Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

(J) Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama Untuk Meningkatkan Interaksi Sosial Dengan Teman Sebaya

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

145

BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK


MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN TEMAN SEBAYA

Wardatul Djannah dan Drajat Edy K


Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP Universitas Sebelas Maret

ABSTRACT: The purpose of this research was to determine the effectiveness of


group giudance services sociodramatic techniques to increase social interaction
with peers in class VII SMP Negeri 8 Surakarta academic year 2011/2012. This
research is a classroom action research (CAR). The research was conducted in two
cycles, with each cycle consisting of planning, action, observation, analysis and
reflection. Subjects were students of class VII SMP Negeri 8 Surakarta totaling 18
people. Data sources are from BK teachers and students. Data collection
techniques with questionnaires and observation. The validity of the data using
method triangulation techniques. Analysis of data using analytical techniques
percentage of DL Godwin and T. J Coates and clinical analysis. Measures used in
this research is group counseling sociodramatic techniques namely providing
group counseling services are performed by playing a role and played by
individuals who have social problems to solve social problems faced by these
individuals. Implementation of actions performed in the first cycle and second
cycle. The results showed that the group guidance services sociodramatic
techniques can increase social interaction with peers from pre-action to action
cycle I and cycle II action. The increase occurred in the first cycle of 39.93%, but
the results are not significant as an indicator of success below 50%. Significant
increases occurred in the second cycle is equal to 56.52%, so the results can be
interpreted that guidance sociodramatic engineering group declared successful in
the second cycle. Based on the findings of this research concluded that
sociodramatic effective group guidance techniques to increase social interaction
with peers in class VII SMP Negeri 8 Surakarta Year 2011/2012.

Keywords: group guidance sociodramatic techniques, social interaction with


peers

PENDAHULUAN dengan orang lain untuk memenuhi


Manusia adalah makhluk kebutuhan hidupnya. Hal tersebut
sosial yang tidak mungkin mampu menunjukkan bahwa pergaulan yang
hidup sendiri tanpa bantuan orang dimaksudkan adalah hubungan antara
lain. Oleh karena itu dalam kehidupan individu satu dengan yang lain yang
sehari-hari perlu melakukan interaksi saling mempengaruhi dan membentuk
dengan individu lain. Gerungan ( interaksi sosial. Interaksi sosial
2004: 26) menyatakan bahwa manusia merupakan hubungan dinamis yang
secara hakiki merupakan makhluk menyangkut hubungan antara individu
sosial yang membutuhkan pergaulan dengan individu, antara individu
146

dengan kelompok, dan antara rasa ingin tahu terhadap segala sesuatu
kelompok dengan kelompok. yang ada di lingkungan sekitar.
Kehidupan individu pada Individu memiliki rasa ingin tahu
dasarnya merupakan kemampuan dalam melakukan hubungan secara
berhubungan dan berinteraksi dengan positif dan aman dengan lingkungan
lingkungan sosial budaya yang dapat sekitar, baik yang bersifat fisik,
membentuk perilaku individu. Melalui psikologis, maupun sosial. Hubungan
interaksi sosial, masing-masing yang bersifat fisik antara lain menepuk
individu dapat saling mengenal dan bahu, berjabat tangan, serta saling
menyesuaikan dengan latar belakang bergandengan tangan. Hubungan yang
sosial budayanya. Pada proses sifatnya psikis atau psikologis
interaksi, faktor intelektual dan emosi contohnya rasa saling membutuhkan,
mengambil peranan penting karena di cinta dan kasih sayang, serta perasaan
dalam hidupnya individu tidak lepas saling menghargai antara satu dengan
dari individu lain dalam berperan di yang lain. Hubungan yang bersifat
masyarakat. Proses tersebut sosial seperti saling bertegur sapa
merupakan proses sosialisasi yang dengan orang lain, berkomunikasi
menempatkan individu sebagai insan serta saling membantu terhadap orang
yang secara aktif melakukan aktivitas lain yang membutuhkan. Pada saat
dalam kehidupan sehari-hari. Aktivitas melakukan sebuah hubungan atau
individu yang dapat mempengaruhi interaksi sosial, individu diharapkan
aktivitas individu yang lain bahkan mampu melakukan komunikasi secara
saling mempengaruhi disebut dengan baik terhadap lingkungan sekitar. Hal
interaksi sosial. Oleh karena itu dapat tersebut dikarenakan interaksi sosial
diketahui bahwa bentuk utama dari berkaitan erat dengan kemampuan
proses sosial adalah interaksi sosial. berkomunikasi seorang individu
Slamet Santoso (1999: 14) terhadap lingkungan sekitar, bahkan
menjelaskan bahwa interaksi sosial kemampuan berkomunikasi efektif
merupakan hubungan yang merupakan modal utama di dalam
berdasarkan adanya kesadaran yang membentuk interaksi sosial.
satu terhadap yang lain, saling Interaksi sosial individu
berbuat, saling mengakui, serta saling terbagi menjadi tiga yaitu, interaksi di
mengenal antara satu dengan yang lingkungan keluarga, sekolah, dan
lain. Berkaitan dengan hal tersebut masyarakat. Mohammad Ali dan
maka yang dimaksud interaksi sosial Mohammad Asrori (2004: 93)
adalah hubungan timbal balik antara menjelaskan bahwa proses sosialisasi
individu satu dengan individu yang individu terjadi di tiga lingkungan
lain. utama, yaitu lingkungan keluarga,
Interaksi sosial individu lingkungan sekolah, dan lingkungan
berkembang dengan adanya dorongan masyarakat. Pernyataan tersebut
147

