Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Skip to main content
Iman Santoso
  • Yoggyakarta, Indonesia
Many online translation machines can translate more than 100 languages, including German into Indonesian and vice versa. However, the accuracy and standardization of the results still need to be investigated. This study aims to identify... more
Many online translation machines can translate more than 100 languages, including German into Indonesian and vice versa. However, the accuracy and standardization of the results still need to be investigated. This study aims to identify language errors in the translation of German texts into Indonesian using Google Translate and Bing Translator. This research is a descriptive qualitative research based on language error analysis. The data is derived from 12 German news articles published by Deutsche Welle. These German texts were translated into Indonesian using these two machine translators. The translated texts were analyzed for language errors at the semantic, morphological, and syntactic levels. The results of this study show that there are still language errors at the semantic, morphological, and syntactic levels in the translated texts produced by Google Translate and Bing Translator. Both translation machines tend to translate the text word for word. A translation result is a...
This article presents two points, i.e. postcolonial forms and patterns in Tempo, especially those in the section of literary book reviews. The study focused on the literary book reviews in Tempo published in 2000 – 2007. The data were... more
This article presents two points, i.e. postcolonial forms and patterns in Tempo, especially those in the section of literary book reviews. The study focused on the literary book reviews in Tempo published in 2000 – 2007. The data were collected through document analysis and were analyzed using the content analysis and qualitative descriptive technique. The findings are as follows. First, postcolonial themes in some literary book reviews in Tempo talk about: (1) stories of the Orient, (2) colonialism, (3) reviews of Western literature (including works translated into Indonesian), and (4) literary works talking about postcolonial matters. Besides, some reviews are related to: (5) Indonesian literature translated into English, (6) the encounter of the West and the East in several stories, and (7) Islam in the West. Second, the reviewers are aware of postcolonial patterns in the form of literary book reviews.
Artikel ini bertujuan mendeskripsikan tingkat pemahaman dan tingkat apresiasi mahasiswa FBS UNY terhadap budaya Eropa pada awal abad ke-21. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa FBS UNY yang terdiri atas sebelas program studi pada tahun... more
Artikel ini bertujuan mendeskripsikan tingkat pemahaman dan tingkat apresiasi mahasiswa FBS UNY terhadap budaya Eropa pada awal abad ke-21. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa FBS UNY yang terdiri atas sebelas program studi pada tahun ajaran 2010/2011. Objek penelitiannya adalah aspek-aspek budaya Eropa. Teknik pengumpulan datanya dengan tes dan angket. Teknik analisis datanya dilakukan secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa FBS UNY terhadap budaya Eropa abad ke-21 hanya sebesar 22,0%, sedangkan tingkat apresiasinya sebesar 37,5%. Berdasarkan rata-rata, diperoleh angka tingkat pemahaman dan tingkat apresiasi tersebut hanya sebesar 29,75%. Berdasarkan kajian resepsi sastra, tingkat pencapaian tersebut dapat ditelusuri lebih lanjut faktor -faktor penyebabnya. Meskipun demikian, tingkat pemahaman dan apresiasi yang rendah tersebut diperlukan suatu usaha guna lebih mengenalkan budaya Eropa kepada mahasiswa FBS UNY melalui ...
Indonesian culture gets a big influence of foreign culture. The acculturation of the culture has been going on until today. Media becomes a vehicle for spreading the foreign culture in the modern era. In the media certain values are... more
Indonesian culture gets a big influence of foreign culture. The acculturation of the culture has been going on until today. Media becomes a vehicle for spreading the foreign culture in the modern era. In the media certain values are contested to gain major influence. One of the cultural aspects getting the foreign cultural influence is fine arts. In this field, Germany is one of the developed  countries that develop fine arts and promote (penetrate) culture, particularly fine arts, to other countries in the world, including Indonesia. Regarding the fact, this article tries to explain the Indonesian society’s reception of German fine artists and their works as reflected in articles published in Kompas daily and Tempo magazine in 2000-2007 edition. Reception theory and content analysis were used in this study that tried to find the pattern and form of acculturation of German culture in Indonesia today
AbstrakPembelajaran Bahasa Jerman Berbasis Projek. Pembelajaran bahasa jerman sebagai bahasa asing saat ini diselenggarakan di tingkat sekolah menengah atas dan perguruan tinggi. Salah satu tujuan utama pembelajaran bahasa Jerman adalah... more
AbstrakPembelajaran Bahasa Jerman Berbasis Projek. Pembelajaran bahasa jerman sebagai bahasa asing saat ini diselenggarakan di tingkat sekolah menengah atas dan perguruan tinggi. Salah satu tujuan utama pembelajaran bahasa Jerman adalah agar para pembelajar bahasa Jerman memiliki kompetensi komunikatif, yang diwujudkan dalam bentuk keterampilan berkomunikasi menggunakan bahasa Jerman secara lisan dan tulis dengan baik dan benar. Guna mencapai tujuan tersebut para pengajar harus mampu mengembangkan metode dan teknik yang tepat berdasarkan pada pendekatan komunikatif sebagai landasan filosofisnya. Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa upaya tersebut sulit untuk dicapai, karena pembelajaran bahasa Jerman baik di SMA maupun di Perguruan Tinggi lebih didominasi dengan pembelajarn yang bersifat teacher oriented. Salah satu alternatif bentuk pembelajaran bahasa Jerman sebagai bahasa asing yang dapat mengintegrasikan berbagai aspek kebahasaan dan non-kebahasaan adalah pembelajar untuk meng...
