertujuan mendeskripsikan respon psikososial dan strategi
koping pasien stroke dalam konteks budaya di Ambon. Metode dalam penelitian ini adalah
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara mendalam. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah empat orang. Hasil penelitian
mendapatkan empat tema yaitu: (1) perubahan fisik, (2) ketidakmandirian dalam melakukan
aktivitas, (3) respon psiko–sosial dan (4) strategi koping dalam konteks budaya. Perubahan fisik
yang dialami partisipan akibat stroke menimbulkan respon psikososial berupa maladaptif dan
adaptif. Adapun strategi koping yang digunakan untuk mengatasi masalah adalah dengan
emotional coping dan problem focus coping yang dipengaruhi oleh budaya Ambon.
480
Loupatty, Respon Psikososial dan Strategi Koping Pasien Stroke dalam Konteks Budaya Ambon 481
dan meningkat menjadi 12,1 pada tahun 2013. ialah upaya khusus baik secara perilaku maupun
Pravelensi stroke pada tahun 2013 di Maluku psikologis, yang digunakan oleh setiap individu
sebesar 8,7% (Badan Penelitian dan untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi,
Pengembangan Kesehatan, 2014). Yayasan menangani dampak dari kejadian yang
Stroke Indonesia melaporkan bahwa Indonesia menimbulkan stress (Maulanadari, 2010).
menduduki urutan pertama di Asia dengan Strategi koping meliputi dua tipe yaitu
prevalensi stroke mencapai 8,3 dari 1000 problem focused coping dan emotion focused
populasi (Yastroki, 2012). coping. Problem focused coping ialah koping
Gangguan kesehatan yang dialami yang muncul terfokus pada masalah individu
seseorang stroke bukan hanya menganggu aspek yang akan mengatasi stres dengan mempelajari
fisik tetapi psikologis juga yang akan berdampak cara-cara keterampilan yang baru sedangkan
pada keadaan psikososialnya. Keadaan tersebut emotion focused coping ialah bentuk koping yang
mengakibatkan penderita stroke merasa sebagai diarahkan untuk mengatur respon emosional
individu yang tidak berguna dalam melakukan terhadap situasi yang menekan (Safaria &
berbagai aktivitas yang berisiko terhadap kualitas Nofrans, 2012). Faktor-faktor yang dapat
hidup, dan dapat menimbulkan tekanan mempengaruhi strategi koping yaitu strategi
psikologis seperti stres, cemas, hilangnya tujuan koping yaitu strategi koping internal ialah faktor
hidup, dan gangguan bersosialisasi (Hastuti, yang berasal dari dalam diri individu, seperti
2014). Seseorang yang memiliki masalah karakteristik sifat kepribadian dan faktor
psikososial akibat stroke memiliki kecemasan, eksternal ialah faktor yang berasal dari luar diri
frustasi yang dapat mengakibatkan depresi, individu, seperti waktu, uang, pendidikan,
perasaan malu, kecewa, harga diri rendah dan kualitas hidup, dukungan spiritual, dukungan
gangguan sosial (Hartanti, 2012; Herawati, keluarga dan sosial. Tanpa strategi koping yang
2014). Respon psikososial yang umum dialami efektif maka fungsi afektif, sosial, ekonomi dan
penderita yaitu respon maladaptif seperti perawatan keluarga tidak dapat dicapai secara
penolakan terhadap keadaan, ketidakpatuhan, adekuat (Prawesti, 2013).
agresif, sensitif emosional, perubahan peran Seseorang juga dapat mengatasi stres dan
dalam keluarga dan melakukan hal-hal yang kecemasan dengan menggerakkan sumber koping
dapat mencelakai diri sendiri (Fahrudin & di lingkungan yang berupa modal ekonomi,
Wahyuni, 2004). kemampuan penyelesaian masalah, dukungan
Penyakit stroke dapat menimbulkan sosial dan keyakinan budaya (Taluta, 2014).
beberapa perubahan fisik dan psikologis. Budaya mempengaruhi respon psikososial dan
Perubahan fisik yang dialami oleh penderita strategi koping seseorang karena nilai-nilai,
stroke diantaranya kelumpuhan, gangguan indra keyakinan, tradisi, sikap dan prasangka pada
rasa, gangguan dalam beraktivitas sedangkan individu sudah ada sejak lahir dan berdasarkan
perubahan mental seperti gangguan daya pikir, pengalaman masa lalu sehingga mempengaruhi
kesadaran, konsentrasi, gangguan dalam interaksi individu dengan orang lain. Budaya
berkomunikasi, dan gangguan emosional berupa merupakan pikiran, akal budi, adat istiadat,
marah, sedih dan merasa tidak berdaya (Yuanita, agama yang sudah menjadi kebiasaan yang sukar
dkk., 2015). Respon psikososial pada penderita diubah (Amalia, 2010).