semakin menguatkan bahwa individu sehingga akan mudah mendapatkan


melakukan interaksi pada tiga berbagai informasi yang dibutuhkan.
lingkungan yang berbeda yaitu, Interaksi di lingkungan
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat merupakan bentuk
masyarakat. interaksi yang paling luas. Hal
Interaksi di lingkungan tersebut dikarenakan lingkungan
keluarga terjadi dalam bentuk masyarakat merupakan lingkungan
hubungan antara anak dengan orang yang paling kompleks apabila
tua. Anak berkewajiban menghormati dibandingkan dengan lingkungan
dan patuh kepada orang tua, keluarga dan sekolah. Di dalam
sedangkan orang tua berkewajiban masyarakat individu akan bergaul
untuk memberikan pengarahan yang dengan individu lain yang memiliki
positif pada perkembangan anak. bermacam-macam karakteristik serta
Interaksi di lingkungan keluarga latar belakang yang berbeda-beda
merupakan dasar bagi perkembangan sehingga individu diharapakan mampu
kemampuan hubungan sosial yang menyesuaikan diri dengan orang lain
dimiliki oleh anak sebelum mereka agar tercipta hubungan sosial yang
bersosialisasi di lingkungan positif di dalam masyarakat.
masyarakat sehingga penting bagi Lingkungan sekolah
anak untuk mampu melakukan merupakan lingkungan yang lebih luas
interaksi secara positif di dalam daripada lingkungan keluarga karena
lingkungan keluarga agar dapat di lingkungan sekolah individu akan
bersosialisasi secara positif di dalam mengenal individu lain yang memiliki
lingkungan masyarakat. latar belakang yang berbeda-beda.
Interaksi di lingkungan Interaksi yang terjadi di lingkungan
sekolah merupakan hubungan timbal sekolah meliputi hubungan dan
balik yang terjadi di dalam lingkungan komuniksai yang terjadi antara siswa,
sekolah. Interaksi di lingkungan guru dan tenaga administrasi. Interaksi
sekolah melibatkan hubungan antara antara siswa dengan siswa, lebih
siswa dengan siswa, siswa dengan dikenal dengan istilah interaksi sosial
guru dan siswa dengan tenaga dengan teman sebaya, karena anak
administrasi sekolah. Hal tersebut berhadapan dengan teman yang seusia
mengindikasikan bahwa anak di sekolah yang sama. Interaksi sosial
diharapakan mampu membina dengan teman sebaya merupakan
hubungan yang baik terhadap sesama hubungan yang paling sering
teman, guru, serta tenaga administrasi dilakukan oleh siswa selama di
sekolah. Kemampuan siswa dalam lingkungan sekolah, karena para siswa
membangun hubungan sosial tersebut lebih banyak melakukan komunikasi
akan menyebabkan siswa merasa dengan siswa lain dalam semua
nyaman berada di lingkungan sekolah kegiatan yang ada di sekolah. Di
148

