Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

laporan.pdf

laporan DED Drainase permukiman Bangka Selatan

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT D I R E KTO RAT J E N D E RAL C I PTA KARYA SATUAN KERJA PENGEMBANGAN AIR MINUM DAN SANITASI PROVINSI BANGKA BELITUNG DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN AKHIR PRATAMA JAYA Selaras Architects & Consulting Engineers Jln. Melati No. 07 Nusa Indah Telp. (0736) 344447 Bengkulu KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT D I R E KTO RAT J E N D E RAL C I PTA KARYA SATUAN KERJA PENGEMBANGAN AIR MINUM DAN SANITASI PROVINSI BANGKA BELITUNG LAPORAN AKHIR PEMBATAS KATA PENGANTAR DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN LAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga laporan ini dapat kami selesaikan. Maksud dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu Laporan Kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, sehingga pelaksanaan dan penulisan laporan ini dapat berjalan dengan lancar. Laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik serta saran yang membangun masih saya harapkan untuk penyempurnaan Laporan ini. Sistematika penyusunan laporan pendahuluan kegiatan “DED Drainase Lingkungan Permukiman Kabupaten Bangka Selatan” ini adalah sebagai berikut:  Bab 1 Pendahuluan  Bab 2 Gambaran Umum Lokasi  Bab 3 Metode sangat teknis  Bab 4. Kriteria Perencanaan Standar PU  Bab 5 Analisa Kawasan genangan dan prioritas penanganan, landasan penentuan pekerjaan DED  Bab 6 Analisa Hidrologi  Bab 7 Perencanaan DED drainase DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir i-1 LAPORAN AKHIR  Bab 8 Penyusunan RAB  Bab 9 Kesimpulan dan Saran-saran Toboali, Juni 2016 Malang, 16 Januari 2013 Hormat kami Tim Penyusun Penyusun DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir i-2 PEMBATAS DAFTAR ISI DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN LAPORAN AKHIR DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................................... i DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii DAFTAR TABEL ......................................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------------------------------------- 1 - 1 1.1 Latar belakang ------------------------------------------------------------------------------------------------------ 1 - 1 1.2 Maksud dan Tujuan ------------------------------------------------------------------------------------------------ 1 - 3 1.3 Sasaran -------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 1 - 3 1.4 Lingkup Kegiatan --------------------------------------------------------------------------------------------------- 1 - 4 1.5 Pelaporan ------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 1 - 5 1.6 Sistematika Penyusunan ------------------------------------------------------------------------------------------ 1 – 6 BAB II GAMBARAN UMUM -------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 1 2.1. Geografis, Kondisi Fisik dan Administratif ---------------------------------------------------------------------- 2 - 1 2.1.1. Geografis ------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 2 - 1 2.1.2. Kondisi Fisik --------------------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 3 2.1.2.1.Topografis ---------------------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 3 2.1.2.2.Geohidrologi ------------------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 4 2.2. Demografi ----------------------------------------------------------------------------------------------------------- 2 – 12 2.3. Kondisi Perekonomian --------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 14 2.4. Tata Ruang Wilayah ----------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 17 2.4.1 Rencana Struktur Ruang ------------------------------------------------------------------------------------------ 2 - 17 2.4.2 Rencana Struktur Ruang ------------------------------------------------------------------------------------------ 2 - 26 2.5. Kondisi Sosial Budaya --------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 28 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir ii - 1 LAPORAN AKHIR 2.5.1 Kondisi Pendidikan ------------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 28 2.5.2 Kesehatan ----------------------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 28 2.5.3 Kondisi Sosial Masyarakat----------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 29 2.6. Pengelolaan Drainase Lingkungan------------------------------------------------------------------------------- 2 - 32 2.6.1. Kelembagaan ------------------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 32 2.6.2. Sistem dan Cakupan Pelayanan---------------------------------------------------------------------------------- 2 - 35 2.6.3. Kesadaran Masyarakat dan PMJK-------------------------------------------------------------------------------- 2 - 46 2.6.4. Pemetaan Media---------------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 48 2.6.5. Partisipasi Dunia Usaha ------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 51 2.6.6. Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak -------------------------------------------------------------------- 2 - 52 2.7. Drainase ------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 53 2.8. Intensitas Curah Hujan -------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 55 2.9. Definisi Sungai ------------------------------------------------------------------------------------------------------ 2 - 55 2.10. Peranan Sungai ----------------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 56 2.11. Banjir ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 57 BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI----------------------------------------------------------------------- 3 - 1 3.1. Pemahaman Dasar Sistem Drainase ---------------------------------------------------------------------------- 3 - 1 3.2. Kriteria Perencanaan----------------------------------------------------------------------------------------------- 3 - 4 3.3. Konsep Eko-Hidraulik Dalam Drainase -------------------------------------------------------------------------- 3 - 6 3.3.1 Fungsi Sungai sebagai Saluran Drainase . --------------------------------------------------------------------- 3 - 6 3.3.2 Pelurusan Sungai, Sudetan dan Tanggul ----------------------------------------------------------------------- 3 - 7 3.3.3 Drainase Ramah Lingkungan ------------------------------------------------------------------------------------- 3 - 7 3.3.4 Eko-Engineering dalam Eko-Hidraulik . ------------------------------------------------------------------------- 3 - 10 3.4. Pendekatan Perencanaan ----------------------------------------------------------------------------------------- 3 - 14 3.4.1. Penataan Ruang ---------------------------------------------------------------------------------------------------- 3 - 15 3.4.2. Pengelolaan DAS --------------------------------------------------------------------------------------------------- 3 - 16 3.4.3. Koordinasi Kelembagaan dan Kebijakan ------------------------------------------------------------------------ 3 - 17 3.5. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan------------------------------------------------------------------------------ 3 - 18 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir ii - 2 LAPORAN AKHIR 3.5.1. Pekerjaan Pengumpulan Data dan Survey Lapangan -------------------------------------------------------- 3 - 18 3.5.2. Analisis Hidrologi --------------------------------------------------------------------------------------------------- 3 - 19 3.5.3. Analisis Hidraulika -------------------------------------------------------------------------------------------------- 3 - 26 3.5.4. Analisis Dimensi Dan Struktur ------------------------------------------------------------------------------------ 3 - 31 3.5.4.1 Kriteria Saluran ---------------------------------------------------------------------------------------------------- 3 - 31 BAB IV KRITERIA PERENCANAAN STANDAR PU -------------------------------------------------------------- 4 - 1 4.1 Kriteria Perencanaan Standar ------------------------------------------------------------------------------------ 4 - 1 4.2 LANDASAN TEORI Pengertian dan Fungsi Bendung ---------------------------------------------------------- 4 - 2 4.2.1 Definisi Bendung --------------------------------------------------------------------------------------------------- 4 - 8 4.2.2 Maksud Pembangunan Bangunan Bendung ------------------------------------------------------------------- 4 - 9 4.2.3 Bendung Tetap Untuk Irigasi ------------------------------------------------------------------------------------- 4 - 9 BAB V ANALISA KAWASAN GENANGAN DAN PRIORITAS PENANGANAN, LANDASAN PEKERJAAN DED ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 5 - 1 5.1 Analisis Kawasan Kecamatan Toboali --------------------------------------------------------------------------- 5 - 1 5.2 Landasan Gerak ---------------------------------------------------------------------------------------------------- 5 - 10 5.2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sanitasi ---------------------------------------------------------------------------- 5 - 10 5.2.1.1 Pengertian Sanitasi ----------------------------------------------------------------------------------------------- 5 - 10 5.2.1.2 Ruang Lingkup Sanitasi ------------------------------------------------------------------------------------------ 5 - 10 5.2.2 Ruang Lingkup Wilayah ------------------------------------------------------------------------------------------- 5 - 11 5.2.3 Visi dan Misi Kabupaten Bangka Selatan dan Tujuan Penataan Ruang ----------------------------------- 5 - 11 5.2.4 Posisi pengelolaan sektor air limbah domestik ---------------------------------------------------------------- 5 - 12 5.2.5 Posisi Pengelolaan Sektor Persampahan ----------------------------------------------------------------------- 5 - 14 5.2.6 Posisi Pengelolaan Sektor Drainase ----------------------------------------------------------------------------- 5 - 12 5.2.7 Posisi Pengelolaan Sektor PHBS --------------------------------------------------------------------------------- 5 - 14 5.3 Analisis Kawasan Kelurahan Toboali ---------------------------------------------------------------------------- 5 - 15 5.4 Analisis Kawasan Kelurahan Teladan --------------------------------------------------------------------------- 5 - 16 BAB VI ANALISA HIDROLOGI---------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 1 6.1 Analisis Hidrologi --------------------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 1 6.1.1 Analisis Hujan ------------------------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 1 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir ii - 3 LAPORAN AKHIR 6.1.2 Analisis Frekuensi ------------------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 2 6.2 Analisis Data -------------------------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 7 6.2.1 Analisa Hidrologi---------------------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 7 6.2.2 Menentukan Peta Wilayah ---------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 8 6.2.3 Menentuan hujan rata-rata sepanjang tahun------------------------------------------------------------------ 6 - 8 6.2.4 Menentuan Hidrologis Bendung---------------------------------------------------------------------------------- 6 - 22 6.3 Kuantitas Sumber Daya Air --------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 28 6.3.1 Curah Hujan Dan Klimatologi------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 29 6.4 Kawasan Prioritas -------------------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 33 6.5 Penanganan Kawasan Prioritas ---------------------------------------------------------------------------------- 6 - 33 6.5.1 Kawasan Jalan Sukadamai ---------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 33 6.5.2 Kawasan Desa Rawabangun ------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 40 BAB VII ANALISA DETAIL ENGINEERING DESAIN------------------------------------------------------------ 7 - 1 7.1. UMUM ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 1 7.2. ANALISA HIDROLOGI---------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 1 7.2.1. Analisa Data Hujan Rencana ------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 1 7.2.2. Analisa Debit Banjir Rancangan---------------------------------------------------------------------------------- 7 - 3 7.3. ANALISA IRIGASI -------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 5 7.3.1. Evapotranspirasi ---------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 6 7.3.2. Analisa Ketersediaan Air ------------------------------------------------------------------------------------------ 7 - 8 7.3.3. Kebutuhan Air Irigasi ---------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 10 7.3.3.1. Penyiapan Lahan ------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 10 7.3.3.2. Penggunaan Konsumtif------------------------------------------------------------------------------------------ 7 - 12 7.3.3.3. Perkolasi dan Infiltrasi ------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 12 7.3.3.4. Penggantian Lapisan Air----------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 12 7.3.3.5. Efisiensi Irigasi---------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 13 7.3.3.6. Hujan Efektif ------------------------------------------------------------------------------------------------------ 7 - 13 7.3.3.7. Waktu Mulai Tanam---------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 13 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir ii - 4 LAPORAN AKHIR 7.3.4. Kesetimbangan Air (Water Balance) ---------------------------------------------------------------------------- 7 - 14 7.4. ANALISA DEBIT PEMBUANG-------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 15 7.5. PERENCANAAN TATA AIR (LAY OUT JARINGAN) ------------------------------------------------------------- 7 - 17 7.5.1. Sistem Irigasi ------------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 19 7.5.2. Areal Irigasi --------------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 20 7.5.3. Sumber Air ---------------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 20 7.6. PERENCANAAN BENDUNG ---------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 26 7.6.1. Posisi Rencana Bendung ------------------------------------------------------------------------------------------ 7 - 27 7.6.2. Elevasi Mercu Bedung --------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 27 7.6.3. Mercu Bendung ----------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 28 7.6.4. Tinggi Banjir di Atas Mercu Bendung --------------------------------------------------------------------------- 7 - 29 7.6.5. Kolam Olakan ------------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 30 7.6.6. Pintu Pengambilan (Intake) -------------------------------------------------------------------------------------- 37 - 1 7.6.7. Pintu Penguras------------------------------------------------------------------------------------------------------ 7 - 32 7.6.8. Perhitungan Lantai Muka------------------------------------------------------------------------------------------ 7 - 34 7.6.9. Kantong Lumpur---------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 34 7.6.10. Data Teknis Bendung--------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 35 7.7. PERENCANAAN BANGUNAN IRIGASI---------------------------------------------------------------------------- 7 - 36 7.8. PERENCANAAN SALURAN ----------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 38 7.8.1. Saluran Pembawa -------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 38 7.8.2. Saluran Pembuang ------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 40 BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA--------------------------------------------------------------------------- 8 - 1 8.1 TINJAUAN UMUM -------------------------------------------------------------------------------------------------- 8 - 1 8.2 PERHITUNGAN VOLUME PEKERJAAN --------------------------------------------------------------------------- 8 - 2 8.3 Rekapitulasi --------------------------------------------------------------------------------------------------------- 8 - 3 BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN --------------------------------------------------------------------------------- 9 - 1 9.1 Kesimpulan ---------------------------------------------------------------------------------------------------------- 9 - 1 9.2 Saran ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 9 - 3 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir ii - 5 PEMBATAS DAFTAR GAMBAR DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN LAPORAN AKHIR DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Peta Orientasi Kabupaten Bangka Selatan Terhadap Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ...............................................................................................................2 - 2 Gambar 2.2 Peta Kondisi DAS di Kabupaten Bangka Selatan...................................................................2 - 6 Gambar 2.3 Peta Hidrogeologi Kabupaten Bangka Selatan......................................................................2 - 9 Gambar 2.4 Peta Administrasi Kabupaten Bangka Selatan .................................................................... 2 - 11 Gambar 2.5 Peta Distribusi Jumlah Penduduk Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2014............................ 2 - 13 Gambar 2.6 PDRB atas dasar harga berlaku di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2010-2014 .................. 2 - 14 Gambar 2.7 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Bangka Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku................................................................................................ 2 - 15 Gambar 2.8 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bangka Selatan dari Tahun 2010-2014 .................... 2 - 16 Gambar 2.9 Peta Struktur Ruang Kabupaten Bangka Selatan ................................................................ 2 - 25 Gambar 2.10 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Bangka Selatan ...................................................... 2 - 27 Gambar 2.11 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Kepercayaan yang Dianut ...................................... 2 - 30 Gambar 2.12 Distribusi Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Seminggu yang Lalu menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bangka Selatan ..................................2 - 31 Gambar 2.13 Jumlah Rumah Tinggal yang Mengalami Banjir Berdasarkan Tinggi Air yang Masuk Kerumah di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012 ..................................... 2 - 46 Gambar 2.14 Persentase Ketersediaan Drainase di Sekitar Tempat Tinggal Rumah Tangga Tidak Mampu di Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2012 ................................................ 2 - 47 Gambar 2.15 Persentase Pihak yang Menyampaikan Informasi Mengenai Pengelolaan Drainase Lingkungan di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012 ..................................... 2 - 49 Gambar 2.16 Pihak yang Bekerja Sama Dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan di Wilayah Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012 ......................................................................... 2 - 50 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir iv - 1 LAPORAN AKHIR Gambar 3.1 Peta Orientasi Kabupaten Bangka Selatan Terhadap Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ----- 3 - 3 Gambar 3.2 Ilustrasi alur air hujan di rumah -------------------------------------------------------------------------- 3 - 9 Gambar 3.3 Konsep umum pengelolaan DAS -------------------------------------------------------------------------- 3 - 17 Gambar 3.4 Grafik Lengkung Kekerapan Durasi Hujan -------------------------------------------------------------- 3 - 19 Gambar 3.5 Bagan Alir Perhitungan Debit Banjir Rencana ---------------------------------------------------------- 3 - 27 Gambar 3.6 Kerangaka Pikir Penyusnan DED Lingkungan Permukiman Kabupaten Bangka Selatan --------- 3 – 38 Gambar 4.1 Bentuk mercu bending ------------------------------------------------------------------------------------- 4 - 5 Gambar 4.2 Bendung dengan mercu bulat ----------------------------------------------------------------------------- 4 - 5 Gambar 4.3 Penentuan Elevasi Mercu Bendung ----------------------------------------------------------------------- 4 - 15 Gambar 4.4 Bentuk dan Ukuran Mercu Bendung --------------------------------------------------------------------- 4 - 18 Gambar 4.5 Grafik MDO - Direktorat Penyelidikan Masalah Air ----------------------------------------------------- 4 - 19 Gambar 4.6 Bentuk dan Ukuran Peredam Energi Bendung---------------------------------------------------------- 4 - 20 Gambar 4.7 Penampang Memanjang Intake Bendung --------------------------------------------------------------- 4 - 21 Gambar 4.8 Bentuk Denah Pembilas Bendung ------------------------------------------------------------------------ 4 - 23 Gambar 4.9 Parameter Hidraulik di Intake Saluran ------------------------------------------------------------------- 4 - 24 Gambar 4.10 Bentuk dan Ukuran Pondasi Bendung ------------------------------------------------------------------ 4 - 26 Gambar 5.1 Peta Administrasi Bangka Selatan ------------------------------------------------------------------------ 5 - 9 Gambar 5.2 Peta Administrasi Kecamatan Toboali -------------------------------------------------------------------- 5 - 9 Gambar 5.3 Peta Area beresiko sanitasi -------------------------------------------------------------------------------- 5 - 12 Gambar 5.4 Posisi Pengelolaan Sektor Air Limbah Domestik-------------------------------------------------------- 5 - 14 Gambar 5.5 Posisi Pengelolaan Sektor Persampahan ---------------------------------------------------------------- 5 - 11 Gambar 5.6 Posisi Pengelolaan Sektor Drainase ---------------------------------------------------------------------- 5 - 14 Gambar 5.7 Peta Kelurahan Toboali ------------------------------------------------------------------------------------- 5 - 15 Gambar 5.8 Peta Genangan Kelurahan Toboali ----------------------------------------------------------------------- 5 - 15 Gambar 5.9 Dokumentasi Area I Genangan dan ROB ---------------------------------------------------------------- 5 - 14 Gambar 5.10 Dokumentasi Area II dan Area III Genangan Daerah Rawabangun------------------------------- 5 - 15 Gambar 5.11 Peta Genangan Kelurahan Teladan --------------------------------------------------------------------- 5 - 16 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir iv - 2 LAPORAN AKHIR Gambar 6.1 Peta Curah Hujan Tahun 2015 ---------------------------------------------------------------------------- 6 - 18 Gambar 6.2 Peta Pola Hujan dan Potensi Banjir Bulan Mei Tahun 2016 ------------------------------------------ 6 - 19 Gambar 6.3 Grafik Rerata Klimatologi STA Pangkal Pinang --------------------------------------------------------- 6 - 30 Gambar 6.4 Grafik Perhitungan Debit Andalan F.J. Mock DAS di Kab. Bangka Selatan ------------------------- 6 - 32 Gambar 7.1. Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu Sungai Bangka Ujung ------------------------------------------ 7 -5 Gambar 7.8.Lebar dasar sungai Bangka Ujung ------------------------------------------------------------------------ 7 -27 Gambar 7.9. Sketsa Mercu Bendung ------------------------------------------------------------------------------------ 7 -30 Gambar 7.10. Kolam Olakan ---------------------------------------------------------------------------------------------- 7 -31 Gambar 7.11. Desain Intake ---------------------------------------------------------------------------------------------- 7 -32 Gambar 7.12. Pintu penguras -------------------------------------------------------------------------------------------- 7 -33 Gambar 7.13. Kantong Lumpur ------------------------------------------------------------------------------------------ 7 -35 Gambar 7.14. Sketsa Penampang Saluran Trapesium---------------------------------------------------------------- 7 -38 Gambar 8.1 Peta Situasi --------------------------------------------------------------------------------------------------- 8 - 2 Gambar 8.2 Denah Bangunan Air ---------------------------------------------------------------------------------------- 8 - 2 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir iv - 3 PEMBATAS DAFTAR TABEL DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN LAPORAN AKHIR DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Bangka Selatan...........................................2 - 4 Tabel 2.2 Nama dan Klasifikasi Sungai Per Kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan ................................2 - 5 Tabel 2.3 Jumlah Kelurahan, Desa dan Dusun / Lingkungan menurut Kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan ............................................................................................ 2 - 10 Tabel 2.4 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Rata-rata Penduduk Per Km2 di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2014.......................................................................... 2 - 13 Tabel 2.5 Klasifikasi Sektor Ekonomi Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bangka Selatan ............................................................................................ 2 - 17 Tabel 2.6 Proyeksi Timbulan Sampah Kab. Bangka Selatan Sampai Tahun 2031 ................................... 2 - 23 Tabel 2.7 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kab. Bangka Selatan Sampai Tahun 2031.............................. 2 - 24 Tabel 2.8 Rencana Pola Ruang Kabupaten Bangka Selatan .................................................................2 - 26 Tabel 2.9 Fasilitas Pendidikan Negeri yang Tersedia di Kabupaten Bangka Selatan ............................... 2 - 28 Tabel 2.10 Jumlah BKIA, Balai Pengobatan, Puskesmas, Pustu dan Apotek Menurut Kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan ............................................................................................ 2 - 29 Tabel 2.11 Jumlah Tempat Ibadah Menurut Kecamatan di Bangka Selatan ............................................ 2 - 31 Tabel 2.12 Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan...................................................................................... 2 - 33 Tabel 2.13 Peta Peraturan Drainase Lingkungan Kabupaten Bangka Selatan .......................................... 2 - 34 Tabel 2.14 Jumlah RT, Dusun Lingkungan, Kondisi dan Pengelolaan Drainase serta Keberadaan Bangunan Diatas Saluran Menurut Desa/Kelurahan di Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2012......................................................................... 2 - 36 Tabel 2.15 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungan .................................................. 2 - 38 Tabel 2.16 Sistem Pengelolaan Drainase yang ada di Kabupaten Bangka Selatan ................................... 2 - 39 Tabel 2.17 Banyaknya Genangan Berdasarkan Tinggi, Luas dan Lama Genangan Menurut DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir iii - 1 LAPORAN AKHIR Desa/Kelurahan di Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2011 ................................................. 2 - 41 Tabel 2.18 Jumlah Rumah Tinggal Berdasarkan Kejadian Banjir Pada Jalan, Lingkungan atau Rumah Tinggalnya Menurut Desa/Kelurahan di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012 .................................................................................................................... 2 - 42 Tabel 2.19 Jumlah Rumah Tinggal Mengalami Kejadian Banjir Masuk Rumah Menurut Desa/Kelurahan di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012 .................................................. 2 - 44 Tabel 2.20 Kondisi Drainase Lingkungan di Tingkat Kecamatan ............................................................ 2 - 47 Tabel 2.21 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat ...................................................... 47 Tabel 2.22 Media Informasi yang ada di Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2012 ..................................2 - 48 Tabel 2.23 Media Komunikasi Sektor Drainase di Kab. Bangka Selatan Tahun 2012 ................................ 2 - 49 Tabel 2.24 Kegiatan Komunikasi Sektor Drainase di Kab. Selatan Tahun 2012........................................ 2 - 50 Tabel 2.25 Kegiatan Kerjasama yang Dilakukan Dalam Rangka Pengelolaan Drainase di Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2012......................................................................... 2 - 51 Tabel 2.26 Daftar Mitra Potensial Pengelolaan Drainase di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012............... 51 Tabel 2.27 Daftar Nama Provider, Tahun Operasi dan Jenis Kegiatan di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012.......................................................................... 2 - 51 Tabel 2.28 Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak dari Subsektor Pengelolaan Drainase di Kabupaten Bangka Selatan ............................................................................................ 2 - 52 Tabel 3.1 Hubungan Reduksi Data Rata-rata (Yn) dengan Jumlah Data (n) ------------------------------------- 3 - 21 Tabel 3.2 Reduced Standard Deviation (Yn) --------------------------------------------------------------------------- 3 - 21 Tabel 3.3 Faktor Penyimpangan K yang digunakan untuk Sebaran Distribusi Log Pearson Type III. ------ 3 - 22 Tabel 3.4 Variabel Reduksi Gauss---------------------------------------------------------------------------------------- 3 - 24 Tabel 3.5 Y Untuk Distribusi Log Normal 2 Parameter --------------------------------------------------------------- 3 - 25 Tabel 3.6 Koefisien Pengaliran Untuk Berbagai Penggunaan Lahan ----------------------------------------------- 3 - 30 Tabel 3.7 Koefisien kekasaran Manning -------------------------------------------------------------------------------- 3 - 32 Tabel 3.8 Hubungan Antara TinggiJagaan dengan Debit ------------------------------------------------------------ 3 - 34 Tabel 3.9 Bentuk-bentuk Dasar Penampang Saluran, Fungsi dan Lokasinya ------------------------------------- 3 - 35 Tabel 5.1 Akses Masyarakat Terhadap Air Bersih di Indonesia Berdasarkan Berbagai Laporan --------------- 5 - 4 Tabel 5.2 Akses Air Bersih dan Sanitasi di Beberapa Negara ASEAN ---------------------------------------------- 5 - 5 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir iii - 2 LAPORAN AKHIR Tabel 5.3 Rata-Rata Pengeluaran Tahunan Untuk Sektor Air (dalam milyar rupiah) ---------------------------- 5 - 6 Tabel 5.4 Target Pembangunan Sektor Sanitasi RPJMN 2010-2014 dan RPJMD Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2011 – 2015 ---------------------------------------------------------- 5 - 7 Tabel 5.5 Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi Menurut Kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2009----------------------------------------------------------------- 5 - 8 Tabel 5.1 Analisa SWOT Sektor Air Limbah Domestik ---------------------------------------------------------------- 5 - 13 Tabel 5.2 Analisa SWOT Sektor Persampahan------------------------------------------------------------------------- 5 - 10 Tabel 5.3 Analisa SWOT Sektor Drainase------------------------------------------------------------------------------- 5 - 12 Tabel 5.4 Analisa SWOT Sektor PHBS----------------------------------------------------------------------------------- 5 - 14 Tabel 5.5 Matriks Kajian Kecamatan Toboali--------------------------------------------------------------------------- 5 - 18 Tabel 5.6 Tabel Luas Wilayah Perencanaan---------------------------------------------------------------------------- 5 - 21 Tabel 5.7 Tabel curah Hujan --------------------------------------------------------------------------------------------- 5 - 21 Tabel 6.1 Tabel Nilai K untuk distribui Log-Pearson III -------------------------------------------------------------- 6 - 3 Tabel 6.2 Tabel Gumbel Reduced Mean Yn --------------------------------------------------------------------------- 6 - 6 Tabel 6.3 Tabel Gumbel Reduced Deviation Sn ---------------------------------------------------------------------- 6 - 6 Tabel 6.4 Tabel Luas Wilayah -------------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 8 Tabel 6.5 Tabel Luas Wilayah -------------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 8 Tabel 6.6 Tabel Luas Wilayah Perencanaan---------------------------------------------------------------------------- 6 - 8 Tabel 6.7 Tabel Curah Hujan Tahun 2009------------------------------------------------------------------------------ 6 - 9 Tabel 6.8Tabel Curah Hujan Tahun 2010 ------------------------------------------------------------------------------ 6 - 10 Tabel 6.9 Tabel Curah Hujan Tahun 2011------------------------------------------------------------------------------ 6 - 11 Tabel 6.10 Tabel Curah Hujan Tahun 2012 ---------------------------------------------------------------------------- 6 - 12 Tabel 6.11 Tabel Curah Hujan Tahun 2013 ---------------------------------------------------------------------------- 6 - 13 Tabel 6.12 Tabel Curah Hujan Tahun 2014 ---------------------------------------------------------------------------- 6 - 14 Tabel 6.13 Tabel Curah Hujan Tahun 2015 ---------------------------------------------------------------------------- 6 - 15 Tabel 6.14 Tabel Rata – rata Curah Hujan 6 Tahun Terakhir ------------------------------------------------------- 6 - 16 Tabel 6.15 Jumlah Curah Hujan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2001-2013 (mm)--------------- 6 - 20 Tabel 6.16 Tabel Koordinat Curah Hujan Tahun 2016 --------------------------------------------------------------- 6 - 21 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir iii - 3 LAPORAN AKHIR Tabel 6.17 Daftar Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Bangka Selatan ------------------------------------------- 6 - 28 Tabel 6.18 Data Klimatologi Stasiun Pangkal Pinang Tahun 2009-------------------------------------------------- 6 - 29 Tabel 6.19 Data Klimatologi Stasiun Pangkal Pinang Tahun 2010-------------------------------------------------- 6 - 29 Tabel 6.20 Data Klimatologi Stasiun Pangkal Pinang Tahun 2011-------------------------------------------------- 6 - 29 Tabel 6.21 Data Klimatologi Stasiun Pangkal Pinang Tahun 2012-------------------------------------------------- 6 - 30 Tabel 6.22 Data Klimatologi Stasiun Pangkal Pinang Tahun 2013-------------------------------------------------- 6 - 30 Tabel 6.23 Data Klimatologi Stasiun Pangkal Pinang Tahun 2014-------------------------------------------------- 6 - 30 Tabel 6.24 Rekapitulasi Perhitungan Debit Andalan F.J. Mock DAS di Kab. Bangka Selatan ------------------- 6 - 31 Tabel 6.25 Debit Eksisting ------------------------------------------------------------------------------------------------ 6 - 34 Tabel 6.26 Debit Eksisting berkala 5 tahun ---------------------------------------------------------------------------- 6 - 35 Tabel 6.27 Debit Eksisting berkala 10 tahun --------------------------------------------------------------------------- 6 - 36 Tabel 6.28 Debit Untuk Dimensi Saluran Sekunder Perbaikan ------------------------------------------------------ 6 - 37 Tabel 6.29 Debit Untuk Dimensi Saluran Primer Perbaikan---------------------------------------------------------- 6 - 37 Tabel 6.30 PERENCANAAN PINTU DAN POMPA BANJIR ------------------------------------------------------------- 6 - 38 Tabel 7.1 Curah Hujan Maksimum--------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 3 Tabel 7.2. Hasil Perhitungan Debit Banjir Metode Nakayasu -------------------------------------------------------- 7 -5 Tabel 7.3. Evapotranspirasi Metode Penman Modifikasi ------------------------------------------------------------- 7 -7 Tabel 7.4.Hasil Analisa Ketersediaan Debit Andalan ------------------------------------------------------------------ 7 -10 Tabel 7.7.Rencana Lay-Out Sistem Tata Air Daerah Irigasi Toboali------------------------------------------------ 7 -22 Tabel 7.8. Koefisien Kekasaran Stricler Untuk Desain ---------------------------------------------------------------- 7 -39 Tabel 7.9. Kecepatan Rencana Saluran Tanpa Pasangan ------------------------------------------------------------ 7 -39 Tabel 7.10. Kemiringan Sisi Saluran ------------------------------------------------------------------------------------- 7 -39 Tabel 7.11. Tinggi Jagaan------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 -40 Tabel 7.12. Kemiringan Sisi Saluran ------------------------------------------------------------------------------------- 7 -41 Tabel 8.1 Rekapitulasi ----------------------------------------------------------------------------------------------------- 8 - 3 Tabel 8.2 Analisa Harga Satuan ------------------------------------------------------------------------------------------ 8 - 4 Tabel 8.3 Harga Satuan --------------------------------------------------------------------------------------------------- 8 - 8 Tabel 8.4 Upah-------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 8 - 21 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir iii - 4 PEMBATAS BAB I DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN LAPORAN AKHIR BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup pelaksaan dan substansi, keluaran/output kegiatan serta sistematika pelaporan pada laporan pendahuluan ini 1.1 Latar belakang Bangka Selatan dengan ibu kota Toboali merupakan daerah selatan di Pulau Bangka, Provinsi Bangka Belitung. Daerah ini berbatasan langsung dengan laut. Secara administratif wilayah Kabupaten Bangka Selatan berbatasan langsung dengan daratan wilayah kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu :  Selat gaspar di sebelah timur  Selat Bangka di sebelah Barat  Kabupaten Bangka Tengah di sebelah utara  Laut Jawa dan Selat Bangka di sebelah Selatan Kabupaten Bangka Selatan Memiliki luas 3.607,08 Km2 yang terdiri 8 Kecamatan, 50 Desa dan 3 Kelurahan. nama nama Kecamatannya yaitu Kecamatan Payung, Kecamatan Simpang Rimba, Kecamatan Toboali, Kecamatan Air Gegas, Kecamatan Lepar Pongok, Kecamatan Pulau Besar, dan Kecamatan Tukak Sadai Kabupaten Bangka Selatan beriklim Tropis Tipe A dengan variasi curah hujan antara 82,1 hingga 372,7 mm tiap bulan, dengan curah hujan terendah pada bulan Juli. Suhu rata-rata daerah Kabupaten Bangka Selatan berdasarkan data dari Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Pangkalpinang menunjukkan variasi antara 25,90 celcius hingga 27,50 celcius. Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 77,0 hingga 86,3 persen. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 1-1 LAPORAN AKHIR Komoditi unggulan Kabuapaten Bangka Selatan yaitu pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan jasa, sektor pertanian komoditinya adalah jagung, ubi jalar dan ubi kayu, sektor perkebunan komoditinya adalah kelapa sawit, kerat, kopi, kelapa dan lada, sektor perikanan komoditinya adalah perikanan tangkap, sektor peternakan komoditinya adalah sapi, babi, domba, kambing dan kerbau dan sektor jasa komoditinya adalah wisata alam dan wisata budaya. a. Dasar Hukum  Permen PU No. 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis : Pembangunan Drainase Kota;  UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;  Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum : Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dijelaskan bahwa “Setiap Warga Negara Berhak Untuk Mendapatkan Tempat Tinggal Dan Lingkungan Hidup Yang Baik Dan Sehat”;  Rapermen PU Air Limbah tahun 2014 : Perencanaan Drainase dan sistem Drainase Permukiman dan Air Limbah. b. Gambaran Umum Ketersediaan infrastruktur yang memadai dan berkesinambungan merupakan kebutuhan mendesak untuk mendukung pelaksanaan pembangunan nasional. Drainase merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat diperlukan dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah khususnya lingkungan permukiman penduduk. Untuk mendukung tujuan pembangunan drainase di lingkungan permukiman dan terciptanya pengelolaan dan pelayanan drainase yang berkualitas dan meningkatnya efisiensi dan cakupan pelayanan drainase di lingkungan permukiman penduduk, maka diperlukan suatu langkah sistematis dalam menjamin kuantitas dan kualitas konstruksi yang akan dibangun sesuai dengan kriteria standar yang telah ditentukan dan dokumen perencanaan yang akan disusun. Permen PU No. 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis : Pembangunan Drainase Kota. Konsistensi jaminan tersebut dilandasi dengan selalu mengutamakan manfaat DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 1-2 LAPORAN AKHIR bagi masyarakat dan pemenuhan terhadap pelaksanaan program pemerintah. Di ikuti dengan RAPERMEN AL Drainase Tahun 2014 yang menyebutkan perencanaan Drainase Permukiman. Untuk mendukung dasar pemikiran tersebut diperlukan kegiatan DED sehingga keluaran hasil perencanaan untuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur drainase. Diharapkan hasil perencanaan tersebut dapat memenuhi syarat spesifikasi teknis prasarana dan sarana drainase yang mencakup pada masa persiapan pelaksanaan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan pembangunan. c. Alasan Kegiatan Dilaksanakan Alasan kegiatan DED dilaksanakan adalah untuk mendapatkan keluaran hasil perencanaan pembangunan drainase lingkungan permukiman yang memenuhi syarat spesifikasi teknis prasarana dan sarana drainase yang mencakup pada masa persiapan pelaksanaan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan pembangunan. Untuk itu Satuan Kerja Pengembangan Air Minum dan Sanitasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Tahun Anggaran 2016 menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan DED Drainase Lingkungan Permukiman Kabupaten Bangka Selatan. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari kegiatan DED drainase lingkungan permukiman ini adalah untuk terciptanya perencanaan drainase lingkungan yang sistematis dan diharapkan mampu mengatasi banjir dilingkungan permukiman penduduk. Tujuan kegiatan adalah agar sistem drainase lingkungan permukiman yang direncanakan mampu mengurangi daerah genangan dan juga mengurangi daerah rawan banjir yang diakibatkan oleh sistem drainase yang buruk atau lingkungan permukiman yang belum tersedia drainase. 1.3 Sasaran Tersedianya jasa konsultan perencana dalam proses perencanaan DED yang dapat dipertanggungjawabkan dengan biaya wajar sehingga dapat melaksanakan pekerjaan DED Drainase Lingkungan Permukiman dan mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 1-3 LAPORAN AKHIR 1.4 Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan ini adalah sebagai berikut: a. Lingkup Kegiatan Umum  Mengadakan survei kondisi lapangan yang sebenarnya untuk dapat mengetahui daerah rawan banjir dan memperkirakan kawasan yang terkena genangan banjir.  Mencari/meneliti penyebab genangan banjir dari kondisi geografis kota dan kondisi fisik saluran drainase kota.  Melakukan koordinasi secara intensif kegiatan perencanaan sistem DED Drainase kepada instansi terkait khususnya Pemerintah Daerah agar nantinya perencanaan yang sudah dibuat dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. b. Lingkup Kegiatan Spesifik  Pengidentifikasikan peraturan dan kebijakan dalam pembangunan drainase  Pengambilan data primer dan sekunder berupa:  Data Klimatologi (hujan, kelembaban, suhu, penyinaran matahari);  Data hidrologi (tinggi muka air, debit sungai, laju sedimentasi, pengaruh air balik, peil banjir, karakteristik daerah aliran);  Data sistem drainase (kuantitatif banjir/genangan berikut permasalahannya, hasil rencana);  Data peta (peta dasar, peta sistem drainase, sistem jaringan jalan yang ada, peta tata guna lahan, peta topografi skala 1:5.000 sampai dengan 1:50.000 yang disesuaikan dengan tipologi kota, peta kontur);  Data kependudukan (jumlah penduduk, kepadatan penduduk, laju pertumbuhan penduduk, penyebaran penduduk, kepadatan bangunan, prasarana dan fasilitas kota yang ada dan rencana, sosial ekonomi);  Data tanah (morfologi, sifat tanah dan penurunan muka tanah);  Data lain-lain (rencana pengembangan kota, pembiayaan, institusi/kelembagaan, dan peran serta masyarakat);  Menyusun kondisi sistem drainase seperti pola aliran, dimensi saluran, gambar dan bentuk penampang saluran, permasalah utama yang terjadi pada masing-masing saluran;  Membuat peta genangan termasuk didalamnya penyebab, besaran kerusakan/kerugian, luas, tinggi, lama, frekuensi dan waktu kejadian genangan; DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 1-4 LAPORAN AKHIR  Melakukan analisa kondisi terhadap sistem drainase;  Melakukan analisa kebutuhan seperti rencana alur saluran, kala ulang masingmasing saluran, debit rencana serta analisa perbedaan antara kebutuhan dan kondisi yang ada;  Melakukan usulan prioritas berdasarkan pembobotan dan rangking serta menyusun kegiatan jangka pendek, menengah dan panjang;  Menyusun usulan biaya termasuk didalamnya biaya pembangunan, penyediaan lahan, operasi dan pemeliharaan;  Memberikan rekomendasi baik secara struktural dan non struktural yang mendetil dan dapat dipertanggungjawabkan;  Nota perhitungan sebagai kumpulan dari hasil analisis hidrologi, analisis hidrolika, analisis struktur, kriteria-kriteria yang digunakan dan catatan lain yang dianggap perlu;  Dokumen pelelangan seperti dokumen prakualifikasi, undangan, instruksi peserta lelang, bentuk penawaran, bentuk jaminan, syarat teknis, syarat umum, syarat administrasi dan gambar desain perencanaan; 1.5 Pelaporan Metode pelaksanaan kegiatan ini melalui tahapan kegiatan yang disajikan dalam bentuk buku:  Laporan Pendahuluan, berisikan tentang metode dan rencana kerja konsultan dalam penyelesaian pekerjaan, sebanyak 10 eksemplar dan diserahkan 15 hari setelah menerima SPK (Surat Perintah Kerja).  Konsep Laporan Akhir, berisikan kriteria perencanaan dan konsep perencanaan secara keseluruhan, dibuat sebanyak 10 eksemplar dan diserahkan 90 hari menerima SPK (Surat Perintah Kerja).  Laporan Akhir, berisikan seluruh hasil kegiatan penyusunan perencanaan DED sebanyak 10 eksemplar disertai dengan CD yang berisikan semua file sebanyak 5 buah dan telah didiskusikan serta disetujui oleh tim teknis dan pihak terkait. Laporan Akhir diserahkan kepada pengguna jasa 30 hari setelah penyerahan Konsep Laporan Akhir. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 1-5 LAPORAN AKHIR 1.6 Sistematika Penyusunan Sistematika penyusunan laporan pendahuluan kegiatan “DED Drainase Lingkungan Permukiman Kabupaten Bangka Selatan” ini adalah sebagai berikut:  Bab 1 Pendahuluan  Bab 2 Gambaran Umum Lokasi  Bab 3 Metode sangat teknis ( tidak perlu ada pendekatan )  Bab 4. Kriteria Perencanaan Standar PU  Bab 5 Analisa Kawasan genangan dan prioritas penanganan, landasan penentuan pekerjaan DED  Bab 6 Analisa Hidrologi  Bab 7 Perencanaan DED drainase  Bab 8 Penyusunan RAB  Bab 9 Kesimpulan dan Saran-saran DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 1-6 PEMBATAS BAB II DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN LAPORAN AKHIR BAB II GAMBARAN UMUM Berisikan Tentang Gambaran Umum Wilayah Studi Mulai Dari Makro Sampai Mikro, Yaitu Mulai Dari Wilayah Provinsi, Kabupaten, serta wilayah kajian yang dijelaskan secara gambaran umum 2.1. Geografis, Kondisi Fisik dan Administratif 2.1.1. Geografis Secara geografis Kabupaten Bangka Selatan terletak pada 2° 26' 27" sampai 3° 5' 56" Lintang Selatan dan 107° 14' 31" sampai 105° 53' 09" Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Bangka Selatan memiliki luas lebih kurang 3.607,08 KM2 atau 360.708 Ha. Secara administratif wilayah Kabupaten Bangka Selatan berbatasan langsung dengan daratan wilayah kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan batas-batas administrasi wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Bangka Tengah Sebelah Timur : Selat Gaspar Di sebelah Barat dan Selatan Sebelah Barat : Selat Bangka dan Laut Jawa Sebelah Selatan : Laut Jawa Kabupaten Bangka Selatan Memiliki luas 3.607,08 Km2 yang terdiri 8 Kecamatan, 50 Desa dan 3 Kelurahan. nama nama Kecamatannya yaitu Kecamatan Payung, Kecamatan Simpang Rimba, Kecamatan Toboali, Kecamatan Air Gegas, Kecamatan Lepar Pongok, Kecamatan Pulau Besar, dan Kecamatan Tukak Sadai Kabupaten Bangka Selatan beriklim Tropis Tipe A dengan variasi curah hujan antara 82,1 hingga 372,7 mm tiap bulan, dengan curah hujan terendah pada bulan Juli. Suhu rata-rata daerah Kabupaten Bangka Selatan berdasarkan data dari Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Pangkalpinang menunjukkan variasi antara 25,90 celcius hingga 27,50 celcius. Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 77,0 hingga 86,3 persen. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2-1 LAPORAN AKHIR Gambar 2.1 Peta Orientasi Kabupaten Bangka Selatan Terhadap Provinsi Kepulauan Bangka Belitung DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2-2 LAPORAN AKHIR 2.1.2. Kondisi Fisik 2.1.2.1. Topografis Wilayah Kabupaten Bangka Selatan berada pada ketinggian rata-rata 28 meter di atas permukaan laut (DPL) dengan kontur wilayah yang datar dan bergelombang. Hanya sebagian kecil saja wilayah Bangka Selatan yang berbukit. Secara umum kondisi topografis di kabupaten ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu: 1. Dataran dengan kemiringan 0o-2o Dataran dengan kemiringan 0o-2o terletak pada dataran rendah sekitar pantai di bagian utara Kabupaten Bangka Selatan yaitu Bangka Kota bagian barat, bagian timur Kabupaten Bangka Selatan disebelah selatan yang berbatasan dengan laut dari Desa Gudang, Desa Batu Betumpang dan Desa Serdang. Selain itu, daerah dengan 0o-2o juga terdapat pada dataran sungai-sungai utama yang memiliki tingkat erosi lateral yang tinggi dengan morfologi pedataran. Terutama terdapat di tenggara Brunuk, Sungai Ulin mulai dari hulu di Tuwik sampai bagian barat Kerunding, Sungai Bangkaujung mulai dari hulu dibagian barat Pinang sampai bagian barat Kelubi, Air Pelawan mulai dari hulu di bagian timur Jelutung sampai bagian timur Malumut. 2. Dataran dengan kemiringan 2o-7o Sebagian besar dataran dengan kemiringan 2o-7o tersebar merata pada setiap daerah di Kabupaten Bangka Selatan terutama terletak dibagian utara dan selatan Kabupaten Bangka Selatan. 3. Dataran dengan kemiringan 7o-15o Daerah dengan kemiringan 7o-15o merupakan daerah daerah dengan morfologi perbukitan terletak pada bagian utara Kabupaten Bangka Selatan di Bukit Nangka, Bukit Batang, Bukit Murup, Bukit Burang, Bukit Mudung, Bukit Gebang, Gunung Gebang, Gunung Neneh, Bukit Gunung Berah, Bukit Terubuk Manawar, Bukit Keledang dan Bukit Tebas. Pada bagian selatan Kabupaten Bangka Selatan terletak di Bukit Gunung, Gunung Toboali, Gunung Muntai, Gunung Namak dan Daerah Tanjung Baginda serta Tanjung Ru. Sedangkan di Pulau Lepar terdapat di Bukit Modiuk serta sekitar Tanjung Merun dan Tanjung Labu. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2-3 LAPORAN AKHIR 2.1.2.2. Geohidrologi 1. Air Permukaan Kabupaten Bangka Selatan dilalui oleh beberapa sungai besar dan anak-anak sungai yang membelah wilayah kabupaten menjadi beberapa wilayah DAS (Daerah Aliran Sungai). Wilayah DAS yang terdapat di Kabupaten Bangka Selatan ini adalah: a. DAS Bantel, terletak sebagian besar di Kelurahan Toboali dan Desa Tukak Kecamatan Tukak Sadai. DAS ini berupa hutan non mangrove seluas 5.940 Ha dan lahan terbuka 2.293 Ha. b. DAS Kepoh, terletak bagian timur Kabupaten Bangka Selatan. DAS ini terdiri dari 9.455 Ha hutan non mangrove, 5.454 Ha lahan terbuka, 509 Ha lahan terbuka recharge area (area imbuhan), 26 Ha kolong recharge area. c. DAS Nyirih, terletak di bagian timur wilayah Kabupaten Bangka Selatan yang terdiri dari hutan non mangrove 42.040 Ha, lahan terbuka 9.023 Ha, lahan terbuka recharge area 1.641 Ha. d. DAS Kurau, terletak dibagian utara wilayah Kabupaten Bangka Selatan, DAS ini terdiri dari kawasan hutan non mangrove 23.224 Ha, areal terbuka 10.217 Ha lahan terbuka recharge area 3.110 Ha dan kolong recharge area 285 Ha. e. DAS Bangka Kota, terletak disebelah barat wilayah Kabupaten Bangka Selatan, wilayah DAS ini hanya sebagian kecil saja yang masuk kedalam wilayah administrasi Kabupaten Bangka Selatan. DAS ini terdiri dari Hutan non mangrove 24.935 Ha, lahan terbuka recharge area 320 Ha dan kolong recharge area 38 Ha. Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Bangka Selatan Nama DAS Luas (Km2) Debit (M3/dtk) DAS BANTEL 151,39 63,13 DAS KEPOH 484,71 202,12 DAS NYIRIH 527,04 219,78 DAS KURAU 657,69 274,26 DAS BANGKA KOTA 629,14 262,35 Sumber: DPU Pengairan Kab. Bangka Selatan, 2012 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2-4 LAPORAN AKHIR Berikut ini merupakan tabel klasifikasi sungai perkecamatan di Kabupaten Bangka Selatan: Tabel 2.2 Nama dan Klasifikasi Sungai Per Kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan 1 Toboali Sungai Utama Sungai Bantel 2 Air Gegas Sungai Kepuh S. S. S. S. 3 Payung Sungai Kurau 4 Simpang Rimba Sungai Bangkakota S. Jambu S.Ulir S. Bakanjung S. Pangkalbulih S. Babuair S. Kabal S. Kambuh S. Sembilang Besa S.Sembilang Kecil S. Balar S. Tambak S. Londong No. Kecamatan Sungai Sekunder S. Gosong S. Kepuh S. Serdang S. Bikang S. Keriak Nyirih Lilin Bedug Garut Sungai Tersier Air Keladang Air Jelemu Airn Tarum Besar Air Medang Air Tanggar Air Air Air Air Air Lesung Ringga Kalen Duren Kuning Pumpung Air Air Air Air Air Air Air Air Air Kambing Ketutu Dekat Sabut Pinang Nyireh Kemis Batang Jering Air Air Air Air Air Air Air Air Sabut Rajung Pering Lesungringa Regas Nudur Jelemu Pinang Air Air Air Air Idik Pelawan Parungkep Baru Air Palas Air Kurau Air Pering Air Rinduk Air Upang Air Pemancingan Air Aras Air Bunut Sumber: RTRW Kabupaten Bangka Selatan 2011-2031 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2-5 LAPORAN AKHIR Gambar 2.2 Peta Kondisi DAS di Kabupaten Bangka Selatan DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2-6 LAPORAN AKHIR 2. Air Tanah Kabupaten Bangka Selatan mempunyai 3 (tiga) jenis sistem akuifer berdasarkan kriteria komposisi litologi batuan dan kelulusan air serta kriteria keterdapatan air tanah dan produktifitas akuifernya yaitu : a. Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir.  Akuifer dengan produktifitas sedang. Akuifer dengan keterusan rendah sampai sedang mempunyai kedalaman muka air tanah beragam, umumnya kurang dari 2 meter, dengan debit sumur kurang dari 5 liter/detik. Air tanah umumnya bersifat asam (PH < 6,5). Di daerah pantai sebagian airnya bersifat payau atau asin diakibatkan pengaruh intrusi air laut sehingga tidak dapat dipakai untuk air minum ataupun irigasi.  Akuifer dengan produktifitas terbatas. Pada wilayah ini umumnya akuifer tidak menerus, tipis dan rendah keterusannya. Kedalaman muka air tanah kurang dari 3 meter, dengan debit sumur kurang dari 5 liter/detik. Air umumnya bersifat asam (PH <6,5). Sebagian di daerah pantai, air tanah bersifat payau atau asin akibat pengaruh intrusi air laut. b. Akuifer dengan melalui celahan dan ruang antar butir. Akuifer dengan keterusan sangat beragam, kedalaman muka air tanah beragam umumnya kurang dari 3 meter. Debit sumur kurang dari 5 liter/detik dengan PH bersifat asam (<6,5). Sebaran akuifer ini meliputi wilayah setempat produktif di sekitar Lesat. c. Akuifer bercelah atau sarang dengan produktifitas kecil.  Akuifer produktifitas kecil setempat berarti. Pada akuifer ini umumnya mempunyai keterusan rendah, setempat pada yang lemah dapat dijumpai mata air dengan debit kecil (< 2 liter/detik). Air tanah dangkal dengan jumlah terbatas dapat diperoleh di daerah lembah perbukitan, zona pelapukan dan rekahan batuan padu. Wilayah ini meliputi daerah morfologi perbukitan yang disusun batuan sedimen padu, batuan metamorf dan batuan beku, air tanah umumnya bersifat asam (PH<6,5).  Air tanah langka. Pada daerah ini air tanah langka dan sulit dijumpai kecuali pada zona rekahan batuan yang pada umumnya muncul sebagai mata air. Penyebarannya meliputi daerah DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2-7 LAPORAN AKHIR morfologi perbukitan yang disusun batuan sedimen padu, batuan metamorf dan batuan beku, air tanah umumnya bersifat asam (PH<6,5). Daerah yang mempunyai ketersediaan air yang cukup terdapat pada daerah satuan aluvium, akan tetapi secara kualitatif tidak semua air pada aluvium layak diminum. Hanya pada aluvium sungai dan pantai yang dapat diminum. Daerah permukiman yang berkembang pada satuan aluvium antara lain seperti Serdang, Air Gegas, Delas, Pangkalan Buluh, Batu Betumpang, Bangka Kota, Kumbang. Kota-kota dan permukiman berkembang pada Formasi Tanjung Genting dengan litologi batupasir antara lain Toboali, Tukak, Gadung, Bikang, Air Bara, Pasu, Nyelanding, Bedengung, Payung, Malik, Ranggung, Jelutung, Gudang, Penutuk, Tanjung Sangkar dan Tanjung Labu. Gambaran mengenai Kondisi Geohidrogi dapat dilihat pada Gambar 2.4. 3. Keadaan Iklim Kabupaten Bangka Selatan beriklim Tropis Tipe A dengan variasi curah hujan antara 0,8 hingga 311 mm untuk tahun 2014 dengan curah hujan terendah pada bulan September. Suhu rata-rata daerah Kabupaten Bangka Selatan berdasarkan data dari Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Pangkalpinang menunjukkan variasi antara 23,10 o Celcius hingga 32,70o Celcius. Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 70 hingga 86 persen pada tahun 2014. Sementara, intensitas penyinaran matahari pada tahun 2014 rata-rata bervariasi antara 21,9 hingga 85,3 persen dan tekanan udara antara 1009,7 mb hingga 1012,1 mb. 2.1.3. Kondisi Administratif Kabupaten Bangka Selatan merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang merupakan bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang pembentukannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat, dan Kabupaten Belitung Timur di Provinsi. Kepulauan Bangka Belitung. Kabupaten Bangka Selatan yang merupakan Kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Bangka yang terletak di bagian Selatan Pulau Bangka dengan luas wilayah ± 3.607,08 Km2 atau 360.708 Ha. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2-8 LAPORAN AKHIR Gambar 2.3 Peta Hidrogeologi Kabupaten Bangka Selatan DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2-9 LAPORAN AKHIR Secara administratif wilayah Kabupaten Bangka Selatan berbatasan langsung dengan daratan wilayah kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu dengan wilayah Kabupaten Bangka Tengah. Kabupaten Bangka Selatan terdiri dari 8 Kecamatan, 3 kelurahan dan 50 desa serta didukung 204 dusun/ lingkungan. Ketujuh kecamatan yaitu Kecamatan Simpang Rimba, Payung, Air Gegas, Toboali, Lepar Pongok, Kecamatan Pulau Besar dan Tukak Sadai. Secara lengkap, pembagian wilayah administratif Kabupaten Bangka Selatan diuraikan dalam Tabel 2.3. Tabel 2.3 Kecamatan Toboali Jumlah Kelurahan, Desa dan Dusun / Lingkungan menurut Kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan Luas Wilayah Dusun/ Kelurahan Desa Jlh Lingkungan (Km2) (% thd Total) 3 8 11 38 1.460.340 40 % Air Gegas 10 10 46 853.635 24 % Payung 9 9 31 372.950 10 % Simpang Rimba Lepar Pongok 7 4 7 4 32 12 362.310 172.313 10 % 5% Tukak Sadai 5 5 7 126.000 3% Pulau Besar 5 5 19 169.873 5% Kepulauan Pongok Bangka Selatan 2 2 12 89.670 2% 50 53 204 3 3.607,08 100 % Sumber: Bangka Selatan Dalam Angka, 2015 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 10 LAPORAN AKHIR Gambar 2.4 Peta Administrasi Kabupaten Bangka Selatan DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 11 LAPORAN AKHIR 2.2. Demografi Kondisi demografi suatu wilayah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses pembangunan. Hal tersebut disebabkan penduduk merupakan objek sekaligus subjek pembangunan yang senantiasa terkait dengan setiap kebijakan pemerintah. Adanya data kependudukan yang benar, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, diharapkan akan memperbesar tingkat keberhasilan kebijakan pembangunan suatu wilayah. 1. Pertumbuhan dan Proyeksi Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2014 sebesar 189.492 jiwa, terdiri dari 98.304 jiwa laki-laki dan 91.188 jiwa perempuan. Rasio jenis kelamin tahun yang sama sebesar 108, artinya pada tahun 2011 untuk setiap 208 penduduk di Kabupaten Bangka Selatan terdapat 100 penduduk perempuan dan 108 penduduk laki-laki. Diantara kedelapan kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bangka Selatan, Kecamatan Toboali mempunyai jumlah penduduk terbanyak dengan daerah terluas, yaitu 73.001 jiwa dan 1.460,34 km2. Sedangkan Kecamatan yang jumlah penduduk paling rendah adalah Kecamatan Kepulauan Pongok dengan jumlah penduduknya 2 4.729 jiwa dengan luas 89,67 km . Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangka Selatan dilihat dari perkembangan indikator ekonomi makro tahun 2010, melalui PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) dengan migas dan nonmigas mengalami peningkatan sebesar 6,12 persen atau Rp 2.690.387 dibandingkan tahun 2009 hanya sebesar Rp 2.403.747. Sedangkan laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) menurut lapangan usaha di Bangka Selatan, semuanya menunjukan peningkatan yang signifikan. Hampir semua sektor usaha, kecuali sektor bangunan yang hanya sebesar 9,8 persen dan sektor jasa 7,75 persen, dibandingkan tahun 2009 sebesar 10,11 persen. Sementara itu, PDRB atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha, pada tahun 2009 dan 2010 masing, sektor pertanian 4,41 persen naik 5,22 persen, pertambangan dan energi dari 2,35 persen, tahun 2010 meningkat menjadi 4,33 persen, Industri pengolahan dari 2,00 persen naik menjadi 4,37 persen, listrik, gas dan air bersih 4,85 persen menjadi 21,68 persen. Untuk sektor perdagangan hotel dan restoran dari 4, 96 persen naik menjadi 8,67 persen, transportasi dan komunikasi 3,39 persen menjadi 5,48 persen, keuangan persewaan dan perusahaan 5,93 persen menjadi 7,74 persen. Berikut merupakan tabel perkembangan dan pertumbuhan jumlah penduduk Kabupaten Bangka Selatan pada Tahun 2014: DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 12 LAPORAN AKHIR Tabel 2.4 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Rata-rata Penduduk Per Km2 di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2014 Luas Rata-rata Kecamatan Wilayah Laki-laki Perempuan Jumlah penduduk per (Km2) Km2 Payung 372,95 10.480 9.740 20.220 54 Pulau Besar 169,87 4.472 3.893 8.365 49 Simpang Rimba 362,30 11.801 11.045 22.846 63 1.460,34 37.717 35.284 73.001 50 Tukak Sadai 126,00 6.015 5.505 11.520 91 Air Gegas 853,64 21.45 19.894 41.352 48 Lepar Pongok 172,31 3.892 3.567 7.459 43 89,67 2.469 2.260 4.729 53 3.607,08 98.304 91.188 189.492 53 Toboali Kepulauan Pongok Total Sumber : Bangka Selatan Dalam Angka 2014. Berdasarkan distribusi jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Bangka Selatan, kecamatan dengan distribusi penduduk yang terbesar berada di Kecamatan Toboali (37%) dan distribusi penduduk terendah berada di Kecamatan Kepulauan Pongok (5%). Gambar 2.5 Peta Distribusi Jumlah Penduduk Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2014 Sumber: Bangka Selatan dalam Angka 2014, Diolah. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 13 LAPORAN AKHIR 2.3. Kondisi Perekonomian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi perekonomian di suatu wilayah dalam satu periode tertentu, biasanya satu tahun. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah bruto barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi berdasarkan harga pada setiap tahun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan berdasarkan harga pada tahun dasar, dalam hal ini tahun 2010. Pada tahun 2014, PDRB atas dasar harga berlaku di Kabupaten Bangka Selatan dengan migas sebesar 6.429.776 juta rupiah. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya menunjukkan peningkatan dimana pada tahun 2013 PDRB atas dasar harga berlaku dengan migas sebesar 5.820.036 juta rupiah. Demikian juga, PDRB atas dasar harga konstan 2010 baik dengan migas maupun tanpa migas pada tahun 2014 menunjukkan peningkatan. Gambar 2.6 PDRB atas dasar harga berlaku di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2010-2014 Sumber: Bangka Selatan dalam Angka 2015 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 14 LAPORAN AKHIR Gambar 2.7 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Bangka Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Lapangan Usaha 2010 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 33,369 33,77 36,17 37,34 37,11 34,30 33,74 30,67 28,46 28,08 Industri Pengolahan 3,69 3,63 3,59 3,56 3,44 Listrik,Gas 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05 Air, Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 Konstruksi 6,23 6,39 6,54 6,72 6,94 Perdagangan besar dan eceran 9,63 9,53 9,53 9,60 9,54 Transportasi dan pergudanga 0,65 0,62 0,65 0,69 0,71 Penyediaan Akomodasi 1,48 1,53 1,62 1,72 1,75 Informasi dan Komunikasi 0,50 0,48 0,48 0,47 0,47 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,36 0,39 0,44 0,46 0,47 Ral Estate 2,69 2,79 3,05 3,24 3,35 Jsa Perusahaan 0,12 0,12 0,12 0,13 0,13 Pertanahan dan Jaminan Sosial Wajib 4,04 4,31 4,37 4,77 5,04 Jasa Pendidikan 1,81 1,86 1,93 1,99 2,09 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,52 0,51 0,51 0,51 0,52 Jasa Lainnya 0,26 0,27 0,28 0,29 0,30 Dengan Migas 100 100 100 100 100 91,03 91,16 91,65 91,90 92,93 Pertambangan dan Penggalian Tanpa Migas 2011 2012 2013 2014 Sumber: Bangka Selatan dalam Angka 2015 1. Pertumbuhan Ekonomi Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator penting untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu strategi pembangunan diupayakan untuk menggali potensi yang ada agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di daerah tersebut. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2014 mengalami sedikit koreksi dibandingkan tahun 2013. Berdasarkan penghitungan PDRB atas dasar harga konstan 2010, laju pertumbuhan ekonomi tahun 2014 dengan migas sebesar 4,40 persen. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 15 LAPORAN AKHIR Gambar 2.8 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bangka Selatan dari Tahun 2010-2014 Sumber: Bangka Selatan dalam Angka 2015, Diolah. 2. Struktur Ekonomi Struktur perekonomian menunjukkan besarnya kontribusi masingmasing sektor ekonomi di suatu daerah. Besarnya pengaruh suatu sektor ekonomi, sesuai dengan arah kebijakan baik ekstern maupun intern serta kemampuan daya dukung dalam meningkatkan nilai tambah bruto. Dengan mengamati struktur perekonomian akan tampak sampai seberapa jauh kekuatan ekonomi suatu negara atau daerah. Indikator perekonomian makro semacam ini sangat penting bagi pengambilan keputusan untuk mengarahkan sasaran kebijakan pembangunan di masa yang akan datang. Perekonomian di Kabupaten Bangka Selatan tahun 2014 masih ditopang oleh sektor primer dan sektor sekunder. Sektor primer meliputi sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Sektor primer ini mempunyai kontribusi cukup besar masing-masing sebesar 37,11 persen untuk pertanian dan 28,08 persen untuk pertambangan. Sedangkan pada sektor sekunder yaitu sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 3,44 persen, dan untuk sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor bangunan masing-masing memberikan kontribusi sebesar 0,05 persen dan 6,94 persen. Untuk sektor tersier yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa sebesar 24,42 persen. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 16 LAPORAN AKHIR Tabel 2.5 Sektor Klasifikasi Sektor Ekonomi Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bangka Selatan No Lapangan Usaha Primer Sekunder Tersier I II III IV V VI VII VIII IX Sumber: RPJMD Kabupaten Bangka Selatan 2011-2015 Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keu, Sewa & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa 3. PDRB per Kapita Pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan penduduk merupakan 2 sisi kebijakan yang harus dapat berjalan seiring, sebab tingginya laju pertumbuhan ekonomi yang diiringi dengan melambatnya pertumbuhan penduduk suatu daerah, akan mendorong terjadinya peningkatan dalam pendistribusian PDRB yang akhirnya akan mampu meningkatkan pendapatan per kapita daerah tersebut, tentunya dengan didukung oleh berbagai kebijakan yang mampu mendistribusikan hasil pembangunan tersebut. PDRB per kapita merupakan salah satu ukuran indikator kesejahteraan penduduk dan sering digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk di suatu wilayah. Pada tahun 2014, PDRB per kapita penduduk berdasarkan harga berlaku di wilayah ini sebesar Rp. 33.931.651. 4. Realisasi Penerimaan PAD Realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) hasil rekapitulasi PAD Kabupaten Bangka Selatan menurut jenis Pajak/ Retribusi untuk tahun anggaran 2014 realisasi yang diterima 28.907.044.201,0 rupiah dari target sebesar 20.106.976.434,00 rupiah atau 143,8 persen dari target yang ditetapkan. 2.4. Tata Ruang Wilayah 2.4.1 Rencana Struktur Ruang Sesuai dengan Pasal 26 UU 26/2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten memiliki jangka waktu perencanaan selama 20 (dua puluh) tahun. Dengan demikian, diharapkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bangka Selatan dapat berfungsi sebagai acuan instansi pusat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka Selatan dalam menyusun dan melaksanakan program lima tahunan dalam DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 17 LAPORAN AKHIR kurun waktu dua puluh tahun yang diharapkan dapat memberikan indikasi bagi penyusunan program pengembangan sektoral serta pengembangan pada wilayah yang diprioritaskan pengembangannya. 1. Penetapan Pusat Pelayanan Kegiatan; Rencana penetapan pusat pelayanan kota meliputi rencana pengembangan sistem hirarki pusat kota, Sub pusat kota dan pusat lingkungan meliputi:  Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL) meliputi Ibu Kota Kecamatan Toboali dan ibu kota Kecamatan Payung yang diarahkan sebagai pusat jasa dan perdagangan yang melayani beberapa kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan.  Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di Kabupaten Bangka Selatan berada di Air Gegas, Sadai di Kecamatan Tukak Sadai, dan Batu Betumpang di Kecamatan Pulau Besar. Pengembangan PPK disesuaikan dengan ketersediaan dan daya dukung lahan terhadap kegiatan yang akan dikembangkan dimasa yang akan datang. - Pusat pemerintahan, fasilitas pelayanan umum, perdagangan dan jasa, merupakan pusat orientasi yang memberikan pelayanan bagi penduduk yang ada di kecamatan tersebut dan dialokasikan di ibukota kecamatan sebagai pengikat lingkungan dan fasilitas bersosialisasi. Untuk merangsang pertumbuhan pusat pelayanan sekunder ini, maka pengalokasiannya diarahkan pada simpulsimpul jalan utama kawasan/kota yang mempunyai aksesibilitas baik sehingga mudah dijangkau dari seluruh bagian wilayah kotanya. Jenis kelengkapan fasilitas pendukung yang dikembangkan di pusat pelayanan sekunder ini berupa: Kantor Kecamatan, Balai Pertemuan/GSG (Gedung Serba Guna), Kantor Polsekta, Kantor Pos Pembantu, Bank Cabang Pembantu dan jasa keuangan lainnya, Fasilitas Pemadam Kebakaran dengan skala pelayanan lingkungan. Supermarket, Pertokoan ataupun Ruko, Fasilitas Ibadah, Fasilitas Pendidikan hingga setara SLTA/SMEA, Puskesmas, Balai Pengobatan, Poliklinik, Balai Pertemuan/GSG, Rumah makan/Restoran/Pujasera, salon kecantikan, Taman bermain. Lapangan olahraga, dan fasilitas pendukung lainnya. - Pusat perdagangan dan jasa serta fasilitas pelayanan umum di luar ibukota kecamatan dan berfungsi sebagai pusat orientasi yang memberikan pelayanan bagi penduduk dan sebagai pengikat lingkungan untuk berinteraksi dan bersosialisasi antarmasyarakat. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 18 LAPORAN AKHIR  Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) ditetapkan di pusat-pusat desa sebagai pusat pelayanan bagi desa itu sendiri atau beberapa desa di sekitarnya. Jenis fasilitas yang akan dikembangkan. diantaranya: - Balai Pertemuan/GSG; - Taman bermain dan Lapangan olahraga; - Kantor Pos Pembantu/Warpostel dan Telepon umum; - Fasilitas Pemadam Kebakaran dengan skala pelayanan lingkungan; - Pasar, Supermarket, Pertokoan ataupun Ruko, Pujasera dan kegiatan komersial lainnya; - Fasilitas ibadah; - Fasilitas pendidikan seperti TK, SD dan SLTP; - Balai Pengobatan, Poliklinik ataupun Tempat Praktek Dokter dan Apotik; - Fasilitas rekreasi dan olahraga; - Taman bermain; - Fasilitas pendukung lainnya. Rencana pusat pelayanan lingkungan (PPL) di Kabupaten Bangka Selatan terletak di penutuk Kecamatan Lepar Pongok dan Kecamatan Simpang Rimba. 2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama. meliputi:  Pengembangan Prasarana Transportasi Darat - Pengembangan Prasarana Jalan berupa Pengembangan Jalan Kolektor Primer 1 dan Pengembangan Jalan Kolektor Primer 2 yakni Jaringan trans Bangka Belitung yang melintasi ruas jalan Toboali – Rias – Gusung – Tanget – Batu Betumpang; ruas jalan air bara – Toboali – Sadai; ruas jalan Simpang Bencah – Tepus; dan ruas jalan Tepus – Kelidang. Selain itu juga pengembangan jaringan jalan kolektor primer K1 diantaranya ruas jalan Air Bara – Simpang Air Gegas; ruas jalan Simpang Air Gegas – Simpang Nanas Toboali; dan ruas Jalan Simpang Nanas. Toboali – Sadai. Sedangkan rencana sistem jaringan jalan kolektor primer K 2 yang ada di Kabupaten Bangka Selatan, diantaranya : ruas Jalan Simpang Air Bara – Simpang Payung; ruas jalan Simpang Payung – Pangkal Buluh – Malik; dan ruas jalan Simpang Nanas Toboali – Simpang Kantor Pos. Toboali. - Rencana Jaringan Prasarana Lalu Lintas. Pengembangan terminal penumpang dan barang di Kabupaten Bangka Selatan meliputi: Terminal Penumpang Tipe C DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 19 LAPORAN AKHIR terdapat di Bikang Kecamatan Toboali; Terminal Penumpang Tipe C terdapat di Payung. Kecamatan Payung, Terminal Barang terdapat di Sadai. - Rencana Jaringan Layanan Lalu Lintas terdiri atas Trayek angkutan umum penumpang di Kabupaten Bangka Selatan. - Terdiri dari angkutan penumpang dan angkutan barang. diantaranya sebagai berikut: 1) Trayek angkutan penumpang, terdiri atas : Sadai – Toboali; Toboali – Rias/transmigrasi/sungai gusung; Toboali – Bikang; Toboali – Rindik/Kepoh; Air Gegas – Payung; Air Gegas - Batubetumpang; Payung – Simpang Rimba; Payung – Malik; Simpang Rimba – Bangka Kota; Simpang Bencah – Tepus; Ruas jalan dalam Kota Toboali; Ruas jalan dalam Komplek Perkantoran Pemkab. Bangka Selatan; Toboali – Air Bara; Payung – Air Bara; Payung – Malik; Air Gegas – Air Bara; Simpang Rimba – Bangka Kota; dan Angkutan Pemadu Moda (Angkutan Khusus) Terminal Toboali – Pelabuhan Sadai. 2) Trayek angkutan barang. terdiri atas : Sadai – Toboali; Toboali – Pangkalpinang; Payung - Pangkalpinang; Toboali – Batu Betumpang; Simpang Rimba – Pangkalpinang dan Toboali – Simpang Rimba. - Pengembangan Transportasi Laut - Rencana sistem jaringan transportasi laut di Kabupaten Bangka Selatan terdiri dari tatanan kepelabuhanan dan penataan alur pelayaran. - Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Bangka Selatan adalah : 1) Pelabuhan utama yaitu pelabuhan Sadai di Kecamatan Tukak Sadai dan Pelabuhan Bangka Kota di Kecamatan Simpang Rimba; 2)Pelabuhan pengumpan yaitu pelabuhan Rakyat Sadai; 3) Pelabuhan pengumpul yaitu pelabuhan Pelabuhan Pelabuhan Rakyat Penutuk, Pelabuhan Rakyat Tj. Sangkar, Pelabuhan Rakyat Pulau Tinggi, Pelabuhan Rakyat Tj. Labu, Rakyat Pongok, Pelabuhan Rakyat Tj. Gading, Pelabuhan Rakyat Kepoh, Pelabuhan Rakyat Gusung, Pelabuhan Rakyat Batu Betumpang dan Pelabuhan Rakyat Permis. - Pengembangan alur pelayaran meliputi: 1) Lintas penyeberangan sabuk tengah yang menghubungkan pelabuhan: Sadai – Tanjung Roe (Kabupaten Belitung); Sadai – Batu Betumpang; Sadai – Tanjung Gading; Sadai – Pangkal Balam; dan Sadai – Jakarta. 2) Lintas koneksitas yaitu : DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 20 LAPORAN AKHIR Sadai – Pongok (P. Liat), via Tj. Labu/ Tj. Sangkar ke Belitung; Pongok (P. Liat) – Mendanau (Kabupaten Belitung) koneksitas via Belitung dan Belitung Timur; Pulau Besar – Selapan (Oki – Sumsel)); koneksitas ke Sumatera; Sadai – Tanjung Pandan (Belitung); koneksitas Jakarta; dan Bangka Kota – Selapan (Oki Sumsel). 3. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lainnya  Rencana Sistem Jaringan Energi berupa pengembangan prasarana sumberdaya energi dan dan rencana pengembangan jaringan energi. - Prasarana Sumberdaya Energi, rencana pengembangan pembangkit tenaga listrik di Kabupaten Bangka Selatan diantaranya adalah: 1) Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Toboali, terdapat di Toboali (Kecamatan Toboali) dan Tanjung Labu (Kecamatan Lepar Pongok); 2) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bangka Baru II Toboali di Kecamatan Tukak Sadai; 3) Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) terdapat di Kecamatan Simpang Rimba. - Rencana Pengembangan Jaringan Energi, Rencana jaringan prasarana energi adalah jaringan transmisi tenaga listrik diantaranya : 1) Gardu induk terdapat di Toboali; 2) Jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yaitu menghubungkan Koba dengan Toboali serta jaringan yang menghubungkan Air Gegas – Payung dan Simpang Rimba.  Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana telekomunikasi Kabupaten Bangka Selatan diantaranya: - Sistem jaringan kabel terdiri atas sambungan telepon langsung di Kecamatan Toboali. - Sistem jaringan seluler terdiri atas BTS (Base Transceiver Station) di seluruh kecamatan.  Rencana Sistem Jaringan Sumberdaya Air - Rencana pengembangan wilayah sungai (WS) mencakup: 1) DAS Nyirih; 2) DAS Bangka Kota; 3) DAS Kurau; 4) DAS Kepuh dan 5) DAS Bantel. - Rencana pengembangan daerah irigasi (DI) terdiri atas: DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 21 LAPORAN AKHIR 1) DI kewenangan Pemerintah Pusat. Terdiri atas: a) Daerah irigasi Rias dengan luas kurang lebih 4.500 (empat ribu lima ratus) hektar; b) Daerah irigasi Pergam dengan luas kurang lebih 4.500 (empat ribu lima ratus) hektar. 