JURNAL NUANSA AKADEMIK
Jurnal Pembangunan Masyarakat
(p)ISSN: 1858-2826; (e)ISSN: 2747-0954
Vol. 7 No. 2, Desember 2022, p. 219 - 236
Model Strategi Pengembangan Masyarakat Berbasis Desa
Wisata di Situ Gunung Sukabumi
Fakhry Hafiyyan Kurniawan1*, Mahbub Afini Maulana2
1
Universitas Padjadjaran,Bandung Indonesia 2 Institut Teknologi Bandung, Bandung
Indonesia
*Penulis Koresponden, email: fakhry21001@mail.unpad.ac.id
Diterima: 18-06-2022
Disetujui: 13-08-2022
Abstrak
Pengembangan masyarakat ialah suatu kegiatan yang direncanakan guna
meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui program yang mendorong
mengembangkan sumber daya atau potensi yang dimiliki. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengelaborasi suatu model strategi
pengembangan Masyarakat berbasis Desa Wisata dengan pendekatan Soft
System Methodology (SSM). Diharapkan dapat penelitian ini dapat
menghasilkan suatu model konseptual dalam menjawab strategi
pengembangan sumber daya manusia atau para pelaku pada masyarakat desa
wisata dengan meningkatnya produktifitas unit usaha lokal serta mewujudkan
kesejahteraan yang berlanjutan. Sampel penelitian ini adalah Masyarakat
Desa Wisata Situ Gunung Kabupaten Sukabumi. Strategi dalam
pengembangan sumber daya manusia (SDM) serta pariwisata pada objek
penelitian ini merupakan upaya strategis guna menciptakan kompetensi dan
kualitas SDM, pengembangan institusi lokal, dan pemberdayaan masyarakat.
Kata Kunci: Manajemen SDM, Soft System Methodology (SSM), Institusi lokal
Abstract
Community development is an activity that is planned to improve the
standard of living of the community through programs that are able to
develop their potential and use local institutions as a forum for collective
activities. Assessment of local aspects (including local institutions) in the
community in the context of the community development process can explain
the position of each local aspect in the community in achieving community
development goals. systems approach using Soft System Methodology (SSM).
Thus, it is expected to produce a conceptual model of the HR development
strategy of the actors by increasing productivity in realizing prosperity and
sustainability. The sample of this research is the Situ Gunung Tourism Village
Community, Sukabumi Regency. The strategy of developing human resources
(HR) and tourism in the object of this research is a strategic action to create
competency and quality of human resources, develop local institutions, and
empower communities.
Keywords: Human Resource Management, Soft System Methodology
(SSM), Local Institution
© 2022 The Authors, This is an open access article under the CC BY-SA 4.0 license
FH Kurniawan, MA Maulana
Pendahuluan
Upaya pengembangan suatu kelompok masyarakat merupakan suatu
kegiatan yang direncanakan guna meningkatkan taraf hidup bagi masyarakat
(Endah Kusumawati dan Nindya Putri 2022; Rahman dan Widayanti 2021).
Disitu lahir program yang mampu mendorong mengembangkan potensi
sumber daya alam atau pun manusia (Mansyur, Alwi, dan Akidah 2022;
Rahman et al. 2021). Dengan demikian, kaitannya dengan aspek
pengembangan masyarakat sebagai suatu langkah dari metode, maka dalam
penelitian ini akan dikaji lebih dalam mengenai lembaga lokal sebagai
upaya pengembangan masyarakat masyarakat desa wisata (Darwis et al.
2016).
Peranan insitusi lokal tersebut dilakukan dalam upaya pengembangan
potensi desa wisata sebagai salah satu alternatif bentuk pengembangan
masyarakat desa. Menurut UU No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan,
desa wisata didefinisikan sebagai suatu daerah tujuan wisata atau disebut pula
destinasi pariwisata, yang mengintegrasikan daya tarik wisata, fasilitas
umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, yang disajikan dalam suatu struktur
kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang
berlaku
(Kementerian
Koperasi
dan
UKM,
2017).
Upaya
dalam
mengembangkan desa wisata antara lainnya memiliki manfaat terhadap
peningkatan kapasitas ekonomi masyarakat serta menjaga kelestarian
lingkungan sekitar (Darwis et al. 2016).
Desa wisata dalam kaitannya kegiatan kepariwisataaan adalah suatu
aset yang berbasis pada potensi pedesaan dengan segala keunikan dan daya
tarik yang nantinya dapat diberdayakan serta dikembangkan menjadi suatu
produk turunan wisata yang bertujuan untuk menarik kunjungan wisatawan
lokal maupun mancanegara ke desa wisata tersebut (Sudibya 2018). Indonesia
memiliki 74 ribu desa yang merupakan potensi besar dalam sektor pariwisata
dan ekonomi kreatif
(Baparekraf RI, 2021), salah satu nya adalah Desa
Wisata Situ Gunung.