dalam lingkungan sekolah, siswa tanggap apabila teman membutuhkan


belajar untuk membina hubungan bantuan, tidak mau menanggapi
dengan teman-teman sekolahnya yang pendapat teman, serta kurang aktif
datang dari berbagai keluarga dengan apabila bekerja kelompok dengan
status dan warna sosial yang berbeda. teman. Siswa yang menunjukkan
Hal tersebut menjadikan kemampuan perilaku tersebut dikarenakan mereka
siswa melakukan interaksi sosial cenderung masih merasa malu, takut
dengan teman sebaya sangat penting dan bingung dalam menghadapi
untuk dimiliki siswa agar dapat sekolah yang baru, sehingga
menjalin hubungan yang baik antara mengalami kesulitan menyesuaikan
sesama teman. Kemampuan siswa diri dengan teman dan lingkungan.
untuk melakukan interaksi sosial Hal tersebut dikarenakan siswa kelas
dengan teman sebaya akan membuat VII merupakan siswa baru yang butuh
siswa merasa nyaman berada didalam penyesuaian diri dengan keadaan
lingkungan sekolah, mudah bergaul sekolah yang berbeda dengan sekolah
dengan orang lain serta mudah sebelumnya. Kesulitan dalam
mendapatkan berbagai informasi yang melakukan interaksi sosial akan
diperlukan. Oleh karena itu interaksi berakibat pada ketidakmampuan siswa
sosial dengan teman sebaya akan untuk melakukan penyesuaian diri
mempengaruhi pergaulan siswa di karena untuk dapat melakukan
lingkungan sekolah. penyesuaian diri secara baik
Kenyataan yang terjadi, di dibutuhkan kemampuan berinteraksi
SMP Negeri 8 Surakarta terdapat sosial dengan lingkungan sekitar.
banyak siswa yang belum mampu Perlu diketahui bahwa siswa yang
melakukan interaksi sosial dengan mampu melakukan interaksi sosial
teman sebaya di sekolah atau bisa secara positif akan membuat siswa
dikatakan masih mengalami kesulitan mudah dalam melakukan penyesuaian
melakukan interaksi dengan teman diri terhadap lingkungan khususnya
sebaya. Berdasarkan informasi yang kondisi dan latar belakang teman-
diperoleh dari Guru BK SMP Negeri temannya.
8, para siswa khususnya siswa kelas Sunarto dan B. Agung
VII terdapat beberapa yang Hartono (1994: 182) menyatakan
mengalami ketidakmampuan dalam bahwa, penyesuaian diri adalah sebuah
melakukan interaksi sosial khususnya proses yang dilakukan individu untuk
interaksi dengan teman sebaya. mencapai keseimbangan diri dalam
Siswa yang tidak mampu memenuhi kebutuhan sesuai dengan
melakukan interaksi dengan teman lingkungan. Pendapat tersebut
sebaya antara lain menunjukkan menegaskan bahwa untuk memenuhi
perilaku yang acuh tak acuh terhadap kebutuhan sesuai dengan lingkungan
teman, senang menyendiri, kurang maka dibutuhkan sebuah penyesuaian
149

antara keadaan diri dengan sosialnya. Pola asuh orang tua yang
lingkungan, sehingga akan terjalin salah misalnya terlalu memanjakan
sebuah interaksi yang baik. Interaksi anak akan menyebabkan anak susah
dengan teman sebaya juga bergaul serta berinteraksi dengan
membutuhkan adanya kemampuan teman sebayanya sehingga hal tersebut
siswa dalam melakukan penyesuaian dapat menimbulkan hambatan-
diri dengan kondisi lingkungan hambatan dalam mencapai tugas-tugas
utamanya dengan teman, karena perkembangan selanjutnya. Andi
masing-masing individu berasal dari Mappiare (1982: 95) menjelaskan
berbagai latar belakang yang berbeda. bahwa tugas perkembangan adalah
Pernyataan tersebut didukung oleh petunjuk yang memungkinkan
penelitian yang dilakukan oleh seseorang mengerti dan memahami
Mauliatun Ni’mah pada siswa SMP harapan serta tuntutan masyarakat dan
Negeri 1 Sukoharjo Tahun 2010 yang lingkungan terhadap orang lain pada
berjudul Hubungan Antara usia tertentu. Pernyataan tersebut
Komunikasi Interpersonal dan mengandung makna bahwa individu
Interaksi Teman Sebaya Dengan harus memahami tentang hal-hal yang
Penyesuaian Sosial Pada Remaja. menjadi tuntutan lingkungan agar
Hasil penelitian tersebut menunjukkan dapat melakukan interaksi secara baik
bahwa, semakin tinggi interaksi teman terhadap lingkungan sekitar.
sebaya maka semakin tinggi pula Seperti telah dijelaskan di
penyesuaian sosial pada remaja. Hal awal dapat diketahui bahwa
tersebut semakin memperkuat kemampuan melakukan interaksi
pernyataan bahwa dengan melakukan sosial dengan teman sebaya akan
interaksi sosial dengan teman sebaya, membuat siswa merasa nyaman
siswa juga melakukan penyesuaian berada didalam lingkungan sekolah,
dengan keadaan, kondisi dan latar mudah bergaul dengan orang lain serta
belakang teman-temannya. mudah mendapatkan berbagai
Selain masalah penyesuaian informasi yang diperlukan.
diri, kesulitan dalam melakukan Sebaliknya, apabila siswa tidak bisa
interaksi sosial dengan teman sebaya melakukan interaksi dengan teman
atau teman di sekolah juga dapat sebaya maka siswa akan mengalami
dipengaruhi oleh pola asuh orang tua gangguan dalam melakukan hubungan
terhadap anak. Peran orang tua dalam sosialnya di sekolah. Hal tersebut
menerapkan pola asuh kepada anak apabila tidak segera diatasi akan
menjadi hal yang sangat menentukan membuat siswa lebih mengalami
bagi perkembangan anak. Orang tua kesulitan untuk berkomuniksai dengan
yang keliru dalam memberikan arahan orang lain. Dampak lain yang dapat
kepada anak dapat menyebabkan anak ditimbulkan yaitu siswa akan menjadi
mengalami hambatan dalam hubungan terisolir, tidak dapat berkembang,
150