Dalam interaksi percakapan, peralihan kesempatan bertutur antar partisipan seringkali disertai tumpang tindih. Hal ini juga terjadi dalam interaksi percakapan antara pengajar dan mahasiswa di perkuliahan Keterampilan Berbahasa Bahasa... more
Dalam interaksi percakapan, peralihan kesempatan bertutur antar partisipan seringkali disertai tumpang tindih. Hal ini juga terjadi dalam interaksi percakapan antara pengajar dan mahasiswa di perkuliahan Keterampilan Berbahasa Bahasa Jerman sebagai bahasa asing. Selama ini aspek tumpang tindih dalam perkuliahan kebahasaan belum banyak diteliti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan: (1)  bentuk tumpang tindih  dan  (2) faktor-faktor yang mendorong terjadinya tumpang tindih dalam interaksi percakapan di perkuliahan keterampilan berbahasa bahasa Jerman. Teori yang digunakan adalah the simplest systematics for the organization of turn-taking (Sacks et al, 1974). Penelitian ini dilakukan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman, Universitas Negeri Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan merekam dua perkuliahan yang diajar penutur asli dan bukan penutur asli bahasa Jerman pada tanggal 2 dan 8 Desember 2015. Rekaman tersebut ditranskripsikan, kemudian diklasifikasikan jenis tumpang tindih yang ada beserta latar belakang terjadinya tumpang tindih. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) terdapat tiga bentuk tumpang tindih yaitu tumpang tindih transisional (84,66%), rekognisional (13,86%) dan progresional (1,47%); (2) faktor pendorong kemunculan tumpang tindih yaitu: penutur memahami penjelasan, pertanyaan atau perbaikan dari mitra tutur; memberikan jawaban atau penjelasan, melakukan perbaikan, menegaskan bahwa jawaban mitra tutur benar, bertanya, dan penutur mengarahkan interaksi percakapan

Kata Kunci: Alih tutur, tumpang tindih, interaksi percakapan, bahasa Jerman sebagai bahasa asing
Turn-taking is an important aspect in institutional talk such as in German class as a foreign language. The organization of turn-taking can effectively facilitate transfer of knowledge in a classroom when it is managed appropriately. The... more
Turn-taking is an important aspect in institutional talk such as in German class as a foreign language. The organization of turn-taking can effectively facilitate transfer of knowledge in a classroom when it is managed appropriately. The aims of this study were to find the forms of turn-taking allocation, and to observe factors that potentially influence the occurrences of turn-taking during the course of German as a foreign language. The simplest systematics for the organization of turn-taking (Sacks et al., 1978) was used as a theoretical basis. This study was conducted in the Department of German Education at Universitas Negeri Yogyakarta. The recorded videos from two lectures with native and non-native lecturer were transcribed. Based on this transcription, turn-taking was classified, and the factors that led to turn-taking were revealed. The results showed that the forms of turn-taking that occurred were self-select, followed by current-speaker select and lastly current-speaker continue. Furthermore, the factors that motivated speakers to take turns were when evaluating students' understanding, starting an explanation, reinforcing students' opinions, doing repairs, and questioning about grammatical concepts, general knowledge and procedures.