Berdasarkan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat (2007), dapat
dijelaskan bahwa sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor:
220
Jurnal Nuansa Akademik: Jurnal Pembangunan Masyarakat Vol. 7 No. 2, Desember 2022
Model Strategi Pengembangan Masyarakat Berbasis Desa Wisata
di Situ Gunung Sukabumi
461/Kpts/um/11/1975 tanggal 27 November 1975 seluas 100 hektar, Situ
Gunung Sukabumi telah ditetapkan sebagai suatu Taman Wisata Alam
(TWA). Perum perhutani KPH Sukabumi merupakan pengelola pertama dari
Taman Wisata Alam Situ Gunung, namun saat ini TWA Situ Gunung telah
dikelola oleh Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Desa Situ Gunung
merupakan salah satu desa yang mengembangkan program desa wisata
terletak di Kecamatan Kadudampit, Kab. Sukabumi telah melahirkan suatu
lembaga lokal atau kelompok masyarakat yang telah diberikan suatu
kewenangan untuk melakukan upaya pengembangan dari potensi desa wisata
Situ Gunung yaitu kelompok sadar wisata serta Kelompok Wanita Tani
Pujasera Binangkit. Desa Situ Gunung memiliki beberapa potensi dalam
pengembangan keanekaragaman ekonomi, sosial dan budaya yang
telah
hidup dan berkembang dalam aktivitas atau kehidupan sehari-hari dalam
masyarakat.
Pengembangan Desa Situ Gunung telah dilakukan oleh beberapa
kelompok masyarakat seperti POKDARWIS atau pun KWT Tani Pujasera
sebagai upaya mendorong potensi lokal yang telah dimiliki oleh desa tersebut.
Hal ini nantinya akan mendukung kelestarian dari aspek lingkungan hidup.
Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
peranan kelompok masyarakat dalam upaya mengembangkan Desa Wisata
Situ Gunung Kab. Sukabumi yang memperhatikan lingkungan sekitarnya.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan model
strategi kelompok masyarakat dalam pengembangan masyarakat di Desa
Wisata Situ Gunung Kabupaten Sukabumi dengan pendekatan Soft System
Methodology (SSM). Keunggulan metode soft system digunakan untuk
menganalisis sebuah masalah yang tidak terstruktur dengan jelas dan belum
terdefinisi dengan baik (Ayu dan Sari 2021; Megah Perdana et al. 2019;
Nugroho n.d.; Septiana dan Maulany 2021). Oleh karena itu diharapkan
dapat menghasilkan permodelan konseptual dari strategi-strategi yang tepat
diterapkan oleh kelompok masyarakat dalam pengembangan masyarakat
serta mewujudkan keberlanjutkan pada Masyarakat di Desa Wisata Situ
Gunung Kabupaten Sukabumi.
Jurnal Nuansa Akademik: Jurnal Pembangunan Masyarakat Vol. 7 No. 2, Desember 2022
221
FH Kurniawan, MA Maulana
Metode
Penelitian dapat dibedakan sesuai dengan metode yang digunakan
dalam menemukan hakekat konsep atau pun elemen ilmu pengetahuan
(Ferdinand, 2014). Metode penelitian atau metode ilmiah adalah prosedur
atau langkah-langkah dalam mendapatkan pengetahuan ilmiah atau ilmu.
Dengan demikian metode penelitian adalah cara sistematis untuk menyusun
ilmu pengetahuan (Suryana, 2010). Metode penelitian yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan pendekatan yang berisi hipotesis,
praktik lapangan, usulan suatu penelitian, sebuah proses, analisis dan serta
kesimpulan sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek-aspek
kecenderungan, situasional deskriptif, interview mendalam atau indepth
interview (Pujileksono 2015).
Pendekatan
kualitatif
digunakan
untuk
memecahkan
atau
mengelaborasi suatu teori yang telah ada sebelumnya. Suatu penelitian
kualitatif dapat mendeskripsikan realita dengan menggunakan penjelasan
deskriptif dalam bentuk narasi (Pujileksono 2015). Penelitian kualitatif
dianggap sesuai dalam penelitian ini karena peneliti mempunyai alasan, yaitu:
1) lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan, 2) menyajikan secara
langsung hakekat hubungan antar peneliti dengan subjek penelitian.
Penelitian ini dilakukan dengan cara kajian studi literatur terhadap
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Desa Wisata Situ Gunung
Kabupaten Sukabumi. Penelitian mengenai Model Strategi Pengembangan
Masyarakat Berbasis Desa Wisata di Situ Gunung, Kabupaten Sukabumi
bermaksud
untuk
mengkaji
peran
institusi
lokal
dalam
kegiatan
pengembangan masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat di
suatu wilayah tertentu (locality). Untuk mendapatkan gambaran proses
pengembangan masyarakat secara sistematik, faktual dan akurat, penelitian
ini
menggunakan
metode
deskriptif.
Metode
ini
digunakan
untuk
menganalisis secara mendalam fenomena sosial yang ada pada masyarakat
dalam proses pengembangan masyarakat.
222
Jurnal Nuansa Akademik: Jurnal Pembangunan Masyarakat Vol. 7 No. 2, Desember 2022
Model Strategi Pengembangan Masyarakat Berbasis Desa Wisata
di Situ Gunung Sukabumi
Untuk memformulasikan strategi pengembangan SDM kelompok Tani
Mukti dilakukan dengan menggunakan metode soft system methodology (SSM)
yang dikembangkan oleh Checkland dan Poulter (2007), Checkland dan
Scholes (1990). Seperti pendekatan sistem lainnya, inti dari SSM ini sendiri
adalah memberikan perbandingan antara dunia nyata dengan suatu
permodelan yang diperkirakan merepresentasikan dunia itu sendiri (Megah
Perdana et al. 2019). Kajian model SSM ini dilakukan dengan tahapan
analisis atas permasalahan yang sangat abstrak, setelah itu dilakukan diskusi
secara intensif dengan pihak terkait didukung dengan beberapa teori untuk
memecahkan masalah, setelah itu membandingkan konsep dunia nyata
dengan system thinking. Dengan demikian metode ini sangat sesuai jika
digunakan dengan pendekatan kualitatif.
