Museum Sangiran
Museum Sangiran
Museum Sangiran
Sangiran sendiri Terbelah oleh aliran sungai purba yang bernama kali cemoro dan merupakan
sungai pre historik yang kemudian akan bermuara ke bengawan solo. Luas sangiran sendiri mencapai
59km persegi. perairan tawar dan kali cemoro ini yang membuat manusia dan hewan purba memiliki
populasi dan ekosistem yang hebat di wilayah sangiran ini sendiri. Pada masa plestosen sekitar 7-3
juta tahun yang lalu pulau jawa sendiri belum terbentuk, bahkan masih dalam bentuk laut yang
dibuktikan dengan adanya:
1. sungai purba (aliran-aliran lama yang yang sudah ada sejak dulu, sedimen batuan yang
ada merupakan sedimen lama bukan transported dari sedimen lama, material yang
terangkut merupakan material lama).
2. dalam transformasi kalibeng yang berada di dk.pablengan ds. Krikilan kec.kalijambe
Terdapat sumber air asin yaitu air conet yang sampai saat ini masih memiliki rasa asin
dan formasi kalibeng ini tercipta pada 2.400.000-1.800.000 tahun yang lalu. Tercipta
karena adanya laut yang mengalami himpitan seperti tenaga eksogen dan hendogen,
kemudian tertutup oleh vulkanik dan terjebak di dalamnya sehingga airnya disebut
dengan air conet semacam laut yang terjebak di dalamnya.
3. terdapat lempung biru atau blue clay yang tersedimentasi oleh lautan dan juga
didalamnya ataupun diatasnya terdapat moluska horison yang di dominasi jenis
Foraminifera, Murex Trapa, Anadara Species, Tridacnaa Species, Ostrea Species dan lain
sebagainya yang merupakan moluska-moluska yang bisa hidup di kedalaman 100m ke
atas yang merupakan lautan. Ada gelembung yang aktif karena ada semacam micro
organisme atau hewan-hewan dari zaman dahulu yang terkubur dan membusuk
kemudian mengeluarkan gas yang berada di bawah Methan dan jika di sulut oleh api
dapat menyala , apinya tidak mati dan semakin besar.
. Pada formasi pucangan atau rawa Didominasi oleh lempung yang kehitam-hitaman dan disertai
oleh deretan moluska horison yang didominasi oleh jenis gastropoda spesies, bivalvia, turritella, dan
sulcospira (Pucangan ini terjadi pada periode 1,8 juta-900.000 tahun yang lalu).. Pada formasi kabuh
dahulunya adalah sebuah daratan yang berisi pasir-pasir karena banyak ditemukan adanya endapan
sedimen vulkanik (pasir silang-siur) yang berasal gunung lawu, merapi, merbabu dan pegunungan
kendeng, yang membuktikan keadaan alih rupa di sangiran.Setelah zaman pra aksara hingga saat ini
wilayah Sangiran yang dahulunya adalah laut kemudian beralih rupa menjadi rawa lalu juga pasiran
kini berubah menjadi daratan. Perubahan lingungan alam ini di pengaruhi oleh pembekuan es di
kutub yang memproduksi es, dan secara tidak langsung menyerap air laut. Pengurangan air laut
diperkirakan hingga kedalaman 10m, secara otomatis lautan dangkal atau perairan dangkal akan
berubah menjadi daratan. Selain dari pendinginan global yaitu glasieldan interglasiel dan juga
vulkanik di pengaruhi oleh , tektonik, jarak antara matahari dengan daratan yang menyebabkan
bumi panas dan terjadi kekeringan ynag lumayan panjang).
E. Struktur sosial
Kehidupan manusia purba di Sangiran seperti Homo Erectus sudah mengenal adanya teknologi api.
Mereka tidak hanya menggunakan api sebagai alat untuk memasak, tetapi juga sebagai penghangat
ketika mereka sedang berkumpul disekitar api tersebut. Dari hal tersebutlah kemungkinan
permulaan mereka dapat hidup berkelompok. Dari mereka berkelompok tersebut menjadikan
antara satu sama lain memiliki ketergantungan sehingga memunculkan adanya tatanan struktur
sosial. Dimana ketika ada yang terkuat dan memiliki keberanian maka ia akan dijadikan sebagai
pemimpin kelompok atau kepala suku. Kemudian, mulailah adanya pembagian tugas antara
permpuan dan laki-laki, misalnya dalam tugas pencarian makanan yang dilakukan oleh laki-laki dan
memasak atau mengurus anak oleh perempuan. Jadi, bisa dikatakan bahwa Homo Erectus sudah
hidup secara berkelompok dan telah memiliki fungsi dan struktur dalam kelompoknya terutama
pada hal pencarian makanan.
Dalam cerita masyarakat, di Trinil contohnya, penduduk disana terkadang mencari sisa buto atau
raksasa di daerah Sungai Begawan Solo, yaitu dimana raksasa ini dikaitkan penemuan fosil-fosil
manusia purba berjenis Meganthropus Palaeojavanicus, dimana manusia purba yang diketahui
memiliki postur tubuh yang besar. Di situs Matesih sendiri penduduk local menyebut batuan
megalithikum tersebut sebagai tempat pemujaan dan Sangiran juga dimana disana ada sumber mata
air yang asin menjadi tempat minum para hewan ternak hingga akhirnya banyak warga yang tewas
terkena kanker
H. Karakteristik Situs
Lingkungan Geografis
Museum Manusia Purba Sangiran terletak di kawasan pemukiman dan letaknya dekat
dengan formasi – formasi purba yang termasuk dalam kawasan Kubah Sangiran , yaitu
Formasi Kalibeng , Formasi Pucangan , Formasi Kabuh , dan Formasi Notopuro . Koleksi fosil
yang berada di Museum Sangiran berasal dari formasi – formasi tersebut .
Lingkungan Sosial
Penduduk yang tinggal di sekitar kawasan museum umumnya bekerja dalam bidang agraris ,
seperti bertani dan berkebun . Selain bertani dan berkebun , ada juga yang bekerja sebagai
pedagang pasar dan berwirausaha dengan membuka toko kelontong
I. Kepercayaan
Pada masa manusia pithecantropus erectus kepercayaan yang mereka anut adalah mereka
melakukan pemujaan terhadap roh-roh nenek moyang atau leluhur mereka. Dapat disebut dengan
animisme.
a. Animisme adalah kepercayaan terhadap roh semua benda. Manusia praaksara
percaya bawah roh nenek moyang masih berpengaruh terhadap kehidupan di
dunia.
b. Dinamisme adalah kepercayaan bahawa segala sesuatu mempunyai tenaga atau
kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia
dalam mempertahankan hidup.
c. Totemisme adalah kepercayaan bahwahewan tertentu dianggap suci dan dipuj
karena memiliki kekuatan supranatural. Hewan yang dianggap suci seperti
sapi,ular,harimau.