Im Jahr 1980 entwickelte Jean-Pol Martin eine Unterrichtsmethode, die als Lernen durch Lehren genannt wurde. Diese Methode war eine Reaktion auf die behaviouristischen und kommunikativen Ansätze. Lernen durch Lehren wurzelte auch in der... more
Im Jahr 1980 entwickelte Jean-Pol Martin eine Unterrichtsmethode, die als Lernen durch Lehren genannt wurde. Diese Methode war eine Reaktion auf die behaviouristischen und kommunikativen Ansätze. Lernen durch Lehren wurzelte auch in der deutschen Reformpädagogik. Bei der Einsetzung von Lernen durch Lehren wird die Lehrerfunktion von einem Lerner (oder mehreren Lernern) übernommen. Seine Aufgabe ist dann, die ausgewählte Lernstoffe an den Klassenkameraden so gut wie mőglich zu erklären. Lernen durch Lehren ist mőglich an allen Stufen einzusetzen, auch in den Deutschabteilungen in Indonesien. Durch Lernen und Lehren lernen die Studierenden Deutsch mehr autonom, und sie kőnnen zugleich ihre pädagogische Kompetenz entwickeln. Die Deutschstudierenden kőnnen von Lernen durch Lehren viel profitieren, weil Lernen durch Lehren ihnen ermőglichen, einige Schlüsselqualifikationen zu erreichen, nämlich: Autonomie, Kreativität, verantwortliches und eksploratives Verhalten, Selbstbewusstsein, Einfühlungsvermőgen, Teamfähigkeit und sprachliche Kompetenz
ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk membuktikan apakah kekayaan leksikal berbasis hapax legomena merupakan variabel diskriminatif dalam identifikasi kepengarangan terutama plagiarisme. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata dari teks... more
ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk membuktikan apakah kekayaan leksikal berbasis hapax legomena merupakan variabel diskriminatif dalam identifikasi kepengarangan terutama plagiarisme. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata dari teks tulis yang dikategorikan dalam types, token dan hapax legomena. Rumus untuk menghitung kekayaan leksikal adalah 100 × log N/(1 – LV1/V) dari Winter dan Woolls. Sumber data diperoleh dari 6 artikel karya Syafi'i Maarif dan Azyumardi Azra di Republika online, serta 2 artikel dari harian Kompas karya Hotbonar Sinaga bersama Munawar Kasan yang diduga dijiplak oleh Anggito Abimanyu. Perbedaan kekayaan leksikal antar pengarang diuji menggunakan uji independen dua sampel Mann-Whitney Test. Berdasarkan hasil analisis diketahui: (1) nilai signifikansi Mann-Whitney antara karya Syafi'i Ma'arif dan Azyumardi Azra sebesar 0,050 sama dengan nilai alpha 0,05. Hal ini menunjukan tidak adanya perbedaan yang signifikan; (2) nilai signifikansi Mann-Whitney antara karya Hotbonar Sinaga bersama Munawar Kasan dan Anggito Abimanyu sebesar 0,127 lebih besar dari nilai alpha 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa dua teks tersebut tidak berbeda secara signifikan. Berdasarkan hasil uji perbedaan menggunakan metode statistika tersebut disimpulkan bahwa kekayaan leksikal berbasis hapax legomena bukan merupakan variabel diskriminatif yang reliabel dalam identifikasi kepengarangan. Kata Kunci: identifikasi kepengarangan, plagiarisme, kekayaan leksikal, Hapax legomena PENDAHULUAN Perihal kepengarangan saat ini telah menjadi isu sangat penting, karena siapa yang secara legal formal berhak mengklaim telah menulis apa, akan berdampak pada hukum dan nilai ekonomi. Isu ini sebenarnya telah menjadi perhatian para ahli sejak lama. Di era Yunani kuno, Heraklides berusaha membuktikan bahwa drama tragedi karya Dyonisius merupakan adaptasi karya Sophocles. Demikian pula kajian Mendenhall terhadap karya Shakespeare pada tahun 1887 menyimpulkan bahwa sebagian karya Shakespeare berkaitan dengan karya penulis lain terutama Marlowe (Coulthard dan Johnson, 2007: 163-164) dan Bacon (Olsson, 2008:18). Temuan ini merupakan salah satu tonggak penting dalam persoalan kepengarangan khususnya di dunia sastra. Ihwal kepengarangan terkait dengan apakah seseorang benar telah menulis atau menciptakan sebuah karya berupa buku, puisi, dokumen atau karya. Meski kepengarangan bisa dikaitkan dengan karya seseorang yang berwujud non teks, selama ini kepengarangan lebih banyak dikaitkan dengan karya seorang penulis/pengarang berupa teks. Analisis kepengarangan tidak hanya terkait dengan teks-teks sastra, namun juga teks-teks forensik yang menjadi salah satu objek kajian linguistik forensik. Teks forensik dapat berwujud surat ancaman, catatan pelaku bunuh diri, SMS, catatan harian, dokumen rencana tindak kejahatan, rekaman interview polisi, dan transkripsi pengakuan saksi atau terdakwa (Grant, 