Kajian metode SSM memiliki 7 (tujuh) tahapan antara lain (Nugroho,
2012): (1) Analisis permasalahan abstrak atau tidak terstruktur. Tahap ini
akan dilakukan pencarian suatu informasi yang relevan dalam strategi
pengembangan SDM Desa Wisata Situ Gunung, termasuk diantaran lainnya
suatu asumsi atau pun pandangan dari pihak terkait (pakar atau pihak yang
berkompeten).
(2) Mengekspresikan situasi masalah. Setelah memperoleh bahan atau
mengumpulkan informasi, selanjutnya dilakukan atau menggambarkan rich
picture atau disebut juga implementasi dari keadaan eksisting. (3) Membuat
suatu hipotesis yang berkaitan lagnsung dari permasalahan. Tahap berikut
bertujuan untuk merumuskan root definition. Root definition selanjutnya
dituangkan dalam tabel CATWOE.
Tabel 1.
Elemen dan Deskripsi CATWOE
Elemen
Deskripsi
CATWOE
Costumer
Siapa yang memperoleh manfaat dari aktivitas?
Actor
Siapa yang melaksanakan kegiatan?
Transformation Hal apa yang perlu diubah agar input menghasilkan
output?
Worldview
Cara pandang ?
Owner
Siapa yang dapat menghambat suatu kegiatan?
Environment
Hambatan apa yang terjadi?
Jurnal Nuansa Akademik: Jurnal Pembangunan Masyarakat Vol. 7 No. 2, Desember 2022
223
FH Kurniawan, MA Maulana
Sumber: (Perdana, Manongga, & Iriani 2018)
(4) Membentuk model konseptual. Setelah medeskripsikan dari root
definition, selanjutnya dibentuk suatu model konseptual yang diperlukan
dalam mencapai tujuan dari penelitian ini. Implementasi dari model
konseptual merupakan proses yang aktif, dikarenakan model tersebut
diharapkan merespons antara proses pengkajian atau perumusan model
dengan hasil dari permasalahan (Barusman 2017).
(5) Perbandingan antara situasi masalah serta bentuk model
konseptual. Dunia nyata perlu dibandingkan dengan Model konseptual guna
memperhitungkan suatu kemungkinan perubahan pada realitas. Setiap pihak
yang terlibat memberikan suatu pandangan serta penilaian terhadap aktivitas
yang dirumuskan, yang nantinya diperlukan untuk menentukan hal yang
dipertahakan, dilakukan, diperbaiki atau ditindaklanjuti.
(6) Menetapkan suatu perubahan atau kesimpulan yang laik untuk
ditetapkan. Pada tahap ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta mencari
perubahan yang diperlukan secara sistematis. Perubahan-perubahan dapat
terjadi dalam hal prosedur atau pun sikap masyarakat. (7) Mencari alternatif
dari tindakan perbaikan atas permasalahan. Dengan demikian akan muncul
suatu rekomendasi perubahan untuk dapat diimplementasikan dalam
pemberdayaan masyarakat.
Hasil dan Pembahasan
Desa Wisata
Pengertian desa wisata berbeda dengan wisata desa (Kementerian
Koperasi UMKM 2022). Desa wisata merupakan suatu desa yang condong
dominan dalam menunjukkan aspek kepariwisataan. Hal ini serupa dengan
pilihan tujuan penyebutan dari desa-desa antara lain desa kerajinan, desa
pemberdayaan dan sebagainya. Sedangkan wisata desa merupakan suatu
kegiatan wisata yang kegiatan pariwisatanya dilakukan pada suatu desa, serta
dalam
jenis
kegiatan
yang
dilakukan
didalamnya
tidak
wajib
mengembangkan dalam berbasis pada pemberdayaan sumber daya yang
dimiliki oleh desa.
224
Jurnal Nuansa Akademik: Jurnal Pembangunan Masyarakat Vol. 7 No. 2, Desember 2022
Model Strategi Pengembangan Masyarakat Berbasis Desa Wisata
di Situ Gunung Sukabumi
Berdasarkan konsep dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif, diperlukan sekurangnya 3 komponen untuk membangun Desa
Wisata sebagai berikut:
Tabel 2.
Konsep Desa Wisata
Komponen Ke-1
Komponen Ke-2
Komponen Ke-3
Potensi Wisata
Minat dan Kesiapan Masyarakat
Konsep Wisata
yang Unik
Perangkat desa harus
memiliki basis data
yang jelas mengenai
lahan, lokasi, daerah
serta
bagaimana
ekosistem
yang
dapat
membantu
pengembangan
destinasi wisata di
desa.
Minat dan kesiapan masyarakat
desa terhadap pengembangan
destinasi wisata mereka menjadi
hal yang penting. Desa wisata
akan sangat berkembang jika
dikelola oleh desa itu sendiri,
kebutuhan akan organisasi yang
khusus mengurusi desa wisata
dibutuhkan agar berkelanjutan
serta melibatkan pihak yang
menentukan arah desa wisata.
Dengan konsep
atau ide desa
wisata
yang
berbeda
akan
menjadi nilai jual
yang menonjol di
antara destinasi
wisata di daerah
lainnya.
