Pendewasaan Adalah Luka
Pendewasaan Adalah Luka
Pendewasaan Adalah Luka
Hai nama saya Winanda Awaliyah A. Sedikit bercerita tentang kisah perjalanan ku sepanjang
ini yang dibentuk dalam novel. Saya dilahirkan pada tanggal 18 September 2005. Kota
kelahiran ku yaitu Jakarta.Kemudian aku pindah ke Jawa Tengah yaitu Pemalang. aku di
sekolahkan disana bersama nenek yang merawatku, aku berpindah di usia ku yang masih 5
tahun. Hari demi hari di lalui bersama nenek tanpa kedua orang tua itu rasanya berbeda
kenyamanan nya, mau tidak mau aku harus meng-iya kan kedua orang tua ku agar aku
sekolah TK disana. Lalu kedua orang tua ku melanjutkan pekerjaannya di Jakarta demi
sebuah perekonomian untuk masa depan anaknya.
Seperti biasa perlakuannya sama dengan umumnya selayaknya nenek yang menyayangi cucu
nya. Membangunkan ku saat mata hari terbit, dan dibuatkan sarapan bahkan di antarkan ke
sekolah. Aku banyak digemari orang-orang hanya karna diriku yang lucu bahkan tingkah ke
randoman ku yang menarik orang lain.
Eits tidak hanya sisi lucunya aja loh tapi ada sisi buruk yang sangat menjengkelkan dari
diriku. Sejak kecil aku memiliki sifat dan watak yang keras sehingga menghebohkan
kampung halaman, bahkan di saat aku sedang marah dan mengamuk disekolah pun aku
mengangkat bangku dan meja untuk dilempar ke guru, lalu aku berguling di tanah bahkan
menjambak rambut dan menendang orang-orang yang ada di sekitar. Keadaan kelas kacau
berantakan karna diriku. Kemudian guru ku mendiamkan ku hingga aku cape sendiri agar
tenang.Selain itu ketika aku ngaji aku slalu ingin lebih awal daripada yang lainnya. Tidak
peduli mau aku datang paling akhir aku tetap ingin maju paling awal.Sama hal nya dengan
keadaan ku ketika mengamuk di rumah aku menjedotkan kepalaku ke tembok atau keramik
yang intinya aku membantingkan tubuhku sendiri, dan mendorong tv hingga jatuh dan rusak.
Pada waktu itu aku mendapat julukan preman cilik.
Singkat cerita aku yang sudah merindukan kedua orang tuaku akhirnya menelpon ibuku agar
menjemput aku dan di bawa ke Jakarta bersamanya.Tidak berfikir lama ia langsung
menjemput dan membawaku ke Jakarta bersamanya kemudian melanjutkan sekolah SD di
Penjaringan 10 Pagi.Aku merasakan kehangatan yang besar dari sosok ibu,merasakan
kenyamanan bahkan aku di rawat dengan penuh cinta dan kasih sayang bahkan hal kecil pun
di perhatikan olehnya, aku di temani saat tidur, di suapin, dirawat dengan penuh kesabaran
saat aku sakit, dibantu untuk mengerjakan pr,dan masih banyak hal lainnya yang tidak bisa ku
definisikan satu persatu.
Aku sering mendapatkan juara walaupun sepuluh besar entah yang ke delapan ataupun yang
ke tujuh, itupun sebuah kebanngaan karna pembelaran di Jakarta rumit dan persaingan yang
ketat. Aku sering menangis karna aku tidak mau belajar dan memilih main selayaknya dunia
anak kecil yaitu main dan tertawa bergembira tanpa beban. Disaat sudah selesai belajar
rasanya senang sekali karna ingin buru-buru bermain dengan teman tetapi ibuku melarangku
untuk bermain dan menyuruhku tidur siang. Kemudian ibuku mengunci pintu agar aku tidak
bisa keluar rumah, tetapi aku tidak kalah pintar di usiaku yang masih kecil yang tidak
tergapai pintu yang tinggu itu, aku menumpukkan bantal lalu aku naik keatas bantal untuk
membuka kunci pintu dan yeyyyy sebuah kemerdekaan untukku bisa bermain bersama
teman-teman. Matahari mulai terbenam dan ibuku terbangun sadar bahwa anaknnya
meninggalkan kamar itu, lalu mencariku akhirnya aku di nasehati agar di siplin dalam waktu.
Ibu ku mengajarkan bahwa ada waktu untuk belajar, ada waktu untuk istirahat, dan ada waktu
untuk bermain. Kemudian aku memahaminya dan meminta maaf bahkan tidak lupa untuk
berterima kasih.
Aku yang sudah biasa di perhatikan dari segi dan hal apapun bahkan mendapatkan kasih
sayang yang penuh seketika aku harus menjadi sosok kaka yang kuat dan mandiri, rasa kasih
sayang terbagi karna kehadiran adik, aku yang merasa iri dan belum bisa menerima kehadiran
adikku, aku berfikir dan lebih menutup diri dari yang sebelunya aku adalah periang, aku
berpikir bagaimana nanti kedepannya jika aku tidak disayang?, uang jajan ku dibagi dengan
adik, dan ketika aku bermain aku di suruh menjaga adikku. Dan ya semua pikiranku benar
terjadi, aku sudah lelah dengan belajar di sekolah, mengerjakan pr,mengaji,bahkan di saat
waktu nyantai aku ingin bermain tetapi disuruh menjaga adik, dengan rasa emosional ku yang
tinggi seketika mereda karna melihat adikku yang betapa imutnya itu aku menciuminya,
tetapi adik ku nangis kemudian aku yang disalahkan.Kemudian rasa emosional ku kembali
seperti di awal dan berpikir bahwa aku udah gak di sayang lagi, sekarang sayangnya mama
itu dd, dan aku beripkir ingin membunuh dd, agar posisi ku tidak direbut tetapi bagaimana
bisa aku membunuh adikku sendiri bahkan se cute itu, dan aku berfikir lain yaitu kabur dari
rumah, tetapi bagaimana mungkin untukku di usia yang masih kecil meninggalkan rumah,
nanti aku akan makan apa diluar sana? Mau tidur dimana? Bagaimana dengan orang dewasa
yang menyeramkan diluar sana?
Singkatnya awal kelas 1-3 SD sekolah berjalan dengan normal, tetapi ketika kelas 4 aku di
buli dan di ejek satu sekolahan hanya karna aku jelek,hitam,dan dekil. Sakit sekali rasanya
dunia hanya membicarakan tentang kesempurnaan.Tidak ada yang berani berteman denganku
karna mereka takut siapapun yang terlibat denganku mereka akan ikut dibuli.
Akhirnya aku yang merasa sendiri,aku tidak berharap untuk mendapat belas kasihan dan aku
tidak mau mengorbankan mereka untuk terlibat dalam diriku, aku lebih memilih menyendiri,
banyak perlakuan yang tidak sepantasnya mereka lakukan terhadapku, tetapi perkataan yang
masih teringat sampai sekarang bahwa mereka mengatakan “lu tuh kaya orang-orangan
sawah kurus kek triplek,item,dekil,bau, ngapain lu hidup mending mati aja, lu tuh ga pantes
hidup” aku yang mendengar itu pergi ke kamar mandi untuk menangis, memiliki rasa yang
tidak peraya diri.
Dikelas 6 SD aku pindah ke Tangerang dan melanjutkan sekolah di sana keadannya masih
sama ketika aku masih di Jakarta,yang ku kira aku akan merubah keadaan, menemukan
warna warni baru yang indah, tapi ternyata malah menemukan lembaran baru yang jauh lebih
kusut dan kusam bahkan gelap.Tetapi di kelas 6 ini keadaannya tidak terlalu buruk dari
sebelumnya.