2008:216). Di era teknologi informasi saat ini kajian kepengarangan bahkan sudah menjangkau teks-teks yang ada di situs-situs web dan media sosial seperti facebook atau twitter (Abbasi & Chen, 2005). Analisis kepengarangan juga berhubungan erat dengan plagiarisme yang kini telah menjadi isu penting di dunia akademik dan komersial (Stamatatos & Koppel, 2011). Analisis kepengarangan penting untuk dikaji, karena beberapa alasan. Pertama, identifikasi kepengarangan sebagai salah satu bagian dari analisis kepengarangan dapat membantu polisi untuk menuntaskan investigasai perkara kriminal. Kedua, analisis kepengarangan dapat menjadi salah satu solusi bagi persoalan plagiarisme yang saat ini banyak melanda dunia akademik. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melakukan analisis kepengarangan adalah menggunakan kekayaan leksikal berbasis Hapax legomena. Namun metode ini menyisakan persoalan, karena menurut Chaski (2001:21-22) rasio dari Hapax legomena kurang akurat untuk menjadi variabel pembeda dalam
Research Interests:
Salah satu cabang linguistik terapan yang relatif baru berkembang adalah linguistik forensik. Cabang linguistik ini merupakan wujud pemanfaatan ilmu bahasa untuk mengkaji fenomena kebahasaan dalam ranah hukum. Bidang kajiannya meliputi... more
Salah satu cabang linguistik terapan yang relatif baru berkembang adalah linguistik forensik. Cabang linguistik ini merupakan  wujud pemanfaatan ilmu bahasa untuk mengkaji fenomena kebahasaan dalam ranah hukum. Bidang kajiannya meliputi bahasa dari dokumen legal, bahasa polisi dan penegak hukum, interaksi di persidangan, bukti-bukti linguistik, linguis sebagai saksi ahli, kepengarangan dan plagiarisme, serta identifikasi penutur. Kehadiran seorang ahli linguistik seringkali sangat diperlukan untuk memberikan pandangan berdasarkan wawasan keahliannya terhadap kasus hukum tertentu. Dalam artikel ini akan dipaparkan hal-hal yang terkait dengan lingui s sebagai saksi ahli, yaitu: (1) kriteria sebagai saksi ahli, (2) etika sebagai saksi ahli, (3) kriteria untuk mengukur kadar keilmiahan bukti-bukti linguistik dan (4) format penyampaian bukti-bukti linguistik.

Kata Kunci: saksi ahli, etika, bukti-bukti linguistik
Dalam dunia filsafat bahasa dikenal seorang filsuf kebangsaan Inggris bernama Alfred Jules Ayer yang menganut paham positivisme logis. Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh kelompok filsuf yang tergabung dalam lingkaran Wina (Wiener Kreis)... more
Dalam dunia filsafat bahasa dikenal seorang filsuf kebangsaan Inggris bernama Alfred Jules Ayer yang menganut paham positivisme logis. Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh kelompok filsuf yang tergabung dalam lingkaran Wina (Wiener Kreis) sebagai pengusung utama positivisme logis. Pandangan pokok dari A.J. Ayer berkenaan dengan sebuah prinsip yang disebut prinsip verifikasi. Berdasarkan prinsip ini, sebuah proposisi dikatakan bermakna jika dapat diverifikasi secara empiris. Pandangan ini memunculkan konsekuensi berupa eliminasi metafisika dan etika.
Kata-kata Kunci: Prinsip verifikasi, elminasi metafisika, etika emotif.
Research Interests:
Research Interests:
Bahasa sejak dahulu kala telah menjadi perhatian para filsuf, karena mereka menyadari betapa pentingnya peran bahasa dalam kehidupan manusia. Bahasa berperan untuk mengejawantahkan pikiran manusia dalam mencari dan menemukan hakikat... more
Bahasa sejak dahulu kala telah menjadi perhatian para filsuf, karena mereka menyadari betapa pentingnya peran bahasa dalam kehidupan manusia. Bahasa berperan untuk mengejawantahkan pikiran manusia dalam mencari dan menemukan hakikat realitas dari segala sesuatu yang dilambangkan dalam simbol bunyi. Selain itu dalam dunia filsafat, bahasa berperan untuk merepresentasikan pemikiran-pemikiran filosofis agar bisa diketahui oleh masyarakat luas. Namun seringkali konsep pemikiran filosofis diungkapkan dalam bahasa yang membingungkan. Hal inilah yang menjadi salah satu pemicu kemunculan filsafat analitika bahasa. Filsafat analitika bahasa berupaya untuk memecahkan dan menjelaskan persoalan dan konsep-konsep filsafat dengan bantuan analisis bahasa. Perkembangannya dimulai oleh filsuf dari Inggris yaitu G. E Moore, yang kemudian diikuti oleh Bertrand Russel, Wittgenstein hingga J.L Austin. Dari pemikiran Wittgenstein (2) dan J.L Austin inilah yang selanjutnya memunculkan kajian pragmatik di dunia linguistik.
Research Interests:
Research Interests:
Research Interests:
Research Interests:
Research Interests:
Research Interests:
Research Interests: