Ruang Lingkup Pendidikan Pancasila: Modul 1
Ruang Lingkup Pendidikan Pancasila: Modul 1
Ruang Lingkup Pendidikan Pancasila: Modul 1
PEN D A HU L UA N
M odul ini adalah bagian pendahuluan yang terdiri atas dua kegiatan
belajar, yaitu pembahasan tentang Ruang Lingkup Pembelajaran
Pancasila, yang meliputi Landasan Pembelajaran dan Pengertian Pancasila
serta pembahasan tentang Pancasila sebagai Pengetahuan Ilmiah.
Anda pada Kegiatan Belajar ke-1 akan mempelajari materi serta akan
mengerjakan tugas tentang landasan pembelajaran dan pengertian Pancasila.
Landasan pembelajaran Pancasila berisi signifikansi pembelajaran, juga
peraturan-peraturan formal yang mendukung diadakannya pembelajaran
Pancasila, yang terdiri atas pembahasan tentang landasan material, formal,
historis, kultural, dan konseptual. Pada pokok bahasan kedua, Anda akan
mempelajari tentang pengertian dari masing-masing sila Pancasila.
Kegiatan belajar ke-2 membicarakan tentang Pancasila sebagai
pengetahuan ilmiah yang terdiri atas pembahasan tentang pengertian,
Pancasila sebagai pengetahuan ilmiah, serta Pancasila sebagai objek studi
ilmiah. Pembahasan tentang Pancasila sebagai objek studi ilmiah akan
disajikan untuk melengkapi bahasan Pancasila sebagai pengetahuan ilmiah
yang akan dibahas dari pendekatan sejarah, yuridis konstitusional, dan
pendekatan filosofis.
Anda dengan materi/bahan ini akan dapat memahami arti pentingnya
pembelajaran Pancasila, dan diharapkan setelah mempelajari Modul 1, Anda
akan:
1. memahami landasan pembelajaran Pancasila;
2. memahami pengertian Pancasila;
3. memahami pengetahuan Pancasila sebagai pengetahuan ilmiah; dan
4. memahami Pancasila sebagai objek studi ilmiah.
1.2 Pancasila ⚫
Kegiatan Belajar 1
norma hukum, norma kenegaraan dan norma moral, sedangkan das sein adalah
Pancasila dalam kenyataan faktual yang senantiasa mengikuti dinamika
kehidupan serta perkembangan zaman. Tingkat pengetahuan esensial
mengajukan pemecahan terhadap pertanyaan apa, (apa sebenarnya),
merupakan persoalan terdalam karena diharapkan dapat mengetahui hakikat.
Pengetahuan esensial/hakikat tentang Pancasila adalah untuk mendapatkan
pengetahuan tentang inti sari atau makna terdalam dalam sila-sila Pancasila
atau secara filsafati untuk mengkaji hakikatnya.
Pelajaran atau pembelajaran Pancasila pada perguruan tinggi, tentulah
tidak sama dengan pelajaran Pancasila yang diberikan pada sekolah menengah.
Materi maupun pendekatan pendidikan Pancasila di sekolah menengah
seharusnya tidaklah sama dengan tingkat sekolah dasar, sedangkan di
masyarakat luas dapat dipilih jenjang sesuai dengan kemampuan yang ada.
Bertolak dari hal tersebut, civitas akademika di lingkungan pendidikan tinggi
memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk mempelajari dan
mengembangkan Pancasila secara formal ilmiah, baik dalam tingkat deskriptif,
kausal, normatif, maupun esensial-filosofis.
Tanggung jawab yang lebih besar untuk mempelajari dan
mengembangkan Pancasila itu sesungguhnya terkait dengan kebebasan yang
dimilikinya. Achmad Charris Zubair (1995: 44) menjelaskan, sikap moral yang
dewasa bagi orang yang memiliki kebebasan adalah sikap bertanggung jawab.
