Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Jurnal Anemia

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 11

MTPH Journal, Volume 5, No.

1, March 2021
ISSN: 2549-189X; e-ISSN: 2549-2993

ANEMIA DI KALANGAN MAHASISWI: PREVALENSI DAN KAITANNYA


DENGAN PRESTASI AKADEMIK

Anindya Mar’atus Sholikhah1*, Yetty Septiani Mustar2, Agus Hariyanto3


1,2
Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Olahraga
3
Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Ilmu Olahraga
Universitas Negeri Surabaya
*
E-mail: anindyasholikhah@unesa.ac.id

ABSTRACT

Anaemia is still considered a serious public health problem, affecting more than 30% of the
population worldwide. A female university student is one of the high-risk population, and this
nutritional disorder will give a negative impact on health and affect students’ academic performance.
This study aims to identify the prevalence of anaemia among female university students in Surabaya
and its relationship to academic achievement. This is an observational analytic study with a cross-
sectional design, involving 92 respondents who were selected using a consecutive sampling method.
Data collected by using a questionnaire to obtain respondent characteristics, grade point average
(GPA), and menstrual patterns. The measurement of haemoglobin levels carried out using the
cyanmethemoglobin method. The results show that the prevalence of anaemia among female students
was still quite high and there was a significant relationship between the incidence of anaemia and
students’ academic. Female students are one of the groups that are susceptible to anaemia, so it is
essential to make various efforts to improve Hb levels by increasing the intake of foods high in iron.

Keywords: Anemia, Grade Point, College Student, Hemoglobin, Menstruation, Prevalence

ABSTRAK

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius, dimana lebih dari
30% penduduk dunia mengalami anemia. Sebagai salah satu kelompok rentan, anemia pada remaja
tidak hanya berdampak pada kesehatan saja tetapi juga pada prestasi belajar. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi prevalensi anemia pada mahasiswi di Kota Surabaya serta hubungannya
terhadap prestasi akademiknya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
desain cross-sectional, melibatkan 92 responden yang dipilih berdasarkan teknik pengambilan
sampel secara consecutive sampling. Data karakteristik responden, indeks prestasi akademik, dan
pola menstruasi diperoleh menggunakan kuesioner. Pengukuran kadar Hb dilakukan dengan metode
cyanmethemoglobin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anemia di kalangan mahasiswi
sebesar 26,1% dan terdapat hubungan yang signifikan (P=0,040) antara kejadian anemia terhadap
prestasi belajar mahasiswi berdasarkan indeks prestasi akademik. Mahasiswi sebagai salah satu
kelompok yang rentan mengalami anemia, sehingga sangat penting untuk melakukan berbagai upaya
yang dapat meningkatkan kadar Hb melalui peningkatan asupan makanan tinggi zat besi.

Kata kunci: Anemia, Hemoglobin, Indeks Prestasi, Mahasiswa, Menstruasi, Prevalensi

8 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)


