KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
D I R E KTO RAT J E N D E RAL C I PTA KARYA
SATUAN KERJA PENGEMBANGAN AIR MINUM DAN SANITASI
PROVINSI BANGKA BELITUNG
DED DRAINASE
LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
TAHUN ANGGARAN 2016
LAPORAN AKHIR
PRATAMA JAYA Selaras
Architects & Consulting Engineers
Jln. Melati No. 07 Nusa Indah Telp. (0736) 344447 Bengkulu
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
D I R E KTO RAT J E N D E RAL C I PTA KARYA
SATUAN KERJA PENGEMBANGAN AIR MINUM DAN SANITASI
PROVINSI BANGKA BELITUNG
LAPORAN AKHIR
PEMBATAS
KATA PENGANTAR
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
LAPORAN AKHIR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya, sehingga laporan ini dapat kami selesaikan.
Maksud dari penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu Laporan Kami
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan, sehingga pelaksanaan dan penulisan laporan ini dapat berjalan
dengan lancar.
Laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik serta saran yang
membangun masih saya harapkan untuk penyempurnaan Laporan ini.
Sistematika penyusunan laporan pendahuluan kegiatan “DED Drainase Lingkungan
Permukiman Kabupaten Bangka Selatan” ini adalah sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Gambaran Umum Lokasi
Bab 3 Metode sangat teknis
Bab 4. Kriteria Perencanaan Standar PU
Bab 5 Analisa Kawasan genangan dan prioritas penanganan, landasan penentuan
pekerjaan DED
Bab 6 Analisa Hidrologi
Bab 7 Perencanaan DED drainase
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
i-1
LAPORAN AKHIR
Bab 8 Penyusunan RAB
Bab 9 Kesimpulan dan Saran-saran
Toboali, Juni 2016
Malang, 16 Januari
2013
Hormat kami
Tim Penyusun
Penyusun
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
i-2
PEMBATAS
DAFTAR ISI
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
LAPORAN AKHIR
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................
i
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL .........................................................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------------------------------------- 1 - 1
1.1
Latar belakang ------------------------------------------------------------------------------------------------------ 1 - 1
1.2
Maksud dan Tujuan ------------------------------------------------------------------------------------------------ 1 - 3
1.3
Sasaran -------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 1 - 3
1.4
Lingkup Kegiatan --------------------------------------------------------------------------------------------------- 1 - 4
1.5
Pelaporan ------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 1 - 5
1.6
Sistematika Penyusunan ------------------------------------------------------------------------------------------ 1 – 6
BAB II GAMBARAN UMUM -------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 1
2.1.
Geografis, Kondisi Fisik dan Administratif ---------------------------------------------------------------------- 2 - 1
2.1.1. Geografis ------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 2 - 1
2.1.2. Kondisi Fisik --------------------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 3
2.1.2.1.Topografis ---------------------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 3
2.1.2.2.Geohidrologi ------------------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 4
2.2.
Demografi ----------------------------------------------------------------------------------------------------------- 2 – 12
2.3.
Kondisi Perekonomian --------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 14
2.4.
Tata Ruang Wilayah ----------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 17
2.4.1 Rencana Struktur Ruang ------------------------------------------------------------------------------------------ 2 - 17
2.4.2 Rencana Struktur Ruang ------------------------------------------------------------------------------------------ 2 - 26
2.5.
Kondisi Sosial Budaya --------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 28
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
ii - 1
LAPORAN AKHIR
2.5.1 Kondisi Pendidikan ------------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 28
2.5.2 Kesehatan ----------------------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 28
2.5.3 Kondisi Sosial Masyarakat----------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 29
2.6.
Pengelolaan Drainase Lingkungan------------------------------------------------------------------------------- 2 - 32
2.6.1. Kelembagaan ------------------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 32
2.6.2. Sistem dan Cakupan Pelayanan---------------------------------------------------------------------------------- 2 - 35
2.6.3. Kesadaran Masyarakat dan PMJK-------------------------------------------------------------------------------- 2 - 46
2.6.4. Pemetaan Media---------------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 48
2.6.5. Partisipasi Dunia Usaha ------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 51
2.6.6. Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak -------------------------------------------------------------------- 2 - 52
2.7.
Drainase ------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 53
2.8.
Intensitas Curah Hujan -------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 55
2.9.
Definisi Sungai ------------------------------------------------------------------------------------------------------ 2 - 55
2.10. Peranan Sungai ----------------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 56
2.11. Banjir ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 2 - 57
BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI----------------------------------------------------------------------- 3 - 1
3.1.
Pemahaman Dasar Sistem Drainase ---------------------------------------------------------------------------- 3 - 1
3.2.
Kriteria Perencanaan----------------------------------------------------------------------------------------------- 3 - 4
3.3.
Konsep Eko-Hidraulik Dalam Drainase -------------------------------------------------------------------------- 3 - 6
3.3.1 Fungsi Sungai sebagai Saluran Drainase . --------------------------------------------------------------------- 3 - 6
3.3.2 Pelurusan Sungai, Sudetan dan Tanggul ----------------------------------------------------------------------- 3 - 7
3.3.3 Drainase Ramah Lingkungan ------------------------------------------------------------------------------------- 3 - 7
3.3.4 Eko-Engineering dalam Eko-Hidraulik . ------------------------------------------------------------------------- 3 - 10
3.4.
Pendekatan Perencanaan ----------------------------------------------------------------------------------------- 3 - 14
3.4.1. Penataan Ruang ---------------------------------------------------------------------------------------------------- 3 - 15
3.4.2. Pengelolaan DAS --------------------------------------------------------------------------------------------------- 3 - 16
3.4.3. Koordinasi Kelembagaan dan Kebijakan ------------------------------------------------------------------------ 3 - 17
3.5.
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan------------------------------------------------------------------------------ 3 - 18
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
ii - 2
LAPORAN AKHIR
3.5.1. Pekerjaan Pengumpulan Data dan Survey Lapangan -------------------------------------------------------- 3 - 18
3.5.2. Analisis Hidrologi --------------------------------------------------------------------------------------------------- 3 - 19
3.5.3. Analisis Hidraulika -------------------------------------------------------------------------------------------------- 3 - 26
3.5.4. Analisis Dimensi Dan Struktur ------------------------------------------------------------------------------------ 3 - 31
3.5.4.1 Kriteria Saluran ---------------------------------------------------------------------------------------------------- 3 - 31
BAB IV KRITERIA PERENCANAAN STANDAR PU -------------------------------------------------------------- 4 - 1
4.1
Kriteria Perencanaan Standar ------------------------------------------------------------------------------------ 4 - 1
4.2
LANDASAN TEORI Pengertian dan Fungsi Bendung ---------------------------------------------------------- 4 - 2
4.2.1 Definisi Bendung --------------------------------------------------------------------------------------------------- 4 - 8
4.2.2 Maksud Pembangunan Bangunan Bendung ------------------------------------------------------------------- 4 - 9
4.2.3 Bendung Tetap Untuk Irigasi ------------------------------------------------------------------------------------- 4 - 9
BAB V ANALISA KAWASAN GENANGAN DAN PRIORITAS PENANGANAN, LANDASAN PEKERJAAN
DED ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ 5 - 1
5.1
Analisis Kawasan Kecamatan Toboali --------------------------------------------------------------------------- 5 - 1
5.2
Landasan Gerak ---------------------------------------------------------------------------------------------------- 5 - 10
5.2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sanitasi ---------------------------------------------------------------------------- 5 - 10
5.2.1.1 Pengertian Sanitasi ----------------------------------------------------------------------------------------------- 5 - 10
5.2.1.2 Ruang Lingkup Sanitasi ------------------------------------------------------------------------------------------ 5 - 10
5.2.2 Ruang Lingkup Wilayah ------------------------------------------------------------------------------------------- 5 - 11
5.2.3 Visi dan Misi Kabupaten Bangka Selatan dan Tujuan Penataan Ruang ----------------------------------- 5 - 11
5.2.4 Posisi pengelolaan sektor air limbah domestik ---------------------------------------------------------------- 5 - 12
5.2.5 Posisi Pengelolaan Sektor Persampahan ----------------------------------------------------------------------- 5 - 14
5.2.6 Posisi Pengelolaan Sektor Drainase ----------------------------------------------------------------------------- 5 - 12
5.2.7 Posisi Pengelolaan Sektor PHBS --------------------------------------------------------------------------------- 5 - 14
5.3
Analisis Kawasan Kelurahan Toboali ---------------------------------------------------------------------------- 5 - 15
5.4
Analisis Kawasan Kelurahan Teladan --------------------------------------------------------------------------- 5 - 16
BAB VI ANALISA HIDROLOGI---------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 1
6.1
Analisis Hidrologi --------------------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 1
6.1.1 Analisis Hujan ------------------------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 1
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
ii - 3
LAPORAN AKHIR
6.1.2 Analisis Frekuensi ------------------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 2
6.2
Analisis Data -------------------------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 7
6.2.1 Analisa Hidrologi---------------------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 7
6.2.2 Menentukan Peta Wilayah ---------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 8
6.2.3 Menentuan hujan rata-rata sepanjang tahun------------------------------------------------------------------ 6 - 8
6.2.4 Menentuan Hidrologis Bendung---------------------------------------------------------------------------------- 6 - 22
6.3
Kuantitas Sumber Daya Air --------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 28
6.3.1 Curah Hujan Dan Klimatologi------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 29
6.4
Kawasan Prioritas -------------------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 33
6.5
Penanganan Kawasan Prioritas ---------------------------------------------------------------------------------- 6 - 33
6.5.1 Kawasan Jalan Sukadamai ---------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 33
6.5.2 Kawasan Desa Rawabangun ------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 40
BAB VII ANALISA DETAIL ENGINEERING DESAIN------------------------------------------------------------ 7 - 1
7.1.
UMUM ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 1
7.2.
ANALISA HIDROLOGI---------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 1
7.2.1. Analisa Data Hujan Rencana ------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 1
7.2.2. Analisa Debit Banjir Rancangan---------------------------------------------------------------------------------- 7 - 3
7.3.
ANALISA IRIGASI -------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 5
7.3.1. Evapotranspirasi ---------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 6
7.3.2. Analisa Ketersediaan Air ------------------------------------------------------------------------------------------ 7 - 8
7.3.3. Kebutuhan Air Irigasi ---------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 10
7.3.3.1. Penyiapan Lahan ------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 10
7.3.3.2. Penggunaan Konsumtif------------------------------------------------------------------------------------------ 7 - 12
7.3.3.3. Perkolasi dan Infiltrasi ------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 12
7.3.3.4. Penggantian Lapisan Air----------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 12
7.3.3.5. Efisiensi Irigasi---------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 13
7.3.3.6. Hujan Efektif ------------------------------------------------------------------------------------------------------ 7 - 13
7.3.3.7. Waktu Mulai Tanam---------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 13
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
ii - 4
LAPORAN AKHIR
7.3.4. Kesetimbangan Air (Water Balance) ---------------------------------------------------------------------------- 7 - 14
7.4.
ANALISA DEBIT PEMBUANG-------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 15
7.5.
PERENCANAAN TATA AIR (LAY OUT JARINGAN) ------------------------------------------------------------- 7 - 17
7.5.1. Sistem Irigasi ------------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 19
7.5.2. Areal Irigasi --------------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 20
7.5.3. Sumber Air ---------------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 20
7.6.
PERENCANAAN BENDUNG ---------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 26
7.6.1. Posisi Rencana Bendung ------------------------------------------------------------------------------------------ 7 - 27
7.6.2. Elevasi Mercu Bedung --------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 27
7.6.3. Mercu Bendung ----------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 28
7.6.4. Tinggi Banjir di Atas Mercu Bendung --------------------------------------------------------------------------- 7 - 29
7.6.5. Kolam Olakan ------------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 30
7.6.6. Pintu Pengambilan (Intake) -------------------------------------------------------------------------------------- 37 - 1
7.6.7. Pintu Penguras------------------------------------------------------------------------------------------------------ 7 - 32
7.6.8. Perhitungan Lantai Muka------------------------------------------------------------------------------------------ 7 - 34
7.6.9. Kantong Lumpur---------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 34
7.6.10. Data Teknis Bendung--------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 35
7.7.
PERENCANAAN BANGUNAN IRIGASI---------------------------------------------------------------------------- 7 - 36
7.8.
PERENCANAAN SALURAN ----------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 38
7.8.1. Saluran Pembawa -------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 38
7.8.2. Saluran Pembuang ------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 40
BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA--------------------------------------------------------------------------- 8 - 1
8.1
TINJAUAN UMUM -------------------------------------------------------------------------------------------------- 8 - 1
8.2
PERHITUNGAN VOLUME PEKERJAAN --------------------------------------------------------------------------- 8 - 2
8.3
Rekapitulasi --------------------------------------------------------------------------------------------------------- 8 - 3
BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN --------------------------------------------------------------------------------- 9 - 1
9.1
Kesimpulan ---------------------------------------------------------------------------------------------------------- 9 - 1
9.2
Saran ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 9 - 3
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
ii - 5
PEMBATAS
DAFTAR GAMBAR
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
LAPORAN AKHIR
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Orientasi Kabupaten Bangka Selatan Terhadap Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung ...............................................................................................................2 - 2
Gambar 2.2 Peta Kondisi DAS di Kabupaten Bangka Selatan...................................................................2 - 6
Gambar 2.3 Peta Hidrogeologi Kabupaten Bangka Selatan......................................................................2 - 9
Gambar 2.4 Peta Administrasi Kabupaten Bangka Selatan .................................................................... 2 - 11
Gambar 2.5 Peta Distribusi Jumlah Penduduk Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2014............................ 2 - 13
Gambar 2.6 PDRB atas dasar harga berlaku di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2010-2014 .................. 2 - 14
Gambar 2.7 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Bangka Selatan Menurut Lapangan Usaha
Atas Dasar Harga Berlaku................................................................................................ 2 - 15
Gambar 2.8 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bangka Selatan dari Tahun 2010-2014 .................... 2 - 16
Gambar 2.9 Peta Struktur Ruang Kabupaten Bangka Selatan ................................................................ 2 - 25
Gambar 2.10 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Bangka Selatan ...................................................... 2 - 27
Gambar 2.11 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Kepercayaan yang Dianut ...................................... 2 - 30
Gambar 2.12 Distribusi Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Seminggu
yang Lalu menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bangka Selatan ..................................2 - 31
Gambar 2.13 Jumlah Rumah Tinggal yang Mengalami Banjir Berdasarkan Tinggi Air
yang Masuk Kerumah di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012 ..................................... 2 - 46
Gambar 2.14 Persentase Ketersediaan Drainase di Sekitar Tempat Tinggal Rumah Tangga
Tidak Mampu di Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2012 ................................................ 2 - 47
Gambar 2.15 Persentase Pihak yang Menyampaikan Informasi Mengenai Pengelolaan
Drainase Lingkungan di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012 ..................................... 2 - 49
Gambar 2.16 Pihak yang Bekerja Sama Dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan di Wilayah
Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012 ......................................................................... 2 - 50
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
iv - 1
LAPORAN AKHIR
Gambar 3.1 Peta Orientasi Kabupaten Bangka Selatan Terhadap Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ----- 3 - 3
Gambar 3.2 Ilustrasi alur air hujan di rumah -------------------------------------------------------------------------- 3 - 9
Gambar 3.3 Konsep umum pengelolaan DAS -------------------------------------------------------------------------- 3 - 17
Gambar 3.4 Grafik Lengkung Kekerapan Durasi Hujan -------------------------------------------------------------- 3 - 19
Gambar 3.5 Bagan Alir Perhitungan Debit Banjir Rencana ---------------------------------------------------------- 3 - 27
Gambar 3.6 Kerangaka Pikir Penyusnan DED Lingkungan Permukiman Kabupaten Bangka Selatan --------- 3 – 38
Gambar 4.1 Bentuk mercu bending ------------------------------------------------------------------------------------- 4 - 5
Gambar 4.2 Bendung dengan mercu bulat ----------------------------------------------------------------------------- 4 - 5
Gambar 4.3 Penentuan Elevasi Mercu Bendung ----------------------------------------------------------------------- 4 - 15
Gambar 4.4 Bentuk dan Ukuran Mercu Bendung --------------------------------------------------------------------- 4 - 18
Gambar 4.5 Grafik MDO - Direktorat Penyelidikan Masalah Air ----------------------------------------------------- 4 - 19
Gambar 4.6 Bentuk dan Ukuran Peredam Energi Bendung---------------------------------------------------------- 4 - 20
Gambar 4.7 Penampang Memanjang Intake Bendung --------------------------------------------------------------- 4 - 21
Gambar 4.8 Bentuk Denah Pembilas Bendung ------------------------------------------------------------------------ 4 - 23
Gambar 4.9 Parameter Hidraulik di Intake Saluran ------------------------------------------------------------------- 4 - 24
Gambar 4.10 Bentuk dan Ukuran Pondasi Bendung ------------------------------------------------------------------ 4 - 26
Gambar 5.1 Peta Administrasi Bangka Selatan ------------------------------------------------------------------------ 5 - 9
Gambar 5.2 Peta Administrasi Kecamatan Toboali -------------------------------------------------------------------- 5 - 9
Gambar 5.3 Peta Area beresiko sanitasi -------------------------------------------------------------------------------- 5 - 12
Gambar 5.4 Posisi Pengelolaan Sektor Air Limbah Domestik-------------------------------------------------------- 5 - 14
Gambar 5.5 Posisi Pengelolaan Sektor Persampahan ---------------------------------------------------------------- 5 - 11
Gambar 5.6 Posisi Pengelolaan Sektor Drainase ---------------------------------------------------------------------- 5 - 14
Gambar 5.7 Peta Kelurahan Toboali ------------------------------------------------------------------------------------- 5 - 15
Gambar 5.8 Peta Genangan Kelurahan Toboali ----------------------------------------------------------------------- 5 - 15
Gambar 5.9 Dokumentasi Area I Genangan dan ROB ---------------------------------------------------------------- 5 - 14
Gambar 5.10 Dokumentasi Area II dan Area III Genangan Daerah Rawabangun------------------------------- 5 - 15
Gambar 5.11 Peta Genangan Kelurahan Teladan --------------------------------------------------------------------- 5 - 16
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
iv - 2
LAPORAN AKHIR
Gambar 6.1 Peta Curah Hujan Tahun 2015 ---------------------------------------------------------------------------- 6 - 18
Gambar 6.2 Peta Pola Hujan dan Potensi Banjir Bulan Mei Tahun 2016 ------------------------------------------ 6 - 19
Gambar 6.3 Grafik Rerata Klimatologi STA Pangkal Pinang --------------------------------------------------------- 6 - 30
Gambar 6.4 Grafik Perhitungan Debit Andalan F.J. Mock DAS di Kab. Bangka Selatan ------------------------- 6 - 32
Gambar 7.1. Hidrograf Satuan Sintetis Nakayasu Sungai Bangka Ujung ------------------------------------------ 7 -5
Gambar 7.8.Lebar dasar sungai Bangka Ujung ------------------------------------------------------------------------ 7 -27
Gambar 7.9. Sketsa Mercu Bendung ------------------------------------------------------------------------------------ 7 -30
Gambar 7.10. Kolam Olakan ---------------------------------------------------------------------------------------------- 7 -31
Gambar 7.11. Desain Intake ---------------------------------------------------------------------------------------------- 7 -32
Gambar 7.12. Pintu penguras -------------------------------------------------------------------------------------------- 7 -33
Gambar 7.13. Kantong Lumpur ------------------------------------------------------------------------------------------ 7 -35
Gambar 7.14. Sketsa Penampang Saluran Trapesium---------------------------------------------------------------- 7 -38
Gambar 8.1 Peta Situasi --------------------------------------------------------------------------------------------------- 8 - 2
Gambar 8.2 Denah Bangunan Air ---------------------------------------------------------------------------------------- 8 - 2
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
iv - 3
PEMBATAS
DAFTAR TABEL
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
LAPORAN AKHIR
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Bangka Selatan...........................................2 - 4
Tabel 2.2 Nama dan Klasifikasi Sungai Per Kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan ................................2 - 5
Tabel 2.3 Jumlah Kelurahan, Desa dan Dusun / Lingkungan menurut Kecamatan
di Kabupaten Bangka Selatan ............................................................................................ 2 - 10
Tabel 2.4 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Rata-rata Penduduk Per Km2
di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2014.......................................................................... 2 - 13
Tabel 2.5 Klasifikasi Sektor Ekonomi Menurut Lapangan Usaha
di Kabupaten Bangka Selatan ............................................................................................ 2 - 17
Tabel 2.6 Proyeksi Timbulan Sampah Kab. Bangka Selatan Sampai Tahun 2031 ................................... 2 - 23
Tabel 2.7 Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kab. Bangka Selatan Sampai Tahun 2031.............................. 2 - 24
Tabel 2.8 Rencana Pola Ruang Kabupaten Bangka Selatan .................................................................2 - 26
Tabel 2.9 Fasilitas Pendidikan Negeri yang Tersedia di Kabupaten Bangka Selatan ............................... 2 - 28
Tabel 2.10 Jumlah BKIA, Balai Pengobatan, Puskesmas, Pustu dan Apotek Menurut Kecamatan
di Kabupaten Bangka Selatan ............................................................................................ 2 - 29
Tabel 2.11 Jumlah Tempat Ibadah Menurut Kecamatan di Bangka Selatan ............................................ 2 - 31
Tabel 2.12 Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan
Pengelolaan Drainase Lingkungan...................................................................................... 2 - 33
Tabel 2.13 Peta Peraturan Drainase Lingkungan Kabupaten Bangka Selatan .......................................... 2 - 34
Tabel 2.14 Jumlah RT, Dusun Lingkungan, Kondisi dan Pengelolaan Drainase serta Keberadaan
Bangunan Diatas Saluran Menurut Desa/Kelurahan
di Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2012......................................................................... 2 - 36
Tabel 2.15 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungan .................................................. 2 - 38
Tabel 2.16 Sistem Pengelolaan Drainase yang ada di Kabupaten Bangka Selatan ................................... 2 - 39
Tabel 2.17 Banyaknya Genangan Berdasarkan Tinggi, Luas dan Lama Genangan Menurut
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
iii - 1
LAPORAN AKHIR
Desa/Kelurahan di Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2011 ................................................. 2 - 41
Tabel 2.18 Jumlah Rumah Tinggal Berdasarkan Kejadian Banjir Pada Jalan, Lingkungan
atau Rumah Tinggalnya Menurut Desa/Kelurahan di Kabupaten Bangka Selatan
Tahun 2012 .................................................................................................................... 2 - 42
Tabel 2.19 Jumlah Rumah Tinggal Mengalami Kejadian Banjir Masuk Rumah Menurut
Desa/Kelurahan di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012 .................................................. 2 - 44
Tabel 2.20 Kondisi Drainase Lingkungan di Tingkat Kecamatan ............................................................ 2 - 47
Tabel 2.21 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat ...................................................... 47
Tabel 2.22 Media Informasi yang ada di Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2012 ..................................2 - 48
Tabel 2.23 Media Komunikasi Sektor Drainase di Kab. Bangka Selatan Tahun 2012 ................................ 2 - 49
Tabel 2.24 Kegiatan Komunikasi Sektor Drainase di Kab. Selatan Tahun 2012........................................ 2 - 50
Tabel 2.25 Kegiatan Kerjasama yang Dilakukan Dalam Rangka Pengelolaan Drainase
di Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2012......................................................................... 2 - 51
Tabel 2.26 Daftar Mitra Potensial Pengelolaan Drainase di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012............... 51
Tabel 2.27 Daftar Nama Provider, Tahun Operasi dan Jenis Kegiatan
di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012.......................................................................... 2 - 51
Tabel 2.28 Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak dari Subsektor Pengelolaan Drainase
di Kabupaten Bangka Selatan ............................................................................................ 2 - 52
Tabel 3.1 Hubungan Reduksi Data Rata-rata (Yn) dengan Jumlah Data (n) ------------------------------------- 3 - 21
Tabel 3.2 Reduced Standard Deviation (Yn) --------------------------------------------------------------------------- 3 - 21
Tabel 3.3 Faktor Penyimpangan K yang digunakan untuk Sebaran Distribusi Log Pearson Type III. ------ 3 - 22
Tabel 3.4 Variabel Reduksi Gauss---------------------------------------------------------------------------------------- 3 - 24
Tabel 3.5 Y Untuk Distribusi Log Normal 2 Parameter --------------------------------------------------------------- 3 - 25
Tabel 3.6 Koefisien Pengaliran Untuk Berbagai Penggunaan Lahan ----------------------------------------------- 3 - 30
Tabel 3.7 Koefisien kekasaran Manning -------------------------------------------------------------------------------- 3 - 32
Tabel 3.8 Hubungan Antara TinggiJagaan dengan Debit ------------------------------------------------------------ 3 - 34
Tabel 3.9 Bentuk-bentuk Dasar Penampang Saluran, Fungsi dan Lokasinya ------------------------------------- 3 - 35
Tabel 5.1 Akses Masyarakat Terhadap Air Bersih di Indonesia Berdasarkan Berbagai Laporan --------------- 5 - 4
Tabel 5.2 Akses Air Bersih dan Sanitasi di Beberapa Negara ASEAN ---------------------------------------------- 5 - 5
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
iii - 2
LAPORAN AKHIR
Tabel 5.3 Rata-Rata Pengeluaran Tahunan Untuk Sektor Air (dalam milyar rupiah) ---------------------------- 5 - 6
Tabel 5.4 Target Pembangunan Sektor Sanitasi RPJMN 2010-2014 dan RPJMD
Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2011 – 2015 ---------------------------------------------------------- 5 - 7
Tabel 5.5 Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi Menurut Kecamatan
di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2009----------------------------------------------------------------- 5 - 8
Tabel 5.1 Analisa SWOT Sektor Air Limbah Domestik ---------------------------------------------------------------- 5 - 13
Tabel 5.2 Analisa SWOT Sektor Persampahan------------------------------------------------------------------------- 5 - 10
Tabel 5.3 Analisa SWOT Sektor Drainase------------------------------------------------------------------------------- 5 - 12
Tabel 5.4 Analisa SWOT Sektor PHBS----------------------------------------------------------------------------------- 5 - 14
Tabel 5.5 Matriks Kajian Kecamatan Toboali--------------------------------------------------------------------------- 5 - 18
Tabel 5.6 Tabel Luas Wilayah Perencanaan---------------------------------------------------------------------------- 5 - 21
Tabel 5.7 Tabel curah Hujan --------------------------------------------------------------------------------------------- 5 - 21
Tabel 6.1 Tabel Nilai K untuk distribui Log-Pearson III -------------------------------------------------------------- 6 - 3
Tabel 6.2 Tabel Gumbel Reduced Mean Yn --------------------------------------------------------------------------- 6 - 6
Tabel 6.3 Tabel Gumbel Reduced Deviation Sn ---------------------------------------------------------------------- 6 - 6
Tabel 6.4 Tabel Luas Wilayah -------------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 8
Tabel 6.5 Tabel Luas Wilayah -------------------------------------------------------------------------------------------- 6 - 8
Tabel 6.6 Tabel Luas Wilayah Perencanaan---------------------------------------------------------------------------- 6 - 8
Tabel 6.7 Tabel Curah Hujan Tahun 2009------------------------------------------------------------------------------ 6 - 9
Tabel 6.8Tabel Curah Hujan Tahun 2010 ------------------------------------------------------------------------------ 6 - 10
Tabel 6.9 Tabel Curah Hujan Tahun 2011------------------------------------------------------------------------------ 6 - 11
Tabel 6.10 Tabel Curah Hujan Tahun 2012 ---------------------------------------------------------------------------- 6 - 12
Tabel 6.11 Tabel Curah Hujan Tahun 2013 ---------------------------------------------------------------------------- 6 - 13
Tabel 6.12 Tabel Curah Hujan Tahun 2014 ---------------------------------------------------------------------------- 6 - 14
Tabel 6.13 Tabel Curah Hujan Tahun 2015 ---------------------------------------------------------------------------- 6 - 15
Tabel 6.14 Tabel Rata – rata Curah Hujan 6 Tahun Terakhir ------------------------------------------------------- 6 - 16
Tabel 6.15 Jumlah Curah Hujan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2001-2013 (mm)--------------- 6 - 20
Tabel 6.16 Tabel Koordinat Curah Hujan Tahun 2016 --------------------------------------------------------------- 6 - 21
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
iii - 3
LAPORAN AKHIR
Tabel 6.17 Daftar Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Bangka Selatan ------------------------------------------- 6 - 28
Tabel 6.18 Data Klimatologi Stasiun Pangkal Pinang Tahun 2009-------------------------------------------------- 6 - 29
Tabel 6.19 Data Klimatologi Stasiun Pangkal Pinang Tahun 2010-------------------------------------------------- 6 - 29
Tabel 6.20 Data Klimatologi Stasiun Pangkal Pinang Tahun 2011-------------------------------------------------- 6 - 29
Tabel 6.21 Data Klimatologi Stasiun Pangkal Pinang Tahun 2012-------------------------------------------------- 6 - 30
Tabel 6.22 Data Klimatologi Stasiun Pangkal Pinang Tahun 2013-------------------------------------------------- 6 - 30
Tabel 6.23 Data Klimatologi Stasiun Pangkal Pinang Tahun 2014-------------------------------------------------- 6 - 30
Tabel 6.24 Rekapitulasi Perhitungan Debit Andalan F.J. Mock DAS di Kab. Bangka Selatan ------------------- 6 - 31
Tabel 6.25 Debit Eksisting ------------------------------------------------------------------------------------------------ 6 - 34
Tabel 6.26 Debit Eksisting berkala 5 tahun ---------------------------------------------------------------------------- 6 - 35
Tabel 6.27 Debit Eksisting berkala 10 tahun --------------------------------------------------------------------------- 6 - 36
Tabel 6.28 Debit Untuk Dimensi Saluran Sekunder Perbaikan ------------------------------------------------------ 6 - 37
Tabel 6.29 Debit Untuk Dimensi Saluran Primer Perbaikan---------------------------------------------------------- 6 - 37
Tabel 6.30 PERENCANAAN PINTU DAN POMPA BANJIR ------------------------------------------------------------- 6 - 38
Tabel 7.1 Curah Hujan Maksimum--------------------------------------------------------------------------------------- 7 - 3
Tabel 7.2. Hasil Perhitungan Debit Banjir Metode Nakayasu -------------------------------------------------------- 7 -5
Tabel 7.3. Evapotranspirasi Metode Penman Modifikasi ------------------------------------------------------------- 7 -7
Tabel 7.4.Hasil Analisa Ketersediaan Debit Andalan ------------------------------------------------------------------ 7 -10
Tabel 7.7.Rencana Lay-Out Sistem Tata Air Daerah Irigasi Toboali------------------------------------------------ 7 -22
Tabel 7.8. Koefisien Kekasaran Stricler Untuk Desain ---------------------------------------------------------------- 7 -39
Tabel 7.9. Kecepatan Rencana Saluran Tanpa Pasangan ------------------------------------------------------------ 7 -39
Tabel 7.10. Kemiringan Sisi Saluran ------------------------------------------------------------------------------------- 7 -39
Tabel 7.11. Tinggi Jagaan------------------------------------------------------------------------------------------------- 7 -40
Tabel 7.12. Kemiringan Sisi Saluran ------------------------------------------------------------------------------------- 7 -41
Tabel 8.1 Rekapitulasi ----------------------------------------------------------------------------------------------------- 8 - 3
Tabel 8.2 Analisa Harga Satuan ------------------------------------------------------------------------------------------ 8 - 4
Tabel 8.3 Harga Satuan --------------------------------------------------------------------------------------------------- 8 - 8
Tabel 8.4 Upah-------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 8 - 21
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
iii - 4
PEMBATAS
BAB I
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
LAPORAN AKHIR
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup pelaksaan dan substansi, keluaran/output
kegiatan serta sistematika pelaporan pada laporan pendahuluan ini
1.1
Latar belakang
Bangka Selatan dengan ibu kota Toboali merupakan daerah selatan di Pulau Bangka,
Provinsi Bangka Belitung. Daerah ini berbatasan langsung dengan laut. Secara administratif
wilayah Kabupaten Bangka Selatan berbatasan langsung dengan daratan wilayah
kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu :
Selat gaspar di sebelah timur
Selat Bangka di sebelah Barat
Kabupaten Bangka Tengah di sebelah utara
Laut Jawa dan Selat Bangka di sebelah Selatan
Kabupaten Bangka Selatan Memiliki luas 3.607,08 Km2 yang terdiri 8 Kecamatan, 50 Desa
dan 3 Kelurahan. nama nama Kecamatannya yaitu Kecamatan Payung, Kecamatan Simpang
Rimba, Kecamatan Toboali, Kecamatan Air Gegas, Kecamatan Lepar Pongok, Kecamatan
Pulau Besar, dan Kecamatan Tukak Sadai
Kabupaten Bangka Selatan beriklim Tropis Tipe A dengan variasi curah hujan antara 82,1
hingga 372,7 mm tiap bulan, dengan curah hujan terendah pada bulan Juli. Suhu rata-rata
daerah Kabupaten Bangka Selatan berdasarkan data dari Badan Meteorologi dan Geofisika
Stasiun Klimatologi Pangkalpinang menunjukkan variasi antara 25,90 celcius hingga 27,50
celcius. Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 77,0 hingga 86,3 persen.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
1-1
LAPORAN AKHIR
Komoditi unggulan Kabuapaten Bangka Selatan yaitu pertanian, perkebunan, perikanan,
peternakan, dan jasa, sektor pertanian komoditinya adalah jagung, ubi jalar dan ubi kayu,
sektor perkebunan komoditinya adalah kelapa sawit, kerat, kopi, kelapa dan lada, sektor
perikanan komoditinya adalah perikanan tangkap, sektor peternakan komoditinya adalah
sapi, babi, domba, kambing dan kerbau dan sektor jasa komoditinya adalah wisata alam dan
wisata budaya.
a. Dasar Hukum
Permen PU No. 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis : Pembangunan
Drainase Kota;
UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum : Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dijelaskan bahwa “Setiap Warga Negara
Berhak Untuk Mendapatkan Tempat Tinggal Dan Lingkungan Hidup Yang Baik Dan
Sehat”;
Rapermen PU Air Limbah tahun 2014 : Perencanaan Drainase dan sistem Drainase
Permukiman dan Air Limbah.
b. Gambaran Umum
Ketersediaan infrastruktur yang memadai dan berkesinambungan merupakan
kebutuhan mendesak untuk mendukung pelaksanaan pembangunan nasional.