Tidak ada kebebasan tanpa adanya tanggung jawab. Kebebasan mengandung
pengertian: 1) kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri; 2) kemampuan
untuk bertanggung jawab; 3) kedewasaan manusia; dan 4) keseluruhan kondisi
yang memungkinkan manusia untuk melaksanakan tujuan hidupnya.
Seseorang yang memiliki kepandaian atau tingkat pendidikan lebih tinggi
daripada orang lain, dalam kaitan ini, seharusnya lebih mampu untuk
membebaskan diri dari ketidaktahuan dan kebodohan, sehingga memiliki
tanggung jawab yang lebih besar pula.
Tujuan pokok pembelajaran Pancasila adalah mengembangkan watak
bangsa yang kukuh. Hal ini penting karena dewasa ini bangsa Indonesia
menghadapi banyak tantangan terutama terkait dengan percaturan global. SK
(surat keputusan) Dirjen Dikti nomor 356/Dikti/Kep/1995 menegaskan, tujuan
pembelajaran Pancasila adalah membentuk sikap pandang agar mahasiswa
dapat memahami, menghayati dan melaksanakan Pancasila dan UUD NRI
Tahun 1945 dalam kehidupan sehari-hari sebagai warga negara RI yang
berjiwa Pancasila, juga menguasai pengetahuan dan pemahaman tentang
⚫ MKDU4114/MODUL 1 1.5
1. Landasan Material
Perguruan tinggi merupakan sarana dan wahana dalam mempersiapkan
warga masyarakat memasuki kehidupan masa depan, memiliki peran serta
dalam proses evolusi ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menyediakan
fasilitas pengajaran dan penelitian yang baik agar dapat mencapai tujuannya.
Tujuan umum pendidikan tinggi menurut The International Bureau of
Education (IBE), UNESCO, adalah the holistic development of the individual
through attention to mental, spiritual, ethical, aesthetic, emotional, physical
and social growth of the pupil. Sedangkan tujuan utamanya adalah preparing
students for future employment and to play active roles in their country’s
economic and social development, serta to prepare students to cope with
challenges of rapidly changing, technologically advanced, culturally diverse
society. Berdasarkan tujuan utama itu kemudian dirumuskan tujuan khusus
yang khas sesuai dengan kepentingan masing-masing negara (Sutardjo, 1999:
3). Konsistensinya kurikulum pendidikan tinggi yang diusulkan oleh the
international commision on education for the 21 st century terdiri atas 4
kelompok unsur kegiatan yakni:
a. Learning to know
b. Learning to do
c. Learning to behave
d. Learning to live together.
Bentuk usulan kurikulum itulah yang dapat menyatukan hasil, proses, dan
nilai tambah seseorang dalam mengikuti pendidikan tinggi di masa yang akan
datang. Mata kuliah umum, yang di Indonesia salah satunya adalah Pendidikan
Pancasila, masih tetap diselenggarakan dan dipertahankan juga di banyak
negara. Buku Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET)
mencantumkan bahwa studies in humanities and social sciences serve not only
to meet the objectives of a broad education but also to meet the objectives of
engineering profession.
Suatu mata pelajaran yang memiliki kesamaan latar belakang tentang
pentingnya pembelajaran Pancasila adalah civics. Civics yang diajarkan di
Amerika, yang dimulai sejak tahun 1790 sebenarnya merupakan pelajaran
Americanization atau peng-Amerika-an. Pengertian istilah peng-Amerika-an
adalah proses untuk menjadikan seseorang Amerika atau orang yang ingin
menjadi warga negara Amerika berbudaya Amerika. Negara-negara lain pun
di dunia memiliki kepentingan yang sama untuk menjadikan warga negaranya
⚫ MKDU4114/MODUL 1 1.7
cinta terhadap tanah air dan bangsanya. Maksud yang sama juga dengan
pembelajaran Pancasila, tetapi bukan berarti kecintaan yang chauvinistik,
membanggakan bangsa sendiri dan meremehkan bangsa lain, sebab di dalam
Pancasila itu sendiri juga terkandung ajaran hormat menghormati antarbangsa
di dunia dalam kerangka hubungan internasional. Materi perkuliahan Pancasila
juga diharapkan dapat memberikan bekal tentang perlunya Pancasila sebagai
dasar negara menghadapi tantangan dunia global. Konsekuensinya diperlukan
pengertian dan pemahaman Pancasila dalam arti yang sesungguhnya, karena
itu Pembelajaran Pancasila di perguruan tinggi dipelajari secara ilmiah. Materi
pembelajaran Pancasila memenuhi usulan the international commission on
education for the 21st entury, yakni terutaman unsur learning to behave dan
learning to live together.