MTPH Journal, Volume 5, No. 1, March 2021

PENDAHULUAN sosiodemografi9. Dari berbagai penyebab


Anemia merupakan masalah kesehatan tersebut, defisiensi zat besi merupakan jenis
masyarakat yang paling banyak dijumpai di anemia yang paling banyak ditemui, khususnya
berbagai belahan dunia, baik negara maju pada wanita usia subur seperti remaja dan ibu
maupun negara berkembang1,2. WHO hamil10. Departemen Kesehatan pada tahun
memperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia 2014 melaporkan bahwa prevalensi anemia pada
menderita anemia, dan sebagian besar di remaja dan usia produktif sebesar 17-18%1.
antaranya berasal dari negara berkembang3,4. Sebagaimana pada kelompok usia
Anemia menjadi salah satu penyebab debilitas produktif, anemia defisiensi besi pada remaja
kronik di berbagai negara, yang mana kelainan juga disebabkan oleh banyak faktor, antara lain
ini mengakibatkan dampak besar terhadap kehilangan darah akibat perdarahan atau
kesehatan, ekonomi, kesejahteraan, dan menstruasi setiap bulannya, asupan zat besi yang
berbagai aspek kehidupan lainnya5. Anemia tidak adekuat, atau infeksi parasit6,8,11.
dapat dialami oleh individu di setiap kelompok Menstruasi merupakan penyebab utama
umur, namun anak-anak dan wanita usia subur kejadian anemia di kalangan remaja, yaitu
merupakan kelompok yang paling rentan6. kehilangan darah sebanyak ± 30 ml dan zat besi
Dampak yang ditimbulkan dari anemia tidak ± 1,3 mg dalam setiap siklusnya12. Zat besi
hanya pada kesehatan saja, namun juga dapat merupakan mikronutrien penting yang sangat
memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dibutuhkan tubuh untuk menjalankan berbagai
fisik, serta menghambat perkembangan kognitif proses metabolisme dan biokimia, membantu
pada anak-anak usia sekolah7. Karena dampak perkembangan otak, memelihara sistem
yang ditimbulkan cukup besar, WHO kekebalan tubuh, serta mempercepat
menetapkan anemia sebagai salah satu dari 10 pengantaran rangsang melalui sel saraf13,14. Zat
masalah kesehatan serius yang harus ditangani besi juga berperan dalam sintesis enzim dan
dengan segera8. hormon seperti dopamine dan serotonin. Kedua
Anemia merupakan penyakit yang bersifat hormon ini terlibat dalam koordinasi motorik
multifaktorial dengan penyebab yang sangat dan proses pemusatan perhatian atau
beragam, mulai dari faktor zat gizi (besi, asam konsentrasi, sehingga apabila kadar zat besi
folat, dan vitamin B12), dan faktor non zat gizi dalam tubuh rendah, maka kedua hormon ini
seperti keturunan (talasemia dan sickle cell), tidak dapat disintesis secara maksimal. Pada
polutan (timbal), infeksi (malaria), autoimun akhirnya, remaja yang anemia dapat mengalami
(anemia hemolitik), malabsorpsi (achlorydria), gangguan pada aspek kognitifnya yang dapat
penyakit kronis (kanker) dan faktor memengaruhi prestasi belajar. Jika kondisi ini

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 9


MTPH Journal, Volume 5, No. 1, March 2021
ISSN: 2549-189X; e-ISSN: 2549-2993

terjadi dalam waktu yang lama, maka akan Surabaya, beserta hubungannya dengan prestasi
termanifestasi hingga ke fase dewasa, belajar mahasiswa.
menyebabkan penurunan produktivitas dan
efektivitas dalam bekerja9. METODE PENELITIAN
Di Indonesia, khususnya Kota Surabaya, Penelitian ini merupakan penelitian
anemia masih menjadi masalah kesehatan observasional analitik dengan desain cross-
masyarakat yang perlu mendapat perhatian11. sectional. Responden merupakan mahasiswa
Hasil Riskesdas tahun 2013 menyebutkan Universitas Airlangga yang dipilih berdasarkan
bahwa prevalensi anemia di kelompok usia 15- teknik pengambilan sampel secara non-random
24 tahun sebesar 18,4%15. Studi yang dilakukan (consecutive sampling), dengan kriteria inklusi:
oleh Setyono (2010) melaporkan bahwa 1) terdaftar sebagai mahasiswi S1 aktif; (2)
prevalensi anemia di kalangan remaja Kota berusia maksimal 22 tahun; (3) tidak sedang
Surabaya juga masih cukup tinggi, yaitu sekitar mengonsumsi suplemen zat besi atau tablet
26,5%, sedangkan pada remaja putri angkanya tambah darah; (4) tidak sedang menstruasi pada
mencapai 33,3%16. Program dan kebijakan saat pemeriksaan; dan (5) dalam kondisi sehat
pemerintah dalam mencegah anemia berfokus dan tidak sedang sakit penyakit infeksi (diare,
pada pemberian suplementasi tablet tambah TBC, malaria). Dari hasil pemilihan tersebut,
darah (TTD) pada kelompok rentan. Namun, diperoleh jumlah sampel sebanyak 92 orang.
efektivitas dari program ini belum maksimal Responden yang memenuhi kriteria
dalam mengurangi angka kejadian anemia di inklusi, sebelum melakukan pengisian kuesioner
masyarakat17, yang dibuktikan dengan diberi penjelasan mengenai informed consent
meningkatnya prevalensi anemia dari 37,1% dalam pelaksanaan penelitian ini. Kuesioner
menjadi 48,9% berdasarkan survei terakhir yang yang dibagikan berisi pertanyaan terbuka
dilakukan oleh Riskesdas pada tahun 201818. Di mengenai karakteristik responden (usia, tempat
samping itu, penelitian yang membahas masalah tinggal, status sosial ekonomi orang tua, indeks
anemia pada remaja dan mahasiswa juga masih prestasi akademik kumulatif saat ini), asupan
terbatas bila dibandingkan dengan penelitian makan, dan status gizi, serta pola menstruasi
sejenis yang dilakukan pada wanita dan anak- (usia menarche, siklus menstruasi, dan lama
anak10. Hal ini sangat disayangkan, mengingat menstruasi). Indeks prestasi akademik yang
remaja adalah generasi emas yang nantinya akan dilaporkan oleh siswa kemudian dilakukan cross
menjadi penerus bangsa. Oleh sebab itu, check dengan data mahasiswa yang tersimpan
dilakukan penelitian ini untuk mengetahui dalam database kepegawaian fakultas untuk
prevalensi anemia pada mahasiswa di Kota menjamin validitas data.

