Bakteri Asam Laktat
Bakteri Asam Laktat
Bakteri Asam Laktat
Bakteri asam laktat (BAL) secara luas digunakan sebagai starter untuk fermentasi
minuman, daging dan sayuran. BAL umum digunakan dalam industri fermentasi saos
dilaporkan oleh Stiles dan Hastings. Selain itu berperan sebagai bahan flavor dan
pengembang warna. Mikroorganisme ini berperan dalam perubahan tekstur, aroma, warna,
kecernaan dan kualitas nutrisi produk fermentasi.[1]
Bakteri asam laktat termasuk mikroorganisme yang aman jika ditambahkan dalam
pangan karena sifatnya tidak toksik dan tidak menghasilkan toksin, maka disebut food grade
microorganism atau dikenal sebagai mikroorganisme yang Generally Recognized As Safe
(GRAS) yaitu mikroorganisme yang tidak beresiko terhadap kesehatan, bahkan beberapa jenis
bakteri tersebut berguna bagi kesehatan. BAL bermanfaat untuk peningkatan
kualitas higiene dan keamanan pangan melalui penghambatan secara alami terhadap flora
berbahaya yang bersifat patogen. BAL dapat berfungsi sebagai pengawet makanan karena
mampu memproduksi asam organik, menurunkan pH lingkungannya dan mengeksresikan
senyawa yang mampu menghambat mikroorganisme patogen seperti H2O2, diasetil, CO2,
asetaldehid, d-isomer asam asam amino dan bakteriosin.
Bakteriosin merupakan senyawa protein yang dieksresikan oleh bakteri yang bersifat
menghambat pertumbuhan bakteri lain terutama yang memiliki kekerabatan erat secara
filogenik. Senyawa ini mudah terdegradasi oleh enzim proteolitik dalam pencernaan manusia
dan hewan. Bakteriosin banyak diteliti karena berpotensi sebagai pengawet makanan alami
dan dapat diaplikasikan di bidang farmasi.
Beberapa jenis bakteriosin mempunyai spektrum yang luas dan mempunyai aktivitas
menghambat terhadap pertumbuhan beberapa patogen makanan seperti Listeria
monocytogenes dan S. aureus. Beberapa spesies dari genus Lactobacillus dilaporkan
menghasilkan bakteriosin seperti lactocin 27 oleh L. helveticus LP27; lactacin F oleh L.
acidophilus 88; plantacin B oleh L. plantarum NCDO 1193; sakacin A oleh L.sake Lb 706;
brevicin 37 oleh L brevis B37. Dari kelompok lain nisin dihasilkan oleh Lactococcus
lactis; colicins oleh E. coli.[1]
Bakteriosin yang dihasilkan oleh bakteri asam laktat mudah diterima sebagai bahan
tambahan dalam makanan baik oleh ahli kesehatan maupun oleh konsumen karena bakteri ini
secara alami berperan dalam proses fermentasi makanan.[1]
Leuconostoc
Leuconostoc adalah bakteri gram-positif, katalase negatif, dengan morfologi seperti
kokus dan dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Kasus infeksi Leuconostoc pertama
pada manusia ditemukan tahun 1985 dan sejak saat itu, bakteri ini sering dikaitkan pada
berbagai infeksi yang menyerang pasien rumah sakit dengan kekebalan tubuh yang rentan
ataupun pasien yang menggunakan antibiotika vankomisin. Salah satu spesies yang diketahui
1.
2.
3.
4.
5.
6.
tersebut tetap dapat menghasilkan asam yang bermanfaat dalam proses fermentasi. Oleh
karena itu, penggunaan Leuconostoc umumnya dipadukan dengan bakteri lain yang memiliki
kemampuan proteolitik yang baik, contohnya Lactococcus. Pemanfaatan Leuconostoc dalam
fermentasi susu dan mentega telah dilakukan di beberapa negara, contohnya adalah Maroko
dan Polandia. Beberapa galur Leuconostoc yang ditemukan pada susu fermentasi tradisional
Maroko adalah Leuconostoc lactis, Leuconostoc mesenteroides subsp. cremoris, dan subsp.
dextranicum. Selain itu, Leuconostoc juga dimanfaatkan dalam pembentukan anggur (wine),
terutama spesies Leuconostoc oenos. Contoh makanan lain yang dibuat dengan fermentasi
Leuconostoc, terutama Leuconostoc mesenteroides adalah sauerkraut, sosis, yogurt, kecap,
dan acar.
Karakteristik
yang
membedakan Leuconostoc adalah resistensi vankomisin, pyrrolidonyl
arylamidase, dan negative aminopeptidase leusin,
dan
ketidakmampuan untuk memproduksi gas dari glukosa. Sampai saat ini, organisme yang
biasanya ditemukan pada sayuran dan produk makanan, secara luas dianggap nonpatogen.
Saat
ini
hanya
lima jenis Leuconostoc (L. mesenteroides,
L. lactis,
L. citreum, Pseudomesenteroides L., dan L. paramesenteroides) yang dianggap patogen pada
manusia