Drainase merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat diperlukan dalam
meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah
khususnya
lingkungan
permukiman
penduduk.
Untuk
mendukung
tujuan
pembangunan drainase di lingkungan permukiman dan terciptanya pengelolaan dan
pelayanan drainase yang berkualitas dan meningkatnya efisiensi dan cakupan
pelayanan drainase di lingkungan permukiman penduduk, maka diperlukan suatu
langkah sistematis dalam menjamin kuantitas dan kualitas konstruksi yang akan
dibangun sesuai dengan kriteria standar yang telah ditentukan dan dokumen
perencanaan yang akan disusun.
Permen PU No. 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis : Pembangunan Drainase
Kota. Konsistensi jaminan tersebut dilandasi dengan selalu mengutamakan manfaat
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
1-2
LAPORAN AKHIR
bagi masyarakat dan pemenuhan terhadap pelaksanaan program pemerintah. Di ikuti
dengan RAPERMEN AL Drainase Tahun 2014 yang menyebutkan perencanaan
Drainase Permukiman.
Untuk mendukung dasar pemikiran tersebut diperlukan kegiatan DED sehingga
keluaran hasil perencanaan untuk pelaksanaan pembangunan infrastruktur drainase.
Diharapkan hasil perencanaan tersebut dapat memenuhi syarat spesifikasi teknis
prasarana dan sarana drainase yang mencakup pada masa persiapan pelaksanaan,
pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan pembangunan.
c.
Alasan Kegiatan Dilaksanakan
Alasan kegiatan DED dilaksanakan adalah untuk mendapatkan keluaran hasil perencanaan
pembangunan drainase lingkungan permukiman yang memenuhi syarat spesifikasi teknis
prasarana dan sarana drainase yang mencakup pada masa persiapan pelaksanaan,
pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan pembangunan.
Untuk itu Satuan Kerja Pengembangan Air Minum dan Sanitasi Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung pada Tahun Anggaran 2016 menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan DED
Drainase Lingkungan Permukiman Kabupaten Bangka Selatan.
1.2
Maksud dan Tujuan
Maksud dari kegiatan DED drainase lingkungan permukiman ini adalah untuk terciptanya
perencanaan drainase lingkungan yang sistematis dan diharapkan mampu mengatasi banjir
dilingkungan permukiman penduduk.
Tujuan kegiatan adalah agar sistem drainase lingkungan permukiman yang direncanakan
mampu mengurangi daerah genangan dan juga mengurangi daerah rawan banjir yang
diakibatkan oleh sistem drainase yang buruk atau lingkungan permukiman yang belum
tersedia drainase.
1.3
Sasaran
Tersedianya jasa konsultan perencana dalam proses perencanaan DED yang dapat
dipertanggungjawabkan dengan biaya wajar sehingga dapat melaksanakan pekerjaan DED
Drainase Lingkungan Permukiman dan mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
1-3
LAPORAN AKHIR
1.4
Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a. Lingkup Kegiatan Umum
Mengadakan survei kondisi lapangan yang sebenarnya untuk dapat mengetahui
daerah rawan banjir dan memperkirakan kawasan yang terkena genangan banjir.
Mencari/meneliti penyebab genangan banjir dari kondisi geografis kota dan kondisi
fisik saluran drainase kota.
Melakukan koordinasi secara intensif kegiatan perencanaan sistem DED Drainase
kepada instansi terkait khususnya Pemerintah Daerah agar nantinya perencanaan
yang sudah dibuat dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.
b. Lingkup Kegiatan Spesifik
Pengidentifikasikan peraturan dan kebijakan dalam pembangunan drainase
Pengambilan data primer dan sekunder berupa:
Data Klimatologi (hujan, kelembaban, suhu, penyinaran matahari);
Data hidrologi (tinggi muka air, debit sungai, laju sedimentasi, pengaruh air balik,
peil banjir, karakteristik daerah aliran);
Data sistem drainase (kuantitatif banjir/genangan berikut permasalahannya, hasil
rencana);
Data peta (peta dasar, peta sistem drainase, sistem jaringan jalan yang ada, peta
tata guna lahan, peta topografi skala 1:5.000 sampai dengan 1:50.000 yang
disesuaikan dengan tipologi kota, peta kontur);
Data kependudukan (jumlah penduduk, kepadatan penduduk, laju pertumbuhan
penduduk, penyebaran penduduk, kepadatan bangunan, prasarana dan fasilitas
kota yang ada dan rencana, sosial ekonomi);
Data tanah (morfologi, sifat tanah dan penurunan muka tanah);
Data lain-lain (rencana pengembangan kota, pembiayaan, institusi/kelembagaan,
dan peran serta masyarakat);
Menyusun kondisi sistem drainase seperti pola aliran, dimensi saluran, gambar dan
bentuk penampang saluran, permasalah utama yang terjadi pada masing-masing
saluran;
Membuat
peta
genangan
termasuk
didalamnya
penyebab,
besaran
kerusakan/kerugian, luas, tinggi, lama, frekuensi dan waktu kejadian genangan;
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
1-4
LAPORAN AKHIR
Melakukan analisa kondisi terhadap sistem drainase;
Melakukan analisa kebutuhan seperti rencana alur saluran, kala ulang masingmasing saluran, debit rencana serta analisa perbedaan antara kebutuhan dan kondisi
yang ada;
Melakukan usulan prioritas berdasarkan pembobotan dan rangking serta menyusun
kegiatan jangka pendek, menengah dan panjang;
Menyusun usulan biaya termasuk didalamnya biaya pembangunan, penyediaan
lahan, operasi dan pemeliharaan;
Memberikan rekomendasi baik secara struktural dan non struktural yang mendetil
dan dapat dipertanggungjawabkan;
Nota perhitungan sebagai kumpulan dari hasil analisis hidrologi, analisis hidrolika,
analisis struktur, kriteria-kriteria yang digunakan dan catatan lain yang dianggap
perlu;
Dokumen pelelangan seperti dokumen prakualifikasi, undangan, instruksi peserta
lelang, bentuk penawaran, bentuk jaminan, syarat teknis, syarat umum, syarat
administrasi dan gambar desain perencanaan;
1.5
Pelaporan
Metode pelaksanaan kegiatan ini melalui tahapan kegiatan yang disajikan dalam bentuk
buku:
Laporan Pendahuluan, berisikan tentang metode dan rencana kerja konsultan
dalam penyelesaian pekerjaan, sebanyak 10 eksemplar dan diserahkan 15 hari
setelah menerima SPK (Surat Perintah Kerja).
Konsep Laporan Akhir, berisikan kriteria perencanaan dan konsep perencanaan
secara keseluruhan, dibuat sebanyak
10 eksemplar dan diserahkan 90 hari
menerima SPK (Surat Perintah Kerja).
Laporan Akhir, berisikan seluruh hasil kegiatan penyusunan perencanaan DED
sebanyak 10 eksemplar disertai dengan CD yang berisikan semua file sebanyak 5
buah dan telah didiskusikan serta disetujui oleh tim teknis dan pihak terkait.
Laporan Akhir diserahkan kepada pengguna jasa 30 hari setelah penyerahan
Konsep Laporan Akhir.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
1-5
LAPORAN AKHIR
1.6
Sistematika Penyusunan
Sistematika penyusunan laporan pendahuluan kegiatan “DED Drainase Lingkungan
Permukiman Kabupaten Bangka Selatan” ini adalah sebagai berikut:
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Gambaran Umum Lokasi
Bab 3 Metode sangat teknis ( tidak perlu ada pendekatan )
Bab 4. Kriteria Perencanaan Standar PU
Bab 5 Analisa Kawasan genangan dan prioritas penanganan, landasan penentuan
pekerjaan DED
Bab 6 Analisa Hidrologi
Bab 7 Perencanaan DED drainase
Bab 8 Penyusunan RAB
Bab 9 Kesimpulan dan Saran-saran
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
1-6
PEMBATAS
BAB II
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
LAPORAN AKHIR
BAB II
GAMBARAN UMUM
Berisikan Tentang Gambaran Umum Wilayah Studi Mulai Dari Makro Sampai Mikro, Yaitu Mulai Dari Wilayah Provinsi, Kabupaten,
serta wilayah kajian yang dijelaskan secara gambaran umum
2.1.
Geografis, Kondisi Fisik dan Administratif
2.1.1. Geografis
Secara geografis Kabupaten Bangka Selatan terletak pada 2° 26' 27" sampai 3° 5' 56"
Lintang Selatan dan 107° 14' 31" sampai 105° 53' 09" Bujur Timur. Wilayah Kabupaten
Bangka Selatan memiliki luas lebih kurang 3.607,08 KM2 atau 360.708 Ha. Secara
administratif wilayah Kabupaten Bangka Selatan berbatasan langsung dengan daratan
wilayah kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan batas-batas
administrasi wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara
: Kabupaten Bangka Tengah
Sebelah Timur
: Selat Gaspar Di sebelah Barat dan Selatan
Sebelah Barat
: Selat Bangka dan Laut Jawa
Sebelah Selatan
: Laut Jawa
Kabupaten Bangka Selatan Memiliki luas 3.607,08 Km2 yang terdiri 8 Kecamatan, 50 Desa
dan 3 Kelurahan. nama nama Kecamatannya yaitu Kecamatan Payung, Kecamatan Simpang
Rimba, Kecamatan Toboali, Kecamatan Air Gegas, Kecamatan Lepar Pongok, Kecamatan
Pulau Besar, dan Kecamatan Tukak Sadai
Kabupaten Bangka Selatan beriklim Tropis Tipe A dengan variasi curah hujan antara 82,1
hingga 372,7 mm tiap bulan, dengan curah hujan terendah pada bulan Juli. Suhu rata-rata
daerah Kabupaten Bangka Selatan berdasarkan data dari Badan Meteorologi dan Geofisika
Stasiun Klimatologi Pangkalpinang menunjukkan variasi antara 25,90 celcius hingga 27,50
celcius. Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 77,0 hingga 86,3 persen.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2-1
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.1
Peta Orientasi Kabupaten Bangka Selatan Terhadap Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2-2
LAPORAN AKHIR
2.1.2. Kondisi Fisik
2.1.2.1. Topografis
Wilayah Kabupaten Bangka Selatan berada pada ketinggian rata-rata 28 meter di atas
permukaan laut (DPL) dengan kontur wilayah yang datar dan bergelombang. Hanya
sebagian kecil saja wilayah Bangka Selatan yang berbukit. Secara umum kondisi
topografis di kabupaten ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:
1. Dataran dengan kemiringan 0o-2o
Dataran dengan kemiringan 0o-2o terletak pada dataran rendah sekitar pantai di
bagian utara Kabupaten Bangka Selatan yaitu Bangka Kota bagian barat, bagian
timur Kabupaten Bangka Selatan disebelah selatan yang berbatasan dengan laut
dari Desa Gudang, Desa Batu Betumpang dan Desa Serdang. Selain itu, daerah
dengan 0o-2o juga terdapat pada dataran sungai-sungai utama yang memiliki
tingkat erosi lateral yang tinggi dengan morfologi pedataran. Terutama terdapat di
tenggara Brunuk, Sungai Ulin mulai dari hulu di Tuwik sampai bagian barat
Kerunding, Sungai Bangkaujung mulai dari hulu dibagian barat Pinang sampai
bagian barat Kelubi, Air Pelawan mulai dari hulu di bagian timur Jelutung sampai
bagian timur Malumut.
2. Dataran dengan kemiringan 2o-7o
Sebagian besar dataran dengan kemiringan 2o-7o tersebar merata pada setiap
daerah di Kabupaten Bangka Selatan terutama terletak dibagian utara dan selatan
Kabupaten Bangka Selatan.
3. Dataran dengan kemiringan 7o-15o
Daerah dengan kemiringan 7o-15o merupakan daerah daerah dengan morfologi
perbukitan terletak pada bagian utara Kabupaten Bangka Selatan di Bukit Nangka,
Bukit Batang, Bukit Murup, Bukit Burang, Bukit Mudung, Bukit Gebang, Gunung
Gebang, Gunung Neneh, Bukit Gunung Berah, Bukit Terubuk Manawar, Bukit
Keledang dan Bukit Tebas. Pada bagian selatan Kabupaten Bangka Selatan terletak
di Bukit Gunung, Gunung Toboali, Gunung Muntai, Gunung Namak dan Daerah
Tanjung Baginda serta Tanjung Ru. Sedangkan di Pulau Lepar terdapat di Bukit
Modiuk serta sekitar Tanjung Merun dan Tanjung Labu.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2-3
LAPORAN AKHIR
2.1.2.2. Geohidrologi
1. Air Permukaan
Kabupaten Bangka Selatan dilalui oleh beberapa sungai besar dan anak-anak sungai
yang membelah wilayah kabupaten menjadi beberapa wilayah DAS (Daerah Aliran
Sungai). Wilayah DAS yang terdapat di Kabupaten Bangka Selatan ini adalah:
a. DAS Bantel, terletak sebagian besar di Kelurahan Toboali dan Desa Tukak
Kecamatan Tukak Sadai. DAS ini berupa hutan non mangrove seluas 5.940 Ha
dan lahan terbuka 2.293 Ha.
b. DAS Kepoh, terletak bagian timur Kabupaten Bangka Selatan. DAS ini terdiri
dari 9.455 Ha hutan non mangrove, 5.454 Ha lahan terbuka, 509 Ha lahan
terbuka recharge area (area imbuhan), 26 Ha kolong recharge area.
c. DAS Nyirih, terletak di bagian timur wilayah Kabupaten Bangka Selatan yang
terdiri dari hutan non mangrove 42.040 Ha, lahan terbuka 9.023 Ha, lahan
terbuka recharge area 1.641 Ha.
d. DAS Kurau, terletak dibagian utara wilayah Kabupaten Bangka Selatan, DAS ini
terdiri dari kawasan hutan non mangrove 23.224 Ha, areal terbuka 10.217 Ha
lahan terbuka recharge area 3.110 Ha dan kolong recharge area 285 Ha.
e. DAS Bangka Kota, terletak disebelah barat wilayah Kabupaten Bangka Selatan,
wilayah DAS ini hanya sebagian kecil saja yang masuk kedalam wilayah
administrasi Kabupaten Bangka Selatan. DAS ini terdiri dari Hutan non mangrove
24.935 Ha, lahan terbuka recharge area 320 Ha dan kolong recharge area 38 Ha.
Tabel 2.1
Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Bangka Selatan
Nama DAS
Luas (Km2)
Debit (M3/dtk)
DAS BANTEL
151,39
63,13
DAS KEPOH
484,71
202,12
DAS NYIRIH
527,04
219,78
DAS KURAU
657,69
274,26
DAS BANGKA KOTA
629,14
262,35
Sumber: DPU Pengairan Kab. Bangka Selatan, 2012
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2-4
LAPORAN AKHIR
Berikut ini merupakan tabel klasifikasi sungai perkecamatan di Kabupaten Bangka Selatan:
Tabel 2.2
Nama dan Klasifikasi Sungai Per Kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan
1
Toboali
Sungai
Utama
Sungai Bantel
2
Air Gegas
Sungai Kepuh
S.
S.
S.
S.
3
Payung
Sungai Kurau
4
Simpang Rimba
Sungai
Bangkakota
S. Jambu
S.Ulir
S. Bakanjung
S.
Pangkalbulih
S. Babuair
S. Kabal
S. Kambuh
S. Sembilang
Besa
S.Sembilang
Kecil
S. Balar
S. Tambak
S. Londong
No.
Kecamatan
Sungai
Sekunder
S. Gosong
S. Kepuh
S. Serdang
S. Bikang
S. Keriak
Nyirih
Lilin
Bedug
Garut
Sungai Tersier
Air Keladang
Air Jelemu
Airn Tarum Besar
Air Medang
Air Tanggar
Air
Air
Air
Air
Air
Lesung Ringga
Kalen
Duren
Kuning
Pumpung
Air
Air
Air
Air
Air
Air
Air
Air
Air
Kambing
Ketutu
Dekat
Sabut
Pinang
Nyireh
Kemis
Batang
Jering
Air
Air
Air
Air
Air
Air
Air
Air
Sabut
Rajung
Pering
Lesungringa
Regas
Nudur
Jelemu
Pinang
Air
Air
Air
Air
Idik
Pelawan
Parungkep
Baru
Air Palas
Air Kurau
Air Pering
Air Rinduk
Air Upang
Air Pemancingan
Air Aras
Air Bunut
Sumber: RTRW Kabupaten Bangka Selatan 2011-2031
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2-5
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.2
Peta Kondisi DAS di Kabupaten Bangka Selatan
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2-6
LAPORAN AKHIR
2. Air Tanah
Kabupaten Bangka Selatan mempunyai 3 (tiga) jenis sistem akuifer berdasarkan kriteria
komposisi litologi batuan dan kelulusan air serta kriteria keterdapatan air tanah dan
produktifitas akuifernya yaitu :
a.
Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir.
Akuifer dengan produktifitas sedang.
Akuifer dengan keterusan rendah sampai sedang mempunyai kedalaman muka air
tanah beragam, umumnya kurang dari 2 meter, dengan debit sumur kurang dari 5
liter/detik. Air tanah umumnya bersifat asam (PH < 6,5). Di daerah pantai sebagian
airnya bersifat payau atau asin diakibatkan pengaruh intrusi air laut sehingga tidak
dapat dipakai untuk air minum ataupun irigasi.
Akuifer dengan produktifitas terbatas.
Pada wilayah ini umumnya akuifer tidak menerus, tipis dan rendah keterusannya.
Kedalaman muka air tanah kurang dari 3 meter, dengan debit sumur kurang dari 5
liter/detik. Air umumnya bersifat asam (PH <6,5). Sebagian di daerah pantai, air
tanah bersifat payau atau asin akibat pengaruh intrusi air laut.
b.
Akuifer dengan melalui celahan dan ruang antar butir.
Akuifer dengan keterusan sangat beragam, kedalaman muka air tanah beragam
umumnya kurang dari 3 meter.
Debit sumur kurang dari 5 liter/detik dengan PH
bersifat asam (<6,5). Sebaran akuifer ini meliputi wilayah setempat produktif di sekitar
Lesat.
c.
Akuifer bercelah atau sarang dengan produktifitas kecil.
Akuifer produktifitas kecil setempat berarti.
Pada akuifer ini umumnya mempunyai keterusan rendah, setempat pada yang lemah dapat
dijumpai mata air dengan debit kecil (< 2 liter/detik). Air tanah dangkal dengan jumlah
terbatas dapat diperoleh di daerah lembah perbukitan, zona pelapukan dan rekahan batuan
padu. Wilayah ini meliputi daerah morfologi perbukitan yang disusun batuan sedimen padu,
batuan metamorf dan batuan beku, air tanah umumnya bersifat asam (PH<6,5).
Air tanah langka.
Pada daerah ini air tanah langka dan sulit dijumpai kecuali pada zona rekahan batuan
yang pada umumnya muncul sebagai mata air. Penyebarannya meliputi daerah
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2-7
LAPORAN AKHIR
morfologi perbukitan yang disusun batuan sedimen padu, batuan metamorf dan batuan
beku, air tanah umumnya bersifat asam (PH<6,5).
Daerah yang mempunyai ketersediaan air yang cukup terdapat pada daerah satuan aluvium,
akan tetapi secara kualitatif tidak semua air pada aluvium layak diminum. Hanya pada
aluvium sungai dan pantai yang dapat diminum. Daerah permukiman yang berkembang
pada satuan aluvium antara lain seperti Serdang, Air Gegas, Delas, Pangkalan Buluh, Batu
Betumpang, Bangka Kota, Kumbang. Kota-kota dan permukiman berkembang pada Formasi
Tanjung Genting dengan litologi batupasir antara lain Toboali, Tukak, Gadung, Bikang, Air
Bara, Pasu, Nyelanding, Bedengung, Payung, Malik, Ranggung, Jelutung, Gudang, Penutuk,
Tanjung Sangkar dan Tanjung Labu. Gambaran mengenai Kondisi Geohidrogi dapat dilihat
pada Gambar 2.4.
3. Keadaan Iklim
Kabupaten Bangka Selatan beriklim Tropis Tipe A dengan variasi curah hujan antara 0,8
hingga 311 mm untuk tahun 2014 dengan curah hujan terendah pada bulan September.
Suhu rata-rata daerah Kabupaten Bangka Selatan berdasarkan data dari Badan Meteorologi
dan Geofisika Stasiun Klimatologi Pangkalpinang menunjukkan variasi antara 23,10 o Celcius
hingga 32,70o Celcius. Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 70 hingga 86 persen
pada tahun 2014. Sementara, intensitas penyinaran matahari pada tahun 2014 rata-rata
bervariasi antara 21,9 hingga 85,3 persen dan tekanan udara antara 1009,7 mb hingga
1012,1 mb.
2.1.3. Kondisi Administratif
Kabupaten Bangka Selatan merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang
merupakan bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang pembentukannya
berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka
Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat, dan Kabupaten Belitung Timur
di Provinsi.
Kepulauan Bangka Belitung. Kabupaten Bangka Selatan yang merupakan Kabupaten baru
hasil pemekaran dari Kabupaten Bangka yang terletak di bagian Selatan Pulau Bangka
dengan luas wilayah ± 3.607,08 Km2 atau 360.708 Ha.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2-8
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.3
Peta Hidrogeologi Kabupaten Bangka Selatan
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2-9
LAPORAN AKHIR
Secara administratif wilayah Kabupaten Bangka Selatan berbatasan langsung dengan
daratan wilayah kabupaten/kota lainnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu
dengan wilayah Kabupaten Bangka Tengah.
Kabupaten Bangka Selatan terdiri dari 8
Kecamatan, 3 kelurahan dan 50 desa serta didukung 204 dusun/ lingkungan. Ketujuh
kecamatan yaitu Kecamatan Simpang Rimba, Payung, Air Gegas, Toboali, Lepar Pongok,
Kecamatan Pulau Besar dan Tukak Sadai. Secara lengkap, pembagian wilayah
administratif Kabupaten Bangka Selatan diuraikan dalam Tabel 2.3.
Tabel 2.3
Kecamatan
Toboali
Jumlah Kelurahan, Desa dan Dusun / Lingkungan menurut Kecamatan
di Kabupaten Bangka Selatan
Luas Wilayah
Dusun/
Kelurahan Desa Jlh
Lingkungan
(Km2)
(% thd Total)
3
8
11
38
1.460.340
40 %
Air Gegas
10
10
46
853.635
24 %
Payung
9
9
31
372.950
10 %
Simpang Rimba
Lepar Pongok
7
4
7
4
32
12
362.310
172.313
10 %
5%
Tukak Sadai
5
5
7
126.000
3%
Pulau Besar
5
5
19
169.873
5%
Kepulauan
Pongok
Bangka Selatan
2
2
12
89.670
2%
50
53
204
3
3.607,08
100 %
Sumber: Bangka Selatan Dalam Angka, 2015
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 10
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.4
Peta Administrasi Kabupaten Bangka Selatan
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 11
LAPORAN AKHIR
2.2.
Demografi
Kondisi demografi suatu wilayah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses
pembangunan. Hal tersebut disebabkan penduduk merupakan objek sekaligus subjek
pembangunan yang senantiasa terkait dengan setiap kebijakan pemerintah. Adanya data
kependudukan yang benar, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, diharapkan akan
memperbesar tingkat keberhasilan kebijakan pembangunan suatu wilayah.
1.
Pertumbuhan dan Proyeksi Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2014 sebesar 189.492 jiwa,
terdiri dari 98.304 jiwa laki-laki dan 91.188 jiwa perempuan. Rasio jenis kelamin tahun
yang sama sebesar 108, artinya pada tahun 2011 untuk setiap 208 penduduk di
Kabupaten Bangka Selatan terdapat 100 penduduk perempuan dan 108 penduduk
laki-laki. Diantara kedelapan kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bangka Selatan,
Kecamatan Toboali mempunyai jumlah penduduk terbanyak dengan daerah terluas,
yaitu 73.001 jiwa dan 1.460,34 km2. Sedangkan Kecamatan yang jumlah penduduk
paling rendah adalah Kecamatan Kepulauan Pongok dengan jumlah penduduknya
2
4.729 jiwa dengan luas 89,67 km . Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangka
Selatan dilihat dari perkembangan indikator ekonomi makro tahun 2010, melalui
PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) dengan migas dan nonmigas mengalami
peningkatan sebesar 6,12 persen atau Rp 2.690.387 dibandingkan tahun 2009
hanya sebesar Rp 2.403.747. Sedangkan laju pertumbuhan PDRB atas dasar
harga konstan (ADHK) menurut lapangan usaha di Bangka Selatan, semuanya
menunjukan peningkatan yang signifikan. Hampir semua sektor usaha, kecuali
sektor bangunan yang hanya sebesar 9,8 persen dan sektor jasa 7,75 persen,
dibandingkan tahun 2009 sebesar 10,11 persen. Sementara itu, PDRB atas dasar
harga konstan menurut lapangan usaha, pada tahun 2009 dan 2010 masing,
sektor pertanian 4,41 persen naik 5,22 persen, pertambangan dan energi dari
2,35 persen, tahun 2010 meningkat menjadi 4,33 persen, Industri pengolahan dari
2,00 persen naik menjadi 4,37 persen, listrik, gas dan air bersih 4,85 persen
menjadi 21,68 persen. Untuk sektor perdagangan hotel dan restoran dari 4, 96
persen naik menjadi 8,67 persen, transportasi dan komunikasi
3,39 persen
menjadi 5,48 persen, keuangan persewaan dan perusahaan 5,93 persen menjadi
7,74 persen.
Berikut merupakan tabel perkembangan dan pertumbuhan jumlah penduduk
Kabupaten Bangka Selatan pada Tahun 2014:
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 12
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.4
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Rata-rata Penduduk Per Km2 di
Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2014
Luas
Rata-rata
Kecamatan
Wilayah
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
penduduk per
(Km2)
Km2
Payung
372,95
10.480
9.740
20.220
54
Pulau Besar
169,87
4.472
3.893
8.365
49
Simpang Rimba
362,30
11.801
11.045
22.846
63
1.460,34
37.717
35.284
73.001
50
Tukak Sadai
126,00
6.015
5.505
11.520
91
Air Gegas
853,64
21.45
19.894
41.352
48
Lepar Pongok
172,31
3.892
3.567
7.459
43
89,67
2.469
2.260
4.729
53
3.607,08
98.304
91.188
189.492
53
Toboali
Kepulauan Pongok
Total
Sumber : Bangka Selatan Dalam Angka 2014.
Berdasarkan distribusi jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Bangka Selatan, kecamatan
dengan distribusi penduduk yang terbesar berada di Kecamatan Toboali (37%) dan
distribusi penduduk terendah berada di Kecamatan Kepulauan Pongok (5%).
Gambar 2.5
Peta Distribusi Jumlah Penduduk Kabupaten Bangka Selatan
Tahun 2014
Sumber: Bangka Selatan dalam Angka 2014, Diolah.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 13
LAPORAN AKHIR
2.3.
Kondisi Perekonomian
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk
mengetahui kondisi perekonomian di suatu wilayah dalam satu periode tertentu, biasanya
satu tahun. PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh
seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu. PDRB atas dasar harga berlaku
menggambarkan nilai tambah bruto barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi berdasarkan harga pada setiap tahun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan
berdasarkan harga pada tahun dasar, dalam hal ini tahun 2010.
Pada tahun 2014, PDRB atas dasar harga berlaku di Kabupaten Bangka Selatan dengan
migas sebesar 6.429.776 juta rupiah. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya
menunjukkan peningkatan dimana pada tahun 2013 PDRB atas dasar harga berlaku dengan
migas sebesar 5.820.036 juta rupiah. Demikian juga, PDRB atas dasar harga konstan 2010
baik dengan migas maupun tanpa migas pada tahun 2014 menunjukkan peningkatan.
Gambar 2.6 PDRB atas dasar harga berlaku di Kabupaten Bangka Selatan
Tahun 2010-2014
Sumber: Bangka Selatan dalam Angka 2015
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 14
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.7
Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Bangka Selatan Menurut Lapangan
Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
Lapangan Usaha
2010
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
33,369
33,77
36,17
37,34
37,11
34,30
33,74
30,67
28,46
28,08
Industri Pengolahan
3,69
3,63
3,59
3,56
3,44
Listrik,Gas
0,04
0,04
0,04
0,04
0,05
Air, Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0,01
0,01
0,01
0,01
0,01
Konstruksi
6,23
6,39
6,54
6,72
6,94
Perdagangan besar dan eceran
9,63
9,53
9,53
9,60
9,54
Transportasi dan pergudanga
0,65
0,62
0,65
0,69
0,71
Penyediaan Akomodasi
1,48
1,53
1,62
1,72
1,75
Informasi dan Komunikasi
0,50
0,48
0,48
0,47
0,47
Jasa Keuangan dan Asuransi
0,36
0,39
0,44
0,46
0,47
Ral Estate
2,69
2,79
3,05
3,24
3,35
Jsa Perusahaan
0,12
0,12
0,12
0,13
0,13
Pertanahan dan Jaminan Sosial Wajib
4,04
4,31
4,37
4,77
5,04
Jasa Pendidikan
1,81
1,86
1,93
1,99
2,09
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
0,52
0,51
0,51
0,51
0,52
Jasa Lainnya
0,26
0,27
0,28
0,29
0,30
Dengan Migas
100
100
100
100
100
91,03
91,16
91,65
91,90
92,93
Pertambangan dan Penggalian
Tanpa Migas
2011
2012
2013
2014
Sumber: Bangka Selatan dalam Angka 2015
1. Pertumbuhan Ekonomi
Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator penting
untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan
ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil
pembangunan. Oleh karena itu strategi pembangunan diupayakan untuk menggali potensi
yang ada agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di daerah tersebut.
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bangka Selatan pada tahun 2014 mengalami sedikit
koreksi dibandingkan tahun 2013. Berdasarkan penghitungan PDRB atas dasar harga
konstan 2010, laju pertumbuhan ekonomi tahun 2014 dengan migas sebesar 4,40 persen.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 15
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.8
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bangka Selatan
dari Tahun 2010-2014
Sumber: Bangka Selatan dalam Angka 2015, Diolah.
2. Struktur Ekonomi
Struktur perekonomian menunjukkan besarnya kontribusi masingmasing sektor ekonomi di
suatu daerah. Besarnya pengaruh suatu sektor ekonomi, sesuai dengan arah kebijakan
baik ekstern maupun intern serta kemampuan daya dukung dalam meningkatkan nilai
tambah bruto. Dengan mengamati struktur perekonomian akan tampak sampai seberapa
jauh kekuatan ekonomi suatu negara atau daerah. Indikator perekonomian
makro semacam ini sangat penting bagi pengambilan keputusan untuk mengarahkan
sasaran kebijakan pembangunan di masa yang akan datang.
Perekonomian di Kabupaten Bangka Selatan tahun 2014 masih ditopang oleh sektor primer
dan sektor sekunder. Sektor primer meliputi sektor pertanian dan sektor pertambangan dan
penggalian. Sektor primer ini mempunyai kontribusi cukup besar masing-masing sebesar
37,11 persen untuk pertanian dan 28,08 persen untuk pertambangan. Sedangkan pada
sektor sekunder yaitu sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 3,44
persen, dan untuk sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor bangunan masing-masing
memberikan kontribusi sebesar 0,05 persen dan 6,94 persen. Untuk sektor tersier yaitu
sektor perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa sebesar 24,42 persen.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 16
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.5
Sektor
Klasifikasi Sektor Ekonomi Menurut Lapangan Usaha
di Kabupaten Bangka Selatan
No
Lapangan Usaha
Primer
Sekunder
Tersier
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
Sumber: RPJMD Kabupaten Bangka Selatan 2011-2015
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan & Komunikasi
Keu, Sewa & Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa
3. PDRB per Kapita
Pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan penduduk merupakan 2 sisi kebijakan
yang harus dapat berjalan seiring, sebab tingginya laju pertumbuhan ekonomi yang
diiringi dengan melambatnya pertumbuhan penduduk suatu daerah, akan mendorong
terjadinya peningkatan dalam pendistribusian PDRB yang akhirnya akan mampu
meningkatkan pendapatan per kapita daerah tersebut, tentunya dengan didukung oleh
berbagai kebijakan yang mampu mendistribusikan hasil pembangunan tersebut. PDRB
per kapita merupakan salah satu ukuran indikator kesejahteraan penduduk dan sering
digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk di suatu wilayah. Pada
tahun 2014, PDRB per kapita penduduk berdasarkan harga berlaku di wilayah ini
sebesar Rp. 33.931.651.