10 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)


MTPH Journal, Volume 5, No. 1, March 2021

Data mengenai asupan makan diperoleh menampilkan persentase dan frekuensi. Uji Chi-
dari hasil 24-h food recall non-consecutive day Square dilakukan untuk mengetahui hubungan
yang dilakukan selama 2 hari, sedangkan data antara variabel pola menstruasi dan indeks
status gizi diperoleh dari Indeks Massa Tubuh prestasi akademik dengan status anemia,
menggunakan data berat badan dan tinggi badan. sedangkan independent t-test dan Anova one-
Pengukuran berat badan menggunakan digital way digunakan untuk mengetahui perbedaan
bathroom scale, sedangkan tinggi badan diukur kadar Hb di antara kelompok responden.
menggunakan microtoise dengan tingkat
ketelitian 0,1 cm. Adapun pemeriksaan kadar HASIL DAN PEMBAHASAN
hemoglobin dilakukan oleh tenaga perawat Sebanyak 92 mahasiswa yang berumur 18-
dengan mengambil darah sebanyak 3 cc dari 22 tahun mengikuti penelitian ini, dengan
pembuluh darah vena. Sampel darah tersebut komposisi umur paling banyak terdiri dari
kemudian ditampung di dalam tabung EDTA mahasiswa berusia 19-21 tahun (58,7%).
dan selanjutnya diuji menggunakan metode Karakteristik subjektif responden pada Tabel 1
cyanmethemoglobin. Responden yang menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswi
dikategorikan anemia jika hasil pemeriksaan tinggal di kos (56,5%), berasal dari keluarga
menunjukkan kadar Hb < 12 g/dl. dengan status sosial-ekonomi menengah
Data yang terkumpul kemudian dianalisis (52,2%), memiliki pola makan memenuhi AKG
secara deskriptif dan inferensial menggunakan (54,3%), memiliki status gizi normal (59,8%),
software SPSS. Analisis deskriptif dilakukan dan memiliki prestasi yang baik (73,9%).
untuk mendapatkan gambaran karakteristik Adapun proporsi mahasiswi yang mengalami
masing-masing variabel. Variabel yang berupa anemia adalah 26,1% atau 24 orang dari
data kuantitatif disajikan dalam rerata dan keseluruhan sampel pada Tabel 1. Berikut
standar deviasi, sedangkan variabel kategori distribusi karakteristik responden.
disajikan dalam bentuk crosstabulation dengan

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden (n total = 92)

Variabel n % Kadar Hb* (g/dl) p-value


Usia
< 19 tahun 21 22,8 13,29
19 – 21 tahun 54 58,7 13,35 0,255
> 21 tahun 17 18,5 13,65
Tempat tinggal
Kos 52 56,5 12,85
Asrama 13 14,1 12,30 0,047
Bersama orang tua 27 29,3 13,42

