Upaya Revitalisasi Pertanian Rumput Laut Dalam Praktik Pariwisata Di Desa Lembongan, Kabupaten Klungkung
Upaya Revitalisasi Pertanian Rumput Laut Dalam Praktik Pariwisata Di Desa Lembongan, Kabupaten Klungkung
Upaya Revitalisasi Pertanian Rumput Laut Dalam Praktik Pariwisata Di Desa Lembongan, Kabupaten Klungkung
Vol. 7 No 2, 2019
Abstract
Lembongan Village is one of the areas that is famous for producing the most seaweed in Nusa Penida
Subdistrict, Klungkung Regency. The development of tourism in Nusa Lembongan has led to the increasingly
marginalized seaweed farming seen from the decreasing number of farmers and agricultural land switching to
the tourism sector. This research is important to be carried out in developing seaweed farming revitalization
strategies in tourism practices in Lembongan Village.
The research method used is a qualitative method with qualitative descriptive data analysis techniques.
Data sources used are primary and secondary data. Data collection techniques are done by observation, in-depth
interviews, and documentation. Determination of the informant is done by purposive sampling procedure.
The results of this study indicate that strategies that can be pursued in the process of revitalizing
seaweed farming include; the composition of stakeholders of seaweed farming by three actors, aspects of
inhibiting factors and supporting factors of seaweed farming so as to create efforts that can be done to revitalize
seaweed farming. Public awareness in the field of seaweed farming should be increased, especially concerns
among young people as the next generation
Keyword: Revitalization, Seaweed Agriculture, Tourism Practices
352
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 7 No 2, 2019
ekonomi, dan revitalisasi sosial; konsep mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan
stakeholder (Rahim, 2012:1) untuk mengetahui untuk merevitalisasi pertanian rumput laut
keterlibatan masyarakat, pengusaha pariwisata, dalam praktik pariwisata, dimana akan
dan pemerintah dalam upaya revitalisasi; konsep menjelaskan pemangku kepentingan yang
praktik pariwisata (Kodhyat, 1983:4) adalah terlibat dalam upaya tersebut.
praktik yang saling menguntungkan dimana
berhubungan antara wisatawan sebagai guest II. METODE PENELITIAN
dengan masyarakat lokal sebagai penyedia Penelitian ini mengambil lokasi di Desa
fasilitas atau host selama wisatawan tinggal di Lembongan yang merupakan salah satu desa
suatu destinasi; konsep ekowisata (Butcher, dari Pulau Lembongan, Kecamatan Nusa Penida,
2007:24) digunakan untuk merumuskan daya Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Lama
tarik wisata yang mengandalkan pertanian penelitian yang telah peneliti gunakan dalam
rumput laut dan bersinergi dengan aktivitas penelitian ini kurang lebih selama satu bulan
masyarakat; dan teori Tourism Area Life Cycle pada tahun 2019. Dalam upaya mempertegas
(Butler, 1980:6) digunakan untuk batas lingkup permasalahan pada penelitian ini,
mengidentifikasi pengembanan pariwisata di maka dapat dijabarkan ruang lingkup penelitian
Desa Lembongan. sebagai berikut: kondisi eksisting pertanian
Pada penelitian ini dilakukan penelaahan rumput laut di Desa Lembongan, komposisi
penelitian sebelumnya untuk membandingkan stakeholder pertanian rumput laut, faktor
penelitian yang sudah pernah dilakukan dengan pendukung dan penghambat pertanian rumput
penelitian yang akan dikerjakan. Menelaah laut serta upaya revitalisasi pertanian rumput
penelitian sebelumnya digunakan untuk laut.
mengetahui posisi penelitian yang akan Jenis data artikel ini adalah data
dilakukan dengan penelitian sebelumnya serta kualitatif dan data kuantitatif (Bungin, 2007).