4. Realisasi Penerimaan PAD
Realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) hasil rekapitulasi PAD Kabupaten
Bangka Selatan menurut jenis Pajak/ Retribusi untuk tahun anggaran 2014 realisasi
yang diterima 28.907.044.201,0 rupiah dari target sebesar 20.106.976.434,00 rupiah
atau 143,8 persen dari target yang ditetapkan.
2.4.
Tata Ruang Wilayah
2.4.1 Rencana Struktur Ruang
Sesuai dengan Pasal 26 UU 26/2007 tentang Penataan Ruang, Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten memiliki jangka waktu perencanaan selama 20 (dua puluh) tahun.
Dengan demikian, diharapkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bangka
Selatan dapat berfungsi sebagai acuan instansi pusat dan Pemerintah Daerah Kabupaten
Bangka Selatan dalam menyusun dan melaksanakan program lima tahunan dalam
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 17
LAPORAN AKHIR
kurun waktu dua puluh tahun yang diharapkan dapat memberikan indikasi bagi penyusunan
program pengembangan sektoral serta pengembangan pada wilayah yang diprioritaskan
pengembangannya.
1. Penetapan Pusat Pelayanan Kegiatan;
Rencana penetapan pusat pelayanan kota meliputi rencana pengembangan sistem
hirarki pusat kota, Sub pusat kota dan pusat lingkungan meliputi:
Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL) meliputi Ibu Kota Kecamatan Toboali dan ibu kota
Kecamatan Payung yang diarahkan sebagai pusat jasa dan perdagangan yang
melayani beberapa kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan.
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di Kabupaten Bangka Selatan berada di Air Gegas,
Sadai di Kecamatan Tukak Sadai, dan Batu Betumpang di Kecamatan Pulau Besar.
Pengembangan PPK disesuaikan dengan ketersediaan dan daya dukung lahan
terhadap kegiatan yang akan dikembangkan dimasa yang akan datang.
-
Pusat pemerintahan, fasilitas pelayanan umum, perdagangan dan jasa,
merupakan pusat orientasi yang memberikan pelayanan bagi penduduk yang
ada di kecamatan tersebut dan dialokasikan di ibukota kecamatan sebagai
pengikat lingkungan dan fasilitas bersosialisasi. Untuk merangsang pertumbuhan
pusat pelayanan sekunder ini, maka pengalokasiannya diarahkan pada simpulsimpul jalan utama kawasan/kota yang mempunyai aksesibilitas baik sehingga
mudah dijangkau dari seluruh bagian wilayah kotanya. Jenis kelengkapan
fasilitas pendukung yang dikembangkan di pusat pelayanan sekunder ini
berupa: Kantor Kecamatan, Balai Pertemuan/GSG (Gedung Serba Guna), Kantor
Polsekta, Kantor Pos Pembantu, Bank Cabang Pembantu dan jasa keuangan
lainnya, Fasilitas Pemadam Kebakaran dengan skala pelayanan lingkungan.
Supermarket, Pertokoan ataupun Ruko, Fasilitas Ibadah, Fasilitas Pendidikan
hingga setara SLTA/SMEA, Puskesmas, Balai Pengobatan, Poliklinik, Balai
Pertemuan/GSG, Rumah makan/Restoran/Pujasera, salon kecantikan, Taman
bermain. Lapangan olahraga, dan fasilitas pendukung lainnya.
-
Pusat perdagangan dan jasa serta fasilitas pelayanan umum di luar ibukota
kecamatan dan berfungsi sebagai pusat orientasi yang memberikan pelayanan
bagi penduduk dan sebagai pengikat lingkungan untuk berinteraksi dan
bersosialisasi antarmasyarakat.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 18
LAPORAN AKHIR
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) ditetapkan di pusat-pusat desa sebagai pusat
pelayanan bagi desa itu sendiri atau beberapa desa di sekitarnya. Jenis fasilitas yang
akan dikembangkan. diantaranya:
-
Balai Pertemuan/GSG;
-
Taman bermain dan Lapangan olahraga;
-
Kantor Pos Pembantu/Warpostel dan Telepon umum;
-
Fasilitas Pemadam Kebakaran dengan skala pelayanan lingkungan;
-
Pasar, Supermarket, Pertokoan ataupun Ruko, Pujasera dan kegiatan
komersial lainnya;
-
Fasilitas ibadah;
-
Fasilitas pendidikan seperti TK, SD dan SLTP;
-
Balai Pengobatan, Poliklinik ataupun Tempat Praktek Dokter dan Apotik;
-
Fasilitas rekreasi dan olahraga;
-
Taman bermain;
-
Fasilitas pendukung lainnya.
Rencana pusat pelayanan lingkungan (PPL) di Kabupaten Bangka Selatan terletak di penutuk
Kecamatan Lepar Pongok dan Kecamatan Simpang Rimba.
2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama. meliputi:
Pengembangan Prasarana Transportasi Darat
- Pengembangan Prasarana Jalan berupa Pengembangan Jalan Kolektor Primer 1
dan Pengembangan Jalan Kolektor Primer 2 yakni Jaringan trans Bangka Belitung
yang melintasi ruas jalan Toboali – Rias – Gusung – Tanget – Batu Betumpang;
ruas jalan air bara – Toboali – Sadai; ruas jalan Simpang Bencah – Tepus; dan
ruas jalan Tepus – Kelidang. Selain itu juga pengembangan jaringan jalan kolektor
primer K1 diantaranya ruas jalan Air Bara – Simpang Air Gegas; ruas jalan
Simpang Air Gegas – Simpang Nanas Toboali; dan ruas Jalan Simpang Nanas.
Toboali – Sadai. Sedangkan rencana sistem jaringan jalan kolektor primer K 2
yang ada di Kabupaten Bangka Selatan, diantaranya : ruas Jalan Simpang Air Bara
– Simpang Payung; ruas jalan Simpang Payung – Pangkal Buluh – Malik; dan ruas
jalan Simpang Nanas Toboali – Simpang Kantor Pos. Toboali.
- Rencana Jaringan Prasarana Lalu Lintas. Pengembangan terminal penumpang dan
barang di Kabupaten Bangka Selatan meliputi: Terminal Penumpang Tipe C
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 19
LAPORAN AKHIR
terdapat di Bikang Kecamatan Toboali; Terminal Penumpang Tipe C terdapat di
Payung. Kecamatan Payung, Terminal Barang terdapat di Sadai.
- Rencana Jaringan Layanan Lalu Lintas terdiri atas Trayek angkutan umum
penumpang di Kabupaten Bangka Selatan.
- Terdiri dari angkutan penumpang dan angkutan barang. diantaranya sebagai
berikut: 1) Trayek angkutan penumpang, terdiri atas : Sadai – Toboali; Toboali –
Rias/transmigrasi/sungai gusung; Toboali – Bikang; Toboali – Rindik/Kepoh; Air
Gegas – Payung; Air Gegas - Batubetumpang; Payung – Simpang Rimba; Payung
– Malik; Simpang Rimba – Bangka Kota; Simpang Bencah – Tepus; Ruas jalan
dalam Kota Toboali; Ruas jalan dalam Komplek Perkantoran Pemkab. Bangka
Selatan; Toboali – Air Bara; Payung – Air Bara; Payung – Malik; Air Gegas – Air
Bara; Simpang Rimba – Bangka Kota; dan Angkutan Pemadu Moda (Angkutan
Khusus) Terminal Toboali – Pelabuhan Sadai. 2) Trayek angkutan barang. terdiri
atas : Sadai – Toboali; Toboali – Pangkalpinang; Payung - Pangkalpinang; Toboali
– Batu Betumpang; Simpang Rimba – Pangkalpinang dan Toboali – Simpang
Rimba.
- Pengembangan Transportasi Laut
- Rencana sistem jaringan transportasi laut di Kabupaten Bangka Selatan terdiri dari
tatanan kepelabuhanan dan penataan alur pelayaran.
- Tatanan kepelabuhanan di Kabupaten Bangka Selatan adalah :
1) Pelabuhan utama yaitu pelabuhan Sadai di Kecamatan Tukak Sadai dan
Pelabuhan Bangka Kota di Kecamatan Simpang Rimba; 2)Pelabuhan
pengumpan yaitu pelabuhan Rakyat Sadai; 3) Pelabuhan pengumpul yaitu
pelabuhan Pelabuhan
Pelabuhan
Rakyat Penutuk, Pelabuhan
Rakyat Tj. Sangkar, Pelabuhan
Rakyat Pulau Tinggi, Pelabuhan
Rakyat Tj. Labu,
Rakyat Pongok, Pelabuhan
Rakyat Tj. Gading, Pelabuhan
Rakyat
Kepoh, Pelabuhan Rakyat Gusung, Pelabuhan Rakyat Batu Betumpang
dan Pelabuhan Rakyat Permis.
- Pengembangan alur pelayaran meliputi:
1) Lintas penyeberangan sabuk tengah yang menghubungkan pelabuhan: Sadai –
Tanjung Roe (Kabupaten Belitung); Sadai – Batu Betumpang; Sadai – Tanjung
Gading; Sadai – Pangkal Balam; dan Sadai – Jakarta. 2) Lintas koneksitas yaitu :
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 20
LAPORAN AKHIR
Sadai – Pongok (P. Liat), via Tj. Labu/ Tj. Sangkar ke Belitung; Pongok (P. Liat) –
Mendanau (Kabupaten Belitung) koneksitas via Belitung dan Belitung Timur; Pulau
Besar – Selapan (Oki – Sumsel)); koneksitas ke Sumatera; Sadai – Tanjung
Pandan (Belitung); koneksitas Jakarta; dan Bangka Kota – Selapan (Oki Sumsel).
3. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Rencana Sistem Jaringan Energi berupa pengembangan prasarana sumberdaya
energi dan dan rencana pengembangan jaringan energi.
- Prasarana Sumberdaya Energi, rencana pengembangan pembangkit tenaga listrik
di Kabupaten Bangka Selatan diantaranya adalah: 1) Pembangkit Listrik Tenaga
Diesel (PLTD) Toboali, terdapat di Toboali (Kecamatan Toboali) dan Tanjung Labu
(Kecamatan Lepar Pongok); 2) Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Bangka
Baru II Toboali di Kecamatan Tukak Sadai; 3) Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN) terdapat di Kecamatan Simpang Rimba.
- Rencana Pengembangan Jaringan Energi, Rencana jaringan prasarana energi
adalah jaringan transmisi tenaga listrik diantaranya : 1) Gardu induk terdapat di
Toboali;
2)
Jaringan
Saluran
Udara
Tegangan
Tinggi
(SUTT)
yaitu
menghubungkan Koba dengan Toboali serta jaringan yang menghubungkan Air
Gegas – Payung dan Simpang Rimba.
Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana telekomunikasi Kabupaten
Bangka Selatan diantaranya:
- Sistem jaringan kabel terdiri atas sambungan telepon langsung di Kecamatan
Toboali.
- Sistem jaringan seluler terdiri atas BTS (Base Transceiver Station) di seluruh
kecamatan.
Rencana Sistem Jaringan Sumberdaya Air
- Rencana pengembangan wilayah sungai (WS) mencakup: 1) DAS Nyirih; 2) DAS
Bangka Kota; 3) DAS Kurau; 4) DAS Kepuh dan 5) DAS Bantel.
- Rencana pengembangan daerah irigasi (DI) terdiri atas:
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 21
LAPORAN AKHIR
1) DI kewenangan Pemerintah Pusat. Terdiri atas:
a) Daerah irigasi Rias dengan luas kurang lebih
4.500 (empat ribu lima ratus)
hektar;
b) Daerah irigasi Pergam dengan luas kurang lebih 4.500 (empat ribu lima
ratus) hektar.
2) DI kewenangan Pemerintah Provinsi. Terdiri atas:
a) Daerah irigasi Gusung dengan luas kurang lebih 2.086 (dua ribu delapan
puluh enam) hektar;
b) Daerah irigasi Bangka Kota dengan luas kurang lebih
1.500 (seribu lima
ratus) hektar;
c) Daerah irigasi Rindik/Kepoh dengan luas kurang lebih 1.200 (seribu dua
ratus) hektar;
d) Daerah irigasi Dungun dengan luas kurang lebih 1.500 (seribu lima ratus)
hektar.
3) DI kewenangan Pemerintah Kabupaten. Terdiri atas :
a) Daerah irigasi Bikang dengan luas kurang lebih 85 (delapan puluh lima)
hektar;
b) Daerah irigasi Jeriji dengan luas kurang lebih 800 (delapan ratus) hektar;
c) Daerah irigasi Pumpung dengan luas kurang lebih 747 (tujuh ratus empat
puluh tujuh) hektar;
d) Daerah irigasi
Tanjung Labu dengan luas kurang lebih
300 (tiga ratus)
hektar;
e) Daerah irigasi
Temayang dengan luas kurang lebih
315 tiga ratus lima
belas) hektar;
f) Daerah irigasi Pongok dengan luas kurang lebih 25 (dua puluh lima) hektar;
g) Daerah irigasi Sebagin dengan luas kurang lebih 600 (enam ratus) hektar.
Rencana Prasarana Pengelolaan Lingkungan
Rencana Pengembangan Prasarana Persampahan. Pengembangan sistem jaringan
persampahan berupa Tempat Pemrosesan Akhir Sampah di desa Kepoh Kecamatan
Toboali. Kecamatan Air Gegas dan Kecamatan Payung. Untuk lebih jelasnya proyeksi
timbulan sampah dan kebutuhan sarana persampahan sampai tahun 2031 di
Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat pada tabel 2.6.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 22
LAPORAN AKHIR
DAERAH
LAYANAN
Simpang
Tabel 2.6
Proyeksi Timbulan Sampah Kab. Bangka Selatan Sampai Tahun 2031
PDDK
VOLUME TIMBULAN SAMPAH (M3/HARI)
KEBUTUHAN ARMADA
JML PDDK
TERLAYANI
2031
CONTAINER
DOMESTIK NON-DOMESTIK
TOTAL
RITASI
JML TRUK
(JIWA)
(JIWA)
6 M3
29.655
14.828
39,29
15,72
55,01
7
2
3
Payung
16.464
8.232
21,81
8,73
30,54
4
2
2
Air Gegas
69.268
34.634
91,78
36,71
128,49
15
2
8
Toboali
56.957
28.479
75,47
30,19
105,66
13
2
6
Lepar Pongok
19.029
9.515
25,21
10,09
35,30
4
2
2
Tukak Sadai
6.883
3.442
9,12
3,65
12,77
2
2
1
Pulau Besar
13.037
6.519
1,27
6,91
24,18
3
2
1
Total
80.679
40.340
106,90
42,76
149,66
18
2
9
Rimba
Sumber: RTRW Kabupaten Bangka Selatan 2011-2031
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 23
LAPORAN AKHIR
- Rencana sistem jaringan air minum. Rencana pengembangan sistem jaringan air
minum di Kabupaten Bangka Selatan meliputi pengembangan jaringan air minum
di : 1) PDAM di Kecamatan Toboali; 2) PDAM di Kecamatan Payung; 3) PDAM di
Kecamatan Simpang Rimba; 4) PDAM di Kecamatan Lepar Pongok; 5) PDAM di
Kecamatan Pulau Besar; 6) PDAM di Kecamatan Tukak Sadai; dan 7) PDAM di
Kecamatan Air Gegas.
Tabel 2.7
Proyeksi Kebutuhan Air Minum Kab. Bangka Selatan Sampai Tahun 2031
KEBUTUHAN AIR MINUM
DAERAH
LAYANAN
JML PDDK
2031
(JIWA)
PDDK
TERLAYANI
(JIWA)
DOM
(L/DET)
NON-DOM
(L/DET)
TOT RATA
(L/DET)
PRODUKSI
(L/DET)
Simpang
29.655
10.676
12,36
3,71
16,06
17,67
Rimba
Payung
16.464
5.927
6,86
2,06
8,92
9,81
Air Gegas
69.268
24.936
28,86
8,66
37,52
41,27
Toboali
56.957
20.505
23,73
7,12
30,85
33,94
Lepar
19.029
6850
7,93
2,38
10,31
11,34
Tukak
Pongok
6.883
2.478
2,87
0,86
3,73
4,10
Pulau
Sadai
13.037
4.693
5,43
1,63
7,06
7,77
Besar
Total
80.679
29.044
33,62
26,41
114,45
125,90
Sumber: RTRW Kabupaten Bangka Selatan 2011-2031
- Rencana sistem jaringan drainase. Pengembangan sistem jaringan drainase di
Kabupaten Bangka Selatan meliputi pengembangan drainase di kawasankawasan :
1) Kecamatan Toboali;
2) Kecamatan Lepar Pongok;
3) Kecamatan Simpang Rimba;
4) Kecamatan Air Gegas;
5) Kecamatan Payung;
6) Kecamatan Tukak Sadai; dan
7) Kecamatan Pulau Besar.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 24
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.9
Peta Struktur Ruang Kabupaten Bangka Selatan
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 25
LAPORAN AKHIR
2.4.2 Rencana Struktur Ruang
Rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota adalah rencana distribusi peruntukan ruang
wilayah kota yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan budi daya yang dituju
sampai dengan akhir masa berlakunya RTRW kabupaten/kota yang memberikan gambaran
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten hingga 20 (dua puluh) tahun mendatang.
1.
Kawasan lindung adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu
ekosistem yang terletak pada wilayah kabupaten. Kawasan lindung yang memberikan
pelindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah kabupaten, dan
kawasan-kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan perundangundangan pengelolaannya merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten.
2.
Kawasan budidaya adalah kawasan budi daya yang ditetapkan dengan fungsi
utama untuk dibudi dayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber
daya manusia dan sumber daya buatan.
Tabel 2.8
Rencana Pola Ruang Kabupaten Bangka Selatan
Rencana Pola Ruang
Luas (Ha)
%
Kawasan Lindung
Kawasan konservasi
1.712
0,81
Hutan lindung
18.155
6,79
Kawasan bergambut
20.630.94
5,72
Sempadan pantai
3.610.53
1,00
Sempadan sungai
2.167.56
0,60
Total Kawasan Lindung
53.800.82
15
Kawasan Budidaya
Hutan produksi
93.817.94
26,01
Hutan rakyat
46.021.37
12,76
Industri
3.086
0,86
Rencana Pola Ruang
Luas (Ha)
%
Pariwisata
1.540.2
0,43
Perkebunan
180.000
25,79
Permukiman pedesaan
1.393.46
0,39
Permukiman perkotaan
3.287.08
0,91
Pertambangan
19.879.88
5,51
Wilayah Penambangan Rakyat (WPR)
459.81
0,13
Pertanian tanaman pangan
45.000
4,24
Pertanian hortikultura
20.956.89
5,81
Pending zone (usulan perubahan fungsi
8.139.56
2,26
Total
Budidaya lainnya)
306.907.13
85
hutanKawasan
menjadi peruntukan
Luas Total Budidaya Darat
360.708.00
100.00
Budidaya Laut
Budidaya Perikanan
17.374.44
14.13
Perikanan Tangkap
126.410.35
76.92
Wilayah tambang laut
20.554
12.51
Luas Total Budidaya Laut
164.338.79
100.00
Sumber: RTRW Kabupaten Bangka Selatan 2011-2031
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 26
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.10 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Bangka Selatan
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 27
LAPORAN AKHIR
2.5.
Kondisi Sosial Budaya
2.5.1 Kondisi Pendidikan
1. Jumlah Sarana Pendidikan
Dalam mendukung keberhasilan sektor pendidikan, diperlukan langkah-langkah strategis,
terencana serta terintegrasi. Diantaranya dengan memperluas akses pendidikan seluasluasnya yang terakumulasi dalam bentuk tersedianya sarana pendidikan yang dirangkum
dalam tabel berikut.
Tabel 2.9
Fasilitas Pendidikan Negeri yang Tersedia di Kabupaten Bangka Selatan
TK
SD/MI
SLTP/MTs
SLTA/SMK/MA
Payung
KECAMATAN
2
11
4
1
Pulau Besar
1
7
1
-
Simpang Rimba
2
11
3
1
Toboali
1
29
8
2
Tukak sadai
2
4
2
-
Air Gegas
1
12
5
1
Lepar Pongok
3
4
3
2
Kepulauan Pongok
1
3
1
-
BANGKA SELATAN
13
81
27
7
Sumber : Bangka Selatan Dalam Angka 2015
2.5.2 Kesehatan
1. Sarana Prasarana Kesehatan
Upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat dan status kesehatan penduduk dilakukan
antara lain dengan meningkatkan fasilitas dan sarana kesehatan. Pembangunan di bidang
kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat memperoleh pelayanan
kesehatan secara mudah, merata dan murah, Dengan upaya tersebut di harapkan akan
tercapai derajat kesehatan masyarakat sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
produktivitas. Untuk lebih detail sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Kabupaten
Bangka Selatan akan disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini:
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 28
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.10
Jumlah BKIA, Balai Pengobatan, Puskesmas, Pustu dan Apotek Menurut
Kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan
Kecamatan
BKIA
Balai Pengobatan
Puskesmas
Pustu
Apotek
Umum
Gigi
-
-
-
1
5
-
-
-
-
1
4
-
-
-
-
1
4
-
-
-
-
2
5
-
-
-
1
1
1
1
-
Lepar Pongok
-
-
-
1
1
8
2
-
Kepulauan Pongok
-
-
-
1
-
-
Jumlah
-
-
-
9
29
1
1
Payung
Pulau Besar
Simpang rimba
Toboali
Tukak Sadai
Air gegas
Sumber : Bangka Selatan Dalam Angka 2015
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa akses pelayanan kesehatan masyarakat di
Kabupaten Bangka Selatan sudah ada hingga tingkat kelurahan dengan adanya
puskesmas dan pustu.
2. Jumlah Tenaga Kesehatan
Pada Tahun 2014 jumlah tenaga paramedis non perawat kesehatan ada 19 orang yang
berpendidikan AKZI, Akademi Rontgent 6 orang dan SPPH 20 orang. Sedangkan untuk
jumlah tenaga medis, tahun 2014 jumlah Dokter Umum sebanyak 27 orang, Dokter Gigi 7
orang, Dokter Ahli Lain 4 orang, Apoteker 9 orang, SAA 28 orang dan Sarjana Kesehatan
sebanyak 39 orang. Jumlah tenaga paramedis perawat kesehatan menurut jenis kesehatan
pada tahun 2014 adalah sebagai berikut; jumlah para medis perawat berpendidikan SPK
(Sekolah Perawat Kesehatan) 60 orang, D-III dan D-IV Perawat sebanyak 190 orang,
Sarjana Keperawatan sebanyak 9 orang, Pendidikan Profesi Keperawatan 3 orang, SPPM
(Sekolah Pembantu Para Medis) sebanyak 2 orang, Perawat Gigi 3 orang, Bidan/Akademi
Bidan 114 orang, dan LCPK (Latihan Cepat Pekarya Kesehatan) 1 orang.
2.5.3 Kondisi Sosial Masyarakat
Kondisi sosial masyarakat di Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat dari kepemelukan
agama dan lapangan usaha yang utama di Kabupaten Bangka Selatan adalah pada sektor
pertanian. Secara umum, masyarakat Kabupaten Bangka Selatan memeluk agama Islam dan
dominasi jenis lapangan usaha berturut-turut yakni pertanian, pertambangan dan
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 29
LAPORAN AKHIR
penggalian, industri pengolahan, listrik, gas dan air minum, bangunan, perdagangan, hotel
dan restoran, angkutan dan komunikasi keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan,
tanah dan jasa perusahan, dan jasa kemasyarakatan.
1. Jumlah Pemeluk Agama
Jika dilihat berdasarkan agama/kepercayaan yang dianut, di Kabupaten Bangka Selatan
mayoritas penduduknya beragama Islam. Data tahun 2014 menunjukkan pemeluk Agama
Islam sebanyak 96,06 persen, agama Kristen Protestan 0,72 persen, Kristen Katolik 0,42
persen, Budha 1,25 persen, Hindu 0,13 persen dan Konghucu 1,42 persen.
Gambar 2.11 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Kepercayaan yang Dianut
Sumber: Bangka Selatan dalam Angka 2015
Adapun jumlah rumah ibadah yang terdapat di Kabupaten Bangka Selatan dapat dilihat pada
tabel berikut dibawah ini:
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 30
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.11
Kecamatan
Jumlah Tempat Ibadah Menurut Kecamatan di Bangka Selatan
Masjid Mushalla Langar Gereja Klenteng/Vihara Pura Vihara
Payung
13
11
2
1
1
-
13
Pulau Besar
13
5
17
2
-
3
-
Simpang Rimba
13
16
8
1
1
1
1
22
35
6
11
-
-
10
9
-
-
-
1
12
41
2
-
-
-
2
6
-
1
-
-
78
-
12
14
4
-
Toboali
62
Tukak sadai
10
Air Gegas
24
Lepar Pongok
Kepulauan Pongok
Total 2014
12
147
118
15
Sumber: Bangka Selatan dalam Angka 2015
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Lapangan Usaha
Jumlah penduduk Kabupaten Bangka Selatan usia 15 tahun ke atas atau yang termasuk
Penduduk Usia Kerja (PUK) pada tahun 2014 sebanyak 132.825 jiwa atau 70,10 persen dari
total penduduk. Penduduk Angkatan Kerja di Kabupaten Bangka Selatan sebanyak 89.823
jiwa. Sebanyak 88.740 orang yang bekerja terdiri dari 59.246 laki-laki dan 29.454
perempuan, sedangkan 1.083 orang yang belum mempunyai pekerjaan dari pekerjaan
terdiri dari 414 laki-laki dan 669 perempuan.
Dari total penduduk angkatan kerja tersebut terdistribusi kedalam beberapa sektor
lapangan usaha dengan lapangan usaha yang terbanyak di Kabupaten Bangka Selatan yaitu
pada sektor pertanian.
Gambar 2.12 Distribusi Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja
Seminggu yang Lalu menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Bangka Selatan
Sumber: Bangka Selatan dalam Angka 2015
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 31
LAPORAN AKHIR
2.6.
Pengelolaan Drainase Lingkungan
Kondisi topografi wilayah Kabupaten Bangka Selatan sebagian besar berombak dan
bergelombang (51%), rawa dan bencah/datar (25 %), lembah/datar sampai berombak (20
%) dan berbukit (4 %). Terdapat lebih kurang 12 buah sungai utama, 53 buah sungai
sekunder dan 147 buah sungai tersier. Pada umumnya sungai di daerah Kabupaten Bangka
Selatan berhulu di daerah perbukitan dan pegunungan dan bermuara di pantai laut. Pada
dasarnya Kabupaten Bangka Selatan tidak ada danau alam, hanya ada bekas penambangan
bijih timah yang luas dan hingga menjadikannya seperti danau buatan yang disebut kolong.
Hampir keseluruhan dari saluran drainase merupakan saluran terbuka baik sungai maupun
drainase jalan.
Secara garis besar ada 2 (dua) pihak yang berperan, yaitu pemerintah dan masyarakat.
Drainase yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat merupakan drainase untuk saluran
pembuangan air limbah selain tinja yang berada disekitar tempat tinggal penduduk.
Sedangkan drainase yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah sebagian besar merupakan
drainase jalan.
2.6.1.
a.
Kelembagaan
Aspek Aturan
Undang-Undang Republik Indonesia
1.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan
Pemukiman;
2.
Undang-undang Republik Indonesia No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air;
2.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun 1991 Tentang Sungai.
Keputusan Menteri LIngkungan Hidup Republik Indonesia
1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995
tentang Program Kali Bersih.
Petunjuk Teknis
1. Petunjuk Teknis Nomor KDT 627.54 Pan I. Panduan Dan Petunjuk Praktis Pengelolaan
Drainase Perkotaan;
2.
Petunjuk Teknis Nomor KDT 307.14 Man P. Manual Teknis Saluran Irigasi.
3.
Panduan dan Petunjuk Praktis Pengelolaan Drainase Perkotaan (Ditjen Tata Perkotaan
dan Tata Pedesaan, 2003).
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 32
LAPORAN AKHIR
b. Aspek Kelembagaan
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang melakukan pembangunan dan pengelolaan sektor
drainase adalah Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka Selatan.
Dalam konteks yang lebih general, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka Selatan
mempunyai tugas dan fungsi seperti dibawah ini yang juga mencakup sektor drainase :
a.
Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
b.
Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup
tugasnya;
c.
Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup dan tugasnya;
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Tabel 2.12
Peta Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan
Drainase Lingkungan
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI
Pemerintah
Kabupaten/Kota
Swasta
Masyarakat
PERENCANAAN
Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan
skala kab/kota
Menyusun rencana program drainase lingkungan
dalam rangka pencapaian target
Menyusun rencana anggaran program drainase
lingkungan dalam rangka pencapaian target
PENGADAAN SARANA
√
Menyediakan /
lingkungan
PENGELOLAAN
√
membangun
sarana
drainase
√
√
Membersihkan saluran drainase lingkungan
√
Memperbaiki saluran drainase lingkungan yang
rusak
Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis
bangunan (saluran drainase lingkungan) dalam
pengurusan IMB
PENGATURAN DAN PEMBINAAN
√
Menyediakan advis planning untuk pengembangan
kawasan permukiman, termasuk penataan drainase
lingkungan di wilayah yang akan dibangun
Memastikan integrasi sistem drainase lingkungan
(sekunder) dengan sistem drainase sekunder dan
primer
Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan
dalam hal pengelolaan drainase lingkungan
Memberikan
sanksi
terhadap
pelanggaran
pengelolaan drainase lingkungan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 33
LAPORAN AKHIR
PEMANGKU KEPENTINGAN
FUNGSI
Pemerintah
Kabupaten/Kota
Swasta
Masyarakat
MONITORING DAN EVALUASI
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
capaian target pengelolaan drainase lingkungan
skala kab/kota
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan drainase
lingkungan
Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
efektivitas layanan drainase lingkungan, dan atau
menampung serta mengelola keluhan atas
kemacetan fungsi drainase lingkungan
√
√
√
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka Selatan, 2012
Tabel 2.13
Peta Peraturan Drainase Lingkungan Kabupaten Bangka Selatan
Ketersediaan
Peraturan
Ada
(Sebut)
Tidak
Ada
Pelaksanaan
Efektif
Dilaksa
nakan
Belum
Efektif
Dilaksa
nakan
Tidak
Efektif
Dilaksa
nakan
KET
DRAINASE LINGKUNGAN
Target capaian pelayanan
√
pengelolaan drainase lingkungan di
Kab/Kota ini
Kewajiban dan sanksi bagi
Pemerintah Kab/Kota dalam
√
menyediakan drainase lingkungan
Kewajiban dan sanksi bagi
Pemerintah Kab/Kota dalam
√
memberdayakan masyarakat dalam
pengelolaan drainase lingkungan
Kewajiban dan sanksi bagi
√
masyarakat dan atau pengembang
untuk menyediakan sarana drainase
lingkungan, dan menghubungkannya
dengan sistem drainase sekunder
Kewajiban dan sanksi bagi
masyarakat untuk memelihara
√
sarana drainase lingkungan sebagai
saluran pematusan air hujan
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka Selatan, 2012
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 34
LAPORAN AKHIR
2.6.2.
a.
Sistem dan Cakupan Pelayanan
Sistem Pengelolaan Drainase
Sesuai dengan kondisi topografi wilayah Kabupaten Bangka Selatan, pengelolaan drainase
yang bersifat makro utamanya diluar kawasan pemukiman belum terkelola dengan baik dan
belum mendapat perhatian yang memadai. Namun demikian, sektor drainase untuk
kawasan pemukiman sudah mendapat perhatian yang cukup memadai. Sistem pengelolaan
drainase yang ada di Kabupaten Bangka Selatan yaitu berupa selokan. Saluran pembuangan
air limbah dari rumah kemudian dialirkan ke drainase jalan dan sebagian kecil diteruskan
dan terhubung ke sungai/laut.
Keseluruhan pembangunan drainase di Kabupaten Bangka Selatan bersumber dari anggaran
pemerintah. Apabila drainase tersebut sudah selesai, terbangun maka pemeliharaannya pun
umumnya diserahkan kepada masyarakat setempat agar tetap berfungsi. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pengelolaan drainase pemukiman di Kabupaten Bangka Selatan saat ini
secara keseluruhan dikelola dan dipelihara oleh masyarakat. Bila ditinjau dari rutinitas
pemeliharaanya, maka seluruh desa/kelurahan tidak secara rutin membersihkan drainasedrainase yang tersedia. Momen pembersihan drainase hanya pada saat pada musim-musim
hujan dan itupun dilakukan oleh masyarakat di lingkungan setempat. Dilihat dari aspek
pihak yang berperan, pengelolaan drainase di Kabupaten Bangka Selatan baru hanya
melibatkan pemerintah dan masyarakat sekitar objek drainase, sementara itu, pihak swasta
maupun lainnya belum sama sekali terlibat.
Dilihat dari aspek kondisi drainase yang tersedia disetiap desa/kelurahan, maka dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar drainase tersebut masih lancar dan berfungsi dan sampai
saat ini tidak ada bangunan pemukiman yang berada diatas saluran drainase.