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 11


MTPH Journal, Volume 5, No. 1, March 2021
ISSN: 2549-189X; e-ISSN: 2549-2993

Variabel n % Kadar Hb* (g/dl) p-value


Status sosial-ekonomi orang tua
Rendah 26 28,3 13,42
Menengah 48 52,2 13,90 0,154
Tinggi 18 19,6 13,35
Asupan Makan
Memenuhi AKG 50 54,3 13,25 0,020
Tidak memenuhi AKG 42 45,7 12,10
Status gizi
Kurus 23 25,0 12,37 0,032
Normal 55 59,8 13,85
Overweight 14 15,2 12,60
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
Cukup (≤ 3.25) 24 26,1 12,14 0,009
Baik (> 3.25) 68 73,9 13,92
Status anemia
Anemia (Hb < 12 g/dl) 24 26,1 10,85 0,040
Tidak anemia (Hb > 12 mg/dl) 68 73,9 13,64
*kadar Hb disajikan dalam mean ± SD

Hasil uji statistik pada Tabel 1 anak-anak maupun wanita usia subur19. Oleh
menunjukkan adanya perbedaan kadar Hb pada sebab itu, dalam penelitian ini berfokus terhadap
responden yang ditinjau dari karakteristik kelompok usia lain yang sama-sama termasuk
subjektif. Namun, perbedaan yang signifikan dalam populasi rentan, yaitu mahasiswi. Dari
hanya ditemukan pada variabel tempat tinggal, hasil penelitian didapatkan temuan bahwa
asupan makan, status gizi, dan indeks prestasi prevalensi anemia di kalangan mahasiswi di
kumulatif dengan nilai signifikansi secara Kota Surabaya sekitar 26,1% dengan rerata
berturut-turut sebesar 0,047, 0,020, 0,032, dan kadar Hb sebesar 10,85 g/dl20. Angka ini
0,009. Perbedaan kadar Hb yang signifikan juga tergolong tinggi bila dibandingkan dengan
dijumpai pada variabel status anemia (p = prevalensi anemia pada remaja di Kota Jakarta,
0,040). Sedangkan pada variabel lainnya tidak yaitu sebesar 13,5% sebagaimana hasil studi
ditemukan perbedaan yang signifikan pada Sumarlan, et al. (2018) pada tahun 2017. WHO
kadar Hb (p > 0,05). menyebutkan bahwa anemia termasuk masalah
Anemia gizi besi merupakan jenis anemia kesehatan masyarakat yang serius jika
yang paling banyak dijumpai di berbagai negara, prevalensinya berada di atas angka 5% dalam
dimana sekitar 30% populasi dunia mengalami suatu populasi21. Oleh sebab itu, prevalensi
anemia jenis ini10. Sebagian besar penelitian anemia di Kota Surabaya masih menjadi
sebelumnya melaporkan bahwa kejadian anemia concern yang butuh untuk ditangani dengan
banyak dialami oleh responden perempuan, baik segera. Dalam penelitian ini, kadar Hb

12 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)