Pancasila secara material memang diperlukan sebagai suatu dasar yang
mewadahi atau mewakili seluruh kepentingan bangsa Indonesia, yang terdiri
dari beraneka ragam suku dan agama untuk melangsungkan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Kenyataan membuktikan bahwa Pancasila telah ada
dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sejak bangsa Indonesia itu ada,
meskipun waktu itu keberadaan Pancasila masih belum terumuskan secara
sistematis seperti yang sekarang dapat dijumpai. Pancasila pada masa tersebut
identik dengan nilai-nilai luhur yang dianut bangsa Indonesia sebagai nilai
budaya.
Pembelajaran Pancasila menjadi sangat penting jika dilihat kesesuaian
model pembangunan dengan keadaan masyarakat Indonesia. Pembangunan
haruslah memperhatikan interaksi simbiotis untuk memelihara ketahanan dan
kelestarian bangsa, yakni harus ada keseimbangan antara individualisme
dengan kolektivisme, vertikalitas (hierarki yang kuat) dan horizontalitas
(persaudaraan), monetifitas (segalanya diukur dengan uang) dan spesifitas
(sesuatu yang memang mempunyai nilainya sendiri tanpa harus diukur dengan
uang), pemanfaatan alam dan keramahan manusia, serta keseimbangan alam
dan budaya (Jacob, 1999: 16). Pendapat Koento Wibisono (1999: 22) dalam
membahas proses reformasi yang ditinjau secara filsafati, dikatakan bahwa
Pancasila merupakan aset nasional yang dapat dijadikan paradigma untuk
menyusun platform bersama menuju cita-cita sebagaimana tatkala
kemerdekaan bangsa ini diperjuangkan kelahirannya, yakni masyarakat yang
adil dan makmur yang kemudian dirumuskan dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
1.8 Pancasila ⚫
2. Landasan Formal
Proses pelaksanaan Pembelajaran Pancasila didukung oleh peraturan-
peraturan formal yang juga memiliki kekuatan material secara historis, yakni
teruji dalam hal isinya. Peraturan perundang-undangan yang terkait dan
memiliki kekuatan formal untuk mengatur diadakannya pembelajaran
Pancasila adalah sebagai berikut:
undang. Selain itu yang terpenting lagi adalah berkaitan dengan tujuan negara
secara khusus yakni Pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa yang
cerdas bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang bersifat
pragmatis, tetapi juga memiliki moralitas yang tangguh sehingga Indonesia
sebagai bangsa akan tetap memiliki eksistensi yang kuat dan terhormat di
dalam percaturan global.
3. Landasan Historis
Bangsa Indonesia terbentuk melalui satu proses sejarah yang panjang,
yaitu sejak zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit, sampai datangnya
bangsa Barat yang menjajah Indonesia. Bangsa Indonesia melalui perjalanan
sejarah yang panjang telah menemukan kepribadiannya sendiri, yang di
dalamnya tersimpul sifat, karakter, dan ciri khas bangsa Indonesia. Para
pendiri negara merumuskannya menjadi lima sila yang diberi nama Pancasila.
⚫ MKDU4114/MODUL 1 1.11
4. Landasan Kultural
Setiap bangsa memiliki ciri khas yang berbeda dengan bangsa-bangsa
lain. Bangsa Indonesia memiliki pandangan hidup yang berdasar pada asas
kultural yang bersumber dari kehidupan bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai
kebangsaan dan kenegaraan yang terkandung di dalam Pancasila diangkat dari
nilai-nilai kulturalnya sendiri, sehingga generasi penerus bangsa perlu
mendalaminya secara dinamis sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.