Berikut ditampilkan gambaran pengelolaan drainase di Kabupaten Bangka Selatan tahun
2012.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 35
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.14
Jumlah RT, Dusun Lingkungan, Kondisi dan Pengelolaan Drainase serta Keberadaan Bangunan Diatas Saluran Menurut
Desa/Kelurahan di Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2012
Jumlah
Kelurahan/Desa
RT
Dusun
/Ling
14
14
16
17
14
22
9
10
4
16
19
21
8
8
23
12
10
20
2
10
9
13
26
8
12
17
6
3
3
5
3
6
2
2
4
4
2
3
4
2
3
2
3
4
2
2
3
2
7
2
4
4
Kondisi Drainase
Saat Ini
Lancar Mampet
Pembersihan Drainase
Rutin
L
AIR BARA
AIR GEGAS
BANGKA KOTA
BATU BETUMPANG
BEDENGUNG
BENCAH
BIKANG
BUKIT TERAP
CELAGEN
DELAS
FAJAR INDAH
GADUNG
GUDANG
IRAT
JELUTUNG II
JERIJI
KEPOH
KEPOSANG
KUMBUNG
MALIK
NADUNG
NANGKA
NYELANDING
PAKU
PANCA TUNGGAL
PANGKAL BULUH
-
-
P
Tidak
Rutin
L
P
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Pengelola oleh
Pemda
Kelurahan
Masyaraka
t (RT /RW)
L
P
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Bangunan Di Atas
Saluran
Swasta
Ada
Tidak Ada
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 36
LAPORAN AKHIR
Jumlah
Kelurahan/Desa
RT
Dusun
/Ling
Kondisi Drainase
Saat Ini
Lancar Mampet
Pembersihan Drainase
Rutin
L
PASIR PUTIH
20
PAYUNG
17
PENUTUK
12
PERGAM
14
PERMIS
25
PONGOK
7
RAJIK
20
RANGGAS
12
RANGGUNG
21
RIAS
35
RINDIK
10
SADAI
12
SEBAGIN
10
SENGIR
9
SERDANG
17
SIDOHARJO
19
SIMPANG RIMBA
13
SUKA JAYA
6
SJ. PERMAI
12
TG. KETAPANG
31
TG. LABU
10
TG. SANGKAR
12
TELADAN
52
TEPUS
16
TIRAM
10
TOBOALI
54
TUKAK
5
Ket : (-) Data Tidak Tersedia
5
4
4
4
10
7
4
4
4
6
3
3
5
3
4
5
4
2
4
6
3
3
5
5
2
6
2
-
-
P
Tidak
Rutin
L
P
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Pengelola oleh
Pemda
Kelurahan
Masyaraka
t (RT /RW)
L
P
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Bangunan Di Atas
Saluran
Swasta
Ada
Tidak Ada
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Sumber: Pendataan EHRA Kabupaten Bangka Selatan, 2012
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 37
LAPORAN AKHIR
Secara keseluruhan sistem sanitasi pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Bangka
Selatan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.15
Input
Grey
Water
Grey
Water
Grey
Water
Grey
Water
Grey
Water
Grey
Water
Grey
Water
Grey
Water
Grey
Water
Grey
Water
Grey
Water
Grey
Water
Grey
Water
Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Lingkungan
User Interface
Penamp
ungan
Awal
Dapur
Dapur
Dapur
Dapur
Dapur
Dapur
Kamar mandi
Kamar mandi
Kamar mandi
Kamar mandi
Kamar mandi
Kamar mandi
Tempat Cuci Pakaian
Pengaliran
Pipa Saluran
Pembuangan
Lubang Galian
Jalan/Halaman/
Kebun
Sungai/Kolam/S
elokan
Got
Saluran Tertutup
Pipa Saluran
Pembuangan
Lubang Galian
Jalan/Halaman/
Kebun
Sungai/Kolam/S
elokan
Got
Saluran Tertutup
Pipa Saluran
Pembuangan
Pengola
han
Akhir
Pembuangan /
Daur Ulang
Kode / Nama
Aliran
D1
D2
D3
D4
D5
D6
D7
D8
D9
D10
D11
D12
D13
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 38
LAPORAN AKHIR
Input
Penamp
ungan
Awal
User Interface
Pengaliran
Pengola
han
Akhir
Pembuangan /
Daur Ulang
Kode / Nama
Aliran
Grey
Water
Tempat Cuci Pakaian
Grey
Water
Tempat Cuci Pakaian
Jalan/Halaman/
Kebun
D15
Grey
Water
Tempat Cuci Pakaian
Sungai/Kolam/S
elokan
D16
Grey
Water
Tempat Cuci Pakaian
Grey
Water
Tempat Cuci Pakaian
D14
Lubang Galian
D17
Got
D18
Saluran Tertutup
Sumber: Pendataan EHRA Kabupaten Bangka Selatan, 2012
Jumlah rumah tangga pada setiap aliran sistem sanitasi pada diagram sanitasi diatas
sebagai berikut:
a. Aliran D1 sebanyak 301 rumah tangga
j.
b. Aliran D2 sebanyak 851 rumah tangga
k. Aliran D11 sebanyak 987 rumah tangga
c. Aliran D3 sebanyak 183 rumah tangga
l.
d. Aliran D4 sebanyak 424 rumah tangga
m. Aliran D13 sebanyak 314 rumah tangga
e. Aliran
n. Aliran D14 sebanyak 802 rumah tangga
D5
sebanyak
1.125
rumah
Aliran D10 sebanyak 500 rumah tangga
Aliran D12 sebanyak 579 rumah tangga
tangga
o. Aliran D15 sebanyak 124 rumah tangga
Aliran D6 sebanyak 540 rumah tangga
p. Aliran D16 sebanyak 537 rumah tangga
g. Aliran D7 sebanyak 373 rumah tangga
q. Aliran D17 sebanyak 1.025 rumah
f.
h. Aliran D8 sebanyak 869 rumah tangga
i.
Aliran D9 sebanyak 126 rumah tangga
tangga
r. Aliran D18 sebanyak 530 rumah tangga
Tabel 2.16 Sistem Pengelolaan Drainase yang ada di Kabupaten Bangka Selatan
Kelompok
Teknologi yang
Jenis Data
(Perkiraan)
Sumber
Fungsi
Digunakan
Sekunder
Nilai Data
Data
(2)
Dapur
(3)
Jumlah
(4)
3.424 rumah
tangga
(5)
EHRA
Kamar mandi
Jumlah
2.192 rumah
tangga
EHRA
Tempat Cuci Pakaian
Jumlah
3.332 rumah
EHRA
(1)
User Interface
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 39
LAPORAN AKHIR
Kelompok
Fungsi
Teknologi yang
Digunakan
Jenis Data
Sekunder
(Perkiraan)
Nilai Data
Sumber
Data
tangga
Pengaliran
Pipa saluran
pembuangan
Jumlah
988 rumah
tangga
EHRA
Lubang Galian
Jumlah
2.522 rumah
tangga
EHRA
Selokan/Sungai
Jumlah
1.461 rumah
tangga
EHRA
Got
Jumlah
3.137 rumah
tangga
EHRA
Saluran Tertutup
Jumlah
1.649 rumah
tangga
EHRA
Jalan/Halaman/kebun
Jumlah
433 rumah
tangga
EHRA
Sumber: Pendataan EHRA Kabupaten Bangka Selatan, 2012
b. Cakupan Pelayanan Drainase
Saat ini seluruh desa/keseluruhan di Kabupaten Bangka Selatan sudah dibangun drainase.
Jadi bila dilihat dari aspek cakupan per desa/kelurahan, maka di Kabupaten Bangka sudah
mencapai 100 %. Namun bila dilihat lebih mendetail yakni berdasarkan per rumah, tentunya
cakupan ini masih sangat kurang. Apalagi bila dilihat konektifitas drainase yang telah
dibangun. Dapat dikemukakan bahwa drainase yang ada saat ini masih parsial dan terpisahpisah dan peta jaringan drainase secara makro belum tersedia.
Bila dilihat dari sisi rumah tangga, hanya berkisar 11,4 % dari rumah tempat tinggal
penduduk di wilayah Bangka Selatan mempunyai saluran untuk pembuangan air limbah
rumah tangga non tinja. Sedangkan sisanya sebesar 88,6 % tidak memiliki saluran
pembuangan air limbah air limbah selain tinja. Dari 11,4 % atau sebanyak 4.381 rumah
tempat tinggal yang memiliki SPAL tersebut, 9,7 % diantaranya berupa dialirkan
sungai/kolam/kanal, 4,2 % dialirkan ke drainase jalan/kebun/halaman, 25,7 % dialirkan ke
saluran terbuka, 19,4 % dialirkan ke saluran tertutup dan 6,9 % dialirkan ke lubang galian.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 40
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.17 Banyaknya Genangan Berdasarkan Tinggi, Luas dan Lama Genangan
Menurut Desa/Kelurahan di Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2011
Genangan
Kelurahan
2011
Sumber
Tinggi
Luas Genangan
Lama Genangan
Tahun
Cm
Km2
1.70
0.00
Jam
Bedengung
Irat
Sengir
Payung
Nadung
Ranggung
Pangkal Buluh
Malik
Paku
Batu Betumpang
Panca Tunggal
Fajar Indah
Sukajaya
Sumber Jaya Permai
25
0.14
0.14
0
1
0
0
1
0
1
0
0
2
0.22
Jelutung II
Gudang
Sebagin
Rajik
Simpang Rimba
Bangka Kota
Permis
30 - 80
0.22
3
Rias
Teladan
Tanjung Ketapang
Toboali
Kaposang
Gadung
Bikang
Jeriji
Serdang
Rindik
Kepoh
20 - 50
30 - 50
50 - 100
20 - 50
1.13
0.20
0.18
0.41
0.23
2
5
5
5
Sadai
Pasir Putih
Tukak
Tiram
Bukit Terap
30 - 80
20 - 50
0.11
0.12
0.12
0.00
Considerable
Index*
3
5
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Luas Genangan
(tidak memenuhi
SPM)
Km2
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
1.13
0.20
0.18
0.41
0.23
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.11
0.12
0.12
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
Sumber Data: DPU Kab. Bangka Selatan, 2011
*) Mengacu SPM; lebih dari 30 cm, lebih dari 2 jam, lebih dari 2 kali kejadian dalam setahun
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 41
LAPORAN AKHIR
Berdasarkan tabel genangan diatas, tercatat ada 9 desa/kelurahan yang terdapat genangan
air. Desa/kelurahan tersebut adalah Batu Betumpang, Bangka Kota, Rias, Tanjung
Ketapang, Toboali, Kepoh, Sadai dan Tanjung Labu. Desa/kelurahan yang bila dilihat dari
tinggi genangan yang paling besar adalah Tanjung Ketapang dengan luas genangan
mencapai 0,41 Km2. Kondisi ini cukup riskan mengingat dampak lingkungannya yang
berbahaya. Disamping itu, juga tercatat desa/kelurahan Sadai, Toboali dan Rias yang juga
kondisinya hampir serupa. Pendataan EHRA yang dilakukan juga mengidentifikasi kejadian
banjir yang terjadi diwilayah Kabupaten Bangka Selatan. Berikut tabel mengenai persentase
rumah tangga berdasarkan kejadian banjir yang dialami.
Tabel 2.18
Jumlah Rumah Tinggal Berdasarkan Kejadian Banjir Pada Jalan, Lingkungan
atau Rumah Tinggalnya Menurut Desa/Kelurahan di Kabupaten Bangka Selatan Tahun
2012
Kejadian Banjir Pada Jalan, Lingkungan atau Rumah
Tempat Tinggal Penduduk
Desa/Kelurahan
Sekali
atau
Beberapa
kali
Sebulan
Tidak
Tahu
Jumlah
Tak
Pernah
Sekali
Setahun
Beberapa
Kali
Setahun
Bedengung
(2)
486
(3)
2
(4)
7
(5)
0
(6)
23
(7)
518
Irat
252
0
0
0
1
253
Sengir
300
0
0
0
4
304
Payung
885
2
0
0
78
965
Nadung
301
0
0
0
7
308
Ranggung
611
0
0
1
4
616
Pangkal Buluh
536
3
8
15
13
575
Malik
186
6
1
0
1
194
Paku
316
1
4
2
74
397
KEC. PAYUNG
3.873
14
20
18
205
4.130
Batu Betumpang
564
8
2
4
7
585
Panca Tunggal
241
0
0
0
0
241
Fajar Indah
452
0
0
0
30
482
Sukajaya
207
2
0
1
8
218
Sumber Jaya Permai
377
1
1
0
1
380
(1)
KEC. PULAU BESAR
1.841
11
3
5
46
1.906
Jelutung II
759
58
62
2
24
905
Gudang
354
1
2
0
4
361
Sebagin
358
4
1
17
8
388
Rajik
990
33
1
0
18
1.042
Simpang Rimba
429
0
0
5
2
436
Bangka Kota
621
2
34
3
12
672
Permis
684
6
0
0
10
700
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 42
LAPORAN AKHIR
KEC. SIMPANG RIMBA
4.195
104
100
27
78
4.504
Rias
1.348
45
58
31
145
1.627
Teladan
2.968
48
46
5
31
3.098
Tanjung Ketapang
1.699
11
71
1
62
1.844
Toboali
2.826
43
431
60
34
3.394
Kaposang
849
3
4
0
53
909
Gadung
1361
7
6
1
52
1.427
Bikang
348
0
0
0
0
348
Jeriji
511
0
0
0
19
530
Serdang
822
0
0
0
19
841
Rindik
265
0
0
0
16
281
Kepoh
502
5
3
2
17
529
13.499
162
619
100
448
14.828
Sadai
229
4
12
16
5
266
Pasir Putih
760
1
4
15
19
799
Tukak
183
4
5
1
9
202
Tiram
387
5
4
0
12
408
Bukit Terap
535
1
2
1
30
569
KEC. TOBOALI
KEC. TUKAK SADAI
2.094
15
27
33
75
2.244
Pergam
623
2
6
0
2
633
Bencah
1.126
1
2
0
8
1.137
Tepus
667
2
0
0
9
678
Air Gegas
974
2
0
0
4
980
Delas
926
0
2
0
2
930
Sidoharjo
780
0
0
0
11
791
Nyelanding
1.144
13
9
1
1
1.168
Nangka
723
5
11
0
29
768
Ranggas
750
0
0
0
4
754
Air Bara
775
0
1
0
4
780
8.488
25
31
1
74
8.619
Penutuk
538
1
0
0
8
547
Tanjung Labu
195
2
2
6
30
235
Pongok
589
11
2
0
14
616
Tanjung Sangkar
387
0
0
0
4
391
Kumbung
89
1
0
0
1
91
Celagen
291
0
0
0
1
292
2.089
15
4
6
58
2.172
36.079
346
804
190
984
38.403
KEC. AIR GEGAS
KEC. LEPAR PONGOK
BANGKA SELATAN
Sumber : Pendataan EHRA Kab. Bangka Selatan
Bila dilihat dari tabel diatas, Sebanyak 36.079 atau berkisar 93,9 % rumah tangga di
Kabupaten Bangka Selatan tidak pernah mengalami kejadian banjir baik dilingkungannya,
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 43
LAPORAN AKHIR
jalan sekitar rumah tinggalnya atau rumah tinggalnya sendiri. Sedangkan sisanya sebanyak
2.324 rumah tangga atau 6,1 % pernah mengalami kejadian banjir pada jalan, lingkungan
atau rumahnya sendiri. Diantara rumah tinggal yang pernah mengalami kejadian banjir
tersebut, 0,9 % atau sebesar 346 rumah tinggal mengalami sekali setahun, 2,1 % atau
sebanyak 804 mengalami kejadian banjir beberapa kali dalam setahun. Hal yang menarik
adalah jumlah rumah tinggal yang mengalami banjir sekali atau beberapa kali dalam sebulan
yang berjumlah 190 atau sebesar 0,5 %. Jumlah ini cukup signifikan karena dampak dari
kondisi tersebut sangat beresiko terhadap kesehatan penduduk serta lingkungan yang
tinggal dilingkungan tersebut. Dari jumlah rumah tinggal yang mengalami banjir tersebut,
sebagian besar ada di Kecamatan Toboali.
Tabel 2.19 Jumlah Rumah Tinggal Mengalami Kejadian Banjir
Masuk Rumah Menurut Desa/Kelurahan di Kabupaten
Bangka Selatan Tahun 2012
Rumah Tinggal
Mengalami Banjir Masuk
Total
Desa/Kelurahan
Rumah
Rumah
Jumlah
%
(2)
(3)
(4)
Bedengung
(1)
3
0.58
518
Irat
-
253
Sengir
-
304
Payung
-
965
Nadung
-
Ranggung
1
0.16
308
616
Pangkal Buluh
12
2.09
575
Malik
-
194
Paku
-
397
KEC. PAYUNG
16
0.39
4.130
Batu Betumpang
4
0.68
585
Panca Tunggal
-
241
Fajar Indah
-
482
Sukajaya
-
218
Sumber Jaya Permai
1
0.26
380
KEC. PULAU BESAR
5
0.26
1.906
Jelutung II
23
2.54
905
Gudang
-
361
Sebagin
2
0.52
388
Rajik
1
0.10
1.042
Simpang Rimba
-
Bangka Kota
4
Permis
-
436
0.60
672
700
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 44
LAPORAN AKHIR
KEC. SIMPANG RIMBA
30
0.67
4.504
Rias
38
2.34
1.627
Teladan
19
0.61
3.098
Tanjung Ketapang
22
1.19
1.844
Toboali
120
3.54
3.394
Kaposang
3
0.33
909
Gadung
7
0.49
1.427
Bikang
-
348
Jeriji
-
530
Serdang
-
841
Rindik
-
281
Kepoh
-
529
KEC. TOBOALI
209
1.41
14.828
Sadai
1
0.38
266
Pasir Putih
-
Tukak
1
0.50
202
Tiram
4
0.98
408
Bukit Terap
-
KEC. TUKAK SADAI
6
0.27
2.244
Pergam
7
1.11
633
Bencah
-
1.137
Tepus
-
678
Air Gegas
-
980
Delas
-
930
Sidoharjo
-
791
Nyelanding
14
799
569
1.20
1.168
Nangka
-
768
Ranggas
-
754
Air Bara
KEC. AIR GEGAS
1
0.13
780
22
0.26
8.619
Penutuk
-
Tanjung Labu
3
Pongok
-
616
Tanjung Sangkar
-
391
Kumbung
-
91
Celagen
-
292
KEC. LEPAR PONGOK
BANGKA SELATAN
547
1.28
235
3
0.14
2.172
291
0.76
38.403
Sumber : Pendataan EHRA Kab. Bangka Selatan
Bila dilihat dari aspek keparahan, sebanyak 86 rumah tangga menyatakan bahwa banjir
tersebut airnya masuk kerumah dan setinggi setengah lutut orang dewasa. Sebanyak 96
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 45
LAPORAN AKHIR
rumah tangga menyatakan bahwa banjir tersebut airnya masuk kerumah dan setinggi
setumit orang dewasa dan bahkan ada sebanyak 63 rumah tangga yang menyatakan bahwa
banjir tersebut airnya masuk kerumah dan setinggi sepinggang orang dewasa. Berikut
diagram tinggi air yang masuk kerumah pada saat banjir di Kabupaten Bangka Selatan
Tahun 2012.
Gambar 2.13
Rumah
Tinggal
yang
Mengalami
Banjir Berdasarkan Tinggi Air yang
banjirJumlah
di Kabupaten
Bangka
Selatan
Tahun
2012.
Masuk Kerumah di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012
Setumit Orang Dewasa
63
19
96
Setengah Lutut Orang
Dewasa
Selutut Orang Dewasa
28
86
Sepinggang Orang
Dewasa
Tidak Tahu
Sumber : Pendataan EHRA Kab. Bangka Selatan, 2012
2.6.3. Kesadaran Masyarakat dan PMJK
Dilihat dari aspek pengelolaan dan pemeliharaan drainase, Studi PMJK yang dilakukan
mengidentifikasi bahwa masyarakat ikut terlibat dalam pengelolaan dan pemeliharaan hasil
pembangunan termasuk didalamnya drainase di lingkungan sekitarnya. Sebanyak 56,6 %
responden menyatakan bahwa hasil pembangunan termasuk didalamnya drainase kemudian
dikelola dan dipelihara oleh masyarakat di sekitarnya. Bentuk pengelolaannya lebih kepada
upaya gotong royong membersihkan salurannya. Dalam konteks keterlibatan perempuan
terhadap pengelolaan drainase lingkungan, tentunya dapat disimpulkan bahwa baik proses
pembangunan dan pengelolaan drainase dominan dilakukan oleh laki-laki. Keterlibatan
perempuan dalam hal ini berupa ikut membersihkan saluran drainase dan menyediakan
konsumsi untuk pada saat gotong royong warga.
Berdasarkan studi PMJK yang telah dilakukan, terlihat 68,9 % responden menjawab bahwa
di sekitar tempat tinggal penduduk tidak mampu terdapat saluran drainase. Sedangkan
sisanya sebesar 31,1 % berpendapat bahwa drainase tidak terdapat disekitar tempat tinggal
penduduk tidak mampu.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 46
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.14 Persentase Ketersediaan Drainase di Sekitar Tempat Tinggal Rumah
Tangga Tidak Mampu di Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2012
Sumber : Studi PMJK Kab. Bangka Selatan, 2012
Berikut ini merupakan kondisi drainase lingkungan di tingkat kecamatan/kelurahan serta
daftar program/proyek layanan berbasis masyarakat:
Tabel 2.20
Kondisi Drainase Lingkungan di Tingkat Kecamatan
Kondisi Drainase
Saat Ini
Jumlah
Pembersihan
Drainase
Kecamatan
Kel
/Desa
a
Rutin
Dusun
Lancar
Mampet
Tdk
Rutin
Bangunan
Di Atas
Saluran
Pengelola oleh
Masyarakat
Pemer
intah
Kota
Kel
L
P
L
P
f
g
h
i
j
(RT/RW)
Swasta
Ada
Tdk
Ada
n
o
p
L
P
k
l
m
√
√
√
√
b
c
d
e
Kec. Toboali
11
45
√
√
√
√
√
Kec. Air Gegas
10
36
√
√
√
√
√
√
√
√
Kec. Payung
9
20
√
√
√
√
√
√
√
√
Kec. Simpang
Rimba
7
20
√
√
√
√
√
√
√
√
Kec. Pulau Besar
5
16
√
√
√
√
√
√
√
√
Kec. Lepar
Pongok
6
19
√
√
√
√
√
√
√
√
Kec. Tukak
Sadai
5
7
√
√
√
√
√
√
√
√
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bangka Selatan, 2012
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 47
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.21
No
Sub Sektor
Drainase
Lingkungan
Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat
Nama
Program /
Proyek /
Layanan
Pelaksana/
PJ
Tahun
Mulai
Kondisi Sarana Saat ini
Fungsi
Tidak
Fungsi
Rusak
Aspek PMJK
PM
JDR
MBR
Data tidak tersedia
Keterangan:
PM = Pemberdayaan
Masyarakat
JDR = Jender
MBR= Masyarakat
Berpenghasilan Rendah
2.6.4. Pemetaan Media
Secara garis besar, media yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada
masyarakat terdiri dari media televisi, radio, surat kabar dan pengumuman langsung.
Berikut sarana media informasi yang ada di Kabupaten Bangka Selatan.
Tabel 2.22
Media Informasi yang ada di Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2012
Media Informasi
Televisi
Radio
(1)
(2)
Surat Kabar
Pengumuman Langsung
TVRI
RRI
(3)
Bangka Pos
(4)
Pengumuman Kades/Lurah
RCTI
Radio Junjung Besaoh
Babel Pos
Pengumuman RT
Rakyat Pos
Pengumuman Petugas Kesehatan
SCTV
-
Trans TV
-
-
Trans 7
-
-
ANTV
-
-
TV ONE
-
-
METRO TV
-
-
INDOSIAR
-
-
Sumber : Bagian Humas, Kab. Bangka Selatan, 2012
Dari tabel diatas, terlihat bahwa terdapat berkisar 9 jenis penyedia siaran televisi, 2 jenis
penyedia siaran radio dan 3 jenis terbitan surat kabar yang menjangkau wilayah Kabupaten
Bangka Selatan. Selain itu, pengumuman langsung juga merupakan cara sekaligus media
yang dapat digunakan untuk media penyampaian informasi kepada masyarakat.
Berdasarkan studi media komunikasi yang telah dilakukan, informasi tentang pengelolaan
drainase yang didapat oleh masyarakat diperoleh dari pengumuman langsung, dibandingkan
media lainnya. Sedangkan pihak penyampai informasi pengelolaan drainase yang paling
sering adalah aparatur desa/kelurahan dan kader posyandu. Sebesar 19,7 persen responden
menyatakan informasi pengelolaan drainase bersumber dari aparatur desa/kelurahan.
Sedangkan pihak kader posyandu sebesar 18,3 persen. Berikut ditampilkan diagram
persentase pihak yang menyampaikan masalah pengelolaan drainase di Kabupaten Bangka
Selatan Tahun 2012.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 48
LAPORAN AKHIR
Gambar 2.15 Persentase Pihak yang Menyampaikan Informasi Mengenai Pengelolaan
Drainase Lingkungan di Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012
Sumber: Bangka Selatan dalam Angka 2015
Berdasarkan diagram tersebut diatas, di Kabupaten Bangka Selatan, kegiatan komunikasi
pengelolaan drainase dominan dilakukan melalui media pengumuman langsung oleh
aparatur desa/kelurahan setempat dan langsung disampaikan kepada masyarakat.
Sedangkan melalui media lain seperti radio dan koran cenderung lebih jarang.
Disamping itu, dapat dikemukakan bahwa ada beberapa kali kegiatan komunikasi yang
berupa
pengumuman
dan
himbauan
pemerintah
daerah
yang
berkaitan
dengan
pemeliharaan drainase. Media yang digunakan antara lain Radio Junjung Besaoh (RJB) dan
pengumuman langsung oleh aparatur desa/kelurahan setempat. Berikut ditampilkan tabel
media komunikasi yang pernah dilakukan kegiatan komunikasi sektor drainase.
Tabel 2.23
Media Komunikasi Sektor Drainase di Kab. Bangka Selatan Tahun 2012
No
Nama Media
Jenis Acara
Isu yang
Diangkat
(1)
(2)
(3)
(4)
1.
2.
Radio Junjung
Besaoh
Pengumuman
Langsung
Pengumuman
Gotong Royong
Membersihkan Got
dan Selokan
Himbauan
Gotong Royong
Membersihkan Got
dan Selokan
Pesan Kunci
Pendapat Media
(5)
Mendorong masyarakat
untuk Membersihkan
Saluran Got/Selokan
Dalam Rangka Adipura
(6)
Mendorong masyarakat
untuk Membersihkan
Saluran Got/Selokan
Dalam Rangka Desa
Bersih
Positif
Sangat mendalam
Positif
Sangat mendalam
Sumber : Pokja AMPL Kab. Bangka Selatan
Disamping itu, dapat dikemukakan bahwa ada kegiatan komunikasi sektor drainase di
Kabupaten Bangka Selatan. Berikut ditampilkan tabel kegiatan komunikasi sektor drainase
yang tercatat di wilayah Kab. Bangka Selatan.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 49
LAPORAN AKHIR
Tabel 2.24
No.
1.
2.
Kegiatan
Himbauan
Menjaga
Kebersihan
Got dan
Selokan
Himbauana
Menjaga
Kebersihan
Sungai
Kegiatan Komunikasi Sektor Drainase di Kab. Selatan Tahun 2012
Tahun
2012
2012
Dinas
pelaksana
BLH
DPU Bidang
Pengairan
Tujuan
kegiatan
Khalayak
sasaran
Pesan
kunci
Pembelajaran
Agar
masyarakat
tidak
membuang
sampah di
got atau
selokan
Masyarakat
secara
umum
Himbauan
menjaga
kebersihan
saluran
drainase
Advokasi terkait
kegiatan
pemeliharaan saluran
drainase yang
didalamnya termasuk
menjaga kondisi
kebersihan saluran
perlu dilakukan secara
masif dan
berkesenimbangunan
Mengajak
masyarakat
untuk
menjaga
kondisi DAS
Masyarakat
disekitar
DAS
khususnya
dan
masyarakat
secara
umum
Himbauan
menjaga
kebersihan
DAS dan
sungai
dilingkungan
sekitar
Penanaman kesadaran
masyarakat untuk
menjaga kebersihan
sungai dan DAS untuk
mengantisipasi
terjadinya banjir dan
wabah penyakit
Sumber : Pokja AMPL Kab. Bangka Selatan
Ada tiga pihak yang berkontribusi dalam pengelolaan drainase wilayah yaitu pemerintah,
swasta dan masyarakat. Berdasarkan persepsi masyarakat yang disurvei pada studi PMJK,
pihak
yang
paling
banyak
berkontribusi
dalam
pengelolaan
drainase
adalah
pemerintah/pemerintah daerah dibantu oleh masyarakat, sedangkan peran pihak swasta
masih belum dianggap signifikan. Berikut diagram pihak yang mengelola sarana drainase di
wilayah Kabupaten Bangka Selatan.
Gambar 2.16 Pihak yang Bekerja Sama Dalam Pengelolaan Drainase Lingkungan di
Wilayah Kabupaten Bangka Selatan Tahun 2012
Sumber : Studi PMJK Kab. Bangka Selatan, 2012
Berdasarkan informasi dari diagram diatas, terlihat bahwa pemerintah bersama masyarakat
merupakan pihak yang paling besar kontribusinya dalam hal pembangunan dan
pengelolaan drainase di wilayah Kabupaten Bangka Selatan, yaitu sebsar 82,1 %.
Sedangkan swasta atau pemerintah bersama swasta tidak ada kontribusi dalam hal
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 50
LAPORAN AKHIR
pembangunan/pengelolaan drainase lingkungan. Menambahkan informasi tersebut, dapat
disajikan tabel berikut.
Tabel 2.25
Kegiatan Kerjasama yang Dilakukan Dalam Rangka Pengelolaan Drainase
di Kabupaten Bangka Selatan, Tahun 2012
No.
Nama Kegiatan
Jenis Kegiatan
Sanitasi
Mitra Kerja Sama
Bentuk Kerjasama
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1.
(Tidak Ada)
Drainase
-
-
Sumber : Pokja AMPL Kab. Bangka Selatan, 2012
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa sejauh ini belum ada kegiatan kerjasama dengan
pihak dunia usaha. Oleh karena itu, hal ini penting untuk menjadi perhatian.
2.6.5. Partisipasi Dunia Usaha
Peran serta pihak dunia usaha dalam pembangunan dan pengelolaan drainase sebetulnya
cukup memungkinkan. Di Kabupaten Bangka Selatan terdapat beberapa perusahaan yang
memiliki kontribusi dalam perekonomian daerah. Berikut ditampilkan daftar mitra potensial
untuk pengembangan dan pengelolaan drainase di Kabupaten Bangka Selatan.
Tabel 2.26
Daftar Mitra Potensial Pengelolaan Drainase di Kabupaten Bangka Selatan
Tahun 2012
No
Nama Mitra
Jenis Kegiatan Sanitasi
Bentuk Kerjasama
(1)
(2)
(3)
(4)
1.
PT. Timah
Pembangunan Drainase
In Kind
2.
Bank Sumsel Babel
Pembangunan Saluran
Drainase
Uang Tunai
Sumber : Pokja AMPL Kab. Bangka Selatan, 2012
Berdasarkan tabel diatas, setidaknya ada dua mitra potensial untuk pengembangan dan
pengelolaan drainase di Kabupaten Bangka Selatan saat ini. Mekanisme kerjasama nya
adalah melalui pemanfaatan dana CSR. Disamping itu, keterlibatan provider dalam sektor
drainase di Kabupaten Bangka Selatan sejauh ini juga masih nihil. Ini dapat dilihat dari tabel
dibawah ini.
Tabel 2.27
No.
Daftar Nama Provider, Tahun Operasi dan Jenis Kegiatan di Kab.
Bangka Selatan Tahun 2012.
Nama Provider
Tahun mulai operasi
Jenis kegiatan
(1)
(2)
(3)
(4)
1
(Tidak Ada Provider)
-
-
Sumber : DPU Kab. Bangka Selatan
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 51
LAPORAN AKHIR
2.6.6. Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak
Terkait kondisi drainase serta rencana pengembangan drainase lingkungan di Kabupaten
Bangka Selatan, hal perlu diperhatikan sebagai isu strategis maupun kendala yang dihadapi.
Tabel 2.28
Isu Strategis dan Permasalahan Mendesak dari Subsektor Pengelolaan
Drainase di Kabupaten Bangka Selatan
Aspek Teknis
Isu Strategis
Pembangunan
Permasalahan Mendesak
yang
1. Terjadinya banjir di kawasan pemukiman desa/kelurahan Batu
memadai di wilayah banjir di Kab.
Betumpang, Bangka Kota, Rias, Tanjung Ketapang, Toboali,
Bangka Selatan serta penyediaan
Kepoh, Sadai dan Tanjung Labu.
masterplan
drainase
drainase
terpadu
di
Kabupaten Bangka Selatan
2. Cakupan drainase yang telah terbangun masih rendah.
3. Belum tersedianya masterplan pengembangan drainase
Aspek Kelembagaan
Isu Strategis
Permasalahan Mendesak
Penguatan dasar hukum tentang
1. Belum adanya peraturan daerah yang mengatur tentang
pengelolaan drainase pemukiman
dan
peningkatan
kapasitas
pengelolaan drainase pemukiman.