MTPH Journal, Volume 5, No. 1, March 2021

cenderung meningkat seiring dengan dibandingkan yang tinggal bersama dengan


bertambahnya usia sekalipun perbedaannya keluarganya25. Penyebab yang melatarbelakangi
tidak signifikan, dimana mahasiswa yang hal ini banyak terkait dengan pola makan dan
berusia lebih tua memiliki kadar Hb yang lebih kualitas makanan, dimana kebiasaan membeli
tinggi dibanding mahasiswa yang berusia lebih makanan yang tidak sehat lebih banyak
muda. Temuan yang sama juga dilaporkan oleh dilakukan oleh mahasiswi yang tinggal di kos24.
Li et al. (2018) dalam penelitiannya, dimana Pola makan yang baik dan seimbang merupakan
bertambahnya usia responden diikuti oleh hal yang penting bagi setiap orang untuk dapat
peningkatan kadar Hb. Penelitian juga mencatat hidup sehat, terutama bagi remaja yang masih
bahwa individu yang berada pada kelompok mengejar masa tumbuh26,27. Hasil penelitian ini
umur lebih muda memiliki kemungkinan yang menunjukkan bahwa kadar Hb yang rendah
sama dan bahkan lebih besar untuk memiliki lebih banyak dijumpai pada mahasiswi yang
kadar Hb yang rendah atau berada dalam kisaran memiliki asupan makan kurang dari AKG.
angka yang dapat memengaruhi perkembangan Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi,
kognitifnya 22,23. seperti pola makan yang tidak teratur, tidak
Faktor tempat tinggal juga menjadi salah sempat sarapan, atau terlalu malas dan lelah
satu variabel yang berkaitan dengan prevalensi untuk menyiapkan makanan sehat2. Pola makan
anemia. Penelitian ini menemukan bahwa sangat berhubungan dengan kejadian anemia,
mahasiswi yang tinggal di kos atau asrama sebab masih banyak dijumpai mahasiswa yang
cenderung memiliki kadar Hb yang lebih rendah memiliki pola makan tidak sehat, seperti kurang
dibandingkan dengan yang tinggal bersama mengonsumsi protein, gemar memakan junk
orang tua. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian food dan minuman kemasan, serta praktik diet
Farida (2012) yang menyebutkan bahwa tidak sehat yang banyak mengabaikan asupan
proporsi anemia pada mahasiswi yang tinggal di zat gizi esensial bagi pertumbuhan dan
kos lebih tinggi dibandingkan mahasiswi yang perkembangan. Pola makan tidak sehat ini
tinggal di rumah orang tua. Temuan ini menyebabkan mahasiswa tidak dapat memenuhi
dikuatkan oleh hasil penelitian lain yang keanekaragaman zat gizi seperti Fe dan zat lain
menyebutkan bahwa mahasiswi yang tinggal di yang dibutuhkan oleh tubuh untuk proses
kos atau asrama memiliki risiko untuk pembentukan hemoglobin26.
mengalami anemia 3,115 kali lebih tinggi

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 13


MTPH Journal, Volume 5, No. 1, March 2021
ISSN: 2549-189X; e-ISSN: 2549-2993

Tabel 2. Pola Menstruasi dan Status Anemia pada Mahasiswa

Anemia Tidak Anemia Total


Pola Menstruasi p-value
n % n % n %
Usia menarche
< 12 tahun 5 20,0 20 80,0 25 27,2 0,089
≥ 12 tahun 19 28,4 48 71,6 67 72,8
Siklus menstruasi
Teratur 7 11,7 53 88,3 60 65,2 0,031
Tidak teratur 17 53,1 15 46,9 32 34,8
Lama menstruasi
Normal (3-8 hari) 21 25,9 60 74,1 81 88,0 0,196
Panjang (> 8 hari) 3 27,3 8 72,7 11 12,0
Keluhan menstruasi
Ada 8 40,0 12 60,0 20 21,7 0,245
Tidak ada 16 22,2 56 77,8 72 78,2

Hasil analisis terhadap pola menstruasi dengan kejadian anemia, dimana sebagian besar
menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswi mahasiswi mengalami menstruasi dalam waktu
memasuki masa menstruasi pertama kali pada yang normal (88,0%) dan tidak mengalami
usia ≥ 12 tahun (71,6%), yang mana usia keluhan selama menstruasi (78,2%).
menarche ini termasuk dalam kategori normal Selain disebabkan karena kurangnya
(11-14 tahun) bagi perempuan. Sebagian besar asupan, anemia pada mahasiswi juga disebabkan
mahasiswi yang mengalami menarche di usia ini oleh menstruasi6. Perdarahan yang terjadi pada
tidak mengalami anemia (46,9%). Uji Chi- saat menstruasi mengakibatkan zat besi dalam
Square menunjukkan bahwa usia menarche atau darah keluar dari tubuh. Dalam penelitian ini,
menstruasi pertama kali tidak berhubungan diperoleh bahwa siklus menstruasi berhubungan
dengan kejadian anemia (p = 0,089). Adapun dengan kejadian anemia pada mahasiswi.
sebagian besar responden memiliki siklus Remaja putri yang memiliki siklus menstruasi
menstruasi yang teratur (65,2%), dan anemia pendek memiliki kemungkinan lebih besar
lebih banyak dialami oleh mahasiswi yang untuk kehilangan zat besi dalam jumlah banyak
memiliki siklus menstruasi tidak teratur sehingga keseimbangan zat besi dalam tubuh
(53,1%). Dari hasil uji Chi Square didapatkan menjadi terganggu28. Siklus menstruasi sendiri
informasi bahwa siklus menstruasi berhubungan berbeda-beda pada setiap wanita, sebab banyak
dengan kejadian anemia pada mahasiswa, dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis, seperti
dengan nilai p-value sebesar 0,031. Sedangkan hormon, stres, dan aktivitas fisik yang
lama menstruasi (p = 0,196) dan keluhan dilakukan11.
menstruasi (p = 0,245) tidak berhubungan