untuk menjustifikasi kebaruan dalam panelitian Sumber data dalam penelitan ini meliputi data
ini. Terdapat tiga penelitian sebelumnya terkait primer (Moleong, 2005) dan data sekunder
fokus dan lokasi penelitian, pertama terkait (Sugiyono, 2008). Data primer meliputi jumlah
dengan fokus penelitian Revitalisasi kawasan petani rumput laut, pendapatan yang dihasilkan
wisata pesisir Samas, Kabupaten Bantul (Afid dari pertanian rumput laut, level perkembangan
Nurkholis, dkk, 2016) dan Model Pengelolaan destinasi wisata, faktor pendukung dan
Wisata Bahari Berkelanjutan Di Pulau Nusa penghambat pertanian rumput laut dalam
Penida, Kabupaten Klungkung (Darsana, dkk, perkembangan pariwisata di Lembongan,
2017). Dalam penelitian ini memiliki persamaan komposisi stakeholder pertanian rumput laut di
fokus membahas mengenai revitalisasi yang Lembongan, serta upaya revitalisasi pertanian
akan diberdayakan sebagai daya tarik. Telaah rumput laut. Data Sekunder yang dimaksud
penelitian kedua terkait lokasi, yaitu adalah sejarah, data geografis, data demografis,
Problematika Teknis Dan Sosial Ekonomi Usaha peta Desa Lembongan.
Budidaya Rumput Laut Di Nusa Lembongan, Bali Teknik pengumpulan data yang digunakan
(I.W. Arthana, dkk., 2016). Persamaan dalam adalah observasi (Bungin, 2007), wawancara
penelitian ini terletak pada lokasi penelitian mendalam (Kusmayadi, 2000), dan dokumen
yakni di Nusa Lembongan. (Bungin, 2007). Observasi digunakan untuk
Penelitian ini penting dilakukan karena memperoleh data mengenai kondisi
topik pada penelitian ini membantu kepariwisataan yang terdapat di Lembongan,
menyegarkan kembali gairah masyarakat pada kondisi eksisting dari pertanian rumput laut,
vitalitas pertanian rumput laut agar tidak mengamati pola kegiatan petani rumput laut di
menghilangkan ciri khas dari Desa Lembongan Lembongan. Wawancara diaplikasikan untuk
yang pernah berjaya pada masanya. Selain itu menggali data mengenai upaya yang dapat
peneltian ini penting dilakukan sebagai jalan dilakukan untuk revitalisasi pertanian rumput
alternatif untuk membuat suata daya tarik laut dalam praktik pariwisata. Data geografis,
wisata yang dapat bersinergi antara pariwisata data demografis, data pengusaha pariwisata dan
dengan pembudidayaan rumput laut. Kebaruan dokumentasi foto – foto kegiatan pariwisata
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya serta pertanian rumput laut didapat melalui
karena pada penelitian ini akan membahas
353
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 7 No 2, 2019
354
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 7 No 2, 2019
Sangat miris melihat perubahan yang oleh empat orang petani mencapai 8 are dengan
begitu kejam dimana pada awalnya mayoritas kondisi rumput laut tumbuh dengan subur
masyarakat Desa Lembongan membudidayakan dimana lahan tersebut tersebar di sebelah
rumput laut kini tidak tersisa satupun selatan Pulau Lembongan berjarak hampir 15
penerusnya seakan hilang seketika. Namun tidak meter dari bibir pantai Lebaoh sebanyak 8 petak.
semua pihak menyerah dengan matinya Sementara waktu lahan penjemuran rumput laut
pertanian rumput laut di Lembongan, masih berada disalah satu lahan petani milik Pak
terdapat beberapa pihak yang menginginkan Juanda yang dulunya memang digunakan
hidupnya kembali rumput laut. Bapak Wayan sebagai tempat penjemuran.
Suarbawa salah satunya merupakan masyarakat Pendapatan yang diperoleh dari
yang aktif mengampanyekan kembalinya pertanian rumput laut terbilang besar, dengan
budidaya rumput laut sekaligu sebagai ketua intensitas waktu panen 45 hari sekali bisa
kelompok petani rumput laut di Lembongan memperoleh jutaan rupiah tergantung dari
yang disebut “Segara Raksa”. Kelompok petani berapa banyak petani dapat memanen. Harga
rumput laut Segara Raksa ini dulunya berjumlah rumput laut di Desa Lembongan sendiri untuk
lebih dari 100 orang namun setelah tahun 2017 saat ini berbeda dengan harga di Denpasar yakni
kini hanya berjumlah 4 orang petani saja, yakni mencapai harga Rp. 20.000 perkilogram untuk
bapak Suarbawa, bapak Ikun, bapak Kusuma, rumput laut kering, hal ini dikarenakan jumlah
dan Bapak Juanda . kuantitas atau pasokan rumput laut di Desa
Adapaun dampak yang relatif Lembongan terbilang sedikit pada tahun 2019.