Sumber: (Kemenparekraf 2022)
Sudibya (2018) menyebutkan bahwa hal-hal beriku diharapkan dimiliki
oleh desa wisata dengan kriteria sebagai berikut: (1) Akses menuju desa yang
baik, hal tersebut bertujuan untuk mempermuda bagi wisatawan dalam
rangka mengunjungi desa wisata tersebut (2) Memiliki objek wisata yang
autentik atau unik dibandingkan dengan desa wisata lainnya, seperti
menyajikan kesenian hingga adat istiadat yang dimiliki oleh masyarakat desa
tersebut (3) Masyarakat serta pemerintah daerah memiliki dukungan lebih
terdapat pengembangan kemandirian desa wisata (4) Memperhatikan aspek
keamanan (5) Tersedianya sarana dan prasarana atau fasilitasi yang memadai,
seperti jaringan internet, mushola, toilet dan hal lain sebagainya yang dirasa
perlu untuk menunjang kepariwisataan (6) Memiliki iklim yang sejuk (7)
Memiliki objek wisata yang familiar bagi masyarakat luas.
Selanjutnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memetakan
4 tingkatan desa wisata (Kemenparekraf 2022) sebagai berikut:
Jurnal Nuansa Akademik: Jurnal Pembangunan Masyarakat Vol. 7 No. 2, Desember 2022
225
FH Kurniawan, MA Maulana
Tabel 3.
Tingkatan Desa Wisata
Rintisan
Desa wisata hanya rintisan atau menonjolkan aspek potensi
desa & belum memiliki kunjungan wisatawan. Permasalahan
selanjutnya antara lain sarana dan prasarananya yang terbata
serta tingkat kesadaran masyarakat yang kurang.
Berkembang Mulai dilirik oleh wisatawan walaupun hanya nampak
potensi yang dimiliki oleh desa wisata.
Maju
Masyarakat desa mampu memanajamen, mengelola serta
mengembangkan potensi desa. Telah menerima banyak
kunjungan wisatawan bahkan mancanegara.
Mandiri
Memiliki inovasi pengembangan pariwisata, destinasi serta
sarana prasarana yang terstandarisasi. Selain itu
pengelolaannya bersifat pentahelix atau terintegrasi.
Pengembangan Desa Wisata Situ Gunung
Desa Situ Gunung atau dapat disebut Desa Gedepangrango adalah
Desa yang berada di bawah kawasan Taman Nasional Gunung Gede
Pangrango (TNGP). Letaknya yang strategis sehingga Desa Gedepangrango
memiliki panorama alam yang asri dengan kearifan budaya lokalnya. Selain
memiliki panorama alam yang indah, Desa Gedepangrango juga memiliki
banyak potensi di setiap lini sektor baik dari SDA hingga SDM.
Desa Wisata Situ Gunung terletak di Desa Gede Pangrango, Kec.
Kadudampit, Kabupaten Sukabumi yang salah satu nya memiliki jembatan
gantung terpanjang di Indonesia, bahkan digadang-gadang sebagai salah satu
jembatan gantung yang terpanjang pula di Asia (Geospasial Kemenparekraf,
n.d.). Dari segi pengkategorian tingkatan desa wisata terdapat perbedaan
klasifikasi, Kemenparekraf mengkategorikan maju (Jadesta, 2022) sedangkan
Disbudpar Provinsi Jawa Barat mengkategorikan berkembang (Disparbud
Jabar, 2020).
Pada Desa Wisata Situ Gunung Kabupaten Sukabumi terdapat
beberapa pendekatan dalam pengembangan masyarakat antara lain: (1)
Sumber Daya Alam. Berdasarkan pengamatan bahwasannya Desa Wisata
Situ Gunung dalam pemanfaatan SDA telah dilakukan secara optimal
terbukti terdapat beberapa wisata alam yang ada yaitu: Curug Sawer, Danau
Situ Gunung, Curug Kembar, White Water Tracking dan Tubing Rivers. Dalam
226
Jurnal Nuansa Akademik: Jurnal Pembangunan Masyarakat Vol. 7 No. 2, Desember 2022
Model Strategi Pengembangan Masyarakat Berbasis Desa Wisata
di Situ Gunung Sukabumi
memanfaatkan SDA tersebut telah banyak melibatkan beberapa pihak antara
lain masyarakat setempat serta kelompok sadar wisata setempat, dimana
masyarakat dapat menjelaskan atau menjadi tour guide bagi para wisatawan.
Gambar 1.
Wisata Alam Desa Wisata Situ Gunung
Sumber: (Kemenparekraf, 2022)
Selain dibentuk institusi dari akar masyarakat terdapat pula Bank
Sampah, kegiatan tersebut sangat melibatkan beberapa pihak seperti
masyarakat, pengelola serta kelompok sadar wisata atau institusi lokal,
edukasi pengelolaan Sampah dari masyarakat yang bernilai ekonomis yang
membantu perekonomian masyarakat Desa Gedepangrango, untuk sampah
limbah makanan dari rumah tangga atau masyarakat sekitar diolah kembali
menjadi pakan ikan, bebek dan sebagainya.
(2) Kebudayaan. Jika ditinjau dari segi pemanfaatan budaya,
masyarakat sangat menjaga serta melestarikan kesenian atau kebudayaan
Sunda, dengan terbentuknya kelompok sadar desa wisata ataupun institusi
lokal setempat jika dikelola oleh tangan yang tepat.
Gambar 2.
Seni Musik Tradisional Kaledor
Sumber: (Kemenparekraf 2022)
Hal tersebut dapat dijadikan potensi pengembangan perekonomian
yang dilakukan oleh masyarakat. Diantaranya adalah Seni Musik Tradisional
Kaledor dengan menyuguhkan paket pertunjukan musik tradisional seperti
celempung, kendang, karinding, angklung, suling dan lain sebagainya.
Jurnal Nuansa Akademik: Jurnal Pembangunan Masyarakat Vol. 7 No. 2, Desember 2022
227
FH Kurniawan, MA Maulana
(3) Pemberdayaan Wanita: Dalam mendukung penerapan SDGs
berkaitan dengan kesetaraan gender bahwa dalam proses pengembangan serta
pemberdayaan masyarakat tidak terlepas dari peran wanita (United Nations,
n.d.). Pemberdayaan wanita yang dilakukan oleh Desa Wisata Situ Gunung
antara lain Kelompok Perempuan Rawan Sosial Ekonomi yang bernama
Pujasera (Perempuan Janda Serba Bisa). Dalam proses pemberdayaan
ekonomi, terdapat banyak produk-produk yang dihasilkan oleh Kelompok
Wanita Desa Wisata Situ Gunung dengan memanfaatkan sumber daya alam
atau hasil pertanian yaitu, olahan sambel, kripik lapis bayam, abon papaya,
stik ubi ungu serta olahan makanan lainnya.
Gambar 3.
Produk Olahan Kelompok Wanita
Sumber: (Kemenparekraf, 2022)
Gambar 4.
Tahapan Soft System Methodology
Sumber: (Checkland & Poulter, 2007)
Berdasarkan tahapan Soft System Methodology (SSM), dapat diuraikan
hasil serta pembahasan dari masing-masing tahapan SSM sebagai berikut: (1)
Permasalahan Tidak Terstruktur. Beberapa permasalahan yang menjadi
hambatan di Desa Wisata Situ Gunung, diantaranya:
228
Jurnal Nuansa Akademik: Jurnal Pembangunan Masyarakat Vol. 7 No. 2, Desember 2022
Model Strategi Pengembangan Masyarakat Berbasis Desa Wisata
di Situ Gunung Sukabumi
a) Kunjungan Wisata Belum Merata. Keadaan dari tidak meratanya
kunjungan wisatawan dapat mengindikasikan bahwa selain tujuan wisata
dirasa kurang menarik atau karena belum terekspose dengan baik dan benar,
serta kendala dari infrastruktur yang belum memadai untuk menuju daerah
tujuan wisata. Hal ini tentu saja menjadi tantangan dan perlu dihadapi antara
lain dengan melakukan peningkatan promosi serta memiliki kemampuan
dalam memasarkan atau menonjolkan keunikan pada desa wisata tersebut.
Kemudian dari aspek infrastruktur atau sarana dan prasarana segera
dilakukan aksi kolaborasi antara pemerintah setempat guna mendukung
industri desa wisata;
b) Kurangnya kualitas Sumber Daya Manusia. SDM sendiri menjadi
suatu permasalahan atau tantangan bagi pengembangan masyarakat di desa
wisata, Jika SDM ini ditujukan atau diberikan amanah pada ahli yang
berkompeten, alhasil bagi desa wisata dapat mengembangkan potensi yang
dimiliki dan tumbuh maju;
c) Informasi yang kurang mendukung. Sistem informasi menjadi
bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam pengembangan atau
menarik kunjungan wisatawan. Dengan demikian diperlukan suatu sistem
informasi yang memadai yang memberikan gambaran terkini serta mampu
memberikan informasi yang mudah dipahami oleh masyarakat luas.
e) Pemetaan Masalah. Dalam mengembangkan situasi permasalahan
yang dihadapi oleh Desa Wisata Situ Gunung, sebuah rich harus ditampilkan
dari beberapa sudut pandang diantara lainnya seperti perencanaa, proses,
hubungan antara aspek-aspek atau pun kegiatan, konflik sserta permasalahan.
Berikut Tabel yang menggambarkan hierarki permasalahan:
Tabel 4.
Analisis Hierarki dari Permasalahan
Pihak yang
Levelisasi
terlibat
Direktif
Pemerintah
daerah
Perbankan
Ketua
Kelompok
Fokus Isu
Sifat
Perencanaan
Kebijakan
pengembangan
Strategis
SDM (Pelatihan)
Kebijakan
Pembiayaan
Pengarahan,
Pengawasan serta
Jurnal Nuansa Akademik: Jurnal Pembangunan Masyarakat Vol. 7 No. 2, Desember 2022
229
FH Kurniawan, MA Maulana
Pihak yang
terlibat
Levelisasi
Strategis
Taktis
Operasional
Dinas
Pariwisata,
dan
Dinas
Pemerintahan
setempat
Penyuluh
Pelatihan
Masyarakat
Masyarakat
setempat
Lembaga
Swadaya
Masyarakat
Masyarakat
Pedagang
Dinas
Setempat
Fokus Isu
strategi keuangan
Proses
penanganan serta
pemberdayaan
Pendampingan
masyarakat
Pengorganisasiaan
Desa Pariwisata
Sifat
Manajerial
Pengorganisasia
n,
Evaluasi
serta
Pengawasan
Operasional
Pengembangan
kapasitas SDM
Pemberdayaan
Masyarakat
di
Desa Wisata Situ
Gunung
Produksi
Produktivitas
Pariwisata
Pengembangan
Desa
Wisata
Situ Gunung
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2022)
(1) Definisi Akar serta Model Konseptual. Peningkatan mutu SDM
harus diintegrasikan dengan perkembangan keterampilan, motivasi, serta
manajemen SDM merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dalam
tantangan globaliasi untuk bersaing serta mandiri (Rusmini 2017). Lebih
lanjut, analisis definisi akar dilakukan dengan menggunakan identifikasi
CATWOE (Perdana, Manongga, & Iriani, 2018) yang dapat dirincikan
melalui tabel berikut:
Tabel 5.