5. Landasan Konseptual
Pengertian Filsafat Pancasila dan isi arti sila-sila Pancasila yang umum
universal telah dirumuskan oleh Notonegoro. Konsep Notonegoro tentang
Filsafat Pancasila yang masih perlu dikembangkan adalah kejelasan
pelaksanaannya atau aktualisasinya dalam kehidupan nyata. Permasalahan
pelaksanaan/aktualisasi Pancasila yang penting diperhatikan adalah masalah
konsep pengembangannya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara di masa
sekarang dan yang akan datang. Konsep Notonegoro tentang Filsafat Pancasila
merupakan hasil penelitian dan pemikiran yang berkesinambungan.
Notonegoro terutama meneliti sejarah perkembangan kebangsaan Indonesia
serta notulen rapat-rapat Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan
Indonesia BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Bangsa Indonesia pada akhir abad XX (tahun 1998) mengalami masa
krisis perekonomian yang kemudian berkembang menjadi krisis
multidimensional. Awal abad XXI merupakan momentum yang sangat
menentukan bagi kesiapan bangsa Indonesia untuk menjaga eksistensinya.
Bangsa Indonesia perlu memiliki konsep yang mendasar untuk tetap
mempertahankan nilai-nilai Pancasila sebagai kepribadiannya yang secara
akulturatif akan siap menerima pengaruh nilai-nilai budaya baru. Bangsa
Indonesia perlu menyusun perencanaan dengan pertimbangan-pertimbangan
yang mendasar tentang jalan ke luar mengatasi ancaman disintegrasi akibat
krisis multidimensional dan globalisasi. Pandangan Notonegoro bahwa
Pancasila adalah kepribadian bangsa yang memberi corak dan watak khas
bangsa Indonesia masa lalu, sekarang, dan yang akan datang perlu dijadikan
pertimbangan sebagai sumber bahan dan nilai bagi perencanaan yang
mendasar untuk menjaga eksistensi bangsa Indonesia (Sri Soeprapto, 1997:3).
1.12 Pancasila ⚫
B. PENGERTIAN PANCASILA
mulia. Sila kedua Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab telah menyimpulkan
cita-cita kemanusiaan yang lengkap, yang adil dan beradab memenuhi seluruh
hakikat makhluk manusia. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab adalah suatu
rumusan sifat keluhuran budi manusia Indonesia. Dengan Kemanusiaan Yang
Adil Dan Beradab, maka setiap warga negara mempunyai kedudukan yang
sama terhadap Undang-undang Negara, mempunyai hak dan kewajiban yang
sama, setiap warga negara dijamin hak dan kebebasannya, yang menyangkut
hubungan dengan Tuhan, dengan setiap orang, dengan negara, dengan
masyarakat dan menyangkut pula kemerdekaan menyatakan pendapat dan
mencapai kehidupan yang layak sesuai dengan hak-hak dasar manusia. Sila
kedua ini diliputi dan dijiwai oleh sila pertama, mendasari dan menjiwai sila-
sila sesudahnya, yaitu sila ketiga, sila keempat dan sila kelima.
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia...”
oleh pikiran yang sehat secara penuh tanggung jawab, baik kepada Tuhan
Yang Maha Esa maupun kepada rakyat yang diwakilinya. Sila keempat ini
merupakan sendi yang penting asas kekeluargaan masyarakat Indonesia. Sila
keempat juga merupakan suatu asas bahwa tata Pemerintahan Republik
Indonesia didasarkan atas kedaulatan rakyat, sebagaimana ditegaskan dalam
alinea keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia yang berkedaulatan rakyat.
LAT IH A N
Untuk dapat menjawab soal latihan di atas secara tepat, baca dan pahami
materi Kegiatan Belajar 1 dengan cermat, apabila masih belum paham baca
kembali dan diskusikan dengan teman-teman atau tutor Anda.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
9) Jika kita mengamati dan meneliti sila ke-4 Pancasila, maka jelaslah bahwa
dalam kegiatan kehidupan bermasyarakat kita menganut ....