2. Kurangnya penguatan kapasitas kelembagaan bagi aparatur
kelembagaan
yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah
Aspek Pembiayaan dan Keuangan
Isu Strategis
Peningkatan
Pembangunan
Permasalahan Mendesak
Porsi
Pembiayaan
Pendanaan Pembangunan dan Pengelolaan Drainase yang relatif
dan
Pengelolaan
masih minim.
Drainase
Aspek Kesadaran Masyarakat dan PMJK
Isu Strategis
Peningkatan kesadaran masyarakat
Permasalahan Mendesak
1. Rendahnya
untuk pemeliharaan drainase dan
penyediaan SPAL.
kesadaran
masyarakat
untuk
pemeliharaan
drainase yang sudah tersedia
2. Minimnya kesadaran masyarakat untuk pembangunan SPAL
yang memadai
Aspek Partisipasi Dunia Usaha
Isu Strategis
Permasalahan Mendesak
Peningkatan kerjasama dengan
sector swasta dalam pengelolaan
drainase
Aspek Komunikasi dan Media
Minimnya keterlibatan sector swasta dalam pengelolaan sector
Isu Strategis
Permasalahan Mendesak
Sosialisasi terhadap masyarakat
untuk memelihara drainase yang
telah tersedia
Minimnya pemanfaatan ruang komunikasi publik yang tersedia
drainase
untuk provokasi isu-isu drainase.
Sumber: Hasil Analisa, 2016
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 52
LAPORAN AKHIR
2.7.
Drainase
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan
kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Berikut beberapa pengertian drainase. Menurut
Dr. Ir. Suripin, M.Eng. (2004;7) drainase mempunyai arti mengalirkan, menguras,
membuang, atau mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian
bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari
suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Drainase juga
diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan
salinitas. Drainase yaitu suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada
suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air
tersebut. (Suhardjono 1948:1). Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu
unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju
kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi
untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah
permkaan tanah) dan atau bangunan resapan. Sehingga dapat disimpulkan drainase adalah
suatu system untuk menangani kelebihan air. Kelebihan air yang perlu ditangani atau
dibuang meliputi:
Air atau aliran/limpasasn diatas permukaan tanah(surface flowatau surface run off)
Aliran bawah tanah(subsurface flow atau subflow)
Pada dasarnya drainase tidak diperlukan bila kelebihan air yang tidak menimbulkan
permasalahan bagi masyarakat. Drainase diperlukan bila air kelebihan menggenang pada
daerah-daerah yang mempunyai nilai ekonomis seperti daerah perkotaan, pertanian,
industri, dan pariwisata.
2.7.1. Jenis-jenis drainase
Drainase secara umum dibagi menjdai dua bagian yaitu drainase permukaan tanah dan
drainase bawah tanah. Dalam perencanaan keduanya memilki konsep dasar yang berbeda,
namun dalam perencanaan system drainase tentu perlu direncanakan baik drainase
permukaan maupun drainase bawah permukaan. Secara garis besar dikenal tiga jenis
system drainase:
1. drainase perkotaan.
2. drainase lahan
3. drainase jalan
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 53
LAPORAN AKHIR
2.7.1.1.
Drainase perkotaan
Semua kota-kota besar mempunyai system drainase untuk pembuangan
airhujan. Aliran permukaan dialirkan melalui saluran tersier, sekunder,
kemudian berkumpul di saluran primer (utama) untuk kemudian dibuang ke
dalam sungai, danau, laut. Pembuangan edapat mungkin dilakukan dengan
cara gravitasi, apabila tak mungkin maka digunakan system pompa dengan
bangunan pendukung. Saluran dapat berupa saluran tertutup ataupun saluran
terbuka yang sesuai dengan kebutuhan dan system pemeliharaan yangada.
Dilihat dari cara pemeliharaan saluran terbuka lebih mudah dibandingkan yang
tertutup.
2.7.1.2.
Drainase Lahan
Drainase lahan bertujuan membuang kelebihan air permukaan dari suatu
daerah atau menurunkan taraf muka air tanah sampai dibawah daerah akar,
untuk memperbaiki tumbuhnya tanaman atau menurunkan akumulasi garamgaram tanah, kondisi ini difungsikan untuk pertanian dan perkebunan.
2.7.1.3.
Drainase jalan
Drainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar kota.Umumnya di
perkotaan dan luar perkotaan drainase jalan raya selalu mempergunakan
drainase muka tanah (Surface drainage). Di perkotaan saluran muka tanah
selalu ditutup sebagai bahu jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaiman
diluar perkotaan, ada juga saluran drainase muka tanah tidak tertutup (terbuka
lebar), dengan sisi atas saluran rata dengan muka jalan sehingga air dapat
masuk dengan bebas. Drainase jalan raya pi perkotaan elevasi sisi atas selalu
lebih tinggi dari sisi atas muka jalan .Air masuk ke saluran melalui inflet. Inflet
yang ada dapat berupa inflet tegak ataupun inflet horizontal. Untuk jalan raya
yang lurus, kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan jalan. Jika
jalan ke arah lebar miring ke arah tepi, maka saluran akan terdapat pada sisi
tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan jika kemiringan arah lebar jalan kea
rah median jalan maka saluran akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika
jalan tidak lurus ,menikung, maka kemiringan jalan satu arah , tidak dua arah
seperti jalan yang lurus. Kemiringan satu arah pada jalan menikung ini
menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang rendah. Untuk
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 54
LAPORAN AKHIR
menyalurkan air pada saluran ini pada jarak tertentu,direncanakan adanya pipa
nol yang diposisikan dibawah badan jalan untuk mengalirkan air dari saluran.
a. Sistem Drainase Kota
b. Daerah Potensi Genanagn air
2.8.
Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan didefinisikan sebagai intensitas curah hujan rata-rata yang
diasumsikan jatuh seragam di atas daerah tangkapan hujan untuk menentukan durasi dan
frekuensi (Interval rata-rata periode ulang), dan satuan yang biasa digunakan untuk
menyatakan intensitas curah hujan adalah mm/jam. Pada daerah tangkapan hujan yang
kecil, besarnya durasi tergantung pada hubungannya dengan waktu konsentrasi atau
lamanya aliran dari daerah tangkapan hujan ke saluran keluar ( outlet). Sedangkan untuk
daerah tangkapan hujan yang lebih besar, digunakan pola aliran sementara agar intensitas
curah hujan berubah-ubah selama periode yang berbeda dari durasi hujan. Untuk daerah
tangkapan hujan tebesar unsur-unsur di area digunakan untuk mendapat batas intensitas
curah hujan, agar didapat curah hujan aktual yang tidak seragam di atas daerah tangkapan.
2.9.
Definisi Sungai
Secara umum sungai berarti aliran air yang besar. Secara ilmiah sungai adalah perpaduan
alur sungai dan aliran air.
Sungai merupakan suatu alur yang panjang di atas permukaan bumi tempat mengalirnya air
yang berasal dari hujan. Aliran air marupakan bagian yang senantiasa tersentuh oleh air.
Daerah aliran sungai merupakan lahan total dan permukaan air yang dibatasi oleh suatu
batas-air topografi dan yang dengan salah satu cara memberikan sumbangan terhadap debit
suatu sungai pada suatu irisan melintang (Sehyan, 1990:6).
Sebuah sungai dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang berbeda sifat-sifatnya (Mulyono,
H. R, 2007:3)
a. Hulu sungai berarus deras dan turbulent atau torrential river yang dapat berupa
sungai jeram atau rapids river atau sungai jalin atau braided river.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 55
LAPORAN AKHIR
b. Sungai alluvial.
c. Sungai pasang surut atau tidal river.
d. Muara sungai atau estuary.
e. Mulut sungai atau tidal inlet yaitu bagian laut yang langsung berhubungan
dengan muara dimana terjadi interaksi antara gelombang laut dan aliran air yang
ke luar masuk melewati muara.
f. Delta sungai yang berupa dataran yang terbentuk oleh sedimentasi di dalam
muara dan mulut sungai delta ini perlu ditinjau karena berpengaruh terhadap sifatsifat sungai dimana delta ini terbentuk di dalam muaranya
2.10. Peranan Sungai
Sungai sebagai aset negara yang bernilai dan perlu dipelihara. Sungai mempumyai peranan
dalam kehidupan manusia di seluruh dunia, sehingga pada saat ini sungai masih mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan kehidupan kita sehari-hari. Peranan sungai selain
sebagai pembangkit listrik tenaga air, sungai juga berperan sebagai sumber air untuk sarana
irigasi, penyedia air minum, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Ada dua fungsi utama yang diberikan alam kepada sungai yang ke-duanya berlangsung
secara bersamaan dan saling mempengaruhi (Mulyono, H. R, 2007:6).
a. Mengalirkan air.
Air hujan yang jatuh pada sebuah daerah aliran sungai (DAS) akan terbagi menjadi
akumulasi-akumulasi yang tertahan sementara di situ sebagai air tanah dan air
permukaan, serta runoff yang akan memasuki alur sebagai debit sungai dan terus
dialirkan ke laut.
b. Mengangkut sediment hasil erosi pada DAS dan alurnya.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 56
LAPORAN AKHIR
2.11. Banjir
Banjir merupakan proses meluapnya air sungai ke daratan sehingga dapat menimbulkan
kerugian harta benda penduduk serta dapat menimbulkan korban jiwa. Banjir dapat
merusak bangunan, sarana dan prasarana, lingkungan hidup serta merusak tata kehidupan
masyarakat, maka sudah semestinya dari berbagai pihak perlu memperhatikan hal-hal yang
dapat mengakibatkan banjir dan sedini mungkin diantisipasi, untuk memperkecil kerugian
yang ditimbulkan (Kodoatie, J. Robert dan Sugiyanto, 2002:73).
Banjir dan bencana akibat banjir dapat terjadi karena faktor alamiah maupun pengaruh
perlakuan masyarakat terhadap alam dan lingkungannya. Pada diagram mekanisme
terjadinya banjir dan bencana, terlihat bahwa faktor alamiah yang utama adalah curah
hujan. Faktor alami lainnya adalah erosi dan sedimentasi kapasitas sungai, kapasitas
drainasi yang tidak memadai, pangaruh air pasang, perubahan kondisi DPS, dll. Sedangkan
faktor non-alamiah penyebab bnjir adalah adanya pembangunan kompleks perumahan atau
pembukaan suatu kawasan untuk lahan usaha yang bertujuan baik sekalipun, tanpa didasari
dengan pengaturan yang benar akan menimbulkan aliran permukaan yang besar atau erosi
yang menyebabkan pendangkalan aliran sungai. Akibatnya, debit pengaliran sungai yang
terjadi akan lebih besar dari pada kapasitas pengaliran air sungai sehingga terjadilah banjir.
Usaha pengendalian dan penanggulangan banjir pada suatu pihak dan perlakuan
masyarakat terhadap lingkungannya di pihak lain akan memberikan pengaruh yang sangat
besar terhadap fenomenan hujan-banjir-bencana. Pengaruh kedua hal tersebut dapat saling
menunjang perbaikan keadaan, saling meniadakan atau memperburuk keadaan.
Bergantung pada tingkat kerawanan dan kewaspadaan masyarakat di daerah potensial
bencana, banjir dapat menimbulkan bencana. Misalnya, pemukiman daerah retensi banjir
atau daerah bantaran sungai, suatu saat pasti akan terlanda banjir. Bila menjelang banjir
penghuni daerah tersebut mengungsikan diri dan harta bendanya akan berkurang.
Keberhasilan usaha penanggulangan banjir dan bencana akibat banjir dapat diperoleh tanpa
peran serta dari masyarakat. Di samping itu suksesnya program pengendalian banjir juga
tergantung dari aspek lainnya yang menyangkut sosial, ekonomi, lingkungan, institusi,
kelembagaan dan lainnya.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
2 - 57
PEMBATAS
BAB III
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
LAPORAN AKHIR
BAB III
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
Berisi pendekatan dan metedologi yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan DED Drainase Lingkungan
Permukiman Kabupaten Bangka Selatan.
3.1.
Pemahaman Dasar Sistem Drainase
Drainase berasal dari bahasa Inggris “drainage” yang mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang atau mengalirkan air. Drainase secara umum dapat didefinisikan
sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air
hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi
kawasan/lahan tidak terganggu. Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk
mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas. Jadi drainase menyangkut
tidak hanya air permukaan tapi juga air tanah.Secara umum, sistem drainase dapat
didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau
membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan
secara optimal. Dirunut dari hulunya, bangunan sistem drainase terdiri dari saluran
penerima, saluran pengumpul, saluran pembawa, saluran induk dan badan penerima air.
Pada sistem yang lengkap, sebelum masuk ke badan penerima air, air diolah dulu di instalasi
pengolah air limbah (IPAL), khususnya untuk sistem tercampur. Hanya air yang telah
memenuhi baku mutu yang dimasukkan ke badan penerima air, sehingga tidak merusak
lingkungan.
Sebagai salah satu system dalam perencanaan perkotaan, maka system drainase yang ada
dikenal dengan istilah sistem drainase perkotaan. Berikut definisi drainase perkotaan:
1. Drainase perkotaan yaitu ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan
perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi lingkungan sosial-budaya yang ada di
kawasankota.
2. Drainase perkotaan merupakan system pengeringan dan pengaliran air dari wilayah
perkotaan yang meliputi daerah permukiman, kawasan industry dan perdagangan,
kampus dan sekolah, rumah sakit dan fasilitas umum, lapangan olahraga, lapangan
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3-1
LAPORAN AKHIR
parkir, instalasi militer, listrik, telekomunikasi, pelabuhan udara.
Sistem jaringan drainase perkotan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu:
1. Sistem Drainase Makro
Sistem drainase makro yaitu system saluran/badan air yang menampung dan
mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan(Catchment Area). Pada umumnya
system drainase makro ini disebut juga sebagai system saluran pembuangan
utama(major system)atau drainase primer. Sistem jaringan ini menampung aliran yang
berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer, kanal-kanal atau sungai-sungai.
Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai dengan periode ulang antara 5
sampai 10tahun dan pengukuran topografi yang detail mutlak diperlukan dalam
perencanaan system drainase ini.
2. Sistem Drainase Mikro
Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase yang
menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara keseluruhan yang
termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran disepanjang sisi jalan,
saluran/selokan air hujan disekitar bangunan,gorong- gorong, saluran drainase kota dan
lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya tidak terlalu besar. Pada
umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan dengan masa ulang 2,5 atau 10
tahun tergantung pada tataguna lahan yang ada. Sistem drainase untuk lingkungan
permukiman lebih cenderung sebagai sistem drainase mikro. Bila ditinjau deri segi fisik
(hirarki susunan saluran) sistem drainase perkotaan diklassifikasikan atas saluran primer,
sekunder, tersier dan seterusnya.
a. Saluran Primer
Saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai. Saluran primer adalah saluran
utama yang menerima aliran dari saluran sekunder.
b. Saluran Sekunder
Saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan saluran primer(dibangun
dengan beton/plesteran semen).
c. Saluran Tersier
Saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran sekunder,berupa
plesteran, pipa dan tanah.
d. Saluran Kwarter
Saluran kolektor jaringan drainase lokal.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3-2
LAPORAN AKHIR
Gambar 3.1
Peta Orientasi Kabupaten Bangka Selatan Terhadap Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung
Keterangan:
a=Saluranprimer
b=Saluransekunder
c=Salurantersier
d=Salurankwarter
Saat ini sistem drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur perkotaan yang sangat
penting. Kualitas manajemen suatu kota dapat dilihat dari kualitas sistem drainase yang
ada. Sistem drainase yang baik dapat membebaskan kota dari genangan air. Genangan air
dapat menyebabkan lingkungan menjadi kotor dan jorok, menjadi sarang nyamuk dan
sumber penyakit lainnya, sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan dan kesehatan
masyarakat.
Permasalahan Drainase Perkotaan
Banjir merupakan kata yang sangat populer di Indonesia, khususnya pada musim hujan,
mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami bencana banjir. Peristiwa banjir
setiap tahun berulang, namun permasalahan ini sampai saat ini belum terselesaikan,
bahkan cenderung makin meningkat, baik frekuensinya, luasannya, kedalamannya,
maupun durasinya.
Akar permasalahan utama banjir di perkotaan berawal dari pertambahan penduduk
yang sangat cepat, akibat urbanisasi, baik migrasi musiman maupun permanen.
Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan prasarana dan sarana
perkotaan yang memadai mengakibatkan pemanfaatan lahan perkotaan menjadi acakacakan. Pemanfaatan lahan yang tidak tertib inilah yang menyebabkan persoalan
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3-3
LAPORAN AKHIR
drainase di perkotaan menjadi sangat kompleks. Hal ini barangkali juga disebabkan oleh
tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap penting dan perlunya
memecahkan permasalahn yang dihadapi kota. Selain itu masih belum mengakarnya
kesadaran terhadap hukum, perundangan dan kaidah-kaidah yang berlaku. Belum
konsistennya pelaksanaan hukum menambah kompleks masalah yang dihadapi kotakota di Indonesia.
3.2.
a.
Kriteria Perencanaan
Pertimbangan teknik
Saluran drainase perkotaan agar direncanakan dengan pertimbangan teknik termasuk
metode perhitungan yang lazim berlaku sebagai berikut :
1) aspek hidrologi;
penentuan debit rencana agar dihitung melalui lengkung kekerapan durasi deras
hujan;
penentuan debit desain dan tinggi jagaan agar didasarkan pada: macam kota (kotaraya, kota-besar, kota-sedang dan kota-kecil), macam daerah (daerah perdagangan,
daerah industri dan daerah pemukiman), macam saluran (saluran primer, saluran
sekunder, saluran tersier, saluran jalan bebas hambatan, saluran jalan arteri dan lainlain);
penetapan karakteristik darah aliran berupa luas daaerah aliran, koefisien aliran, dan
penetapan tinggi jagaan agar didasarkan pada macam kota-raya, kota-besar, kotasedang, kota-kecil, daerah perdagangan, daerah industri, dan daerah pemukiman;
drainase
perkotaan
yang
menggunakan
bangunan
stasiun
pompa,
perlu
mempertimbangkan penyediaan waduk atau kolam tendon dan memperhitungkan
volume total aliran serta waktu konsentrasi curah hujan;
2) aspek hidraulik;
kecepatan maksimum aliran agar ditentukan tidak lebih besar dari pada kecepatan
maksimum yang diizinkan sehingga tidak terjadi kerusakan;
kecepatan minimum aliran agar ditentukan tidak lebih kecil dari pada kecepatan
minimum yang diizinkan sehingga tidak terjadi pengendapan dan pertumbuhan
tanaman air;
bentuk penampang saluran agar dipilih berupa segi empat, trapesium, lingkaran,
bagian dari lingkaran, bulat telur, bagian dari bulat telur, atau kombinasi dari bentukbentuk tersebut;
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3-4
LAPORAN AKHIR
saluran sebaiknya dibuat dengan bentuk majemuk, terdiri atas saluran kecil dan
saluran besar, guna mengurangi beban pemeliharaan;
kelancaran pengaliran air dari jalan ke dalam saluran drainase agar dilewatkan melalui
lubang pematus yang berdimensi dan berjarak penempatan tertentu;
dimensi
bangunan
pelengkap
seperti
gorong-gorong,
pintu
air
dan
lubang
pemeriksaan agar ditentukan berdasarkan kriteria desain sesuai dengan macam kota,
daerah dan macam saluran;
3) aspek struktur;
jenis dan mutu bahan bangunan agar dipilih sesuai dengan persyaratan desain,
tersedia cukup banyak dan mudah diperoleh;
kekuatan dan kestabilan bangunan agar diperhitungkan sesuai dengan umur layan
yang ditentukan.
b.
Pertimbangan Non Teknik
Saluran drainase perkotan agar direncanakan dengan pertimbangan segi-segi lainnya
sebagai berikut :
1) biaya:
drainase perkotaan agar direncanakan sesuai dengan ketersediaan biaya;
biaya agar dikelola dan dipertanggung-jawabkan sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku;
2) pemeliharaan:
drainase perkotaan agar dipelihara dengan membersihkan saluran dan merawat
bangunan pelengkapnya secara berkala sesuai dengan peraturan pemeliharaan yang
lazim dipakai;
pembersihan saluran drainase dengan cara penggelontoran agar diperhitungkan sejak
tahap awal perencanaan, dan debit minimum untuk penggelontoran agar diusahakan
dari saluran yang ada di dalam atau di dekat perkotaan;
drainase perkotaan agar dilindungi dengan garis sempadan yang batasnya dtetapkan
sesuai dengan macam saluran;
drainase
perkotaan
agar
dilengkapi
dengan
jalan
inspeksi
untuk
keperluan
pemeliharaan dan dapat berfungsi ganda, yaitu disamping berfungsi sebagai jalan
inspeksi dapat pula berfungsi sebagai jalan akses, jalan lokal, jalan kolektor, atau jalan
arteri yang merupakan bagian dari jaringan jalan di dalam kota.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3-5
LAPORAN AKHIR
3.3.
Konsep Eko-Hidraulik Dalam Drainase
3.3.1 Fungsi Sungai sebagai Saluran Drainase
.
Sungai merupakan komponen drainase utama dalam suatu DAS (Daerah Aliran Sungai).
Bentuk dan ukuran sungai alamiah merupakan bentuk yang sesuai dengan kondisi geologi,
geografi, ekologi, dan hidrologi daerah tsb. Konsep alamiah drainase adalah bagaimana
membuang kelebihan air selambat-lambatnya ke sungai. Hal ini dapat terlihat dari sungai
yang memiliki bentuk alamiah tidak teratur.
Drainase konvensional yang banyak dianut selama ini didefinisikan sebagai usaha untuk
membuang / mengalirkan kelebihan air di suatu tempat secepat-cepatnya menuju sungai,
dan secepat-cepatnya dibuang ke laut. Hal ini bertentangan dengan konsep eko-hidraulik.
Dengan konsep pembuangan secepat-cepatnya ini akan terjadi akumulasi debit di bagian
hilir dan rendahnya konsevasi air untuk ekologi di hulu. Sungai di hilir akan menerima beban
debit yang lebih tinggi dan waktu debit puncak lebih cepat daripada keadaan semula
sehingga menimbulkan penurunan kualitas ekologi di daerah hulu.
Maryono, 2001, mengusulkan konsep drainase baru sebagai suatu usaha membuang /
mengalirkan kelebihan air ke sungai dengan waktu seoptimal mungkin sehingga tidak
menyebabkan terjadinya masalah kesehatan dan banjir di sungai yang terkait.
Pengelolaan sungai tidak dapat dilakukan hanya dengan melihat fungsi hidraulisnya saja dan
mengabaikan fungsi ekologisnya. Pengelolaan sungai adalah usaha manusia guna
memanfaatkan sungai sebesar-besarnya untuk kepentingan manusia dan lingkungan secara
integral dan berkesinambungan, tanpa menyebabkan kerusakan rezim dan kondisi ekologis
sungai yang bersangkutan.
Konsep pengelolaan sungai seperti di atas disebut konsep Eko-Hidraulik (Maryono, 2001).
Pengelolaan sungai dengan konsep Eko-Hidraulik bukan saja bertujuan untuk melestarikan
kondisi ekologis di lingkungan sungai, namun juga untuk memanfaatkan
komponen ekologis sungai dalam rekayasa hidraulis. Untuk menanggulangi banjir, maka
komponen ekologis di sepanjang alur sungai dapat dimanfaatkan sebagai komponen retensi
hidraulis yang menahan aliran air, sehingga terjadi peredaman banjir. Dengan banyaknya
genangan retensi lokal di sepanjang sungai, maka kualitas ekologi sungai pun diharapkan
akan meningkat. Prinsip pengelolaan sungai adalah bagaimana mempertahankan kondisi
sungai tersebut semaksimal mungkin pada kondisi alamiahnya (back to nature concept).
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3-6
LAPORAN AKHIR
3.3.2 Pelurusan Sungai, Sudetan dan Tanggul
Banjir dan permasalah genangan yang kerap kali terjadi di daerah perkotaan memerlukan
penanganan secara komprehensif, tidak hanya menggunakan metode konvensional
melainkan juga dengan metode penyelesaian banjir lainnya, seperti ekohidrolik. Adapun
yang dimaksud metode konvensional adalah membuat sudetan, normalisasi sungai,
pembuatan talud, dan berbagai macam konstruksi sipil lainnya. Sedangkan metode
ekohidrolik bertitik berat pada renaturalisasi, restorasi sungai,
serta peningkatan daya
retensi lahan terhadap air hujan. Penyelesaian banjir dan permasalahan drainase dengan
konsep penanganan banjir secara konvensional yang hanya mengutamakan faktor hidraulik,
bertitik tolak pada penanganan dampak banjir secara lokal. Hal ini perlu diimbangi dengan
konsep ekohidrolik yang bertitik tolak pada penanganan penyebab banjir dari segi ekologi
dan lingkungan. Dengan dilakukannya retensi air di bagian hulu, tengah, dan hilir, juga di
sepanjang wilayah sungai, sempadan sungai, badan sungai, dan saluran, selain berfungsi
sebagai penanggulangan banjir juga sekaligus menanggulangi kekeringan di kawasan yang
bersangkutan.
3.3.3 Drainase Ramah Lingkungan
Eko-drainase atau drainase ramah lingkungan adalah sistim drainase yang memperhatikan
kelestarian lingkungan. Hal ini sebenarnya bukan sesuatu yang baru bahwa segala sesuatu
yang berhubungan dengan man made world, segala sesuatu buatan manusia, perlu dibuat
dengan ramah terhadap lingkungan, yang pada gilirannya, artinya juga perlu ramah
terhadap manusia.
Di bidang drainase, pertimbangan desain sistem drainase sampai saat ini masih
menggunakan paradigma lama yaitu bahwa air drainase harus secepatnya dibuang ke hilir
atau ke laut. Baru kemudian disadari bahwa paradigma ini tidak sesuai lagi dengan keadaan
masa kini ketika didapati fenomena defisit air dalam neraca keseimbangan air antara
ketersediaan dan kebutuhan yang diperlukan oleh manusia yang semakin banyak.
Defisit neraca air ini ditandai dengan menurunnya permukaan air tanah, karena disedot
untuk berbagai keperluan, bahkan tidak hanya untuk keperluan primer manusia seperti air
minum, tetapi juga untuk keperluan sekunder yaitu industri. Tanda yang lain dari defisit air
ini adalah semakin menurunnya kuantitas dan kualitas ketersediaan air baku akibat semakin
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3-7
LAPORAN AKHIR
membesarnya fluktuasi jumlah aliran permukaan persatuan waktu yang terjadi di musim
penghujan dibandingkan yang terjadi di musim kemarau.
Besarnya fluktuasi ini terjadi antara lain oleh kurangnya daerah resapan air di bagian hulu
dikarenakan gundulnya hutan dan kurangnya usaha membangun sistim tampungan
(tandon) air pada sistim drainase. Hal ini berakibat menurunnya recharging air tanah dan
pada gilirannya kemudian berefek pada turunnya base flow pada aliran sungai atau
menghilangnya mata air mata air dari hulu sungai.
Filosofi pembuatan sistim drainase dengan tampungan-tampungan ramah lingkungan dalam
usaha menanggulangi banjir mirip tetapi tidak sama dengan filosofi pembuatan waduk
penahan banjir. Waduk dibangun dalam skala besar, tidak hanya dalam pengertian fisik, tapi
juga besar dalam efek negatif yang terjadi. Sedangkan sistim drainase dengan tampungantampungan air ramah lingkungan dibuat dan dikelola oleh orang perorang dan oleh unit
masyarakat kecil. Sedemikian sehingga perbedaan filosofi diantara keduanya ialah bahwa
waduk dimotori oleh sebuah otoritas, sedangkan sistim drainase dengan tampungantampungan ramah lingkungan digerakkan oleh public community.
Penerapan konsep drainase ramah lingkungan di lapangan yang diiringi oleh program
pengembangan masyarakat dilakukan pada berbagai bidang, seperti:
1. Sistem pembuangan air hujan di rumah
Dengan konsep bahwa air hujan harus ditahan selama mungkin dan sebanyak mungkin
diserap oleh tanah maka urutan aliran air hujan di setiap unit rumah dapat mengikuti alur
sebagai berikut :
Air hujan bungker air sumur resapan saluran
Ilustrasi alur air hujan di setiap unit rumah disajikan pada Gambar 3.2 berikut :
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3-8
LAPORAN AKHIR
Gambar 3.2
Ilustrasi alur air hujan di rumah
1. Pada tahap pertama, air hujan dari atap rumah disalurkan ke bunker air. Air yang
ditampung pada bungker ini di kemudian hari dapat digunakan untuk berbagai
keperluan, seperti untuk menyiram tanaman, mencuci kendaraan, dll. Jika air untuk
keperluan-keperluan diatas dapat diambil dari bungker air yang ada maka hal ini
dapat secara langsung mengurangi beban air yang harus disuplai dari PAM.
2. Pada tahap kedua, air hujan yang tidak tertampung di bungker air dialirkan menuju
sumur resapan. Air dari sumur resapan ini berfungsi sebagai pengisian kembali air
tanah.
3. Pada tahap ketiga, air hujan yang tidak tertampung di sumur resapan kemudian
dialirkan ke selokan / saluran pembuangan air hujan. Hal ini merupakan tahapan
terakhir jika semua usaha untuk menahan air agar dapat meresap ke dalam tanah
telah dilakukan
Jika dihitung, proporsi volume air yang dapat ditampung dalam bungker untuk tiap
rumah mungkin tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan keseluruhan volume air
hujan yang turun. Namun jika setiap rumah dalam suatu kompleks perumahan
menggunakan cara seperti ini, maka jumlah volume air yang dapat ditampung akan
semakin besar. Hal ini juga berlaku dalam penggunaan sumur resapan pada setiap
unit rumah. Walaupun volume air yang dapat menyerap ke tanah untuk satu unit
rumah tidaklah besar, namun jika setiap rumah menerapkan hal ini maka jumlah
volume air yang dapat dikonvservasi akan semakin besar.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3-9
LAPORAN AKHIR
2.
Saluran drainase sebagai long storage
Saluran drainase selain berfungsi untuk mengalirkan air hujan ke daerah yang lebih
rendah, juga dapat difungsikan sebagai long storage. Untuk beberapa kawasan, long
storage ini diperlukan karena air tidak dapat dibuang langsung ke laut akibat adanya
pengaruh pasang surut. Namun untuk beberapa kawasan lain, long storage ini dapat
berfungsi sebagai bagian dari proses retensi air hujan, agar volume air yang menyerap
ke dalam tanah semakin besar.
Selain itu, pada musim kemarau, keberadaan air di saluran drainase cukup penting
untuk menghindari pengendapan dan tertumpuknya berbagai kotoran yang dapat
menimbulkan bau tidak sedap. Dengan adanya long storage tersebut, air yang ada
dapat digunakan untuk melakukan penggelontoran saluran. Pengaturan air pada saat
akan dilakukan penggelontoran dapat dilakukan menggunakan bantuan pintu air
maupun bangunan air sejenis, yang dioperasikan oleh masyarakat setempat.
Dengan demikian, untuk lokasi-lokasi yang dianggap memenuhi persyaratan,
perencanaan saluran drainase perlu mengikutsertakan faktor retensi air, dengan
konsekuensi dimensi saluran drainase akan semakin besar.
3.
Peningkatan luas badan air
Peningkatan luas badan air sungai dimaksudkan untuk meningkatkan daya retensi
sungai terhadap air. Komponen retensi alamiah di wilayah sungai, sempadan sungai,
dan badan sungai dapat ditingkatkan dengan cara menanami kembali sempadan dan
sungai yang telah rusak serta memfungsikan daerah genangan atau Folder alamiah di
sepanjang sempadan sungai dari hulu sampai hilir untuk menampung banjir
4.
Pemeliharaan kebersihan
3.3.4 Eko-Engineering dalam Eko-Hidraulik .
Teknologi berkelanjutan yang sekarang banyak diterapkan salah satunya adalah BioEngineering, yaitu pemanfaatan tetumbuhan untuk perbaikan-perbaikan struktur fisik
wilayah sungai. Contoh penerapan Bio-Engineering atau Eko-Engineering adalah untuk
mengatasi permasalahan longsor. Longsoran tebing, erosi pada dinding penahan tanah,
erosi di sekitar pilar jembatan, dan jebolnya tanggul merupakan efek dari meningkatnya
kecepatan air dan debit air. Bangunan perlindungan tebing sungai yang digunakan dalam
teknik konvensional adalah perkerasan tebing dengan pasangan batu. Konstruksi ini
menutup seluruh permukaan tebing. Bangunan semacam ini secara langsung akan
memperpendek alur sungai dan menurunkan faktor kekasaran dinding. Dalam konsep EkoDED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 10
LAPORAN AKHIR
Engineering, perlindungan tebing dapat dilakukan dengan menggunakan vegetasi lokal
setempat. Hermono, 2001, mengusulkan 3 buah vegetasi di Indonesia yang bisa digunakan,
yaitu : Vitiver grass (rumput akar wangi), Ipoema carrnia (karangkungan), dan Bombusa
(bambu).