stroke akibat perubahan fisik adalah merasa Budaya orang Ambon yaitu masyarakat
terasing dari orang-orang dan mereka memiliki yang memiliki sifat religius magis, sehingga
persepsi bahwa dirinya tidak berguna lagi, karena dalam kehidupan kesehariannya selalu
hidup mereka lebih banyak bergantung pada mengutamakan keharmoniasan hubungan dengan
orang lain (Hasan & Rufaidah, 2013). Penderita alam sekitarnya dan terutama Tuhan Pencipta
mengalami keterbatasan dalam melakukan alam semesta serta memiliki rasa kebersamaan
kontak sosial, tidak mau bersosialisasi dan yang tinggi (Suantika, 2007). Masyarakat Ambon
perubahan peran di masyarakat. Penderita tidak meyakini bahwa penyakit yang dialami berasal
bisa bersosialisasi dengan orang lain seperti dulu dari kekuatan-kekuatan supernatural seperti roh
karena merasa malu dengan kondisinya yang halus dan adanya pelanggaran aturan adat serta
tidak mampu melakukan berbagai aktivitas orang yang tidak menepati janji. Pemaknaan ini
(Herawati, 2014). yang mempengaruhi respon masyarakat terhadap
Perubahan yang terjadi akibat penyakit penyakit atau masalah kesehatan yang dialami
yang diderita, penderita perlu mempunyai yaitu dengan menggunakan pendekatan
kemampuan untuk mengatasi dan mengelola tradisional (Suantika, 2007). Mereka percaya
masalah yang dialaminya. Kemampuan itu bahwa orang-orang pintar (dukun) dapat
dikenal dengan strategi koping. Strategi koping menyembuhkan penyakit yang diderita sehingga
482 Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 3, November 2019, hlm 480-488
mereka sudah tahu kapan dan di mana harus strategi koping. Triangulasi data dalam penelitian
mencari pengobatan ketika sakit (Gorman & ini adalah triangulasi sumber dari keluarga yaitu
Sultan, 2008). Berdasarkan permasalahan yang istri, anak dan cucu partisipan. Teknik analisa
telah diuraikan di atas, maka penelitian bertujuan data dalam penelitian ini adalah model teori
untuk menganalisa respon psikososial dan Miles dan Huberman yang memiliki empat yaitu
strategi koping pasien stroke dalam konteks pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
budaya di Ambon. dan penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2009).
Penelitian ini telah mendapat persetujuan
etik (ethical approval) dari Komite Etik
METODE Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya
Penelitian ini menggunakan jenis Wacana Nomor: 013/PE/KEPK.UKSW/2018.
penelitian kualitatif dengan tipe pendekatan
fenomenologi deskriptif. Penelitian ini
berlangsung di Ambon pada bulan April–Mei HASIL
2018. Partisipan dalam penelitian ini adalah
pasien stroke yang berjumlah empat orang yang Profil Partisipan
datanya diambil dari Puskesmas Benteng Ambon.
Partisipan ditentukan dengan metode purposive Partisipan dalam penelitian ini adalah
sampling dengan kriteria orang dewasa yang pasien post stroke berjumlah empat orang yang
menderita penyakit stroke ringan. menderita lebih dari dua tahun karena sesuai
Mengumpulkan data dengan cara wawancara dengan kriteria yang ditentukan. Karakteristik
semi terstruktur, panduan wawancara partisipan dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
berdasarkan indikator dari respon psikososial dan
“Ibu tidak bisa jalan sendiri di luar rumah percaya dengan apa yang terjadi pada dirinya.
karena tongkat takut jatuh” (P2, 80-90) Sebagaimana ungkapan partisipan:
“Mama punya badan kanan kaku, tidak “Dulu pernah buat kesalahan
dapat berjalan dengan sendiri dan badan bagian meninggalakan keluarga sehingga punya pikiran
kiri terasa lemas, karena sudah jarang apa ini hukuman yang Tuhan berikan” (P1, 20-
aktivitas.” (P3, 110-120) 30)
“Semua aktivitas sehari-hari yang “Ya, pasti kaget, takut mati ibu
dilakukan, sepenuhnya dibantu oleh anak-anak mengatakan ya Tuhan bisa sembuh tidak. Saat
atau cucu” (P4, 110-120) dengar ibu hanya mengatakan dalam hati ya
Tuhan kenapa sampai bisa sakit seperti ini”(P2,
Aktivitas sosial yang sebelumnya 20-30 ).