A. demokrasi langsung
B. demokrasi tidak langsung
C. demokrasi langsung dan tidak langsung
D. otoriter
10) Berikut ini adalah hal-hal yang sesuai dengan pelaksanaan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia, kecuali ....
A. tidak hanya mementingkan masyarakat, tetapi juga boleh
mementingkan pribadi
B. tidak mengutamakan kepentingan pribadi di atas kepentingan
kelompok sehingga kelompok merupakan hal yang paling utama.
C. keadilan tidak sama dengan pengertian sosialistik dan berbeda dengan
pengertian liberalistik
D. mementingkan golongan dan pribadi
Kegiatan Belajar 2
A. PENGETAHUAN ILMIAH
Pengetahuan ilmiah dapat disebut juga dengan istilah ilmu. Ilmu menurut
The Liang Gie (1998: 15) merupakan serangkaian kegiatan manusia dengan
pikirannya dan menggunakan berbagai tata cara sehingga menghasilkan
sekumpulan pengetahuan yang teratur mengenai gejala-gejala alami,
kemasyarakatan, dan perorangan untuk tujuan mencapai kebenaran,
memperoleh pemahaman, dan memberikan penjelasan, atau melakukan
penerapan. Pengertian ilmu dapat dijelaskan dengan tiga segi yakni kegiatan,
tata cara, dan pengetahuan yang teratur sebagai hasil kegiatan.
Pengetahuan dikatakan ilmiah jika memenuhi syarat-syarat ilmiah yakni:
1. berobjek;
2. bermetode;
3. bersistem; dan
4. bersifat universal.
Berobjek berarti memiliki sasaran atau objek material, dan titik perhatian
tertentu atau objek formal. Sasaran disebut juga pokok soal (subject matter)
merupakan sesuatu yang dituju atau dijadikan bahan untuk diselidiki.
Sedangkan objek formal (focus of interest, point of view) merupakan titik pusat
perhatian pada segi-segi tertentu sesuai dengan ilmu yang bersangkutan.
Misalnya jenis pengetahuan yang memiliki objek material manusia dengan
titik pusat perhatian atau objek formalnya tentang jiwa menimbulkan cabang
Psikologi. Suatu objek material dari suatu ilmu pengetahuan dapat sama, tetapi
tentu dibedakan oleh objek formalnya. Sebagai contoh ilmu kedokteran dengan
antropologi budaya, memiliki objek material manusia, tetapi sudut pandang
atau pokok bahasannya tidaklah sama.
Bermetode atau mempunyai metode berarti memiliki seperangkat
pendekatan sesuai dengan aturan-aturan yang logis. Metode merupakan cara
bertindak menurut aturan tertentu. Metode yang baik akan memudahkan
seseorang mempelajari dan memahami ilmu pengetahuan tersebut. Metode
keilmuan dapat dibedakan menjadi metode keilmuan kuantitatif dan metode
keilmuan kualitatif. Metode keilmuan kuantitatif adalah cara berpikir ilmiah
1.24 Pancasila ⚫
uraian yang dapat dirangkum, bahwa sifat universalnya terletak pada istilah
inti atau pokok masing-masing sila, berturut-turut sila pertama, kedua, ketiga,
keempat, dan kelima.
Jika hendak mengetahui segi universalitasnya sebaiknya sebagai berikut:
Sila pertama adalah ketuhanan, sila kedua kemanusiaan, dan sila kelima
keadilan, selanjutnya berturut-turut sila ketiga dan keempat yakni persatuan
dan kerakyatan (demokrasi). Sila pertama, kedua, dan kelima mengandung
nilai universal yang pokok sebab di mana pun pada prinsipnya nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, dan keadilan diakui, sekalipun dalam wujud ekspresi
yang berbeda. Suatu negara yang ideologinya tidak mengakomodasikan salah
satu dari ketiga atau semua nilai tersebut maka ideologi tersebut rapuh dan
negara pun akan rapuh pula, jika ideologinya roboh negarapun akan roboh
pula. Suatu negara yang didirikan untuk melengkapi nilai-nilai universal di
atas, memerlukan nilai universal pendukung, yakni persatuan dan kerakyatan
(prinsip-prinsip demokrasi). Dua nilai tersebut juga dikandung Pancasila yakni
sila ketiga dan keempat.