14 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)


MTPH Journal, Volume 5, No. 1, March 2021

Tabel 3. Hubungan antara Status Anemia dan Prestasi Belajar Mahasiswa


Indeks Prestasi Akademik
Total
Status Anemia Cukup (≤ 3.25) Baik (> 3.25) p-value
n % n % n %
Anemia (< 12 g/dl) 11 45,8 13 54,2 24 26,1
0,047
Tidak anemia (> 12 g/dl) 13 19,1 55 80,9 68 73,9

Hasil analisis Chi-Square pada tabel 3 memengaruhi fokus mahasiswi dalam


menunjukkan bahwa proporsi anemia pada memahami materi kuliah, sehingga akan
mahasiswa yang memiliki indeks prestasi cukup berdampak pada performa akademiknya di
(45,8%) hampir sama besar dengan proporsi kelas. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian
mahasiswa yang memiliki indeks prestasi baik ini, dimana status anemia berhubungan dengan
(54,2%). Tabulasi silang antara status anemia indeks prestasi mahasiswa. Temuan ini sejalan
dan prestasi belajar didapatkan hasil yang dengan penelitian sebelumnya yang
signifikan (p = 0,047). Dari hasil ini dapat menyebutkan bahwa anemia berkaitan dengan
disimpulkan bahwa kejadian anemia yang buruknya prestasi akademik siswa22.
dialami oleh mahasiswi berhubungan dengan Penelitian lain yang dilakukan Tiongkok
prestasi belajar yang diukur menggunakan sebagai hasil dari controlled trial juga
indeks prestasi akademik. Mahasiswi yang tidak menyebutkan hal serupa, sehingga dapat
anemia memiliki indeks prestasi yang lebih baik dipahami bahwa hubungan kausal antara
dibanding mahasiswi yang anemia. kejadian anemia dan aspek kognitif merupakan
Rendahnya kadar hemoglobin dan zat besi suatu hal yang perlu diperhatikan33. Selain
dalam waktu lama akan menyebabkan anemia. berpengaruh terhadap fungsi kognitif dan sikap,
Anemia, yang salah satunya diakibatkan oleh anemia di kalangan remaja juga berkontribusi
rendahnya kadar zat besi dalam tubuh, berkaitan terhadap tingginya angka mortalitas, bayi berat
dengan penurunan saturasi oksigen dalam darah lahir rendah (BBLR), dan kematian perinatal34.
yang menuju ke otak29. Hal ini ditengarai Namun demikian, prestasi belajar mahasiswi
menjadi penyebab dari silent cerebral infarct30 tidak hanya dipengaruhi oleh status anemia saja,
yang dapat memengaruhi fungsi kognitif dan tetapi juga faktor lain seperti motivasi, cara
perkembangan motorik skill31. Gangguan pada belajar, dan faktor lingkungan. Sehingga untuk
fungsi kognitif biasanya termanifestasi dalam menentukan keterkaitan antara kedua variabel
bentuk kelelahan, daya ingat yang buruk, sulit ini diperlukan penelitian lanjutan yang lebih
berkonsentrasi, dan penurunan problem detail dan mendalam.
solving32. Daya konsentrasi yang rendah akan