serta tidak mampu melakukan salah satu teknik yang digunakan


aktualisasi diri secara optimal. Oleh untuk memberikan layanan bimbingan
sebab itu kemampuan melakukan kelompok di sekolah dengan cara
interaksi sosial sangat penting untuk memerankan perilaku yang berkaitan
dimiliki siswa. dengan masalah-masalah sosial.
Salah satu upaya yang dapat Pemilihan penggunaan teknik
dilakukan untuk mengatasi sosiodrama didasarkan pada alasan
ketidakmampuan siswa dalam karena permasalahan yang muncul
melakukan interaksi sosial dengan berkaitan dengan permasalahan sosial
teman sebaya adalah melalui yang terjadi dalam hubungannya
Bimbingan Kelompok dengan lingkungan sekitar utamanya dengan
menggunakan teknik sosiodrama. Sitti lingkungan teman sebaya sehingga
Hartinah (2009: 4) mengemukakan sosiodrama dipandang tepat untuk
bahwa bimbingan kelompok meningkatkan interaksi sosial dengan
merupakan bimbingan yang teman sebaya. Melalui teknik
dilaksanakan secara kelompok sosiodrama, siswa akan belajar
terhadap sejumlah individu sekaligus melakukan komunikasi efektif dengan
supaya individu tersebut dapat orang lain dalam bentuk kegiatan
menerima bimbingan yang memainkan sebuah peran. Teknik
dimaksudkan. Hal tersebut tersebut melatih kemampuan siswa
mengindikasikan bahwa dalam dalam berkomunikasi dengan orang
kegiatan bimbingan kelompok lain atau berinteraksi sosial dengan
pelaksanaannya dilakukan secara orang lain utamanya interaksi dengan
bersama-sama terhadap sejumlah teman sebaya di sekolah.
individu sehingga masing-masing Sebagai salah satu teknik
individu dapat memahami kegiatan bimbingan kelompok, penggunaan
bimbingan yang tengah diterapkan. sosiodrama akan menimbulkan
Bimbingan kelompok memiliki interaksi antar anggota kelompok
beberapa teknik yang dapat diterapkan sehingga timbul rasa saling percaya
sesuai dengan kebutuhan dan untuk mengungkapkan masalah. Hal
pelaksanaannya. Salah satu teknik tersebut dikarenakan pada saat
tersebut adalah sosiodrama. Winkel sosiodrama dilaksanakan, akan terjadi
(1991: 470) menjelaskan bahwa suatu komunikasi efektif antar anggota
sosiodrama merupakan dramatisasi kelompok sehingga dapat tercipta
dari persoalan-persoalan yang dapat suatu pemahaman melalui diskusi dan
timbul dalam pergaulan dengan orang tanya jawab antar anggota kelompok
lain termasuk konflik-konflik yang sebagai sesuatu yang mendasari
dialami dalam pergaulan sosial. individu untuk aktif berkomunikasi.
Pendapat tersebut dapat dimaknai Berdasarkan hasil pembahasan dalam
bahwa teknik sosiodrama merupakan kelompok tersebut maka anggota
151

kelompok (siswa) dapat belajar dari 1. Rencana Tindakan


pengalaman baru yang berupa aktifitas Penelitian ini direncanakan
yang diperoleh dari kegiatan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan
sosiodrama yaitu pelatihan untuk siklus II. Setiap satu siklus terdiri dari
dapat melakukan interaksi sosial empat tahap yaitu tahap perencanaan,
dengan teman sebaya secara mudah pelaksanaan, observasi, serta analisis
dan tepat. dan refleksi. Keempat tahap tersebut
dapat diuraikan sebagai berikut:
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan a. Perencanaan
jenis penelitian tindakan (action Perencanaan merupakan
research). Dede Rahmat Hidayat dan serangkaian tindakan terencana untuk
Aip Badrujaman (2012 : 12) mencapai tujuan tindakan yang
menyatakan bahwa penelitian tindakan diharapkan. Pada penelitian ini
merupakan salah satu strategi yang perencanaan tindakan meliputi
memanfaatkan tindakan nyata dan kegiatan persiapan sebelum
proses pengembangan kemampuan pelaksanaan sosiodrama. Adapun
dalam mendeteksi dan memecahkan kegiatan persiapan tersebut dapat
masalah. dijabarkan sebagai berikut :
Metode yang digunakan 1) Menetapkan tutor (asisten peneliti)
dalam penelitian ini adalah metode drama untuk masing-masing
pemberian layanan bimbingan kelompok.
kelompok dengan menggunakan 2) Peneliti memberikan training
teknik/pendekatan sosiodrama. terlebih dahulu pada masing-
Pemberian tindakan bimbingan masing tutor agar diperoleh
kelompok dengan teknik sosiodrama pemikiran yang sejalan dengan
yang dimaksud adalah pemberian pemikiran dari peneliti.
layanan bimbingan yang diberikan 3) Peneliti membagi kelompok
pada sejumlah individu yang masing- menjadi 3 kelompok dan masing-
masing ditunjuk memainkan sebuah masing kelompok terdiri dari 6
peran sesuai dengan masalah yang orang anggota kelompok.
dihadapi individu. Memainkan peran 4) Peneliti menunjuk ketua dari tiap-
dimaksudkan untuk membuka tiap kelompok untuk
kesadaran individu akan masalah yang mengkoordinasi anggota kelompok.
dihadapi, selanjutnya berdasarkan 5) Peneliti menetapkan skenario
peran tersebut individu dapat drama yang akan ditampilkan untuk
memecahkan masalahnya. masing-masing kelompok kepada
masing-masing tutor.
6) Masing-masing tutor memberikan
penjelasan mengenai alur jalannya
152

drama sekaligus melakukan masing-masing kelompok yang


pembagian peran sesuai dengan akan mementaskan drama.
tokoh yang ada di dalam naskah 6) Kelompok yang maju untuk
drama. mementaskan drama ditetapkan
7) Setelah masing-masing kelompok sebagai kelompok pemain,
memahami materi drama yang sementara kelompok yang lain
dijelaskan oleh tutor maka, tutor sebagai kelompok penonton.
diminta untuk menentukan waktu 7) Peneliti, tutor (asisten peneliti), dan
latihan dari masing-masing guru BK bersama-sama mengamati
kelompok sebelum kegiatan jalannya sosiodrama guna diketahui
pementasan drama. kemampuan tiap-tiap siswa dalam
8) Peneliti menentukan waktu dan melakukan interaksi dengan siswa
tempat pementasan drama. lain selama pelaksanaan
sosiodrama.
b. Tindakan 8) Setelah penampilan drama dari
Tindakan pada penelitian tiap-tiap kelompok selesai
tindakan merupakan kegiatan praktis ditampilkan, peneliti melakukan
yang terencana. Tindakan yang diskusi dengan kelompok penonton
diterapkan pada penelitian ini adalah untuk memberikan evaluasi
melaksanakan pementasan sosiodrama terhadap jalannya drama yang baru
untuk meningkatkan interaksi sosial saja selesai dipentaskan.
dengan teman sebaya. Uraian kegiatan 9) Peneliti meminta kelompok
dalam pelaksanaan tindakan dapat penonton untuk mengomentari
dijelaskan sebagai berikut : pementasan drama yang baru saja
1) Peneliti melakukan breefing pada selesai dipentaskan.
masing-masing tutor (asisten 10) Peneliti memberikan tambahan
peneliti) sebelum pementasan penjelasan kepada semua peserta
sosiodrama layanan mengenai makna drama
2) Peneliti dan tutor mempersiapkan yang telah ditampilkan untuk dapat
tempat pementasan dimaknai dan diaplikasikan dalam
3) Masing-masing tutor kehidupan sehari-hari.
mengkoordinasi kelompok yang 11) Peneliti membuat kesimpulan dari
diampu untuk mempersiapkan diri. pelaksanaan sosiodrama.
4) Peneliti memberikan Ice breaking 12) Peneliti memberikan angket
pada semua peserta sosiodrama posttest kepada semua peserta
serta memberikan uraian singkat sosiodrama untuk diketahui hasil
mengenai jalannya kegiatan dari pelaksanaan treatment
sosiodrama bimbingan kelompok teknik
5) Peneliti melakukan undian untuk sosiodrama.
menentukan nomor urut tampil dari
153