ditimbulkan karena hilangnya salah satu profesi Hasil wawancara beberapa petani yang masih
utama di Desa Lembongan, seperti membudidayakan rumput laut mengatakan
meningkatnya angka pengangguran. Hal yang setidaknya selama 45 hari proses mencapai
sangat dikhawatirkan apabila suatu saat panen rumput laut kering memperoleh
pariwisata di Lembongan tidak menarik lagi atau keuntungan kotor Rp.3.000.000 apabila memiliki
bisa dikatakan sepi dari kunjungan wisatawan lahan seluas 1 are dengan berat sekitar 120 –
karena tidak ada pekerjaan lain selain bergelut 150 kilogram. Kondisi ini begitu menguntungkan
di dalam praktik pariwisata. Akibat dari adanya bagi petani rumput laut yang memiliki profesi
penurunan aktivitas pertanian rumput laut utamanya sebagai pengusaha pariwisata
tercatat angka pengangguranpun semakin tinggi sekaligus mempertahankan rumput laut sebagai
terutama untuk masyarakat yang berusia komoditi utama di Desa Lembongan.
diantara 50-60 tahun. Hal yang paling
mengkhawatirkan yakni pada regenerasi petani C. Komposisi Stakeholder Pertanian Rumput
teruntuk pada generasi muda menjadi ancaman Laut
dari punahnya pertanian rumput laut karena Pertanian Rumput Laut Lembongan yang kini
minimnya minat kerja generasi muda pada semakin termarginalisasi perlu diadakan
sektor pertanian. revitaliasi guna mampu bertahan dalam praktik
Lahan pembudidayaan rumput laut di pariwisata, untuk itu perlu adanya sinegritas
Desa Lembongan semakin berkurang karena antara pertanian rumput laut dengan usaha-
perubahan fungsi lahan pembudidayaan menjadi usaha pariwisata yang tengah masivve
kepentingan kepariwisataan. Tidak ada yang berkembang di Lembongan. Perlunya dukungan
tahu pasti berapa luas lahan yang dipakai untuk dari berbagai pihak yang terlibat diharapkan
membudidayakan rumput laut pada masa berperan secara aktif menggalangkan revitalisasi
jayanya tahun 1980 hingga awal tahun 2000an pertanian rumput laut di Lembongan. Bukan
namun diperkirakan mencapai 50 hektare hanya petaninya saja sebagai masyarakat yang
dengan ratusan petak lahan yang terisi rumput perlu berjuang namun peran stakeholder lainnya
laut. Sekarang hanya tampak terlihat bekas dimana yang dimaksud pemerintah daerah,
patok yang dipakai untuk memasang bentangan pengusaha pariwisata, organisasi luar, dan
tali rumput laut, tidak ada lagi pemandangan terpenting masyarakat terkait dalam praktik
layaknya sawah di tengah laut seperti dulu. pariwisata sepatutnya mengambil peran agar
Pemerintah bersama petani mencoba untuk terjadinya sinergitas antara pertanian dengan
menanam kembali rumput laut sampai pada praktik pariwisata sehingga menciptakan nilai
awal tahun 2019 luas lahan yang dimanfaatkan ekonomis. Adapun stakeholder dalam
355
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 7 No 2, 2019
mengupayakan revitalisasi pertanian rumput melalui pengucuran kredit oleh BRI untuk
laut dalam praktik pariwisata diantaranya; kepentingan media pembudidayaan.