Kesatuan logis dari Pancasila diketahui dari pembahasan secara ilmiah ini.
Roeslan Abdul Gani salah seorang tokoh BPUPKI menolak pendapat yang
mengatakan bahwa Pancasila tidak mempunyai kesatuan logika. Abdul Gani
dalam menguatkan posisi argumennya mengutip pendapat Kahin yang
mengatakan bahwa Pancasila adalah sebuah sintesis dari gagasan-gagasan
Islam modern, ide demokrasi, sosialisme, dan gagasan demokrasi asli seperti
dijumpai di desa-desa dan dalam komunalisme penduduk asli. Abdul Gani juga
bersandar pada pendapat Kahin, mengatakan bahwa Pancasila adalah suatu
filsafat sosial yang sudah dewasa. Konsekuensinya dengan sifat Pancasila yang
demikian hendaklah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dalam arti
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
Rumusan Pancasila yang dijadikan sebagai dasar negara Republik
Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat adalah:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
⚫ MKDU4114/MODUL 1 1.27
Kajian terhadap Pancasila dari sudut pandang ilmiah dapat disebut sebagai
pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah terhadap Pancasila bukan hanya
1.28 Pancasila ⚫
1. Pendekatan Sejarah
Segi pendekatan sejarah merupakan bahasan yang akan menjelaskan
proses pertumbuhan dan pelembagaan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
(pribadi-masyarakat-negara). Pendekatan sejarah ini perlu mengingat sifat
nilai-nilai Pancasila yang abstrak, sehingga menjadi jelas seakan-akan
konkritlah nilai tersebut dalam pikiran kita.
Konkritisasi hal yang abstrak akan sangat menolong dan memudahkan
kita berpikir. Pendekatan sejarah juga menjembatani jarak waktu dan tempat.
Misalnya kejadian apa dari zaman Sriwijaya dan Majapahit. Sudah dapat
dipastikan bahwa di antara kita tidak ada yang mengetahui kejadian-kejadian
tersebut secara faktual. Ungkapan sejarah akan menjelaskan kejadian-kejadian
itu seakan-akan nyata dalam pikiran kita. Demikianlah kegunaan sejarah
sebagai pengetahuan faktual dalam arti diketahui sendiri melalui pikiran.
Perlu ditegaskan bahwa pembahasan aspek historis ini bukanlah sama
dengan pelajaran ilmu sejarah murni, tetapi terbatas hanya pada pengungkapan
fakta sejarah yang ada kaitannya langsung dengan proses pertumbuhan serta
pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain kita tidak akan mengikuti
bagaimana peristiwa terbunuhnya putera mahkota F. Ferdinand di Sarajewo
sebagai permulaan pecahnya Perang Dunia I, ataupun Hitler Nazi membantai
orang-orang Yahudi di Eropa dalam Perang Dunia II, tetapi hanya
membicarakan sejarah yang ada sangkut pautnya dengan Pancasila.
⚫ MKDU4114/MODUL 1 1.29
3. Pendekatan Filosofis
Masalah pendekatan filosofis ini kita tidak perlu membicarakan seluruh
ilmu filsafat yang sangat luas cakupan dan cabang-cabangnya. Penjelasan
pendekatan filsafati ini sebagai pengantar ke pendekatan filsafat yang akan
dideskripsikan sebagai berikut.
Pengertian filsafat sebagai suatu istilah perlu ditelusuri secara etimologis.