2) DI kewenangan Pemerintah Provinsi. Terdiri atas: a) Daerah irigasi Gusung dengan luas kurang lebih 2.086 (dua ribu delapan puluh enam) hektar; b) Daerah irigasi Bangka Kota dengan luas kurang lebih 1.500 (seribu lima ratus) hektar; c) Daerah irigasi Rindik/Kepoh dengan luas kurang lebih 1.200 (seribu dua ratus) hektar; d) Daerah irigasi Dungun dengan luas kurang lebih 1.500 (seribu lima ratus) hektar. 3) DI kewenangan Pemerintah Kabupaten. Terdiri atas : a) Daerah irigasi Bikang dengan luas kurang lebih 85 (delapan puluh lima) hektar; b) Daerah irigasi Jeriji dengan luas kurang lebih 800 (delapan ratus) hektar; c) Daerah irigasi Pumpung dengan luas kurang lebih 747 (tujuh ratus empat puluh tujuh) hektar; d) Daerah irigasi Tanjung Labu dengan luas kurang lebih 300 (tiga ratus) hektar; e) Daerah irigasi Temayang dengan luas kurang lebih 315 tiga ratus lima belas) hektar; f) Daerah irigasi Pongok dengan luas kurang lebih 25 (dua puluh lima) hektar; g) Daerah irigasi Sebagin dengan luas kurang lebih 600 (enam ratus) hektar.  Rencana Prasarana Pengelolaan Lingkungan Rencana Pengembangan Prasarana Persampahan. Pengembangan sistem jaringan persampahan berupa Tempat Pemrosesan Akhir Sampah di desa Kepoh Kecamatan Toboali. Kecamatan Air Gegas dan Kecamatan Payung. Untuk lebih jelasnya proyeksi timbulan sampah dan kebutuhan sarana persampahan sampai tahun 2031 di Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat pada tabel 2.6. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 22 LAPORAN AKHIR DAERAH LAYANAN Simpang Tabel 2.6 Proyeksi Timbulan Sampah Kab. Bangka Selatan Sampai Tahun 2031 PDDK VOLUME TIMBULAN SAMPAH (M3/HARI) KEBUTUHAN ARMADA JML PDDK TERLAYANI 2031 CONTAINER DOMESTIK NON-DOMESTIK TOTAL RITASI JML TRUK (JIWA) (JIWA) 6 M3 29.655 14.828 39,29 15,72 55,01 7 2 3 Payung 16.464 8.232 21,81 8,73 30,54 4 2 2 Air Gegas 69.268 34.634 91,78 36,71 128,49 15 2 8 Toboali 56.957 28.479 75,47 30,19 105,66 13 2 6 Lepar Pongok 19.029 9.515 25,21 10,09 35,30 4 2 2 Tukak Sadai 6.883 3.442 9,12 3,65 12,77 2 2 1 Pulau Besar 13.037 6.519 1,27 6,91 24,18 3 2 1 Total 80.679 40.340 106,90 42,76 149,66 18 2 9 Rimba Sumber: RTRW Kabupaten Bangka Selatan 2011-2031 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 23 LAPORAN AKHIR - Rencana sistem jaringan air minum. Rencana pengembangan sistem jaringan air minum di Kabupaten Bangka Selatan meliputi pengembangan jaringan air minum di : 1) PDAM di Kecamatan Toboali; 2) PDAM di Kecamatan Payung; 3) PDAM di Kecamatan Simpang Rimba; 4) PDAM di Kecamatan Lepar Pongok; 5) PDAM di Kecamatan Pulau Besar; 6) PDAM di Kecamatan Tukak Sadai; dan 7) PDAM di Kecamatan Air Gegas. Tabel 2.7 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kab. Bangka Selatan Sampai Tahun 2031 KEBUTUHAN AIR MINUM DAERAH LAYANAN JML PDDK 2031 (JIWA) PDDK TERLAYANI (JIWA) DOM (L/DET) NON-DOM (L/DET) TOT RATA (L/DET) PRODUKSI (L/DET) Simpang 29.655 10.676 12,36 3,71 16,06 17,67 Rimba Payung 16.464 5.927 6,86 2,06 8,92 9,81 Air Gegas 69.268 24.936 28,86 8,66 37,52 41,27 Toboali 56.957 20.505 23,73 7,12 30,85 33,94 Lepar 19.029 6850 7,93 2,38 10,31 11,34 Tukak Pongok 6.883 2.478 2,87 0,86 3,73 4,10 Pulau Sadai 13.037 4.693 5,43 1,63 7,06 7,77 Besar Total 80.679 29.044 33,62 26,41 114,45 125,90 Sumber: RTRW Kabupaten Bangka Selatan 2011-2031 - Rencana sistem jaringan drainase. Pengembangan sistem jaringan drainase di Kabupaten Bangka Selatan meliputi pengembangan drainase di kawasankawasan : 1) Kecamatan Toboali; 2) Kecamatan Lepar Pongok; 3) Kecamatan Simpang Rimba; 4) Kecamatan Air Gegas; 5) Kecamatan Payung; 6) Kecamatan Tukak Sadai; dan 7) Kecamatan Pulau Besar. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 24 LAPORAN AKHIR Gambar 2.9 Peta Struktur Ruang Kabupaten Bangka Selatan DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 25 LAPORAN AKHIR 2.4.2 Rencana Struktur Ruang Rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota adalah rencana distribusi peruntukan ruang wilayah kota yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budi daya yang dituju sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW kabupaten/kota yang memberikan gambaran pemanfaatan ruang wilayah kabupaten hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang. 1. Kawasan lindung adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu ekosistem yang terletak pada wilayah kabupaten. Kawasan lindung yang memberikan pelindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah kabupaten, dan kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan perundangundangan pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten. 2. Kawasan budidaya adalah kawasan budi daya yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudi dayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan. Tabel 2.8 Rencana Pola Ruang Kabupaten Bangka Selatan Rencana Pola Ruang Luas (Ha) % Kawasan Lindung Kawasan konservasi 1.712 0,81 Hutan lindung 18.155 6,79 Kawasan bergambut 20.630.94 5,72 Sempadan pantai 3.610.53 1,00 Sempadan sungai 2.167.56 0,60 Total Kawasan Lindung 53.800.82 15 Kawasan Budidaya Hutan produksi 93.817.94 26,01 Hutan rakyat 46.021.37 12,76 Industri 3.086 0,86 Rencana Pola Ruang Luas (Ha) % Pariwisata 1.540.2 0,43 Perkebunan 180.000 25,79 Permukiman pedesaan 1.393.46 0,39 Permukiman perkotaan 3.287.08 0,91 Pertambangan 19.879.88 5,51 Wilayah Penambangan Rakyat (WPR) 459.81 0,13 Pertanian tanaman pangan 45.000 4,24 Pertanian hortikultura 20.956.89 5,81 Pending zone (usulan perubahan fungsi 8.139.56 2,26 Total Budidaya lainnya) 306.907.13 85 hutanKawasan menjadi peruntukan Luas Total Budidaya Darat 360.708.00 100.00 Budidaya Laut Budidaya Perikanan 17.374.44 14.13 Perikanan Tangkap 126.410.35 76.92 Wilayah tambang laut 20.554 12.51 Luas Total Budidaya Laut 164.338.79 100.00 Sumber: RTRW Kabupaten Bangka Selatan 2011-2031 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 26 LAPORAN AKHIR Gambar 2.10 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Bangka Selatan DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 27 LAPORAN AKHIR 2.5. Kondisi Sosial Budaya 2.5.1 Kondisi Pendidikan 1. Jumlah Sarana Pendidikan Dalam mendukung keberhasilan sektor pendidikan, diperlukan langkah-langkah strategis, terencana serta terintegrasi. Diantaranya dengan memperluas akses pendidikan seluasluasnya yang terakumulasi dalam bentuk tersedianya sarana pendidikan yang dirangkum dalam tabel berikut. Tabel 2.9 Fasilitas Pendidikan Negeri yang Tersedia di Kabupaten Bangka Selatan TK SD/MI SLTP/MTs SLTA/SMK/MA Payung KECAMATAN 2 11 4 1 Pulau Besar 1 7 1 - Simpang Rimba 2 11 3 1 Toboali 1 29 8 2 Tukak sadai 2 4 2 - Air Gegas 1 12 5 1 Lepar Pongok 3 4 3 2 Kepulauan Pongok 1 3 1 - BANGKA SELATAN 13 81 27 7 Sumber : Bangka Selatan Dalam Angka 2015 2.5.2 Kesehatan 1. Sarana Prasarana Kesehatan Upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat dan status kesehatan penduduk dilakukan antara lain dengan meningkatkan fasilitas dan sarana kesehatan. Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah, Dengan upaya tersebut di harapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas. Untuk lebih detail sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Kabupaten Bangka Selatan akan disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini: DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 28 LAPORAN AKHIR Tabel 2.10 Jumlah BKIA, Balai Pengobatan, Puskesmas, Pustu dan Apotek Menurut Kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan Kecamatan BKIA Balai Pengobatan Puskesmas Pustu Apotek Umum Gigi - - - 1 5 - - - - 1 4 - - - - 1 4 - - - - 2 5 - - - 1 1 1 1 - Lepar Pongok - - - 1 1 8 2 - Kepulauan Pongok - - - 1 - - Jumlah - - - 9 29 1 1 Payung Pulau Besar Simpang rimba Toboali Tukak Sadai Air gegas Sumber : Bangka Selatan Dalam Angka 2015 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa akses pelayanan kesehatan masyarakat di Kabupaten Bangka Selatan sudah ada hingga tingkat kelurahan dengan adanya puskesmas dan pustu. 2. Jumlah Tenaga Kesehatan Pada Tahun 2014 jumlah tenaga paramedis non perawat kesehatan ada 19 orang yang berpendidikan AKZI, Akademi Rontgent 6 orang dan SPPH 20 orang. Sedangkan untuk jumlah tenaga medis, tahun 2014 jumlah Dokter Umum sebanyak 27 orang, Dokter Gigi 7 orang, Dokter Ahli Lain 4 orang, Apoteker 9 orang, SAA 28 orang dan Sarjana Kesehatan sebanyak 39 orang. Jumlah tenaga paramedis perawat kesehatan menurut jenis kesehatan pada tahun 2014 adalah sebagai berikut; jumlah para medis perawat berpendidikan SPK (Sekolah Perawat Kesehatan) 60 orang, D-III dan D-IV Perawat sebanyak 190 orang, Sarjana Keperawatan sebanyak 9 orang, Pendidikan Profesi Keperawatan 3 orang, SPPM (Sekolah Pembantu Para Medis) sebanyak 2 orang, Perawat Gigi 3 orang, Bidan/Akademi Bidan 114 orang, dan LCPK (Latihan Cepat Pekarya Kesehatan) 1 orang. 2.5.3 Kondisi Sosial Masyarakat Kondisi sosial masyarakat di Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat dari kepemelukan agama dan lapangan usaha yang utama di Kabupaten Bangka Selatan adalah pada sektor pertanian. Secara umum, masyarakat Kabupaten Bangka Selatan memeluk agama Islam dan dominasi jenis lapangan usaha berturut-turut yakni pertanian, pertambangan dan DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 29 LAPORAN AKHIR penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air minum, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan, tanah dan jasa perusahan, dan jasa kemasyarakatan. 1. Jumlah Pemeluk Agama Jika dilihat berdasarkan agama/kepercayaan yang dianut, di Kabupaten Bangka Selatan mayoritas penduduknya beragama Islam. Data tahun 2014 menunjukkan pemeluk Agama Islam sebanyak 96,06 persen, agama Kristen Protestan 0,72 persen, Kristen Katolik 0,42 persen, Budha 1,25 persen, Hindu 0,13 persen dan Konghucu 1,42 persen. Gambar 2.11 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Kepercayaan yang Dianut Sumber: Bangka Selatan dalam Angka 2015 Adapun jumlah rumah ibadah yang terdapat di Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini: DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 30 LAPORAN AKHIR Tabel 2.11 Kecamatan Jumlah Tempat Ibadah Menurut Kecamatan di Bangka Selatan Masjid Mushalla Langar Gereja Klenteng/Vihara Pura Vihara Payung 13 11 2 1 1 - 13 Pulau Besar 13 5 17 2 - 3 - Simpang Rimba 13 16 8 1 1 1 1 22 35 6 11 - - 10 9 - - - 1 12 41 2 - - - 2 6 - 1 - - 78 - 12 14 4 - Toboali 62 Tukak sadai 10 Air Gegas 24 Lepar Pongok Kepulauan Pongok Total 2014 12 147 118 15 Sumber: Bangka Selatan dalam Angka 2015 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Lapangan Usaha Jumlah penduduk Kabupaten Bangka Selatan usia 15 tahun ke atas atau yang termasuk Penduduk Usia Kerja (PUK) pada tahun 2014 sebanyak 132.825 jiwa atau 70,10 persen dari total penduduk. Penduduk Angkatan Kerja di Kabupaten Bangka Selatan sebanyak 89.823 jiwa. Sebanyak 88.740 orang yang bekerja terdiri dari 59.246 laki-laki dan 29.454 perempuan, sedangkan 1.083 orang yang belum mempunyai pekerjaan dari pekerjaan terdiri dari 414 laki-laki dan 669 perempuan. Dari total penduduk angkatan kerja tersebut terdistribusi kedalam beberapa sektor lapangan usaha dengan lapangan usaha yang terbanyak di Kabupaten Bangka Selatan yaitu pada sektor pertanian. Gambar 2.12 Distribusi Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Seminggu yang Lalu menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bangka Selatan Sumber: Bangka Selatan dalam Angka 2015 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 31 LAPORAN AKHIR 2.6. Pengelolaan Drainase Lingkungan Kondisi topografi wilayah Kabupaten Bangka Selatan sebagian besar berombak dan bergelombang (51%), rawa dan bencah/datar (25 %), lembah/datar sampai berombak (20 %) dan berbukit (4 %). Terdapat lebih kurang 12 buah sungai utama, 53 buah sungai sekunder dan 147 buah sungai tersier. Pada umumnya sungai di daerah Kabupaten Bangka Selatan berhulu di daerah perbukitan dan pegunungan dan bermuara di pantai laut. Pada dasarnya Kabupaten Bangka Selatan tidak ada danau alam, hanya ada bekas penambangan bijih timah yang luas dan hingga menjadikannya seperti danau buatan yang disebut kolong. Hampir keseluruhan dari saluran drainase merupakan saluran terbuka baik sungai maupun drainase jalan. Secara garis besar ada 2 (dua) pihak yang berperan, yaitu pemerintah dan masyarakat. Drainase yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat merupakan drainase untuk saluran pembuangan air limbah selain tinja yang berada disekitar tempat tinggal penduduk. Sedangkan drainase yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah sebagian besar merupakan drainase jalan. 2.6.1. a. Kelembagaan Aspek Aturan Undang-Undang Republik Indonesia 1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman; 2. Undang-undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air; 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun 1991 Tentang Sungai. Keputusan Menteri LIngkungan Hidup Republik Indonesia 1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih. Petunjuk Teknis 1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I. Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan; 2. Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P. Manual Teknis Saluran Irigasi. 3. Panduan dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan (Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan, 2003). DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 32 LAPORAN AKHIR b. Aspek Kelembagaan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang melakukan pembangunan dan pengelolaan sektor drainase adalah Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka Selatan. Dalam konteks yang lebih general, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka Selatan mempunyai tugas dan fungsi seperti dibawah ini yang juga mencakup sektor drainase : a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya; b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya; c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup dan tugasnya; Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Tabel 2.12 Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Lingkungan PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat PERENCANAAN  Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota  Menyusun rencana program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target  Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA √  Menyediakan / lingkungan PENGELOLAAN √ membangun sarana drainase √ √  Membersihkan saluran drainase lingkungan √  Memperbaiki saluran drainase lingkungan yang rusak  Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN √  Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun  Memastikan integrasi sistem drainase lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase sekunder dan primer  Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase lingkungan  Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan √ √ √ √ √ √ √ √ √ DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 33 LAPORAN AKHIR PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Kabupaten/Kota Swasta Masyarakat MONITORING DAN EVALUASI  Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota  Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan drainase lingkungan  Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan drainase lingkungan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan √ √ √ Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka Selatan, 2012 Tabel 2.13 Peta Peraturan Drainase Lingkungan Kabupaten Bangka Selatan Ketersediaan Peraturan Ada (Sebut) Tidak Ada Pelaksanaan Efektif Dilaksa nakan Belum Efektif Dilaksa nakan Tidak Efektif Dilaksa nakan KET DRAINASE LINGKUNGAN  Target capaian pelayanan √ pengelolaan drainase lingkungan di Kab/Kota ini  Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam √ menyediakan drainase lingkungan  Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam √ memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan  Kewajiban dan sanksi bagi √ masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainase lingkungan, dan menghubungkannya dengan sistem drainase sekunder  Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara √ sarana drainase lingkungan sebagai saluran pematusan air hujan Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka Selatan, 2012 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 34 LAPORAN AKHIR 2.6.2. a. Sistem dan Cakupan Pelayanan Sistem Pengelolaan Drainase Sesuai dengan kondisi topografi wilayah Kabupaten Bangka Selatan, pengelolaan drainase yang bersifat makro utamanya diluar kawasan pemukiman belum terkelola dengan baik dan belum mendapat perhatian yang memadai. Namun demikian, sektor drainase untuk kawasan pemukiman sudah mendapat perhatian yang cukup memadai. Sistem pengelolaan drainase yang ada di Kabupaten Bangka Selatan yaitu berupa selokan. Saluran pembuangan air limbah dari rumah kemudian dialirkan ke drainase jalan dan sebagian kecil diteruskan dan terhubung ke sungai/laut. Keseluruhan pembangunan drainase di Kabupaten Bangka Selatan bersumber dari anggaran pemerintah. Apabila drainase tersebut sudah selesai, terbangun maka pemeliharaannya pun umumnya diserahkan kepada masyarakat setempat agar tetap berfungsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengelolaan drainase pemukiman di Kabupaten Bangka Selatan saat ini secara keseluruhan dikelola dan dipelihara oleh masyarakat. Bila ditinjau dari rutinitas pemeliharaanya, maka seluruh desa/kelurahan tidak secara rutin membersihkan drainasedrainase yang tersedia. Momen pembersihan drainase hanya pada saat pada musim-musim hujan dan itupun dilakukan oleh masyarakat di lingkungan setempat. Dilihat dari aspek pihak yang berperan, pengelolaan drainase di Kabupaten Bangka Selatan baru hanya melibatkan pemerintah dan masyarakat sekitar objek drainase, sementara itu, pihak swasta maupun lainnya belum sama sekali terlibat. Dilihat dari aspek kondisi drainase yang tersedia disetiap desa/kelurahan, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar drainase tersebut masih lancar dan berfungsi dan sampai saat ini tidak ada bangunan pemukiman yang berada diatas saluran drainase. Berikut ditampilkan gambaran pengelolaan drainase di Kabupaten Bangka Selatan tahun 2012. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 35 LAPORAN AKHIR Tabel 2.14 Jumlah RT, Dusun Lingkungan, Kondisi dan Pengelolaan Drainase serta Keberadaan Bangunan Diatas Saluran Menurut Desa/Kelurahan di Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2012 Jumlah Kelurahan/Desa RT Dusun /Ling 14 14 16 17 14 22 9 10 4 16 19 21 8 8 23 12 10 20 2 10 9 13 26 8 12 17 6 3 3 5 3 6 2 2 4 4 2 3 4 2 3 2 3 4 2 2 3 2 7 2 4 4 Kondisi Drainase Saat Ini Lancar Mampet Pembersihan Drainase Rutin L AIR BARA AIR GEGAS BANGKA KOTA BATU BETUMPANG BEDENGUNG BENCAH BIKANG BUKIT TERAP CELAGEN DELAS FAJAR INDAH GADUNG GUDANG IRAT JELUTUNG II JERIJI KEPOH KEPOSANG KUMBUNG MALIK NADUNG NANGKA NYELANDING PAKU PANCA TUNGGAL PANGKAL BULUH - - P Tidak Rutin L P √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Pengelola oleh Pemda Kelurahan Masyaraka t (RT /RW) L P √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Bangunan Di Atas Saluran Swasta Ada Tidak Ada √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 36 LAPORAN AKHIR Jumlah Kelurahan/Desa RT Dusun /Ling Kondisi Drainase Saat Ini Lancar Mampet Pembersihan Drainase Rutin L PASIR PUTIH 20 PAYUNG 17 PENUTUK 12 PERGAM 14 PERMIS 25 PONGOK 7 RAJIK 20 RANGGAS 12 RANGGUNG 21 RIAS 35 RINDIK 10 SADAI 12 SEBAGIN 10 SENGIR 9 SERDANG 17 SIDOHARJO 19 SIMPANG RIMBA 13 SUKA JAYA 6 SJ. PERMAI 12 TG. KETAPANG 31 TG. LABU 10 TG. SANGKAR 12 TELADAN 52 TEPUS 16 TIRAM 10 TOBOALI 54 TUKAK 5 Ket : (-) Data Tidak Tersedia 5 4 4 4 10 7 4 4 4 6 3 3 5 3 4 5 4 2 4 6 3 3 5 5 2 6 2 - - P Tidak Rutin L P √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Pengelola oleh Pemda Kelurahan Masyaraka t (RT /RW) L P √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Bangunan Di Atas Saluran Swasta Ada Tidak Ada √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Sumber: Pendataan EHRA Kabupaten Bangka Selatan, 2012 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 37 LAPORAN AKHIR Secara keseluruhan sistem sanitasi pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.15 Input Grey Water Grey Water Grey Water Grey Water Grey Water Grey Water Grey Water Grey Water Grey Water Grey Water Grey Water Grey Water Grey Water Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungan User Interface Penamp ungan Awal Dapur Dapur Dapur Dapur Dapur Dapur Kamar mandi Kamar mandi Kamar mandi Kamar mandi Kamar mandi Kamar mandi Tempat Cuci Pakaian Pengaliran Pipa Saluran Pembuangan Lubang Galian Jalan/Halaman/ Kebun Sungai/Kolam/S elokan Got Saluran Tertutup Pipa Saluran Pembuangan Lubang Galian Jalan/Halaman/ Kebun Sungai/Kolam/S elokan Got Saluran Tertutup Pipa Saluran Pembuangan Pengola han Akhir Pembuangan / Daur Ulang Kode / Nama Aliran D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 D11 D12 D13 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 38 LAPORAN AKHIR Input Penamp ungan Awal User Interface Pengaliran Pengola han Akhir Pembuangan / Daur Ulang Kode / Nama Aliran Grey Water Tempat Cuci Pakaian Grey Water Tempat Cuci Pakaian Jalan/Halaman/ Kebun D15 Grey Water Tempat Cuci Pakaian Sungai/Kolam/S elokan D16 Grey Water Tempat Cuci Pakaian Grey Water Tempat Cuci Pakaian D14 Lubang Galian D17 Got D18 Saluran Tertutup Sumber: Pendataan EHRA Kabupaten Bangka Selatan, 2012 Jumlah rumah tangga pada setiap aliran sistem sanitasi pada diagram sanitasi diatas sebagai berikut: a. Aliran D1 sebanyak 301 rumah tangga j. b. Aliran D2 sebanyak 851 rumah tangga k. Aliran D11 sebanyak 987 rumah tangga c. Aliran D3 sebanyak 183 rumah tangga l. d. Aliran D4 sebanyak 424 rumah tangga m. Aliran D13 sebanyak 314 rumah tangga e. Aliran n. Aliran D14 sebanyak 802 rumah tangga D5 sebanyak 1.125 rumah Aliran D10 sebanyak 500 rumah tangga Aliran D12 sebanyak 579 rumah tangga tangga o. Aliran D15 sebanyak 124 rumah tangga Aliran D6 sebanyak 540 rumah tangga p. Aliran D16 sebanyak 537 rumah tangga g. Aliran D7 sebanyak 373 rumah tangga q. Aliran D17 sebanyak 1.025 rumah f. h. Aliran D8 sebanyak 869 rumah tangga i. Aliran D9 sebanyak 126 rumah tangga tangga r. Aliran D18 sebanyak 530 rumah tangga Tabel 2.16 Sistem Pengelolaan Drainase yang ada di Kabupaten Bangka Selatan Kelompok Teknologi yang Jenis Data (Perkiraan) Sumber Fungsi Digunakan Sekunder Nilai Data Data (2) Dapur (3) Jumlah (4) 3.424 rumah tangga (5) EHRA Kamar mandi Jumlah 2.192 rumah tangga EHRA Tempat Cuci Pakaian Jumlah 3.332 rumah EHRA (1) User Interface DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 39 LAPORAN AKHIR Kelompok Fungsi Teknologi yang Digunakan Jenis Data Sekunder (Perkiraan) Nilai Data Sumber Data tangga Pengaliran Pipa saluran pembuangan Jumlah 988 rumah tangga EHRA Lubang Galian Jumlah 2.522 rumah tangga EHRA Selokan/Sungai Jumlah 1.461 rumah tangga EHRA Got Jumlah 3.137 rumah tangga EHRA Saluran Tertutup Jumlah 1.649 rumah tangga EHRA Jalan/Halaman/kebun Jumlah 433 rumah tangga EHRA Sumber: Pendataan EHRA Kabupaten Bangka Selatan, 2012 b. Cakupan Pelayanan Drainase Saat ini seluruh desa/keseluruhan di Kabupaten Bangka Selatan sudah dibangun drainase. Jadi bila dilihat dari aspek cakupan per desa/kelurahan, maka di Kabupaten Bangka sudah mencapai 100 %. Namun bila dilihat lebih mendetail yakni berdasarkan per rumah, tentunya cakupan ini masih sangat kurang. Apalagi bila dilihat konektifitas drainase yang telah dibangun. Dapat dikemukakan bahwa drainase yang ada saat ini masih parsial dan terpisahpisah dan peta jaringan drainase secara makro belum tersedia. Bila dilihat dari sisi rumah tangga, hanya berkisar 11,4 % dari rumah tempat tinggal penduduk di wilayah Bangka Selatan mempunyai saluran untuk pembuangan air limbah rumah tangga non tinja. Sedangkan sisanya sebesar 88,6 % tidak memiliki saluran pembuangan air limbah air limbah selain tinja. Dari 11,4 % atau sebanyak 4.381 rumah tempat tinggal yang memiliki SPAL tersebut, 9,7 % diantaranya berupa dialirkan sungai/kolam/kanal, 4,2 % dialirkan ke drainase jalan/kebun/halaman, 25,7 % dialirkan ke saluran terbuka, 19,4 % dialirkan ke saluran tertutup dan 6,9 % dialirkan ke lubang galian. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 40 LAPORAN AKHIR Tabel 2.17 Banyaknya Genangan Berdasarkan Tinggi, Luas dan Lama Genangan Menurut Desa/Kelurahan di Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2011 Genangan Kelurahan 2011 Sumber Tinggi Luas Genangan Lama Genangan Tahun Cm Km2 1.70 0.00 Jam Bedengung Irat Sengir Payung Nadung Ranggung Pangkal Buluh Malik Paku Batu Betumpang Panca Tunggal Fajar Indah Sukajaya Sumber Jaya Permai 25 0.14 0.14 0 1 0 0 1 0 1 0 0 2 0.22 Jelutung II Gudang Sebagin Rajik Simpang Rimba Bangka Kota Permis 30 - 80 0.22 3 Rias Teladan Tanjung Ketapang Toboali Kaposang Gadung Bikang Jeriji Serdang Rindik Kepoh 20 - 50 30 - 50 50 - 100 20 - 50 1.13 0.20 0.18 0.41 0.23 2 5 5 5 Sadai Pasir Putih Tukak Tiram Bukit Terap 30 - 80 20 - 50 0.11 0.12 0.12 0.00 Considerable Index* 3 5 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Luas Genangan (tidak memenuhi SPM) Km2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1.13 0.20 0.18 0.41 0.23 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.11 0.12 0.12 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 Sumber Data: DPU Kab. Bangka Selatan, 2011 *) Mengacu SPM; lebih dari 30 cm, lebih dari 2 jam, lebih dari 2 kali kejadian dalam setahun DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 41 LAPORAN AKHIR Berdasarkan tabel genangan diatas, tercatat ada 9 desa/kelurahan yang terdapat genangan air. Desa/kelurahan tersebut adalah Batu Betumpang, Bangka Kota, Rias, Tanjung Ketapang, Toboali, Kepoh, Sadai dan Tanjung Labu. Desa/kelurahan yang bila dilihat dari tinggi genangan yang paling besar adalah Tanjung Ketapang dengan luas genangan mencapai 0,41 Km2. Kondisi ini cukup riskan mengingat dampak lingkungannya yang berbahaya. Disamping itu, juga tercatat desa/kelurahan Sadai, Toboali dan Rias yang juga kondisinya hampir serupa. Pendataan EHRA yang dilakukan juga mengidentifikasi kejadian banjir yang terjadi diwilayah Kabupaten Bangka Selatan. Berikut tabel mengenai persentase rumah tangga berdasarkan kejadian banjir yang dialami. Tabel 2.18 Jumlah Rumah Tinggal Berdasarkan Kejadian Banjir Pada Jalan, Lingkungan atau Rumah Tinggalnya Menurut Desa/Kelurahan di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012 Kejadian Banjir Pada Jalan, Lingkungan atau Rumah Tempat Tinggal Penduduk Desa/Kelurahan Sekali atau Beberapa kali Sebulan Tidak Tahu Jumlah Tak Pernah Sekali Setahun Beberapa Kali Setahun Bedengung (2) 486 (3) 2 (4) 7 (5) 0 (6) 23 (7) 518 Irat 252 0 0 0 1 253 Sengir 300 0 0 0 4 304 Payung 885 2 0 0 78 965 Nadung 301 0 0 0 7 308 Ranggung 611 0 0 1 4 616 Pangkal Buluh 536 3 8 15 13 575 Malik 186 6 1 0 1 194 Paku 316 1 4 2 74 397 KEC. PAYUNG 3.873 14 20 18 205 4.130 Batu Betumpang 564 8 2 4 7 585 Panca Tunggal 241 0 0 0 0 241 Fajar Indah 452 0 0 0 30 482 Sukajaya 207 2 0 1 8 218 Sumber Jaya Permai 377 1 1 0 1 380 (1) KEC. PULAU BESAR 1.841 11 3 5 46 1.906 Jelutung II 759 58 62 2 24 905 Gudang 354 1 2 0 4 361 Sebagin 358 4 1 17 8 388 Rajik 990 33 1 0 18 1.042 Simpang Rimba 429 0 0 5 2 436 Bangka Kota 621 2 34 3 12 672 Permis 684 6 0 0 10 700 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 42 LAPORAN AKHIR KEC. SIMPANG RIMBA 4.195 104 100 27 78 4.504 Rias 1.348 45 58 31 145 1.627 Teladan 2.968 48 46 5 31 3.098 Tanjung Ketapang 1.699 11 71 1 62 1.844 Toboali 2.826 43 431 60 34 3.394 Kaposang 849 3 4 0 53 909 Gadung 1361 7 6 1 52 1.427 Bikang 348 0 0 0 0 348 Jeriji 511 0 0 0 19 530 Serdang 822 0 0 0 19 841 Rindik 265 0 0 0 16 281 Kepoh 502 5 3 2 17 529 13.499 162 619 100 448 14.828 Sadai 229 4 12 16 5 266 Pasir Putih 760 1 4 15 19 799 Tukak 183 4 5 1 9 202 Tiram 387 5 4 0 12 408 Bukit Terap 535 1 2 1 30 569 KEC. TOBOALI KEC. TUKAK SADAI 2.094 15 27 33 75 2.244 Pergam 623 2 6 0 2 633 Bencah 1.126 1 2 0 8 1.137 Tepus 667 2 0 0 9 678 Air Gegas 974 2 0 0 4 980 Delas 926 0 2 0 2 930 Sidoharjo 780 0 0 0 11 791 Nyelanding 1.144 13 9 1 1 1.168 Nangka 723 5 11 0 29 768 Ranggas 750 0 0 0 4 754 Air Bara 775 0 1 0 4 780 8.488 25 31 1 74 8.619 Penutuk 538 1 0 0 8 547 Tanjung Labu 195 2 2 6 30 235 Pongok 589 11 2 0 14 616 Tanjung Sangkar 387 0 0 0 4 391 Kumbung 89 1 0 0 1 91 Celagen 291 0 0 0 1 292 2.089 15 4 6 58 2.172 36.079 346 804 190 984 38.403 KEC. AIR GEGAS KEC. LEPAR PONGOK BANGKA SELATAN Sumber : Pendataan EHRA Kab. Bangka Selatan Bila dilihat dari tabel diatas, Sebanyak 36.079 atau berkisar 93,9 % rumah tangga di Kabupaten Bangka Selatan tidak pernah mengalami kejadian banjir baik dilingkungannya, DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 43 LAPORAN AKHIR jalan sekitar rumah tinggalnya atau rumah tinggalnya sendiri. Sedangkan sisanya sebanyak 2.324 rumah tangga atau 6,1 % pernah mengalami kejadian banjir pada jalan, lingkungan atau rumahnya sendiri. Diantara rumah tinggal yang pernah mengalami kejadian banjir tersebut, 0,9 % atau sebesar 346 rumah tinggal mengalami sekali setahun, 2,1 % atau sebanyak 804 mengalami kejadian banjir beberapa kali dalam setahun. Hal yang menarik adalah jumlah rumah tinggal yang mengalami banjir sekali atau beberapa kali dalam sebulan yang berjumlah 190 atau sebesar 0,5 %. Jumlah ini cukup signifikan karena dampak dari kondisi tersebut sangat beresiko terhadap kesehatan penduduk serta lingkungan yang tinggal dilingkungan tersebut. Dari jumlah rumah tinggal yang mengalami banjir tersebut, sebagian besar ada di Kecamatan Toboali. Tabel 2.19 Jumlah Rumah Tinggal Mengalami Kejadian Banjir Masuk Rumah Menurut Desa/Kelurahan di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012 Rumah Tinggal Mengalami Banjir Masuk Total Desa/Kelurahan Rumah Rumah Jumlah % (2) (3) (4) Bedengung (1) 3 0.58 518 Irat - 253 Sengir - 304 Payung - 965 Nadung - Ranggung 1 0.16 308 616 Pangkal Buluh 12 2.09 575 Malik - 194 Paku - 397 KEC. PAYUNG 16 0.39 4.130 Batu Betumpang 4 0.68 585 Panca Tunggal - 241 Fajar Indah - 482 Sukajaya - 218 Sumber Jaya Permai 1 0.26 380 KEC. PULAU BESAR 5 0.26 1.906 Jelutung II 23 2.54 905 Gudang - 361 Sebagin 2 0.52 388 Rajik 1 0.10 1.042 Simpang Rimba - Bangka Kota 4 Permis - 436 0.60 672 700 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 44 LAPORAN AKHIR KEC. SIMPANG RIMBA 30 0.67 4.504 Rias 38 2.34 1.627 Teladan 19 0.61 3.098 Tanjung Ketapang 22 1.19 1.844 Toboali 120 3.54 3.394 Kaposang 3 0.33 909 Gadung 7 0.49 1.427 Bikang - 348 Jeriji - 530 Serdang - 841 Rindik - 281 Kepoh - 529 KEC. TOBOALI 209 1.41 14.828 Sadai 1 0.38 266 Pasir Putih - Tukak 1 0.50 202 Tiram 4 0.98 408 Bukit Terap - KEC. TUKAK SADAI 6 0.27 2.244 Pergam 7 1.11 633 Bencah - 1.137 Tepus - 678 Air Gegas - 980 Delas - 930 Sidoharjo - 791 Nyelanding 14 799 569 1.20 1.168 Nangka - 768 Ranggas - 754 Air Bara KEC. AIR GEGAS 1 0.13 780 22 0.26 8.619 Penutuk - Tanjung Labu 3 Pongok - 616 Tanjung Sangkar - 391 Kumbung - 91 Celagen - 292 KEC. LEPAR PONGOK BANGKA SELATAN 547 1.28 235 3 0.14 2.172 291 0.76 38.403 Sumber : Pendataan EHRA Kab. Bangka Selatan Bila dilihat dari aspek keparahan, sebanyak 86 rumah tangga menyatakan bahwa banjir tersebut airnya masuk kerumah dan setinggi setengah lutut orang dewasa. Sebanyak 96 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 45 LAPORAN AKHIR rumah tangga menyatakan bahwa banjir tersebut airnya masuk kerumah dan setinggi setumit orang dewasa dan bahkan ada sebanyak 63 rumah tangga yang menyatakan bahwa banjir tersebut airnya masuk kerumah dan setinggi sepinggang orang dewasa. Berikut diagram tinggi air yang masuk kerumah pada saat banjir di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012. Gambar 2.13 Rumah Tinggal yang Mengalami Banjir Berdasarkan Tinggi Air yang banjirJumlah di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012. Masuk Kerumah di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012 Setumit Orang Dewasa 63 19 96 Setengah Lutut Orang Dewasa Selutut Orang Dewasa 28 86 Sepinggang Orang Dewasa Tidak Tahu Sumber : Pendataan EHRA Kab. Bangka Selatan, 2012 2.6.3. Kesadaran Masyarakat dan PMJK Dilihat dari aspek pengelolaan dan pemeliharaan drainase, Studi PMJK yang dilakukan mengidentifikasi bahwa masyarakat ikut terlibat dalam pengelolaan dan pemeliharaan hasil pembangunan termasuk didalamnya drainase di lingkungan sekitarnya. Sebanyak 56,6 % responden menyatakan bahwa hasil pembangunan termasuk didalamnya drainase kemudian dikelola dan dipelihara oleh masyarakat di sekitarnya. Bentuk pengelolaannya lebih kepada upaya gotong royong membersihkan salurannya. Dalam konteks keterlibatan perempuan terhadap pengelolaan drainase lingkungan, tentunya dapat disimpulkan bahwa baik proses pembangunan dan pengelolaan drainase dominan dilakukan oleh laki-laki. Keterlibatan perempuan dalam hal ini berupa ikut membersihkan saluran drainase dan menyediakan konsumsi untuk pada saat gotong royong warga. Berdasarkan studi PMJK yang telah dilakukan, terlihat 68,9 % responden menjawab bahwa di sekitar tempat tinggal penduduk tidak mampu terdapat saluran drainase. Sedangkan sisanya sebesar 31,1 % berpendapat bahwa drainase tidak terdapat disekitar tempat tinggal penduduk tidak mampu. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 46 LAPORAN AKHIR Gambar 2.14 Persentase Ketersediaan Drainase di Sekitar Tempat Tinggal Rumah Tangga Tidak Mampu di Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2012 Sumber : Studi PMJK Kab. Bangka Selatan, 2012 Berikut ini merupakan kondisi drainase lingkungan di tingkat kecamatan/kelurahan serta daftar program/proyek layanan berbasis masyarakat: Tabel 2.20 Kondisi Drainase Lingkungan di Tingkat Kecamatan Kondisi Drainase Saat Ini Jumlah Pembersihan Drainase Kecamatan Kel /Desa a Rutin Dusun Lancar Mampet Tdk Rutin Bangunan Di Atas Saluran Pengelola oleh Masyarakat Pemer intah Kota Kel L P L P f g h i j (RT/RW) Swasta Ada Tdk Ada n o p L P k l m √ √ √ √ b c d e Kec. Toboali 11 45 √ √ √ √ √ Kec. Air Gegas 10 36 √ √ √ √ √ √ √ √ Kec. Payung 9 20 √ √ √ √ √ √ √ √ Kec. Simpang Rimba 7 20 √ √ √ √ √ √ √ √ Kec. Pulau Besar 5 16 √ √ √ √ √ √ √ √ Kec. Lepar Pongok 6 19 √ √ √ √ √ √ √ √ Kec. Tukak Sadai 5 7 √ √ √ √ √ √ √ √ Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka Selatan, 2012 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 47 LAPORAN AKHIR Tabel 2.21 No Sub Sektor Drainase Lingkungan Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Nama Program / Proyek / Layanan Pelaksana/ PJ Tahun Mulai Kondisi Sarana Saat ini Fungsi Tidak Fungsi Rusak Aspek PMJK PM JDR MBR Data tidak tersedia Keterangan: PM = Pemberdayaan Masyarakat JDR = Jender MBR= Masyarakat Berpenghasilan Rendah 2.6.4. Pemetaan Media Secara garis besar, media yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat terdiri dari media televisi, radio, surat kabar dan pengumuman langsung. Berikut sarana media informasi yang ada di Kabupaten Bangka Selatan. Tabel 2.22 Media Informasi yang ada di Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2012 Media Informasi Televisi Radio (1) (2) Surat Kabar Pengumuman Langsung TVRI RRI (3) Bangka Pos (4) Pengumuman Kades/Lurah RCTI Radio Junjung Besaoh Babel Pos Pengumuman RT Rakyat Pos Pengumuman Petugas Kesehatan SCTV - Trans TV - - Trans 7 - - ANTV - - TV ONE - - METRO TV - - INDOSIAR - - Sumber : Bagian Humas, Kab. Bangka Selatan, 2012 Dari tabel diatas, terlihat bahwa terdapat berkisar 9 jenis penyedia siaran televisi, 2 jenis penyedia siaran radio dan 3 jenis terbitan surat kabar yang menjangkau wilayah Kabupaten Bangka Selatan. Selain itu, pengumuman langsung juga merupakan cara sekaligus media yang dapat digunakan untuk media penyampaian informasi kepada masyarakat. Berdasarkan studi media komunikasi yang telah dilakukan, informasi tentang pengelolaan drainase yang didapat oleh masyarakat diperoleh dari pengumuman langsung, dibandingkan media lainnya. Sedangkan pihak penyampai informasi pengelolaan drainase yang paling sering adalah aparatur desa/kelurahan dan kader posyandu. Sebesar 19,7 persen responden menyatakan informasi pengelolaan drainase bersumber dari aparatur desa/kelurahan. Sedangkan pihak kader posyandu sebesar 18,3 persen. Berikut ditampilkan diagram persentase pihak yang menyampaikan masalah pengelolaan drainase di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 48 LAPORAN AKHIR Gambar 2.15 Persentase Pihak yang Menyampaikan Informasi Mengenai Pengelolaan Drainase Lingkungan di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012 Sumber: Bangka Selatan dalam Angka 2015 Berdasarkan diagram tersebut diatas, di Kabupaten Bangka Selatan, kegiatan komunikasi pengelolaan drainase dominan dilakukan melalui media pengumuman langsung oleh aparatur desa/kelurahan setempat dan langsung disampaikan kepada masyarakat. Sedangkan melalui media lain seperti radio dan koran cenderung lebih jarang. Disamping itu, dapat dikemukakan bahwa ada beberapa kali kegiatan komunikasi yang berupa pengumuman dan himbauan pemerintah daerah yang berkaitan dengan pemeliharaan drainase. Media yang digunakan antara lain Radio Junjung Besaoh (RJB) dan pengumuman langsung oleh aparatur desa/kelurahan setempat. Berikut ditampilkan tabel media komunikasi yang pernah dilakukan kegiatan komunikasi sektor drainase. Tabel 2.23 Media Komunikasi Sektor Drainase di Kab. Bangka Selatan Tahun 2012 No Nama Media Jenis Acara Isu yang Diangkat (1) (2) (3) (4) 1. 2. Radio Junjung Besaoh Pengumuman Langsung Pengumuman Gotong Royong Membersihkan Got dan Selokan Himbauan Gotong Royong Membersihkan Got dan Selokan Pesan Kunci Pendapat Media (5) Mendorong masyarakat untuk Membersihkan Saluran Got/Selokan Dalam Rangka Adipura (6) Mendorong masyarakat untuk Membersihkan Saluran Got/Selokan Dalam Rangka Desa Bersih Positif Sangat mendalam Positif Sangat mendalam Sumber : Pokja AMPL Kab. Bangka Selatan Disamping itu, dapat dikemukakan bahwa ada kegiatan komunikasi sektor drainase di Kabupaten Bangka Selatan. Berikut ditampilkan tabel kegiatan komunikasi sektor drainase yang tercatat di wilayah Kab. Bangka Selatan. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 49 LAPORAN AKHIR Tabel 2.24 No. 1. 2. Kegiatan Himbauan Menjaga Kebersihan Got dan Selokan Himbauana Menjaga Kebersihan Sungai Kegiatan Komunikasi Sektor Drainase di Kab. Selatan Tahun 2012 Tahun 2012 2012 Dinas pelaksana BLH DPU Bidang Pengairan Tujuan kegiatan Khalayak sasaran Pesan kunci Pembelajaran Agar masyarakat tidak membuang sampah di got atau selokan Masyarakat secara umum Himbauan menjaga kebersihan saluran drainase Advokasi terkait kegiatan pemeliharaan saluran drainase yang didalamnya termasuk menjaga kondisi kebersihan saluran perlu dilakukan secara masif dan berkesenimbangunan Mengajak masyarakat untuk menjaga kondisi DAS Masyarakat disekitar DAS khususnya dan masyarakat secara umum Himbauan menjaga kebersihan DAS dan sungai dilingkungan sekitar Penanaman kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan sungai dan DAS untuk mengantisipasi terjadinya banjir dan wabah penyakit Sumber : Pokja AMPL Kab. Bangka Selatan Ada tiga pihak yang berkontribusi dalam pengelolaan drainase wilayah yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat. Berdasarkan persepsi masyarakat yang disurvei pada studi PMJK, pihak yang paling banyak berkontribusi dalam pengelolaan drainase adalah pemerintah/pemerintah daerah dibantu oleh masyarakat, sedangkan peran pihak swasta masih belum dianggap signifikan. Berikut diagram pihak yang mengelola sarana drainase di wilayah Kabupaten Bangka Selatan. Gambar 2.16 Pihak yang Bekerja Sama Dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan di Wilayah Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012 Sumber : Studi PMJK Kab. Bangka Selatan, 2012 Berdasarkan informasi dari diagram diatas, terlihat bahwa pemerintah bersama masyarakat merupakan pihak yang paling besar kontribusinya dalam hal pembangunan dan pengelolaan drainase di wilayah Kabupaten Bangka Selatan, yaitu sebsar 82,1 %. Sedangkan swasta atau pemerintah bersama swasta tidak ada kontribusi dalam hal DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 50 LAPORAN AKHIR pembangunan/pengelolaan drainase lingkungan. Menambahkan informasi tersebut, dapat disajikan tabel berikut. Tabel 2.25 Kegiatan Kerjasama yang Dilakukan Dalam Rangka Pengelolaan Drainase di Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2012 No. Nama Kegiatan Jenis Kegiatan Sanitasi Mitra Kerja Sama Bentuk Kerjasama (1) (2) (3) (4) (5) 1. (Tidak Ada) Drainase - - Sumber : Pokja AMPL Kab. Bangka Selatan, 2012 Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa sejauh ini belum ada kegiatan kerjasama dengan pihak dunia usaha. Oleh karena itu, hal ini penting untuk menjadi perhatian. 