Analisis Tabel CATWOE
Deskripsi
Hasil
C Customer: Orang yang Masyarakat, Offtaker atau pengunjung desa
berpengaruh/
wisata
dipengaruhi sistem
A
Actor:
Peran
Orang
dan Masyarakat:
Selaku
penggerak
dalam
memajukan dan mengembangkan desa wisata
Offtaker: Pihak yang melakukan kunjungan ke
desa wisata.
230
Jurnal Nuansa Akademik: Jurnal Pembangunan Masyarakat Vol. 7 No. 2, Desember 2022
Model Strategi Pengembangan Masyarakat Berbasis Desa Wisata
di Situ Gunung Sukabumi
T
Deskripsi
Trasnformation:
perubahan
proses
Hasil
Terbentuknya strategi peningkatkan kualitas
serta SDM pada Desa Wisata Situ Gunung
Lahirnya suatu aturan atau kebijakan dari
pemerintah serta terbangunnya rasa memiliki,
tanggung jawab, pengendalaina, dan perbaikan
pengembangan kapasitas SDM Desa Wisata
Situ Gunung secara berkelanjutan
yang Lembaga swadaya masyarakat, Pemerintah
daerah setempat, Bank Indonesia
W
Worldview:
Implementasi sistem
O
Owner:
terlibat
E
Enviroment: Kendala Terbentuknya desa wisata yang dikenal luas
lingkungan
yang oleh masyarakat.
melingkupi sistem dan
implikasinya
Pihak
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2022)
(2) Perbandingan antara Situasi Masalah serta Model Konseptual:
Setelah memperoleh model konseptual, hal yang perlu diperhatikan antara
lain melakukan suatu perbandingan antara model konseptual dengan dunia
nyata
yang
menghasilkan
suatu
rekomendasi
hal
apa
yang
perlu
dipertahakan, ditingkatkan atau dilakukan perencanaan baru. Dalam proses
ini memberikan beberapa rekomendasi seperti pelatihan pengembangan diri,
pengembangan kelembagaan, studi banding, pameran, penyuluhan intensif,
tenaga pendamping desa wisata dan penelitian.
Tabel 6.
Perbandingan antara Model Konseptual dengan Dunia Nyata
Aktivitas
Kondisi Dunia Nyata
Rekomendasi
Sarana dan prasarana Berkolaborasi
dengan
Pelatihan
pengembangan
diri regulator atau mendirikan
pengembangan
pusat pengembangan wisata.
diri
dan masih terbatas
keterampilan
Studi banding
Para penggerak Desa Wisata
Situ gunung harus melakukan
studi
banding
secara
berkelanjutan agar evaluasi
dari setiap pengembangan
dapat terkontrol.
pada Melakukan kolaborasi dengan
yang mitra yang dinilai memiliki
Melakukan
studi
banding
perihal
pemberdayaan serta
manajemen kepada
Desa Wisata lainnya
Pameran
atau Partisipasi
pameran
promosi wisata
Jurnal Nuansa Akademik: Jurnal Pembangunan Masyarakat Vol. 7 No. 2, Desember 2022
231
FH Kurniawan, MA Maulana
Aktivitas
Kondisi Dunia Nyata
Rekomendasi
diselenggarakan oleh potensi tinggi serta ikut serta
pada
ajang
internasional
Dinas Pariwisata
untuk memajukan potensi
pariwisata Situ Gunung.
Penyuluhan
Keterbatasan tenaga Melakukan koordinasi dengan
dinas
terkait
perihal
intensif
penyuluh
pentingnya
pengadaan
penyuluh
pengembangan
komunitas
institusi
lokal
terkait pengembangan wisata
Situ Gunung.
Penelitian
yang Lembaga
peneliti Kajian pengembangan SDM
berkesinambungan lainnya.
perlu
dilakukan
secara
berlanjut.
antara aspek-aspek
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2022)
(3) Rencana Perubahan. hasil rencana pengembangan objek Desa
Wisata Situ Gunung Kab. Sukabumi didapat berdasarkan kemauan dari
masyarakat sekitar. Diantaranya adalah sebagai berikut.
a) Potensi Wisata Situ Gunung. Masyarakat yang berada disekitar
Desa Wisata Situ Gunung belum sepenuhnya memanfaatkan potensi yang
ada. Dengan adanya objek wisata ini, masyarakat mengharapkan campur
tangan dari pemerintah setempat dalam mengembangan desa wisata.
Selebihnya potensi yang dimiliki oleh objek Desa Wisata Situ Gunung Kab.