A. Penggunaan Vertiver grass
Vertiver grass adalah tanaman yang sangat mudah tumbuh di berbagai tingkat
kesuburan tanah, tahan kekeringan dan tahan genangan air serta penanamannya
mudah relatif tanpa pemeliharaan. Akar vertiver ini tumbuh lebat menancap ke
bawah (dapat mencapai 3 m), sehingga tidak terjadi perebutan unsur hara dengan
tanaman lain. Sifat yang menguntungkan lainnya adalah umumya panjang dan
dapat bertahan selama puluhan tahun. Jenis Vertiver adalah yang tidak
menghasilkan biji, tidak mempunyai akar yang dapat menghasilkan tanaman baru
dan sekaligus berfungsi sebagai ranting Dengan karaktenstik ini Vertiver tidak akan
berkembang liar di luar daerah rencana, tidak mengganggu tanaman pertanian di
sekitamya dan tikus tidak mau masuk karena bau akarnya. Daun Vertiver relatif
rimbun sebagai penangkal erosi akibat hujan Akarnya yang kuat akan mengikat
tanah disekitarnya Satu jalur Vertiver sepanjang kontur akan berfungsi mengikat
tanah, menahan sedimen dan lumpur yang terbawa air. Maka dapat terbentuk
bangku terasering yang stabil. Beberapa lokasi sungai di Indonesia yang sudah
dilakukan penanaman Vertiver untuk perlindungan tebing adalah Sungai Pecangaan
dan Sungai Wulan di Seluna Jawa Barat, Sungai Cisanggurung, Sungai Gjangkelok
di Jawa barat.
B. Penggunaan Ipoema carnia
Ipomea camia disebut juga Karangkungan atau Kangkung-kangkungan atau
Kangkung londo atau Lompong-lompongan. Ipomea ini merupakan tanaman rawa
yang dapat tumbuh di segala tempat dan tahan terhadap genangan dan arus air.
C. Penggunaan Bambusa (bambu)
Bambusa atau bambu; Bambu termasuk keluarga rumput-rumputan. Tanaman
bambu tumbuh alami di hampir semua benua. Sampai saat ini menurut FAO
terdapat sebanyak 75 genus bambu dan 1250 spesies. Batangnya berbentuk pipa,
dengan buku-buku sebagai pembatas pipa, mempunyai lapisan kulit khusus di
bagian dalam dan luar batangnya. Kekuatan tarik lapis luar 2 kali lipat dan bagian
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 11
LAPORAN AKHIR
dalam. Memiliki kekuatan tinggi secara axial dan memiliki sifat lentur. Dalam waktu
3-4 bulan dapat mencapai ketinggian maksimum 40 meter dan diameter
rumpunnya sekitar 15-30 cm. Bambu ini dapat dijumpai di sebagian besar tebing
sungai. Tebing sungai merupakan habitat yang sangat cocok untuk tanaman
bambu. Dalam kaitannya dengan perbaikan tebing, bambu dapat ditanam di
sepanjang bagian tebing yang dianggap rawan. Di samping itu dapat juga
dikombinasikan dengan tanaman Vertiver dan Ipomea.
D. Kombinasi antara bambu, Vertiver dan Ipoema
Kombinasi konstruksi Bambu, vertiver dan Ipomea sesuai untuk lokasi yang
mempunyai kondisi dimana kecepatan air saat banjir kurang dan 1,5 m/dt, air
banjir banyak membawa sedimen tersuspensi (banyak membawa lumpur) dan
dasar sungai bukan tersusun oleh batu kerikil.
Cara pemasangannya adalah batang bambu dipasang vertikal pada lokasi yang
tebingnya mengalami ancaman gerusan, batang melintang mendatar dipasang dan
diikatkan pada batang vertikal sebagai penguat. Di antara baris batang vertikal
dimasukkan ranting pohon (segala jenis ranting dan dahan pohon). Dengan ini
terbentuklah krib porous yang dapat menahan air banjir dan mengikat sedimen.
Setelah endapan terbentuk maka Karangkungan atau Vertiver ditanam Selanjutnya
akan tumbuh kuat dan tumbuhnya tidak teratur saling tindih dan terkait sehingga
dapat mempercepat proses pengendapan. Pada saat batang bambu mulai rapuh
dimakan panas dan waktu, vertiver atau karangkungan dan endapan baru pada
kaki tebing sungai cukup stabil dan mampu menahan gerusan.
E. Penggunaan batang pohon yang tidak teratur
Batang pohon yang tak teratur, pohon tumbang baru dan belum dipotong dahan
dan rantingnya, dapat dipasang pada bagian yang longsor. Di daerah pegunungan
dapat dipakai pohon cemara. Bagian bawah (akarnya) diletakkan di hulu membujur
di sepanjang tebing yang longsor. Untuk dataran rendah dapat digunakan pohonpohon atau bambu di sekitar sungai yang ada. Pada longsoran yang panjang dapat
digunakan sejumlah batang pohon yang dipasang memanjang.
F. Gabungan batang dan ranting pohon membujur
Gabungan (ikatan) batang dan ranting pohon membujur dengan mengikat dahan
dan ranting pohon memanjang dapat dipasang dengan dipatok disepanjang kaki
tebing sungai Fungsi utamanya adalah untuk menahan kemungkinan longsornya
tebing akibat arus air. Jenis tumbuhan (ranting-dahan) dipilih di daerah setempat,
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 12
LAPORAN AKHIR
misalnya batang
tanaman 'mantang-mantangan' atau bambu-bambu yang
berukuran kecil. Ikatan tersebut sebaiknya ditimbun tanah sebagian sehingga
mendorong tumbuh. Untuk menjaga kebasahan selama masa pertumbuhan, maka
ikatan tersebut harus di letakkan di bawah atau pada muka air rata-rata
G. Ikatan batang dan ranting pohon dengan batu
Ikatan batang dan ranting pohon dengan batu dan tanah di dalamnya memiliki
prinsip yang sama dengan ikatan batang, hanya di bagian dalam ikatan tersebut
diisi dengan batu dan tanah. Fungsi batu dan tanah ini adalah sebagai alat
pemberat sehingga ikatan tidak terbawa arus. Di samping itu mempermudah
tumbuhnya batang dan ranting tersebut.
H. Pagar datar
Pagar ini dapat dibuat dengan bambu atau batang atau ranting pohon yang ada di
sekitar sungai. Penancapan pilar pagar sekitar 50 cm dan jarak pilar antara 50-80
cm. Pagar di pasang di dasar sungai dengan bagian atas di bawah tinggi muka air
rata-rata. Pemasangan pagar ini paling tepat sebelum musim penghujan.
Tergantung jenis tanaman setempat, dalam waktu berapa bulan tanaman di
belakang pagar sudah bisa tumbuh.
I. Penutup tebing
Penutup tebing untuk menanggulangi erosi ini dapat dibuat dan berbagai macam
bahan, misalnya dari alang-alang, mantang-mantangan, jerami kering, rumput
gajah kering, daun kelapa dll. Di bagian bawah dipasang ikatan batang pohon
untuk penahan. Diantaranya bisa ditanami dengan vegetasi. Jenis vegetasi
sebaiknya adalah vegetasi yang ditemukan di sekitar lokasi tersebut.
J. Tanaman tebing
Untuk melindungi erosi dan longsoran tebing yang terjal dapat digunakan
perlindungan dengan tanaman. Jenis tanaman disesuaikan dengan jenis tanaman
yang didapat di sekitar lokasi Panjang batangnya sekitar 60 cm masuk ke dalam
tanah dengan diurug diatasnya dan sekitar 20 cm yang di luar Dengan cara
pengurugan ini didapat kondisi tanah yang gembur dan memungkinkan hidupnya
tanaman tersebut. Dengan masukan sedalam 60 cm ke dalam tanah make akan
didapat tanaman yang kuat mengikat tebing sungai.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 13
LAPORAN AKHIR
K. Penanaman tebing
Tebing-tebing sungai yang tanpa tanaman sebaiknya sesegera mungkin ditanami.
Jenis tanaman dapat dipilih dan daerah setempat Bambu adalah salah satu jenis
vegetasi yang banyak dijumpai di sepanjang sungai di Indonesia. Penanaman
bambu dapat dilakukan dengan memilih beberapa jenis bambu yang sesuai dengan
lebar dan kedalaman sungai. Jenis-jenis bambu yang pendek dan kecil dapat
ditanam pada sungai yang relatif kecil Sedang bambu tinggi dan besar batangnya
digunakan pada tebing sungai besar. Tanaman di tebing sungai ini selain berfungsi
sebagai pelindung tebing juga berfungsi sebagai retensi aliran, sehingga kecepatan
aliran turun dan banjir di hilir dapat dikurangi.
L. Tanaman antara pasangan batu kosong
Pasangan batu kosong akan lebih kuat jika dicelah-celahnya ditanami tanamantanaman yang sesuai. Dengan tanaman tersebut batu akan semakin kokoh terikat
pada tebingnya.
3.4.
Pendekatan Perencanaan
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan disusun berdasarkan lingkup kegiatan yang disyaratkan
dalam Kerangka Acuan Kerja dan pertimbangan-pertimbangan lain yang dianggap perlu
untuk mempermudah atau meningkatkan kualitas pekerjaan.
Metodologi Pelaksanaan Pekerjan diuraikan dengan memperhatikan beberapa faktor yang
mempengaruhi, seperti :
Ketentuan – ketentuan dalam kerangka acuan kerja
Pemahaman awal tentang lokasi studi
Sumberdaya yang sesuai dengan KAK
Dalam metodologi kerja kita melakukan pendekatan teknis maupun non teknis, dengan
tujuan supaya dalam pelaksanaan pekerjaan ada dasar pemikiran atau pertimbangan dalam
melakukan kegiatan untuk setiap item pekerjaan. Yang lebih ditekankan dalam metodologi
ini yaitu prosedur dan langkah kerja dalam melaksanakan pekerjaan, sedangkan khusus
dalam pekerjaan analisis data metodologi ini juga membahas dasar perhitungan yang
dipakai dalam analisa data.
Pendekatan yang digunakan antara lain melalui 3 (tiga) aspek : penataan ruang,
pengelolaan DAS, pendekatan kultural dan kelembagaan.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 14
LAPORAN AKHIR
3.4.1. Penataan Ruang
Penataan ruang bertujuan untuk mengatur hubungan antara berbagai kegiatan
dengan fungsi ruang guna tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas melalui
perencanaan struktur dan pola pemanfaatan ruang. Perencanaan struktur dan pola
pemanfaatan ruang merupakan kegiatan menyusun rencana tata ruang yang
produknya menitikberatkan kepada pengaturan hirarki pusat permukiman dan pusat
pelayanan barang dan jasa, serta keterkaitan antara pusat tersebut melalui, antara
lain, sistem prasarana. Sistem prasarana meliputi, antara lain, jaringan transportasi
seperti jalan raya, jalan kereta api, sungai dan jaringan utilitas seperti : air bersih, air
kotor, pengaturan air hujan, jaringan telepon, jaringan gas, jaringan listrik dan
sistem pengelolaan sampah. Tata guna tanah, tata guna air, dan tata guna udara
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perencanaan struktur dan pola
pemanfaatan ruang. Arti penting penataan ruang terjadi akibat adanya penyempitan
dan atau konversi ruang secara tidak bijaksana, terutama karena perkembangan
kota, sosial-ekonomi, budaya dan kebijakan pemerintah.
a) Perkembangan Kota
Perkembangan kota merupakan salah satu dampak laju pertumbuhan penduduk dan
urbanisasi, yang pada akhirnya mempengaruhi ketersediaan lahan. Makin sempitnya
ruang terbuka menyebabkan makin besarnya pengaliran air permukaan sehingga
beban sistem drainase perkotaan harus dapat mengantisipasi laju pertumbuhan
penduduk, sejalan dengan arahan Rencana Tata Ruang Kota maupun pentahapan
pelaksanaannya.
b) Sosial-Ekonomi dan Budaya
Kenyamanan suasana perkotaan berkaitan erat dengan kegiatan sosial ekonomi
masyarakat perkotaan yang tidak terlepas dari sarana dan prasarana drainase
perkotaan yang ada. Secara tidak langsung sistem drainase kota yang kurang baik
akan berdampak negatif terhadap kelancaran lalulintas para pelaku ekonomi dan
bisnis yang menghidupkan suasana perkotaan. Dengan kata lain, drainase kota yang
dirancang harus memiliki sifat yang positif terhadap kegiatan ekonomi yang
berlangsung di wilayah kota tersebut. Misalnya : bebas genangan dan banjir, yang
sering menjadi sebab kemacetan dan
Diharapkan
dengan
perencanaan
terhambatnya aktivitas perekonomian.
drainase
kota
yang
baik,
maka
mampu
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 15
LAPORAN AKHIR
menciptakan mobilisasi manusia, barang dan jasa yang baik dan berkembang
terkendali.
1) Pertumbuhan penduduk, urbanisasi dan angkatan kerja;
2) Mobilitas dan transportasi;
3) Pengelolaan limbah rumah tangga dan limbah kota;
4) Kesehatan masyarakat.
Beberapa aspek sosial dan budaya yang terkait dengan konsep pembangunan sistem
drainase adalah:
1) Kebutuhan nyata dan prioritas kebijakan pemerintah daerah;
2) Keseimbangan pembangunan antar kota dan dalam kota;
3) Ketersediaan lahan dan tata guna tanah;
4) Pola dan prilaku budaya masyarakat dalam pengelolaan sampah; dan
5) Pola dan prilaku kesehatan dan kebersihan masyarakat perkotaan.
Apabila suatu daerah terbebas dari genangan maka peluang untuk melakukan
sosialisasi sangat besar, sehingga mendorong kehidupan sosial yang semakin baik.
Rasa aman dan tenteram yang terganggu oleh genangan akan pulih dan semangat
gotong royong akan tumbuh dengan sendirinya.
3.4.2. Pengelolaan DAS
Pendekatan DAS untuk analisis jaringan drainase didasarkan pada metode kuantitatif yang
pertama kali dikembangkan oleh Robert Horton (seorang ahli teknik hidrolika Amerika) pada
tahun 1940-an. Konsep umum pendekatan pengelolaan DAS meliputi pendekatan hidrologi
secara umum dan pendekatan ekohidrolika. Pendekatan hidrologi secara umum dapat dilihat
pada Gambar 3.3 berikut:
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 16
LAPORAN AKHIR
Gambar 3.3
Konsep umum pengelolaan DAS
3.4.3. Koordinasi Kelembagaan dan Kebijakan
Koordinasi pemerintah dalam pengelolaan sistem drainase perkotaan perlu mendapat
perhatian yang sungguh-sungguh, karena menyangkut kepentingan khalayak seperti halnya
pengelolaan sampah atau sanitasi lingkungan dan lain-lain.
Koordinasi antar instansi yang berkompeten bersama-sama merumuskan tindakan strategis
untuk pengelolaan sistem drainase perkotaan. Misalnya koordinasi pengelolaan sistem
jaringan drainase jalan, bandara, stasiun kereta api, terminal, pasar, perumahan-perumahan
besar yang dibangun pengembang dan kawasan tertentu lainnya (kawasan industri,
kawasan perkantoran dan lain-lain). Baik dalam lalu lintas data, penganggaran (budgeting)
maupun koordinasi teknis. Koordinasi kelembagaan juga perlu terpadu/terintegrasi dengan
tidak mengesampingkan partisipasi masyarakat dan keterlibatan investor dalam upaya
profesionalisme program.
a) Peran Pemerintah Pusat
Ditekankan kepada pembangunan drainase yang bersifat perintisan, antara lain
pembangunan saluran primer dan komponen pokok misalnya waduk, stasion pompa,
pintu pengendali air pasang pada sistem drainase utama.
Dalam rangka pengaturan dan pembinaan, Pusat menerbitkan pedoman, tata cara dan
spesifikasi teknis yang berkaitan dengan proses perencanaan, pelaksanaan, operasi dan
pemeliharaan sistem drainase perkotaan.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 17
LAPORAN AKHIR
b) Peran Pemerintah Kabupaten/Kota
Pada hakekatnya Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bertanggung jawab dalam
perencanaan, pembangunan, operasi dan pemeliharaan sistem drainase utama.
c) Peranserta Masyarakat
Operasional dan pemeliharaan sistem drainase lokal menjadi tanggung jawab
masyarakat perkotaan.
3.5.
Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan
3.5.1. Pekerjaan Pengumpulan Data dan Survey Lapangan
1. Desain Survey
Desain survey merupakan tahap awal bagi persiapan survey ke lapangan. Hal ini
dimaksudkan agar survey yang dilakukan efisien dan efektif. Pada desain survey ini,
dilakukan pembuatan check list data yang dibutuhkan untuk survey ke dinas-dinas terkait
dan formulir isian untuk survey primer (lapangan). Desain survey yang sudah dibuat akan
dikonsultasikan dengan Tim Teknis yang sudah dibentuk.
2. Survey Lapangan
Sesuai dengan desain survey yang sudah disepakati, selanjutnya dilakukan survey lapangan
untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan. Secara garis besar, hal yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
Pengumpulan data dan informasi teknis yang terkait dengan perencanaan jaringan
drainase dari berbagai Dinas terkait, berupa data tabular (tekstual) dan peta baik
eksisting maupun rencana.
Melakukan survey lapangan/survey primer untuk melihat actual yang ada. Pada tahap
ini konsultant akan melakukan identifikasi kondisi eksisting sistem drainase dan
masalah genangan yna dihadapi. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini antara
lain :
1. Identifikasi daerah genangan yang ada pada lokasi studi
2. Pengumpulan peta sistem tata air yang sudah ada
3. Pelakukan identifikasi sarana dan prasarana drainase
4. Melakukan Cross check data yang didapat dengan kondisi yang ada di lapangan
5. melakukan pengamatan kasar terhadap catchment area daerah yang bersangkutan
6. Melakukan pengamatan dan pendataan permasalahan banjir/genangan yang
dihadapi
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 18
LAPORAN AKHIR
3. Survey Topografi
Tujuan Survey
Dalam kegiatan survey topografi mempunyai tujuan untuk mendapatkan data dan
gambaran bentuk permukaan tanah rencana desain yang berupa situasi dan ketinggian
serta posisi penampakan yang ada dan selanjutnya dapat digambar penampang
memanjang dan melintang dari rencana master plan. Pengukuran yang dilakukan
harus teliti (terutama untuk elevasi) sedemikian rupa, sehingga bisa diketahui
mengenai kemiringan (slope) dari arah memanjang maupun melintang master plan
akan direncanakan.
Ruang Lingkup survey
Lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan dalam survey topografi adalah sebagai
berikut :
Orientasi Medan
Pengamatan situasi daerah perencanaan
Pengukuran penampang memanjang dan melintang saluran eksisting.
3.5.2. Analisis Hidrologi
Pengolahan data hidrologi dimaksudkan untuk mengetahui curah hujan periode tertentu,
dengan beberapa metode untuk mendapatkan curah hujan ekstrim R (yang dikehendaki).
Angka-angka hujan harian disusun menurut besarnya, sedangkan distribusi hujan di cek
untuk mengetahui apakah kita akan memakai distribusi Gumbel atau Normal atau Log
Normal (untuk meramal) dan atau dengan menggunakan kala ulang dua tahunan atau lima
tahunan. Lengkung hujan dapat digambarkan dengan menggunakan ekstrim R. Gambar 3.4.
Gambar 3.4
Grafik Lengkung Kekerapan Durasi Hujan
Lengkung Hujan
I
I = intensitas hujan mm/jam
t = durasi hujan (jam, hari)
t
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 19
LAPORAN AKHIR
Analisis intensitas curah hujan dengan rumus-rumus acuan dalam perhitungan hidrologi
yang mencakup perhitungan curah hujan, frekwensi curah hujan, dan perhitungan debit
banjir, sedangkan perhitungan hidraulika digunakan untuk perencanaan dimensi jaringan
drainase. Dalam hal ini, data curah hujan diketahui dari hasil pengamatan dengan alat
penakar biasa mm/hr, kemudian dicari curah hujan dengan kala ulang 2,5 dan 10 tahun.
Uji Konsistensi Data Curah Hujan
Data curah hujan yang tersedia dalam bentuk data statistik sering terjadi ketidakkonsistenan
atau tidak lengkap akibat pindah lokasi, kerusakan alat, penggantian alat serta penggantian
orang. Oleh karena itu, agar data curah hujan menjadi konsisten diperlukan pengujian, yaitu
dengan uji konsistensi. Cara yang digunakan adalah melalui analisis massa ganda ( double
mass analysis). Analisis massa ganda diterapkan terhadap stasiun hujan yang terdekat
dengan daerah perencanaan.
Analisis Distribusi Sebaran
Analisa distribusi kemungkinan banjir yang digunakan lakukan dengan metode Distribusi
Gumbel Tipe I, Person Tipe III dan Log Normal.
Metoda Distrubusi Gumbel.
Persamaan empiris untuk distribusi Gumbel Tipe I sebagai berikut :
X = X SK
Keterangan :
X = Nilai yang diharapkan terjadi untuk kala ulang tertentu (mm)
X = Nilai rata-rata hitung data X (mm)
K = Faktor frekuensi
=
YT Yn
Sn
YT = Reduced mean atau nilai reduksi data dari variabel yang diharapkan terjadi
pada periode ulang tertentu
Tr x 1
Tr x
= Ln Ln
Yn = Nilai rata-rata dari reduksi data, nilainya tergantung dari jumlah data (n) dan
dapat dilihat pada Tabel. 2.3
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 20
LAPORAN AKHIR
Sn = Reduced Standar Deviation yang nilainya tergantung dari jumlah data (n) dan
dapat dilihat pada Tabel. 2.4
S
= Simpangan baku
n
=
n
X
i 1
i
X 2
n 1
= Jumlah data
CS = koefisien kepencengan
= 1,1396
CK = koefisien kurtosis
= 5,4002
Tabel 3.1
Hubungan Reduksi Data Rata-rata (Yn) dengan Jumlah Data (n)
Tabel 3.2
Reduced Standard Deviation (Yn)
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 21
LAPORAN AKHIR
Metoda Distrbusi Log Pearson Tipe III.
Distribusi Log Pearson Tipe III merupakan hasil transformasi dari distribusi Pearson Tipe III
dengan menggantikan data menjadi nilai logaritmik. Persamaan distribusi Log Pearson Tipe
III dapat ditulis sebagai berikut :
Log Xt
= Log X G S
Keterangan,
Xt
= Besarnya curah hujan dengan periode t (mm)
Log X
= Rata-rata nilai logaritma data X hasil pengamatan (mm)
S
= Standar Deviasi nilai logaritma data X hasil pengamatan
n
=
CS
Log Coef.
Of
Skewness
Log X 2
n 1
n. logX logX
3
n 1 . n 2 . SlogX 3
= koefisien kurtosis
=
Tabel 3.3
t 1
t
= koefisien kepencengan
=
CK
Log X
n 1 n 2 n 3 S log X
n 2 logX logX
4
4
Faktor Penyimpangan K yang digunakan untuk Sebaran Distribusi Log
Pearson Type III.
PERIODE ULANG (Tr)
2
5
10
25
50
100
200
1000
50%
20%
10%
4%
2%
1%
0.5%
0.1%
3
-0.396
0.420
1.180
2.278
3.152
4.051
4.970
7.250
2.5
-0.360
0.518
1.250
2.262
3.048
3.845
4.652
6.600
2.2
-0.330
0.574
1.284
2.240
2.970
3.705
4.444
6.200
2
-0.307
0.609
1.302
2.219
2.912
3.605
4.298
5.390
1.8
-0.282
0.643
1.318
2.193
2.848
3.499
4.147
5.660
1.6
-0.254
0.675
1.329
2.163
2.780
3.388
3.990
5.390
1.4
-0.225
0.705
1.237
2.128
2.706
3.271
3.828
5.110
1.2
-0.195
0.732
1.340
2.087
2.626
3.149
3.661
4.820
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 22
LAPORAN AKHIR
Log Coef.
Of
Skewness
PERIODE ULANG (Tr)
2
5
10
25
50
100
200
1000
50%
20%
10%
4%
2%
1%
0.5%
0.1%
1
-0.164
0.758
1.340
2.043
2.542
3.022
3.489
4.540
0.9
-0.148
0.769
1.339
2.018
2.498
2.957
3.401
4.395
0.8
-0.132
0.780
1.336
1.998
2.453
2.891
3.312
4.250
0.7
-0.116
0.790
1.333
1.967
2.407
2.824
3.223
4.105
0.6
-0.099
0.800
1.328
1.939
2.359
2.755
3.132
3.960
0.5
-0.083
0.808
1.323
1.910
2.311
2.686
3.041
3.815
0.4
-0.066
0.816
1.317
1.880
2.261
2.615
2.949
3.670
0.3
-0.050
0.824
1.309
1.849
2.211
2.544
2.856
3.525
0.2
-0.033
0.830
1.301
1.818
2.159
2.472
2.763
3.380
0.1
-0.017
0.836
1.292
1.785
2.107
2.400
2.670
3.235
0
0
0.842
1.282
1.751
2.054
2.326
2.576
3.090
-0.1
0.017
0.836
1.270
1.716
2.000
2.252
2.482
2.950
-0.2
0.033
0.850
1.258
1.680
1.945
2.178
2.388
2.810
-0.3
0.050
0.853
1.245
1.643
1.890
2.104
2.294
2.675
-0.4
0.066
0.855
1.231
1.606
1.834
2.029
2.201
2.540
-0.5
0.083
0.856
1.216
1.567
1.777
1.955
2.108
2.400
-0.6
0.099
0.857
1.200
1.528
1.720
1.880
2.016
2.275
-0.7
0.116
0.857
1.183
1.488
1.663
1.806
1.926
2.150
-0.8
0.132
0.856
1.166
1.448
1.606
1.733
1.837
2.035
-0.9
0.148
0.854
1.147
1.407
1.549
1.660
1.749
1.910
-1
0.164
0.852
1.128
1.366
1.492
1.588
1.664
1.800
-1.2
0.195
0.844
1.086
1.282
1.379
1.449
1.501
1.625
-1.4
0.225
0.832
1.041
1.198
1.270
1.318
1.351
1.465
-1.6
0.254
0.817
0.994
1.116
1.166
1.197
1.216
1.280
-1.8
0.282
0.799
0.945
1.035
1.069
1.087
1.997
1.130
-2
0.307
0.777
0.895
0.959
0.980
0.990
0.995
1.000
-2.2
0.330
0.752
0.844
0.888
0.900
0.905
0.907
0.910
-2.5
0.360
0.711
0.771
0.793
0.798
0.799
0.800
0.802
-3
0.396
0.636
0.660
0.666
0.666
0.667
0.667
0.668
Metode Normal
Rumus :
Xt = X + k . Sx
Dimana :
Xt
x
= Curah hujan rencana dengan periode ulang T tahun (mm)
= Curah hujan rata-rata (mm)
Sx = Standar deviasi
k
= Nilai dari Reduksi Gauss (Tabel 3.4)
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 23
LAPORAN AKHIR
Tabel 3.4
Variabel Reduksi Gauss
Metode Log Normal
Distribusi Log Normal yang digunakan yaitu Distribusi Log Normal 2 Parameter.
Dimana :
X
= Curah hujan rencana dengan periode ulang T tahun (mm)
Y
= Faktor frekuensi dari log normal 2 parameter sebagai fungsi dari
koefisien variasi dan periode ulang T tahun (dapat dilihat pada
Tabel 3.7)
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 24
LAPORAN AKHIR
Cv
= Koefisien variasi
n
= Banyaknya data
Log xi = Curah hujan dalam logaritmik
Logx
= Curah hujan rata-rata dalam logaritmik
Slog x = Standar deviasi dalam logaritmik
Untuk Distribusi Log Normal 2 Parameter
Tabel 3.5
Y Untuk Distribusi Log Normal 2 Parameter
Perhitungan Intensitas Curah Hujan Rencana
Dari rumus perhitungan Mononobe, maka dapat dihitung besarnya intensitas curah hujan
rencana sebagai berikut:
I
R24 t
t T
2/3
=
rT =
t . Rt – ( t – 1 ). R ( t 1)
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 25
LAPORAN AKHIR
Dimana :
rT
=
Curah Hujan pada jam ke T ( mm )
Rt
=
Rerata curah hujan dari awal sampai jam ke T ( mm )
T
=
Waktu mulai hujan hingga jam ke T ( jam )
R 24
=
curah hujan efektif dalam 24 jam ( mm )
t
=
Waktu konsentrasi hujan ( jam )
3.5.3. Analisis Hidraulika
Aliran Permukaan (Surface Runoff)
Curah hujan yang mencapai permukaan tanah sebagian akan terinfiltrasi ke dalam tanah,
sedangkan bagian yang lain akan menjadi limpasan air permukaan (surface runoff) atau
lebih sederhana sering disebut limpasan (Runoff) saja. Bila intensitas curah hujan melebihi
kapasitas infiltrasi setelah tampungan penuh, maka selisih antara curah hujan dan kapasitas
infiltrasi menjadi curah hujan berlebih (excess rainfall) yang akan mengalir di atas
permukaan tanah sebagai bagian yang meningkatkan luapan. Limpasan air permukaan ini
yang menimbulkan masalah, karena daya dukung saluran yang ada tidak memadai maka
timbul genangan atau banjir.
Perhitungan debit rencana digunakan metode rasional yang berlaku untuk daerah pengaliran
dengan luas sampai 80 ha, sedangkan untuk daerah pengaliran dengan luas lebih dari 80 ha
digunakan rumus rasional yang dimodifikasi. diperoleh dari hitungan luas daerah yang harus
dikeringkan. Selanjutnya untuk menentukan dimensi saluran, dilakukan dengan menghitung
beban saluran rencana tersebut dari saluran kecil ke saluran induk. Dalam metode rasional,
persamaan yang menyatakan hubungan antara hujan dan limpasan dinyatakan sebagai
berikut :
Q=
1
C . I . A .............................................................. (3.1)
3,6
Q
: debit rencana pada kala ulang t tahun (m 3/det)
C
: koefisien pengaliran
I
: intensitas curah hujan (mm/jam)
A
: luas daerah/areal ( km2)
Rumus rasional modifikasi untuk daerah pengaliran lebih besar dari 80 ha dan tidak melebihi
5.000 ha, sebagai berikut :
Q = 0,00278 C . Cs . I . A ...................................................... (2.7)
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 26
LAPORAN AKHIR
dimana : Cs
2 tc
2 tc td
Cs = Koefisien penampungan
Tc = waktu konsentrasi ( menit)
td = lama pengaliran dalam saluran (menit)
Selengkapnya langkah perhitungan debit rencana dapat dilihat pada Bagan Alir di bawah ini.
Gambar 3.5
Data Debit
> 20 tahun
Bagan Alir Perhitungan Debit Banjir Rencana
Data hujan panjang dan data
debit (1 ~ 3) tahun
Cara
Empiris
Cara
Matematis
Unit
Hidrograh
Kalibrasi
Data Debit
(10 ~ 20) tahun
Data
diperpanjang
Analisa Frekuensi Probabilitas
Gumbel, Log Pearson, Log Normal
Data Debit
(4 ~ 20) tahun
Cara Banjir di
atas ambang
Debit Alur
Penuh
Data Hujan dan Data
Karakteristik DAS
Cara Regresi
- IOH
- GAMA 1
Cara
Empiris
Cara
Rational
Hidrograf
Satuan SCS
- Weduwen
- Haspers
- Melchior
Banjir Rata-Rata Tahunan (Q)
Analisis Frekuensi Probabilitas
Banjir Regional
Bandingkan dengan cara
perhitungan lainnya
DEBIT BANJIR RENCANA QT
Limpasan (runoff) dipengaruhi oleh elemen-elemen meteorologi dan elemen-elemen daerah
pengaliran atau daerah aliran sungai (DAS).
a) Elemen Meteorologi
Elemen-elemen meteorologi yang mempengaruhi limpasan air permukaan adalah sebagai
berikut : jenis presipitasi, Intensitas curah hujan, lamanya curah hujan, distribusi curah
hujan dalam daerah pengaliran, arah pergerakan curah hujan, curah hujan terdahulu dan
kelembaban tanah dan Kondisi-kondisi meteorologi yang lain
1) Presipitasi (hujan)
Pengaruh presipitasi terhadap limpasan berbeda-beda, dipengaruhi oleh intensitas
curah hujan dan durasi curah hujan. Terjadinya hujan mengaruhi secara langsung
terhadap hidrograf.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 27
LAPORAN AKHIR
2) Intensitas curah hujan (I)
Pengaruh I terhadap limpasan permukaan tergantung juga pada kapasitas infiltrasi. Jika
I melampaui kapasitas infiltrasi, maka besarnya limpasan permukaan akan meningkat
sesuai dengan peningkatan I.
3) Durasi hujan
Curah hujan yang durasinya lama secara relatif akan mengakibatkan limpasan
permukaan yang relatif lebih besar juga, meskipun intensitas hujannya sedang. Setiap
daerah aliran sungai memiliki durasi hujan kritis. Jika lama curah hujan tersebut kurang
dari durasi kritisnya, maka lamanya limpasan praktis akan sama dan tidak tergantung
pada intensitas curah hujannya.
4) Distribusi hujan pada daerah pengaliran
Jika kondisi seperti topografi, keadaan tanah dan lain-lain di seluruh daerah pengaliran
sama dan jumlah curah hujan sama, jika curah hujan terdistribusi merata, maka akan
mengakibatkan debit puncak minimum.