2.6.5. Partisipasi Dunia Usaha Peran serta pihak dunia usaha dalam pembangunan dan pengelolaan drainase sebetulnya cukup memungkinkan. Di Kabupaten Bangka Selatan terdapat beberapa perusahaan yang memiliki kontribusi dalam perekonomian daerah. Berikut ditampilkan daftar mitra potensial untuk pengembangan dan pengelolaan drainase di Kabupaten Bangka Selatan. Tabel 2.26 Daftar Mitra Potensial Pengelolaan Drainase di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012 No Nama Mitra Jenis Kegiatan Sanitasi Bentuk Kerjasama (1) (2) (3) (4) 1. PT. Timah Pembangunan Drainase In Kind 2. Bank Sumsel Babel Pembangunan Saluran Drainase Uang Tunai Sumber : Pokja AMPL Kab. Bangka Selatan, 2012 Berdasarkan tabel diatas, setidaknya ada dua mitra potensial untuk pengembangan dan pengelolaan drainase di Kabupaten Bangka Selatan saat ini. Mekanisme kerjasama nya adalah melalui pemanfaatan dana CSR. Disamping itu, keterlibatan provider dalam sektor drainase di Kabupaten Bangka Selatan sejauh ini juga masih nihil. Ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini. Tabel 2.27 No. Daftar Nama Provider, Tahun Operasi dan Jenis Kegiatan di Kab. Bangka Selatan Tahun 2012. Nama Provider Tahun mulai operasi Jenis kegiatan (1) (2) (3) (4) 1 (Tidak Ada Provider) - - Sumber : DPU Kab. Bangka Selatan DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 51 LAPORAN AKHIR 2.6.6. Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak Terkait kondisi drainase serta rencana pengembangan drainase lingkungan di Kabupaten Bangka Selatan, hal perlu diperhatikan sebagai isu strategis maupun kendala yang dihadapi. Tabel 2.28 Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak dari Subsektor Pengelolaan Drainase di Kabupaten Bangka Selatan Aspek Teknis Isu Strategis Pembangunan Permasalahan Mendesak yang 1. Terjadinya banjir di kawasan pemukiman desa/kelurahan Batu memadai di wilayah banjir di Kab. Betumpang, Bangka Kota, Rias, Tanjung Ketapang, Toboali, Bangka Selatan serta penyediaan Kepoh, Sadai dan Tanjung Labu. masterplan drainase drainase terpadu di Kabupaten Bangka Selatan 2. Cakupan drainase yang telah terbangun masih rendah. 3. Belum tersedianya masterplan pengembangan drainase Aspek Kelembagaan Isu Strategis Permasalahan Mendesak Penguatan dasar hukum tentang 1. Belum adanya peraturan daerah yang mengatur tentang pengelolaan drainase pemukiman dan peningkatan kapasitas pengelolaan drainase pemukiman. 2. Kurangnya penguatan kapasitas kelembagaan bagi aparatur kelembagaan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah Aspek Pembiayaan dan Keuangan Isu Strategis Peningkatan Pembangunan Permasalahan Mendesak Porsi Pembiayaan Pendanaan Pembangunan dan Pengelolaan Drainase yang relatif dan Pengelolaan masih minim. Drainase Aspek Kesadaran Masyarakat dan PMJK Isu Strategis Peningkatan kesadaran masyarakat Permasalahan Mendesak 1. Rendahnya untuk pemeliharaan drainase dan penyediaan SPAL. kesadaran masyarakat untuk pemeliharaan drainase yang sudah tersedia 2. Minimnya kesadaran masyarakat untuk pembangunan SPAL yang memadai Aspek Partisipasi Dunia Usaha Isu Strategis Permasalahan Mendesak Peningkatan kerjasama dengan sector swasta dalam pengelolaan drainase Aspek Komunikasi dan Media Minimnya keterlibatan sector swasta dalam pengelolaan sector Isu Strategis Permasalahan Mendesak Sosialisasi terhadap masyarakat untuk memelihara drainase yang telah tersedia Minimnya pemanfaatan ruang komunikasi publik yang tersedia drainase untuk provokasi isu-isu drainase. Sumber: Hasil Analisa, 2016 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 52 LAPORAN AKHIR 2.7. Drainase Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Berikut beberapa pengertian drainase. Menurut Dr. Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut. (Suhardjono 1948:1). Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permkaan tanah) dan atau bangunan resapan. Sehingga dapat disimpulkan drainase adalah suatu system untuk menangani kelebihan air. Kelebihan air yang perlu ditangani atau dibuang meliputi:  Air atau aliran/limpasasn diatas permukaan tanah(surface flowatau surface run off)  Aliran bawah tanah(subsurface flow atau subflow) Pada dasarnya drainase tidak diperlukan bila kelebihan air yang tidak menimbulkan permasalahan bagi masyarakat. Drainase diperlukan bila air kelebihan menggenang pada daerah-daerah yang mempunyai nilai ekonomis seperti daerah perkotaan, pertanian, industri, dan pariwisata. 2.7.1. Jenis-jenis drainase Drainase secara umum dibagi menjdai dua bagian yaitu drainase permukaan tanah dan drainase bawah tanah. Dalam perencanaan keduanya memilki konsep dasar yang berbeda, namun dalam perencanaan system drainase tentu perlu direncanakan baik drainase permukaan maupun drainase bawah permukaan. Secara garis besar dikenal tiga jenis system drainase: 1. drainase perkotaan. 2. drainase lahan 3. drainase jalan DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 53 LAPORAN AKHIR 2.7.1.1. Drainase perkotaan Semua kota-kota besar mempunyai system drainase untuk pembuangan airhujan. Aliran permukaan dialirkan melalui saluran tersier, sekunder, kemudian berkumpul di saluran primer (utama) untuk kemudian dibuang ke dalam sungai, danau, laut. Pembuangan edapat mungkin dilakukan dengan cara gravitasi, apabila tak mungkin maka digunakan system pompa dengan bangunan pendukung. Saluran dapat berupa saluran tertutup ataupun saluran terbuka yang sesuai dengan kebutuhan dan system pemeliharaan yangada. Dilihat dari cara pemeliharaan saluran terbuka lebih mudah dibandingkan yang tertutup. 2.7.1.2. Drainase Lahan Drainase lahan bertujuan membuang kelebihan air permukaan dari suatu daerah atau menurunkan taraf muka air tanah sampai dibawah daerah akar, untuk memperbaiki tumbuhnya tanaman atau menurunkan akumulasi garamgaram tanah, kondisi ini difungsikan untuk pertanian dan perkebunan. 2.7.1.3. Drainase jalan Drainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar kota.Umumnya di perkotaan dan luar perkotaan drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase muka tanah (Surface drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup sebagai bahu jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaiman diluar perkotaan, ada juga saluran drainase muka tanah tidak tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas saluran rata dengan muka jalan sehingga air dapat masuk dengan bebas. Drainase jalan raya pi perkotaan elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka jalan .Air masuk ke saluran melalui inflet. Inflet yang ada dapat berupa inflet tegak ataupun inflet horizontal. Untuk jalan raya yang lurus, kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi, maka saluran akan terdapat pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan jika kemiringan arah lebar jalan kea rah median jalan maka saluran akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus ,menikung, maka kemiringan jalan satu arah , tidak dua arah seperti jalan yang lurus. Kemiringan satu arah pada jalan menikung ini menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang rendah. Untuk DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 54 LAPORAN AKHIR menyalurkan air pada saluran ini pada jarak tertentu,direncanakan adanya pipa nol yang diposisikan dibawah badan jalan untuk mengalirkan air dari saluran. a. Sistem Drainase Kota b. Daerah Potensi Genanagn air 2.8. Intensitas Curah Hujan Intensitas curah hujan didefinisikan sebagai intensitas curah hujan rata-rata yang diasumsikan jatuh seragam di atas daerah tangkapan hujan untuk menentukan durasi dan frekuensi (Interval rata-rata periode ulang), dan satuan yang biasa digunakan untuk menyatakan intensitas curah hujan adalah mm/jam. Pada daerah tangkapan hujan yang kecil, besarnya durasi tergantung pada hubungannya dengan waktu konsentrasi atau lamanya aliran dari daerah tangkapan hujan ke saluran keluar ( outlet). Sedangkan untuk daerah tangkapan hujan yang lebih besar, digunakan pola aliran sementara agar intensitas curah hujan berubah-ubah selama periode yang berbeda dari durasi hujan. Untuk daerah tangkapan hujan tebesar unsur-unsur di area digunakan untuk mendapat batas intensitas curah hujan, agar didapat curah hujan aktual yang tidak seragam di atas daerah tangkapan. 2.9. Definisi Sungai Secara umum sungai berarti aliran air yang besar. Secara ilmiah sungai adalah perpaduan alur sungai dan aliran air. Sungai merupakan suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air yang berasal dari hujan. Aliran air marupakan bagian yang senantiasa tersentuh oleh air. Daerah aliran sungai merupakan lahan total dan permukaan air yang dibatasi oleh suatu batas-air topografi dan yang dengan salah satu cara memberikan sumbangan terhadap debit suatu sungai pada suatu irisan melintang (Sehyan, 1990:6). Sebuah sungai dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang berbeda sifat-sifatnya (Mulyono, H. R, 2007:3) a. Hulu sungai berarus deras dan turbulent atau torrential river yang dapat berupa sungai jeram atau rapids river atau sungai jalin atau braided river. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 55 LAPORAN AKHIR b. Sungai alluvial. c. Sungai pasang surut atau tidal river. d. Muara sungai atau estuary. e. Mulut sungai atau tidal inlet yaitu bagian laut yang langsung berhubungan dengan muara dimana terjadi interaksi antara gelombang laut dan aliran air yang ke luar masuk melewati muara. f. Delta sungai yang berupa dataran yang terbentuk oleh sedimentasi di dalam muara dan mulut sungai delta ini perlu ditinjau karena berpengaruh terhadap sifatsifat sungai dimana delta ini terbentuk di dalam muaranya 2.10. Peranan Sungai Sungai sebagai aset negara yang bernilai dan perlu dipelihara. Sungai mempumyai peranan dalam kehidupan manusia di seluruh dunia, sehingga pada saat ini sungai masih mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kehidupan kita sehari-hari. Peranan sungai selain sebagai pembangkit listrik tenaga air, sungai juga berperan sebagai sumber air untuk sarana irigasi, penyedia air minum, dan masih banyak lagi yang lainnya. Ada dua fungsi utama yang diberikan alam kepada sungai yang ke-duanya berlangsung secara bersamaan dan saling mempengaruhi (Mulyono, H. R, 2007:6). a. Mengalirkan air. Air hujan yang jatuh pada sebuah daerah aliran sungai (DAS) akan terbagi menjadi akumulasi-akumulasi yang tertahan sementara di situ sebagai air tanah dan air permukaan, serta runoff yang akan memasuki alur sebagai debit sungai dan terus dialirkan ke laut. b. Mengangkut sediment hasil erosi pada DAS dan alurnya. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 56 LAPORAN AKHIR 2.11. Banjir Banjir merupakan proses meluapnya air sungai ke daratan sehingga dapat menimbulkan kerugian harta benda penduduk serta dapat menimbulkan korban jiwa. Banjir dapat merusak bangunan, sarana dan prasarana, lingkungan hidup serta merusak tata kehidupan masyarakat, maka sudah semestinya dari berbagai pihak perlu memperhatikan hal-hal yang dapat mengakibatkan banjir dan sedini mungkin diantisipasi, untuk memperkecil kerugian yang ditimbulkan (Kodoatie, J. Robert dan Sugiyanto, 2002:73). Banjir dan bencana akibat banjir dapat terjadi karena faktor alamiah maupun pengaruh perlakuan masyarakat terhadap alam dan lingkungannya. Pada diagram mekanisme terjadinya banjir dan bencana, terlihat bahwa faktor alamiah yang utama adalah curah hujan. Faktor alami lainnya adalah erosi dan sedimentasi kapasitas sungai, kapasitas drainasi yang tidak memadai, pangaruh air pasang, perubahan kondisi DPS, dll. Sedangkan faktor non-alamiah penyebab bnjir adalah adanya pembangunan kompleks perumahan atau pembukaan suatu kawasan untuk lahan usaha yang bertujuan baik sekalipun, tanpa didasari dengan pengaturan yang benar akan menimbulkan aliran permukaan yang besar atau erosi yang menyebabkan pendangkalan aliran sungai. Akibatnya, debit pengaliran sungai yang terjadi akan lebih besar dari pada kapasitas pengaliran air sungai sehingga terjadilah banjir. Usaha pengendalian dan penanggulangan banjir pada suatu pihak dan perlakuan masyarakat terhadap lingkungannya di pihak lain akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap fenomenan hujan-banjir-bencana. Pengaruh kedua hal tersebut dapat saling menunjang perbaikan keadaan, saling meniadakan atau memperburuk keadaan. Bergantung pada tingkat kerawanan dan kewaspadaan masyarakat di daerah potensial bencana, banjir dapat menimbulkan bencana. Misalnya, pemukiman daerah retensi banjir atau daerah bantaran sungai, suatu saat pasti akan terlanda banjir. Bila menjelang banjir penghuni daerah tersebut mengungsikan diri dan harta bendanya akan berkurang. Keberhasilan usaha penanggulangan banjir dan bencana akibat banjir dapat diperoleh tanpa peran serta dari masyarakat. Di samping itu suksesnya program pengendalian banjir juga tergantung dari aspek lainnya yang menyangkut sosial, ekonomi, lingkungan, institusi, kelembagaan dan lainnya. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 2 - 57 PEMBATAS BAB III DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN LAPORAN AKHIR BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI Berisi pendekatan dan metedologi yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan DED Drainase Lingkungan Permukiman Kabupaten Bangka Selatan. 3.1. Pemahaman Dasar Sistem Drainase Drainase berasal dari bahasa Inggris “drainage” yang mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang atau mengalirkan air. Drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak terganggu. Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Jadi drainase menyangkut tidak hanya air permukaan tapi juga air tanah.Secara umum, sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Dirunut dari hulunya, bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima, saluran pengumpul, saluran pembawa, saluran induk dan badan penerima air. Pada sistem yang lengkap, sebelum masuk ke badan penerima air, air diolah dulu di instalasi pengolah air limbah (IPAL), khususnya untuk sistem tercampur. Hanya air yang telah memenuhi baku mutu yang dimasukkan ke badan penerima air, sehingga tidak merusak lingkungan. Sebagai salah satu system dalam perencanaan perkotaan, maka system drainase yang ada dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan. Berikut definisi drainase perkotaan: 1. Drainase perkotaan yaitu ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial-budaya yang ada di kawasankota. 2. Drainase perkotaan merupakan system pengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi daerah permukiman, kawasan industry dan perdagangan, kampus dan sekolah, rumah sakit dan fasilitas umum, lapangan olahraga, lapangan DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3-1 LAPORAN AKHIR parkir, instalasi militer, listrik, telekomunikasi, pelabuhan udara. Sistem jaringan drainase perkotan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu: 1. Sistem Drainase Makro Sistem drainase makro yaitu system saluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan(Catchment Area). Pada umumnya system drainase makro ini disebut juga sebagai system saluran pembuangan utama(major system)atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5 sampai 10tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan dalam perencanaan system drainase ini. 2. Sistem Drainase Mikro Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran disepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan disekitar bangunan,gorong- gorong, saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2,5 atau 10 tahun tergantung pada tataguna lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro. Bila ditinjau deri segi fisik (hirarki susunan saluran) sistem drainase perkotaan diklassifikasikan atas saluran primer, sekunder, tersier dan seterusnya. a. Saluran Primer Saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai. Saluran primer adalah saluran utama yang menerima aliran dari saluran sekunder. b. Saluran Sekunder Saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan saluran primer(dibangun dengan beton/plesteran semen). c. Saluran Tersier Saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran sekunder,berupa plesteran, pipa dan tanah. d. Saluran Kwarter Saluran kolektor jaringan drainase lokal. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3-2 LAPORAN AKHIR Gambar 3.1 Peta Orientasi Kabupaten Bangka Selatan Terhadap Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Keterangan: a=Saluranprimer b=Saluransekunder c=Salurantersier d=Salurankwarter Saat ini sistem drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur perkotaan yang sangat penting. Kualitas manajemen suatu kota dapat dilihat dari kualitas sistem drainase yang ada. Sistem drainase yang baik dapat membebaskan kota dari genangan air. Genangan air dapat menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan jorok, menjadi sarang nyamuk dan sumber penyakit lainnya, sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat.  Permasalahan Drainase Perkotaan Banjir merupakan kata yang sangat populer di Indonesia, khususnya pada musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami bencana banjir. Peristiwa banjir setiap tahun berulang, namun permasalahan ini sampai saat ini belum terselesaikan, bahkan cenderung makin meningkat, baik frekuensinya, luasannya, kedalamannya, maupun durasinya. Akar permasalahan utama banjir di perkotaan berawal dari pertambahan penduduk yang sangat cepat, akibat urbanisasi, baik migrasi musiman maupun permanen. Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang memadai mengakibatkan pemanfaatan lahan perkotaan menjadi acakacakan. Pemanfaatan lahan yang tidak tertib inilah yang menyebabkan persoalan DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3-3 LAPORAN AKHIR drainase di perkotaan menjadi sangat kompleks. Hal ini barangkali juga disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap penting dan perlunya memecahkan permasalahn yang dihadapi kota. Selain itu masih belum mengakarnya kesadaran terhadap hukum, perundangan dan kaidah-kaidah yang berlaku. Belum konsistennya pelaksanaan hukum menambah kompleks masalah yang dihadapi kotakota di Indonesia. 3.2. a. Kriteria Perencanaan Pertimbangan teknik Saluran drainase perkotaan agar direncanakan dengan pertimbangan teknik termasuk metode perhitungan yang lazim berlaku sebagai berikut : 1) aspek hidrologi;  penentuan debit rencana agar dihitung melalui lengkung kekerapan durasi deras hujan;  penentuan debit desain dan tinggi jagaan agar didasarkan pada: macam kota (kotaraya, kota-besar, kota-sedang dan kota-kecil), macam daerah (daerah perdagangan, daerah industri dan daerah pemukiman), macam saluran (saluran primer, saluran sekunder, saluran tersier, saluran jalan bebas hambatan, saluran jalan arteri dan lainlain);  penetapan karakteristik darah aliran berupa luas daaerah aliran, koefisien aliran, dan penetapan tinggi jagaan agar didasarkan pada macam kota-raya, kota-besar, kotasedang, kota-kecil, daerah perdagangan, daerah industri, dan daerah pemukiman;  drainase perkotaan yang menggunakan bangunan stasiun pompa, perlu mempertimbangkan penyediaan waduk atau kolam tendon dan memperhitungkan volume total aliran serta waktu konsentrasi curah hujan; 2) aspek hidraulik;  kecepatan maksimum aliran agar ditentukan tidak lebih besar dari pada kecepatan maksimum yang diizinkan sehingga tidak terjadi kerusakan;  kecepatan minimum aliran agar ditentukan tidak lebih kecil dari pada kecepatan minimum yang diizinkan sehingga tidak terjadi pengendapan dan pertumbuhan tanaman air;  bentuk penampang saluran agar dipilih berupa segi empat, trapesium, lingkaran, bagian dari lingkaran, bulat telur, bagian dari bulat telur, atau kombinasi dari bentukbentuk tersebut; DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3-4 LAPORAN AKHIR  saluran sebaiknya dibuat dengan bentuk majemuk, terdiri atas saluran kecil dan saluran besar, guna mengurangi beban pemeliharaan;  kelancaran pengaliran air dari jalan ke dalam saluran drainase agar dilewatkan melalui lubang pematus yang berdimensi dan berjarak penempatan tertentu;  dimensi bangunan pelengkap seperti gorong-gorong, pintu air dan lubang pemeriksaan agar ditentukan berdasarkan kriteria desain sesuai dengan macam kota, daerah dan macam saluran; 3) aspek struktur;  jenis dan mutu bahan bangunan agar dipilih sesuai dengan persyaratan desain, tersedia cukup banyak dan mudah diperoleh;  kekuatan dan kestabilan bangunan agar diperhitungkan sesuai dengan umur layan yang ditentukan. b. Pertimbangan Non Teknik Saluran drainase perkotan agar direncanakan dengan pertimbangan segi-segi lainnya sebagai berikut : 1) biaya:  drainase perkotaan agar direncanakan sesuai dengan ketersediaan biaya;  biaya agar dikelola dan dipertanggung-jawabkan sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku; 2) pemeliharaan:  drainase perkotaan agar dipelihara dengan membersihkan saluran dan merawat bangunan pelengkapnya secara berkala sesuai dengan peraturan pemeliharaan yang lazim dipakai;  pembersihan saluran drainase dengan cara penggelontoran agar diperhitungkan sejak tahap awal perencanaan, dan debit minimum untuk penggelontoran agar diusahakan dari saluran yang ada di dalam atau di dekat perkotaan;  drainase perkotaan agar dilindungi dengan garis sempadan yang batasnya dtetapkan sesuai dengan macam saluran;  drainase perkotaan agar dilengkapi dengan jalan inspeksi untuk keperluan pemeliharaan dan dapat berfungsi ganda, yaitu disamping berfungsi sebagai jalan inspeksi dapat pula berfungsi sebagai jalan akses, jalan lokal, jalan kolektor, atau jalan arteri yang merupakan bagian dari jaringan jalan di dalam kota. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3-5 LAPORAN AKHIR 3.3. Konsep Eko-Hidraulik Dalam Drainase 3.3.1 Fungsi Sungai sebagai Saluran Drainase . Sungai merupakan komponen drainase utama dalam suatu DAS (Daerah Aliran Sungai). Bentuk dan ukuran sungai alamiah merupakan bentuk yang sesuai dengan kondisi geologi, geografi, ekologi, dan hidrologi daerah tsb. Konsep alamiah drainase adalah bagaimana membuang kelebihan air selambat-lambatnya ke sungai. Hal ini dapat terlihat dari sungai yang memiliki bentuk alamiah tidak teratur. Drainase konvensional yang banyak dianut selama ini didefinisikan sebagai usaha untuk membuang / mengalirkan kelebihan air di suatu tempat secepat-cepatnya menuju sungai, dan secepat-cepatnya dibuang ke laut. Hal ini bertentangan dengan konsep eko-hidraulik. Dengan konsep pembuangan secepat-cepatnya ini akan terjadi akumulasi debit di bagian hilir dan rendahnya konsevasi air untuk ekologi di hulu. Sungai di hilir akan menerima beban debit yang lebih tinggi dan waktu debit puncak lebih cepat daripada keadaan semula sehingga menimbulkan penurunan kualitas ekologi di daerah hulu. Maryono, 2001, mengusulkan konsep drainase baru sebagai suatu usaha membuang / mengalirkan kelebihan air ke sungai dengan waktu seoptimal mungkin sehingga tidak menyebabkan terjadinya masalah kesehatan dan banjir di sungai yang terkait. Pengelolaan sungai tidak dapat dilakukan hanya dengan melihat fungsi hidraulisnya saja dan mengabaikan fungsi ekologisnya. Pengelolaan sungai adalah usaha manusia guna memanfaatkan sungai sebesar-besarnya untuk kepentingan manusia dan lingkungan secara integral dan berkesinambungan, tanpa menyebabkan kerusakan rezim dan kondisi ekologis sungai yang bersangkutan. Konsep pengelolaan sungai seperti di atas disebut konsep Eko-Hidraulik (Maryono, 2001). Pengelolaan sungai dengan konsep Eko-Hidraulik bukan saja bertujuan untuk melestarikan kondisi ekologis di lingkungan sungai, namun juga untuk memanfaatkan komponen ekologis sungai dalam rekayasa hidraulis. Untuk menanggulangi banjir, maka komponen ekologis di sepanjang alur sungai dapat dimanfaatkan sebagai komponen retensi hidraulis yang menahan aliran air, sehingga terjadi peredaman banjir. Dengan banyaknya genangan retensi lokal di sepanjang sungai, maka kualitas ekologi sungai pun diharapkan akan meningkat. Prinsip pengelolaan sungai adalah bagaimana mempertahankan kondisi sungai tersebut semaksimal mungkin pada kondisi alamiahnya (back to nature concept). DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3-6 LAPORAN AKHIR 3.3.2 Pelurusan Sungai, Sudetan dan Tanggul Banjir dan permasalah genangan yang kerap kali terjadi di daerah perkotaan memerlukan penanganan secara komprehensif, tidak hanya menggunakan metode konvensional melainkan juga dengan metode penyelesaian banjir lainnya, seperti ekohidrolik. Adapun yang dimaksud metode konvensional adalah membuat sudetan, normalisasi sungai, pembuatan talud, dan berbagai macam konstruksi sipil lainnya. Sedangkan metode ekohidrolik bertitik berat pada renaturalisasi, restorasi sungai, serta peningkatan daya retensi lahan terhadap air hujan. Penyelesaian banjir dan permasalahan drainase dengan konsep penanganan banjir secara konvensional yang hanya mengutamakan faktor hidraulik, bertitik tolak pada penanganan dampak banjir secara lokal. Hal ini perlu diimbangi dengan konsep ekohidrolik yang bertitik tolak pada penanganan penyebab banjir dari segi ekologi dan lingkungan. Dengan dilakukannya retensi air di bagian hulu, tengah, dan hilir, juga di sepanjang wilayah sungai, sempadan sungai, badan sungai, dan saluran, selain berfungsi sebagai penanggulangan banjir juga sekaligus menanggulangi kekeringan di kawasan yang bersangkutan. 3.3.3 Drainase Ramah Lingkungan Eko-drainase atau drainase ramah lingkungan adalah sistim drainase yang memperhatikan kelestarian lingkungan. Hal ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan man made world, segala sesuatu buatan manusia, perlu dibuat dengan ramah terhadap lingkungan, yang pada gilirannya, artinya juga perlu ramah terhadap manusia. Di bidang drainase, pertimbangan desain sistem drainase sampai saat ini masih menggunakan paradigma lama yaitu bahwa air drainase harus secepatnya dibuang ke hilir atau ke laut. Baru kemudian disadari bahwa paradigma ini tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini ketika didapati fenomena defisit air dalam neraca keseimbangan air antara ketersediaan dan kebutuhan yang diperlukan oleh manusia yang semakin banyak. Defisit neraca air ini ditandai dengan menurunnya permukaan air tanah, karena disedot untuk berbagai keperluan, bahkan tidak hanya untuk keperluan primer manusia seperti air minum, tetapi juga untuk keperluan sekunder yaitu industri. Tanda yang lain dari defisit air ini adalah semakin menurunnya kuantitas dan kualitas ketersediaan air baku akibat semakin DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3-7 LAPORAN AKHIR membesarnya fluktuasi jumlah aliran permukaan persatuan waktu yang terjadi di musim penghujan dibandingkan yang terjadi di musim kemarau. Besarnya fluktuasi ini terjadi antara lain oleh kurangnya daerah resapan air di bagian hulu dikarenakan gundulnya hutan dan kurangnya usaha membangun sistim tampungan (tandon) air pada sistim drainase. Hal ini berakibat menurunnya recharging air tanah dan pada gilirannya kemudian berefek pada turunnya base flow pada aliran sungai atau menghilangnya mata air mata air dari hulu sungai. Filosofi pembuatan sistim drainase dengan tampungan-tampungan ramah lingkungan dalam usaha menanggulangi banjir mirip tetapi tidak sama dengan filosofi pembuatan waduk penahan banjir. Waduk dibangun dalam skala besar, tidak hanya dalam pengertian fisik, tapi juga besar dalam efek negatif yang terjadi. Sedangkan sistim drainase dengan tampungantampungan air ramah lingkungan dibuat dan dikelola oleh orang perorang dan oleh unit masyarakat kecil. Sedemikian sehingga perbedaan filosofi diantara keduanya ialah bahwa waduk dimotori oleh sebuah otoritas, sedangkan sistim drainase dengan tampungantampungan ramah lingkungan digerakkan oleh public community. Penerapan konsep drainase ramah lingkungan di lapangan yang diiringi oleh program pengembangan masyarakat dilakukan pada berbagai bidang, seperti: 1. Sistem pembuangan air hujan di rumah Dengan konsep bahwa air hujan harus ditahan selama mungkin dan sebanyak mungkin diserap oleh tanah maka urutan aliran air hujan di setiap unit rumah dapat mengikuti alur sebagai berikut : Air hujan  bungker air  sumur resapan  saluran Ilustrasi alur air hujan di setiap unit rumah disajikan pada Gambar 3.2 berikut : DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3-8 LAPORAN AKHIR Gambar 3.2 Ilustrasi alur air hujan di rumah 1. Pada tahap pertama, air hujan dari atap rumah disalurkan ke bunker air. Air yang ditampung pada bungker ini di kemudian hari dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti untuk menyiram tanaman, mencuci kendaraan, dll. Jika air untuk keperluan-keperluan diatas dapat diambil dari bungker air yang ada maka hal ini dapat secara langsung mengurangi beban air yang harus disuplai dari PAM. 2. Pada tahap kedua, air hujan yang tidak tertampung di bungker air dialirkan menuju sumur resapan. Air dari sumur resapan ini berfungsi sebagai pengisian kembali air tanah. 3. Pada tahap ketiga, air hujan yang tidak tertampung di sumur resapan kemudian dialirkan ke selokan / saluran pembuangan air hujan. Hal ini merupakan tahapan terakhir jika semua usaha untuk menahan air agar dapat meresap ke dalam tanah telah dilakukan Jika dihitung, proporsi volume air yang dapat ditampung dalam bungker untuk tiap rumah mungkin tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan keseluruhan volume air hujan yang turun. Namun jika setiap rumah dalam suatu kompleks perumahan menggunakan cara seperti ini, maka jumlah volume air yang dapat ditampung akan semakin besar. Hal ini juga berlaku dalam penggunaan sumur resapan pada setiap unit rumah. Walaupun volume air yang dapat menyerap ke tanah untuk satu unit rumah tidaklah besar, namun jika setiap rumah menerapkan hal ini maka jumlah volume air yang dapat dikonvservasi akan semakin besar. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3-9 LAPORAN AKHIR 2. Saluran drainase sebagai long storage Saluran drainase selain berfungsi untuk mengalirkan air hujan ke daerah yang lebih rendah, juga dapat difungsikan sebagai long storage. Untuk beberapa kawasan, long storage ini diperlukan karena air tidak dapat dibuang langsung ke laut akibat adanya pengaruh pasang surut. Namun untuk beberapa kawasan lain, long storage ini dapat berfungsi sebagai bagian dari proses retensi air hujan, agar volume air yang menyerap ke dalam tanah semakin besar. Selain itu, pada musim kemarau, keberadaan air di saluran drainase cukup penting untuk menghindari pengendapan dan tertumpuknya berbagai kotoran yang dapat menimbulkan bau tidak sedap. Dengan adanya long storage tersebut, air yang ada dapat digunakan untuk melakukan penggelontoran saluran. Pengaturan air pada saat akan dilakukan penggelontoran dapat dilakukan menggunakan bantuan pintu air maupun bangunan air sejenis, yang dioperasikan oleh masyarakat setempat. Dengan demikian, untuk lokasi-lokasi yang dianggap memenuhi persyaratan, perencanaan saluran drainase perlu mengikutsertakan faktor retensi air, dengan konsekuensi dimensi saluran drainase akan semakin besar. 3. Peningkatan luas badan air Peningkatan luas badan air sungai dimaksudkan untuk meningkatkan daya retensi sungai terhadap air. Komponen retensi alamiah di wilayah sungai, sempadan sungai, dan badan sungai dapat ditingkatkan dengan cara menanami kembali sempadan dan sungai yang telah rusak serta memfungsikan daerah genangan atau Folder alamiah di sepanjang sempadan sungai dari hulu sampai hilir untuk menampung banjir 4. Pemeliharaan kebersihan 3.3.4 Eko-Engineering dalam Eko-Hidraulik . Teknologi berkelanjutan yang sekarang banyak diterapkan salah satunya adalah BioEngineering, yaitu pemanfaatan tetumbuhan untuk perbaikan-perbaikan struktur fisik wilayah sungai. Contoh penerapan Bio-Engineering atau Eko-Engineering adalah untuk mengatasi permasalahan longsor. Longsoran tebing, erosi pada dinding penahan tanah, erosi di sekitar pilar jembatan, dan jebolnya tanggul merupakan efek dari meningkatnya kecepatan air dan debit air. Bangunan perlindungan tebing sungai yang digunakan dalam teknik konvensional adalah perkerasan tebing dengan pasangan batu. Konstruksi ini menutup seluruh permukaan tebing. Bangunan semacam ini secara langsung akan memperpendek alur sungai dan menurunkan faktor kekasaran dinding. Dalam konsep EkoDED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 10 LAPORAN AKHIR Engineering, perlindungan tebing dapat dilakukan dengan menggunakan vegetasi lokal setempat. Hermono, 2001, mengusulkan 3 buah vegetasi di Indonesia yang bisa digunakan, yaitu : Vitiver grass (rumput akar wangi), Ipoema carrnia (karangkungan), dan Bombusa (bambu). A. Penggunaan Vertiver grass Vertiver grass adalah tanaman yang sangat mudah tumbuh di berbagai tingkat kesuburan tanah, tahan kekeringan dan tahan genangan air serta penanamannya mudah relatif tanpa pemeliharaan. Akar vertiver ini tumbuh lebat menancap ke bawah (dapat mencapai 3 m), sehingga tidak terjadi perebutan unsur hara dengan tanaman lain. Sifat yang menguntungkan lainnya adalah umumya panjang dan dapat bertahan selama puluhan tahun. Jenis Vertiver adalah yang tidak menghasilkan biji, tidak mempunyai akar yang dapat menghasilkan tanaman baru dan sekaligus berfungsi sebagai ranting Dengan karaktenstik ini Vertiver tidak akan berkembang liar di luar daerah rencana, tidak mengganggu tanaman pertanian di sekitamya dan tikus tidak mau masuk karena bau akarnya. Daun Vertiver relatif rimbun sebagai penangkal erosi akibat hujan Akarnya yang kuat akan mengikat tanah disekitarnya Satu jalur Vertiver sepanjang kontur akan berfungsi mengikat tanah, menahan sedimen dan lumpur yang terbawa air. Maka dapat terbentuk bangku terasering yang stabil. Beberapa lokasi sungai di Indonesia yang sudah dilakukan penanaman Vertiver untuk perlindungan tebing adalah Sungai Pecangaan dan Sungai Wulan di Seluna Jawa Barat, Sungai Cisanggurung, Sungai Gjangkelok di Jawa barat. B. Penggunaan Ipoema carnia Ipomea camia disebut juga Karangkungan atau Kangkung-kangkungan atau Kangkung londo atau Lompong-lompongan. Ipomea ini merupakan tanaman rawa yang dapat tumbuh di segala tempat dan tahan terhadap genangan dan arus air. C. Penggunaan Bambusa (bambu) Bambusa atau bambu; Bambu termasuk keluarga rumput-rumputan. Tanaman bambu tumbuh alami di hampir semua benua. Sampai saat ini menurut FAO terdapat sebanyak 75 genus bambu dan 1250 spesies. Batangnya berbentuk pipa, dengan buku-buku sebagai pembatas pipa, mempunyai lapisan kulit khusus di bagian dalam dan luar batangnya. Kekuatan tarik lapis luar 2 kali lipat dan bagian DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 11 LAPORAN AKHIR dalam. Memiliki kekuatan tinggi secara axial dan memiliki sifat lentur. Dalam waktu 3-4 bulan dapat mencapai ketinggian maksimum 40 meter dan diameter rumpunnya sekitar 15-30 cm. Bambu ini dapat dijumpai di sebagian besar tebing sungai. Tebing sungai merupakan habitat yang sangat cocok untuk tanaman bambu. Dalam kaitannya dengan perbaikan tebing, bambu dapat ditanam di sepanjang bagian tebing yang dianggap rawan. Di samping itu dapat juga dikombinasikan dengan tanaman Vertiver dan Ipomea. D. Kombinasi antara bambu, Vertiver dan Ipoema Kombinasi konstruksi Bambu, vertiver dan Ipomea sesuai untuk lokasi yang mempunyai kondisi dimana kecepatan air saat banjir kurang dan 1,5 m/dt, air banjir banyak membawa sedimen tersuspensi (banyak membawa lumpur) dan dasar sungai bukan tersusun oleh batu kerikil. Cara pemasangannya adalah batang bambu dipasang vertikal pada lokasi yang tebingnya mengalami ancaman gerusan, batang melintang mendatar dipasang dan diikatkan pada batang vertikal sebagai penguat. Di antara baris batang vertikal dimasukkan ranting pohon (segala jenis ranting dan dahan pohon). Dengan ini terbentuklah krib porous yang dapat menahan air banjir dan mengikat sedimen. Setelah endapan terbentuk maka Karangkungan atau Vertiver ditanam Selanjutnya akan tumbuh kuat dan tumbuhnya tidak teratur saling tindih dan terkait sehingga dapat mempercepat proses pengendapan. Pada saat batang bambu mulai rapuh dimakan panas dan waktu, vertiver atau karangkungan dan endapan baru pada kaki tebing sungai cukup stabil dan mampu menahan gerusan. E. Penggunaan batang pohon yang tidak teratur Batang pohon yang tak teratur, pohon tumbang baru dan belum dipotong dahan dan rantingnya, dapat dipasang pada bagian yang longsor. Di daerah pegunungan dapat dipakai pohon cemara. Bagian bawah (akarnya) diletakkan di hulu membujur di sepanjang tebing yang longsor. Untuk dataran rendah dapat digunakan pohonpohon atau bambu di sekitar sungai yang ada. Pada longsoran yang panjang dapat digunakan sejumlah batang pohon yang dipasang memanjang. F. Gabungan batang dan ranting pohon membujur Gabungan (ikatan) batang dan ranting pohon membujur dengan mengikat dahan dan ranting pohon memanjang dapat dipasang dengan dipatok disepanjang kaki tebing sungai Fungsi utamanya adalah untuk menahan kemungkinan longsornya tebing akibat arus air. Jenis tumbuhan (ranting-dahan) dipilih di daerah setempat, DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 12 LAPORAN AKHIR misalnya batang tanaman 'mantang-mantangan' atau bambu-bambu yang berukuran kecil. Ikatan tersebut sebaiknya ditimbun tanah sebagian sehingga mendorong tumbuh. Untuk menjaga kebasahan selama masa pertumbuhan, maka ikatan tersebut harus di letakkan di bawah atau pada muka air rata-rata G. Ikatan batang dan ranting pohon dengan batu Ikatan batang dan ranting pohon dengan batu dan tanah di dalamnya memiliki prinsip yang sama dengan ikatan batang, hanya di bagian dalam ikatan tersebut diisi dengan batu dan tanah. Fungsi batu dan tanah ini adalah sebagai alat pemberat sehingga ikatan tidak terbawa arus. Di samping itu mempermudah tumbuhnya batang dan ranting tersebut. H. Pagar datar Pagar ini dapat dibuat dengan bambu atau batang atau ranting pohon yang ada di sekitar sungai. Penancapan pilar pagar sekitar 50 cm dan jarak pilar antara 50-80 cm. Pagar di pasang di dasar sungai dengan bagian atas di bawah tinggi muka air rata-rata. Pemasangan pagar ini paling tepat sebelum musim penghujan. Tergantung jenis tanaman setempat, dalam waktu berapa bulan tanaman di belakang pagar sudah bisa tumbuh. I. Penutup tebing Penutup tebing untuk menanggulangi erosi ini dapat dibuat dan berbagai macam bahan, misalnya dari alang-alang, mantang-mantangan, jerami kering, rumput gajah kering, daun kelapa dll. Di bagian bawah dipasang ikatan batang pohon untuk penahan. Diantaranya bisa ditanami dengan vegetasi. Jenis vegetasi sebaiknya adalah vegetasi yang ditemukan di sekitar lokasi tersebut. J. Tanaman tebing Untuk melindungi erosi dan longsoran tebing yang terjal dapat digunakan perlindungan dengan tanaman. Jenis tanaman disesuaikan dengan jenis tanaman yang didapat di sekitar lokasi Panjang batangnya sekitar 60 cm masuk ke dalam tanah dengan diurug diatasnya dan sekitar 20 cm yang di luar Dengan cara pengurugan ini didapat kondisi tanah yang gembur dan memungkinkan hidupnya tanaman tersebut. Dengan masukan sedalam 60 cm ke dalam tanah make akan didapat tanaman yang kuat mengikat tebing sungai. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 13 LAPORAN AKHIR K. Penanaman tebing Tebing-tebing sungai yang tanpa tanaman sebaiknya sesegera mungkin ditanami. Jenis tanaman dapat dipilih dan daerah setempat Bambu adalah salah satu jenis vegetasi yang banyak dijumpai di sepanjang sungai di Indonesia. Penanaman bambu dapat dilakukan dengan memilih beberapa jenis bambu yang sesuai dengan lebar dan kedalaman sungai. Jenis-jenis bambu yang pendek dan kecil dapat ditanam pada sungai yang relatif kecil Sedang bambu tinggi dan besar batangnya digunakan pada tebing sungai besar. Tanaman di tebing sungai ini selain berfungsi sebagai pelindung tebing juga berfungsi sebagai retensi aliran, sehingga kecepatan aliran turun dan banjir di hilir dapat dikurangi. L. Tanaman antara pasangan batu kosong Pasangan batu kosong akan lebih kuat jika dicelah-celahnya ditanami tanamantanaman yang sesuai. Dengan tanaman tersebut batu akan semakin kokoh terikat pada tebingnya. 3.4. Pendekatan Perencanaan Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan disusun berdasarkan lingkup kegiatan yang disyaratkan dalam Kerangka Acuan Kerja dan pertimbangan-pertimbangan lain yang dianggap perlu untuk mempermudah atau meningkatkan kualitas pekerjaan. Metodologi Pelaksanaan Pekerjan diuraikan dengan memperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti :  Ketentuan – ketentuan dalam kerangka acuan kerja  Pemahaman awal tentang lokasi studi  Sumberdaya yang sesuai dengan KAK Dalam metodologi kerja kita melakukan pendekatan teknis maupun non teknis, dengan tujuan supaya dalam pelaksanaan pekerjaan ada dasar pemikiran atau pertimbangan dalam melakukan kegiatan untuk setiap item pekerjaan. Yang lebih ditekankan dalam metodologi ini yaitu prosedur dan langkah kerja dalam melaksanakan pekerjaan, sedangkan khusus dalam pekerjaan analisis data metodologi ini juga membahas dasar perhitungan yang dipakai dalam analisa data. Pendekatan yang digunakan antara lain melalui 3 (tiga) aspek : penataan ruang, pengelolaan DAS, pendekatan kultural dan kelembagaan. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 14 LAPORAN AKHIR 3.4.1. Penataan Ruang Penataan ruang bertujuan untuk mengatur hubungan antara berbagai kegiatan dengan fungsi ruang guna tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas melalui perencanaan struktur dan pola pemanfaatan ruang. Perencanaan struktur dan pola pemanfaatan ruang merupakan kegiatan menyusun rencana tata ruang yang produknya menitikberatkan kepada pengaturan hirarki pusat permukiman dan pusat pelayanan barang dan jasa, serta keterkaitan antara pusat tersebut melalui, antara lain, sistem prasarana. Sistem prasarana meliputi, antara lain, jaringan transportasi seperti jalan raya, jalan kereta api, sungai dan jaringan utilitas seperti : air bersih, air kotor, pengaturan air hujan, jaringan telepon, jaringan gas, jaringan listrik dan sistem pengelolaan sampah. Tata guna tanah, tata guna air, dan tata guna udara merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perencanaan struktur dan pola pemanfaatan ruang. Arti penting penataan ruang terjadi akibat adanya penyempitan dan atau konversi ruang secara tidak bijaksana, terutama karena perkembangan kota, sosial-ekonomi, budaya dan kebijakan pemerintah. a) Perkembangan Kota Perkembangan kota merupakan salah satu dampak laju pertumbuhan penduduk dan urbanisasi, yang pada akhirnya mempengaruhi ketersediaan lahan. Makin sempitnya ruang terbuka menyebabkan makin besarnya pengaliran air permukaan sehingga beban sistem drainase perkotaan harus dapat mengantisipasi laju pertumbuhan penduduk, sejalan dengan arahan Rencana Tata Ruang Kota maupun pentahapan pelaksanaannya. b) Sosial-Ekonomi dan Budaya Kenyamanan suasana perkotaan berkaitan erat dengan kegiatan sosial ekonomi masyarakat perkotaan yang tidak terlepas dari sarana dan prasarana drainase perkotaan yang ada. Secara tidak langsung sistem drainase kota yang kurang baik akan berdampak negatif terhadap kelancaran lalulintas para pelaku ekonomi dan bisnis yang menghidupkan suasana perkotaan. Dengan kata lain, drainase kota yang dirancang harus memiliki sifat yang positif terhadap kegiatan ekonomi yang berlangsung di wilayah kota tersebut. Misalnya : bebas genangan dan banjir, yang sering menjadi sebab kemacetan dan Diharapkan dengan perencanaan terhambatnya aktivitas perekonomian. drainase kota yang baik, maka mampu DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 15 LAPORAN AKHIR menciptakan mobilisasi manusia, barang dan jasa yang baik dan berkembang terkendali. 1) Pertumbuhan penduduk, urbanisasi dan angkatan kerja; 2) Mobilitas dan transportasi; 3) Pengelolaan limbah rumah tangga dan limbah kota; 4) Kesehatan masyarakat. Beberapa aspek sosial dan budaya yang terkait dengan konsep pembangunan sistem drainase adalah: 1) Kebutuhan nyata dan prioritas kebijakan pemerintah daerah; 2) Keseimbangan pembangunan antar kota dan dalam kota; 3) Ketersediaan lahan dan tata guna tanah; 4) Pola dan prilaku budaya masyarakat dalam pengelolaan sampah; dan 5) Pola dan prilaku kesehatan dan kebersihan masyarakat perkotaan. Apabila suatu daerah terbebas dari genangan maka peluang untuk melakukan sosialisasi sangat besar, sehingga mendorong kehidupan sosial yang semakin baik. Rasa aman dan tenteram yang terganggu oleh genangan akan pulih dan semangat gotong royong akan tumbuh dengan sendirinya. 3.4.2. Pengelolaan DAS Pendekatan DAS untuk analisis jaringan drainase didasarkan pada metode kuantitatif yang pertama kali dikembangkan oleh Robert Horton (seorang ahli teknik hidrolika Amerika) pada tahun 1940-an. Konsep umum pendekatan pengelolaan DAS meliputi pendekatan hidrologi secara umum dan pendekatan ekohidrolika. Pendekatan hidrologi secara umum dapat dilihat pada Gambar 3.3 berikut: DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 16 LAPORAN AKHIR Gambar 3.3 Konsep umum pengelolaan DAS 3.4.3. Koordinasi Kelembagaan dan Kebijakan Koordinasi pemerintah dalam pengelolaan sistem drainase perkotaan perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh, karena menyangkut kepentingan khalayak seperti halnya pengelolaan sampah atau sanitasi lingkungan dan lain-lain. Koordinasi antar instansi yang berkompeten bersama-sama merumuskan tindakan strategis untuk pengelolaan sistem drainase perkotaan. Misalnya koordinasi pengelolaan sistem jaringan drainase jalan, bandara, stasiun kereta api, terminal, pasar, perumahan-perumahan besar yang dibangun pengembang dan kawasan tertentu lainnya (kawasan industri, kawasan perkantoran dan lain-lain). Baik dalam lalu lintas data, penganggaran (budgeting) maupun koordinasi teknis. Koordinasi kelembagaan juga perlu terpadu/terintegrasi dengan tidak mengesampingkan partisipasi masyarakat dan keterlibatan investor dalam upaya profesionalisme program. a) Peran Pemerintah Pusat Ditekankan kepada pembangunan drainase yang bersifat perintisan, antara lain pembangunan saluran primer dan komponen pokok misalnya waduk, stasion pompa, pintu pengendali air pasang pada sistem drainase utama. Dalam rangka pengaturan dan pembinaan, Pusat menerbitkan pedoman, tata cara dan spesifikasi teknis yang berkaitan dengan proses perencanaan, pelaksanaan, operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 17 LAPORAN AKHIR b) Peran Pemerintah Kabupaten/Kota Pada hakekatnya Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bertanggung jawab dalam perencanaan, pembangunan, operasi dan pemeliharaan sistem drainase utama. c) Peranserta Masyarakat Operasional dan pemeliharaan sistem drainase lokal menjadi tanggung jawab masyarakat perkotaan. 3.5. Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan 3.5.1. Pekerjaan Pengumpulan Data dan Survey Lapangan 1. Desain Survey Desain survey merupakan tahap awal bagi persiapan survey ke lapangan. Hal ini dimaksudkan agar survey yang dilakukan efisien dan efektif. Pada desain survey ini, dilakukan pembuatan check list data yang dibutuhkan untuk survey ke dinas-dinas terkait dan formulir isian untuk survey primer (lapangan). Desain survey yang sudah dibuat akan dikonsultasikan dengan Tim Teknis yang sudah dibentuk. 2. Survey Lapangan Sesuai dengan desain survey yang sudah disepakati, selanjutnya dilakukan survey lapangan untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan. Secara garis besar, hal yang dilakukan adalah sebagai berikut :  Pengumpulan data dan informasi teknis yang terkait dengan perencanaan jaringan drainase dari berbagai Dinas terkait, berupa data tabular (tekstual) dan peta baik eksisting maupun rencana.  Melakukan survey lapangan/survey primer untuk melihat actual yang ada. Pada tahap ini konsultant akan melakukan identifikasi kondisi eksisting sistem drainase dan masalah genangan yna dihadapi. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini antara lain : 1. Identifikasi daerah genangan yang ada pada lokasi studi 2. Pengumpulan peta sistem tata air yang sudah ada 3. Pelakukan identifikasi sarana dan prasarana drainase 4. Melakukan Cross check data yang didapat dengan kondisi yang ada di lapangan 5. melakukan pengamatan kasar terhadap catchment area daerah yang bersangkutan 6. Melakukan pengamatan dan pendataan permasalahan banjir/genangan yang dihadapi DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 18 LAPORAN AKHIR 3. Survey Topografi  Tujuan Survey Dalam kegiatan survey topografi mempunyai tujuan untuk mendapatkan data dan gambaran bentuk permukaan tanah rencana desain yang berupa situasi dan ketinggian serta posisi penampakan yang ada dan selanjutnya dapat digambar penampang memanjang dan melintang dari rencana master plan. Pengukuran yang dilakukan harus teliti (terutama untuk elevasi) sedemikian rupa, sehingga bisa diketahui mengenai kemiringan (slope) dari arah memanjang maupun melintang master plan akan direncanakan.  Ruang Lingkup survey Lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan dalam survey topografi adalah sebagai berikut :  Orientasi Medan  Pengamatan situasi daerah perencanaan  Pengukuran penampang memanjang dan melintang saluran eksisting. 3.5.2. Analisis Hidrologi Pengolahan data hidrologi dimaksudkan untuk mengetahui curah hujan periode tertentu, dengan beberapa metode untuk mendapatkan curah hujan ekstrim R (yang dikehendaki). Angka-angka hujan harian disusun menurut besarnya, sedangkan distribusi hujan di cek untuk mengetahui apakah kita akan memakai distribusi Gumbel atau Normal atau Log Normal (untuk meramal) dan atau dengan menggunakan kala ulang dua tahunan atau lima tahunan. Lengkung hujan dapat digambarkan dengan menggunakan ekstrim R. Gambar 3.4. Gambar 3.4 Grafik Lengkung Kekerapan Durasi Hujan Lengkung Hujan I I = intensitas hujan mm/jam t = durasi hujan (jam, hari) t DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 19 LAPORAN AKHIR Analisis intensitas curah hujan dengan rumus-rumus acuan dalam perhitungan hidrologi yang mencakup perhitungan curah hujan, frekwensi curah hujan, dan perhitungan debit banjir, sedangkan perhitungan hidraulika digunakan untuk perencanaan dimensi jaringan drainase. Dalam hal ini, data curah hujan diketahui dari hasil pengamatan dengan alat penakar biasa mm/hr, kemudian dicari curah hujan dengan kala ulang 2,5 dan 10 tahun. Uji Konsistensi Data Curah Hujan Data curah hujan yang tersedia dalam bentuk data statistik sering terjadi ketidakkonsistenan atau tidak lengkap akibat pindah lokasi, kerusakan alat, penggantian alat serta penggantian orang. Oleh karena itu, agar data curah hujan menjadi konsisten diperlukan pengujian, yaitu dengan uji konsistensi. Cara yang digunakan adalah melalui analisis massa ganda ( double mass analysis). Analisis massa ganda diterapkan terhadap stasiun hujan yang terdekat dengan daerah perencanaan. Analisis Distribusi Sebaran Analisa distribusi kemungkinan banjir yang digunakan lakukan dengan metode Distribusi Gumbel Tipe I, Person Tipe III dan Log Normal. Metoda Distrubusi Gumbel. Persamaan empiris untuk distribusi Gumbel Tipe I sebagai berikut : X = X  SK  Keterangan : X = Nilai yang diharapkan terjadi untuk kala ulang tertentu (mm) X = Nilai rata-rata hitung data X (mm) K = Faktor frekuensi = YT  Yn Sn YT = Reduced mean atau nilai reduksi data dari variabel yang diharapkan terjadi pada periode ulang tertentu   Tr x   1    Tr x    =  Ln   Ln   Yn = Nilai rata-rata dari reduksi data, nilainya tergantung dari jumlah data (n) dan dapat dilihat pada Tabel. 2.3 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 20 LAPORAN AKHIR Sn = Reduced Standar Deviation yang nilainya tergantung dari jumlah data (n) dan dapat dilihat pada Tabel. 2.4 S = Simpangan baku n = n  X i 1 i X 2 n 1 = Jumlah data CS = koefisien kepencengan = 1,1396 CK = koefisien kurtosis = 5,4002 Tabel 3.1 Hubungan Reduksi Data Rata-rata (Yn) dengan Jumlah Data (n) Tabel 3.2 Reduced Standard Deviation (Yn) DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 21 LAPORAN AKHIR Metoda Distrbusi Log Pearson Tipe III. Distribusi Log Pearson Tipe III merupakan hasil transformasi dari distribusi Pearson Tipe III dengan menggantikan data menjadi nilai logaritmik. Persamaan distribusi Log Pearson Tipe III dapat ditulis sebagai berikut : Log Xt = Log X   G  S  Keterangan, Xt = Besarnya curah hujan dengan periode t (mm) Log X = Rata-rata nilai logaritma data X hasil pengamatan (mm) S  = Standar Deviasi nilai logaritma data X hasil pengamatan n = CS Log Coef. Of Skewness  Log X  2 n 1  n. logX  logX  3  n  1 . n  2 . SlogX  3 = koefisien kurtosis = Tabel 3.3 t 1 t = koefisien kepencengan = CK   Log X    n  1    n  2    n  3    S log X  n 2  logX  logX 4 4 Faktor Penyimpangan K yang digunakan untuk Sebaran Distribusi Log Pearson Type III. PERIODE ULANG (Tr) 2 5 10 25 50 100 200 1000 50% 20% 10% 4% 2% 1% 0.5% 0.1% 3 -0.396 0.420 1.180 2.278 3.152 4.051 4.970 7.250 2.5 -0.360 0.518 1.250 2.262 3.048 3.845 4.652 6.600 2.2 -0.330 0.574 1.284 2.240 2.970 3.705 4.444 6.200 2 -0.307 0.609 1.302 2.219 2.912 3.605 4.298 5.390 1.8 -0.282 0.643 1.318 2.193 2.848 3.499 4.147 5.660 1.6 -0.254 0.675 1.329 2.163 2.780 3.388 3.990 5.390 1.4 -0.225 0.705 1.237 2.128 2.706 3.271 3.828 5.110 1.2 -0.195 0.732 1.340 2.087 2.626 3.149 3.661 4.820 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 22 LAPORAN AKHIR Log Coef. Of Skewness PERIODE ULANG (Tr) 2 5 10 25 50 100 200 1000 50% 20% 10% 4% 2% 1% 0.5% 0.1% 1 -0.164 0.758 1.340 2.043 2.542 3.022 3.489 4.540 0.9 -0.148 0.769 1.339 2.018 2.498 2.957 3.401 4.395 0.8 -0.132 0.780 1.336 1.998 2.453 2.891 3.312 4.250 0.7 -0.116 0.790 1.333 1.967 2.407 2.824 3.223 4.105 0.6 -0.099 0.800 1.328 1.939 2.359 2.755 3.132 3.960 0.5 -0.083 0.808 1.323 1.910 2.311 2.686 3.041 3.815 0.4 -0.066 0.816 1.317 1.880 2.261 2.615 2.949 3.670 0.3 -0.050 0.824 1.309 1.849 2.211 2.544 2.856 3.525 0.2 -0.033 0.830 1.301 1.818 2.159 2.472 2.763 3.380 0.1 -0.017 0.836 1.292 1.785 2.107 2.400 2.670 3.235 0 0 0.842 1.282 1.751 2.054 2.326 2.576 3.090 -0.1 0.017 0.836 1.270 1.716 2.000 2.252 2.482 2.950 -0.2 0.033 0.850 1.258 1.680 1.945 2.178 2.388 2.810 -0.3 0.050 0.853 1.245 1.643 1.890 2.104 2.294 2.675 -0.4 0.066 0.855 1.231 1.606 1.834 2.029 2.201 2.540 -0.5 0.083 0.856 1.216 1.567 1.777 1.955 2.108 2.400 -0.6 0.099 0.857 1.200 1.528 1.720 1.880 2.016 2.275 -0.7 0.116 0.857 1.183 1.488 1.663 1.806 1.926 2.150 -0.8 0.132 0.856 1.166 1.448 1.606 1.733 1.837 2.035 -0.9 0.148 0.854 1.147 1.407 1.549 1.660 1.749 1.910 -1 0.164 0.852 1.128 1.366 1.492 1.588 1.664 1.800 -1.2 0.195 0.844 1.086 1.282 1.379 1.449 1.501 1.625 -1.4 0.225 0.832 1.041 1.198 1.270 1.318 1.351 1.465 -1.6 0.254 0.817 0.994 1.116 1.166 1.197 1.216 1.280 -1.8 0.282 0.799 0.945 1.035 1.069 1.087 1.997 1.130 -2 0.307 0.777 0.895 0.959 0.980 0.990 0.995 1.000 -2.2 0.330 0.752 0.844 0.888 0.900 0.905 0.907 0.910 -2.5 0.360 0.711 0.771 0.793 0.798 0.799 0.800 0.802 -3 0.396 0.636 0.660 0.666 0.666 0.667 0.667 0.668 Metode Normal Rumus : Xt = X + k . Sx Dimana : Xt x = Curah hujan rencana dengan periode ulang T tahun (mm) = Curah hujan rata-rata (mm) Sx = Standar deviasi k = Nilai dari Reduksi Gauss (Tabel 3.4) DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 23 LAPORAN AKHIR Tabel 3.4 Variabel Reduksi Gauss Metode Log Normal Distribusi Log Normal yang digunakan yaitu Distribusi Log Normal 2 Parameter. Dimana : X = Curah hujan rencana dengan periode ulang T tahun (mm) Y = Faktor frekuensi dari log normal 2 parameter sebagai fungsi dari koefisien variasi dan periode ulang T tahun (dapat dilihat pada Tabel 3.7) DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 24 LAPORAN AKHIR Cv = Koefisien variasi n = Banyaknya data Log xi = Curah hujan dalam logaritmik Logx = Curah hujan rata-rata dalam logaritmik Slog x = Standar deviasi dalam logaritmik Untuk Distribusi Log Normal 2 Parameter Tabel 3.5 Y Untuk Distribusi Log Normal 2 Parameter Perhitungan Intensitas Curah Hujan Rencana Dari rumus perhitungan Mononobe, maka dapat dihitung besarnya intensitas curah hujan rencana sebagai berikut: I  R24  t     t  T  2/3 =  rT = t . Rt – ( t – 1 ). R ( t 1) DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 25 LAPORAN AKHIR Dimana : rT = Curah Hujan pada jam ke T ( mm ) Rt = Rerata curah hujan dari awal sampai jam ke T ( mm ) T = Waktu mulai hujan hingga jam ke T ( jam ) R 24 = curah hujan efektif dalam 24 jam ( mm ) t = Waktu konsentrasi hujan ( jam ) 3.5.3. Analisis Hidraulika Aliran Permukaan (Surface Runoff) Curah hujan yang mencapai permukaan tanah sebagian akan terinfiltrasi ke dalam tanah, sedangkan bagian yang lain akan menjadi limpasan air permukaan (surface runoff) atau lebih sederhana sering disebut limpasan (Runoff) saja. Bila intensitas curah hujan melebihi kapasitas infiltrasi setelah tampungan penuh, maka selisih antara curah hujan dan kapasitas infiltrasi menjadi curah hujan berlebih (excess rainfall) yang akan mengalir di atas permukaan tanah sebagai bagian yang meningkatkan luapan. Limpasan air permukaan ini yang menimbulkan masalah, karena daya dukung saluran yang ada tidak memadai maka timbul genangan atau banjir. Perhitungan debit rencana digunakan metode rasional yang berlaku untuk daerah pengaliran dengan luas sampai 80 ha, sedangkan untuk daerah pengaliran dengan luas lebih dari 80 ha digunakan rumus rasional yang dimodifikasi. diperoleh dari hitungan luas daerah yang harus dikeringkan. Selanjutnya untuk menentukan dimensi saluran, dilakukan dengan menghitung beban saluran rencana tersebut dari saluran kecil ke saluran induk. Dalam metode rasional, persamaan yang menyatakan hubungan antara hujan dan limpasan dinyatakan sebagai berikut : Q= 1 C . I . A .............................................................. (3.1) 3,6 Q : debit rencana pada kala ulang t tahun (m 3/det) C : koefisien pengaliran I : intensitas curah hujan (mm/jam) A : luas daerah/areal ( km2) Rumus rasional modifikasi untuk daerah pengaliran lebih besar dari 80 ha dan tidak melebihi 5.000 ha, sebagai berikut : Q = 0,00278 C . Cs . I . A ...................................................... (2.7) DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 26 LAPORAN AKHIR dimana : Cs  2 tc 2 tc  td Cs = Koefisien penampungan Tc = waktu konsentrasi ( menit) td = lama pengaliran dalam saluran (menit) Selengkapnya langkah perhitungan debit rencana dapat dilihat pada Bagan Alir di bawah ini. Gambar 3.5 Data Debit > 20 tahun Bagan Alir Perhitungan Debit Banjir Rencana Data hujan panjang dan data debit (1 ~ 3) tahun Cara Empiris Cara Matematis Unit Hidrograh Kalibrasi Data Debit (10 ~ 20) tahun Data diperpanjang Analisa Frekuensi Probabilitas Gumbel, Log Pearson, Log Normal Data Debit (4 ~ 20) tahun Cara Banjir di atas ambang Debit Alur Penuh Data Hujan dan Data Karakteristik DAS Cara Regresi - IOH - GAMA 1 Cara Empiris Cara Rational Hidrograf Satuan SCS - Weduwen - Haspers - Melchior Banjir Rata-Rata Tahunan (Q) Analisis Frekuensi Probabilitas Banjir Regional Bandingkan dengan cara perhitungan lainnya DEBIT BANJIR RENCANA QT Limpasan (runoff) dipengaruhi oleh elemen-elemen meteorologi dan elemen-elemen daerah pengaliran atau daerah aliran sungai (DAS). a) Elemen Meteorologi Elemen-elemen meteorologi yang mempengaruhi limpasan air permukaan adalah sebagai berikut : jenis presipitasi, Intensitas curah hujan, lamanya curah hujan, distribusi curah hujan dalam daerah pengaliran, arah pergerakan curah hujan, curah hujan terdahulu dan kelembaban tanah dan Kondisi-kondisi meteorologi yang lain 1) Presipitasi (hujan) Pengaruh presipitasi terhadap limpasan berbeda-beda, dipengaruhi oleh intensitas curah hujan dan durasi curah hujan. Terjadinya hujan mengaruhi secara langsung terhadap hidrograf. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 27 LAPORAN AKHIR 2) Intensitas curah hujan (I) Pengaruh I terhadap limpasan permukaan tergantung juga pada kapasitas infiltrasi. Jika I melampaui kapasitas infiltrasi, maka besarnya limpasan permukaan akan meningkat sesuai dengan peningkatan I. 3) Durasi hujan Curah hujan yang durasinya lama secara relatif akan mengakibatkan limpasan permukaan yang relatif lebih besar juga, meskipun intensitas hujannya sedang. Setiap daerah aliran sungai memiliki durasi hujan kritis. Jika lama curah hujan tersebut kurang dari durasi kritisnya, maka lamanya limpasan praktis akan sama dan tidak tergantung pada intensitas curah hujannya. 4) Distribusi hujan pada daerah pengaliran Jika kondisi seperti topografi, keadaan tanah dan lain-lain di seluruh daerah pengaliran sama dan jumlah curah hujan sama, jika curah hujan terdistribusi merata, maka akan mengakibatkan debit puncak minimum. 5) Arah pergerakan curah hujan Curah hujan lebat yang bergerak sepanjang sistem aliran sungai akan sangat mempengaruhi debit puncak dan lamanya limpasan permukaan. 6) Curah hujan terdahulu dan kelembaban tanah Jika kadar kelembaban lapisan teratas tanah itu tinggi, maka akan mudah terjadi banjir karena kapasitas infiltrasi kecil. Demikian pula jika kelembaban tanah itu meningkat dan mencapai kapasitas lapangan, maka air infiltrasi akan mencapai permukaan air tanah dan memperbesar aliran air tanah. 7) Kondisi-kondisi meteorologi yang lain Elemen meteorologi yang lain yang secara tidak langsung mempengaruhi limpasan sekaligus mengontrol iklim di suatu daerah adalah suhu, kecepatan angin, kelembaban relatif, tekanan udara rata-rata, curah hujan tahunan dan lain-lain. Semua elemen memiliki hubungan timbal balik satu dengan yang lainnya. b) Elemen DAS Elemen daerah pengaliran yang mempengaruhi limpasan air permukaan adalah sebagai berikut : penggunaan lahan (landuse), daerah pengaliran, topografi, jenis tanah dan fakto-faktor lain yang memberikan pengaruh misalnya karakteristik jaringan sungaisungai, adanya daerah pengaliran yang tidak langsung dan drainase buatan. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 28 LAPORAN AKHIR 1) Kondisi penggunaan lahan (landuse) Limpasan air permukaan sangat dipengaruhi oleh kondisi penggunaan lahan/tanah dalam daerah pengaliran. Daerah hutan yang ditutupi tumbuh-tumbuhan yang lebat akan sulit mengadakan limpasan permukaan karena kapasitas infiltrasinya yang besar. 2) Daerah pengaliran Jika faktor-faktor termasuk curah besar curah hujan, intensitas curah hujan dan lainnya tetap maka limpasan air permukaan selalu sama, dan tidak tergantung luas daerah pengaliran. 3) Kondisi topografi dalam daerah pengaliran Corak, elevasi, gradien, arah dari daerah pengaliran mempunyai pengaruh terhadap hidrologi daerah pengaliran. Corak daerah pengaliran adalah faktor bentuk, yaitu perbandingan panjang sungai utama terhadap lebar rata-rata daerah pengaliran. Elevasi daerah pengaliran dan elevasi rata-rata mempunyai hubungan yang penting terhadap suhu dan curah hujan. Gradien mempunyai hubungan dengan infiltrasi, limpasan permukaan, kelembaban dan pengisian air tanah. Gradien daerah pengaliran adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi waktu mengalirnya air permukaan, waktu konsentrasi ke sungai dari curah hujan dan mempunyai hubungan langsung terhadap debit banjir. 4) Jenis tanah Bentuk butir-butir tanah, coraknya dan cara mengendapnya adalah faktor-faktor yang menentukan kapasitas infiltrasi, maka karakteristik limpasan sangat dipengaruhi oleh jenis tanah daerah pengaliran itu. 5) Faktor-faktor lain yang memberikan pengaruh Faktor-faktor penting lain yang mempengaruhi limpasan adalah karakteristik jaringan sungai-sungai, adanya daerah pengaliran yang tidak langsung, dan drainase buatan. Koefisien Limpasan (C) Koefisien limpasan (C) adalah perbandingan antara jumlah hujan yang jatuh dengan air yang mengalir sebagai limpasan dari suatu hujan pada permukaan. Koefisien pengaliran dapat dipengaruhi oleh struktur geologi, klimatologi, jenis permukaan tanah dan kemiringan daerah pengaliran. C = tinggi limpasan air permukaan tinggi curah hujan ............................................ (2.8) DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 29 LAPORAN AKHIR Pada suatu daerah pengaliran dengan tata guna lahan yang berbeda-beda besarnya koefisien pengaliran ditetapkan dengan mengambil harga rata-rata berdasarkan bobot luas daerah. Tata guna lahan yang dipergunakan sebagai acuan adalah tata guna lahan pada akhir periode perencanaan, Rumus perhitungan angka pengaliran adalah sebagai berikut : Cr = (C1A1 + C2A2 ...........+ Cn A n ) /( A1 + A2 ........ + An ) ..............(2.9) dimana: Cr = nilai rata-rata koefisien pengaliran C1, C2, Cn = koefisien pengaliran tiap-tiap daerah A1, A2, An = luas masing-masing daerah C PUH  1 (1 5 ) (I)1/2 I dimana : C5 C PUH I5 I PUH = koefisien pengaliran pada PUH 5 tahun = koefisien Pengaliran pada PUH yang dicari = Intensitas Hujan pada 5 tahun = Intensitas Hujan pada PUH yang dicari mm/jam Luas daerah pengaliran diperhitungkan secara akurat, karena merupakan salah satu elemen perhitungan volume limpasan pada metoda rasional. Luas ini dihitung berdasarkan tributary area yang masuk menjadi beban pada saluran. Harga koefisien limpasan air permukaan dipengaruhi oleh intensitas hujan daerah setempat, mempunyai nilai yang berbeda pada berbagai kemiringan dan bentuk DAS, perbedaan penggunaan lahan, terutama karakteristik tanah dan bangunan di atasnya. Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap C, Besarnya pengaruh berbagai tipe penggunaan lahan terhadap koefisien limpasan/koefisien pengaliran dapat dilihat pada Tabel 3.6 sebagai berikut: Tabel 3.6 Koefisien Pengaliran Untuk Berbagai Penggunaan Lahan Jenis Penggunaan Lahan 1. Jalan beton dan jalan aspal 2. Jalan kerikil dan jalan tanah 3. Bahu jalan: Tanah berbutir halus Tanah berbutir kasar 4. Daerah perkotaan 5. Daerah pinggir kota 6. Daerah industri 7. Permukiman padat 8. Permukiman tidak padat 9. Taman dan kebun 10. Persawahan 11. Perbukitan 12. Pegunungan Koefisien Pengaliran 0,70 – 0,95 0,40 – 0,70 0,40 - 0,65 0,10 - 0,20 0,70 - 0,95 0,60 – 0,70 0,60 – 0,90 0,40 – 0,60 0,40 – 0,60 0,20 – 0,40 0,45 – 0,60 0,70 – 0,80 0,75 – 0,90 Sumber :Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan (SNI 03-3424-1994) DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 30 LAPORAN AKHIR b) Pengaruh Kemiringan Lahan Terhadap C 1) Miring Terjal Lahan persil miring, dengan kemiringan S>7% biasanya terdapat pada DAS upstream. Kebijaksanaan penggunaan lahan terbangun sebaiknya diperkecil prosentasenya terhadap luas lahan total. Sehingga masih banyak tanah kosong yang memberi kesempatan air hujan dapat masuk infiltrasi- perkolasi ke dalam tanah. Sebagai contoh mengenai penggunaan lahan terbangun yaitu untuk tanah miring (S>7%) hanya diperbolehkan membuat bangunan seluas kurang dari 30 % total luas lahan pribadi. Jadi masih ada lahan kosong 70% dari luas total yang masih memungkinkan menanam pepohonan, sehingga air hujan yang jatuh melalui proses intersepsi dahulu di daun, batang dan akar tumbuhan, menghambat jatuhnya sampai di permukaan tanah. 2) Miring Sedang Lahan miring sedang dengan kemiringan rata-rata 2-7%, umumnya terdapat pada DAS bagian tengah. Kebijaksanaan penggunaan lahan terbangun sebaiknya antara 40% - 50% dari luas lahan total pribadi. Sehingga paling sedikit setengah lahannya masih terbuka dan masih memberi kesempatan air hujan yang jatuh berinfiltrasi ke dalam tanah. Air tanah pada lahan ini adalah kiriman dari aliran tanah sebelah atas, ditambah perolehan air tanah setempat, hasil dari air infiltrasi dan perkolasi setempat. 3) Datar Lahan datar dengan kemiringan S < 2%, biasanya terdapat pada bagian lembah DAS (down stream). Pada bagian lembah DAS, sumber air tanah mendapat kiriman dari DAS di atasnya, ditandai dengan permukaan air tanah yang dangkal. Kebijaksanaan penggunaan lahan terbangun dapat lebih besar dari setengah luas lahan total tanah pribadi. 3.5.4. Analisis Dimensi Dan Struktur 3.5.4.1 Kriteria Saluran Kapasitas Saluran Analisis yang mengarahkan perancangan teknik detail pekerjaan saluran drainase berdasarkan ukuran saluran drainase yang memadai serta jenis, mutu bahan, kekuatan dan kestabilan konstruksi yang harus dibangun berdasarkan analisis-analisis hidrologi dan hidrolika. 1. Perencanaan Saluran Kapasitas Saluran DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 31 LAPORAN AKHIR Perhitungan kapasitas saluran digunakan rumusan kontinuitas (persamaan 2.10) dan rumus Manning sebagai berikut : Q=V.A V= I R2/3 S1/2n Dimana : Q = kapasitas pengaliran (m3/det) n = koefisien kekasaran manning V = kecepatan aliran (m/det) R = jari-jari hidrolis (meter) A = luas penampang basah (m2) S = kemiringan dasar saluran (%) Sesuai dengan sifatnya bahan saluran yang digunakan untuk drainase kabupaten, maka nilai n tercantum seperti pada Tabel dibawah ini Tabel 3.7 Koefisien kekasaran Manning Jenis kontruksi Koefisien kekerasan manning (n) Lapisan beton 0,015 Pasangan batu kali 0,025 Tanpa perkerasan 0,030 Saluran alami 0,045 Lamanya dan Kecepatan Aliran Dalam Saluran Penentuan lama aliran dalam saluran (time of drain,td) dengan panjang tertentu digunakan rumus : td = LdVd Dimana : Td = lama aliran dalam lahan(detik) L saluran Vd = kecepatan rata-rata dalam saluran (m/det) = panjang saluran (meter) Kecepatan Manning untuk berbagai bentuk saluran digunakan dengan persamaan sebagai berikut : V = 1/n. R2/3. S1/2 Dimana : V = kecepatan aliran (m/det) R = jari-jari hidrolis (meter) n = koefisien kekasaran Manning S = kemiringan dasar saluran (%) DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 32 LAPORAN AKHIR Penentuan kecepatan rata-rata aliran air di dalam saluran didasarkan pada kecepatan minimum yang diperbolehkan yaitu kecepatan aluran terendah 0,6 m/det dimana tidak boleh terjadi pengendapan dan mencegah pertumbuhan tanaman dalam saluran dan kecepatan maksimum yang diperbolehkan adalah kecepatan aliran terbesar 3,0 m/det yang tidak mengakibatkan penggerusan pada bahan saluran. Kemiringan Saluran Kemiringan saluan disesuaikan dengan keadaan topografi dan energi yang diperlukan untuk menglirkan air secara gravitasi dan kecepatan yang ditimbulkan harus sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Kemiringan rata-rata saluran digunakan untuk perhitungan waktu konsentrasi. Rumus yang digunakan untuk perhitungan kemiringan adalah sebagai berikut : Sr = ∑ Ln. ∑ Sn dimana ; Sr = kemiringan rata-rata (%m) Ln = panjang masing-masing segmen saluran (m) Sn = kemiringan masing-masing segmen saluran (%) Dengan kecepatan rata-rata (Vr) dan panjang total (komulatif) (SLn) diperoleh waktu pencapaian aliran puncak (tr) pada profil salluan tertentu. Profil Saluran Bentuk saluran yang digunakan adalah penampang bulat, persegi empat dan trapesium. Untuk saluran penampang bulat dengan pengaliran tidak penuh ketinggian muka air dalam saluran 0,8 kali ketinggian saluran. Penentuan dimesi saluran yang paling optimum untuk penampang trapesium dengan luas penampang basah (A), kecepatan aliran (V), jari-jari hidrolis (R), dan kedalaman aliran (Y), dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut : m = 1/3 Penentuan dimensi penampang segi empat dengan penampang hidrolis optimum, maka luas penampang saluran (A), jari-jari hidrolis (R), kedalaman aliran (Y), lebar dasar saluran (b), lebar permukaan aliran (B) dan kemiringan dinding saluran (taud,m). Tinggi Jagaan (Freeboard) Tinggi jagaan untuk saluran terbuka dengan permukaan diperkeras ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan antara lain : ukuran saluran, kecepatan aliran, DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 33 LAPORAN AKHIR arah belokan saluran, dan debit banjir. Tinggi jagaan biasanya diambil antara 15 sampai 60 cm, tinggi jagaan paling rendah diambil sebesar 10 cm di atas muka air rencana untuk debit maksimum rencana. Tabel 3.8 Hubungan Antara TinggiJagaan dengan Debit Debit Tinggi Jagaan (m3/det) Minimum (m) 0,00-0,30 0,30 0,30-0,50 0,40 0,50-1,50 0,50 1,50-15,00 0,60 15,00-25,00 0,75 25,00 1,00 Sumber : Standar Puslitbang Air Penampang Saluran Tipe saluran drainase ada dua macam, yaitu : saluran terbuka dan saluran tertutup. Saluran terbuka digunakan bila air yang disalurkan belum tercemar atau kualitasnya tidak membahayakan, sedangkan saluran tertutup umumnya diterapkan pada daerah dengan tingkat kepadatan yang tinggi dan ruang terbatas. Apabila yang disalurkan tidak membahayakan saluran kombinasi terbuka dan tertutup disesuaikan dengan kondisi lapangan, tetapi apabila membahayakan/tercemar maka saluran tertutup akan lebih baik diterapkan disemua lokasi. Saluran tertutup penampangnya dapat berbentuk bulat lingkaran, bulat telur, epilis dan tapal kuda. Bentuk saluran terbuka antara lain adalah trapesium, segi empat, setengah lingkaran, segitiga dan modifikasi dari bentuk-bentuk tersebut. Selain faktor tata guna lahan, faktor lain yang diperlukan dalam mempertimbangkan bentuk saluran adalah kemampuan pengaliran dengan memperhatikan bahan saluran yang digunakan (1), dan kemudahan pembuatan dan pemeliharaan (2).Bentuk dan jenis saluran yang ada dapat dipilih dan disesuaikan dengan keadaan lingkungan setempat. Tipe saluran air hujan yang biasa digunakan sebagai berikut : a) Saluran tertutup Saluran ini dibuat dari beton bertulang, berbentuk bulat dan diterapkan pada daerah kepadatan tinggi dengan ruang yang tersedia terbatas, pusat pemerintahan dan jalan protokol. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 34 LAPORAN AKHIR b) Saluran terbuka Saluran ini terdiri dari dua bentuk dengan karakteristik yang berbeda. Saluran berbentuk segi empat dan modifikasinya. Saluran ini dibuat dari pasangan batu kali dan diterapkan pada daerah dengan ruang yang tersedia terbatas. Saluran berbentuk trapesium dan modifikasinya. Saluran ini dibuat tanpa pengerasan, diterapkan pada daerah dengan kepadatan rendah dengan ruang yang tersedia masih luas. Tabel 3.9 No. 1. 2. 3. Bentuk-bentuk Dasar Penampang Saluran, Fungsi dan Lokasinya Bentuk Saluran Trapesium Persegi empat Setengah lingkaran Fungsi Lokasi Untuk menyallurkan limbah air hujan Pada daerah yang masih dengan debit besar yang sifat alirannya cukup terus menerus dengan fluktuasi kecil lahan Untuk menyalurkan limbah air hujan Pada daerah yang tidak dengan debit besar yang sifat alirannya tersedia terus menerus dengan fluktuasi kecil Lahan Untuk menyalurkan limbah air hujan dengan debit kecil 4. Segi Tiga Sama dengan nomor 3, tetapi dengan debit sangat kecil sampai nol dan banyak bahan endapan 5. Bulat lingkaran Berfungsi baik untuk menyallurkan Padatempat-tempat limbah air hujan maupun limbah air keramaian bekas, atau keduanya (pertokoan,pasar) Jalur Saluran Jaringan sistem penyaluran air hujan disesuaikan dengan keadaan fisik daerah pelayana. Jalur yang akan dibuat mengikuti jaringan sistem yang telah ada. Kapasitas saluran disesuaikan dengan beban, keadaan medan serta sifat hidrologis. Bangunan Pelengkap Bangunan-bangunan dimaksud adalah bangunan yang ikut mengatur dan mengontrol sistem aliran air hujan yang ada dalam perjalanannya menuju outfall agar aman dan mudah melewati daerah curam atau melintasi jalan-jalan raya Bangunan-bangunan dimaksud berupa : gorong-gorong (culvert); street inlet, bangunan pertemuan saluran, bangunan transisi/got miring, bangunan terjun, jembatan, syphon dan lain-lain. a) Terjunan Miring Perencanaan geometri didasarkan kepada perhitungan ruang olahan berdasarkan prinsip-prinsip loncatan hidraulik (hidraulic jump). Mula-mula teori air loncat DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 35 LAPORAN AKHIR dikembangkan hanya untuk saluran yang horizontal atau kemiringannya kecil, dimana dalam analisis, berat sendiri dari air loncat diabaikan. Meskipun demikian hasilnya dapat diterapkan pula pada saluran-saluran yang dijumpai pada persoalanpersoalan teknis dalam praktek. Untuk kemiringan saluran yang besar, berat sendiri dari air harus disertakan dalam analisis. Persamaan berikut memperlihatkan hubungan ketinggian aliran di hulu dan di hilir. b) Gorong-Gorong (Culvert) Saluran alam atau saluran buatan yang melintasi alinyemen jalan harus dilengkapi dengan sarana untuk memungkinkan drainase silang. Bangunan silang untuk drainase yang umum digunakan adalah gorong-gorong (culvert). Fungsi goronggorong adalah untuk mengalirkan air permukaan melintasi/keluat dari daerah kawasan jalan dan mampu memikul beban pada saat pelaksanaan pekerjaan, beban lalulintas dan beban tanah. Dengan demikian, desain harus menjamin lancarnya pengaliran debit rencana, serta berfungsinya lubang pemasukan (inlet) dan lubang pengeluaran (outlet) dan sambungan gorong-gorong. Disain hidraulis dari kebanyakan gorong-gorong ditentukan oleh daya angkut gorong-gorong untuk menglirkan debit rencana tanpa menyebabkan elevasi muka air udik yang tingi. Dalam beberapa hal, perlu perimbangan hidraulis lain, yaitu pencegahan gerusan pada bagian pengeluaran gorong-gorong. Agar debit banjir dapat dialirkan dengan lancar dan aman, maka luas penampung melintang goronggorong harus diberi keonggaran yang cukup besar, mengingat kemungkinan terjadinya curah hujan yang terlalu besar, adanya sedimen-sedimen dan sampah. Kondisi hidraulis gorong-gorong tergantung pada berbagai kondisi batas, misalnya luas profil melintang gorong-gorong, kecepatan aliran, araf muka air di inlet dan outlet, panjang gorong-gorong kontak. c) Street Inlet Street inlet adalah lubang di sisi-sisi jalan yang berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan yang jatuh di sepanjang jalan menuju ke saluran. Sesuai dengan kondisi dan penempatan saluran serta fungsi jalan yang ada, maka pada jenis penggunaan saluran terbuka tidak diperlukan street inlet, karena ambang saluran yang ada merupakan bukaan bebas. Pada garis besarnya, tipe-tipe street inlet adalah gutter inlet, curb inlet, dan kombinasinya. Gutter inlet terdiri atas bukaan horisontal yang dilengkapi dengan satu atu lebih kisi-kisi dimana aliran dilewatkan. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 36 LAPORAN AKHIR Curb inlet terdiri atas bukaan vertikal. Bila curb dan gutter inlet dibuat sebagai satu unit, maka disebut dengan inlet kombinasi. d) Perubahan Saluran (Transsition) Bagunan ini berfunsi untuk melindungi saluran dari kerusakan yang mungkin timbul akibat perubahan bentuk atau luas potongan melintang saluran. Maksud pembuatannya adalah untuk menghindari kemungkinan rusaknya badan saluran akibat perubahan kecepatan aluran yang menimbulkan turbulensi. Bentuk dari struktur tersebut adalah berupa head wall lurus atau seperangkat lingkaran dengan besar sudutmaksimum perubahan saluran adalah 12,5o dari sisi saluran. e) Pertemuan Saluran (Junction) Junction adalah pertemuan dua saluran atau lebih dari arah yang berbeda pada suatu titik. Pada kenyataannya pertemuan saluran ini mempunyai ketinggian dasar saluran yang selalu sama seningga kehilangan tekanannya sulit diperhitungkan. Untuk mengurangi kehilangan tekanan yang terlalu besar dan untuk keamanan konstruksi maka dinding pertemuan saluran dibuat tidak bersudut atau dibentuk lengkung serta diperluas. Pertemuan saluran yang berbeda jenis/bentuknya digunakan bak yang berfungsi sebagi bak pengumpul. f) Belokan Belokan pada saluran terjadi karena adanya perubahan arah aliran atau keadaan medan yang tidak memungkinkan. Kehilangan tekanan akibat belokan dinding dihitung dengan rumus: g) Outfall Outfall merupakan ujung saluran air hujan yang ditempatkan pada sungai atau badan air penerima lainnya. Struktur outfall ini hampir sama dengan struktur bangunan terjunan miring dari konstruksi pasangan batu kali. Kerangka pikir penyusunan DED Drainase Lingkungan Permukiman Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat pada bagan alir di bawah ini. Adapun metodologi yang dilakukan adalah tahap persiapan, tahap analisa dan tahap pelaporan hasil. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 37 LAPORAN AKHIR 3.1. Tahap Persiapan Untuk tahap persiapan ini dilakukan penyiapan data-data antara lain yaitu: - Outlineplan Bangka Selatan Tahun 2011 dan reviewnya - Peta Peruntukkan Wilayah Bangka Selatan skala 1:20.000 - Data Genangan - Data saluran - Peta RTRK - Data intensitas Hujan - Data topografi - Data-data lain yang berkaitan dengan drainase kota Surabaya Survey dan pendataan lapangan mungkin diperlukan untuk mendapatkan data-data yang belum tersedia. 3.2. Tahap Analisa Pada tahap ini dilakukan analisa dari hasil data sekunder dan primer yang diperoleh. Analisa jaringan drainase, pembuatan sub daerah aliran, analisa hujan, perhitungan debit banjir dan perencanaan saluran. Hasil perencanaan dituangkan dalam peta dan skema jaringan drainase. 3.2.1 Analisa Hujan Rencana Pada dasarnya besarnya hujan rencana dipilih berdasar pada pertimbangan nilai urgensi dan nilai sosial ekonomi daerah yang diamankan, serta tergantung pada hirarki saluran (tersier, sekunder, primer) dan luas area yang dilayani. Untuk daerah permukiman umumnya dipilih hujan rencana dengan periode ulang 1.25 – 15 tahun. Sedang untuk daerah pusat pemerintahan yang penting, daerah komersial dan daerah padat dengan nilai ekonomi tinggi dapat dipertimbangkan periode ulang antara 10 – 50 tahun. Perencanaan gorong-gorong jalan raya, lapangan terbang antara 3 – 15 tahun. Perencanaan pengendalian banjir yang berkaitan dengan sungai antara 25 – 50 tahun. Analisa curah hujan rencana ini dilakukan berdasarkan proses perhitungan statistik dengan menggunakan suatu fungsi distribusi. Terdapat beberapa macam distribusi yang dapat digunakan, yaitu: DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 38 LAPORAN AKHIR - Distribusi Pearson Tipe III  Persamaan fungsi kerapatan peluang dari Distribusi Pearson Tipe III adalah : =  bila dilakukan transformasi terhadap persamaan di atas menjadi : = maka akan diperoleh =  keterangan : - = fungsi kerapatan peluang distribusi Pearson Tipe III - = variabel acak kontinyu - = parameter skala, - = parameter bentuk, - = parameter letak, - = = = Distribusi Log Pearson Tipe III Distribusi Log Pearson Tipe III merupakan bentuk transformasi dari distribusi Pearson Tipe III. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam menyelesaikan distribusi Log Pearson Tipe III adalah: 1. Mengubah data banjir tahunan sebanyak n buah ke dalam bentuk Log X. 2. Hitung nilai tengahnya dengan perumusan : 3. Hitung nilai standart deviasi dengan rumus ; = = 4. Hitung koefisien kemencengan dengan perumusan : 5. Hitung logaritma debit dengan waktu balik yang dikehendaki dengan perumusan berikut ini : = DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 39 LAPORAN AKHIR 6. Cari antilog dari untuk mendapatkan debit banjir dengan waktu balik yang dikehendaki 3.2.2 Perhitungan Debit Banjir Rencana Persamaan yang dapat digunakan untuk mendapatkan debit banjir rencana adalah: = - = Debit yang terjadi akibat air limpasan dari lahan - = Koefisien pengaliran. - = Koefisien tampungan. - = Intensitas hujan - = Luas lahan . . . Untuk beberapa area yang berbeda permukaannya, harga C dihitung dengan rumus : = dimana : - = koefisien pengaliran - = luas area besarnya koefisien pengaliran untuk masing - masing peruntukan lahan ditunjukkan dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1. Koefisien Pengaliran ( ) DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 40 LAPORAN AKHIR KOEFISIEN PENGALIRAN Keterangan Tipe Rerumputan - Tanah Pasir, datar < 2% - Tanah Pasir, rata-rata 2 - 7 % - Tanah Pasir, curam > 7 % - Tanah Gemuk, datar < 2% - Tanah Gemuk, rata-rata 2 - 7 % - Tanah Gemuk, curam > 7 % Bisnis - Daerah Kota Lama - Daerah Pinggiran Perumahan - Daerah "Single Family" " Multi Unit ", terpisah pisah " Multi Unit ", tertutup " Suburban " " Daerah rumah - rumah Apartemen " Industri Daerah Ringan Daerah Berat Pertamanan Tempat Bermain Halaman Kereta Api No 1 2 3 4 5 6 7 C 0.05 - 0.10 0.10 - 0.15 0.15 - 0.20 0.13 - 0.17 0.18 - 0.22 0.25 - 0.35 0.75 - 0.95 0.50 - 0.70 0.30 - 0.50 0.40 - 0.60 0.60 - 0.75 0.25 - 0.40 0.50 - 0.70 0.50 - 0.80 0.60 - 0.90 0.10 - 0.25 0.20 - 0.35 0.20 - 0.40 Sumber: “Hidrologi untuk perencanaan bangunan air”, Imam Subarkah. Persamaan yang dibutuhkan untuk mendapatkan besarnya koefisien tampunga ( ), yaitu : = dimana : - = waktu konsentrasi, - = ( ) = ( ) - = ( ) - = Panjang saluran - = kecepatan yang terjadi pada saluran Sedangkan persamaan yang dapat digunakan untuk mendapatkan besarnya intensitas hujan adalah: DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 41 LAPORAN AKHIR = dimana : - = intensitas hujan ( - = waktu konsentrasi ( ) ) 3.2.3 Analisa Hidrograf Analisa hidrograf bertujuan untuk mendapatkan debit hidrograf yang nantinya akan digunakan sebagai input data pada analisa profil muka air dengan menggunakan simulasi program bantu. Terdapat beberapa metode analisa yang dapat digunakan yaitu Hidrograf Satuan Sintetik Snyder - Alexayef, Hidrograf Satuan Sintetik Nakayashu, Hidrograf Satuan Sintetik Gama I. Pada analisa ini nantinya akan menggunakan hidrograf Nakayashu. Berikut ini uraian dari metode Nakayashu: - Hidrograf Satuan Sintetik Nakayashu Persamaan yang digunakan untuk menyelesaikan hidrograf satuan sintetik Nakayashu ini adalah: = dimana: - = debit puncak banjir - = hujan satuan - = tenggang waktu ( time lag ) dari permulaan hujan sampai puncak banjir - = waktu yang diperlukan untuk penurunan debit, dari debit puncak sampai menjadi 30% dari debit puncak. - Hidrograf Satuan Sintetik SCS Metode SCS pernah dikembangkan di Amerika Serikat dan sebaiknya metode ini tidak diterapkan dimanapun juga tanpa pertimbangan yang teliti atas kecocokan bermacamDED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 42 LAPORAN AKHIR macam kategori tata guna lahannya. Pada studi penyusunan Masterplan Drainase Kota Surabaya telah dilakukan kajian dan penyesuaian angka perkiraan limpasan CN berdasarkan tata guna lahan, tipe tanah dan prosentase kedap air untuk wilayah perkotaan di Indonesia sehingga diperoleh harga CN yang telah disesuaikan seperti pada tabel berikut : Tabel 3.2 Masukan Data –Persentase Kedap Air dan Nomor Kurva CN Tata guna lahan Kode Luas Kedap Air Serap Air (ha) % CN 5 85 74 70 74 85 79 Wil. Pemukiman (dgn. Kepadatan Penduduk) 50-150 orang/ha (kawasan perum.baru) H1 50-150 orang/ha (kawasan perum. Lama) H2 150-250 orang/ha H3 250-350 orang/ha H4 90 84 Lebih dari 350 orang/ha H5 95 88 0 74 0 79 95 88 70 79 50 Lahan terbuka Rerumputan (>75%) O1 Campuran (wil.rerumputan 25-75%) O2 5 Lain-lain Industri, perdagangan & bisnis C Fasilitas umum/Kampus P Jalan Utama dan Areal Parkir, dll R TOTAL / RATA-RATA 40 5 100 105 85 78 Panjang aliran permukaan dan kemiringan rata-rata harus diestimasi dari peta. Panjang aliran permukaan adalah panjang aliran permukaan rata-rata dalam meter dari ujung sub daerah pematusan sampai ke saluran pematusan (yaitu pipa, selokan, atau saluran). Perkiraan kasar untuk areal simetris adalah: DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 43 LAPORAN AKHIR Panjang  Luas Panjang Saluran  2 Daerah pematusan satu sisi seperti yang ada di sketsa (b) seringkali berasal dari bangunan rel kereta api atau jalan raya. Panjangnya dapat diperkirakan sbb: Luas P a n ja n g  P a n ja n g S a lu r a n Kemiringan aliran permukaan adalah kemiringan permukaan rata-rata dari ujung daerah pematusan sampai ke saluran utama melalui garis kemiringan yang terbesar (yaitu tegak lurus dengan garis kontur). Dan ini bukan perbedaan ketinggian maksimum dalam sub daerah pematusan yang dibagi dengan panjang saluran drainase primer. (Panjang saluran drainase primer digunakan dalam prosedur “kelambatan dan rute” untuk semua daerah pematusan kecuali daerah-daerah pematusan yang terkecil). Banyak bagian wilayah Surabaya adalah sangat datar; dan kemiringan minimum 0,1 % direkomendasikan untuk wilayah ini. Perlu dicatat bahwa parameter aliran permukaan adalah kurang penting untuk hasil akhirnya (hidrograf limpasan) dari pada daerah pematusan dan persentase kedap air, sehingga analisa yang sangat terperinci untuk menentukan nilai panjang dan kemiringan tidak akan diperlukan. Pada area terbangun di Surabaya alur aliran permukaannya biasanya sangat pendek karena keberadaan saluran-saluran pematusan di sisi jalan; tanpa penghitungan detil, nilai 50m pada umumnya dapat digunakan. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 44 LAPORAN AKHIR (a) daerah pematusan simetris L= A/(2W) = 22000 2(63+75+96) = 47 m 75m 96m 63m (b) daerah pematusan satu sisi 24000 192 = 125 m L = A/W = 192m Gambar 3.1. Cara Perkiraan Panjang Aliran Permukaan Nilai-nilai koefisien Manning “n” diperlukan untuk aliran permukaan (komponen serap air dan kedap air), untuk kelambatan dan rute aliran dalam suatu daerah pematusan dan untuk aliran di saluran-saluran yang didesain. Nilai-nilai sangat tergantung pada faktor-faktor seperti pekerjaan pemeliharaan dan tumbuh-tumbuhan. Nilai-nilai percontohan diberikan dalam berikut. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 45 LAPORAN AKHIR Tabel 3.3. Contoh Nilai-Nilai Koefisien Manning “n” Aliran Permukaan (daerah serap air) Pertumbuhan pepohonan padat 0.4 Lapangan 0.25-0.3 Tanah/sirtu/daerah yang sebagian beraspal 0.2 AliranPermukaan (daerah kedap air) Jalan-jalan (aspal) 0.03 Permukaan beton kasar atau semacamnya 0.04 3.2.4 Analisa Hidrolika Analisa hidrolika pada kajian teknis ini berkaitan dengan evaluasi saluran dalam kawasan dan luar kawasan, serta menentukan kebuthan volume tampungan sementara dengan adanya perubahan fungsi lahan, sebelum limpasan dialirkan menuju saluran luar. Analisa kapasitas saluran ini bertujuan untuk mengetahui debit maksimum yang mampu dialirkan pada penampang saluran, perhitungan kapasitas saluran ini didasarkan pada debit rencana berdasarkan curah hujan rencana periode ulang. Perhitungan kapasitas saluran akan menggunakan persamaan berikut ini : = = dimana : Q : Debit saluran, satuan meter kubik per detik (m3/det) n : Koefisien kekasaran Manning R : Jari-jari hidrolis saluran (m) I : Kemiringan saluran A : Luas penampang saluran (m2) berikut ini nilai kekasaran koefisien manning yang dapat digunakan dalam persamaan, yaitu : DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 46 LAPORAN AKHIR Tabel 3.4. Angka kekasaran Manning dalam saluran Jenis Saluran Nilai “n” Manning Aliran Permukaan 0.035 Saluran tanah tanpa pasangan 0.035 Saluran pasangan: Batu kali/beton, pada sisinya saja, dasar sedimen Batu kali/beton, pada sisinya saja, dasar bersih Batu kali dengan plesteran/beton, Kedua sisi dan dasar 0.025 0.020 0.014 Sumber : SDMP (Surabaya Master Plan Drainage) Berikut ini merupakan beberapa persamaan yang digunakan dalam analisa hidrolika untuk perhitungan kapasitas saluran, yang berkaitan dengan dimensi penampang, yaitu : a. Penampang persegi DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 47 LAPORAN AKHIR w h b Gambar. 3.2. Sket penampang saluran persegi Beberapa persamaan yang digunakan untuk perencanaan penampang saluran persegi: = = = = dimana: =Luas penampang saluran (m2) = Lebar saluran (m) = Kedalamanair pada saluran (m) = Penampang basah saluran (m) = Jari-jari hidrolis dari penampang saluran (m) b. Penampang trapesium DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 48 LAPORAN AKHIR Gambar . 3.3. Saluran Penampang Trapesium Beberapa persamaan yang digunakan untuk perencanaan penampang trapezium: = = = = dimana: =Luas penampang saluran (m2) =Lebar saluran (m) =Kedalamanair pada saluran (m) = Kemiringan penampang = Penampang basah saluran (m) = Jari-jari hidrolis dari penampang saluran (m) c. Penampang lingkaran Gambar. 3.4. Saluran Penampang Lingkaran Sudut pusat : = DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 49 LAPORAN AKHIR Luas : Wetted perimeter : = Radius hidraulis : = Kecepatan : = Selain menggunakan persamaan di atas, juga dapat menggunakan grafik pada gambar di bawah ini: Gambar . 3.5. Komponen Hidrolik Aliran Dalam Pipa 3.2.5 Genangan yang dapat diterima Di kawasan perkotaan yang sangat datar di Surabaya, curah hujan yang terjadi dengan durasi pendek tetapi intensitas tinggi biasanya menyebabkan genangan lokal dikarenakan sistem drainase minornya (selokan pinggir jalan dan saluran tersier) tidak dirancang untuk mengatasi intensitas curah hujan tertinggi. Periode ulang rencana yang biasanya dipakai di Indonesia untuk menetapkan kapasitas sistem drainase di sepanjang jalan ditunjukkan sebagai berikut: DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 50 LAPORAN AKHIR Tabel 3.5. Tingkat Pelayanan Sistem Drainase Jalan Periode Klasifikasi Jalan Ulang Hujan Rencana Jalan Arteri 2 Jalan Kolektor 1 Jalan Lokal 1 Sumber: Preparation of a National Strategic Plan for the Urban Drainage andFlood Protection Sectors. Main Report, Sept 1989. Haskoning and Rayakonsult . Sistem drainase minor didesain untuk kala ulang pendek, yaitu 1 – 2 tahun, dikarenakan konsekuensi kegagalan tidaklah penting, dengan syarat bahwa sistem drainase utama yang tersedia (saluran primer dan sekunder) kapasitasnya memadai. Memperlebar selokan pinggir jalan untuk mengatasi limpasan puncak dari hujan yang lebih lebat secara ekonomis tidak dapat dibenarkan, karena tidak akan terjadi penghematan biaya yang signifikan akibat kerusakan banjir atau gangguan pemakai jalan untuk mengimbangi kenaikan biaya untuk pembebasan tanah dengan biaya-biaya konstruksi. Dalam Master Plan Drainase, batas banjir yang dapat diterima telah diusulkan oleh Konsultan untuk digunakan baik dalam analisa ekonomis maupun untuk pengkajian limpasan yang masuk ke dalam sistem drainase utama dari sistem drainase minor. Batas genangan yang dapat diterima didefinisikan sebagai genangan lokal sementara yang tidak terlalu mengganggu lalu lintas jalan, dan yang tidak menyebabkan kerusakan harta benda. Batasbatas genangan yang dapat diterima untuk perencanaan diusulkan sesuai jenis penggunaan lahan seperti berikut ini: Tabel 3.6. Batas-batas Genangan yang dapat diterima untuk Perencanaan Lokasi Kedalaman( Durasi Periode cm) (min) (tahun) 1. Jalan Tol 0 - 5 2. Jalan Arteri 0 - 2 3. Jalan Kolektor dan Jalan Lokal 60 2 - di kawasan industri dan 10 Ulang DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 51 LAPORAN AKHIR perdagangan 4. - di kawasan pemukiman 10 60 1.25 Kawasan hijau yang ditetapkan 10 60 1.25 Sumber: SDMP 2000-2018 Untuk menghitung limpasan yang masuk ke dalam sistem drainase utama dari sistem drainase minor, kemungkinan terjadinya genangan yang dapat diterima di jalan kolektor dan jalan lokal serta kawasan yang dirancang untuk daerah hijau. 3.3. Tahap laporan akhir Pada tahap ini dilakukan penyusunana laporan dan penggambaran hasil perencanaan. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 3 - 52 PEMBATAS BAB IV DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN LAPORAN AKHIR BAB IV Kriteria Perencanaan Standar PU Berisi tentang Kriteria Perencanaan Standar PU analisa, sistem, jenis pengelompokan dan tujuan Drainase. 4.1 Kriteria Perencanaan Standar Bendung adalah suatu bangunan yang dibuat dari pasangan batu kali, bronjong atau beton, yang terletak melintang pada sebuah sungai yang tentu saja bangunan ini dapat digunakan pula untuk kepentingan lain selain irigasi, seperti untuk keperluan air minum, pembangkit listrik atau untuk pengendalian banjir. Menurut macamnya bendung dibagi dua, yaitu bendung tetap dan bendung sementara, bendung tetap adalah bangunan yang sebagian besar konstruksi terdiri dari pintu yang dapat digerakkan untuk mengatur ketinggian muka air sungai sedangkan bendung tidak tetap adalah bangunan yang dipergunakan untuk menaikkan muka air di sungai, sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier. Di Kelurahan Toboali dan Kelurahan Teladan Kecamataan Toboali Kabupaten Bangka Selatan terdapat daerah Bendung di daerah Bedegung namun belum berpengaruh banyak terhadap genangan dan mitigasi banjir yang mengatasi daerah genangan dan banjir di wilayah Kecamatan tersebut. Berdasarkan observasi yang dilakukan di lapangan, kondisi bendung yang ada masih berupa bendung yang terbuat dari bronjong yang dilengkapi dengan dua pintu penguras dan dua pintu pengambilan yang masih berfungsi namun sebagian besar dari tubuh bendung tidak mampu mengatasi genangan dan banjir. Hal ini disebabkan karena struktur bendung yang belum permanen dan meningkatnya debit air di sungai. Melihat permasalahan yang terjadi diatas dan kaitannya dengan kebutuhan air untuk bendung yang sudah tidak mencukupi, maka dalam penelitian ini penulis akan mengkaji lebih lanjut lagi dengan judul penelitian ”DED Drainase Permukiman Bangka Selatan”. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dilihat bahwa kebutuhan air untuk daerah irigasi Sulu sudah tidak tercukupi akibat dari rusaknya bendung yang ada, sehingga pada kajian ini akan direncanakan DED Drainase Permukiman Bangka Selatan. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4-1 LAPORAN AKHIR Batasan Masalah : 1. 2. Lokasi studi adalah Daerah Aliran Sungai daerah Rawabangun dan Teladan. Data curah hujan yang digunakan diambil dari stasiun hujan yang tersedia minimal 10 tahun pengamatan. 3. Pada penelitian ini pembagian air ke area irigasi melalui saluran irigasi tidak akan dihitung. Tujuan : Adapun tujuan dari kajian ini yaitu untuk mendapatkan dimensi dari bendung, pintu pengambilan dan pintu penguras. Manfaat Kajian : 1. Dapat memberikan alternatif bagi pemerintah tentang teknik perencanaan suatu bendung. 2. Hasil kajian dapat dijadikan sebagai sarana pembanding dalam perencanaan bendung untuk daerah Rawabangun dan Teladan maupun di tempat lain. 4.2 LANDASAN TEORI Pengertian dan Fungsi Bendung Bendung adalah suatu bangunan air dengan kelengkapan yang dibangun, namun dalam hal ini untuk meminimalisir genangan dan banjir serta ROB dari air laut yang pasang maka yang di butuhkan adalah bangunan pintu air di ke dua sisi yaitu di daerah hulu yang berada di kelurahan teladan dan di bagian hilir yang terletak di kelurahan toboali daerah rawabangun. A. 1.    2.      3.    4. Klasifikasi Bendung : Bendung berdasarkan fungsinya dapat diklasifikasikan menjadi : Bendung penyadap Bendung pembagi banjir Bendung penahan pasang Berdasarkan tipe strukturnya bendung dibagi atas : Bendung tetap, Bendung gerak, Bendung kombinasi, Bendung kembang-kempis, Bendung bottom intake. Ditinjau dari segi sifatnya bendung dapat pula dibedakan : Bendung permanen. Bendung semi permanen. Bendung darurat. Perencanaan Konstruksi Bendung DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4-2 LAPORAN AKHIR 5. 6. Perencanaan Hidraulis Bendung Tinggi muka air banjir sebelum ada bendung Perhitungan tinggi muka air banjir sebelum ada bendung dilakukan dengan cara coba-coba (Trial and Error) sebagai berikut :  Coba-coba beberapa nilai ketinggian elevasi muka air dari dasar sungai (hi).  Hitung luas penampang basah (A) dan keliling basahnya (P), untuk setiap nilai h pada langkah 1.  Hitung jari-jari hidrolis penampang dengan rumus : R =  (1) Hitung besarnya kecepatan aliran dengan rumus : -Chezy : V = c.√R.So (2) Nilai koefisien kecepatan (c) dihitung dengan rumus : melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikan taraf muka air atau untuk mendapatkan tinggi terjun, sehingga air dapat disadap dan dialirkan - Bazin : c = 87 1 √R Dimana : V = Kecepatan aliran (m/det) (3) secara gravitasi ke tempat yang membutuhkannya. (Mawardi dan Memed, 2002) Bendung berfungsi antara lain untuk meninggikan taraf muka air, agar air sungai dapat disadap sesuai dengan kebutuhan dan untuk mengendalikan aliran, angkutan sedimen dan geometri sungai sehingga air dapat dimanfaatkan secara aman, efektif, efisien dan optimal. (Mawardi dan Memed, 2002) C = Koefisien kecepatan (fungsi dari bentuk profil dan kekasarannya) R = Jari-jari hidrolis (m) So = Kemiringan sungai rata-rata (m) α = Koefisien kekasaran (untuk sungai, harga α dapat diambil antara 1,5 – 1,75)  Hitung debit (Qhitung) dengan rumus : Q= A.V (4) DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4-3 LAPORAN AKHIR B. Lebar Efektif Bendung Lebar efektif bending adalah lebar bendung yang bekerja secara efektif untuk melewatkan debit di sungai. Lebar efektif bendung akan dipengaruhi oleh kemungkinan adanya pilar-pilar dan pintu pembilas. Berikut adalah persamaan untuk menentukan lebar efektif bendung : Beff = B – Σ t – 0,2 Σ b (5) Dimana : Beff = Lebar efektif bendung (m) B = Lebar total bendung (m) Σ t = Jumlah tebal pilar bendung (m) Σ b = Jumlah lebar pintu pembilas (m) C. Elevasi Mercu Bendung Elevasi mercu bending ditentukan berdasarkan muka air rencana pada bangunan sadap. Tinggi bending yang dimaksud adalah jarak dari lantai muka bendung sampai pada puncak bendung. Untuk menentukan elevasi mercu bendung ditinjau dari beberapa macam faktor, antara lain elevasi sawah tertinggi yang akan dialiri, tinggi air di sawah, kehilangan tekanan pada pemasukkan ke saluruan-saluran, pada alat- alat ukur, pada bangunan-bangunan lain yang terdapat di saluran-saluran dan sebagainya. (Mawardi dan Memed, 2002) D. Tinggi muka air banjir sesudah ada bendung Sampai saat ini belum ada ketentuan yang pasti mengenai tinggi muka air maksimum di atas mercu. Tapi dilihat dari segi keamanan stabilitas bendung, ukuran pintu-pintu, tinggi tanggul banjir dan sebagainya, maka dianjurkan tidak melebihi 4,5 meter. Rumus pengaliran yang digunakan untuk menghitung tinggi muka air di atas mercu tergantung dari tipe mercu yang direncanakan. sungai, ini akan banyak memberikan keuntungan karena bangunan ini akan mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir. (KP – 02, 2010) DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4-4 LAPORAN AKHIR Gambar 4.1 Bentuk mercu bending Tekanan pada mercu adalah fungsi perbandingan antara H1 dan r (H1/r). Untuk bendung dengan dua jari-jari (R2) (lihat gambar 1), jari-jari hilir akan digunakan untuk menentukan harga koefisien debit. Untuk menghindari bahaya kapitasi lokal, tekanan pada mercu bendung harus dibatasi sampai -4 m tekanan air jika mercu terbuat dari beton; untuk pasangan batu tekanan subatmosfir sebaiknya dibatasi sampai -1 tekanan air. (KP – 02, 2010) Gambar 4.2 Bendung dengan mercu bulat Rumus pengaliran diambil dari Bundschu sebagai berikut : Q=m.b.d (6) D = 2/3 H H=h+k Harga – harga k dan m dihitung dengan rumus Verwoerd : K = 4/27 . m2 . h3 ( 1/ h+p)2 m = 1,49 – 0.018 ( 5 – h/r)2 dimana : Q = Debit yang lewat di atas mercu (m/det) b = Lebar efektif bending h = Tinggi air di atas mercu (m) g = Percepatan Gravitasi (m/det2) m = Koefisien pengaliran DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4-5 LAPORAN AKHIR Umum Lokasi bangunan bendung dan pemilihan tipe yang paling cocok dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu: 1) Tipe, bentuk dan morfologi sungai 2) Kondisi hidrolis anatara lain elevasi yang diperlukan untuk irigasi 3) Topografi pada lokasi yang direncanakan, 4) Kondisi geologi teknik pada lokasi, 5) Metode pelaksanaan 6) Aksesibilitas dan tingkat pelayanan Faktor-faktor yang disebutkan di atas akan dibicarakan dalam pasal-pasal berikut. Pasal terakhir akan memberikan tipe-tipe bangunan yang cocok untuk digunakan sebagai bangunan bendung dalam kondisi yang berbeda- beda. b. Syarat-syarat Penentuan Lokasi Bendung Aspek yang mempengaruhi dalam pemilihan lokasi bendung adalah: 1. Pertimbangan topografi 2. Kemantapan geoteknik fondasi bendung 3. Pengaruh hidraulik 4. Pengaruh regime sungai 5. Tingkat kesulitan saluran induk 6. Ruang untuk bangunan pelengkap bendung 7. Luas layanan irigasi 8. Luas daerah tangkapan air 9. Tingkat kemudahan pencapaian 10. Biaya pembangunan 11. Kesepakatan stakeholder b.1. Pertimbangan topografi Lembah sungai yang sempit berbentuk huruf V dan tidak terlalu dalam adalah lokasi yang ideal untuk lokasi bendung, karena pada lokasi ini volume tubuh bendung dapat menjadi minimal. Lokasi seperti ini mudah didapatkan pada daerah pegunungan, tetapi di daerah datar dekat pantai tentu tidak mudah mendapatkan bentuk lembah seperti ini. Di daerah transisi (middle reach) kadang-kadang dapat ditemukan disebelah hulu DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4-6 LAPORAN AKHIR kaki bukit. Sekali ditemukan lokasi yang secara topografis ideal untuk lokasi bendung, keadaan topografi di daerah tangkapan air juga perlu dicek. Apakah topografinya terjal sehingga mungkin terjadi longsoran atau tidak. Topografi juga harus dikaitkan dengan karakter hidrograf banjir, yang akan mempengaruhi kinerja bendung. Demikian juga topografi pada daerah calon sawah harus dicek. Yang paling dominan adalah pengamatan elevasi hamparan tertinggi yang harus diairi. Analisa ketersediaan selisih tinggi energi antara elevasi puncak bendung pada lokasi terpilih dan elevasi muka air pada sawah tertinggi dengan keperluan energi untuk membawa air ke sawah tersebut akan menentukan tinggi rendahnya bendung yang diperlukan. Atau kalau perlu menggeser ke hulu atau ke hilir dari lokasi yang sementara terpilih. Hal ini dilakukan mengingat tinggi bendung sebaiknya dibatasi 6-7 m. Bendung yang lebih tinggi akan memerlukan kolam olak ganda (double jump) b.2. Kemantapan geoteknik Keadaan geoteknik fondasi bendung harus terdiri dari formasi batuan yang baik dan mantap. Pada tanah aluvial kemantapan fondasi ditunjukkan dengan angka standar penetration test (SPT)>40. Bila angka SPT<40 sedang batuan keras jauh dibawah permukaan, dalam batas-batas tertentu dapat dibangun bendung dengan tiang pancang. Namun kalau tiang pancang terlalu dalam dan mahal sebaiknya dipertimbangkan pindah lokasi. Stratigrafi batuan lebih disukai menunjukkan lapisan miring ke arah hulu. Kemiringan ke arah hilir akan mudah terjadinya kebocoran dan erosi buluh. Sesar tanah aktif harus secara mutlak dihindari, sesar tanah pasif masih dapat dipertimbangkan tergantung justifikasi ekonomis untuk melakukan perbaikan fondasi. Geoteknik tebing kanan dan kiri bendung juga harus dipertimbangkan terhadap kemungkinan bocornya air melewati sisi kanan dan kiri bendung. Formasi batuan hilir kolam harus dicek ketahanan terhadap gerusan air akibat energi sisa air yang tidak bisa dihancurkan dalam kolam olak. Akhirnya muara dari pertimbangan geoteknik ini adalah daya dukung fondasi bendung dan kemungkinan terjadi erosi buluh dibawah dan samping tubuh bendung, serta ketahanan batuan terhadap gerusan. b.3. Pengaruh Hidraulik Keadaan hidraulik yang paling ideal bila ditemukan lokasi bendung pada sungai yang lurus. Pada lokasi ini arah aliran sejajar, sedikit arus turbulen, dan kecenderungan DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4-7 LAPORAN AKHIR gerusan dan endapan tebing kiri kanan relatif sedikit. Dalam keadaan terpaksa, bila tidak ditemukan bagian yang lurus, dapat ditolerir lokasi bendung tidak pada bagian sungai yang lurus betul. Perhatian khusus harus diberikan pada posisi bangunan pengambilan yang harus terletak pada tikungan luar sungai. Hal ini dimaksudkan agar pengambilan air irigasi bisa lancar masuk ke intake dengan mencegah adanya endapan didepan pintu pengambilan. Maksud ini akan lebih ditunjang apabila terdapat bagian sungai yang lurus pada hulu lokasi bendung. Dalam masa pembangunan Indonesia sejak tahun 1970-an hingga kini, khususnya dalam penyediaan prasarana bangunan air untuk irigasi, telah ribuan bangunan bendung dibangun. Salah satu jenis bendung yang dibangun ialah bendung tetap dari bahan pasangan batu. Bendung itu dirancang dan dibangun oleh tenaga teknik Indonesia, juga oleh tenaga teknik asing yang datang ke Indonesia dengan membawa konsep baru. Rancangan itu itu baik oleh tenaga teknik Indonesia maupun oleh tenaga teknik asing memberikan suatu perkembangan tipe, bentuk, dan tata letak bendung. Ribuan bendung yang telah dibangun dapat beroperasi dan berfungsi dengan baik, namun sebagian diantara ribuan bendung baru itu mengalami disebabkan oleh berbagai hal, masalah yang diantaranya masalah gangguan penyadapan aliran, gangguan angkutan sedimen, masalah penggerusan setempat, sampai masalah hancurnya bangunan. Merancang bendung baru dan menangani bendung bermasalah hasil pembangunan ini dan penanganan terhadap bendung-bendung tua baik yang dibangun sebelum tahun 1970-an maupun bendung-bendung tua warisan Pemerintahan Belanda telah memberikan masukan dan pengalaman bagi ahli-ahli teknik Indonesia. 4.2.1 Definisi Bendung Bendung (Bangunan Sadap) atau Weir (Diversion Structure) merupakan bangunan (komplek bangunan) melintasi sungai yang berfungsi mempertinggi elevasi air sungai dan membelokkan air agar dapat mengalir ke saluran dan masuk ke sawah untuk keperluan irigasi. Menurut ARS Group, 1982, Analisa Upah dan Bahan BOW (Burgerlijke Openbare Werken), Bendung adalah bangunan air (beserta kelengkapannya) yang dibangun melintang sungai atau pada sudetan untuk meninggikan taraf muka air sehingga dapat dialirkan secara gravitasi ke tempat yang membutuhkannya. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4-8 LAPORAN AKHIR Berdasarkan Standar Nasional Indonesia/SNI 03-2401-1991 tentang Pedoman Perencanaan Hidrologi Dan Hidraulik Untuk Bangunan di Sungai adalah bangunan ini dapat didesain dan dibangun sebagai bangunan tetap, bendung gerak, atau kombinasinya, dan harus dapat berfungsi untuk mengendalikan aliran dan angkutan muatan di sungai sedemikian sehingga dengan menaikkan muka airnya, air dapat dimanfaatkan secara efisien sesuai dengan kebutuhannya. 4.2.2 Maksud Pembangunan Bangunan Bendung Dengan maksud memenuhi kebutuhan air bagi pertanian maka diperlukan berbagai prasarana penyedia dan pengambil airnya antara lain bangunan bendung. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai untuk meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran sungai bisa bisa disadap dan dialirkan secara gravitasi ke daerah yang membutuhkan. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia/SNI 03-2401-1991 tentang Pedoman Perencanaan Hidrologi Dan Hidraulik Untuk Bangunan di Sungai adalah bangunan ini dapat didesain dan dibangun sebagai bangunan tetap, bendung gerak, atau kombinasinya, dan harus dapat berfungsi untuk mengendalikan aliran dan angkutan muatan di sungai sedemikian sehingga dengan menaikkan muka airnya, air dapat dimanfaatkan secara efisien sesuai dengan kebutuhannya. 4.2.3 Bendung Tetap Untuk Irigasi A. Pemilihan Lokasi Bendung Pemilihan lokasi bendung yang dibicarakan yaitu untuk bendung tetap permanen bagi kepentingan irigasi. Dalam pemilihan hendaknya dipilih lokasi yang paling menguntungkan dari berbagai segi. Misalnya, dilihat dari segi perencanaan, pengamanan bendung, pelaksanaan, pengoperasian, dampak pembangunan dan sebagainya. Selain itu dipertimbangkan pula atas beberapa alternatif lokasi. Dalam memilih lokasi bendung, tidak semua persyaratan yang dibutuhkan harus terpenuhi. Sehingga lokasi bendung ditetapkan berdasarkan persyaratan yang dominan. Pemilihan lokasi bendung agar dipertimbangkan DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4-9 LAPORAN AKHIR pula terhadap pengaruh timbal balik antara morfologi sungai dan bangunan lain yang ada dan yang akan dibangun. Lokasi bendung dipilih atas pertimbangan beberapa aspek yaitu : 1) Keadaan topografi a Semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diari. b Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi mercu bendung dapat ditetapkan. c Kedua hal diatas lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat diseleksi. d Ketinggian mercu bendung dari dasar sungai dapat pula direncanakan. 2) Kondisi topografi a Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi. b Trace saluran induk terletak ditempat yang baik. c Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan angkutan sedimen. 3) Kondisi hidraulik dan morfologi sungai di lokasi bendung termasuk angkutan sedimennya adalah faktor yang harus dipertimbangkan yaitu: a. Pola aliran sungai, kecepatan & arahnya pada waktu debit banjir sedang/kecil. b. Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir sedang dan kecil. c. Tinggi muka air pada debit rencana, dan potensi dan distribusi angkutan sedimen. d. Potensi dan distribusi angkutan sedimen. Bila persyaratan di atas tidak terpenuhi maka dipertimbangkan pembangunan bandung di lokasi lain misalnya di sudetan sungai atau dengan jalan membangun pengendalian sungai. 4) Kondisi tanah fondasi bendung harus dipertimbangkan di lokasi dimana tanah fondasinya cukup baik sehingga bangunan akan stabil. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4 - 10 LAPORAN AKHIR 5) Biaya pelaksanaan beberapa alternatif lokasi harus dipertimbangkan, selanjutnya biaya pelaksanaan dapat ditentukan dan cara pelaksanaanya, peralatan dan tenaga. 6) Faktor-faktor lain yaitu penggunaan lahan di sekitar bendung, kemungkinan pengembangan daerah di sekitar bendung, perubahan morfologi sungai daerah genangan yang tidak terlalu luas dan ketinggian tanggul banjir. B. Bendung Pelimpah/Bendung Tetap Menurut Standar Tata Cara diartikan dengan bendung Perencanaan Umum Bendung, yang adalah suatu bangunan air dengan kelengkapan yang dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikan taraf muka air atau untuk mendapatkan tinggi terjun. Sehingga air dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke tempat yang membutuhkannya. Sedangkan bangunan air adalah setiap pekerjaan sipil yang dibangun di badan sungai untuk berbagai keperluan. Bendung tetap adalah bendung yang terdiri dari ambang tetap, sehingga muka air banjir tidak dapat diukur elevasinya. Dibangun umumnya di sungai – sungai ruas hulu dan tengah. Bendung berfungsi antara lain untuk meninggikan taraf muka air, agar sungai dapat disadap sesuai dengan kebutuhan dan untuk mengandalikan aliran, angkutan sedimen dan geometri sungai sehingga air dapat dimanfaatkan secara aman, efektif, efesien, dan optimal. Bendung sebagai pengatur tinggi muka air sebagai dapat dibedakan menjadi bendung pelimpah dan bendung gerak. Bendung pelimpah terbuat dari pasang batu. Bendung pelimpah yang dibangun melintang sungai, akan memberikan tinggi minimum kepada bangunan intake untuk keperluan irigasi, merupakan penghalang selama terjadi banjir dan dapat menyebabkan genangan diudik bendung. Bendung pelimpah terdiri dari antara lain tubuh bendung dan mercu bendung. Tubuh bendung merupakan bendung ambang tetap yang berfungsi untuk meninggikan taraf muka air sungai. Mercu bendung berfungsi untuk mengatur tinggi air minimum, melewatkan debit banjir dan DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4 - 11 LAPORAN AKHIR untuk membatasi tinggi genangan yang akan terjadi di udik bendung. C. Bangunan Intake Bangunan intake adalah suatu bangunan pada bending yang berfungsi sebagai penyadap aliran sungai, mengatur pemasukan air dan sedimen serta menghindarkan sedimen dasar sungai dan sampah masuk ke intake. Terletak di bagian sisi bendung, di tembok pangkal dan merupakan satu kesatuan dengan bangunan pembilas. Tata letak intake diatur sedemikian rupa sehingga memenuhi fungsi dan biasanya diatur sebagai berikut. 1) Sedekat mungkin dengan bangunan pembilas. 2) Merupakan satu kesatuan dengan pembilas. 3) Tidak menyulitkan penyadapan aliran. 4) Tidak menimbulkan pengendapan sedimen dan turbulensi aliran di udik intake. D. Bangunan Pembilas Bangunan pembilas adalah salah satu perlengkapan pokok bendung yang terletak didekat dan menjadi satu kesatuan dengan intake. Berfungsi untuk menghindarkan angkutan muatan sedimen dasar dan mengurangi angkutan muatan sedimen layang masuk ke intake. Bangunan pembilas dapat dibedakan menjadi: 1) Tipe bangunan pembilas konvensional, terdiri dari satu dan dua lubang pintu. Umumnya dibangun pada bendung kecil dengan bentang berkisar 20 m. 2) Tipe bangunan undersluice dan shunt undersluice. Bangunan pembilas konvensional banyak dijumpai pada bendung yang dibangun sesudah tahun 1970-an untuk bentuk bendung irigasi teknis. Ditempatkan pada bentang di bagian sisi yang arahnya tegak lurus sumbu bendung. Bangunan pembilas shunt undersluice digunakan pada bendung di sungai ruas hulu, untuk menghindarkan benturan batu dan benda padat lainya terhadap bangunan. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4 - 12 LAPORAN AKHIR E. Bangunan Peredam Energi Struktur dari bangunan dihilir tubuh bendung yang terdiri dari berbagai tipe, bentuk dan di kanan kirinya dibatasi oleh tembok pangkal bending dilanjutkan dengan tembok sayap hilir dengan bentuk tertentu, yang berfungsi meredam energy air akibat pembendungan, agar air di hilir bendung tidak menimbulkan penggerusan setempat yang membahayakan struktur. E.1 Contoh Soal Lebar sungai Tinggi muka air = 52,00 meter = 2,80 m Debit = 3600 m3/dt Elevasi MAT di sawah + 152,20 Tanah terjauh berjarak 560,00 meter dari lokasi bendung. Kemiringan tanah sama dengan kemiringan dasar sungai. Luas sawah 4200 ha, pemberian air 1,5 lt/dt/ha. Tanah sedikit berpasir. Rencanakan E.2 Tahap-Tahap Desain Dalam desain hidraulik bendung tetap ada beberapa tahap-tahap yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut. 1) Data awal seperti debit banjir desain sungai, debit penyadapan ke intake, keadaan hidraulik sungai, tinggi muka air sungai saat banjir, elevasi lahan yang akan diairi telah diketahui. 2) Perhitungan untuk penentuan elevasi mercu bendung. 3) Penentuan panjang mercu bendung. 4) Penetapan ukuran lebar pembilas dan lebar pilar pembilas. 5) Perhitungan penentuan ketinggian elevasi muka air banjir di udik bendung. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4 - 13 LAPORAN AKHIR 6) Penetapan ukuran mercu bendung dan tubuh bendung. 7) Perhitungan dimensi hidraulik bangunan intake. 8) Penetapan dimensi hidraulik bangunan pembilas. 9) Penetapan tipe, bentuk dan ukuran bangunan peredam energi. 