Sukabumi diharapkan dapat diminati oleh banyak wisatawan sehingga dapat
meningkatkan kunjungan tahunan.
b) Publikasi atau pemasaran. Diperlukan suatu pemasaran yang sesuai
dengan adat istiadat atau kebiasaan masyarakat setempat, sehingga dapat
dengan mudah diterima oleh masyarakat sekitar objek desa wisata.
Bahwasannya
dengan
kurangnya
media
promosi
atau
publikasi
mengakibatkan masyarakat sekitar desa wisata kurang familiar terhadap objek
wisata tersebut, sehingga masyarakat desa wisata tersebut mengharapkan
bantuan atau pihak terkait untuk terlibat memberikan pelatihan atau
penyuluhan terkait pemasaran bahkan digital marketing.
c) Tersedianya sarana dan prasarana yang mumpuni. Patut menjadi
perhatian bersama dalam pengembangan sarana dan prasarana yang harus
232
Jurnal Nuansa Akademik: Jurnal Pembangunan Masyarakat Vol. 7 No. 2, Desember 2022
Model Strategi Pengembangan Masyarakat Berbasis Desa Wisata
di Situ Gunung Sukabumi
dimiliki oleh obyek Desa Wisata Situ Gunung Kab. Sukabumi, dikarenakan
wisatawan ingin menikmati liburan dengan infrastruktur atau fasilitas yang
nyaman dan bersih, sehingga nantinya tercipta trust bagi wisatawan terhadap
desa wisata tersebut bahkan bagi masyarkat yang tinggal di desa tersebut.
d) Kebijakan Pemerintah dalam Pengembangan Kepariwisataan.
Diharapkan oleh masyarakat dalam perencanaan pengembangan Desa
Wisata Situ Gunung ini pemerintah dapat ikut andil dalam pengelolaan objek
wisata khususnya pemerintah desa, karena menurut pengelola Desa Wisata
atau POKDARWIS setempat bahwa peran pemerintah desa dalam
pengembangan Desa Wisata Situ Gunung sangat kurang dan tetap melibatan
peran masyarakat.
(4)
Tindakan
Untuk
perbaikan.
Dalam
mengusulkan
suatu
rekomendasi menjadi suatu tantangan bagi peneliti ataupun masyarakat
sekitar, atau tantangan dalam merubah adat dan istiadat atau kebiasaan yang
sudah berjalan secara turun temurun. Tindakan yang harus dilakukan bagi
Desa Wisata situ Gunung ini adalah lebih megoptimalkan sumber daya
manusia atau masyarakat agar dapat lebih dikenal wisatawan luas, dan
pemerintah pun harus ikut serta dalam pengembangan Desa Wisata Situ
gunung ini.
Penutup
Berdasarkan seluruh kajian atau proses yang telah dilakukan pada
penelitian ini menggunakan pendekatan SSM, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut: 1) Desa Wisata Situ Gunung Kab. Sukabumi memiliki
banyak daya tarik atau potensi yang dapat dikembangkan atau dieksplorasi
guna menarik minat wisatawan, yaitu objek wisata alam didukung jungan
dengan wisata budaya yang sangat kental. Selain memanjakan mata dari
aspek pemandangan yang asri, banyak kesenian serta nilai sejarah yang dapat
diperoleh dengan mengunjungi Desa Wisata Situ gunung; 2) Strategi yang
dilakukan dalam pengembangan objek wisata memiliki tujuan untuk
meningkatkan keberlanjutan serta kesejahteraan masyarakat dengan salah
satunya pembangunan SDM yang berkualitas. Strategi yang harus diterapkan
dalam pengembangan Desa Wisata Situ Gunung Kab. dapat disarankan
Jurnal Nuansa Akademik: Jurnal Pembangunan Masyarakat Vol. 7 No. 2, Desember 2022
233
FH Kurniawan, MA Maulana
dengan mengarah pada: pemanfaatan dan penggalian potensi wisata yang
belum teroptimalkan, mengoptimalkan pemasaran atau promosi desa wisata
dengan
pemanfaatan
berbagai
saluran
komunikasi
dan
pameran,
meningkatkan kualitas sarana dan prasarana untuk menunjang kenyamanan
pengunjung,
dan
mempertahankan
serta
meningkatkan
aktivitas
pemberdayaan perempuan pada pelaksanaan aktivitas wisata.
Dengan demikian metode SSM laik digunakan karena dapat
memberikan sebuah analisis kebijakan terkait pemberdayaan masyarakat
berbasis desa wisata yang semula permasalahan dan informasi tidak
terstruktur menjadi lebih teratur. Adapun saran dari penelitian berikut adalah
sebagai berikut: 1) peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah objek
ataupun sampel kajian terkait desa wisata; 2) dapat mengelaborasikan dengan
metode atau alat yang relevan dalam penelitian kualitatif.
Ucapan Terima Kasih
Kegiatan pengabdian atau penelitian ini merupakan salah satu rangkaian
kajian pada program studi Manajemen Keuangan Mikro Terpadu Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran yang dilaksanakan secara mandiri
di Desa Wisata Situ Gunung. Sehubungan dengan hal tersebut penulis
mengucapkan terimakasih kepada Kepala Desa Situ Gunung Gede
Pangrango dan Dosen Pembimbing Akademik Dr. Asep Mulyana SE., MCE.
Daftar Pustaka
Ayu, Kurnia Gusti, dan Dwi Wulandari Sari. 2021. “An Application of Soft
System Methodology for Developing SIPI (The Indonesian Translators
Information System).” International Journal of Computer Trends and
Technology 69(3):21–25. doi: 10.14445/22312803/IJCTT-V69I3P105.