1. Aktor Masyarakat 2. Aktor Pemerintah
Perkumpulan masyarakat yang berprofesi Komposisi stakeholder lainnya dari sisi
sebagai petani rumput laut di Desa Lembongan pemerintah idealnya lebih banyak berperan
membentuk suatu kelompok tani dinamakan banyak pada penentuan rambu-rambu dan
“Segara Raksa” dimana diketuai oleh Wayan aturan main secara umum dalam pemberdayaan
Suarbawa dan beranggotakan 3 orang petani. petani rumput laut. Meminimkan kemungkinan
Kegiatan pembudidayaan mulai dilakukan secara terjadinya sengketa maka diperlukan peran
intensif dari pemasangan patok besi, mediasi dan fasilitas kebijakan, terutama dalam
pemasangan bentang tali dimana telah dipasang menyediakan informasi edukasi pada
bibit cottoni merah, proses perawatan rumput masyarakat. Dinas Kelautan dan Perikanan
laut dengan menebar jaring penghalang ikan Kabupaten Klungkung memberikan bantuan
serta hama berupa rumput liar dan sampai pada subsidi berupa pemberian benih rumput laut
tahap penjemuran. Pemberdayaan terhadap melalui program PUMP. Bupati Kabupaten
petani rumput laut yang ada di Desa Lembongan Klungkung juga sebagai pelopor dalam
saat ini dilakukan lebih banyak dari pihak merevitalisasi pertanian rumput laut sebagai
swasta dalam hal ini Lembaga Swadaya komoditi utama Nusa Lembongan. Perbekel
Masyarakat dalam bentuk pendampingan. (kepala desa) bersama dinas-dinas terkait mulai
Proses pendampingan ini dilakukan mengingat bergerak untuk melakukan penyuluhan dan
karakteristik petani rumput laut masih memiliki pendataan mengenai minat masyarakat yang
keterbatasan wawasan dan akses terhadap ingin membudidayakan rumput laut. Tidak
minimnya informasi. Adapun LSM yang pernah tinggal diam Dinas Ketahanan Pangan dan
aktif mendampingi Desa Lembongan seperti Perikanan Kabupaten Klungkung memberikan
Satya Posana Nusa yang kerap melakukan bibit gratis menggunakan dana dari APBD
penyuluhan mengenai kelestarian lingkungan Klungkung tahun 2018 sebagai bentuk motivasi
hidup terutama mengenai ekosistem laut dan agar masyarakat mau membudidayakan rumput
pencegahan pembuangan limbah dimana laut seperti dulu.
anggota ini terdiri dari 50 orang diambil dari 3. Aktor Pengusaha pariwisata
tiap banjar di Desa Lembongan. Organisasi Pengusaha pariwisata disini merupakan
swasta yang juga aktif memperhatikan rumput stakeholder pendukung dimana statusnya tidak
laut di Desa Lembongan sampai tahun ini yakni memiliki kaitan kepentingan secara langsung
Yayasan Kalimajari yang memberdayakan dan terikat terhadap suatu kebijakan dan
masyarakat petani rumput laut di Desa program, tapi memiliki kepedulian dan
Lembongan sejak tahun 2005 dengan kegiatan berpengaruh seperti misalnya usaha-usaha kecil
penyuluhan, penggunaan teknologi pertanian sampai usaha menengah keatas. Mayoritas
rumput laut dan pemasaran produk olahan masyarakat Desa Lembongan berprofesi dalam
rumput laut. Kalimanjari melakukan bidang pariwisata, mulai dari pegawai sampai
pendampingan kepada masyarakat pesisir dalam dengan pemilik akomodasi. Tercatat selama
pengelolaan sumber daya alam secara tahun 2017 terdapat 94 usaha pariwisata yang
berkelanjutan seperti studi atau penelitian, telah dibangun di Desa Lembongan, dimana
pelatihan, pendampingan program. Proses usaha penyedia akomodasi seperti hotel, villa,
pendampingan pengolahan rumput laut dari hostel, dan guest house merupakan jenis usaha
bahan baku pokok sampai menjadi bahan terbanyak dimiliki oleh masyarakat disusul
olahan, Kalimanjari telah berhasil mengkemas dengan usaha penyedia makanan seperti
menjadi beberapa olahan seperti mie dalam restaurant, bar dan warung makan. Pengusaha
kemasan instan, sabun mandi, sirup dan olahan pariwisata diharapkan menjadi bagian dari
agar-agar. Berikutnya organisasi lain Asosiasi stakeholder yang membentuk sinergitas antara
Petani Rumput Laut Indonesia Provinsi Bali pemerintah dan masyarakat dalam pemasaran
dulunya beranggotakan 12 orang dari Nusa rumput laut Desa Lembongan.
Lembongan namun sekarang telah berkurang.
Program yang pernah dilaksanakan seperti
kepedulian terhadap pertanian rumput laut
356
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 7 No 2, 2019
D. Faktor Pendukung Dan Penghambat 2.500 per kilogram. Harga yang meningkat
Pertanian Rumput Laut dan stabil menjadi peluang membudidayakan
Adapun faktor pendukung dalam upaya rumput laut, masyarakat harus jeli melihat
revitalisasi pertanian rumput laut diantaranya; peluang ini guna meningkatkan taraf
kesejahteraan khususnya di Desa Lembongan.
a. Dukungan dari beberapa pihak (stakeholder) c. Mulai timbul rasa kesadaran masyarakat
terhadap revitalisasi pertanian rumput laut di mengenai keberadaan rumput laut di Desa
Desa Lembongan. Keseriusan pemerintah dari Lembongan. Bebearapa masyrarakat di Desa
tingkat Bupati sampai pemerintah desa Lembongan sudah mulai sadar dengan adanya
menangani permasalahan mengenai sektor pariwisata ini secara keberlanjutannya
keberadaan rumput laut di Desa Lembongan masih diragukan, seperti contohnya pada
dibantu dengan pendampingan dari lembaga bencana alam erupsi Gunung Agung yang
swadaya masyarakat Kalimanjari yang terjadi pada akhir tahun 2017 lalu
membuat berbagai program untuk menyebabkan sepinya kunjungan dan
merevitalisasi pertanian rumput laut. Melihat berimbas pada penurunan pendapatan.
keberhasilan dari uji coba penanaman bibit Perlunya pilihan alternatif lain selain sektor
yang menghasilkan rumput laut berkualitas pariwisata sebagai sumber pendapatan
tinggi, kepercayaan masyarakat perlahan apabila terjadi krisis pada sektor pariwisata,
mulai tumbuh dan yakin dengan rumput laut yakni kembali pada pembudidayaan rumput
bisa dibudidayakan kembali. Pihak pengusaha laut. Beberapa masyarakat mulai ikut
pariwisatapun mulai melirik ini sebagai bergabung dalam kelompok tani Segara Raksa
potensi untuk memasarkan produk olahan walaupun dalam jumlah yang sedikit tapi
rumput laut sebagai produk oleh-oleh khas sudah membuktikan sebenarnya masyarakat
Lembongan kepada wisatawan, terdata tiga Lembongan masih memiliki kesadaran
restaurant dan beberapa Spa akan membudidayakan rumput laut.
bekerjasama dengan petani di dampingi d. Pengalaman kerja atau pengetahuan tentang
Kalimanjari untuk program pemasaran dan teknik budidaya rumput laut di Desa
pembentukan pasar. Kelompok tani Segara Lembongan. Jam kerja yang telah dilakukan
Raksa yang dulunya beranggotakan dua orang petani rumput laut di Desa Lembongan
kini sudah bertambah jumlahnya menjadi terbilang cukup lama, mereka telah mengenal
empat orang, walaupun antusias masyarakat proses pembudidayaan rumput laut sejak
yang dulunya sebagai petani sedikit tapi ini tahun 1984 dari awal masuknya rumput laut
menunjukan masih ada harapan dan hingga kini, dari masa jayanya rumput laut
dukungan dari masyarakat itu sendiri akan sampai hilangnya keberadaan rumput laut.
keberlangsungan rumput laut di Desa Pengetahuan mengenai rumput laut akan
Lembongan. melekat dalam kehidupan mereka dan
b. Harga rumput laut melambung tinggi dan menjadi suatu kebudayaan, sehingga ketika
meningkatnya permintaan rumput laut petani rumput laut sekarang yang melakukan
kering. Melihat angka permintaan rumput upaya revitalisasi pembudidayaan rumput
laut yang semakin meningkat setiap tahunnya laut tidak akan lupa bagaimana proses dan
menjadikan harga rumput laut semakin tahapan-tahapan mengolah rumput laut mulai
meningkat dan stabil. Bali pada khususnya dari proses pembibitan sampai pengeringan
mengalami peningkatan nilai jual terhadap hasil panen.
rumput laut karena merupakan salah satu
daerah yang menghasilkan rumput laut Adapun faktor yang menghambat pertanian
dengan kualitas terbaik di Indonesia. Saat ini rumput laut dalam penelitian ini, meliputi:
nilai jual rumput laut kering meningkat a. Minimnya minat masyarakat dan kurangnya
dengan harga Rp.20.000 sampai dengan regenerasi petani di Desa Lembongan.
Rp.30.000 per kilogram tergantung dari Masyarakat yang dulunya petani mulai
kualitas dan permintaan pasar. Berbeda beralih profesi menjadi pengusaha pariwisata
dengan tahun - tahun sebelumnya yang secara serentak, bagi masyarakat yang
memiliki nilai jual antara Rp. 10.000 sampai memiliki modal mulai membangun penyedia
Rp.15.000, bahkan pernah anjlok sampai Rp. jasa akomodasi dan bagi yang tidak memiliki
357
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 7 No 2, 2019
358
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 7 No 2, 2019
tahun 2017 secara nasional karena media penjemuran di atas terpal terpal
terjadinya pemanasan global pada tahun- plastik dibawah teriknya matahari langsung
tahun tersebut yang menimbulkan matinya dan rumput laut ditebar secara merata.
rumput laut. Tidak hanya itu penurunan Penggunaan media ini tidak efisien karena
produksi disebabkan menurunnya kualitas menghasilkan rumput laut berkualitas
bibit rumput laut yang menyebabkan rendah bercampur pasir dan tanah. Terdapat
rumput laut tidak dapat tumbuh dengan media alternatif lain untuk mengatasi
maksimal sesuai kebutuhan pasar. Bibit kekurangan lahan dalam proses penjemuran,
yang digunakan sebelumnya di Desa salah satunya menggunakan sistim
Lembongan merupakan bibit yang telah penggantungan yakni hasil panen digantung
digunakan berulang-ulang selama proses dengan menggunakan tali pengikat rumput
awal pembudidayaan. Pada akhir tahun laut yang digunakan untuk budidaya,
2018 hingga sekarang petani rumput laut caranya, saat setelah dilakukan pemanenan
menggunakan bibit hasil kulturjaringan rumput laut jangan dilepas dari tali
sebagai bentuk pemurnian bibit dan pengikatnya melainkan langsung digantung
memberikan variasi terhadap bibit dengan pada tempat yang telah disediakan seperti
hasil yang begitu memuaskan dengan berat pada Gambar 2.
per ikatnya mencapai 150 gram.
Gambar 1. Penanaman menggunakan bibit kultur jaringan Gambar 2. Media penjemuran alternatif
Sumber : Penelitian Lapangan 2019 Sumber : Rumputlautindonesia.com
359
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 7 No 2, 2019
sejak tahun 2010 dimana produk pertama menjadi kekuatan lokal dan nilai saing
yang dibuat adalah jenis makanan dodol dalam menjajagi pasar lokal, sayangnya
rumput laut, selain itu terdapat varian produk olahan masyarakat kurang bisa
olahan cemilan seperti kerupuk rumput bersaing karena pengemasan yang kurang
laut dan selai yang diolah oleh ibu-ibu menarik dan minimnya pengetahuan
karang taruna beserta petani rumput laut. mengenai target pasarnya. Sejauh ini
Kegiatan ini mengalami berbagai kendala, produk rumput laut melakukan
mulai dari teknologi mesin tapi yang paling pengemasan dengan cara yang sederhana
mempengaruhi terhambatnya produksi namun itu tidak menjadikan produk
karena minimnya ketersedian bahan baku terlihat spesial, oleh karena itu upaya
utama yaitu rumput laut dimana pada mengkemas produk sebagai special gift
tahun tersaebut telah hilang kepada wisatawan diharapkan akan
keberadaannya yang menyebabkan proses meningkatkan nilai jual terhadap produk
produksi menjadi terhambat. Berkat olahan rumput laut.
semangat dari Yayan Kalimanjari di b. Kolaborasi pengusaha pariwisata dan
dukung keinginan yang kuat dari petani membentuk market. Kalimanjari
masyarakat terciptalah inovasi-inovasi sebagai lembaga yang mendampingi
baru dalam pembuatan produk, seperti masyarakat khususnya petani melakukan
pembuatan mie, sabun, sirup, lotion, dan maping atau pemetaan restaurant pada
scrub seperti pada Gambar 3. bulan April tahun 2019 dengan tujuan
untuk membentuk kerjasama dengan
pihak pengusaha pariwisata di wilayah
Desa Lembongan. Pemetaan ini dilakukan
dengan harapan menjalin sinergitas antara
produk yang dihasilkan dari petani rumput
laut dengan pengusaha pariwisata sebagai
konsumen sekaligus aktor yang berperan
memasarkan produk kepada wisatawan
Gambar 3. Produk olahan rumput laut dalam berbagai
varian dalam bentuk hidangan makanan. Sejauh
Sumber : Penelitian Lapangan 2019 ini tercatat tiga restaurant memberikan
respon positif mengenai kerjasama yang
Produk–produk baru ini masih pada diajukan, dimana nantinya produk
tahap pengembangan yang artinya masih mentahan rumput laut kering akan diolah
terdapat banyak kekurangan dalam proses menjadi salah satu menu makanan mereka,
pembuatannya, pengkemasan dan yang tiga restauran tersebut yakni Sandy Bay
paling berat yakni pada proses pemasaran restaurant, D’Bias villa & restaurant, dan
sehingga aktivitas produk berlangsung L’good. Produk yang nantinya akan dijual
secara berkelanjutan. Produk ini akan kepada konsumen (wisatawan) masih
terus berevolusi sampai pada akhirnya berada pada tahap improvisasi dibagian
menemukan formulasi yang benar-benar menu, proses penyempurnaan rasa
cocok dijual dipasaran sehinga memiliki dilakukan oleh juri masak masing-masing
nilai jual yang lebih tinggi. restaurant. Kerjasama dengan tiga
2. Rehabilitasi Ekonomi restaurant ini merupakan tahap awal
a. Pengemasan produk dalam meningkatkan dalam meningkatkan eksistensi serta
nilai jual produk olahan rumput laut. meningkatkan pendapatan petani rumput
Wisatawan yang memilih Lembongan laut, hal ini bisa dijadikan sebagai batu
sebagai destinasi tujuannya sering loncatan untuk membudidayakan kembali
mengalami kebingungan mengenai apakah pertanian rumput laut dan semakin banyak
produk khas dari Lembongan itu sendiri pihak bekerjasama dalam mengolah
terutama barang apa yang bisa dibawa produk rumput laut menjadi menu
pulang oleh wisatawan selain barang makanan.
mainstream seperti kebanyakan di suatu c. Pengeluaran izin produk rumah tangga
destinasi. Produk olahan rumput laut bisa (PIRT). Hambatan yang belum dapat
360
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 7 No 2, 2019
361
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 7 No 2, 2019
laut dimana wisatawan diajak turun ke laut merevitalisasi pertanian rumput laut di
untuk memasang rumput laut, snorkling di Desa Lembongan. Faktor pendukung,
areal pertanian rumput laut, melihat sunrise yaitu dukungan dari beberapa pihak
melewati jembatan kuning, menjelajahi goa (stakeholder), meningkatnya harga
gala-gala dan paket menginap di rumah rumput laut, mulai timbulnya rasa
warga. Tujuan pemberdayaan petani kesadaran masyarakat, serta pengalaman
rumput laut dalam pengembangan kerja dan pengetahuan mengenai teknik
ekowisata rumput laut merupakan salah budidaya rumput laut. Faktor
satu bagian untuk menarik minat penghambat, yaitu minimnya minat
masyarakat untuk bertani kembali serta masyarakat terutama regenerasi petani,
berimplikasi kepada terjalinnya interaksi kurangnya lahan penjemuran
harmonis antar sesama petani rumput laut, menghasilkan rumput laut kering,
antar petani dan wisatawan yang kekhawatiran terjadinya gagal panen.
berkunjung dan ekosistem alam, sehingga 4. Upaya revitalisasi pertanian rumput laut
penggunaan atas jasa lingkungan dapat dalam praktik pariwisata yang dapat
berorientasi jangka panjang. dilakukan berdasarkan tahapan
intervensi fisik, rehabilitasi ekonomi, dan
IV. KESIMPULAN revitalisasi sosial. Pada intervensi fisik
Berdasarkan penelitian yang berjudul “Upaya bentuk kegiatan berupa pemberian bibit
Revitalisasi Pertanian Rumput Laut Dalam gratis, program pemurnian bibit,
Praktik Pariwisata Di Desa Lembongan penggunaan media baru dalam proses
Kabupaten Klungkung” diperoleh kesimpulan; penjemuran, dan pembuatan produk
1. Kondisi eksistensi rumput laut di Desa olahan rumput laut. Pada rehabilitasi
Lembongan berdasarkan jumlah ekonomi bentuk kegiatannya berupa
masyarakat yag berprofesi sebagai melakukan pengemasan produk dalam
petani rumput laut di Desa Lembongan meningkatkan nilai jual produk olahan
saat ini berjumlah 4 orang, luas lahan rumput laut, kolaborasi pengusaha
pertanian rumput laut semakin pariwisata dan petani rumput laut
berkurang karena lahan pertanian membentuk pasar, dan mangajukan
digunakan untuk kepentingan pengeluaran izin produk rumah tangga.
pariwisata, pendapatan yang dihasilkan Pada revitalisasi sosial bentuk
dari pertanian rumput laut semakin kegiatannya berupa melakukan pelatihan
bertambah dikarenakan nilai jual rumput tour guide kepada masyarakat, dan
laut meningkat, dan level perkembangan pemberdayaan petani dalam
destinasi wisata Lembongan yang berada pengembangan seaweed tour.