Lalu aku melanjutkan SMP dan aku tidak memiliki cerita karna pembulian sudah berlalu dan
menjalankan hidup seperti biasanya, saat aku SMA aku bertemu banyak teman bahkan aku
mengenal cinta, orang tuaku menganggap aku yang sudah dewasa mereka menceritakan kisah
percintaan mereka dan menceritakan proses dalam membesarkan ku, lucunya percintaan
mereka di awal pertemuan dan akhirnya ayahku melamar ibuku, dan ayahku tidak peduli
sesberapa banyak saingannya dalam mendapatkan ibuku, tidak peduli betapa gantengnya
meka, tidak peduli seberapa kayanya mereka, ayahku hanya modal yakin untuk
mendaptkannya, dan dengan pd nya mengumpulkan anggota keluarga besar untuk melamar
dan singkatnya keduanya terikat dan sah. Ibuku mengandung aku, anak pertama dengan
keadaan yang kurang memunngkinkan, ayahku di PHK dari tempat kerjanya karna
mengalami gulung tikar dan melamar pekerjaan yang baru tetapi tidak di terima, untuk
mencoba lgi melamar pekerjaan, tetapi ketika mencoba hasilnya tetap sama, ayah yang tidak
putus asa pun memikirkan gimana caranya anak istri tidak kekurangan, cukup untuk makan
dan membeli susu untukku, ayah pun memulung, mengambil botol yang tersisa, bahkan
mencoba untuk berjualan kopi keliling yang harganya 2 ribu per gelas, seharian berjualan dan
berjalan kaki seharian dengan terik nya matahari hanya laku 1 gelas, posisi ibuku yang mau
melahirkan ku membutuhkan biaya rumah sakit makin kebingungan, bertambah cobannya
ayahku yang sedang sakit karna DBD yang semakin parah, akhirnya di nasihati oleh uwa
untuk semangat agar bisa melihat putri kecilnya yang cantik hadir dalam dunia ini, dengan
badannya yang lemas tidak berdaya mendengar perkataan itu anak yang membuat ayahku
semangat dan kuat kembali atas izin Allah. Keesokan haripun ayah memaksakan diri untuk
sembuh dan pulang ke rumah bahkan dia yang sakit dia juga yang mengurus administrasi.
Singkatnya ayah pun kembali pulih dan mencoba melamar pekerjaan sebagai kuli bangunan,
seiring berjalanya waktu, ayah yang mempunyai jiwa pekerja keras, memiliki potensi dan
diberi kepercayaan akhirnya naik jabatan sebagai mandor proyek, tidak sampai disitu,
berbulan bulan dilalui ayah yang mendapat kenaikan gaji dan jabatan sebagai manajer kantor
sekaligus manajer proyek, ayahku yang memegang tanggung jawab atas lapangan kerja
sekaligus juga kantor. Ayah memegang daerah Palmerah Slipi,Kebayoran,BSD Serpong dan
mendapat tugas keluar kota, seperti surabaya,bali,jogja,bahkan Malaysia. Perusahaannya
bekerja sama dengan perusahaan yang memiliki keuntungan besar, membangun mall baru di
surabaya, dan membangun rumah milik pak William Katuari artis Silet, beserta ruhmanya
Nisa adiknya Rafi Ahmad.
Nilai yang bisa diambil adalah sebelumnya ada keberhasilan pasti ada kegagalan terlebih
dahulu, sebelumya ada kesuksesan pasti ada kerja keras. Dari novel ini mengajarkan percaya
diri dan self yourself (mencintai diri sendiri) kalian berhak bahagia atas penentuannya.
Berbanggalah pada dirimu sendiri karna tidak semua orang mampu melewati apa yang telah
kamu lalui. Peluk diri sendiri dalam kesuksesan dan kebahagiaan. Terkadang yang msih
mengeluh but it’s okay kadang kita memeang butuh jeda untuk istirahat dari ramainya isi
kepala. Jangan lupa berterima kasih pada diri sendiri yang mau berkerja sama ntuk
melangkah maju sejauh ini.