13) Peneliti mengakhiri kegiatan digabung dengan nilai angket,


sosiodrama. sehingga dapat diketahui perubahan
kemampuan siswa dalam
c. Observasi melakukan interaksi sosial dengan
Observasi pada penelitian teman sebaya. Pelaksanaan
tindakan memiliki fungsi kegiatan observasi tersebut
mendokumentasikan implikasi melibatkan guru BK.
tindakan yang diberikan kepada
subyek. Observasi pada penelitian ini d. Refleksi
yaitu mengamati tingkah laku yang Analisis dan Refleksi
dihasilkan pada saat pelaksanaan merupakan sarana untuk melakukan
sosiodrama maupun setelah pengkajian kembali tindakan yang
pelaksanaan sosiodrama. telah dilakukan kepada subjek
1) Observasi pada saat pelaksanaan penelitian. Pada penelitian tindakan
sosiodrama (observasi proses) ini, langkah refleksi digunakan untuk
Kegiatan observasi yang dilakukan mengkaji keefektifan bimbingan
pada saat pelaksanaan sosiodrama kelompok teknik sosiodrama dalam
yaitu peneliti dan guru BK meningkatkan interaksi sosial dengan
bersama-sama melakukan teman sebaya. Langkah refleksi pada
pengamatan terhadap jalannya penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
kegiatan sosiodrama dari masing- berikut :
masing kelompok. Kegiatan 1) Peneliti melakukan analisis
pengamatan pada saat pelaksanaan terhadap hasil angket dan
sosiodrama dititik beratkan pada observasi.
kemampuan siswa dalam 2) Hasil angket dan observasi
melakukan hubungan timbal balik disamakan skalanya ke dalam skala
dengan siswa lain dalam 100 kemudian dicari perubahan
menampilkan drama. Langkah pada masing-masing subjek dengan
selanjutnya, peneliti dan guru BK menggunakan rumus yang telah
membuat kesimpulan dari hasil ditetapkan sebelumnya.
observasi tersebut. 3) Apabila belum dicapai target
2) Observasi setelah pelaksanaan peningkatan seperti yang telah
sosiodrama (observasi hasil) ditetapkan maka dilanjutkan
Observasi setelah pelaksanaan kegiatan sosiodrama untuk siklus
sosiodrama dilakukan dengan berikutnya sampai target tercapai.
mengamati perubahan perilaku 4) Apabila sudah memenuhi target /
subjek pada saat kegiatan kriteria maka penelitian dinyatakan
pembelajaran di kelas. Hasil berhasil, artinya bimbingan
observasi tersebut kemudian kelompok teknik sosiodrama
dikuantifikasikan sehingga dapat dinyatakan efektif untuk
154

meningkatkan interaksi sosial Penjelasan rencana tindakan di atas


dengan teman sebaya. dapat digambarkan dalam bagan
berikut :

Permasalahan Rencana Pelaksanaan Tindakan


5) Tindakan I I

Belum Terselesaikan Refleksi I Observasi


6)

Dilanjutkan Siklus II
Rencana Pelaksanaan Observasi
7)
Tindakan II Tindakan II

8)
Dilanjutkan Siklus Belum Refleksi II
9)
selanjutnya sampai Terselesaikan
masalah Teratasi