Baparekraf RI. (2021, April 27). Membangun Ekosistem Desa Wisata Bersama
Komunitas.
Retrieved
from
Kemenparekraf/Baparekraf
RI:
https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/membangun-ekosistemdesa-wisata-bersama-komunitas
Barusman, Y. 2017. Soft System Methodology. Lampung: UBL Press.
Checkland, P., & Poulter, J. (2007). Learning For Action: A Short Definitive
Account of Soft Systems Methodology, and its use for Practitioners, Teachers and
Students. UK: Wiley.
Darwis, Rs, R. Resnawaty, M. Irfan, dan a Risman. 2016. “Institusi Lokal
Dalam Kegiatan Pengembangan Masyarakat: Kasus Punggawa Ratu
234
Jurnal Nuansa Akademik: Jurnal Pembangunan Masyarakat Vol. 7 No. 2, Desember 2022
Model Strategi Pengembangan Masyarakat Berbasis Desa Wisata
di Situ Gunung Sukabumi
Pasundan Dalam Program Desa Wisata Di Desa ….” Share: Social Work
Journal 0042.
Disparbud Jabar. 2020. Data Desa Wisata Kota Kabupaten di Jawa Barat.
Bandung.
Endah Kusumawati, Dwi, dan Chintiana Nindya Putri. 2022. “Pelatihan
Pembuatan Sabun Ecoenzyme Berbahan Limbah Organik Rumah
Tangga di Kelompok Ibu-Ibu PKK Desa Batursari Demak.” Nuansa
Akademik:
Jurnal
Pembangunan
Masyarakat
7(1):13–22.
doi:
10.47200/JNAJPM.V7I1.1081.
Ferdinand, A. 2014. Metode Penelitian Manajemen (Pedoman Penelitian untuk
Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen). Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Geospasial Kemenparekraf. (n.d.). Situ Gunung Suspension Bridge. Retrieved
from
Geospasial
Pariwisata
dan
Ekonomi
Kreatif:
https://wisatatangguh.kemenparekraf.go.id/objek-detil.php?id=11180
Jadesta. 2022. Profil Desa Wisata Gedepangrango. Retrieved from Jejaring Desa
Wisata: https://jadesta.kemenparekraf.go.id/desa/gedepangrango
Kementerian Koperasi dan UKM. (2017). Buku Panduan Pengembangan Desa
Wisata Hijau. Jakarta: Asisten Deputi Urusan Ketenagalistrikan dan
Aneka Usaha Kementerian Koperasi dan UKM RI.
Mansyur, Umar, Erick Irawadi Alwi, dan Ihramsari Akidah. 2022.
“Peningkatan Keterampilan Guru dalam Memanfaatkan Google Form
sebagai Media Evaluasi Pembelajaran Jarak Jauh.” Nuansa Akademik:
Jurnal
Pembangunan
Masyarakat
7(1):23–34.
doi:
10.47200/JNAJPM.V7I1.1112.
Nugroho, Heru. 2012. “Pendekatan Soft System Methodology Untuk
Membangun Sebuah Sistem Informasi Proyek Akhir.” in Konferensi
Nasional Sistem Informasi 2012. Denpasar: STIKOM Bali.
Perdana, E. M., Manongga, D., & Iriani, A. (2018). Model Konseptual Bagi
Pengembangan Knowledge Management Di SMA Menggunakan Soft
System Methodology. Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer
(JTIIK), Volume 6 No. 2, hal 169-178.
Pujileksono, S. 2015. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif . Malang: Intrans
Publishing.
Rahman, Ahmad Syafii, Cipto Sembodo, Retno Kurnianingsih, Faishol
Razak, dan Muhammad Nur Kholis Al Amin. 2021. “Participatory
Action Research Dalam Pengembangan Kewirausahaan Digital Di
Pesantren Perkotaan.” Ulumuddin : Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman 11(1):85–
98.
Rahman, Miftahur, dan Defi Widayanti. 2021. “Pengaruh Pembiayaan Bank
Wakaf Mikro Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Nasabah.”
Nuansa Akademik: Jurnal Pembangunan Masyarakat 6(2):139–54. doi:
10.47200/JNAJPM.V6I2.886.
Rusmini. 2017. Peningkatan Mutu Sumber Daya Manusia Melalui Pendidikan
Karakter Dan Attitude. Nur El Islam Vo.4 No. 2.
Septiana, Thalia Dorkas, dan Raymond Maulany. 2021. “Pengembangan
Manajemen Data Dan Informasi Menggunakan Analisis Soft System
Jurnal Nuansa Akademik: Jurnal Pembangunan Masyarakat Vol. 7 No. 2, Desember 2022
235
FH Kurniawan, MA Maulana
Methodology Di Universitas Advent Indonesia.” TeIKa 11(1):1–13. doi:
10.36342/teika.v11i1.2473.
Sudibya, B. 2018. Wisata Desa dan Desa Wisata. Jurnal Bappeda Litbang, Vol.1
No.1.
Suryana. 2010. Metodologi Penelitian Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
United Nations. n.d.. SDGs No 5: Achieve gender equality and empower all women
and girls. Retrieved from https://sdgs.un.org/goals/goal5
236
Jurnal Nuansa Akademik: Jurnal Pembangunan Masyarakat Vol. 7 No. 2, Desember 2022