5) Arah pergerakan curah hujan
Curah hujan lebat yang bergerak sepanjang sistem aliran sungai akan sangat
mempengaruhi debit puncak dan lamanya limpasan permukaan.
6) Curah hujan terdahulu dan kelembaban tanah
Jika kadar kelembaban lapisan teratas tanah itu tinggi, maka akan mudah terjadi banjir
karena kapasitas infiltrasi kecil. Demikian pula jika kelembaban tanah itu meningkat dan
mencapai kapasitas lapangan, maka air infiltrasi akan mencapai permukaan air tanah
dan memperbesar aliran air tanah.
7) Kondisi-kondisi meteorologi yang lain
Elemen meteorologi yang lain yang secara tidak langsung mempengaruhi limpasan
sekaligus mengontrol iklim di suatu daerah adalah suhu, kecepatan angin, kelembaban
relatif, tekanan udara rata-rata, curah hujan tahunan dan lain-lain. Semua elemen
memiliki hubungan timbal balik satu dengan yang lainnya.
b) Elemen DAS
Elemen daerah pengaliran yang mempengaruhi limpasan air permukaan adalah sebagai
berikut : penggunaan lahan (landuse), daerah pengaliran, topografi, jenis tanah dan
fakto-faktor lain yang memberikan pengaruh misalnya karakteristik jaringan sungaisungai, adanya daerah pengaliran yang tidak langsung dan drainase buatan.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 28
LAPORAN AKHIR
1) Kondisi penggunaan lahan (landuse)
Limpasan air permukaan sangat dipengaruhi oleh kondisi penggunaan lahan/tanah
dalam daerah pengaliran. Daerah hutan yang ditutupi tumbuh-tumbuhan yang lebat
akan sulit mengadakan limpasan permukaan karena kapasitas infiltrasinya yang besar.
2) Daerah pengaliran
Jika faktor-faktor termasuk curah besar curah hujan, intensitas curah hujan dan lainnya
tetap maka limpasan air permukaan selalu sama, dan tidak tergantung luas daerah
pengaliran.
3) Kondisi topografi dalam daerah pengaliran
Corak, elevasi, gradien, arah dari daerah pengaliran mempunyai pengaruh terhadap
hidrologi daerah pengaliran. Corak daerah pengaliran adalah faktor bentuk, yaitu
perbandingan panjang sungai utama terhadap lebar rata-rata daerah pengaliran.
Elevasi daerah pengaliran dan elevasi rata-rata mempunyai hubungan yang penting
terhadap suhu dan curah hujan. Gradien mempunyai hubungan dengan infiltrasi,
limpasan permukaan, kelembaban dan pengisian air tanah. Gradien daerah pengaliran
adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi waktu mengalirnya air
permukaan, waktu konsentrasi ke sungai dari curah hujan dan mempunyai hubungan
langsung terhadap debit banjir.
4) Jenis tanah
Bentuk butir-butir tanah, coraknya dan cara mengendapnya adalah faktor-faktor yang
menentukan kapasitas infiltrasi, maka karakteristik limpasan sangat dipengaruhi oleh
jenis tanah daerah pengaliran itu.
5) Faktor-faktor lain yang memberikan pengaruh
Faktor-faktor penting lain yang mempengaruhi limpasan adalah karakteristik jaringan
sungai-sungai, adanya daerah pengaliran yang tidak langsung, dan drainase buatan.
Koefisien Limpasan (C)
Koefisien limpasan (C) adalah perbandingan antara jumlah hujan yang jatuh dengan air
yang mengalir sebagai limpasan dari suatu hujan pada permukaan. Koefisien pengaliran
dapat dipengaruhi oleh struktur geologi, klimatologi, jenis permukaan tanah dan kemiringan
daerah pengaliran.
C = tinggi limpasan air permukaan
tinggi curah hujan
............................................ (2.8)
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 29
LAPORAN AKHIR
Pada suatu daerah pengaliran dengan tata guna lahan yang berbeda-beda besarnya
koefisien pengaliran ditetapkan dengan mengambil harga rata-rata berdasarkan bobot luas
daerah. Tata guna lahan yang dipergunakan sebagai acuan adalah tata guna lahan pada
akhir periode perencanaan, Rumus perhitungan angka pengaliran adalah sebagai berikut :
Cr = (C1A1 + C2A2 ...........+ Cn A n ) /( A1 + A2 ........ + An )
..............(2.9)
dimana:
Cr = nilai rata-rata koefisien pengaliran
C1, C2, Cn = koefisien pengaliran tiap-tiap daerah
A1, A2, An = luas masing-masing daerah
C PUH
1 (1 5 ) (I)1/2
I
dimana :
C5
C PUH
I5
I PUH
= koefisien pengaliran pada PUH 5 tahun
= koefisien Pengaliran pada PUH yang dicari
= Intensitas Hujan pada 5 tahun
= Intensitas Hujan pada PUH yang dicari mm/jam
Luas daerah pengaliran diperhitungkan secara akurat, karena merupakan salah satu elemen
perhitungan volume limpasan pada metoda rasional. Luas ini dihitung berdasarkan tributary
area yang masuk menjadi beban pada saluran. Harga koefisien limpasan air permukaan
dipengaruhi oleh intensitas hujan daerah setempat, mempunyai nilai yang berbeda pada
berbagai kemiringan dan bentuk DAS, perbedaan penggunaan lahan, terutama karakteristik
tanah dan bangunan di atasnya. Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap C, Besarnya
pengaruh berbagai tipe penggunaan lahan terhadap koefisien limpasan/koefisien pengaliran
dapat dilihat pada Tabel 3.6 sebagai berikut:
Tabel 3.6
Koefisien Pengaliran Untuk Berbagai Penggunaan Lahan
Jenis Penggunaan Lahan
1. Jalan beton dan jalan aspal
2. Jalan kerikil dan jalan tanah
3. Bahu jalan:
Tanah berbutir halus
Tanah berbutir kasar
4. Daerah perkotaan
5. Daerah pinggir kota
6. Daerah industri
7. Permukiman padat
8. Permukiman tidak padat
9. Taman dan kebun
10. Persawahan
11. Perbukitan
12. Pegunungan
Koefisien Pengaliran
0,70 – 0,95
0,40 – 0,70
0,40 - 0,65
0,10 - 0,20
0,70 - 0,95
0,60 – 0,70
0,60 – 0,90
0,40 – 0,60
0,40 – 0,60
0,20 – 0,40
0,45 – 0,60
0,70 – 0,80
0,75 – 0,90
Sumber :Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan (SNI 03-3424-1994)
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 30
LAPORAN AKHIR
b) Pengaruh Kemiringan Lahan Terhadap C
1) Miring Terjal
Lahan persil miring, dengan kemiringan S>7% biasanya terdapat pada DAS upstream.
Kebijaksanaan penggunaan lahan terbangun sebaiknya diperkecil prosentasenya
terhadap luas lahan total. Sehingga masih banyak tanah kosong yang memberi
kesempatan air hujan dapat masuk infiltrasi- perkolasi ke dalam tanah. Sebagai contoh
mengenai penggunaan lahan terbangun yaitu untuk tanah miring (S>7%) hanya
diperbolehkan membuat bangunan seluas kurang dari 30 % total luas lahan pribadi.
Jadi masih ada lahan kosong 70% dari luas total yang masih memungkinkan menanam
pepohonan, sehingga air hujan yang jatuh melalui proses intersepsi dahulu di daun,
batang dan akar tumbuhan, menghambat jatuhnya sampai di permukaan tanah.
2) Miring Sedang
Lahan miring sedang dengan kemiringan rata-rata 2-7%, umumnya terdapat pada
DAS bagian tengah. Kebijaksanaan penggunaan lahan terbangun sebaiknya antara
40% - 50% dari luas lahan total pribadi. Sehingga paling sedikit setengah lahannya
masih terbuka dan masih memberi kesempatan air hujan yang jatuh berinfiltrasi ke
dalam tanah. Air tanah pada lahan ini adalah kiriman dari aliran tanah sebelah atas,
ditambah perolehan air tanah setempat, hasil dari air infiltrasi dan perkolasi setempat.
3) Datar
Lahan datar dengan kemiringan S < 2%, biasanya terdapat pada bagian lembah DAS
(down stream). Pada bagian lembah DAS, sumber air tanah mendapat kiriman dari
DAS di atasnya, ditandai dengan permukaan air tanah yang dangkal. Kebijaksanaan
penggunaan lahan terbangun dapat lebih besar dari setengah luas lahan total tanah
pribadi.
3.5.4. Analisis Dimensi Dan Struktur
3.5.4.1 Kriteria Saluran
Kapasitas Saluran
Analisis yang mengarahkan perancangan teknik detail pekerjaan saluran drainase
berdasarkan ukuran saluran drainase yang memadai serta jenis, mutu bahan, kekuatan dan
kestabilan konstruksi yang harus dibangun berdasarkan analisis-analisis hidrologi dan
hidrolika.
1. Perencanaan Saluran
Kapasitas Saluran
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 31
LAPORAN AKHIR
Perhitungan kapasitas saluran digunakan rumusan kontinuitas (persamaan 2.10) dan
rumus Manning sebagai berikut :
Q=V.A
V= I R2/3 S1/2n
Dimana :
Q = kapasitas pengaliran (m3/det)
n = koefisien kekasaran manning
V = kecepatan aliran (m/det)
R = jari-jari hidrolis (meter)
A = luas penampang basah (m2)
S = kemiringan dasar saluran (%)
Sesuai dengan sifatnya bahan saluran yang digunakan untuk drainase kabupaten, maka
nilai n tercantum seperti pada Tabel dibawah ini
Tabel 3.7
Koefisien kekasaran Manning
Jenis kontruksi
Koefisien kekerasan
manning (n)
Lapisan beton
0,015
Pasangan batu kali
0,025
Tanpa perkerasan
0,030
Saluran alami
0,045
Lamanya dan Kecepatan Aliran Dalam Saluran
Penentuan lama aliran dalam saluran (time of drain,td) dengan panjang tertentu
digunakan rumus :
td =
LdVd
Dimana :
Td
=
lama
aliran
dalam
lahan(detik)
L
saluran
Vd
= kecepatan rata-rata dalam saluran
(m/det)
= panjang saluran (meter)
Kecepatan Manning untuk berbagai bentuk saluran digunakan dengan persamaan
sebagai berikut :
V = 1/n. R2/3. S1/2
Dimana :
V = kecepatan aliran (m/det)
R = jari-jari hidrolis (meter)
n = koefisien kekasaran Manning
S = kemiringan dasar saluran (%)
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 32
LAPORAN AKHIR
Penentuan kecepatan rata-rata aliran air di dalam saluran didasarkan pada kecepatan
minimum yang diperbolehkan yaitu kecepatan aluran terendah 0,6 m/det dimana tidak
boleh terjadi pengendapan dan mencegah pertumbuhan tanaman dalam saluran dan
kecepatan maksimum yang diperbolehkan adalah kecepatan aliran terbesar 3,0 m/det
yang tidak mengakibatkan penggerusan pada bahan saluran.
Kemiringan Saluran
Kemiringan saluan disesuaikan dengan keadaan topografi dan energi yang diperlukan
untuk menglirkan air secara gravitasi dan kecepatan yang ditimbulkan harus sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan. Kemiringan rata-rata saluran digunakan untuk
perhitungan waktu konsentrasi. Rumus yang digunakan untuk perhitungan kemiringan
adalah sebagai berikut :
Sr =
∑ Ln.
∑ Sn
dimana ;
Sr = kemiringan rata-rata (%m)
Ln = panjang masing-masing segmen saluran (m)
Sn = kemiringan masing-masing segmen saluran (%)
Dengan kecepatan rata-rata (Vr) dan panjang total (komulatif) (SLn) diperoleh waktu
pencapaian aliran puncak (tr) pada profil salluan tertentu.
Profil Saluran
Bentuk saluran yang digunakan adalah penampang bulat, persegi empat dan trapesium.
Untuk saluran penampang bulat dengan pengaliran tidak penuh ketinggian muka air
dalam saluran 0,8 kali ketinggian saluran. Penentuan dimesi saluran yang paling
optimum untuk penampang trapesium dengan luas penampang basah (A), kecepatan
aliran (V), jari-jari hidrolis (R), dan kedalaman aliran (Y), dinyatakan dengan persamaan
sebagai berikut :
m = 1/3
Penentuan dimensi penampang segi empat dengan penampang hidrolis optimum, maka
luas penampang saluran (A), jari-jari hidrolis (R), kedalaman aliran (Y), lebar dasar
saluran (b), lebar permukaan aliran (B) dan kemiringan dinding saluran (taud,m).
Tinggi Jagaan (Freeboard)
Tinggi jagaan untuk saluran terbuka dengan permukaan diperkeras ditentukan
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan antara lain : ukuran saluran, kecepatan aliran,
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 33
LAPORAN AKHIR
arah belokan saluran, dan debit banjir. Tinggi jagaan biasanya diambil antara 15 sampai
60 cm, tinggi jagaan paling rendah diambil sebesar 10 cm di atas muka air rencana untuk
debit maksimum rencana.
Tabel 3.8
Hubungan Antara TinggiJagaan dengan Debit
Debit
Tinggi Jagaan
(m3/det)
Minimum (m)
0,00-0,30
0,30
0,30-0,50
0,40
0,50-1,50
0,50
1,50-15,00
0,60
15,00-25,00
0,75
25,00
1,00
Sumber : Standar Puslitbang Air
Penampang Saluran
Tipe saluran drainase ada dua macam, yaitu : saluran terbuka dan saluran tertutup.
Saluran terbuka digunakan bila air yang disalurkan belum tercemar atau kualitasnya
tidak membahayakan, sedangkan saluran tertutup umumnya diterapkan pada daerah
dengan tingkat kepadatan yang tinggi dan ruang terbatas. Apabila yang disalurkan tidak
membahayakan saluran kombinasi terbuka dan tertutup disesuaikan dengan kondisi
lapangan, tetapi apabila membahayakan/tercemar maka saluran tertutup akan lebih baik
diterapkan disemua lokasi.
Saluran tertutup penampangnya dapat berbentuk bulat lingkaran, bulat telur, epilis dan
tapal kuda. Bentuk saluran terbuka antara lain adalah trapesium, segi empat, setengah
lingkaran, segitiga dan modifikasi dari bentuk-bentuk tersebut. Selain faktor tata guna
lahan, faktor lain yang diperlukan dalam mempertimbangkan bentuk saluran adalah
kemampuan pengaliran dengan memperhatikan bahan saluran yang digunakan (1), dan
kemudahan pembuatan dan pemeliharaan (2).Bentuk dan jenis saluran yang ada dapat
dipilih dan disesuaikan dengan keadaan lingkungan setempat. Tipe saluran air hujan
yang biasa digunakan sebagai berikut :
a) Saluran tertutup
Saluran ini dibuat dari beton bertulang, berbentuk bulat dan diterapkan pada daerah
kepadatan tinggi dengan ruang yang tersedia terbatas, pusat pemerintahan dan
jalan protokol.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 34
LAPORAN AKHIR
b) Saluran terbuka
Saluran ini terdiri dari dua bentuk dengan karakteristik yang berbeda. Saluran
berbentuk segi empat dan modifikasinya. Saluran ini dibuat dari pasangan batu kali
dan diterapkan pada daerah dengan ruang yang tersedia terbatas. Saluran
berbentuk trapesium dan modifikasinya. Saluran ini dibuat tanpa pengerasan,
diterapkan pada daerah dengan kepadatan rendah dengan ruang yang tersedia
masih luas.
Tabel 3.9
No.
1.
2.
3.
Bentuk-bentuk Dasar Penampang Saluran, Fungsi dan Lokasinya
Bentuk Saluran
Trapesium
Persegi empat
Setengah lingkaran
Fungsi
Lokasi
Untuk menyallurkan limbah air hujan
Pada daerah yang masih
dengan debit besar yang sifat alirannya
cukup
terus menerus dengan fluktuasi kecil
lahan
Untuk menyalurkan limbah air hujan
Pada daerah yang tidak
dengan debit besar yang sifat alirannya
tersedia
terus menerus dengan fluktuasi kecil
Lahan
Untuk menyalurkan limbah air hujan
dengan debit kecil
4.
Segi Tiga
Sama dengan nomor 3, tetapi dengan
debit sangat kecil sampai nol dan
banyak bahan endapan
5.
Bulat lingkaran
Berfungsi
baik
untuk
menyallurkan
Padatempat-tempat
limbah air hujan maupun limbah air
keramaian
bekas, atau keduanya
(pertokoan,pasar)
Jalur Saluran
Jaringan sistem penyaluran air hujan disesuaikan dengan keadaan fisik daerah pelayana.
Jalur yang akan dibuat mengikuti jaringan sistem yang telah ada. Kapasitas saluran
disesuaikan dengan beban, keadaan medan serta sifat hidrologis.
Bangunan Pelengkap
Bangunan-bangunan dimaksud adalah bangunan yang ikut mengatur dan mengontrol
sistem aliran air hujan yang ada dalam perjalanannya menuju outfall agar aman dan
mudah melewati daerah curam atau melintasi jalan-jalan raya Bangunan-bangunan
dimaksud berupa : gorong-gorong (culvert); street inlet, bangunan pertemuan saluran,
bangunan transisi/got miring, bangunan terjun, jembatan, syphon dan lain-lain.
a) Terjunan Miring
Perencanaan geometri didasarkan kepada perhitungan ruang olahan berdasarkan
prinsip-prinsip loncatan hidraulik (hidraulic jump). Mula-mula teori air loncat
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 35
LAPORAN AKHIR
dikembangkan hanya untuk saluran yang horizontal atau kemiringannya kecil,
dimana dalam analisis, berat sendiri dari air loncat diabaikan. Meskipun demikian
hasilnya dapat diterapkan pula pada saluran-saluran yang dijumpai pada persoalanpersoalan teknis dalam praktek. Untuk kemiringan saluran yang besar, berat sendiri
dari air harus disertakan dalam analisis. Persamaan berikut memperlihatkan
hubungan ketinggian aliran di hulu dan di hilir.
b) Gorong-Gorong (Culvert)
Saluran alam atau saluran buatan yang melintasi alinyemen jalan harus dilengkapi
dengan sarana untuk memungkinkan drainase silang. Bangunan silang untuk
drainase yang umum digunakan adalah gorong-gorong (culvert). Fungsi goronggorong adalah untuk mengalirkan air permukaan melintasi/keluat dari daerah
kawasan jalan dan mampu memikul beban pada saat pelaksanaan pekerjaan, beban
lalulintas dan beban tanah. Dengan demikian, desain harus menjamin lancarnya
pengaliran debit rencana, serta berfungsinya lubang pemasukan (inlet) dan lubang
pengeluaran (outlet) dan sambungan gorong-gorong.
Disain hidraulis dari kebanyakan gorong-gorong ditentukan oleh daya angkut
gorong-gorong untuk menglirkan debit rencana tanpa menyebabkan elevasi muka air
udik yang tingi. Dalam beberapa hal, perlu perimbangan hidraulis lain, yaitu
pencegahan gerusan pada bagian pengeluaran gorong-gorong. Agar debit banjir
dapat dialirkan dengan lancar dan aman, maka luas penampung melintang goronggorong harus diberi keonggaran yang cukup besar, mengingat kemungkinan
terjadinya curah hujan yang terlalu besar, adanya sedimen-sedimen dan sampah.
Kondisi hidraulis gorong-gorong tergantung pada berbagai kondisi batas, misalnya
luas profil melintang gorong-gorong, kecepatan aliran, araf muka air di inlet dan
outlet, panjang gorong-gorong kontak.
c) Street Inlet
Street inlet adalah lubang di sisi-sisi jalan yang berfungsi untuk menampung dan
menyalurkan limpasan air hujan yang jatuh di sepanjang jalan menuju ke saluran.
Sesuai dengan kondisi dan penempatan saluran serta fungsi jalan yang ada, maka
pada jenis penggunaan saluran terbuka tidak diperlukan street inlet, karena ambang
saluran yang ada merupakan bukaan bebas. Pada garis besarnya, tipe-tipe street
inlet adalah gutter inlet, curb inlet, dan kombinasinya. Gutter inlet terdiri atas bukaan
horisontal yang dilengkapi dengan satu atu lebih kisi-kisi dimana aliran dilewatkan.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 36
LAPORAN AKHIR
Curb inlet terdiri atas bukaan vertikal. Bila curb dan gutter inlet dibuat sebagai satu
unit, maka disebut dengan inlet kombinasi.
d) Perubahan Saluran (Transsition)
Bagunan ini berfunsi untuk melindungi saluran dari kerusakan yang mungkin timbul
akibat
perubahan
bentuk
atau
luas
potongan
melintang
saluran.
Maksud
pembuatannya adalah untuk menghindari kemungkinan rusaknya badan saluran
akibat perubahan kecepatan aluran yang menimbulkan turbulensi. Bentuk dari
struktur tersebut adalah berupa head wall lurus atau seperangkat lingkaran dengan
besar sudutmaksimum perubahan saluran adalah 12,5o dari sisi saluran.
e) Pertemuan Saluran (Junction)
Junction adalah pertemuan dua saluran atau lebih dari arah yang berbeda pada
suatu titik. Pada kenyataannya pertemuan saluran ini mempunyai ketinggian dasar
saluran yang selalu sama seningga kehilangan tekanannya sulit diperhitungkan.
Untuk mengurangi kehilangan tekanan yang terlalu besar dan untuk keamanan
konstruksi maka dinding pertemuan saluran dibuat tidak bersudut atau dibentuk
lengkung serta diperluas. Pertemuan saluran yang berbeda jenis/bentuknya
digunakan bak yang berfungsi sebagi bak pengumpul.
f) Belokan
Belokan pada saluran terjadi karena adanya perubahan arah aliran atau keadaan
medan yang tidak memungkinkan. Kehilangan tekanan akibat belokan dinding
dihitung dengan rumus:
g) Outfall
Outfall merupakan ujung saluran air hujan yang ditempatkan pada sungai atau
badan air penerima lainnya. Struktur outfall ini hampir sama dengan struktur
bangunan terjunan miring dari konstruksi pasangan batu kali.
Kerangka pikir penyusunan DED Drainase Lingkungan Permukiman Kabupaten Bangka
Selatan dapat dilihat pada bagan alir di bawah ini.
Adapun metodologi yang dilakukan adalah tahap persiapan, tahap analisa dan tahap
pelaporan hasil.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 37
LAPORAN AKHIR
3.1. Tahap Persiapan
Untuk tahap persiapan ini dilakukan penyiapan data-data antara lain yaitu:
-
Outlineplan Bangka Selatan Tahun 2011 dan reviewnya
-
Peta Peruntukkan Wilayah Bangka Selatan skala 1:20.000
-
Data Genangan
-
Data saluran
-
Peta RTRK
-
Data intensitas Hujan
-
Data topografi
-
Data-data lain yang berkaitan dengan drainase kota Surabaya
Survey dan pendataan lapangan mungkin diperlukan untuk mendapatkan data-data
yang belum tersedia.
3.2.
Tahap Analisa
Pada tahap ini dilakukan analisa dari hasil data sekunder dan primer yang diperoleh.
Analisa jaringan drainase, pembuatan sub daerah aliran, analisa hujan, perhitungan debit
banjir dan perencanaan saluran. Hasil perencanaan dituangkan dalam peta dan skema
jaringan drainase.
3.2.1 Analisa Hujan Rencana
Pada dasarnya besarnya hujan rencana dipilih berdasar pada pertimbangan nilai urgensi dan
nilai sosial ekonomi daerah yang diamankan, serta tergantung pada hirarki saluran (tersier,
sekunder, primer) dan luas area yang dilayani. Untuk daerah permukiman umumnya dipilih
hujan rencana dengan periode ulang 1.25 – 15 tahun. Sedang untuk daerah pusat
pemerintahan yang penting, daerah komersial dan daerah padat dengan nilai ekonomi tinggi
dapat dipertimbangkan periode ulang antara 10 – 50 tahun. Perencanaan gorong-gorong
jalan raya, lapangan terbang antara 3 – 15 tahun. Perencanaan pengendalian banjir yang
berkaitan dengan sungai antara 25 – 50 tahun.
Analisa curah hujan rencana ini dilakukan berdasarkan proses perhitungan statistik dengan
menggunakan suatu fungsi distribusi. Terdapat beberapa macam distribusi yang dapat
digunakan, yaitu:
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 38
LAPORAN AKHIR
-
Distribusi Pearson Tipe III
Persamaan fungsi kerapatan peluang dari Distribusi Pearson Tipe III adalah :
=
bila dilakukan transformasi terhadap persamaan di atas menjadi :
=
maka akan diperoleh
=
keterangan :
-
= fungsi kerapatan peluang distribusi Pearson Tipe III
-
= variabel acak kontinyu
-
= parameter skala,
-
= parameter bentuk,
-
= parameter letak,
-
=
=
=
Distribusi Log Pearson Tipe III
Distribusi Log Pearson Tipe III merupakan bentuk transformasi dari distribusi Pearson
Tipe III. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam menyelesaikan distribusi Log Pearson
Tipe III adalah:
1. Mengubah data banjir tahunan sebanyak n buah ke dalam bentuk Log X.
2. Hitung nilai tengahnya dengan perumusan :
3. Hitung nilai standart deviasi dengan rumus ;
=
=
4. Hitung koefisien kemencengan dengan perumusan :
5. Hitung logaritma debit dengan waktu balik yang dikehendaki dengan perumusan berikut
ini :
=
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 39
LAPORAN AKHIR
6. Cari antilog dari
untuk mendapatkan debit banjir dengan waktu balik yang
dikehendaki
3.2.2 Perhitungan Debit Banjir Rencana
Persamaan yang dapat digunakan untuk mendapatkan debit banjir rencana adalah:
=
-
= Debit yang terjadi akibat air limpasan dari lahan
-
= Koefisien pengaliran.
-
= Koefisien tampungan.
-
= Intensitas hujan
-
= Luas lahan
.
.
.
Untuk beberapa area yang berbeda permukaannya, harga C dihitung dengan rumus :
=
dimana :
-
= koefisien pengaliran
-
= luas area
besarnya koefisien pengaliran untuk masing - masing peruntukan lahan ditunjukkan dalam
Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Koefisien Pengaliran (
)
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 40
LAPORAN AKHIR
KOEFISIEN PENGALIRAN
Keterangan
Tipe
Rerumputan
- Tanah Pasir, datar < 2%
- Tanah Pasir, rata-rata 2 - 7 %
- Tanah Pasir, curam > 7 %
- Tanah Gemuk, datar < 2%
- Tanah Gemuk, rata-rata 2 - 7 %
- Tanah Gemuk, curam > 7 %
Bisnis
- Daerah Kota Lama
- Daerah Pinggiran
Perumahan
- Daerah "Single Family"
" Multi Unit ", terpisah pisah
" Multi Unit ", tertutup
" Suburban "
" Daerah rumah - rumah Apartemen "
Industri
Daerah Ringan
Daerah Berat
Pertamanan
Tempat Bermain
Halaman Kereta Api
No
1
2
3
4
5
6
7
C
0.05 - 0.10
0.10 - 0.15
0.15 - 0.20
0.13 - 0.17
0.18 - 0.22
0.25 - 0.35
0.75 - 0.95
0.50 - 0.70
0.30 - 0.50
0.40 - 0.60
0.60 - 0.75
0.25 - 0.40
0.50 - 0.70
0.50 - 0.80
0.60 - 0.90
0.10 - 0.25
0.20 - 0.35
0.20 - 0.40
Sumber: “Hidrologi untuk perencanaan bangunan air”, Imam Subarkah.
Persamaan yang dibutuhkan untuk mendapatkan besarnya koefisien tampunga (
), yaitu
:
=
dimana :
-
= waktu konsentrasi,
-
=
(
)
=
(
)
-
=
(
)
-
= Panjang saluran
-
= kecepatan yang terjadi pada saluran
Sedangkan persamaan yang dapat digunakan untuk mendapatkan besarnya intensitas hujan
adalah:
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 41
LAPORAN AKHIR
=
dimana :
-
= intensitas hujan
(
-
= waktu konsentrasi (
)
)
3.2.3 Analisa Hidrograf
Analisa hidrograf bertujuan untuk mendapatkan debit hidrograf yang nantinya akan
digunakan sebagai input data pada analisa profil muka air dengan menggunakan simulasi
program bantu. Terdapat beberapa metode analisa yang dapat digunakan yaitu Hidrograf
Satuan Sintetik Snyder - Alexayef, Hidrograf Satuan Sintetik Nakayashu, Hidrograf Satuan
Sintetik Gama I. Pada analisa ini nantinya akan menggunakan hidrograf Nakayashu. Berikut
ini uraian dari metode Nakayashu:
-
Hidrograf Satuan Sintetik Nakayashu
Persamaan yang digunakan untuk menyelesaikan hidrograf satuan sintetik Nakayashu ini
adalah:
=
dimana:
-
= debit puncak banjir
-
= hujan satuan
-
= tenggang waktu ( time lag ) dari permulaan hujan sampai puncak banjir
-
= waktu yang diperlukan untuk penurunan debit, dari debit puncak sampai
menjadi 30% dari debit puncak.
-
Hidrograf Satuan Sintetik SCS
Metode SCS pernah dikembangkan di Amerika Serikat dan sebaiknya metode ini tidak
diterapkan dimanapun juga tanpa pertimbangan yang teliti atas kecocokan bermacamDED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 42
LAPORAN AKHIR
macam kategori tata guna lahannya. Pada studi penyusunan Masterplan Drainase Kota
Surabaya telah dilakukan kajian dan penyesuaian angka perkiraan limpasan CN berdasarkan
tata guna lahan, tipe tanah dan prosentase kedap air untuk wilayah perkotaan di Indonesia
sehingga diperoleh harga CN yang telah disesuaikan seperti pada tabel berikut :
Tabel 3.2 Masukan Data –Persentase Kedap Air dan Nomor Kurva CN
Tata guna lahan
Kode
Luas
Kedap Air
Serap Air
(ha)
%
CN
5
85
74
70
74
85
79
Wil. Pemukiman (dgn. Kepadatan Penduduk)
50-150 orang/ha (kawasan perum.baru)
H1
50-150 orang/ha (kawasan perum. Lama)
H2
150-250 orang/ha
H3
250-350 orang/ha
H4
90
84
Lebih dari 350 orang/ha
H5
95
88
0
74
0
79
95
88
70
79
50
Lahan terbuka
Rerumputan (>75%)
O1
Campuran (wil.rerumputan 25-75%)
O2
5
Lain-lain
Industri, perdagangan & bisnis
C
Fasilitas umum/Kampus
P
Jalan Utama dan Areal Parkir, dll
R
TOTAL / RATA-RATA
40
5
100
105
85
78
Panjang aliran permukaan dan kemiringan rata-rata harus diestimasi dari peta. Panjang
aliran permukaan adalah panjang aliran permukaan rata-rata dalam meter dari ujung sub
daerah pematusan sampai ke saluran pematusan (yaitu pipa, selokan, atau saluran).
Perkiraan kasar untuk areal simetris adalah:
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 43
LAPORAN AKHIR
Panjang
Luas
Panjang
Saluran
2
Daerah pematusan satu sisi seperti yang ada di sketsa (b) seringkali berasal dari bangunan
rel kereta api atau jalan raya. Panjangnya dapat diperkirakan sbb:
Luas
P a n ja n g P a n ja n g
S a lu r a n
Kemiringan aliran permukaan adalah kemiringan permukaan rata-rata dari ujung daerah
pematusan sampai ke saluran utama melalui garis kemiringan yang terbesar (yaitu tegak
lurus dengan garis kontur). Dan ini bukan perbedaan ketinggian maksimum dalam sub
daerah pematusan yang dibagi dengan panjang saluran drainase primer. (Panjang saluran
drainase primer digunakan dalam prosedur “kelambatan dan rute” untuk semua daerah
pematusan kecuali daerah-daerah pematusan yang terkecil). Banyak bagian wilayah
Surabaya adalah sangat datar; dan kemiringan minimum 0,1 % direkomendasikan untuk
wilayah ini.
Perlu dicatat bahwa parameter aliran permukaan adalah kurang penting untuk hasil akhirnya
(hidrograf limpasan) dari pada daerah pematusan dan persentase kedap air, sehingga
analisa yang sangat terperinci untuk menentukan nilai panjang dan kemiringan tidak akan
diperlukan. Pada area terbangun di Surabaya alur aliran permukaannya biasanya sangat
pendek karena keberadaan saluran-saluran pematusan di sisi jalan; tanpa penghitungan
detil, nilai 50m pada umumnya dapat digunakan.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 44
LAPORAN AKHIR
(a) daerah pematusan simetris
L= A/(2W) =
22000
2(63+75+96)
= 47 m
75m
96m
63m
(b) daerah pematusan satu sisi
24000
192
= 125 m
L = A/W =
192m
Gambar 3.1. Cara Perkiraan Panjang Aliran Permukaan
Nilai-nilai koefisien Manning “n” diperlukan untuk aliran permukaan (komponen serap air
dan kedap air), untuk kelambatan dan rute aliran dalam suatu daerah pematusan dan untuk
aliran di saluran-saluran yang didesain. Nilai-nilai sangat tergantung pada faktor-faktor
seperti pekerjaan pemeliharaan dan tumbuh-tumbuhan. Nilai-nilai percontohan diberikan
dalam berikut.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 45
LAPORAN AKHIR
Tabel 3.3. Contoh Nilai-Nilai Koefisien Manning “n”
Aliran Permukaan (daerah serap air)
Pertumbuhan pepohonan padat
0.4
Lapangan
0.25-0.3
Tanah/sirtu/daerah yang sebagian beraspal
0.2
AliranPermukaan (daerah kedap air)
Jalan-jalan (aspal)
0.03
Permukaan beton kasar atau semacamnya
0.04
3.2.4 Analisa Hidrolika
Analisa hidrolika pada kajian teknis ini berkaitan dengan evaluasi saluran dalam kawasan
dan luar kawasan, serta menentukan kebuthan volume tampungan sementara dengan
adanya perubahan fungsi lahan, sebelum limpasan dialirkan menuju saluran luar.