dilakukan partisipan seperti kegiatan organisasi “Bapak setelah tahu menderita stroke
gereja dan kegiatan-kegiatan di lingkungan tidak yang ada di bapak punya pikiran ya Tuhan
lagi dilakukan oleh partisipan disebabkan karena kenapa sampai bisa sakit seperti ini bisa sembuh
perubahan fisik yang dialami. Berikut ungkapan tidak. Karena yang bapak tahu penyakit ini susah
partisipan: untuk sembuh. Apakah ini karena dosa atau
“Sekarang sudah tidak bisa mengikuti kesalahan yang telah dilakukan sehingga bisa
organisasi gereja maupun sosial seperti sakit seperti ini ” (P3, 30-40).
memandu KKR” (P1, 140-150) “Ya mama juga kaget kenapa sampai bisa
“Semenjak sakit tidak bisa pergi ibadah sakit seperti ini. Mama juga bertanya-tanya apa
tidak dapat melakukan aktivitas apapun di luar yang mama buat sehingga Tuhan berikan
rumah seperti ibadah pantai” (P2, 130-140) penyakit ini” (P4, 50-60).
“Semenjak sakit bapak tidak bisa pergi ke
gereja dan tidak bisa lakukan banyak kegiatan 2) Sensitif secara Emosional
diluar rumah bersama teman-teman” (P3, 170- Sensitif merupakan respon yang
180) dikeluarkan secara spontan dari individu dalam
“Sejak jatuh sakit tidak bisa mengikuti bentuk yang negatif ketika individu tidak dapat
kegiatan sosial apapun, tidak bisa menjadi mengontrol perasaannya. Respon tersebut
pelayan Tuhan di gereja” (P4, 160-170) dikeluarkan oleh partisipan ketika ada dalam
tekanan dari masalah yang partisipan alam.
Respon Psiko-Sosial dalam Konteks Budaya Berikut ungkapan partisipan:
“Sering menangis karena orang lain bisa
Respon psikososial yang dialami oleh beraktivitas sedangkan ibu tidak bisa dan mudah
pasien stroke berbentuk marah, kecewa, tidak tersinggung serta mudah marah” (P1, 20-30, 40-
menerima keadaan, ingin mati, dan senang 50).
dengan lingkungannya. Respon tersebut “Setelah sakit ini ibu mudah untuk marah,
dipengaruhi oleh budaya orang Ambon terkait dan cepat lupa” (P2, 50)
dengan konsep sehat sakit yaitu penyakit atau “Bapak semenjak sakit ini paling cepat
masalah yang terjadi dan dialami dipercaya atau marah, cepat tersinggung apalagi kalau suruh
diyakini sebagai hukuman yang diberikan Tuhan cucu-cucu dan tidak ikut, oh itu bapak sangat
akibat dosa yang pernah dilakukan. Pemaknaan marah” (P3, 60-70).
tersebut merupakan pengalaman serta kebiasaan “Mama sekarang mudah marah dan lebih
yang sering ditunjukkan ketika partisipan banyak diam” (P4, 70-80).
mengalami masalah (termasuk masalah
kesehatan). Respon yang ditunjukkan seperti 3) Hilangnya Tujuan Hidup
penolakan terhadap keadaan, sensitif emosional, Perubahan-perubahan fisik dan psikis yang
hilangnya tujuan hidup, pemaknaan terhadap dialami akibat penyakit stroke membuat
peristiwa sakit dan hubungan sosial. Berikut partisipan tidak dapat melakukan aktivitas,
penjelasan lebih lanjut mengenai kategori ini: merasa tidak berguna, dan sudah lelah karena
proses penyembuhan yang lama. Hal ini
1) Penolakan terhadap Keadaan membuat partisipan merasa tidak memiliki tujuan
Penolakan terhadap keadaan adalah respon hidup. Berikut ungkapan partisipan:
individu yang tidak menerima keadaannya yang “Karna dulu bisa melakukan apa saja
sekarang karena perubahan-perubahan yang tetapi setelah sakit tidak bisa melakukan apa-
dialami yaitu perubahan fisik dan psikis. Keadaan apa. Sampai ibu berpikir kenapa tidak mati saja
tersebut membuat partisipan merasa tidak karna mati hari ini dan besok sama saja” (P1,
30-40).
484 Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 3, November 2019, hlm 480-488
“Semenjak sakit tidak dapat beraktivitas dengan meminta pengampunan dari Tuhan.
dan membantu anak-anak terkadang menangis Setiap mengalami masalah, solusi yang ditempuh
kenapa sampai sakit seperti ini” (P2, 30-40) partisipan adalah lebih mendekatkan diri kepada
“Penyakit ini susah untuk sembuh terkadang Tuhan. Berikut penjelasan lebih lanjut dari
punya pikiran ya Tuhan kapan bapak mati kategori ini:
karena sudah sangat cape dengan keadaan
seperti ini” (P3, 30-40). 1) Usaha Pengobatan
Setelah mengalami stroke partisipan
4) Pemaknaan terhadap Peristiwa Sakit berusaha melakukan berbagai pengobatan seperti
Menurut partisipan sakit yang dialami terapi dan meminum obat agar mendapatkan
sudah rencana dari Tuhan dan mungkin ada perubahan yang lebih baik menuju kesembuhan.
hikmat di balik sakit yang dialami. Berikut Hal ini yang diungkapan partisipan:
ungkapan partisipan: “Dari semenjak mengalami stroke ibu
“Ibu selalu dekat dengan Tuhan karena mengikuti pengobatan seperti terapi dan pergi ke
ibu yakin ada hikmat dari ibu punya penyakit RS untuk chek up” (P1, 200-210).
ini” (P1, 300-310). “Ibu hanya mengikuti terapi medis tidak
“Ya apa yang bisa ibu lakukan lagi dengan ada terapi tradisional yang ibu lakukan” (P2,
kondisi seperti ini jadi yang sisi positif dari 210-220).
penyakit yang ibu derita ini ibu merasa lebih “Semenjak sakit bapak mengikuti
bersyukur saja karena ibu yakin ada rencana pengobatan medis yaitu terapi dan meminum
Tuhan dibalik penyakit ini” (P2, 350-355). obat-obatan”(P3, 240-250).
“Sekarang ini mama tetap menjalani
5) Hubungan sosial pengobatan seperti meminum obat walaupun
Menurut partisipan hubungannya dengan tidak ada perkembangan. mama hanya berdoa
lingkungan sosial itu baik, tidak ada perubahan untuk Tuhan minta kesembuhan dan mam yakin
dari sebelum sakit hingga saat ini. Partisipan Tuhan punya kuasa atas segala yang terjadi
merasa senang karena lingkungan menerima untuk mama” (P4, 230-240).
kondisinya yang sekarang. Berikut deskripsi
partisipan: 2) Pengalihan Diri
“Ibu selalu mempunyai hubungan baik Masalah yang dihadapi individu
dengan lingkungan sampai saat ini. Mereka mengakibatkan tekanan psikologi sehingga
selalu membantu ibu” (P1, 120-130). individu perlu mempunyai cara untuk
“Tetap menjalin hubungan baik, mereka meminimalkan tekanan yang dirasakan. Hal ini
sering datang untuk bercerita dengan ibu. dirasakan oleh partisipan sehingga strategi yang
Mereka selalu membuat saya merasa senang” digunakan adalah pengalihan diri seperti
(P2, 110-120). menonton TV dan bercerita dengan orang-orang
“Bapak selalu menjalin hubungan baik sekitar. Sebagaimana diungkapkan partisipan:
dengan semua tetangga dari sebelum sakit “Ibu selalu berdoa dan mengkhayal bisa
sampai sekarang jadi tidak ada yang berubah” seperti yang dulu dan hal-hal yang indah yang
(P3, 150-160). dilakukan sebelum sakit”(P1, 270-280).
“Mama selalu punya hubungan baik “Biasanya tetangga-tetangga datang
dengan semua orang dari sebelum sakit sampai duduk bercerita dengan ibu dan nonton TV,
sudah sakit ini mama selalu berbuat baik saja” dengan begitu ibu tidak terlalu pikiran karena
(P4, 140-150). ibu menyibukan diri dengan hal-hal seperti
itu”(P2, 300)
Strategi Koping dalam Konteks Budaya “Bapak kumpul dengan teman-teman
untuk bercanda dengan begitu bapak dapat
Strategi koping adalah suatu cara yang melupakan masalah ini.” (P3, 220-230)
dilakukan untuk menguasai, mentoleransi, “Mama berdoa minta dari Tuhan berikan
mengurangi, menangani dampak dari masalah kekuatan, pikiran-pikiran positif, duduk nonton
yang dialami oleh partisipan stroke. Strategi TV” (P4, 310).
koping yang digunakan adalah usaha pengobatan,
pengalihan diri, dan dukungan spiritual dan 3) Dukungan Spiritual
pelarian dari. Masalah yang dialami partisipan Selain strategi yang digunakan seperti
diyakini sebagai hukuman dari Tuhan akibat dosa usaha pengobatan dan pengalihan diri. Partisipan
yang dilakukan sehingga mereka percaya juga memilih dukungan spritual sebagai salah
masalah yang dialami akan diberikan jalan keluar
Loupatty, Respon Psikososial dan Strategi Koping Pasien Stroke dalam Konteks Budaya Ambon 485
satu cara untuk mengatasi tekanan akibat masalah atau memerlukan bantuan orang lain. Situasi ini
yang dihadapinya. Berikut ungkapan partisipan: menimbulkan perasaan ketergantungan dalam
“Ibu selalu berdoa dan beribadah kepada melakukan aktivitas sehari-hari. Perubahan tubuh
Tuhan karena ibu yakin Tuhan pasti memberikan berupa alat gerak akibat stroke mengakibatkan
kesembuhan” (P1, 180-190). aktivitas sehari-hari dilakukan dengan bantuan
“Ibu lebih bersyukur saja karena ibu yakin orang lain (Herawati, 2014). Hasil penelitian
ada rencana Tuhan, ibu sekarang lebih dekat dan Mertha dan Laksmi juga mengatakan bahwa
bersyukur kepada Tuhan karna ibu yakin Tuhan pasien stroke cenderung mengalami
dapat memberikan kesembuhan” (P2, 340-350). ketergantungan pada orang lain karena kekuatan
“Bapak lebih banyak sabar saja dan otot yang lemah dan kurang dilatih (Mertha &
berdoa”(P3, 330-335) Laksmi, 2013). Rayanti dkk, (2015) pun
“Mama selalu berdoa dan beribadah pada melaporkan bahwa akibat stroke, penderita
semua masalah yang mama hadapi dan menaruh mengalami keterbatasan fisik sehingga
banyak pengharapan buat Tuhan Yesus”(P4, membatasi aktifitas sehari-harinya.
310-320) Perubahan fisik yang dialami seseorang
dapat menimbulkan respon psikisosial yang
4) Dukungan sosial merupakan respon terhadap suatu perubahan
Strategi koping juga diberikan lingkungan dalam kehidupan yang bersifat psikologis dan
berupa dukungan sosial bagi partisipan. sosial. Respon yang ditunjukkan oleh seseorang
Dukungan sangat penting bagi partisipan yang dapat berupa respon yang maladaptif dan adaptif.
mengalami stroke baik dukungan dari keluarga Respon maladaptif adalah respon negatif yang
maupun lingkungan karena dengan adanya dikeluarkan seseorang terhadap suatu masalah,
dukungan partisipan dapat bersemangat sedangkan respon adaptif adalah respon positif
menjalani kehidupannya, menerima keadaannya dikeluarkan seseorang terhadap suatu masalah
dan dapat mengatasi tekanan yang dialami. (Reynald, 2016). Partisipan berespon pada
Berikut ungkapan partisipan : keduanya baik maladaptif maupun adaptif.
“Selama ibu sakit tanggapan lingkungan Bentuk respon maladaptif dari partisipan adalah
terhadap ibu selalu baik, memberikan dukungan sensitif emosional, menolak keadaan dan hilang
dan membantu ibu saat ibu meminta tolong. ibu tujuan hidup. Sensitif emosional yang
rasa senang karena mereka peduli dan dikeluarkan partisipan adalah mudah marah,
memberikan dukungan kepada ibu”(P1, 130- sedih, dan kecewa. Bentuk penolakan terhadap
140). keadaan diungkapkan partisipan bahwa ia tidak
“Keluarga selalu memberikan dukungan percaya dengan penyakit yang dialami dan
terhadap ibu dari sebelum sakit sampai saat ini. bertanya kepada Tuhan alasan ia bisa mendapat
Ibu merasa senang karena keluarga peduli penyakit seperti ini, apakah ini akibat dosa yang
terhadap ibu” (P1, 250-270). dilakukannya? Selain itu bentuk kehilangan
“Tetap menjalin hubungan baik. Mereka tujuan hidup yang diungkapkan partisipan adalah
sering datang untuk bercerita dengan ibu. ia merasa lelah dengan keadaan yang sekarang
Mereka selalu membuat ibu merasa senang”(P2, dan memiliki pikiran untuk mati. Hal ini sejalan
110-120). dengan penelitian Kartini, dkk yang
“Iya selalu anak-anak berikan dukungan mengemukakan bahwa responden dari pasien
untuk ibu. ibu sangat rasa senang karena ada stroke mengalami perubahan konsep diri negatif
yang peduli, ada yang memperhatikan, mencari yang lebih besar dibanding konsep diri positif
tempat pengobatan jadi sangat bersyukur (Kartini, dkk., 2013). Selain itu penelitian ini
mempunyai kelaurga yang saling megasihi” (P2, juga sejalan dengan Sawab, dkk yang
270-280). menyatakan bahwa klien paska stroke merasakan
“Keluarga selalu berikan dukungan buat kehilangan kemampuan fungsional karena
mama dari sebelum sakit sampai sekarang. penyakit yang mengubah citra tubuhnya sehingga
mama merasa senang, anak-anak selalu berikan membuat klien memiliki harapan yang negatif
dukungan par mama”(P4, 280-300). (Sawab, dkk., 2015). Bentuk respon yang adaptif
dari partisipan berupa pemaknaan sakit dan
hubungan sosial. Pemaknaan sakit oleh partisipan
PEMBAHASAN adalah sebagai rencana atau kehendak Tuhan.