pada tahap pengembangan dimana
pembangunan akomodasi tengah gencar Sesuai dengan pembahasan dan simpulan
untuk dibangun. akhir dari penelitian ini maka diajukan beberapa
2. Komposisi stakeholder pertanian rumput saran, diantaranya kepada pihak masyarakat
laut yang bersinergitas merupakan lokal yang berada dalam kegiatan pariwisata di
upaya yang dapat dilakukan untuk Desa Lembongan maupun tidak, sebaiknya tetap
merevitalisasi pertanian rumput laut melakukan kegiatan membudidayakan rumput
diantaranya aktor masyarakat yang laut sebagai suatu profesi utama, jadikanlah
merupakan petani rumput laut pariwisata sebagai bonus dari keindahan Desa
berdampingan dengan Lembaga Lembongan. Rumput laut bisa dikemas menjadi
Swadaya Masyarakat, aktor pemerintah suatu daya tarik wisata berbasis ekowisata
mulai dari tingkat daerah sampai tingkat sebagai bentuk kombinasi antara pariwisata
provinsi, dan aktor pengusaha pariwisata dengan pertanian rumput laut. Masyarakat
di Desa Lembongan. diharapkan lebih peduli dengan keberadaan
3. Faktor pendukung dan faktor pertanian rumput laut terutama pada minimnya
penghambat pertanian rumput laut minat kalangan muda sebagai generasi penerus
membahas mengenai indikator untuk petani rumput laut di Lembongan.
menciptakan upaya yang dapat dilakukan
362
Jurnal Destinasi Pariwisata p-ISSN: 2338-8811, e-ISSN: 2548-8937
Vol. 7 No 2, 2019
Saran kepada pemerintah tingkat Desa Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif Komunikasi,
Lembongan selaku payung hukum bagi seluruh Ekonomi, Kebijakan Publik Dan Ilmu Sosial
Lainnya. Jakarta: Prenada Media Group
lapisan masyarakat desa hendaknya membuat Butcher, J. (2007). Ecotourism, NGO’s, and Development: A
kebijakan khusus mengenai pertanian rumput critical analysis. Buku. Routledge. New York. 208
laut yang perlu ditetapkan untuk membentuk p.
sinergitas antar stakeholder. Pemerintah Butler, R.E. (1980). The Concept Of A Tourist Area Cycle
Evolution: Implication for Management of
hendaknya lebih gencar melakukan sosialisasi Resources. Canadian geographer.
terhadap masyarakat mengenai pentingnya Darsana, I Wayan, dkk. (2017). Model Pengelolaan Wisata
revitalisasi pertanian rumput laut untuk Bahari Berkelanjutan Di Pulau Nusa Penida,
meningkatkan jumlah petani yang terdapat di Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung,
Lembongan. Bali. Jurnal Analisis Pariwisata. Vol. 17 No. 1.
Universitas Udayana
Saran akademis, sebaiknya para akademisi Kodhyat. (1983). Sejarah Pariwisata Dan Perkembangannya
seperti Fakultas Kelautan dan Perikanan dan Di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
Fakultas Pariwisata bergandengan untuk Kusmayadi, et.al. (2000). Metode Penelitian dalam
melakukan pengabdian masyarakat untuk Bidang Kepariwisataan. Jakarta : PT.Gramedia.
Lynch, Kevin. (1975).The Images of The City. The M.I.T Press
mengembangkan pertanian rumput laut dan England.
mengkemas produk runput laut menjadi atraksi Moleong, Lexy. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif.
wisata yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
sehingga petani mendapatkan kontribusi Nurkholis, Afis, dkk. (2016). Revitalisasi Kawasan Wisata
ekonomi yang maksimal dari pertanian rumput Pesisir Samas, Kabupaten Bantul. Departemen
Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi,
laut. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Rahim, Firmansyah. (2012). Pedoman Kelompok Sadar
DAFTAR PUSTAKA Wisata. Jakarta: Direktur Jendral Pengembangan
Destinasi Pariwisata Kementrian Pariwisata dan
Anonim. (2016). Profil Desa Lembongan. Kantor Kepala Ekonomi Kreatif. Jakarta.
Desa Lembongan. Klungkung Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
Arthana, I W., D.B. Wiyanto., I W.G.A. Karang., N.M. Ernawati dan R&D. Bandung: Alfabeta
dan S.A. Saraswati. (2015). Upaya Perbaikan
Produktivitas Usaha Budidaya Rumput Laut di
Nusa Lembongan, Bali. Seminar Nasional Sains
dan teknologi (Senastek), Kuta Bali 29-30
Oktober 2015.
363