Bagan 1 : Rencana Tindakan

HASIL DAN PEMBAHASAN drama secara baik. Hal tersebut


Hasil penelitian yang telah dikarenakan beberapa siswa
dilaksanakan selama dua bulan tersebut masih malu untuk
diperoleh perubahan positif yang melakukan interaksi dengan teman,
signifikan yaitu perkembangan sehingga menyebabkan komunikasi
interaksi sosial dengan teman sebaya dalam pementasan drama menjadi
mencapai persentase sebesar 56,52% terganggu. Pada siklus II
untuk 18 subjek penelitian. Secara pelaksanaan sosiodrama dapat
rinci perkembangan sebagai hasil berjalan dengan baik karena
perubahan interaksi teman sebaya masing-masing siswa sudah bisa
dapat dijelaskan sebagai berikut: memahami perannya dan semakin
1. Pelaksanaan bimbingan kelompok mampu dalam membina
teknik sosiodrama dilakukan dalam komunikasi dan interaksi sosial
dua siklus yaitu siklus I dan siklus dengan orang lain. Hal tersebut
II. Pada siklus I terdapat hambatan menunjukkan bahwa kemampuan
dalam pementasan drama yaitu siswa untuk memerankan peran
ditemukan beberapa siswa yang dalam sosiodrama dapat
belum mampu memerankan tokoh mempengaruhi kemampuan siswa
155

dalam membina interaksi dengan keseluruhan, pada siklus I rata-rata


teman pada saat bermain drama. perubahan yang dicapai oleh
Oleh karena itu latihan sebelum masing-masing siswa adalah
pementasan sosiodrama sangat sebesar 39,93% dan pada siklus II
diperlukan agar dapat terlaksana rata-rata perubahan yang dicapai
dengan baik. sebesar 56,52%. Perubahan yang
2. Siswa yang mengikuti layanan dicapai pada siklus II tersebut dapat
bimbingan kelompok dengan memenuhiindikator keberhasilan
teknik sosiodrama semuanya layanan yang ditetapkan
merupakan siswa yang kurang sebelumnya, sehingga tindakan
mampu dalam melakukan interaksi sosiodrama siklus II dinyatakan
sosial dengan teman sebaya. berhasil.
Berdasarkan temuan di lapangan 4. Hasil analisis klinis untuk
diperoleh data bahwa siswa yang keseluruhan subjek penelitian
kurang mampu melakukan interaksi membuktikan bahwa terdapat
dengan teman sebaya bukan perubahan yang signifikan terhadap
semata-mata yang senang perilaku subjek penelitian.
menyendiri, teman terbatas, dan Perubahan perilaku tersebut
pemalu akan tetapi siswa yang suka ditunjukkan pada subjek mau
usil pada teman, senang membuat bergabung dengan teman, mampu
kegaduhan di kelas, egois, dan mengerjakan tugas kelompok
tidak mau menghargai pendapat dengan baik, tidak usil pada teman,
orang lain juga termasuk ke dalam tidak egois, peduli pada teman,
kategori siswa yang kurang mampu mau menghargai pendapat orang
melakukan interaksi sosial dengan lain, mampu menahan diri tidak
teman sebaya. Hal tersebut berbicara kotor, serta mampu
dikarenakan, siswa yang memiliki mengemukakan pendapat pada saat
karakter seperti itu cenderung tidak diskusi kelompok dengan teman-
disukai oleh teman, sehingga dapat teman.Hasil analisis klinis tersebut
menghambat kelangsungan siswa menegaskan bahwa keseluruhan
dalam berinteraksi sosial dengan subjek penelitian sudah mampu
teman sebaya. mencapai salah satu tugas
3. Bimbingan kelompok teknik perkembangan remaja yaitu
sosiodrama dinyatakan efektif membina interaksi sosial dengan
untuk meningkatkan interaksi teman sebaya secara baik.
sosial dengan teman sebaya. Hal 5. Hasil penelitian tindakan tersebut
tersebut dapat dibuktikan dengan dapat membuktikan Teori yang
adanya peningkatan kemampuan dikemukakan oleh Scarcella,
siswa dalam melakukan interaksi 1987(dalam Johana E. Prawitasari,
sosial dengan teman sebaya. Secara 2011: 189) bahwa sosiodrama
156

dapat digunakan di kelas untuk dicapaidapat dinyatakan bahwa


melatih interaksi sosial. Pernyataan bimbingan kelompok teknik
tersebut menegaskan bahwa sosiodrama efektif untuk
sosiodrama cocok diterapkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
meningkatkan interaksi sosial dalam melakukan interaksi sosial
dengan teman sebaya, sehingga dengan teman sebaya
dengan hasil yang telah

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi. 1991. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta


Ahmad Asrori. 2009. Hubungan Kecerdasan Emosi dan Interaksi Teman Sebaya
Dengan Penyesuaian Sosial Pada Siswa Kelas VIII Program Akselerasi
Di SMP Negeri 9 Surakarta. Skripsi. Tidak Diperdagangkan. Surakarta:
Fakultas Kedokteran.
Andi Mappiare. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional
Arihdya Caesar. 2012. http://arihdyacaesar.wordpress.com/2012/01/17/tugas-
perkembangan-remaja/. Diakses pada tanggal 2 September 2012.
Bimo Walgito. 1990. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset.
___________. 1999. Psikologi Sosial : Suatu Pengantar. Yogyakarta : Andi.
Dede Rahmat Hidayat dan Aip Badrujaman. 2012. Penelitian Tindakan Dalam
Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Indeks.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik : Panduan Bagi Orang
Tua dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan
SMA. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Djumhur dan Muh. Surya. 1985. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah.
Bandung: CV Ilmu.
Donik Restyowati dan Najlatun Naqiyah. 2010. Penerapan Teknik Permainan
Kerjasama Dalam Bimbingan Kelompok Untuk Meningkatkan Interaksi
Sosial Pada Siswa. Jurnal. Volume 11. UNESA.
http://ppb.jurnal.unesa.ac.id/74/volume-11-no-2-desember-2010.
Diakses pada tanggal 2 September 2012.
Enung Fatimah. 2010. Psikologi Perkembangan: Perkembangan Peserta Didik.
Bandung: CV Pustaka Setia
Gerungan W.A. 1981. Psychologi-Sosial Suatu Ringkasan. Jakarta : PT. Eresco
157

____________.2004. Psikologi Sosial. Bandung : PT Refika Aditama.


Godwin, Dwight L dan Coates, Thomas J. 1976. Helping Student Help
Themselves. New Jersey: Prentice-hall,inc.
Herman J. Waluyo. 2002. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: PT
Hanindita Graha Widya Yogyakarta.
Hurlock, Elizabeth. B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Johana E. Prawitasari. 2011. Psikologi Klinis Pengantar Terapan Mikro & Makro.
Jakarta : Erlangga
Mauliatun Ni’mah. 2010. Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal Dan
Interaksi Teman Sebaya Dengan Penyesuaian Sosial Pada Remaja Di
SMP Negeri 1 Sukoharjo. Skripsi. Tidak Diperdagangkan. Surakarta:
Fakultas Kedokteran.
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. 2004. Psikologi Remaja Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara
Monks., Knoers., Siti Rahayu Haditono. 1991. Psikologi Perkembangan
Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Muhammad Al-Mighwar. 2006. Psikologi Remaja. Bandung : Pustaka Setia
Mungin Eddy Wibowo. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang:
UNNES Press.
Nana SY. Sukmadinata. I983. Teori Dan Teknik Bimbingan Kelompok. Bandung
:Universitas Pendidikan Indonesia.
Prayitno., M.Surya., Thantawy., Mungin Edy Wibowo., Karno To., Afif
Zamzami., Elida Prayitno., Dharma Setiawaty., Gito Setyohutomo.,
Moenir. 1997. Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Di
Sekolah : Buku III Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sekolah
Menengah Umum (SMU). Jakarta : Panebar Aksara.
Sanapiah Faisal. 1981. Dasar dan Teknik Penyusun Angket. Surabaya : Usaha
Nasional Surabaya.
Santrock, John W. 2003. Adolesence Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga.
Sitti Hartinah. 2009. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: Refika
Aditama.
Slamet Santosa. 1999. Dinamika Kelompok. Jakarta : Bumi Aksara.
158

Sunarto dan B. Agung Hartono. 1994. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:


Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
__________________________. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Suwarsih Madya. 2007. Teori dan Praktik penelitian Tindakan ( Action
Research). Bandung: Alfabeta.
Syamsu Yusuf. 2004. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Syamsu Yusuf dan A. Juntika Nurihsan. 2008. Teori Kepribadian. Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Tatiek Romlah. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Tidjan., Muh. Farozin., Abdulkahar., Sayekti Pudjosuwarno., Syamsudin.,
Sugihartono., Sumadi., Sri Iswanti., Yosef Ilmoe., Ariyadi Warsito., Tri
Marsiyanti. 1993. Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah.
Yogyakarta : UNY Press.
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT
Radja Grafindo.
Warkitri, Chasiyah, dan Siti Mardiyati. 2002. Perkembangan Peserta Didik.
Surakarta: Depdiknas UNS Surakarta.
Winkel W.S. 1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta : PT
Grasindo.

You might also like