Istilah filsafat memiliki padanan kata falsafah (dalam bahasa Arab), dalam
kosakata bahasa Inggris philosophy. Tinjauan penggunaannya dalam bahasa
Yunani terdapat dua pengertian, tetapi secara semantis memiliki makna yang
sama. Filsafat sebagai kata benda merupakan perpaduan kata majemuk philos
(sahabat, cinta) dan Sophia (pengetahuan yang bijaksana, kebijaksanaan).
Filsafat sebagai kata kerja merupakan paduan dari philein (mencintai) dan
sophos (hikmah, kebijaksanaan). Filsafat dari pengertiannya sebagai kata kerja
adalah cinta kepada pengetahuan yang bijaksana, sehingga mengusahakannya.
Kaelan (1996: 3) menjelaskan, bahwa istilah filsafat pada mulanya merupakan
suatu istilah yang secara umum dipergunakan untuk menunjukkan suatu usaha
menuju kepada keutamaan mental, the pursuit of mental excellence. Istilah
filsafat dalam perjalanan sejarah yang panjang, sebagai ilmu berguna bagi
sikap kritis dan analitis, sehingga lingkup pengertian filsafat semakin
berkembang dan bermacam-macam. Beberapa pendapat ada yang
1.30 Pancasila ⚫
membayar dan pembayaran dilakukan bukan karena rasa takut, rasa terpaksa,
didorong orang lain, tetapi sudah merupakan keputusan pribadi yang otonom,
berdasar hati nurani dan akal budi kita. Bahwa dengan melaksanakan
kewajiban ternyata kita merasa bebas, tidak dikejar-kejar oleh rasa bersalah,
rasa sesal dan lain-lain.
Contoh persoalan penting lain misalnya pengujian secara ilmiah akademis
mengenai kemampuan Pancasila sebagai payung berdirinya negara dan bangsa
Indonesia, lebih-lebih jika ingin dikembangkan ke arah masa depan yang
penuh dengan tantangan-tantangan dan kesempatan-kesempatan, sebab
Pancasila sendiri merupakan bidang moral dan kajian yang memang berada
pada masyarakat Indonesia dalam arti luas. Persoalan pertama, kita
mengetahui Pancasila secara de yure baru dikenal sesudah tanggal 18 Agustus
1945 sebab pada tanggal tersebut Pancasila dimaksudkan secara eksplisit
sebagai dasar negara dalam artian lebih bersifat sosio-politis daripada yang
lain, walaupun secara de facto Pancasila dalam artian nilai-nilai, sudah
berlangsung lama dan hidup dalam masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu.
Persoalan kedua adalah kecenderungan orang untuk membandingkan
Pancasila di satu sisi dengan agama di sisi lain bahkan mempertentangkan
keduanya.
Yang pertama, terdapat perbedaan pendapat yang beragam dalam
menamakan Pancasila sebagai suatu falsafah negara ataukah hanya sekedar
persetujuan politik. Sutan Takdir Ali Syahbana (sosialis) menyatakan bahwa
adalah berlebih-lebihan untuk menganggap Pancasila sebagai suatu falsafah
negara karena bukan saja sila-silanya bersifat heterogen, tetapi juga Pancasila
itu sendiri tidak bebas dari kontradiksi dalam dirinya. Semua prinsip-
prinsipnya bukan merupakan suatu kesatuan yang logis, tetapi tinggal terletak
berderai-derai, bahkan Takdir pernah mengatakan bahwa Pancasila hanyalah
kumpulan paham-paham yang berbeda-beda untuk menentramkan semua
golongan pada rapat-rapat BPUPKI. Tetapi pembicaraan ini memilih Pancasila
sebagai dasar negara adalah karena ia merupakan suatu kompromi politik yang
telah menolong bangsa Indonesia dalam menghadapi saat kritis dan
menentukan dalam sejarahnya.