Penelitian ini selaras dengan hasil penelitian
Perubahan fisik akibat stroke yang dialami Maria bahwa penyakit diyakini sebagai
partisipan mengakibatkan yang bersangkutan “penggugur dosa” yang berarti jalan untuk
tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri mendekatkan diri kepada Tuhan sumber kekuatan
486 Jurnal Kesehatan, Volume 10, Nomor 3, November 2019, hlm 480-488
(Turnip, dkk., 2013). Respon sosial yang (Lusiani & Budiman, 2016). Strategi emosional
diungkapkan partisipan adalah bahwa hubungan yang digunakan individu adalah dengan berpikir
partisipan dengan lingkungan baik dan tidak ada positif dan optimis dalam menghadapi masalah
perubahan sebelum sakit hingga sakit. Partisipan (Prawesti, 2013).
senang dengan lingkungannya walaupun Selain strategi emosional yang
partisipan tidak dapat mengikuti kegiatan sosial digunakan, terdapat strategi koping lain, yaitu
seperti dulu namun lingkungan tetap menerima yang berfokus pada masalah. Problem focus
kondisi partisipan. Individu merasa senang bila coping yang digunakan partisipan adalah usaha
mendapat dukungan dari keluarga dan pengobatan, dukungan spiritual dan dukungan
lingkungan. Rayanti, dkk., (2018) mengatakan sosial. Usaha pengobatan yang dilakukan
adanya korelasi (r: 0,730) antara dukungan partisipan adalah pengobatan secara medis yaitu
keluarga dan activity of daily living (ADL), dengan terapi dan minum obat. Partisipan juga
sehingga semakin tinggi dukungan keluarga mengungkapkan bahwa selama sakit tidak pernah
maka semakin terpenuhi kebutuhan ADL pada melakukan pengobatan tradisional. Dukungan
penderita paska stroke. Dukungan keluarga spiritual yang digunakan partisipan untuk
membuat individu merasa kuat untuk mengatasi masalah adalah beribadah dan berdoa
menghadapi penyakit yang dialami (Herawati, kepada Tuhan, partisipan juga mengatakan
2014). bahwa yakin dan percaya akan diberikan
Respon psikososial maladaptif dan adaptif kesembuhan oleh Tuhan. Purnomo (2014) dalam
merupakan respon yang sering ditunjukkan dan hasil penelitiannya juga menjelaskan hal yang
sudah menjadi kebiasaan ketika partisipan sama bahwa pasien stroke cenderung tidak
mengalami masalah, sehingga membutuhkan menyalahkan diri sendiri dan Tuhan dengan
strategi koping untuk mengatasinya. Strategi keadaan yang dialaminya. Namun, mereka akan
koping didefinisikan sebagai upaya langsung cenderung lebih mencari hikmah dari setiap
untuk mengatasi tekanan akibat masalah yang kejadian dalam hidupnya dan dapat lebih
dialami (Fauziannisa & Tairas, 2013). Strategi mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.
koping digunakan secara berbeda dari individu Menurut Herawati (2014) dalam penelitiannya
yang satu dengan individu lainnya dan dari satu pengalaman individu dalam menghadapi
peristiwa dengan peristiwa lainnya. Umumnya perubahan citra tubuh adalah dengan usaha
setiap individu menggunakan strategi koping mencari bantuan untuk kesembuhan, baik itu
yang sudah pernah digunakan sebelumnya dan berupa herbal alternatif ataupun medis dan
berhasil. Bila strategi koping tersebut tidak mencari dukungan spiritual. Hasil penelitian yang
berhasil pada situasi tertentu, maka strategi lain dilakukan Mardiana, dkk., (2013) juga
dapat dipertimbangkan (Suyanta & Ekowarni, mengungkapkan bahwa strategi koping pada
2012). Berdasarkan hasil penelitian, partisipan penderita kanker servik untuk mengatasai
memiliki dua strategi koping yang digunakan masalah yang dihadapi adalah dengan terus
sebagai cara dalam mengatasi masalah yang mencari tahu informasi dan pengobatan untuk
dialami. Strategi yang digunakan partisipan dapat mengurangi nyeri. Selain itu staregi koping
adalah emotional focus coping dan problem focus juga datang dari lingkungan berupa dukungan
coping. Problem focused coping ialah koping dari keluarga dan lingkungan bagi partisipan
yang berfokus pada masalah, sedangkan emotion seperti membantu, peduli dan memberikan
focused coping ialah bentuk koping yang dukungan kepada partisipan. Hal ini yang
mengatur respon emosional terhadap situasi yang membuat partisipan menjadi semangat dan
menekan (Lusiani & Budiman, 2016). Emotional merasa senang dalam menjalani kehidupannya
focus coping yang digunakan partisipan dalam yang sekarang. Penjelasan tersebut sejalan
penelitian ini adalah pengalihan diri yang dengan penelitian Karunia (2016) yang
merupakan cara untuk melupakan sejenak mengatakan bahwa responden yang mendapat
masalah yang sedang dialami agar mengurangi dukungan baik dari keluarga membuat mereka
tekanan yang dirasakan yaitu dengan duduk bersemangat untuk melakukan rehabilitasi. Hasil
bercerita, bercanda bersama tetangga dan teman, penelitian Hasan & Rufaidah (2013), juga
memikirkan hal-hal yang positif dan mengkhayal mengungkapkan bahwa penderita stroke
hal-hal yang indah. Hal ini sejalan dengan mendapat dukungan berupa informasi dan
penelitian Lusiani yang menyatakan bahwa usaha perhatian dari lingkungan melalui interaksi.
untuk mengatasi situasi menekan dengan lari dari Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh
situasi tersebut atau menghindarinya seperti Lazarus dan Folkman dalam penelitian Maryam
reaksi berkhayal dan usaha menghindarkan atau (2017) mengemukakan bahwa strategi koping
melarikan diri dari masalah yang dihadapi sering dipengaruhi oleh latar belakang budaya
Loupatty, Respon Psikososial dan Strategi Koping Pasien Stroke dalam Konteks Budaya Ambon 487
dan pengalaman dalam menghadapi masalah. memenuhi janji atau kaul-nya. Pemahaman ini
Respon dan strategi koping yang digunakan didukung oleh hasil penelitian Frans yang
partisipan dipengaruhi oleh pengalaman masa mengatakan bahwa masyarakat Ambon percaya
lalu dan kebiasaan partisipan. Budaya yang adanya suatu kekuatan yang bersifat sakral,
diyakini partisipan adalah penyakit atau masalah mereka percaya bahwa kenyamanan, keadilan
yang dialami merupakan hukuman dari Tuhan dan kesejatraan bersumber dari kekuatan “Upu
akibat dosa atau kesalahan yang dilakukan Lanite” yang merupakan sebutan mereka kepada
sehingga cara mereka untuk mengatasi masalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dan
adalah meminta pengampunan dan meyakini juga sebagai“Leluhur atau tete/nenek moyang”.
bahwa pasti ada jalan keluar atau kesembuhan Pengakuan ini menjelaskan bahwa segala sesuatu
dari Tuhan. Budaya Ambon dikenal dengan yang terjadi pada mereka diberikan oleh Tuhan.
sebutan “Dosa Leluhur” yang artinya perbuatan Penghayatan dan pengakuan terhadap “Upu
yang melanggar aturan atau kesalahan yang Lanite” dapat menolong mereka memahami
dilakukan oleh seseorang kepada“Upu Lanite” hubungannya dengan leluhur, masa lampau,
atau Tuhan sehingga mendapat hukuman berupa sekaligus menolong mereka menghadapi krisis
kegagalan, penyakit, dan kematian. Pada atau masalah yang dihadapi (Thomas, 2015).
seseorang yang mengalami masalah akibat “Dosa
Leluhur” cara untuk mengatasi masalah tersebut
adalah memanjatkan doa pengampunan atau doa SIMPULAN
pelepasan. Selain itu dalam budaya Ambon,
masyarakat mengenal sebutan “Kaul” sebagai Perubahan fisik yang dialami partisipan
salah satu sanksi atas pelanggaran yang akibat stroke menimbulkan respon psikososial
dilakukan artinya bahwa ketika seseorang berupa maladaptif dan adaptif. Adapun strategi
mengucapkan janji dan tidak menepatinya maka koping yang digunakan untuk mengatasi masalah
akan mengalami masalah seperti sakit sampai adalah dengan emotional coping dan problem
mati. Seseorang yang sakit akibat “Kaul” cara focus coping yang dipengaruhi oleh budaya
mengatasinya yaitu dengan berdoa dan Ambon.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 3(1), 107–113. Tomohon City, North Celebes, Indonesia.