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 15


MTPH Journal, Volume 5, No. 1, March 2021
ISSN: 2549-189X; e-ISSN: 2549-2993

SIMPULAN DAN SARAN 3. McClung JP, Marchitelli LJ, Friedl KE,


Young AJ. Prevalence of iron deficiency
Simpulan
and iron deficiency anemia among three
Prevalensi anemia pada mahasiswi di Kota populations of female military personnel in
the US Army. J Am Coll Nutr.
Surabaya masih cukup tinggi. Beberapa faktor
2006;25(1):64–9.
yang berkaitan dengan anemia yaitu tempat 4. Ramzi M, Haghpanah S, Malekmakan L,
tinggal, asupan makan, status gizi, dan siklus Cohan N, Baseri A, Alamdari A, et al.
Anemia and Iron Deficiency in Adolescent
menstruasi. Terdapat hubungan yang signifikan School Girls in Kavar Urban Area, Southern
antara status anemia dengan prestasi belajar Iran. Iran Red Crescent Med J.
2011;13(2):128–33.
mahasiswa yang diukur menggunakan indeks
5. Wahyuni I. Hubungan kepatuhan konsumsi
prestasi akademik. Mahasiswa yang mengalami tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu
anemia akan mengalami penurunan daya post partum di wilayah kerja Puskesmas
Payung Sekaki Pekanbaru. Med Usada
konsentrasi kurang optimal dalam memahami [Internet]. 2019;2(2):32–9. Available from:
materi kuliah. http://ejournal.stikesadvaita.ac.id/index.ph
p/MedikaUsada/article/view/53
Saran
6. Al-Alimi AA, Bashanfer S, Morish MA.
Mahasiswi merupakan salah satu Prevalence of iron deficiency anemia
kelompok yang rentan mengalami anemia, among university students in Hodeida
province, Yemen. Anemia. 2018;2018.
sehingga sangat penting untuk melakukan
7. Khaskheli MN, Baloch S, Sheeba A, Baloch
berbagai upaya yang dapat meningkatkan kadar S, Khaskheli FK. Iron deficiency anaemia is
Hb melalui peningkatan asupan makanan tinggi still a major killer of pregnant women.
Pakistan J Med Sci. 2016;32(3):630–4.
zat besi, mengenali gejala anemia, menandai
8. Shill KB, Karmakar P, Kibria MG, Das A,
pola menstruasi, mengonsumsi tablet penambah Rahman MA, Hossain MS, et al. Prevalence
darah dan perlunya edukasi anemia secara of iron-deficiency anaemia among
university students in Noakhali Region,
berkala kepada mahasiswa. Bangladesh. J Heal Popul Nutr.
2014;32(1):103–10.

REFERENSI 9. Al-Zabedi EM. Prevalence and risk factors


of iron deficiency anemia among children in
1. Lestari IP, Lipoeto NI, Almurdi A. Yemen. Am J Heal Res. 2014;2(5):319.
Hubungan konsumsi zat besi dengan
10. Al Hassan NN. The prevalence of iron
kejadian anemia pada murid SMP Negeri 27
deficiency anemia in a Saudi University
Padang. J Kesehat Andalas. 2018;6(3):507.
female students. J Microsc Ultrastruct.
2. Al-Jamea L, Woodman A, Elnagi EA, Al- 2015;3(1):25–8.
Amri SS, Al-Zahrani AA, Al-Shammari
11. Dumilah PRA, Sumarmi S. Hubungan
NH, et al. Prevalence of iron-deficiency
anemia dengan prestasi belajar siswi di
anemia and its associated risk factors in
SMP unggulan bina insani. Amerta Nutr.
female undergraduate students at prince
2017;1(4):331.
sultan military college of health sciences. J
Appl Hematol. 2019;10(4):126–33. 12. Hidayat N, Sunarti S. Validitas pemeriksaan

16 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)


MTPH Journal, Volume 5, No. 1, March 2021

kadar hemoglobin menggunakan metode 2018;51(620):283–93. Available from:


Hb meter pada remaja putri di MAN http://dx.doi.org/10.1016/j.chieco.2017.07.
wonosari. Kesmas. 2015;9(1):11–8. 006
13. Irsa L. Gangguan kognitif pada anemia 23. Sylvia S, Luo RF, Yue A, Shi YJ, Zhang IH,
defisiensi besi. Sari Pediatr. 2002;4(3):114– Martorell R, et al. Anemia and cognition:
8. Are our diagnoses wrong? REAP Work
Pap. 2016;Standford,.
14. Insel P, Turner RE, Ross D. Discovering
Nutrition. 3rd Editio. Caanada; 2010. 24. Farida RN. Gambaran dan determinan
anemia pada mahasiswi S-1 reguler fakultas
15. Balitbangkes. Riset Kesehatan Dasar 2013.
kesehatan masyarakat universitas indonesia
Jakarta; 2013.
tahun 2012. Universitas Indonesia; 2012.
16. Setyono FS. Hubungan tingkat pengetahuan
25. Leginem. Faktor-faktor yang berhubungan
gizi, body image, dan tindakan diet dengan
dengan status anemia mahasiswi akademi
status anemia dan status gizi remaja putri.
kebidanan di Kota Banda Aceh tahun 2002.
Universitas Airlangga; 2010.
Universitas Indonesia; 2002.
17. Permatasari T, Briawan D, Madanijah S.
26. Rusman ADP. Pola makan dengan kejadian
Efektivitas program suplementasi zat besi
anemia pada mahasiswi yang tinggal di kos-
pada remaja putri di kota Bogor. J MKMI.
kosan. J Ilm Mns dan Kesehat.
2018;14(1).
2018;1(2):144–51.
18. Kemenkes. Pesan Untuk Remaja Putri
27. Simanungkalit SF, Simarmata OS.
Indonesia: Cantik itu Sehat, Bukan Kurus
Pengetahuan dan perilaku konsumsi remaja
[Internet]. 2018 [cited 2021 Jan 21].
putri yang berhubungan dengan status
Available from:
anemia. Bul Penelit Kesehat.
https://www.kemkes.go.id/article/view/181
2019;47(3):175–82.
12300003/pesan-untuk-remaja-putri-
indonesia-cantik-itu-sehat-bukan- 28. Arisman MB. Gizi dalam daur kehidupan.
kurus.html Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2010.
19. Hamali HA, Mobarki AA, Saboor M, Alfeel
A, Madkhali AM, Akhter MS, et al. 29. Hogan AM, Pit-ten Cate IM, Vargha-
Prevalence of anemia among Jazan Khadem M, Prengler M, Kirkham FJ.
university students. Int J Gen Med. Physiological correlates of intellectual
2020;13:765–70. function in children with sickle cell disease:
hypoxaemia, hyperaemia and brain
20. Sumarlan ES, Windiastuti E, Gunardi H.
infarction. Dev Sci. 2006;9(4):379–87.
Iron status, prevalence and risk factors of
iron deficiency anemia among 12- to 15- 30. Dowling MM, Quinn CT, Rogers ZR,
year-old adolescent girls from different Buchanan GR. Acute silent cerebral
socioeconomic status in indonesia. Makara infarction in children with sickle cell
J Heal Res. 2018;22(1):46–52. anemia. Pediatr Blood Cancer.
2010;54(3):461–4.
21. WHO. Iron deficiency anemia: assessment,
prevention, and control-a guide for 31. Cordeira LS, Wilde PE, Semu H, Levinson
programme managers. Geneva; 2001. FJ. Household food security is inversely
associated with undernutrition among
22. Li L, Huang L, Shi Y, Luo R, Yang M,
adolescents from Kilosa, Tanzania. J Nutr.
Rozelle S. Anemia and student’s
2012;142(9):1741–7.
educational performance in rural Central
China: Prevalence, correlates and impacts. 32. Teni M, Shiferaw S, Asefa F. Anemia and
China Econ Rev [Internet]. its relationship with academic performance

Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal) | 17


MTPH Journal, Volume 5, No. 1, March 2021
ISSN: 2549-189X; e-ISSN: 2549-2993

among adolescent school girls in kebena


district, southwest Ethiopia. Biotechnol
Heal Sci. 2017;4(1):1–8.
33. Miller G, Luo RF, Zhang LX, Slyvia S, Shi
YJ, Foo P, et al. Effectiveness of provider
incentives for anaemia reduction in rural
China: A cluster randomised trial. Br Med J.
2012;345:e4809.
34. Kulkarni M V., Durge PM, Kasturwar NB.
Prevalence of anemia among adolescent
girls in an urban slum. Natl J Community
Med. 2012;3:108–11.

18 | Medical Technology and Public Health Journal (MTPH Journal)

You might also like