Pernyataan Sutan Takdir tentang Pancasila itu mendapat sambutan hangat
dari wakil-wakil Islam. Hamka (Masyumi misalnya, mengomentari bahwa
seorang sarjana dan sastrawan mengajui paradoksnya Pancasila, tetapi
partainya (sosialis) menerimanya sebagai dasar negara adalah menurut
tafsirnya sendiri, dan tidak keberatan jika sila-silanya ditambah. Dengan
1.32 Pancasila ⚫
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F ORM AT IF 2
1) Suatu objek material dari ilmu pengetahuan dapat sama tetapi dapat juga
berbeda dalam hal-hal sebagai berikut, kecuali ....
A. sudut pandang
B. objek formal
C. metodenya
D. universal
4) Pancasila terdiri atas lima sila, sebagai satu keutuhan, adalah ....
A. kesatuan majemuk tunggal
B. kesatuan saling mengkualifikasi
C. kesatuan bhinneka tunggal ika
D. kesatuan majemuk
8) Pengertian filsafat menurut Kaelan yang juga dikutip oleh Ali Mudhofir
adalah ....
A. suatu usaha menuju keutamaan mental, the pursuit of mental
excellence
B. cinta kepada pengetahuan yang bijaksana sehingga
mengusahakannya
C. sekelompok persoalan dapat dipecahkan dengan cara merenung
D. pengetahuan yang bijaksana
10) Jika ada ketentuan hukum yang mewajibkan warga negara membayar
pajak, maka kewajiban tersebut tidaklah kita terima begitu saja sebagai
ketentuan yang ditetapkan. Hal ini dari segi pendekatan etika beralasan
karena ....
A. diharapkan suatu ketentuan dilaksanakan setelah ada ketentuan
hukum yang mengaturnya
B. pembayaran pajak dilakukan bukan karena rasa takut, rasa terpaksa,
didorong orang lain, tetapi merupakan keputusan pribadi yang
otonom, berdasar hati nurani dan akal budi kita
C. pembayaran pajak adalah kewajiban yang harus dilakukan tanpa perlu
dibantah
D. pembayaran pajak dilakukan karena takut sangsi bagi pelanggarnya.
Tes Formatif 1
1) A. Tujuan perkuliahan Pancasila adalah untuk memberikan pemahaman,
penghayatan, dan pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 dalam
kehidupan sehari-hari, serta menguasai pengetahuan dan pemahaman
tentang beragam masalah dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
2) B. Menjalani pendidikan adalah salah satu cara untuk mempelajari dan
mengembangkan Pancasila.
3) C. Kausal adalah tentang sebab akibat.
4) B. Pengetahuan esensial berhubungan dengan inti sari atau makna
terdalam dari Pancasila.
5) A. Perguruan tinggi memiliki peran yang besar di dalam mempersiapkan
warga masyarakat memasuki kehidupan masa depan.
6) A. Pembelajaran Pancasila mengajarkan cara untuk bersikap dan
berperilaku.
7) B. Sikap anti-Tuhan dan anti-keagamaan adalah sikap yang tidak sesuai
dengan sila pertama.
8) B. chauvinistik adalah paham kebangsaan yang sempit.
9) B. Sila keempat mengandung maksud bahwa Indonesia menganut sistem
demokrasi tidak langsung
10) D. Sikap mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan adalah sikap
yang bertentangan dengan makna sila kelima Pancasila.
Tes Formatif 2
1) B. Perbedaan objek formal ilmu pengetahuan menjadi penentu
perbedaan satu ilmu dengan ilmu yang lain.
2) B. Pancasila yang majemuk tunggal adalah bentuk dari Pancasila sebagai
satu sistem.
3) A. Kelima sila Pancasila digali dan dirumuskan dari nilai kehidupan
rakyat Indonesia.
4) A. Kesatuan majemuk tunggal adalah wujud kesatuan dari sila-sila
Pancasila.
5) C. Sila Kedua dijiwai dan diliputi oleh sila pertama, serta menjiwai sila
ketiga, keempat, dan kelima.
⚫ MKDU4114/MODUL 1 1.41
Daftar Pustaka
Bertens, K. 1989. Filsafat Barat Abad XX, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Misnal Munir, Rizal Mustansir, Encep Syarif Nurdin, 2014, Buku Ajar
Pendidikan Pancasila. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.