Karunia, E. (2016). Hubungan Antara Dukungan Silliman Journal, 56(1). 121-142.
Keluarga dengan Kemandirian Activity Of Reynald, D.I. (2016). Dampak Psikososial pada
Daily Living Pasca Stroke. Jurnal Berkala Individu yang Mengalami Pelecehan
Epidemiologi, 4(2), 213–224. Seksual di Masa Kanak-kanak.
https://doi.org/10.20473/jbe.v4i2.2016.213 Psikoborneo, 4(2), 312–320
Lusiani, I., & Budiman, A. (2016). Hubungan Sawab, Moch. Bahrudin, Novy, H. C. D. (2015).
Dukungan Sosial dengan Coping Strategy Pengalaman Keputusasaan Stroke Survivor
pada Penderita Stroke di Rumah Sakit Al di Kota Semarang. Jurnal Ners, 10(1),
Islam Bandung. Prosiding Psikologi, 2(2), 125–132.
613–618. Safaria, T. & Nofrans E. S. (2012). Manajemen
Mardiana, D., Ma’rifah, A. R., & Rahmawati, A. Emosi. Jakarta: Bumi Aksara.
N. (2013). Hubungan Mekanisme Koping Suantika, I. W. (2007). Memediasi Nilai-Nilai
dengan Kualitas Hidup Penderita Kanker Luhur Budaya Maluku Masa Lampau.
Servik di RSUD Prof. dr. Margono Kapata Arkeologi, 2(3), 1–20.
Soekarjo Purwokerto. Jurnal Keperawatan Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif
Maternitas, 1(1), 9–20. dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Maryam, S. (2017). Strategi Coping : Teori dan Suyanta, & Ekowarni, E. (2012). Pengalaman
Sumber Dayanya. Jurnal Konseling Andi Emosi dan Mekanisme Koping Lansia
Matappa, 1(2), 101–107. yang Mengalami Penyakit Kronis. Jurnal
Maulanadari, N. (2010). Strategi Koping Psikologi, 39(2), 208–221.
Menghadapi Stres Pada Penderita Kanker Taluta. (2014). Hubungan Tingkat Kecemasan
Paru. [Skripsi]. Surakarta: Fakultas dengan Mekanisme Koping pada Penderita
Psikologi Universitas Muhammadiyah Diabetes Melitus Tipe II di Poliklinik
Surakarta. Penyakit dalam Rumah Sakit Umum
Mertha, I., & Laksmi, A. (2013). Pengaruh Daerah Tobelo Kabupaten Halmahera
Terapi Latihan Terhadap Kemandirian Utara. Jurnal Keperawatan, 1(1), 1–9.
Melakukan Aktivitas Kehidupan Sehari- Thomas, F. (2015). Pendidikan Nilai dalam
hari Pasien Stroke Iskemik. Jurnal Skala Tradisi Pela (Kajian Etnografis Masyarakat
Husada, 10(1), 60–64. Ambon ). Jurnal Pendidikan Humaniora,
Prawesti, D. (2013). Strategi Koping Internal 3(2), 122–133.
Keluarga Pasien Stroke Menurut Teori Turnip, M., Keliat, B. A., Susanti, Y., & Putri, E.
Pearlin Dan Schooler. Jurnal STIKES, (2013). Fenomena Konflik, Ansietas, dan
6(2), 1–13. Depresi pada Klien Kanker Setelah
Purnomo, N. A. S. (2014). Resiliensi pada Pasien Didiagnosa Satu Tahun dan Mendapat
Stroke Ringan Ditinjau dari Jenis Kelamin. Terapi Di Rumah Sakit Umum. Jurnal
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 2(2), Ners, 10(2), 242–249.
241–262. Yuanita S, Ratna., Sutriningsih, Ani, Catur A
https://doi.org/10.1192/bjp.205.1.76a W.R. (2015). Mekanisme Koping Keluarga
Rayanti, R. E., Putra, K.P., Nenobanu, M. E. Menurunkan Tingkat Kecemasan
(2018). Dukungan Anggota Keluarga dan Kecemasan Keluarga Pasien Stroke. Jurnal
Activity of Daily Living (ADL) pada Care, 3(2), 18–25.
Penderita Post Stroke di Klinik Utama Yastroki. (2012). Tahapan Terapi Stroke Akut.
Graha Medika Salatiga. Indonesian http://www.yastroki.or.id/read.php?id=14,
Journal On Medical Science, 5(1). 48-53. online accessed on 12 Oktober 2017.
Rayanti, R. E. Karwur, F. F. Karwur, D.J. (2015).
The Daily Life of Post Stroke Patients in