10) Perhitungan panjang lantai udik bendung. 11) Penetapan dimensi tembok pangkal, tembok sayap udik dan tembok sayap hilir dan sebagainya. E.3 Perhitungan Hidraulik Bendung  Perhitungan penentuan elevasi mercu bendung Mercu bendung yang digunakan dalam desain ini adalah mercu bulat. Perhitungan penentuan elevasi mercu bending dengan memperhatikan faktor ketinggian elevasi sawah tertinggi yang akan diairi.  Sawah yang akan diairi+ 152,20  Tinggi air di sawah 0,37  Kehilangan tekanan -Dari saluran tersier ke sawah 0,37 -Dari saluran sekunder ke hilir 0,37 -Dari saluran induk ke sekunder -Akibat kemiringan saluran 0,37 0,42 -Akibat bangunan ukur 0,67 -Dari intake ke saluran induk/kantong sedimen 0,47 -Bangunan lain, antara lain kantong sedimen 0,52 -Eksploitasi 0,37 Elevasi mercu bendung + 156,20 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4 - 14 LAPORAN AKHIR Gambar 4.3 Penentuan Elevasi Mercu Bendung  Penentuan panjang mercu bendung Panjang mercu bendung ditentukan 1,2 kali lebar sungai rata-rata. Panjang mercu bendung = 1,2 * 52 m = 62 m  Penentuan lebar lubang dan pilar pembilas Untuk sungai yang lebarnya pembilas diambil 1/10 kurang dari 100 meter, lebar bangunan kali dari lebar bentang bendung. Lebar bangunan pembilas = 1/10 * 52 m = 5,2 m Lebar satu lubang maksimal 2,50 m untuk kemudahan operasi pintu dan jumlah lubang tidak lebih dari tiga buah. Pembilas dibuat 2 buah, masing-masing 2,50 m. Pintu pembilas ditetapkan 2 buah dengan lebar masing-masing pilar 1,50 m.  Perhitungan panjang mercu bendung efektif Panjang mercu bendung efektif dihitung dengan menggunakan rumus: Be = Bb – 2 (n * Kp + Ka) He DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4 - 15 LAPORAN AKHIR dimana: Be : panjang mercu bendung efektif, m Bb : panjang mercu bendung bruto, m n Kp : koefisien kontraksi pilar = 0,01 Ka : koefisien kontraksi pangkal bendung = 0,10 He : tinggi energi, m : jumlah pilar pembilas Panjang mercu bendung efektif: Be = Bb – 2 (n * Kp + Ka) He = 62 – 2 (2 * 0,01 + 0,10) He = 62 – 0,24 He  Perhitungan tinggi muka air banjir di udik bendung Elevasi muka air banjir diudik bendung dapat diketahui dengan menghitung tinggi energi dengan menggunakan rumus berikut. Qd = C * Be * He 3/2 dimana: Qd : debit banjir sungai rencana = 3600 m3/dt C : koefisien debit pelimpah : 3,97 ( He/Hd)0,12 = 3,97 (dimana He = Ha) (Open Channel Hydraulic, Ven Te Chow hal. 369) Be : panjang mercu bendung efektif He : tinggi energi, m Perhitungan dilakukan dengan cara trial & error. - Langkah I, diasumsikan nilai Be = 61,50 m He = (Qd / C * Be)2/3 He = (3600 / 3,97 * 61,50)2/3 = 6,013 m - Langkah II, diasumsikan nilai Be = 62,00 m He = (3600 / 3,97 * 62,00)2/3 = 5,980 m - Langkah II, diasumsikan nilai Be = 62,50 m DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4 - 16 LAPORAN AKHIR He = (3600 / 3,97 * 62,50)2/3 = 5,948 m Nilai He diambil 6,0 meter, sehingga: Be = 62 – 0,24 He = 62 – 0,24 * 6,0 = 60,56 m ≈ 61,00 m Tinggi tekanan (desain head) Ha = He – (V2 / 2g) Ha = He = 6,0 m (V2 / 2g diabaikan) Kesimpulan: - Tinggi muka air banjir di udik bendung = Ha = 6,0 m - Elevasi muka air banjir = + 156,20 + 6,0 = + 162,20  Penentuan nilai jari-jari mercu bendung Nilai jari-jari mercu bendung untuk pasangan batu berkisar antara 0,3 s.d 0,7 kali dari Ha dan untuk mercu bendung dari beton nilai jari-jarinya antara 0,1 s.d 0,7 kali Ha. Mercu bendung yang digunakan adalah pasangan batu, dan nilainya diambil 0,3H sehingga: Jari-jari mercu bendung = 0,3 * 6,0 m = 1,8 m  Resume perhitungan hidraulik bendung Elevasi mercu bendung = + 156,20 Panjang mercu bendung = 62,00 m Lebar pembilas (2 * 2,50 m) = 5,00 m Lebar pilar pembilas (2 * 1,50 m) = 3,00 m Panjang bendung total = 70,00 m Tinggi muka air di udik bendung = 6,00 m Elevasi muka air banjir = + 162,20 Tinggi pembendungan = 6,00 m Kemiringan tubuh bendung = 1:1 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4 - 17 LAPORAN AKHIR Gambar 4.4 Bentuk dan Ukuran Mercu Bendung  Perhitungan Dimensi Peredam Energi  Pemilihan tipe peredam energi Sungai di daerah ini mengandung tanah yang sedikit berpasir sebagai angkutan sedimen, maka bangunan peredam energi yang dipilih yaitu lantai datar dengan ambang akhir berkotak-kotak atau Tipe MDO.  Desain dimensi peredam energi - Kedalaman air di hilir: D2 = Y Q = C * L* Y3/2 3 Q = 3600 m /dt C = 2,10 (diperkirakan) L = bentang sungai rata-rata di hilir = 70 m Y = (Q/ C * L)2/3 = (3600 / 2,10 * 70) 2/3 = 8,40 m - Kecepatan awal loncat air (v1) 1 1/2 v1 = [2g ( /2 Ha + P)] 2 1 ½ = [2 * 9,81 m/dt ( /2 6,0 m + 4,2 m)] = 11,885 m/dt - Debit desain persatuan lebar (q) DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4 - 18 LAPORAN AKHIR q = Q / Be = 3600 / 61 3 = 60 m /dt/m - Perbedaan tinggi muka air di udik dan hilir (z) V1 = √(2g*z) 13,065 = √(2 * 9,81*z) 13,065 = 4,43 √z √z = 13,065 / 4,43 z = 8,7025 m - Parameter energi (E) E = q / √(gz3) 3 = 60 / √(9,81 * 8,7025 ) = 0,7462 - Panjang lantai dan kedalaman lantai peredam energi E = 0,7462 L/D2 = 1,70 (Grafik MDO) L = 1,70 * 8,40 = 14,00 m E = 0,7462 D/D2 = 1,13 (Grafik MDO) D = 1,13 * 8,40 = 9,50 m Gambar 4.5 Grafik MDO - Direktorat Penyelidikan Masalah Air DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4 - 19 LAPORAN AKHIR - Tinggi ambang akhir a = 0,3 D2 - = 0,3 * 8,40 = 2,52 m Lebar ambang akhir b =2a = 2 * 2,52 = 5,04 m Gambar 4.6 Bentuk dan Ukuran Peredam Energi Bendung  Perhitungan Hidraulik Bangunan Intake  Bentuk intake Intake didesain dengan bentuk biasa dengan luang pengaliran terbuka dilengkapi dengan dinding banjir. Arah intake terhadap sumbu sungai dibuat tegak lurus. Lantai intake tanpa kemiringan dengan elevasi lantai sama tinggi dengan elevasi pelat undersluice.  Dimensi lubang intake Dimensi lubang intake dihitung dengan rumus berikut. Qi = μ b a √(2gz) dimana: Qi : debit intake = 12,3 m3/dt Μ : koefisien debit = 0,85 B : lebar bukaan, m DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4 - 20 LAPORAN AKHIR A : tinggi bukaan, m G : percepatan gravitasi = 9,81 m/dt Z : kehilangan tinggi energi pada bukaan = 0,47 2 Perbandingan antara lebar bukaan dan tinggi bukaan ditetapkan 2 : 1 (pendekatan). Tinggi bukaan dihitung dari gambar 5 sehingga diperoleh nilai sebesar 1,20 m. Qi = μ b a √(2gz) 12,3 = 0,85 * b * 1,20 √(2 * 9,81 * 0,47) 12,3 = 3,10 b b = 4,00 m b diambil 4,00 meter, dibuat 2 bukaan sehingga lebar pintu 2 * 2 m Kesimpulan: - Lebar bukaan pintu intake: 2 * 2,00 m - Tinggi bukaan lubang intake: 1,20 m Gambar 4.7 Penampang Memanjang Intake Bendung  Pemeriksaan diameter sedimen yang masuk ke intake Rumus yang akan digunakan untuk memperkirakan diameter partikel yang akan masuk ke intake, yaitu: v = 0,396 [(Qs – 1) d] 0,5 dimana: DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4 - 21 LAPORAN AKHIR v : kecepatan aliran, m/dt Qs : berat jenis partikel = 2,65 d : diameter partikel, - Kecepatan aliran yang mendekat ke intake Q = A*v dimana: Q : debit intake = 12,3 m/dt A 2 : luas penampang basah = (2 * 2) 1,20 m = 4,80 m v : kecepatan aliran, m/dt v =Q/A = 12,3 / 4,80 = 2,60 m/dt - Diameter partikel v = 0,396 [(Qs – 1) d]0,5 2,60 = 0,396 [(2,65 – 1) d]0,5 2,60 = 0,396 * 1,30 * d0,5 d = 26 mm Diameter partikel sedimen yang masuk ke intake diperkirakan sebesar 26 mm.  Penetapan dimensi hidraulik bangunan pembilas Bangunan pembilas direncanakan dengan undersluice lurus. Dimensi lubang undersluice: - Lebar lubang = 2,50 m - Tinggi lubang = 1,25 m - Lebar mulut = 11,0 m - Lebar pilar = 1,50 m - Undersluice dibagi 2 bagian DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4 - 22 LAPORAN AKHIR Gambar 4.8 Bentuk Denah Pembilas Bendung  Perhitungan bangunan ukur pada intake Tipe bangunan ukur pada intake yang dipilih yaitu jenis Crum de Gruyter, karena debit intake besar. Q = Cd * B * Y √[2 g (H * Y)] K = Y / H atau Y = 0,63 H dimana: Q : debit intake = 12,3 m3/dt Cd : koefisien debit = 0,94 B : lebar bukaan pintu, m Y : bukaan pintu H : tinggi energi total di atas ambang di udik pintu Q = 0,94 B * 0,63 H √[2 * 9,81 (H – 0,63 H)] = 0,5922 B H √(7,252 H) = 0,5922 B H * 2,70 √H 3/2 = 1,595 B H B = Qmax / 1,595 H Qmax 3/2 = 5,87 m ≈ 5,80 m Pintu dibuat 2 buah dengan lebar bukaan masing-masing 2,90 m DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4 - 23 LAPORAN AKHIR - Perhitungan kehilangan tekanan Anggapan Qmax / Qmin = γ = 3 Δ h / H = 0,495 (diperoleh dari grafik) Ymin / H = 0,140 (diperoleh dari grafik) Jadi, Δ h = 0,495 H = 0,495 * 1,20 = 0,6 m - Bukaan pintu minimum (Ymin) Ymin = 0,140 * 1.20 = 0,17 m - Bukaan pintu maksimum (Ymax) Ymax = 0,60 * 1,20 = 0,72 m Gambar 4.9 Parameter Hidraulik di Intake Saluran  Perhitungan Panjang Lantai Udik Rumus yang digunakan berdasarkan Teori Lane’s: L 1 = Lv + /3 LH dimana: L : panjang total rayapan Lv : panjang vertikal rayapan LH : panjang horizontal rayapan ∆H : kehilangan tekanan DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4 - 24 LAPORAN AKHIR dalam desain ini diambil nilai: L / ∆H = 4 Perhitungan dilakukan dengan kondisi tidak ada aliran dari udik, sehingga: Q = 0, jadi: ∆H = 156,20 – 135,20 = 21,00 m Panjang rayapan seharusnya: Lb > 4 * 21,00 = 84,00 m Berdasarkan gambar 8 diperoleh: LV = 2,5 + (6 * 1,5) + 3,80 + 1,5 + (2 *2,00) + 4,25 + 1,98 = 28,57 m LH = = 35,42 m Lp = LV + 1/3 LH = 28,57 + 1/3 35,42 =40,38 m Jadi Lb yang dibutuhkan = 28,0 m Lp = 84,00 m > Lb = 28,0m Panjang lantai udik cukup memadai  Penentuan Dimensi Tembok Pangkal dan Tembok Sayap  Tembok pangkal a Ujung tembok pangkal bendung tegak ke arah hilir ditempatkan di tengah-tengah panjang lantai peredam energi. Dalam desain ini, panjang dari mercu bendung sampai dengan ujung ambang akhir yaitu 18,00 m. Jadi ujung tembok pangkal bendung tegak ke arah hilir panjangnya 9,00 m. b Panjang pangkal tembok bendung tegak bagian udik dihitung dari mercu bendung, diambil sama dengan panjang lantai peredam energi yaitu 10,00 m. c Elevasi dekzerk tembok pangkal dilukis mercu: Elevasi mercu bendung + Ha + jagaan = +156,20 + 6,0 m + 1,50 m = + 163,70 d Elevasi dekzerk tembok pangkal hilir mercu: Elevasi dasar sungai + D2 + jagaan = +152,00 + 8,40 m + 1,50 m = + 162,00 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4 - 25 LAPORAN AKHIR  Tembok sayap a. Panjang tembok sayap hilir; Lsi = 1,5 Ls = 1,5 * 10,0 m = 15,0 m b. Elevasi dekzerk tembok sayap hilir: + 162,00 Gambar 4.10 Bentuk dan Ukuran Pondasi Bendung DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4 - 26 LAPORAN AKHIR  Kesimpulan Berdasarkan perhitungan desain hidraulik bendung tetap di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. Debit sungai (Q) 3 3600 m /dt Mercu bulatdari pasangan batu  Jari-jari mercu bendung 1,80 m Elevasi mercu bendung + 156,20 Panjang mercu bendung efektif 61,00 m Tinggi muka air di udik 6,00 m Elevasi muka air banjir + 162,20 Tipe peredam energi MDO Panjang lantai 14,00 m Kedalaman lantai peredam energi 9,50 m Lebar bukaan pintu intake 2 * 2,00 m Tinggi bukaan lubang intake 1,20 m Diameter partikel sedimen yang masuk ke intake 26,00 mm Tipe bangunan ukur pada intake Crum de Gruyter Lebar pintu bangunan ukur pada intake 2 * 2,90 m Elevasi dekzerk tembok pangkal dilukis mercu + 163,70 Elevasi dekzerk tembok pangkal hilir mercu + 162,00 Panjang tembok sayap hilir 15,00 m Saran Dalam perencanaan sebuah bangunan bendung, harus diperhatikan pemilihan lokasi untuk bendung tersebut agar pembangunan dapat berjalan sebagaimana mestinya dan tercapainya tujuan dari pembangunan bendung tersebut, yaitu untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertanian. Perhitungan desain hidraulik bendung, harus dilakukan sesuai dengan Standar Perencanaan Irigasi - Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama KP – 02 yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pengairan. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 4 - 27 PEMBATAS BAB V DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN LAPORAN AKHIR BAB V Analisa Kawasan genangan dan prioritas penanganan, landasan pekerjaan DED Bab ini membahas mengenai tentang analasa kawasan Bangka Selatan secara umum dan Kota Toboali secara khusus, dan pendalaman terhadap wilayah kelurahan Teladan dan kelurahan rawabangun yang selalu tergenang dan terkena banjir. 5.1 Analisis Kawasan Kecamatan Toboali Pada kajian drainase permukiman di Kabupaten Bangka Selatan ini terpusatkan di wilayah kecamatan Toboali yang menjadi ibu kota Bangka Selatan. Dan di kecamatan ini ada dua wilayah yang menjadi kajian dalam Drainase Permukiman tersebut. Ada dua kelurahan yang menjadi sorotan dikarenakan pada dua kelurahan tersebut menjadi daerah genangna dan daerah banjir dikala huja lebat dating dan ROB banjir jikalau air laut pasang datang pada waktu tertentu. Meningkatnya arus pembangunan memberikan implikasi yang signifikan dalam perkembangan jumlah penduduk. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk tersebut selalu berbanding lurus dengan pertumbuhan di berbagai sektor penunjang kehidupan lainnya diantaranya sektor perumahan dan pemukiman yang tumbuh semakin cepat. Perkembangan sector perumahan dan permukiman tersebut menuntut adanya pembangunan infrastruktur dasar pelayanan publik yang lebih baik. Hal ini disebabkan kurangnya pelayanan prasarana lingkungan seperti infrastruktur air bersih dan sistem sanitasi, penyediaan rumah dan transportasi yang baik untuk memen uhi kebutuhan pertumbuhan kota dapat menjadi penyebab utama timbulnya berbagai masalah di kota-kota pada negara berkembang (Nurmadi, 1999). Kurang memadainya prasarana lingkungan pada suatu kawasan atau lingkungan hunian dapat menimbulkan permasalahan seperti buruknya kualitas lingkungan permukiman di daerah DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5-1 LAPORAN AKHIR tersebut. Hal ini disebabkan keberadaan prasarana lingkungan merupakan kebutuhan yang paling penting yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia. Artinya prasarana dasar dalam satu unit lingkungan adalah syarat bagi tercipta kenyamanan hunian (Claire, 1973). Menurut Budiharjo (1991), permasalahan lingkungan disebabkan oleh dua hal, yaitu prasarana yang ada memang tidak sesuai dengan standar kebutuhan penghuni dan adanya pendapat masyarakat yang menilai bahwa prasarana yang ada di lingkungannya kurang dapat memenuhi kebutuhannya. Tingkat kenyamaman seseorang dalam bertempat tinggal ditandai dengan terpenuhinya kebutuhan, termasuk juga prasarana lingkungan, karena prasarana lingkungan merupakan kelengkapan fisik dasar suatu lingkungan perumahan diantaranya tersedianya sarana dan prasarana sanitasi lingkungan. Air bersih dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Namun sayangnya pemenuhan akan kebutuhan tersebut belum sepenuhnya berjalan dengan baik di beberapa belahan dunia. Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mendeklarasikan akses terhadap air bersih dan sanitasi sebagai hak asasi manusia. Deklarasi ini dipastikan dalam Sidang Umum PBB yang berlangsung pada akhir bulan Juli 2010. Indonesia menjadi salah satu negara yang mendukung deklarasi ini. Resolusi ini semakin mempertegas dan memperluas pengakuan tentang betapa pentingnya akses terhadap air bersih dan sanitasi. Sebelumnya pada tahun 2000, para pemimpin dunia juga bersepakat untuk memasukkan akses terhadap air bersih dan sanitasi sebagai salah target dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai pada tahun 2015. Penyediaan layanan air bersih dan sanitasi pada dasarnya merupakan kegiatan ekonomi yang melibatkan modal, tenaga kerja, dan sumber daya alam khususnya air. Pada sisi yang lain, pengakuan air sebagai hak asasi manusia dan salah satu target MDGs mengindikasikan bahwa perkembangan layanan air bersih juga dikendalikan oleh tujuan-tujuan politik bagi tercapainya pembangunan sosial dan ekonomi. Mekanisme dan proses politik menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam pelayanan air bersih. Keprihatinan dunia akan persoalan air bersih dan sanitasi setidaknya didasarkan atas fakta bahwa masih banyak penduduk dunia (terutama penduduk miskin) yang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi. Menurut World Health Organization (WHO, 2010), sampai dengan tahun 2008 sedikitnya 900 juta penduduk dunia tidak memiliki akses terhadap air DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5-2 LAPORAN AKHIR bersih yang baik dan 2,6 milyar penduduk dunia belum memiliki akses terhadap sanitasi. Dampak kesehatan dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap air bersih dan sanitasi diantaranya nampak pada anak-anak sebagai kelompok usia rentan. WHO memperkirakan pada tahun 2005, sebanyak 1,6 juta balita (rata-rata 4.500 setiap tahun).meninggal akibat air yang tidak aman dan kurangnya higienitas. Anak-anak secara khusus berisiko terhadap penyakit bersumber air seperti diare, dan penyakit akibat parasit. WHO juga menambahkan bahwa penyakit diare yang biasanya terjadi akibat kondisi air bersih dan sanitasi yang buruk menjadi penyakit kedua terbesar di dunia. Kurangnya sanitasi juga meningkatkan risiko Kejadiian Luar Biasa (KLB) kolera, tifoid, dan disentri. Jika permasalahan ini tidak segera diatasi, diprediksikan dunia terancam tidak bisa mencapai target penyediaan air bersih dan sanitasi, kecuali ada peningkatan luar biasa dalam hal kapasitas kerja dan investasi dari sekar ang hingga tahun 2015, hal tersebut berdasarkan laporan terbaru WHO dan UNICEF (United Nations Children Funds) . Situasi ini terutama menjadi lebih parah pada wilayah perkotaan, dimana pertumbuhan penduduk yang cepat memberikan tekanan bagi pelayanan dan kesehatan masyarakat miskin. Sanitasi lingkungan dalam literatur kesehatan masyarakat (Syahbana 2003) adalah bagian dari kesehatan masyarakat yang meliputi prinsip-prinsip usaha untuk meniadakan atau menguasai faktor lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit ditujukan untuk (i) sanitasi air, (ii) sanitasi makanan, (iii) si melalui kegiatan yang stem pembuangan tinja, (iv) sanitasi udara, (v) pengendalian vektor dan roden pen yakit, (vi) higienitas rumah. Ketika masalah sanitasi muncul di kawasan permukiman padat yang tidak tertata dan tidak ditangani dengan cara yang tidak saniter maka akan mencemari lingkungan sekitar. Tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan sebagai dampak yang diakibatkan oleh berbagai penyakit yang ditularkan dari lingkungan yang tidak sehat. Penanganan dan pengendalian sanitasi akan menjadi semakin kompleks dengan semakin bertambahnya laju pertumbuhan penduduk, perkembangan permukiman perumahan penduduk, menyempitnya lahan yang tersedia untuk perumahan, keterbatasan lahan untuk pembuatan fasilitas sanitasi seperti Mandi Cuci Kakus (MCK), cubluk, septic tank dan bidang resapannya serta tidak tersedianya alokasi dana pemerintah untuk penyediaan sarana dan prasarana sanitasi, hal-hal inilah yang menyebabkan kondisi sanitasi lingkungan semakin memburuk. Dalam pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, Pemerintah Indonesia sejak tahun 2003 telah melaksanakan kegiatan SANIMAS (Sanitasi oleh Masyarakat). Sebuah inisiatif program yang dirancang untuk mempromosikan penyediaan prasarana dan sarana air limbah DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5-3 LAPORAN AKHIR permukiman berbasis masyarakat dan juga mengedepankan pendekatan tanggap kebutuhan. Dengan harapan pada tahun 2015, tidak ada lagi masyarakat Indonesia yang tidak memiliki akses untuk memperoleh air minum dan pelayanan prasarana air limbah sebagai kebutuhan dasar hidup manusia. Meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi bukan sesuatu yang mudah. Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi yaitu pertama persoalan infrastruktur, meliputi persoalan bagaimana menjaga dan memperluas jaringan infrastruktur yang telah tersedia. Hal ini tentu saja terkait dengan pembiayaan infrastruktur termasuk tarif dan kecakapan penyedia layanan dalam hal efisiensi dan produktivitas layanan. Kedua, dengan memahami air bersih sebagai kebutuhan dasar persoalan sosial politik menjadi bagian yang tidak terpisahkan, misalnya tarif yang terjangkau, transparansi dan akuntabilitas. Terakhir adalah persoalan lingkungan dan kesehatan publik, dimana konservasi dan pengelolaan lingkungan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam penyediaan layanan air. Dengan demikian, penyediaan layanan air bersih dan sanitasi yang baik sangat tergantung pada baik tidaknya kebijakan pembiayaan pembangunan, kebijakan sosial dan kebijakan sumber daya alam. Lemahnya pengelolaan lingkungan di Indonesia, memberikan dampak negatif terhadap sektor air bersih dan sanitasi. Terbatasnya ketersediaan air baku menjadi salah satu masalah yang dihadapi dalam penyediaan layanan air bersih di Indonesia. Berdasarkan laporan MDGs 2010 yang diterbitkan oleh Badan Perencananaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (Bappenas RI), jumlah rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih yang layak sebanyak 47,71% dan rumah tangga yang memiliki akses sanitasi sebanyak 51,19%. Target yang ingin dicapai Indonesia pada tahun 2015 sebesar 68,87% untuk air bersih dan 62,41% untuk sanitasi. Tabel di bawah ini memberikan gambaran pencapaian Indonesia khususnya di sektor air bersih. Tabel 5.1 Akses Masyarakat Terhadap Air Bersih di Indonesia Berdasarkan Berbagai Laporan Progress on g Drinking Water and Laporan MDGs Tahun Progress on Drinkin 2010 (Bappenas) Water and Sanitation Sanitation 2010 2008 (Unicef, WHO) (Unicef, WHO) Perkotaan (%) Pedesaan (%) Air Perpipaan (%) in an era of Global Uncertainty (UNESCAB, ADB, UNDP, 2010) Sumber Air Air Sumber Air Water Sanitation Terlindungi Perpipaan Terlindungi Total Total Slow Slow (%) 45,72 20 60 Sumber: Berbagai Laporan dalam Santono, 2010 49,82 Achieving the MDGs (%) 23 (%) 57 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5-4 LAPORAN AKHIR Dari tabel di atas terlihat bahwa, terlihat terdapat perbedaan antara laporan yang diterbitkan oleh Unicef dan WHO dengan laporan yang diterbitkan oleh UNESCAP ( United Nations Economic anda Social Commission for Asia and The Pacific), ADB (Asian Development Bank) , dan UNDP (United Nations Development Programme) serta laporan yang dibuat oleh Bappenas RI. Laporan yang disusun oleh Unicef dan WHO baik pada tahun 2008 maupun 2010 menunjukkan bahwa 80% penduduk Indonesia telah memliki akses terhadap air bersih. Sedangkan laporan ADB meskipun tidak menyebutkan angka, menunjukkan bahwa Indonesia berada pada off track untuk tercapainya MDGs air bersih dan sanitasi. Jika dilihat lebih dalam lagi, semua laporan tersebut menunjukkan rendahnya akses masyarakat Indonesia terhadap air perpipaan, padahal air perpipaan dipandang sebagai air yang memiliki kualitas yang dapat diandalkan dan lebih sehat dibandingkan dengan sumber air lainnya. Apabila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN (Association of Southeast Asian Nations), bisa dikatakan Indonesia masih tertinggal, kecuali jika dibandingkan dengan Kamboja. Malaysia misalnya, akses masyarakat terhadap air bersih telah mencapai 100%, dimana 97% berasal dari air perpipaan. Demikian pula Thailand yang akses air bersihnya telah mencapai 98%. Tabel 5.2 Akses Air Bersih dan Sanitasi di Beberapa Negara ASEAN Negara Malaysia Thailand Vietnam Kamboja Philiphines Indonesia Keteraksesan Penduduk Air Bersih (%) Sanitasi (%) 100 96 98 96 94 75 61 29 91 76 80 52 Sumber: Progress on Drinking Water and Sanitation 2010 dalam Santono, 2010 Pembiayaan air bersih dan sanitasi menjadi salah satu penyebab rendah tingkat akses masyarakat terhadap air bersih. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Water and Sanitation Program (WSP) Bank Dunia, terkait dengan pembiayaan publik untuk sektor air bersih dan sanitasi pada tahun 2006, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara peningkatan PDB di daerah dengan peningkatan alokasi pembiayaan untuk sektor air bersih dan sanitasi. Studi tersebut juga menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah (nasional, provinsi dan kabupaten/kota) pada tahun 2002 untuk pembangunan di sektor air bersih dan DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5-5 LAPORAN AKHIR sanitasi, rata-rata hanya 0,64 % dari PDB. Tabel 5.3 Rata-Rata Pengeluaran Tahunan Untuk Sektor Air (dalam milyar rupiah) Tingkat Pemerintahan Pusat Provinsi Kabupaten/Kota Total Persentase GDP Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata (1994-1997) 842 55 29 926 0,23 % (1998-2000) 1.450,8 106 538 1.610,5 0,40 % (2001-2002) 1.985 284,6 335,5 2.605,3 0,64 % Sumber: Kajian Pendanaan Publik untuk Sektor Air Bersih dan Sanitasi di Indonesia,Water and Sanitation Program dalam Santono, 2010 Sebagai Kabupaten pemekaran, kondisi infrastruktur di Bangka Selatan, seperti jaringan jalan, jaringan drainase, persampahan, sumberdaya air dan pelayanan air bersih, serta sarana prasarana lainnya masih belum dapat mengimbangi perkembangan dinamika masyarakat terutama di wilayah pengembangan. Permasalahan klasik yang dihadapi berkaitan dengan air bersih adalah masih rendahnya kinerja pelayanan air bersih, yaitu belum meratanya sistem jaringan air bersih dan masih minimnya kapsitas air bersih. Serta tingkat kebocoran mencapai 41%. Secara umum, permasalahan tersebut sebagaimana dirumuskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bangka Selatan 2011 – 2015 adalah sebagai berikut: 1. Belum optimalnya tingkat cakupan pelayanan air bersih; 2. Terbatasnya kualitas dan kuantitas sumber air baku untuk pelayanan air bersih; 3. Tingginya tingkat eksploitasi sumber daya air bawah tanah; 4. Tingginya tingkat pencemaran sumber air bersih; 5. Berkurangnya tingkat pengisian (recharge) air tanah. Mengacu kepada Perpres No.5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2011-2014 dan kebijakan daerah Perda No. 10 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bangka Selatan tahun DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5-6 LAPORAN AKHIR 2011-2015 yang kemudian dibandingkan dengan target pembangunan sanitasi di Kabupaten Bangka Selatan maka dapat dilihat pada Tabel 5. 4. Tabel 5.4 Target Pembangunan Sektor Sanitasi RPJMN 2010-2014 dan RPJMD Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2011 – 2015 No 1.a b c 2. 3. RPJMN Stop buang air besar sembarang a (BABS) tahun 2014, perluasan layanan air limbah meningkat dari 20% di b 16 kota (5 diantaranya sistem baru). Tersedianya akses terhadap c sistem pengelolaan offsite melalui peningkatan sistem pengelolaan limbah terpusat 10% untuk penduduk, dan Peningkatan sistem pengelolaan air limbah setempat bagi 90% total penduduk. Tersedianya akses terhadap a pengelolaan sampah bagi 80% rumah tangga di wilayah perkotaan. b RPJMD Kabupaten Bangka Selatan Terpenuhinya kebutuhan air bersih masyarakat dengan cakupan pelayanan 100%; Terpenuhinya kebutuhan air baku dengan pembangunan waduk; Terkendalinya eksploitasi air di bawah tanah. Terangkutnya 100% volume sampah yang dihasilkan; Terwujudnya TPA yang memenuhi persyaratan teknis 100%; Peningkatan Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan 100%. Pengurangan genangan seluas 22.500 a Mengurangi area dan lamanya genangan Banjir dan Ha, di 100 kawasan strategis ROB; perkotaan. b Meningkatnya kapasitas saluran drainase; c. Teraturnya debit limpasan sesuai dengan kapasitas saluran, pengelolaan dan konservasi cacthment area dan badan sungai. Sumber : Berbagai sumber, 2012 Dalam upaya mencapai dan mengejar ketertinggalannya, pemerintah Kabupaten Bangka Selatan berupaya memberikan komitmen yang tinggi untuk sektor sanitasi dengan memberikan layanan sanitasi tidak hanya melalui penambahan jumlah sarana prasarana (kuantitas) saja juga peningkatan kualitasnya. Seperti diketahui bahwa akses terhadap sanitasi sudah cukup besar hanya tidak didukung oleh kualitasnya. Karenanya, dalam RPJMD Kabupaten Bangka Selatan 2011 – 2015 telah ditetapkan sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan sub fungsi sumber daya air dan pelayanan air bersih berupa terpenuhinya kebutuhan air bersih masyarakat dengan cakupan pelayanan 100%; terpenuhinya kebutuhan air baku dengan pembangunan waduk; dan terkendalinya eksploitasi air di bawah tanah. Arah DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5-7 LAPORAN AKHIR kebijakan pembangunan sumber daya air dan pelayanan air bersih diarahkan bagi pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat serta menjaga kualitas dan kuantitas sumber daya air. Dalam hal persampahan di Kabupaten Bangka Selatan, volume sampah pada saat ini kenaikannya belum terlalu signifikan, akan tetapi dengan semakin bertambahnya penduduk maka volume sampah akan bertambah sejalan dengan dinamika perubahan yang terjadi. Oleh karena itu perlu antisipasi penanganan melalui perencanaan pengelolaan sampah yang benar. Permasalahan yang dihadapi dalam Jaringan Persampahan selama ini antara lain : 1. Meningkatnya volume sampah setiap tahun; 2. Kapasitas pengangkutan sampah belum terprogram dengan baik; 3. Belum adanya pengelolaan TPA yang memenuhi syarat teknis. Dalam hal rumah tinggal bersanitasi yang sekurang-kurangnya mempunyai akses untuk memperoleh layanan sanitasi, sebagai berikut :  Fasilitas Air bersih,  Pembuangan Tinja,  Pembuangan Air Limbah (air bekas)  Pembuangan sampah. dan Dari 7 kecamatan yang ada di Bangka Selatan, secara umum baru dua kecamatan yang memiliki persentase rumah tinggal bersanitasi di atas 50 % yaitu Kecamatan Toboali dan Kecamatan Payung.Hasil analisis data rumah tinggal berakses sanitasi disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 5.5 Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi Menurut Kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 Kecamatan Toboali Air Gegas Payung Simpang Rimba Lepar Pongok Tukak Sadai Pulau Besar Jumlah Jumlah Rumah Tinggal 6.894 2.142 4.596 4.403 2.935 750 1.138 22.858 Jumlah Rumah Tinggi berakses sanitasi 4.709 808 3.139 1.320 587 162 227 10.952 Persentase 68,31 37,72 68,30 29,98 20,00 21,60 19,95 47,91 Sumber: RPJMD Kab. Bangka Selatan 2011-2015 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5-8 LAPORAN AKHIR Peta Administrasi Bangka Selatan Gambar 5.1 Gambar 5.2 Peta Administrasi Kecamatan Toboali DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5-9 LAPORAN AKHIR Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi cakupan pelayanan Kabupaten Bangka Selatan masih tergolong rendah sehingga mempunyai sanitasi di kewajiban untuk mengejar ketertinggalan ini dengan melaksanakan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Pusat. Program ini dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan di daerah sehingga sanitasi dapat menjadi salah satu prioritas pembangunan di daerah. Melalui program ini, pembangunan sanitasi permukiman akan dilakukan lebih tepat sasaran dengan mendorong seluruh sumber daya yang ada, dari masyarakat, swasta, pemerintah daerah, hingga pemerintah pusat. Oleh karena itu, sesuai dengan maksud penyusunannya, maka Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bangka Selatan ini akan menggambarkan status terkini situasi sanitasi di Kabupaten Bangka Selatan, kebutuhan layanan sanitasi dan peluang pengembangan di masa mendatang di Kabupaten Bangka Selatan, usulan/rekomendasi awal terkait peluang pengembangan layanan sanitasi, salah satunya adalah penetapan kawasan prioritas di Kabupaten Bangka Selatan. 5.2 Landasan Gerak 5.2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sanitasi 5.2.1.1 Pengertian Sanitasi Pengertian sanitasi menurut panduan Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS) diartikan sebagai usaha untuk memastikan pembuangan kotoran manusia, cairan limbah, dan sampah secara higienis yang akan berkontribusi pada kebersihan dan lingkungan hidup yang sehat baik di rumah maupun lingkungan sekitarnya. 5.2.1.2 Ruang Lingkup Sanitasi Ruang lingkup penanganan Sanitasi dalam program PPSP adalah sebagai berikut: a. Blackwater adalah limbah rumah tangga yang bersumber dari WC dan urinoir. b. Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci. Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga (domestik) dengan sistem : a. Pengolahan On Site menggunakan sistem septik-tank dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah rumah tangga; b. Pengelolaan Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat; DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5 - 10 LAPORAN AKHIR c. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui Tempat Pembuangan Sementara (TPS) atau transfer depo ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA); d. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor air kota dan memutuskan air permukaan; e. Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat baik melalui jaringan PDAM maupun non PDAM yang bersumber dari air permukaan maupun air tanah. 5.2.2 Ruang Lingkup Wilayah Wilayah perencanaan yang menjadi kajian dalam studi ini adalah wilayah Kabupaten Bangka Selatan yang terdiri dari 7 Kecamatan yaitu: Kecamatan Toboali, Kecamatan Payung, Kecamatan Simpang Rimba, Kecamatan Air Gegas, Kecamatan Pulau Besar, Kecamatan Tukak Sadai dan Kecamatan Lepar Pongok. 5.2.3 Visi dan Misi Kabupaten Bangka Selatan dan Tujuan Penataan Ruang A. Visi dan Misi Kabupaten Bangka Selatan Visi Kabupaten Bangka Selatan visi terlahir dengan memperhatikan komoditas unggulan dan potensi yang dimiliki Kabupaten Bangka Selatan. Melalui analisis potensi dan kajian kondisi aktual masyarakat Kabupaten Bangka Selatan, ditetapkan visi pembangunan Kabupaten Bangka Selatan sebagai berikut: “Bangka Selatan Makmur” Adapun misi untuk mencapai visi Kabupaten Bangka Selatan yaitu: 1. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia; 2. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat; 3. Menciptakan Iklim Usaha yang Kondusif; 4. Menciptakan Aparatur yang Bersih dan Berwibawa; 5. Meningkatkan Infrastruktur yang Handal. B. Area Beresiko Sanitasi Wilayah di kabupaten Bangka Selatan yang termasuk dalam area beresiko sanitasi berdasarkan hasil analisis data EHRA, data sekunder, persepsi SKPD, terlihat pada gambar 5.1 Peta Area Beresiko Sanitasi. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5 - 11 LAPORAN AKHIR Gambar 5.3 Peta Area beresiko sanitasi Area beresiko sanitasi dibagi menjadi empat kondisi yaitu are a kurang beresiko dengan skor 1, area beresiko sedang dengan skor 2, area beresiko tinggi dengan skor 3, area beresiko sangat tinggi dengan skor 4. Analisis SWOT (Strenghts Weakness, Oppurtunities, and Threats) yang memperhitungkan factor internal yang berupa kekuatan, kelemahan dan faktor eksternal yang berupa kesempatan dan ancaman yang dimiliki Kabupaten Bangka Selatan di sektor air limbah domestik, persampahan, drainase. 5.2.4 Posisi pengelolaan sektor air limbah domestik Hasil analisis untuk fa ktor internal se ktor air limbah domestik adalah – 0,05. Hasil analisis untuk faktor eksternal adalah -0,28. Posisi pengelolaan air limbah domesti k saat ini berada dikuadran 4. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5 - 12 LAPORAN AKHIR Tabel 5.1 Analisa SWOT Sektor Air Limbah Domestik TINGKAT PENGARUH PERKALIAN BOBOT DAN TINGKAT PENGARUH 35.00% 4 1.4 35.00% 4 1.4 Sudah memiliki SDM sesuai keahlian 30.00% 3 0.9 Total 100% NO ELEMEN BOBOT KETERANGAN INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS) KEKUATAN (STRENGTH) Sudah ada perda retribusi pembuangan air 1 limbah Adanya skpd teknis setingkat dinas 2 3 KELEMAHAN (WEAKNESS) Ketersediaan anggaran (APBD) kurang 1 berpihak Kurangnya tenaga aparatur (kuantitas) 2 3.7 30.00% 4 1.2 15.00% 3 0.45 3 Kurangnya koordinasi antar skpd 5.00% 3 0.15 4 Sarana prasarana Labratorium belum memadai Tidak tersedia mobil penyedotan tinja 5.00% 3 0.15 20.00% 4 0.8 Tidak ada perda yang mengatur mengenai pengelolaan limbah domestik 25.00% 4 1 Total 100% 5 6 3.750 Selisih Kekuatan dan Kelemahan -0.050 (X) EKSTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS) PELUANG (OPPORTUNITY) Masyarakat semakin peduli 1 lingkungan Adanya anggaran APBD Prov. 2 terhadap 22.00% 4 0.88 20.00% 4 0.8 3 Adanya Anggaran APBN 20.00% 4 0.8 4 8.00% 3 0.24 15.00% 3 0.45 6 Kementrian dan lembaga ikut berperan aktif Adanya tokoh masyarakat peduli lingkungan Adanya LSM peduli lingkungan 5.00% 3 0.15 7 Adanya CSR dari swasta 10.00% 3 0.3 Total 100% 5 ANCAMAN (THREATH) Masih relatif banyak masyarakat yang 1 buang air besar sembarangan 53.05 % tangki septik tidak aman di 2 wilayah kab. Bangka Selatan 72.29 % rumah tangga miskin di kab. 3 Bangka Selatan BAB selain di 4 3.62 40.00% 4 1.6 25.00% 4 1 25.00% 4 1 tangki septik Tidak ada pihak swasta yang bergerak di usaha penyedotan tinja 10.00% 3 0.3 Total 100% Selisih Peluang dan Ancaman 3.9 -0.280 (Y) DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5 - 13 LAPORAN AKHIR PELUANG 0.4 Kuadran 3: Mendukung strategi Stabilisation (Stabil) Kuadran 1: Mendukung strategi Growth (Pertumbuhan) 0.3 0.2 0.1 K EKUATAN KELEMAHAN -0,3 -0,2 -0,1 0,00 0.1 -0,1 Kuadran 4: Mendukung strategi Survive (Bertahan) Kuadran 2: Mendukung strategi Diversification (Pertukaran Usaha) -0,2 -0,3 -0,4 Gambar 5.4 0.2 0. 0.4 3 ANCAMA N Posisi Pengelolaan Sektor Air Limbah Domestik 5.2.5 Posisi Pengelolaan Sektor Persampahan Hasil analisis untuk faktor internal sektor persampahan adalah 0,00. Hasil analisis untuk faktor eksternal adalah -0, 4. Posisi pengelolaan persampahan saat ini berada diantara kuadran 2 dan 4. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5 - 14 LAPORAN AKHIR Tabel 5.2 NO Analisa SWOT Sektor Persampahan ELEMEN TINGKAT BOBOT PENGARUH PERKALIAN BOBOT DAN KETERANGAN TINGKAT INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS) 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11 1 2 4 3 5 6 7 KEKUATAN (STRENGTH) Ada Peraturan daerah tentang pengelolaan persampahan Tersedianya Sarana prasarana penampungan dan pengangkutan sampah Sudah ada perda tentang retribusi pelayanan kebersihan/persampahan Terbangunnya TPA Tersedianya petugas kebersihan Total KELEMAHAN (WEAKNESS) Ketersediaan anggaran (APBD) kurang berpihak SKPD pengelola setingkat eselon 3 ( bidang) tidak memiliki SDM sesuai keahliannya Tidak ada kelembagaan pengelola TPA SDM Aparatur belum memadai Sarana prasarana penampungan dan pengangkutan belum mencukupi tidak adanya upt di tingkat kecamatan Tidak ada Rencana Induk Persampahan Belum dapat melaksanakan peraturan secara optimal Tidak ada data timbulan sampah 20.00% 20.00% 30.00% 15.00% 15.00% 4 4 4 3 3 100% 15.00% 5.00% 10.00% 10.00% 10.00% 10.00% 10.00% 15.00% 10.00% 5.00% 3.7 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 Total 100% Selisih Kekuatan dan Kelemahan EKSTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS) PELUANG (OPPORTUNITY) Masyarakat semakin peduli terhadap lingkungan 15.00% 3 Adanya anggaran APBD Prov. 10.00% 4 Adanya Anggaran APBN 10.00% 4 Kementrian dan lembaga ikut berperan aktif 10.00% 4 Adanya tokoh masyarakat peduli lingkungan 10.00% 3 Sampah mempunyai nilai ekonomis 10.00% 3 Isyu green life style mendorong masyarakat peduli lingkungan ( 3R) 10.00% 4 Isyu climate channge (Perubahan Iklim) dan Global Warming ( Pemanasan 10.00% 4 Penghargaan adipura kalpataru kabupaten sehat 10.00% 3 Adanya CSR dari swasta 5.00% 4 Total ANCAMAN (THREATH) Perilaku masyarakat yang masih buang sampah sembarangan Belum adanya SOP Pengelolaan lingkungan sekitar tpa Kurangnya dukungan masyarakat sekitar lokasi tpa dan TPS terhadap keberadaan tpa dan TPS Adanya Protes masyarakat terhadap bau yang menyebar dari TPA Kurang tanah penimbun sampah di TPA ( Sanitary Landfill ) Tidak adanya proses pemilahan sampah organik dan anorganik di masyarakat Kebiasaan masyarakat membakar sampah Total Selisih Peluang dan Ancaman 0.8 0.8 1.2 0.45 0.45 100% 0.6 0.2 0.3 0.4 0.3 0.4 0.4 0.6 0.3 0.2 3.700 0.000 0.45 0.4 0.4 0.4 0.3 0.3 0.4 0.4 0.3 0.2 3.55 30.00% 15.00% 4 4 1.2 0.6 10.00% 20.00% 5.00% 10.00% 10.00% 4 4 3 4 4 0.4 0.8 0.15 0.4 0.4 3.95 -0.400 100% (X) (Y) DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5 - 10 LAPORAN AKHIR 0.4 Kuadran 3: Mendukung strategi Stabilisation (Stabil) PELUANG Kuadran 1: Mendukung strategi Growth (Pertumbuhan) 0.3 0.2 0.1 KELEMAHAN -0,3 -0,2 -0,1 0,00 0.1 0.2 K EKUATAN 0.3 0.4 -0,1 Kuadran 4: Mendukung strategi Survive (Bertahan) -0,2 Kuadran 2: Mendukung strategi Diversification (Pertukaran Usaha) -0,3 -0,4 Gambar 5.5 ANCAMA N Posisi Pengelolaan Sektor Persampahan DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5 - 11 LAPORAN AKHIR 5.2.6 Posisi Pengelolaan Sektor Drainase Hasil analisis untuk faktor internal sektor drainase adalah – 0,5. Hasil analisis untuk faktor eksternal adalah -0,05. Posisi pengelolaan drainase saat ini berada di kuadran 4. Tabel 5.3 Analisa SWOT Sektor Drainase PERKALIAN BOBOT NO ELEMEN BOBOT TINGKAT DAN PENGARUH TINGKAT KETERANGAN INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS) KEKUATAN (STRENGTH) 1 Tersedianya jaringan drainase 2 Ada SKPD khusus pengelola drainase 3 Sudah ada pendanaan dari APBD Kabupaten 4 Ada SDM Aparatur yang memiliki keahlian Total KELEMAHAN (WEAKNESS) 1 Ketersediaan anggaran (APBD) kurang berpihak 2 Tidak Ada Peraturan daerah terkait drainase permukiman 3 Belum adanya Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan 4 Belum ada database drainase tingkat kabupaten 5 Cakupan jaringan drainase masih relatif rendah 20.00% 25.00% 30.00% 25.00% 4 3 4 3 0.8 0.75 1.2 0.75 3.5 4 4 4 4 4 1.2 0.8 0.8 0.8 0.4 100% 30.00% 20.00% 20.00% 20.00% 10.00% Total Selisih Kekuatan dan Kelemahan EKSTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS) PELUANG (OPPORTUNITY) 1 Masyarakat bergotong royong membersihkan drainase 2 Topografi 3 Adanya anggaran APBD Prov. 4 Adanya Anggaran APBN 5 Kementrian dan lembaga ikut berperan aktif 6 Adanya CSR dari swasta 100% Total ANCAMAN (THREATH) 1 Rendahnya kesadaran masyarakat melakukan pemeliharaan drainase 2 Minimnya keterlibatan swasta di sektor drainase 3 Perilaku Masyarakat buang sampah di saluran drainase Total Selisih Peluang dan Ancaman 100% 25.00% 10.00% 15.00% 20.00% 15.00% 15.00% 50.00% 10.00% 25.00% 85% 4.000 -0.500 (X) 3 3 4 4 3 3 0.75 0.3 0.6 0.8 0.45 0.45 3.35 4 4 4 2 0.4 1 3.4 -0.050 (Y) DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5 - 12 LAPORAN AKHIR PELUANG 0.4 Kuadran strategi (Stabil) 3: Mendukung Stabilisation Kuadran 1: Mendukung strategi Growth (Pertumbuhan) 0.3 0.2 0.1 KELEMAHAN -0,5 -0,4 -0,3 -0,2 -0,1 0,00 0.1 0.2 K EKUATAN 0.3 0.4 0.5 -0,1 Kuadran 4: Mendukung strategi Survive (Bertahan) Kuadran 2: Mendukung strategi Diversification (Pertukaran Usaha) -0,2 -0,3 -0,4 Gambar 5.6 ANCAMA N Posisi Pengelolaan Sektor Drainase 5.2.7 Posisi Pengelolaan Sektor PHBS Hasil analisis untuk fa ktor internal se ktor PHBS adalah – 0,2. Hasil analisis untuk faktor eksternal adalah -0,25. Posisi pengelolaan drainase saat ini berada di kuadran 4. Tabel 5.4 NO Analisa SWOT Sektor PHBS ELEMEN BOBOT TINGKAT PENGARUH INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS) KEKUATAN (STRENGTH) 1 Sudah memiliki kader posyandu diseluruh desa 30.00% 4 2 3 Tersedia puskesmas dan pustu diseluruh kecamatan Terdapat perda tentang higiene sanitasi makanan dan minuman Total KELEMAHAN (WEAKNESS) 1 Minimnya anggaran (APBD) untuk kegiatan PHBS 3 Tenaga kesehatan masyarakat dan sanitasi masih kurang Kurangnya promosi kesehatan 4 Hanya 4 sekolah yang memiliki fasilitas cuci tangan 2 Total Selisih Kekuatan dan Kelemahan PERKALIAN BOBOT DAN TINGKAT PENGARUH 1.2 40.00% 4 1.6 30.00% 3 0.9 100% 2.8 30.00% 4 1.2 30.00% 4 1.2 20.00% 3 0.6 20.00% 4 0.8 100% KETERANGAN 3.000 -0.200 (X) DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5 - 14 LAPORAN AKHIR NO ELEMEN BOBOT PERKALIAN BOBOT DAN TINGKAT PENGARUH TINGKAT PENGARUH EKSTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS) PELUANG (OPPORTUNITY) Meningkatnya kewaspadaan dini masyarakat terhadap 1 penyakit 25.00% 4 Adanya anggaran APBD Prov. 2 20.00% 4 1 0.8 3 Adanya Anggaran APBN 20.00% 4 0.8 4 Adanya pelatihan dan seminar khusus tentang PHBS 15.00% 3 0.45 20.00% 3 0.6 5 Adanya tokoh masyarakat peduli kesehatan lingkungan Total ANCAMAN (THREATH) 22.7 % rumah tangga di kabupaten bangka selatan 1 BABS 46.4 % rumah tangga di kab. Bangka Selatan tidak 2 CPTS 3 Kurangnya pengetahuan masyarakat terkait PHBS 4 Terdapat KLB 100% 3.65 40.00% 4 1.6 25.00% 4 1 25.00% 4 1 10.00% 3 0.3 Total 100% 3.9 Selisih Peluang dan Ancaman 5.3 KETERANGAN -0.250 (Y) Analisis Kawasan Kelurahan Toboali Kelurahan Toboali yang luasnya 201,96 km2 yang berbatasan langsung dengan laut Jawa di sebelah selatan, di area jalan pelabuhan. Seperti gambar berikut ini : Gambar 5.7 Peta Kelurahan Toboali Gambar 5.8 Peta Genangan Kelurahan Toboali DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5 - 15 LAPORAN AKHIR Ada beberapa daerah genangan dan area yang beresiko banjir, daerah tersebut ada beberapa area genangan di berbagai ruas wilayah dan penjuru kelurahan Toboali. Daerah tersebut adalah Rawa Bangun. Di Rawa Bangun ada tiga ruas yang menjadi genangan yakni : 1. Ruas jalan Pelabuhan; 2. Ruas jalan Rawa Bangun; dan 3. Ruas jalan Sriwijaya. Di daerah jalan pelabuhan menjadi daerah genangan yang menjadi hilir dikarenakan berdekatan atau malah berbatasan dengan laut. Daerah ini pun bisa menjadi area banjir ROB dari arah laut. Dengan lebar ruas sekira hanya 4 meter, dan ketinggian permukaan sungai 1.6 meter. Namun jarak arah dari hilir tersebut berjarak 890,78 m hingga menuju ke permukiman warga yang menjadi area genangan di area ruas Rawa Bangun atau jalan Rawa Bangun I yang berdekatan dengan Kantor kelurahan Toboali. Berikut adalah dokumentasi yang di peroleh dari hasil kajian. Gambar 5.9 Dokumentasi Area I Genangan dan ROB DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5 - 14 LAPORAN AKHIR Di area ini dalam analisa kajian bisa di bangun bangunan pintu air untuk menahan air ROB yang datang dari arah laut ataupun air hujan yang berasal dari hulu. Jadi bangunan ini akan menahan air bukan untuk meninggikan permukaan air. Namun area ini yang luas nya sekitar 1.134,29 Km2 , mempunyai kendala dengan banyak sampah, dan menurut kajian sebagai potensi ekonomi dan perbaikan permukiman yang padat maka di pemanfaatan bisa di pergunakan untuk penampungan tambak ikan, dan sebagai mata pencaharian masyarakat. Di ruas lain di jalan Rawa Bangun I dan ruas jalan Sriwijaya dapat di jadikan bak penampung atau kolam retensi, yang bisa di jadikan tempat penampungan air limpahan dari air hujan dan limpahan air yang berasal dari hulu. Namun bukan pula sebagai penampung air dan meminimalisir genangan, tapi bisa juga di pergunkan sebagai kolam rekreasi dan kolam pemandian. Yang juga bisa menjaikan mata pencaharian bagi warga sekitar. Berikut dokumentasi antara jalan Rawa Bangun I dan jalan Sriwijaya : ( Jalan Rawa Bangun I ) ( Jalan Sriwijaya I ) Gambar 5.10 ( Jalan Rawa Bangun I ) ( Jalan Sriwijaya I ) Dokumentasi Area II dan Area III Genangan Daerah Rawabangun DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5 - 15 LAPORAN AKHIR Di dalam ketiga area tersebut beberapan rekomendasi akan dilakukan yaitu : a. Pembangunan Bangunan Pintu Air di Jalan Pelabuhan; b. Pembangunan Kolam Retensi di Area Rawa Bangun; dan c. Pembangunan Kolam Retensi di Area Jalan Sriwijaya. 5.4 Analisis Kawasan Kelurahan Teladan Kelurahan Teladan yang luasnya 211,93 km2 yang berbatasan langsung dengan Kelurahan Toboali di bagianh selatan. Seperti gambar berikut ini : Gambar 5.11 Peta Genangan Kelurahan Teladan Ada beberapa daerah genangan dan area yang beresiko banjir, daerah tersebut ada beberapa area genangan di berbagai ruas wilayah dan penjuru kelurahan Toboali. Daerah tersebut adalah Arae Jalan Lingga. Di Jalan Air Lingga ini ada tiga ruas yang menjadi genangan yakni : Ruas rt 03, Ruas Rw 01; dan Ruas jalan Air Lingga 2. Di daerah jalan pelabuhan menjadi daerah genangan yang menjadi hulu dikarenakan menjadi salah satu tempat turun nya air terjun hujan saat lebat ataupun tidak. Dengan lebar ruas sekira hanya 8.2 meter, dan ketinggian permukaan sungai 0.4 meter. Namun jarak arah dari hilir tersebut berjarak 190,72 meter hingga menuju ke permukiman warga yang menjadi area genangan di area ruas Rw 03 atau jalan Air Lingga yang berdekatan dengan Aliran Sungai. Berikut adalah dokumentasi yang di peroleh dari hasil kajian. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5 - 16 LAPORAN AKHIR Gambar 5.12 Dokumentasi Area rt 01 rw 03 JalanLingga Di area ini dalam analisa kajian bisa di bangun bangunan pintu air untuk menahan air hujan dan genangan serta membuat kolam retensi untuk menampung air hujan dan bisa dimanfaatkan oleh warga. Berikut matriks yang bisa menyimpulkan dari kajian daerah Rawabangun Kelurahan Toboali, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5 - 17 LAPORAN AKHIR Tabel 5.5 Nama Daerah Genangan Kelurahan / Kecamatan 1 Jalan Pelabuhan, Kampung Rawa bangun 2 Jalan Rawa Bangun I No Matriks Kajian Kecamatan Toboali Titik Koordinat Luas Area Genangan Toboali / Toboali -3.014339, 106.447338 1.134,29 m2 Membuat Bangunan Pintu air untuk menahan air ROB dan Menahan air dari hulu serta air hujan Toboali / Toboali -3.011192, 106.450457 22.377 m2 Atau 2.2 Ha Membuat Kolam Retensi atau Bak Penampung Dokumentasi lapangan Rekomendasi Penanganan DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5 - 18 Gambar Perspektif LAPORAN AKHIR 3 Jalan Sriwijaya Toboali / Toboali -3.009606, 106.448935 26.502 m2 Atau 2.6 Ha Membuat Kolam Retensi atau Bak Penampung DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5 - 19 LAPORAN AKHIR 4 Jalan Lingga Teladan / Toboali -3.007721, 106.455688 23.102 m2 Atau 2.3 Ha DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5 - 20 LAPORAN AKHIR Tabel 5.6 No Tabel Luas Wilayah Perencanaan Nama Wilayah Luas Tabel 5.7 Satuan Tabel curah Hujan latitude,longitude,curah hujan 3.607,08 KM2 Kab. Bangka Barat -1.83743 105.45079 Hujan Sedang Luas Kecamatan Toboali 1,460.3 KM2 Kab. Bangka -1.93481 105.95155 Hujan Lebat 3 Luas Kelurahan Toboali 201.96 KM2 4 Luas Daerah Drainase Permukiman 85.85 KM2 5 Luas Wilayah Rawabangun 64.20 KM2 6 Luas Wilayah Genangan / Retensi 1 22.377 M2 7 Luas Wilayah Genangan / Retensi 2 26.502 M2 8 Luas Wilayah Genangan / Retensi 3 50.961 M2 9 Luas Wilayah Genangan / Retensi 4 99.398 M2 1.134,29 M2 1 Luas Kabupaten Bangka Selatan 2 10 Luas Wilayah Bendung Kota Pangkal Pinang -2.19216 106.12806 Hujan Sedang Kab. Bangka Tengah -2.49897 106.31348 Hujan Ringan Kab. Bangka Selatan -2.79221 106.49528 Hujan Ringan Kab. Belitung -2.89994 107.56475 Hujan Ringan Kab. Belitung Timur -2.93618 108.02882 Hujan Ringan DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 5 - 21 PEMBATAS BAB VI DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN LAPORAN AKHIR BAB VI ANALISA HIDROLOGI Bab ini membahas mengenai tentang analasa hidrologi kawasan Bangka Selatan secara umum dan Kota Toboali secara khusus, dan pendalaman terhadap wilayah kelurahan rawabangun. 6.1 Analisis Hidrologi 6.1.1 Analisis Hujan Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang terjadi hanya pada satu tempat atau titik saja (point rainfall). Mengingat hujan sangat berfariasi terhadap tempat (space), maka untk kawasan yang luas, satu alat penakar hujan belum dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut. Menurut Suripin (2004:26-28), ada tiga macam cara yang umum dipakai dalam menghitung hujan rata-rata kawasan, yaitu: 1. Rata-rata al jabar 2. Ishoyet 3. Polygon thiessen Cara ini sering dikenal juga sebagai cara rata-rata timbang (weighted mean). Diasumsikan bahwa variasi hujan antar pos yang satu dengan lainya aadalh linier dan bahwa sembarang pos dianggap dapat mewakili kawasan terdekat. Cara ini 2 cocok untuk daerah datar dengan luas 500-5.000 km , jumlah pos penakar hujan terbatas dibandingkanluasannya. Hujan rata-rata dapat dihitung dengan persamaan berikut: P A  P2 A2  ......  Pn An P 1 1 A1  A2  ......  An Dimana : P1,P2,.....,Pn = curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan 1,2,…,n A1,A2,.....,An = luas areal polygon 1,2,….,n n = banyaknya pos penakaran hujan DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 6-1 LAPORAN AKHIR 6.1.2 Analisis Frekuensi Menurut Suripin (2004: 32), tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadian melalui penerapan distribusi kemungkinan. Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu besaran hujan disamai atau dilampaui Sebaliknya, kata-ulang (return period) adalah wktu hipotetik dimana hujan dengan sustu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui. Analisis frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos penakaran hujan, baik yang manual maupun yang otomatis. Ada dua macam seri data yang dipergunakan dalam analisis frekuensi, pertama yaitu data maksimum tahunan dimana tiap tahun diambil hanya satu besaran maksimum yang dianggap berpengaruh pada analisis selanjutnya. Kedua, seri parsial yaitu dengan menetapkan suatu besaran tertentu sebagai batas bawah, selanjutnya semua besaran data yang lebih besar dari batas bawah tersebut diambil dan dijadikan bagian seri data untuk kemudian dianalisis seperti biasa. Dalam ilmu statistic dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan yang paling banyak digunakan dalam ilmu hidrologi yaitu: Distribusi Normal, distribusi Log Normal, Distribusi Log-Pearson III, dan Distribusi Gumbel. A. Distribusi Log-Pearson III Salah satu disribusi dari serangkaian distribusi yang dikembangka Pearson yang menjadi perhatian ahli sumber daya air adalah Log-Pearson Type III. Langkah penggunaan distribusi Log-Pearson III yaitu sebagai berikut:  Ubah data ke dalam bentuk logaritmis, X=logX  Hitung harga rata-rata n   Log x  i1 log xi n  Hitung harga simpangan baku  (log x Sd  i1 i  Log x) 2 (n 1) DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 6-2 LAPORAN AKHIR  Hitung koefisien kepencengan n Cs  n.  (log x i1 i  Log x) 2 (n  1).(n  2).S 3  Hitung logaritma curah hujan rancangan periode ulang tertentu LogXt = Log x + G.Sd Dimana : Xi = curah hujan rancangan Log X = rata-rata logaritma dari hujan maksimum tahunan Sd = simpangan baku G = konstanta (dari tabel) Dengan harga G diperoleh berdasarkan harga Cs dan tingkat probabilitasnya.  Curah hujan rancangan dengan periode ulang tertentu adalah antilog Xt Tabel 6.1 Tabel Nilai K untuk distribui Log-Pearson III Koefisien Periode Ulang Kemencengan 2 Thn 10 Thn 25 Thn 50 Thn 100 Thn 200 Thn (g) Probabilitas 50% 10% 4% 2% 1% 0,5% 3,0 -0,396 1,180 2,278 3,152 4,051 4,970 2,5 -0,360 1,250 2,262 3,048 3,845 4,652 2,0 -0,307 1,302 2,219 2,912 3,605 4,298 1,8 -0,282 1,318 2,193 2,193 3,499 4,147 1,6 -0,254 1,329 2,163 2,163 3,388 3,990 1,4 -0,225 1,337 2,128 2,128 3,271 3,828 1,2 -0,195 1,340 2,087 2,087 3,149 3,661 1,0 -0,164 1,340 2,043 2,430 3,022 3,489 0,9 -0,148 1,339 2,018 2,018 2,957 3,401 0,8 -0,132 1,336 1,993 1,993 2,891 3,312 0,7 -0,116 1,333 1,967 1,967 2,824 3,223 0,6 -0,099 1,328 1,939 1,939 2,755 3,132 0,5 -0,083 1,323 1,910 1,910 2,686 3,041 0,4 -0,066 1,317 1,880 1,880 2,615 2,949 0,3 -0,050 1,309 1,849 1,849 2,544 2,856 0,2 -0,033 1,301 1,818 1,818 2,472 2,763 0,1 -0,017 1,292 1,785 1,785 2,400 2,670 0,0 0,000 1,282 1,751 2,054 2,326 2,576 -0,1 0,017 1,270 1,716 2,000 2,252 2,482 -0,2 0,033 1,253 1,680 1,945 2,178 2,388 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 6-3 LAPORAN AKHIR Koefisien Kemencengan (g) Periode Ulang 25 Thn 50 Thn Probabilitas 4% 2% 1,643 1,890 2 Thn 10 Thn 100 Thn 200 Thn -0,3 50% 0,050 10% 1,245 1% 2,104 0,5% 2,294 -0,4 0,066 1,231 1,606 1,834 2,029 2,201 -0,5 0,083 1,216 1,567 1,777 1,955 2,108 -0,6 0,099 1,200 1,528 1,720 1,880 2,016 -0,7 0,116 1,183 1,488 1,663 1,806 1,926 -0,8 0,132 1,166 1,448 1,606 1,733 1,837 -0,9 0,148 1,147 1,407 1,549 1,660 1,749 -1,0 0,164 1,128 1,366 1,492 1,588 1,664 -1,2 0,195 1,086 1,282 1,379 1,449 1,501 -1,4 0,225 1,041 1,198 1,270 1,318 1,351 -1,6 0,254 0,994 1,116 1,166 1,197 1,216 -1,8 0,282 0,945 1,035 1,069 1,087 1,097 -2,0 0,307 0,895 0,959 0,980 0,990 0,995 -2,5 0,360 0,771 0,793 0,798 0,799 0,800 -3,0 0,396 0,660 0,666 0,666 0,667 0,667 B. Distribusi Gumble Menurut GUMBEL (1941 ), persoalan tertua yang berhubungan dengan hargaharga ekstrim adalah datang dari persoalan banjir. Tujuan dari statistic harga-harga ekstrim adalah untuk menganalisa hasil pengamatan harga-harga ekstrim tersebut untuk meramal harga-harga ekstrim berikutnya. a. Persamaan Metode E.J. Gumbel adalah sebagai berikut : X t  X  k.Sd dimana : Xt = curah hujan rancangan untuk periode ulang pada T tahun X = nilai rata-rata dari data 1 n  Xi n i1 Sd = standart deviasi DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 6-4 LAPORAN AKHIR Sd   i1 n 1 k = faktor frekwensi yang merupakan fungsi dari periode ulang dan tipe distribusi frekwensi Untuk menghitung faktor frekwensi digunakan rumus : K  YT  Yn Sn dimana : K = faktor frekwensi yang merupakan fungsi dari periode ulang dan tipe distribusi frekwensi Yn = Reduce variant sebagai fungsi dari banyaknya data n Reduced Mean Yn dapat dilihat pada Tabel. Sn = Reduce standar deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data n Reduced Deviation Sn dapat dilihat pada Tabel. Dengan subtitusi ketiga persamaan diatas diperoleh persamaan S X t  X  d .(YT  Yn ) Sn Jika : 1 a b = Sd Sn = X- Sd .Yn Sn Persamaan menjadi : = + 1 DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 6-5 LAPORAN AKHIR Tabel 6.2 Tabel Gumbel Reduced Mean Yn m 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0.4952 0.5236 0.5362 0.5436 0.5485 0.5521 0.5548 0.5569 0.5586 0.5600 0.4996 0.5252 0.5371 0.5442 0.5489 0.5524 0.555 0.557 0.5587 0.5035 0.5268 0.5380 0.5448 0.5493 0.5527 0.5552 0.5572 0.5589 0.507 0.5283 0.5388 0.5453 0.5497 0.5530 0.5555 0.5574 0.5591 0.5100 0.5296 0.5396 0.5458 0.5501 0.5533 0.5537 0.5576 0.5592 0.5128 0.5309 0.5402 0.5463 0.5504 0.5535 0.5559 0.5578 0.5593 0.5157 0.532 0.541 0.5168 0.5508 0.5538 0.5561 0.558 0.5593 0.5181 0.5332 0.5418 0.5473 0.5511 0.554 0.5563 0.5581 0.5594 0.5202 0.5313 0.5424 0.5427 0.5515 0.5543 0.5565 0.5573 0.5558 0.522 0.5351 0.5430 0.5431 0.5518 0.5545 0.5567 0.5585 0.5596 Tabel 6.3 Tabel Gumbel Reduced Deviation Sn m 10 0 1 2 3 4 5 6 7 0.9496 0.9676 0.9833 0.9971 1.0095 1.0206 1.0316 1.041 1 20 1.0628 1.0696 1.0754 1.0811 1.0864 1.0915 1.0961 1.100 30 1.1124 1.1159 1.1193 1.1226 1.1255 1.1285 1.1313 4 1.133 9 40 1.1413 1.1436 1.1458 1.1480 1.1499 1.1519 1.1518 1.155 7 50 1.1607 1.1623 1.1638 1.1658 1.1667 1.1681 1.1696 1.170 8 60 0.1747 1.1759 1.1770 1.1782 1.1793 1.1803 1.1814 1.182 4 70 1.1854 1.1863 1.1873 1.1881 1.1890 1.1898 1.1906 1.191 80 1.1938 1.1945 1.1953 1.1959 1.1967 1.1973 1.1980 5 1.198 7 90 1.2007 1.2013 1.202 1.2026 1.2032 1.2039 1.2044 1.204 100 1.2065 9 8 1.049 3 1.104 7 1.136 3 1.157 4 1.172 1 1.183 4 1.192 3 1.199 1 1.205 5 9 1.056 5 1.108 6 1.138 8 1.159 9 1.173 4 1.184 4 1.193 0 1.200 1 1.206 0 C. Intensitas hujan Menurut Dr. Mononobe intensitas hujan ( I ) didalam rumus rasional dapat dihitung dengan rumus :  =  R24 24  3   24  tc  2 Dimana : R24 : Curah hujan rancangan setempat dalam mm tc : lama waktu konsentrasi dalam jam I : intensitas hujan dalam mm/jam Dalam perhitungan nilai R didapat dari hasil akhir pengerjaan gumbel, dan untuk nilai tc ditetapkan dengan nilai 6 jam. DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 6-6 LAPORAN AKHIR 6.2 Analisis Data Perencanaan suatu pekerjaan diperlukan tahapan-tahapan atau metodologi yang jelas untuk menentukan hasil yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan yang ada. Berdasarkan data-data yang diperoleh dan diolah sehingga diketahui sifat dan karakteristik yang ada kemudian dilakukan analisa untuk pemecahan masalah dari data tersebut. Dalam perencanaan drainase perkotan, terdapat dua analisa yaitu analisa hidrologi dan analisa hidrolika. 6.2.1 Analisa Hidrologi Dalam merencanakan saluran air, analisis yang penting perlu ditinjau adalah analisis hidrologi. Analisis hidrologi diperlukan untuk menentukan besarnya debit rencana yang mana debit air rencana akan berpengaruh besar terhadap besarnya debit maksimum maupun kestabilan konstruksi yang akan dibangun. Adapun langkah-langkah dalam analisis hidrologi adalah sebagai berikut: 1. Tentukan wilayah yang akan dikerjakan. 2. Tentukan batas DAS yang ditinjau di peta digital, hitung luas daerah tinjauan. 3. Plot posisi 3 (tiga) stasiun hujan, buat polygon thiessen, hitung luasan pengaruh masing-masing stasiun hujan, ubah dalam bentuk prosen (%). 4. Hitung hujan rata-rata daerah yang ditinjau sepanjang tahun, berdasarkan prosentase luas pengaruh masing-masing stasiun hujan. 5. Tentukan maksimum hujan rata-rata daerah secara bulanan, dan pilih nilai tertinggi tahunan (dari proses tersebut hanya menghasilkan 1 data). 6. Masukkan nilai yang didapat pada tabel data curah hujan rata-rata tahunan yang lain yang telah diberikan, hitung curah hujan rancangan (dengan umbel atau Log-Pearson III). 7. Hitung intensitas hujan (I) dengan rumus : DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 6-7 LAPORAN AKHIR 6.2.2 Menentukan Peta Wilayah Dalam hal ini untuk menentukan Peta Wilayah Rawabangun, Kelurahan Toboali, Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan. Tabel 6.4 No Tabel Luas Wilayah Nama Wilayah 1 Luas Kabupaten Bangka Selatan 2 Luas Satuan 3.607,08 KM2 Luas Kecamatan Toboali 1,460.3 KM2 3 Luas Kelurahan Toboali 201.96 KM2 4 Luas Daerah Drainase Permukiman 85.85 KM2 5 Luas Wilayah Rawabangun 64.20 KM2 6 Luas Wilayah Genangan / Retensi 1 22.377 KM2 7 Luas Wilayah Genangan / Retensi 2 26.502 M2 8 Luas Wilayah Genangan / Retensi 3 50.961 M2 9 Luas Wilayah Genangan / Retensi 4 99.398 M2 1.134,29 M2 10 Luas Wilayah Bendung Tabel 6.5 No Tabel Luas Wilayah Nama Wilayah 1 Kab. Bangka Selatan 2 Kecamatan Toboali 3 Luas Satuan 3,607.08 KM2 281 KM2 Kelurahan Toboali 138.34 KM2 4 Kelurahan Teladan 94.03 KM2 5 Wilayah Rawabangun 6.42 KM2 6 Wilayah Perencanan 0.1 KM2 No Tabel 6.6 Wilayah Perencanaan Tabel Luas Wilayah Perencanaan panjang Lebar Luas (m2) (m) (m) 1 DAS 860.3009 11.17 9,609.56 2 Bangunan Air 12.32923 92 1,134.29 6.2.3 Menentuan hujan rata-rata sepanjang tahun Dari data primer yang di peroleh kita bisa menjabarkan rata – rata curah hujan, berikut adalah data dari BMKG Depati Amir stasiun Pangkal Pinang ; DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 6-8 LAPORAN AKHIR Tabel 6.7 Tabel Curah Hujan Tahun 2009 BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH II STASIUN METEOROLOGI PANGKALPINANG Bandar Udara Depati Amir Telp. : ( 0717 ) 436894 Pangkalpinang Kep. Bangka Belitung Facs. : ( 0717 ) 432060 33171 P.O. BOX 192 DATA CURAH HUJAN HARIAN TAHUN 2009 Tgl. JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGS SEP OKT NOP DES 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 0.0 2.8 28.8 5.2 10.6 25.8 31.0 4.6 0.0 7.0 0.6 11.2 18.2 1.0 1.0 1.4 7.8 0.4 TTU 0.0 0.0 0.0 0.0 24.4 36.2 0.2 30.6 0.0 0.0 0.6 TTU 0.4 TTU 0.0 0.8 0.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 9.8 TTU TTU 8.0 0.0 10.8 0.0 0.0 1.0 0.0 1.8 5.4 4.8 4.6 TTU 2.0 0.0 0.0 TTU 8.5 0.6 5.0 4.6 0.0 2.4 8.0 19.0 1.2 0.8 0.0 64.4 0.0 22.0 25.2 20.0 13.4 35.0 13.0 0.8 47.0 0.0 4.6 35.0 10.2 9.0 0.0 0.0 0.0 20.6 0.6 0.0 0.0 2.0 0.0 9.2 39.6 6.0 0.0 0.0 2.0 0.0 0.0 0.0 10.8 14.2 0.0 0.0 0.0 TTU 0.0 1.0 9.0 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 TTU 0.0 0.0 0.0 35.6 0.0 3.0 TTU 0.0 0.6 0.6 1.8 0.0 0.0 6.4 0.0 0.0 0.0 TTU 6.8 34.5 0.0 6.8 0.0 0.0 32.4 1.2 22.0 2 0.9 27.3 0.2 0.0 0.0 3.4 1.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 25.0 0.0 20.8 14.2 25.0 3.2 10.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 TTU 0.6 0.2 16.1 18.8 0.0 0.0 20.3 0.0 22.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 TTU TTU 10.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.8 18.8 1.1 0.8 0.0 TTU 0.0 0.0 0.0 0.0 35.0 1.2 0.0 TTU 0.0 0.0 1.8 0.0 1.6 0.0 0.0 0.0 0.0 5.4 0.0 23.8 0.0 3.5 0.0 0.0 1.0 27.4 TTU 2.7 3.4 4.7 0.0 2.2 9.0 0.0 6.8 11.4 19.4 TTU 0.0 6.6 TTU 16.4 27.0 15.6 1.4 5.8 TTU 0.0 1.6 0.2 19.4 2.6 0.0 0.0 0.0 5.4 18.2 1.6 0.2 1.2 1.8 4.8 22.6 3.2 0.0 TTU 1.6 1.2 TTU 6.8 4.2 5.2 8.2 TTU 7.8 4.8 53.6 0.2 3.4 10.0 31.2 2.2 0.6 0.0 5.4 JUM 249.4 49.6 370.3 95.2 240.8 129.7 155.6 78.0 11.8 94.8 184.6 205.4 36.2 115.8 41.6 92.0 23 8 9 6 10.8 1.4 29.6 18.6 16 4 6 6 64.4 49.3 193.8 127.2 24 9 8 7 39.6 57.4 27.0 10.8 13 5 4 4 92 53.6 124.8 62.4 21 8 6 7 27.4 50.4 103.2 31.0 24 8 9 7 53.6 59.0 27.2 119.2 28 9 9 10 MAX DAS 1 DAS 2 DAS 3 HH HH 1 HH 2 HH 3 TTU Satuan 0.6 15.8 0.4 6.4 9.5 20.0 0.7 0.2 0.0 8.8 0.0 0.0 8.4 10.7 0.0 92.0 0.4 0.0 4.5 11.3 TTU 4.5 0.0 5.6 18.8 22.2 0.0 0.0 0.0 TTU 35.6 38.6 9.4 81.7 14 3 5 6 27.3 57.2 25.0 73.4 13 7 1 5 22 0.0 35.7 42.3 7 0 5 2 10 0.0 11.0 0.8 5 0 4 1 35 22.5 39.6 32.7 13 5 5 3 : Tidak Terukur (Curah Hujan < 0.1 mm) : milimeter Sumber BMKG Stasiun Pangkal Pinang DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 6-9 LAPORAN AKHIR Tabel 6.8 Tabel Curah Hujan Tahun 2010 BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH II STASIUN METEOROLOGI PANGKALPINANG Bandar Udara Depati Amir Telp. : ( 0717 ) 436894 Pangkalpinang Kep. Bangka Belitung Facs. : ( 0717 ) 432060 33171 P.O. BOX 192 DATA CURAH HUJAN HARIAN TAHUN 2010 Tgl. JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGS SEP OKT NOP DES 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 2.2 11.2 1.4 10.6 1.2 0.0 42.0 55.6 5.4 0.0 0.0 9.6 1.2 14.8 0.0 0.0 0.0 1.2 5.4 2.0 8.2 0.8 25.8 10.8 3.6 4.6 7.6 44.8 0.6 4.2 6.2 21.0 2.0 20.2 14.0 3.4 2.4 14.6 TTU 0.0 0.0 0.0 1.6 0.0 TTU 0.0 0.0 21.4 10.0 1.4 4.4 3.0 46.4 0.0 96.5 8.2 0.0 12.0 6.0 87.0 5.0 4.6 28.0 0.0 0.0 0.0 0.2 8.0 39.4 0.0 0.0 0.0 0.0 19.2 47.4 42.0 0.0 5.2 33.2 26.0 80.0 0.6 1.0 0.8 0.2 0.4 16.0 27.6 0.0 0.0 471.8 1.8 0.4 1.0 62.4 9.2 0.0 2.3 TTU 0.8 4.0 5.8 0.0 32.0 57.6 77.6 1.6 18.2 0.0 0.0 6.1 6.4 0.0 23.0 0.0 2.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.4 17.0 TTU 0.0 14.8 3.6 16.8 11.6 0.0 10.7 0.0 0.0 3.6 TTU TTU 12.4 6.8 0.6 5.0 TTU 0.0 0.0 0.0 11.2 20.4 34.6 3.6 TTU 7.8 3.4 0.0 27.4 2 15.4 0.2 0.6 0.0 2.6 15.8 0.0 0.0 0.0 0.0 TTU 1.2 1.6 0.0 5.0 0.6 9.0 4.4 1.6 0.0 1.2 0.0 0.4 8.0 0.0 0.0 41.1 0.6 2.0 56.4 3.4 0.4 67.3 1.4 0.4 37.8 0.0 33.5 11.4 0.6 0.0 2.2 0.0 9.6 74.2 24.5 18.7 TTU 32.2 1.4 0.0 3.8 0.0 0.0 10.0 0.0 41.5 0.0 TTU 0.0 32.4 5.4 0.0 TTU 4.4 TTU 4.4 27.4 0.4 0.2 0.0 0.0 22.2 2.6 TTU 0.0 3.2 TTU 0.0 2.2 26.6 0.0 2.4 38.4 1.0 TTU 15.0 9.6 6.0 0.0 TTU 13.6 26.2 0.6 0.0 50.0 1.8 0.0 1.8 0.0 0.0 0.0 TTU 0.0 0.0 3.4 0.0 6.2 40.8 0.0 0.0 0.0 4.6 29.1 32.0 0.0 10.2 1.8 49.1 4.4 11.3 57.2 TTU 32.6 TTU 2.0 66.0 5.8 0.0 2.8 3.6 5.6 16.6 40.2 0.0 2.6 36.8 9.0 8.8 0.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.4 52.7 15.6 TTU TTU 0.0 6.2 TTU 24.1 124.7 18.8 TTU 9.4 3.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 4.4 6.0 24.7 5.8 1.2 39.4 0.0 29.8 6.3 2.5 0.0 1.6 18.8 8.9 1.4 TTU 9.5 1.0 0.8 JUM 281.0 288.5 471.8 312.6 183.9 140.7 430.7 203.8 286.9 364.9 342.1 55.6 129.6 34.2 117.2 25 8 6 11 96.5 77.6 38.8 172.1 20 8 6 6 87.0 172.2 147.0 152.6 21 7 5 9 77.6 81.9 198.9 31.8 19 9 7 3 50 94.0 50.4 142.5 19 7 4 8 66 170.0 120.0 74.9 23 9 8 6 124.7 180.0 111.3 50.8 24 7 7 10 MAX DAS 1 DAS 2 DAS 3 HH HH 1 HH 2 HH 3 TTU Satuan 1.2 5.2 3.0 0.0 0.2 0.0 15.4 24.0 0.0 16.8 13.8 1.2 0.0 3.0 5.5 0.2 8.3 1.4 12.4 0.0 24.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.6 0.0 0.0 TTU 0.0 137.4 24.8 49.4 62.6 25.4 19 7 9 3 34.6 74.5 28.4 81.0 22 7 8 7 41.1 64.0 21.8 54.9 21 7 7 7 74.2 212.0 162.0 56.7 22 9 8 5 38.4 74.6 30.2 99.0 23 9 6 8 : Tidak Terukur (Curah Hujan < 0.1 mm) : milimeter Sumber BMKG Stasiun Pangkal Pinang DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 6 - 10 LAPORAN AKHIR Tabel 6.9 Tabel Curah Hujan Tahun 2011 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I PANGKALPINANG Bandar Udara Depati Amir - Bangka, Pangkalpinang Telp : (0717) 436894 Fax : (0717) 432060 P.O.BOX.192 Kode Pos 33171 Email : bmg_pkp@yahoo.co.id DATA CURAH HUJAN HARIAN TAHUN 2011 Tgl. JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGS SEP OKT NOP DES 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 8.2 4.0 14.2 0.0 1.4 1.4 TTU TTU 37.3 1.0 TTU 0.0 TTU 4.4 0.0 4.6 33.0 20.1 22.5 2.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 9.4 64.2 0.0 0.0 0.0 4.1 16.5 1.2 0.0 1.0 9.0 13.4 0.0 10.4 5.6 16.0 4.0 12.2 2.2 2.5 0.3 0.0 0.0 8.2 10.0 27.0 0.4 2.5 83.4 4.0 TTU 64.3 TTU 3.2 2.0 8.5 4.2 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 TTU 8.3 0.0 0.0 0.0 0.0 7.6 0.0 19.8 0.0 1.2 0.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 6.8 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 28.0 0.8 8.4 0.0 0.0 17.3 TTU 1.4 0.0 0.0 9.6 0.0 0.0 0.0 0.0 TTU TTU 20.5 5.4 19.6 TTU TTU 0.0 0.0 0.8 63.5 6.4 0.0 0.0 0.5 23.5 5.3 4.8 6.9 2.1 2.2 1.2 0.0 1.0 14.6 11.2 1.4 8.3 2.2 0.0 29.1 1.2 16 21.1 76.1 25.2 0.0 14.6 0.0 TTU 0.0 1.0 0.0 0.0 59.0 0.0 4.4 0.0 12.2 6.8 20.5 0.0 0.0 1.6 4.3 60.2 30.4 0.0 0.0 4.0 0.0 0.0 17 TTU 6.2 TTU 0.0 0.0 0.0 4.9 0.0 0.0 TTU 41.5 42.1 18 TTU 1.6 0.0 13.7 0.0 15.0 0.0 TTU 7.6 0.0 TTU 19.7 4.6 14.4 0.0 1.8 0.0 19 0.0 0.0 0.0 0.0 42.5 49.4 18.3 20 0.0 6.2 0.0 TTU 22.6 0.0 0.4 0.0 20.2 0.0 39.7 2.0 21 0.5 0.0 3.8 21.0 15.0 0.0 0.0 0.0 0.0 58.4 0.0 TTU 22 35.6 0.0 36.4 0.0 0.4 0.0 11.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.4 23 38.6 15.6 4.0 0.0 14.0 5.9 0.0 0.0 87.0 17.7 0.0 24 1.2 TTU 11.5 5.0 0.0 24.0 28.3 0.0 0.0 0.0 TTU 0.0 13.8 25 8.6 0.0 0.0 2.0 2.8 0.0 18.4 0.0 0.0 TTU 0.0 51.7 26 10.5 0.0 TTU 19.6 7.5 0.0 0.0 0.0 29.6 18.6 0.0 13.3 27 17.6 14.7 28.9 0.4 1.0 0.0 0.0 0.0 TTU 0.0 10.3 28 20.1 13.4 10.2 0.0 6.8 15.6 TTU 0.0 0.0 0.0 53.5 1.0 21.8 29 6.6 4.4 45.8 14.8 57.8 0.0 0.0 0.0 1.2 1.0 6.6 30 19.8 0.0 29.0 TTU 0.5 0.0 0.0 0.0 TTU 48.5 0.0 31 1.0 1.4 0.0 0.0 0.0 4.0 40.4 0.0 24.3 0.0 TTU 0.0 35.0 TTU 61.0 43.6 1.2 0.0 0.0 471.8 JUM MAX DAS 1 DAS 2 DAS 3 HH HH 1 HH 2 HH 3 TTU Satuan 253.1 309.9 228.5 356.2 343.9 271.6 91.1 43.6 78.6 301.9 351.9 268.5 38.6 67.5 25.5 160.1 27 9 7 11 76.1 82.8 183.4 43.7 16 5 7 4 36.4 61.2 66.7 100.6 25 8 8 9 83.4 135.8 97.6 122.8 23 8 8 7 61 112.2 143.6 88.1 23 6 7 10 60.2 83.4 86.6 101.6 15 5 4 6 30.4 12.5 43.3 35.3 10 3 4 3 19.8 21.8 21.8 0.0 5 3 2 0 29.6 0.0 49.0 29.6 4 0 3 1 87 36.7 46.5 218.7 20 5 6 9 63.5 116.2 167.5 68.2 19 8 7 4 51.7 45.4 103.2 119.9 24 9 7 8 : Tidak Terukur (Curah Hujan < 0.1 mm) : milimeter Sumber BMKG Stasiun Pangkal Pinang DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 6 - 11 LAPORAN AKHIR Tabel 6.10 Tabel Curah Hujan Tahun 2012 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I PANGKALPINANG Bandar Udara Depati Amir - Bangka, Pangkalpinang Telp : (0717) 436894 Fax : (0717) 432060 P.O.BOX.192 Kode Pos 33171 Email : bmg_pkp@yahoo.co.id DATA CURAH HUJAN HARIAN TAHUN 2012 Tgl. JAN FEB MAR APR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 9.7 TTU 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 32.1 37.2 9.8 23.7 5.0 13.2 0.0 TTU 11.2 1.4 3.8 8.5 7.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.6 0.0 0.0 0.0 18.0 2.0 8.2 27.8 14.6 108.4 8.3 18.1 7.5 13.1 4.0 9.1 0.0 20.4 2.5 26.3 28.4 0.0 51.2 7.8 26.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 74.0 TTU 9.4 0.6 10.4 0.6 0.0 9.2 TTU 9.3 29.2 2.0 0.0 0.0 13.9 0.0 8.4 8.1 0.7 0.0 0.0 0.0 10.8 28.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.2 17.3 60.7 TTU 1.2 40.0 8.3 471.8 7.1 3.3 1.5 8.0 3.4 6.6 1.3 5.7 TTU 3.4 3.6 0.0 0.0 TTU 22.8 0.0 16.4 0.0 TTU 0.0 9.7 0.0 0.0 21.8 TTU 0.5 0.0 4.0 0.0 7.8 JUM 185.6 466.2 258.3 126.9 108.4 219.1 163.1 84.0 21 10 7 4 60.7 60.7 69.9 127.7 20 7 6 7 MAX DAS 1 DAS 2 DAS 3 HH HH 1 HH 2 HH 3 TTU Satuan 37.2 88.8 74.2 22.6 17 5 9 3 MEI JUNI JULI AGS SEP OKT NOP DES 0.0 15.9 0.0 9.2 20.5 0.3 0.0 0.0 0.6 13.2 0.0 19.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.2 0.5 81.3 0.0 1.4 0.3 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 8.5 1.3 29.6 36.4 0.0 0.0 3.6 0.0 65.0 0.0 6.5 0.5 17.0 10.0 1.1 5.7 0.0 TTU 6.5 TTU 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 TTU 1.4 1.1 0.0 0.0 4.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.4 2.6 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 4.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 14.6 0.0 2.8 0.0 0.0 0.0 0.0 TTU 0.0 0.0 0.0 1.0 1.6 0.0 0.0 5.6 0.0 2.4 5.1 3.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.6 0.0 4.6 3.2 0.5 1.3 13.7 0.0 24.8 1.0 0.0 9.6 0.0 TTU 0.0 0.0 2.2 3.1 0.0 13.3 7.0 2.7 23.5 18.4 0.2 TTU 23.5 TTU 46.4 0.0 TTU 18.3 TTU 6.2 0.4 0.0 0.8 13.0 1.0 TTU 0.9 5.7 6.7 9.6 7.6 4.5 17.5 24.5 18.0 TTU 2.9 17.2 TTU 0.0 0.2 12.0 1.0 10.5 TTU TTU 14.9 7.4 TTU 10.4 6.2 7.0 144.1 165.0 192.7 4.0 13.5 46.1 215.6 199.5 37.9 33.1 8.6 102.4 15 6 4 5 81.3 59.7 103.6 1.7 12 6 4 2 65 144.4 47.3 1.0 16 6 8 2 1.5 0.0 2.5 4 1 0 3 13.8 0.0 0.6 0.4 15.4 TTU 0.0 2.9 0.0 TTU 0.0 0.0 0.0 0.0 8.2 0.0 TTU 0.0 0.4 0.0 TTU 37.9 37.4 0.0 0.0 12.8 0.0 0.0 0.0 14.3 22.8 40.3 42.8 43.8 21 10 5 6 1.5 9.0 4.5 0.0 4 3 1 0 4.5 14.6 17.4 18.8 9.9 13 3 6 4 46.4 50.4 70.4 94.8 23 6 8 9 24.5 45.3 84.8 69.4 29 9 9 11 : Tidak Terukur (Curah Hujan < 0.1 mm) : milimeter Sumber BMKG Stasiun Pangkal Pinang DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 6 - 12 LAPORAN AKHIR Tabel 6.11 Tabel Curah Hujan Tahun 2013 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I PANGKALPINANG Bandar Udara Depati Amir - Bangka, Pangkalpinang Telp : (0717) 436894 Fax : (0717) 432060 P.O.BOX.192 Kode Pos 33171 Email : bmg_pkp@yahoo.co.id DATA CURAH HUJAN HARIAN TAHUN 2013 Hanya Diberikan Kepada : Tgl. JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGS SEP OKT NOP DES 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 4.8 2.0 6.5 7.1 TTU 0.6 1.6 0.8 15.2 9.5 0.0 0.0 TTU 0.8 6.7 0.0 TTU 0.0 3.0 0.4 19.8 39.0 7.5 0.2 17.5 0.0 0.0 1.5 22.6 4.4 31.1 15.5 0.0 0.0 3.8 0.0 6.6 54.3 11.3 141.4 0.0 0.0 24.0 TTU 13.8 1.9 6.7 0.0 1.2 0.3 0.0 5.5 0.0 0.0 0.0 16.5 1.7 TTU 0.0 0.0 0.0 0.0 0.4 6.7 14.3 36.0 0.0 46.9 24.4 23.8 5.2 1.0 0.0 18.1 2.0 25.5 5.3 14.0 0.6 13.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 14.0 0.0 9.8 0.0 0.0 471.8 3.5 0.3 1.0 17.0 0.0 73.4 0.3 0.2 1.4 8.9 16.2 TTU 3.6 0.0 7.6 8.0 0.0 1.4 0.0 0.0 0.0 2.8 TTU 0.0 9.4 16.0 7.9 6.8 0.0 4.4 TTU 6.7 17.8 15.6 0.0 1.0 1.0 0.0 0.5 2.6 0.0 2.8 TTU 0.0 0.0 0.0 15.3 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 42.5 13.0 0.0 0.2 0.2 0.6 4.9 TTU 11.1 TTU 0.0 0.0 7.8 86.8 0.0 4.5 TTU 0.6 TTU 0.0 5.1 0.2 31.0 11.4 0.0 4.7 18.4 0.6 0.5 9.5 0.0 0.0 0.0 23.5 22.8 5.4 9.5 0.0 1.1 3.3 0.0 1.3 51.9 3.6 1.0 1.0 TTU 0.2 0.0 0.0 0.3 TTU 0.0 0.0 6.8 0.0 0.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 TTU 0.0 1.0 3.0 1.0 6.7 5.0 65.7 63.0 0.0 0.2 0.0 34.0 3.0 5.5 0.0 13.2 0.0 TTU 0.1 23.5 0.0 8.2 0.0 0.0 0.0 0.0 1.6 4.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.5 54.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 28.2 1.4 10.0 0.0 0.0 32.7 0.5 2.0 23.7 3.7 TTU 1.0 0.0 0.0 2.8 0.0 0.0 5.6 28.8 1.9 0.0 0.0 TTU 4.4 25.1 0.0 11.5 0.2 35.5 TTU 11.2 0.5 72.8 2.3 0.0 2.7 0.1 7.9 5.0 0.0 0.0 5.8 5.0 0.2 21.0 22.9 9.0 65.4 24.5 2.1 39.2 1.2 TTU 0.4 1.2 0.2 17.2 4.6 40.1 0.0 2.4 25.4 0.0 15.1 0.5 29.3 0.0 1.6 18.0 TTU 0.0 13.8 22.8 5.3 3.0 28.0 10.4 48.4 38.1 4.1 35.9 JUM MAX DAS 1 DAS 2 DAS 3 HH HH 1 HH 2 HH 3 TTU Satuan 202.6 25 39 48.1 10.9 143.6 25 10 6 9 304.5 17 141.4 232.9 47.9 23.7 17 6 7 4 261.0 18 46.9 128.7 95.5 36.8 18 6 9 3 0.0 74.1 29.5 4.7 5.0 27.6 0.0 0.0 21.2 TTU 1.0 0.0 0.0 38.2 1.0 TTU 7.0 2.0 0.0 0.5 3.0 0.3 5.4 4.6 9.5 TTU 1.9 20.0 1.5 0.0 190.1 22 73.4 106.0 36.8 47.3 22 9 6 7 258.0 24 74.1 162.1 49.2 46.7 24 7 7 10 119.9 15 42.5 45.2 18.8 55.9 15 7 4 4 249.4 23 86.8 111.2 52.8 85.4 23 7 8 8 84.5 17 51.9 72.7 7.3 4.5 17 8 5 4 235.1 16 65.7 178.6 50.5 6.0 16 8 6 2 198.3 17 54 56.0 98.5 43.8 17 3 7 7 335.1 24 72.8 76.7 102.5 155.9 24 7 8 9 406.2 27 48.4 104.1 92.3 209.8 27 9 8 10 : Tidak Terukur (Curah Hujan < 0.1 mm) : milimeter Sumber BMKG Stasiun Pangkal Pinang DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 6 - 13 LAPORAN AKHIR Tabel 6.12 Tabel Curah Hujan Tahun 2014 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I PANGKALPINANG Bandar Udara Depati Amir - Bangka, Pangkalpinang Telp : (0717) 436894 Fax : (0717) 432060 P.O.BOX.192 Kode Pos 33171 Email : bmg_pkp@yahoo.co.id DATA CURAH HUJAN HARIAN TAHUN 2014 Hanya Diberikan Kepada : Tgl. JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGS SEP OKT NOP DES 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 4.8 2.0 6.5 7.1 TTU 0.6 1.6 0.8 15.2 9.5 0.0 0.0 TTU 0.8 6.7 0.0 TTU 0.0 3.0 0.4 19.8 39.0 7.5 0.2 17.5 0.0 0.0 1.5 22.6 4.4 31.1 15.5 0.0 0.0 3.8 0.0 6.6 54.3 11.3 141.4 0.0 0.0 24.0 TTU 13.8 1.9 6.7 0.0 1.2 0.3 0.0 5.5 0.0 0.0 0.0 16.5 1.7 TTU 0.0 0.0 0.0 0.0 0.4 6.7 14.3 36.0 0.0 46.9 24.4 23.8 5.2 1.0 0.0 18.1 2.0 25.5 5.3 14.0 0.6 13.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 14.0 0.0 9.8 0.0 0.0 471.8 3.5 0.3 1.0 17.0 0.0 73.4 0.3 0.2 1.4 8.9 16.2 TTU 3.6 0.0 7.6 8.0 0.0 1.4 0.0 0.0 0.0 2.8 TTU 0.0 9.4 16.0 7.9 6.8 0.0 4.4 TTU 6.7 17.8 15.6 0.0 1.0 1.0 0.0 0.5 2.6 0.0 2.8 TTU 0.0 0.0 0.0 15.3 0.7 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 42.5 13.0 0.0 0.2 0.2 0.6 4.9 TTU 11.1 TTU 0.0 0.0 7.8 86.8 0.0 4.5 TTU 0.6 TTU 0.0 5.1 0.2 31.0 11.4 0.0 4.7 18.4 0.6 0.5 9.5 0.0 0.0 0.0 23.5 22.8 5.4 9.5 0.0 1.1 3.3 0.0 1.3 51.9 3.6 1.0 1.0 TTU 0.2 0.0 0.0 0.3 TTU 0.0 0.0 6.8 0.0 0.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 TTU 0.0 1.0 3.0 2.0 6.7 5.0 65.7 63.0 0.0 0.2 0.0 34.0 3.0 5.5 0.0 13.2 0.0 TTU 0.1 23.5 0.0 8.2 0.0 0.0 0.0 0.0 1.6 4.4 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 1.5 54.0 0.0 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 28.2 1.4 10.0 0.0 0.0 32.7 0.5 2.0 23.7 3.7 TTU 1.0 0.0 0.0 2.8 0.0 0.0 5.6 28.8 1.9 0.0 0.0 TTU 4.4 25.1 0.0 11.5 0.2 35.5 TTU 11.2 0.5 72.8 2.3 0.0 2.7 0.1 7.9 5.0 0.0 0.0 7.0 5.0 0.2 21.0 22.9 9.0 65.4 24.5 2.1 39.2 1.2 TTU 0.4 1.2 0.2 17.2 4.6 40.1 0.0 2.4 25.4 0.0 15.1 0.5 29.3 0.0 1.6 18.0 TTU 0.0 13.8 22.8 5.3 7.0 28.0 26.0 48.4 38.1 6.0 40.3 JUM MAX DAS 1 DAS 2 DAS 3 HH HH 1 HH 2 HH 3 TTU Satuan 202.6 25 39 48.1 10.9 143.6 25 10 6 9 304.5 17 141.4 232.9 47.9 23.7 17 6 7 4 261.0 18 46.9 128.7 95.5 36.8 18 6 9 3 0.0 74.1 29.5 4.7 5.0 27.6 0.0 0.0 21.2 TTU 1.0 0.0 0.0 38.2 1.0 TTU 7.0 2.0 0.0 0.5 3.0 0.3 5.4 4.6 9.5 TTU 1.9 20.0 1.5 0.0 190.1 22 73.4 106.0 36.8 47.3 22 9 6 7 258.0 24 74.1 162.1 49.2 46.7 24 7 7 10 119.9 15 42.5 45.2 18.8 55.9 15 7 4 4 249.4 23 86.8 111.2 52.8 85.4 23 7 8 8 84.5 17 51.9 72.7 7.3 4.5 17 8 5 4 236.1 16 65.7 179.6 50.5 6.0 16 8 6 2 198.3 17 54 56.0 98.5 43.8 17 3 7 7 336.3 24 72.8 76.7 102.5 157.1 24 7 8 9 432.1 27 48.4 104.1 92.3 235.7 27 9 8 10 : Tidak Terukur (Curah Hujan < 0.1 mm) : milimeter Sumber BMKG Stasiun Pangkal Pinang DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN KABUPATEN BANGKA SELATAN Laporan Akhir 6 - 14 LAPORAN AKHIR Tabel 6.13 Tabel Curah Hujan Tahun 2015 BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I PANGKALPINANG Bandar Udara Depati Amir - Bangka, Pangkalpinang Telp : (0717) 436894 Fax : (0717) 432060 P.O.BOX.192 Kode Pos 33171 Email : bmg_pkp@yahoo.co.id DATA CURAH HUJAN HARIAN TAHUN 2015 Hanya Diberikan Kepada : Tgl. JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGS SEP OKT NOP DES 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 4.8 2.0 6.5 7