Analisa kapasitas saluran ini bertujuan untuk mengetahui debit maksimum yang mampu
dialirkan pada penampang saluran, perhitungan kapasitas saluran ini didasarkan pada debit
rencana berdasarkan curah hujan rencana periode ulang. Perhitungan kapasitas saluran
akan menggunakan persamaan berikut ini :
=
=
dimana :
Q
: Debit saluran, satuan meter kubik per detik (m3/det)
n
: Koefisien kekasaran Manning
R
: Jari-jari hidrolis saluran (m)
I
: Kemiringan saluran
A
: Luas penampang saluran (m2)
berikut ini nilai kekasaran koefisien manning yang dapat digunakan dalam persamaan, yaitu
:
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 46
LAPORAN AKHIR
Tabel 3.4. Angka kekasaran Manning dalam saluran
Jenis Saluran
Nilai “n”
Manning
Aliran Permukaan
0.035
Saluran tanah tanpa pasangan
0.035
Saluran pasangan:
Batu kali/beton, pada sisinya saja, dasar
sedimen
Batu kali/beton, pada sisinya saja, dasar
bersih
Batu kali dengan plesteran/beton,
Kedua sisi dan dasar
0.025
0.020
0.014
Sumber : SDMP (Surabaya Master Plan Drainage)
Berikut ini merupakan beberapa persamaan yang digunakan dalam analisa hidrolika untuk
perhitungan kapasitas saluran, yang berkaitan dengan dimensi penampang, yaitu :
a. Penampang persegi
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 47
LAPORAN AKHIR
w
h
b
Gambar. 3.2. Sket penampang saluran persegi
Beberapa persamaan yang digunakan untuk perencanaan penampang saluran persegi:
=
=
=
=
dimana:
=Luas penampang saluran (m2)
= Lebar saluran (m)
= Kedalamanair pada saluran (m)
= Penampang basah saluran (m)
= Jari-jari hidrolis dari penampang saluran (m)
b.
Penampang trapesium
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 48
LAPORAN AKHIR
Gambar . 3.3. Saluran Penampang Trapesium
Beberapa persamaan yang digunakan untuk perencanaan penampang trapezium:
=
=
=
=
dimana:
=Luas penampang saluran (m2)
=Lebar saluran (m)
=Kedalamanair pada saluran (m)
= Kemiringan penampang
= Penampang basah saluran (m)
= Jari-jari hidrolis dari penampang saluran (m)
c.
Penampang lingkaran
Gambar. 3.4. Saluran Penampang Lingkaran
Sudut pusat
:
=
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 49
LAPORAN AKHIR
Luas
:
Wetted perimeter
:
=
Radius hidraulis
:
=
Kecepatan
:
=
Selain menggunakan persamaan di atas, juga dapat menggunakan grafik pada gambar di
bawah ini:
Gambar . 3.5. Komponen Hidrolik Aliran Dalam Pipa
3.2.5 Genangan yang dapat diterima
Di kawasan perkotaan yang sangat datar di Surabaya, curah hujan yang terjadi dengan
durasi pendek tetapi intensitas tinggi biasanya menyebabkan genangan lokal dikarenakan
sistem drainase minornya (selokan pinggir jalan dan saluran tersier) tidak dirancang untuk
mengatasi intensitas curah hujan tertinggi.
Periode ulang rencana yang biasanya dipakai di Indonesia untuk menetapkan kapasitas
sistem drainase di sepanjang jalan ditunjukkan sebagai berikut:
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 50
LAPORAN AKHIR
Tabel 3.5. Tingkat Pelayanan Sistem Drainase Jalan
Periode
Klasifikasi Jalan
Ulang
Hujan Rencana
Jalan Arteri
2
Jalan Kolektor
1
Jalan Lokal
1
Sumber: Preparation of a National Strategic Plan for the Urban Drainage andFlood
Protection Sectors. Main Report, Sept 1989. Haskoning and Rayakonsult .
Sistem drainase minor didesain untuk kala ulang pendek, yaitu 1 – 2 tahun, dikarenakan
konsekuensi kegagalan tidaklah penting, dengan syarat bahwa sistem drainase utama yang
tersedia (saluran primer dan sekunder) kapasitasnya memadai. Memperlebar selokan pinggir
jalan untuk mengatasi limpasan puncak dari hujan yang lebih lebat secara ekonomis tidak
dapat dibenarkan, karena tidak akan terjadi penghematan biaya yang signifikan akibat
kerusakan banjir atau gangguan pemakai jalan untuk mengimbangi kenaikan biaya untuk
pembebasan tanah dengan biaya-biaya konstruksi.
Dalam Master Plan Drainase, batas banjir yang dapat diterima telah diusulkan oleh
Konsultan untuk digunakan baik dalam analisa ekonomis maupun untuk pengkajian limpasan
yang masuk ke dalam sistem drainase utama dari sistem drainase minor. Batas genangan
yang dapat diterima didefinisikan sebagai genangan lokal sementara yang tidak terlalu
mengganggu lalu lintas jalan, dan yang tidak menyebabkan kerusakan harta benda. Batasbatas genangan yang dapat diterima untuk perencanaan diusulkan sesuai jenis penggunaan
lahan seperti berikut ini:
Tabel 3.6. Batas-batas Genangan yang dapat diterima untuk Perencanaan
Lokasi
Kedalaman(
Durasi
Periode
cm)
(min)
(tahun)
1.
Jalan Tol
0
-
5
2.
Jalan Arteri
0
-
2
3.
Jalan Kolektor dan Jalan Lokal
60
2
-
di kawasan industri dan 10
Ulang
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 51
LAPORAN AKHIR
perdagangan
4.
- di kawasan pemukiman
10
60
1.25
Kawasan hijau yang ditetapkan
10
60
1.25
Sumber: SDMP 2000-2018
Untuk menghitung limpasan yang masuk ke dalam sistem drainase utama dari sistem
drainase minor, kemungkinan terjadinya genangan yang dapat diterima di jalan kolektor dan
jalan lokal serta kawasan yang dirancang untuk daerah hijau.
3.3.
Tahap laporan akhir
Pada
tahap
ini
dilakukan
penyusunana
laporan
dan
penggambaran
hasil
perencanaan.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
3 - 52
PEMBATAS
BAB IV
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
LAPORAN AKHIR
BAB IV
Kriteria Perencanaan Standar PU
Berisi tentang Kriteria Perencanaan Standar PU analisa, sistem, jenis pengelompokan dan tujuan Drainase.
4.1
Kriteria Perencanaan Standar
Bendung adalah suatu bangunan yang dibuat dari pasangan batu kali, bronjong atau
beton, yang terletak melintang pada sebuah sungai yang tentu saja bangunan ini
dapat digunakan pula untuk kepentingan lain selain irigasi, seperti untuk keperluan air
minum, pembangkit listrik atau untuk pengendalian banjir. Menurut macamnya bendung
dibagi dua, yaitu bendung tetap dan bendung sementara, bendung tetap adalah
bangunan yang sebagian besar konstruksi terdiri dari pintu yang dapat digerakkan untuk
mengatur ketinggian muka air sungai sedangkan bendung tidak tetap adalah bangunan
yang dipergunakan untuk menaikkan muka air di sungai, sampai pada
ketinggian
yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier.
Di Kelurahan Toboali dan Kelurahan Teladan Kecamataan Toboali Kabupaten Bangka
Selatan terdapat daerah Bendung di daerah Bedegung namun belum berpengaruh
banyak terhadap genangan dan mitigasi banjir yang mengatasi daerah genangan dan
banjir di wilayah Kecamatan tersebut.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di lapangan, kondisi bendung yang ada masih
berupa bendung yang terbuat dari bronjong yang dilengkapi dengan dua pintu penguras
dan dua pintu pengambilan yang masih berfungsi namun sebagian besar dari tubuh
bendung tidak mampu mengatasi genangan dan banjir.
Hal ini disebabkan
karena
struktur bendung yang belum permanen dan meningkatnya debit air di sungai.
Melihat permasalahan yang terjadi diatas dan kaitannya dengan kebutuhan air untuk
bendung yang sudah tidak mencukupi, maka dalam penelitian ini penulis akan mengkaji
lebih lanjut lagi dengan judul penelitian ”DED Drainase Permukiman Bangka Selatan”.
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat dilihat bahwa
kebutuhan air untuk daerah irigasi Sulu sudah tidak tercukupi akibat dari rusaknya
bendung yang ada, sehingga pada kajian ini
akan direncanakan DED Drainase
Permukiman Bangka Selatan.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4-1
LAPORAN AKHIR
Batasan Masalah :
1.
2.
Lokasi studi adalah Daerah Aliran Sungai daerah Rawabangun dan Teladan.
Data curah hujan yang digunakan diambil dari stasiun hujan yang tersedia
minimal 10 tahun pengamatan.
3.
Pada penelitian ini pembagian air ke area irigasi melalui saluran irigasi tidak
akan dihitung.
Tujuan :
Adapun tujuan dari kajian ini yaitu untuk mendapatkan dimensi dari bendung,
pintu pengambilan dan pintu penguras.
Manfaat Kajian :
1.
Dapat
memberikan alternatif bagi pemerintah
tentang
teknik
perencanaan suatu bendung.
2.
Hasil
kajian
dapat
dijadikan
sebagai sarana pembanding dalam
perencanaan bendung untuk daerah Rawabangun dan Teladan maupun di
tempat lain.
4.2
LANDASAN TEORI Pengertian dan Fungsi Bendung
Bendung adalah suatu bangunan air dengan kelengkapan yang dibangun, namun dalam
hal ini untuk meminimalisir genangan dan banjir serta ROB dari air laut yang pasang
maka yang di butuhkan adalah bangunan pintu air di ke dua sisi yaitu di daerah hulu
yang berada di kelurahan teladan dan di bagian hilir yang terletak di kelurahan toboali
daerah rawabangun.
A.
1.
2.
3.
4.
Klasifikasi Bendung :
Bendung berdasarkan fungsinya dapat diklasifikasikan menjadi :
Bendung penyadap
Bendung pembagi banjir
Bendung penahan pasang
Berdasarkan tipe strukturnya bendung dibagi atas :
Bendung tetap,
Bendung gerak,
Bendung kombinasi,
Bendung kembang-kempis,
Bendung bottom intake.
Ditinjau dari segi sifatnya bendung dapat pula dibedakan :
Bendung permanen.
Bendung semi permanen.
Bendung darurat.
Perencanaan Konstruksi Bendung
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4-2
LAPORAN AKHIR
5.
6.
Perencanaan Hidraulis Bendung
Tinggi muka air banjir sebelum ada bendung Perhitungan tinggi
muka
air banjir sebelum ada bendung dilakukan dengan cara coba-coba (Trial and
Error) sebagai berikut :
Coba-coba beberapa nilai ketinggian elevasi muka air dari dasar sungai
(hi).
Hitung luas penampang basah (A) dan keliling basahnya (P), untuk
setiap nilai h pada langkah 1.
Hitung jari-jari hidrolis penampang dengan rumus :
R =
(1)
Hitung besarnya kecepatan aliran dengan rumus :
-Chezy :
V = c.√R.So (2)
Nilai koefisien kecepatan (c) dihitung
dengan rumus :
melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat untuk meninggikan
taraf muka air atau untuk mendapatkan tinggi terjun, sehingga air
dapat disadap dan dialirkan
-
Bazin : c =
87
1 √R
Dimana : V = Kecepatan aliran (m/det) (3)
secara gravitasi ke tempat yang membutuhkannya. (Mawardi dan Memed, 2002)
Bendung berfungsi antara lain untuk meninggikan taraf muka air, agar air sungai dapat
disadap sesuai dengan kebutuhan dan untuk mengendalikan aliran, angkutan sedimen
dan geometri sungai sehingga air dapat dimanfaatkan secara aman, efektif, efisien
dan optimal. (Mawardi dan Memed, 2002)
C = Koefisien kecepatan (fungsi dari bentuk profil dan kekasarannya)
R = Jari-jari hidrolis (m)
So = Kemiringan sungai rata-rata (m)
α = Koefisien kekasaran (untuk sungai, harga α dapat diambil antara 1,5 –
1,75)
Hitung debit (Qhitung) dengan rumus :
Q= A.V
(4)
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4-3
LAPORAN AKHIR
B.
Lebar Efektif Bendung
Lebar efektif bending adalah lebar bendung yang bekerja secara efektif untuk
melewatkan debit di sungai. Lebar efektif bendung akan dipengaruhi oleh kemungkinan adanya pilar-pilar dan pintu pembilas. Berikut adalah persamaan untuk
menentukan lebar efektif bendung :
Beff = B – Σ t – 0,2 Σ b
(5)
Dimana :
Beff = Lebar efektif bendung (m)
B = Lebar total bendung (m)
Σ t = Jumlah tebal pilar bendung (m)
Σ b = Jumlah lebar pintu pembilas (m)
C.
Elevasi Mercu Bendung
Elevasi mercu bending ditentukan berdasarkan muka air rencana pada bangunan sadap.
Tinggi bending yang dimaksud adalah
jarak
dari
lantai
muka
bendung sampai
pada puncak bendung. Untuk menentukan elevasi mercu bendung ditinjau dari beberapa
macam faktor, antara lain elevasi sawah tertinggi yang akan dialiri, tinggi air di sawah,
kehilangan tekanan pada pemasukkan ke saluruan-saluran, pada alat- alat ukur, pada
bangunan-bangunan lain yang terdapat di saluran-saluran dan sebagainya. (Mawardi
dan Memed, 2002)
D.
Tinggi muka air banjir sesudah ada bendung
Sampai saat ini belum ada ketentuan yang pasti mengenai tinggi muka air maksimum di
atas mercu. Tapi dilihat dari segi keamanan stabilitas bendung, ukuran pintu-pintu,
tinggi tanggul banjir dan sebagainya, maka dianjurkan tidak melebihi 4,5 meter. Rumus
pengaliran yang digunakan untuk menghitung tinggi
muka
air
di
atas
mercu
tergantung dari tipe mercu yang direncanakan. sungai, ini akan banyak memberikan
keuntungan karena bangunan ini akan mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir.
(KP – 02, 2010)
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4-4
LAPORAN AKHIR
Gambar 4.1 Bentuk mercu bending
Tekanan pada mercu adalah fungsi perbandingan antara H1 dan r (H1/r). Untuk
bendung dengan dua jari-jari (R2) (lihat gambar 1), jari-jari hilir akan digunakan
untuk menentukan harga koefisien debit. Untuk menghindari bahaya kapitasi lokal,
tekanan pada mercu bendung harus dibatasi sampai -4 m tekanan air jika mercu
terbuat dari beton; untuk pasangan batu tekanan subatmosfir sebaiknya dibatasi
sampai -1 tekanan air. (KP – 02, 2010)
Gambar 4.2 Bendung dengan mercu bulat
Rumus pengaliran diambil dari Bundschu sebagai berikut :
Q=m.b.d
(6)
D = 2/3 H
H=h+k
Harga – harga k dan m dihitung dengan rumus Verwoerd :
K = 4/27 . m2 . h3 ( 1/ h+p)2
m = 1,49 – 0.018 ( 5 – h/r)2
dimana :
Q = Debit yang lewat di atas mercu (m/det)
b = Lebar efektif bending
h = Tinggi air di atas mercu (m)
g = Percepatan Gravitasi (m/det2)
m = Koefisien pengaliran
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4-5
LAPORAN AKHIR
Umum
Lokasi bangunan bendung dan pemilihan tipe yang paling cocok dipengaruhi
oleh banyak faktor, yaitu:
1) Tipe, bentuk dan morfologi sungai
2) Kondisi hidrolis anatara lain elevasi yang diperlukan untuk irigasi
3) Topografi pada lokasi yang direncanakan,
4) Kondisi geologi teknik pada lokasi,
5) Metode pelaksanaan
6) Aksesibilitas dan tingkat pelayanan
Faktor-faktor yang disebutkan di atas akan dibicarakan dalam pasal-pasal berikut. Pasal
terakhir akan memberikan tipe-tipe bangunan yang cocok untuk digunakan sebagai
bangunan bendung dalam kondisi yang berbeda- beda.
b. Syarat-syarat Penentuan Lokasi Bendung
Aspek yang mempengaruhi dalam pemilihan lokasi bendung adalah:
1. Pertimbangan topografi
2. Kemantapan geoteknik fondasi bendung
3. Pengaruh hidraulik
4. Pengaruh regime sungai
5. Tingkat kesulitan saluran induk
6. Ruang untuk bangunan pelengkap bendung
7. Luas layanan irigasi
8. Luas daerah tangkapan air
9. Tingkat kemudahan pencapaian
10. Biaya pembangunan
11. Kesepakatan stakeholder
b.1. Pertimbangan topografi
Lembah sungai yang sempit berbentuk huruf V dan tidak terlalu dalam adalah lokasi
yang ideal untuk lokasi bendung, karena pada lokasi ini volume tubuh bendung dapat
menjadi minimal. Lokasi seperti ini mudah didapatkan pada daerah pegunungan, tetapi
di daerah datar dekat pantai tentu tidak mudah mendapatkan bentuk lembah seperti ini.
Di daerah transisi (middle reach) kadang-kadang dapat ditemukan disebelah hulu
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4-6
LAPORAN AKHIR
kaki bukit. Sekali ditemukan lokasi yang secara topografis ideal untuk lokasi
bendung, keadaan topografi di daerah tangkapan
air juga
perlu dicek. Apakah
topografinya terjal sehingga mungkin terjadi longsoran atau tidak. Topografi juga harus
dikaitkan dengan karakter hidrograf banjir, yang akan mempengaruhi kinerja bendung.
Demikian juga topografi pada daerah calon sawah harus dicek. Yang paling dominan
adalah pengamatan elevasi hamparan tertinggi yang harus diairi. Analisa ketersediaan
selisih tinggi energi antara elevasi puncak bendung pada lokasi terpilih dan elevasi muka
air pada sawah tertinggi dengan keperluan energi untuk membawa air ke sawah tersebut
akan menentukan tinggi rendahnya bendung yang diperlukan. Atau kalau perlu
menggeser ke hulu atau ke hilir dari lokasi yang sementara terpilih. Hal ini
dilakukan mengingat tinggi bendung sebaiknya dibatasi 6-7 m. Bendung yang lebih tinggi
akan memerlukan kolam olak ganda (double jump)
b.2. Kemantapan geoteknik
Keadaan geoteknik fondasi bendung harus terdiri dari formasi batuan yang baik dan
mantap. Pada tanah aluvial kemantapan fondasi ditunjukkan dengan angka standar
penetration test (SPT)>40. Bila angka SPT<40 sedang batuan keras jauh dibawah
permukaan, dalam batas-batas tertentu dapat dibangun bendung dengan tiang pancang.
Namun kalau tiang pancang terlalu dalam dan mahal sebaiknya dipertimbangkan
pindah lokasi.
Stratigrafi batuan lebih disukai menunjukkan lapisan miring ke arah hulu. Kemiringan ke
arah hilir akan mudah terjadinya kebocoran dan erosi buluh. Sesar tanah aktif harus
secara mutlak dihindari, sesar tanah pasif masih dapat dipertimbangkan tergantung
justifikasi ekonomis untuk melakukan perbaikan fondasi.
Geoteknik tebing kanan dan kiri bendung juga harus dipertimbangkan terhadap
kemungkinan bocornya air melewati sisi kanan dan kiri bendung. Formasi batuan hilir
kolam harus dicek ketahanan terhadap gerusan air akibat energi sisa air yang tidak bisa
dihancurkan dalam kolam olak. Akhirnya muara dari pertimbangan geoteknik ini
adalah
daya
dukung fondasi
bendung
dan
kemungkinan
terjadi
erosi
buluh
dibawah dan samping tubuh bendung, serta ketahanan batuan terhadap gerusan.
b.3. Pengaruh Hidraulik
Keadaan hidraulik yang paling ideal bila ditemukan lokasi bendung pada sungai yang
lurus. Pada lokasi ini arah aliran sejajar, sedikit arus turbulen, dan kecenderungan
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4-7
LAPORAN AKHIR
gerusan dan endapan tebing kiri kanan relatif sedikit. Dalam keadaan terpaksa, bila tidak
ditemukan bagian yang lurus, dapat ditolerir lokasi bendung tidak pada bagian sungai
yang lurus betul. Perhatian khusus harus diberikan pada posisi bangunan
pengambilan yang harus terletak pada tikungan luar sungai. Hal ini dimaksudkan agar
pengambilan air irigasi bisa lancar masuk ke intake dengan mencegah adanya endapan
didepan pintu pengambilan. Maksud ini akan lebih ditunjang apabila terdapat bagian
sungai yang lurus pada hulu lokasi bendung.
Dalam masa pembangunan Indonesia sejak tahun 1970-an hingga kini, khususnya
dalam penyediaan prasarana bangunan air untuk irigasi, telah ribuan
bangunan
bendung dibangun. Salah satu jenis bendung yang dibangun ialah bendung tetap
dari bahan pasangan batu. Bendung itu dirancang dan dibangun oleh tenaga teknik
Indonesia,
juga
oleh
tenaga teknik asing yang datang ke Indonesia dengan
membawa konsep baru. Rancangan itu itu baik oleh tenaga teknik Indonesia maupun
oleh tenaga teknik asing memberikan suatu perkembangan tipe, bentuk, dan tata letak
bendung. Ribuan bendung yang telah dibangun dapat beroperasi dan berfungsi dengan
baik, namun sebagian diantara ribuan bendung baru itu mengalami
disebabkan
oleh berbagai
hal,
masalah
yang
diantaranya masalah gangguan penyadapan aliran,
gangguan angkutan sedimen, masalah penggerusan setempat, sampai masalah
hancurnya bangunan.
Merancang bendung baru dan menangani bendung bermasalah hasil pembangunan ini
dan penanganan terhadap bendung-bendung tua baik yang dibangun sebelum tahun
1970-an maupun bendung-bendung tua warisan Pemerintahan Belanda
telah
memberikan masukan dan pengalaman bagi ahli-ahli teknik Indonesia.
4.2.1 Definisi Bendung
Bendung (Bangunan Sadap) atau Weir (Diversion Structure) merupakan
bangunan (komplek bangunan) melintasi sungai yang berfungsi mempertinggi
elevasi air sungai dan membelokkan air agar dapat mengalir ke saluran dan
masuk ke sawah untuk keperluan irigasi.
Menurut ARS Group, 1982, Analisa Upah dan Bahan BOW (Burgerlijke Openbare
Werken), Bendung adalah bangunan air (beserta kelengkapannya) yang
dibangun melintang sungai atau pada sudetan untuk meninggikan taraf muka
air sehingga dapat dialirkan secara gravitasi ke tempat yang membutuhkannya.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4-8
LAPORAN AKHIR
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia/SNI 03-2401-1991 tentang Pedoman
Perencanaan Hidrologi Dan Hidraulik Untuk Bangunan di Sungai adalah
bangunan ini dapat didesain dan dibangun sebagai bangunan tetap, bendung
gerak, atau kombinasinya, dan harus dapat berfungsi untuk mengendalikan
aliran dan angkutan muatan di sungai sedemikian sehingga dengan menaikkan
muka
airnya,
air
dapat
dimanfaatkan
secara
efisien sesuai dengan
kebutuhannya.
4.2.2 Maksud Pembangunan Bangunan Bendung
Dengan maksud memenuhi kebutuhan air bagi pertanian maka diperlukan
berbagai prasarana penyedia dan pengambil airnya antara lain bangunan
bendung. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai
untuk meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai
sehingga aliran sungai bisa bisa disadap dan dialirkan secara gravitasi ke daerah
yang membutuhkan. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia/SNI 03-2401-1991
tentang Pedoman Perencanaan Hidrologi Dan Hidraulik Untuk Bangunan di
Sungai adalah bangunan ini dapat didesain dan dibangun sebagai bangunan
tetap, bendung gerak, atau kombinasinya, dan harus dapat berfungsi untuk
mengendalikan aliran dan angkutan muatan di sungai sedemikian sehingga
dengan menaikkan muka airnya, air dapat dimanfaatkan secara efisien
sesuai dengan kebutuhannya.
4.2.3 Bendung Tetap Untuk Irigasi
A. Pemilihan Lokasi Bendung
Pemilihan lokasi bendung yang dibicarakan yaitu untuk bendung tetap
permanen bagi
kepentingan
irigasi. Dalam pemilihan hendaknya dipilih
lokasi yang paling menguntungkan dari berbagai segi. Misalnya, dilihat dari
segi perencanaan, pengamanan bendung, pelaksanaan, pengoperasian,
dampak pembangunan dan sebagainya. Selain itu dipertimbangkan pula atas
beberapa alternatif lokasi.
Dalam memilih lokasi bendung, tidak semua persyaratan yang dibutuhkan
harus
terpenuhi.
Sehingga
lokasi
bendung
ditetapkan
berdasarkan
persyaratan yang dominan. Pemilihan lokasi bendung agar dipertimbangkan
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4-9
LAPORAN AKHIR
pula terhadap pengaruh timbal balik antara morfologi sungai dan bangunan
lain yang ada dan yang akan dibangun.
Lokasi bendung dipilih atas pertimbangan beberapa aspek yaitu :
1) Keadaan topografi
a Semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus
dilihat elevasi sawah tertinggi yang akan diari.
b Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka
elevasi mercu bendung dapat ditetapkan.
c Kedua hal diatas lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat
diseleksi.
d Ketinggian
mercu
bendung
dari
dasar
sungai
dapat
pula
direncanakan.
2) Kondisi topografi
a Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi.
b Trace saluran induk terletak ditempat yang baik.
c Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan
angkutan sedimen.
3) Kondisi hidraulik dan morfologi sungai di lokasi bendung termasuk
angkutan sedimennya adalah faktor yang harus dipertimbangkan
yaitu:
a. Pola aliran sungai, kecepatan & arahnya pada waktu debit
banjir sedang/kecil.
b. Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir
sedang dan kecil.
c. Tinggi muka air pada debit rencana, dan potensi dan
distribusi angkutan sedimen.
d. Potensi dan distribusi angkutan sedimen.
Bila persyaratan di atas
tidak terpenuhi maka dipertimbangkan
pembangunan bandung di lokasi lain misalnya di sudetan sungai atau
dengan jalan membangun pengendalian sungai.
4) Kondisi tanah fondasi bendung harus dipertimbangkan di lokasi
dimana tanah fondasinya cukup baik sehingga bangunan akan stabil.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4 - 10
LAPORAN AKHIR
5) Biaya pelaksanaan beberapa alternatif lokasi harus dipertimbangkan,
selanjutnya biaya
pelaksanaan
dapat
ditentukan
dan
cara
pelaksanaanya, peralatan dan tenaga.
6) Faktor-faktor lain yaitu penggunaan lahan di sekitar bendung,
kemungkinan pengembangan daerah di sekitar bendung, perubahan
morfologi sungai daerah genangan yang tidak terlalu luas dan
ketinggian tanggul banjir.
B. Bendung Pelimpah/Bendung Tetap
Menurut
Standar
Tata
Cara
diartikan dengan bendung
Perencanaan
Umum Bendung,
yang
adalah suatu bangunan air dengan
kelengkapan yang dibangun melintang sungai atau sudetan yang sengaja
dibuat untuk meninggikan taraf muka air atau untuk mendapatkan tinggi
terjun. Sehingga air dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi ke tempat
yang membutuhkannya. Sedangkan bangunan air adalah setiap pekerjaan
sipil yang dibangun di badan sungai untuk berbagai keperluan.
Bendung tetap adalah bendung yang terdiri dari ambang tetap, sehingga
muka air banjir tidak dapat diukur elevasinya. Dibangun umumnya di sungai
– sungai ruas hulu dan tengah.
Bendung berfungsi antara lain untuk meninggikan taraf muka air, agar
sungai dapat disadap sesuai dengan kebutuhan dan untuk mengandalikan
aliran, angkutan sedimen dan geometri sungai sehingga air dapat
dimanfaatkan secara aman, efektif, efesien, dan optimal.
Bendung sebagai pengatur tinggi muka air sebagai dapat dibedakan
menjadi bendung pelimpah dan bendung gerak. Bendung pelimpah
terbuat dari pasang batu. Bendung pelimpah yang dibangun melintang
sungai, akan memberikan tinggi minimum kepada bangunan intake untuk
keperluan irigasi, merupakan penghalang selama terjadi banjir dan dapat
menyebabkan genangan diudik bendung.
Bendung pelimpah terdiri dari antara lain tubuh bendung dan mercu
bendung. Tubuh bendung merupakan bendung ambang tetap yang
berfungsi untuk meninggikan taraf muka air sungai. Mercu bendung
berfungsi untuk mengatur tinggi air minimum, melewatkan debit banjir dan
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4 - 11
LAPORAN AKHIR
untuk membatasi tinggi genangan yang akan terjadi di udik bendung.
C. Bangunan Intake
Bangunan intake adalah suatu bangunan pada bending yang berfungsi
sebagai penyadap aliran sungai, mengatur pemasukan air dan sedimen
serta menghindarkan sedimen dasar sungai dan sampah masuk ke intake.
Terletak di bagian sisi bendung, di tembok pangkal dan merupakan satu
kesatuan dengan bangunan pembilas.
Tata letak intake diatur sedemikian rupa sehingga memenuhi fungsi dan
biasanya diatur sebagai berikut.
1) Sedekat mungkin dengan bangunan pembilas.
2) Merupakan satu kesatuan dengan pembilas.
3) Tidak menyulitkan penyadapan aliran.
4) Tidak menimbulkan pengendapan sedimen dan turbulensi aliran di
udik intake.
D. Bangunan Pembilas
Bangunan pembilas adalah salah satu perlengkapan pokok bendung yang
terletak didekat dan menjadi satu kesatuan dengan intake. Berfungsi
untuk menghindarkan angkutan muatan sedimen dasar dan mengurangi
angkutan muatan sedimen layang masuk ke intake. Bangunan pembilas
dapat dibedakan menjadi:
1) Tipe bangunan pembilas konvensional, terdiri dari satu dan dua
lubang pintu. Umumnya dibangun pada bendung kecil dengan bentang
berkisar 20 m.
2) Tipe bangunan undersluice dan shunt undersluice.
Bangunan pembilas konvensional banyak dijumpai pada bendung yang
dibangun sesudah tahun 1970-an untuk bentuk bendung irigasi teknis.
Ditempatkan pada bentang di bagian sisi yang arahnya tegak lurus sumbu
bendung. Bangunan pembilas shunt undersluice digunakan pada bendung
di sungai ruas hulu, untuk menghindarkan benturan batu dan benda padat
lainya terhadap bangunan.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4 - 12
LAPORAN AKHIR
E. Bangunan Peredam Energi
Struktur dari bangunan dihilir tubuh bendung yang terdiri dari berbagai tipe,
bentuk dan di kanan kirinya dibatasi oleh tembok pangkal bending
dilanjutkan dengan tembok sayap hilir dengan bentuk tertentu, yang
berfungsi meredam energy air akibat pembendungan, agar air di hilir
bendung tidak menimbulkan penggerusan setempat yang membahayakan
struktur.
E.1 Contoh Soal
Lebar sungai
Tinggi muka air
= 52,00 meter
= 2,80 m
Debit
= 3600 m3/dt
Elevasi MAT di sawah + 152,20
Tanah terjauh berjarak 560,00 meter dari lokasi bendung.
Kemiringan
tanah sama dengan
kemiringan dasar sungai.
Luas sawah 4200 ha, pemberian air
1,5 lt/dt/ha. Tanah sedikit berpasir.
Rencanakan
E.2 Tahap-Tahap Desain
Dalam desain hidraulik bendung tetap ada beberapa tahap-tahap
yang harus dilakukan, yaitu sebagai berikut.
1) Data awal seperti debit banjir desain sungai, debit penyadapan
ke intake, keadaan hidraulik sungai, tinggi muka air sungai
saat banjir, elevasi lahan yang akan diairi telah diketahui.
2) Perhitungan untuk penentuan elevasi mercu bendung.
3) Penentuan panjang mercu bendung.
4) Penetapan ukuran lebar pembilas dan lebar pilar pembilas.
5) Perhitungan penentuan ketinggian elevasi muka air banjir di
udik bendung.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4 - 13
LAPORAN AKHIR
6) Penetapan ukuran mercu bendung dan tubuh bendung.
7) Perhitungan dimensi hidraulik bangunan intake.
8) Penetapan dimensi hidraulik bangunan pembilas.
9) Penetapan tipe, bentuk dan ukuran bangunan peredam energi.
10) Perhitungan panjang lantai udik bendung.
11) Penetapan dimensi tembok pangkal, tembok sayap udik dan
tembok sayap hilir dan sebagainya.
E.3 Perhitungan Hidraulik Bendung
Perhitungan penentuan elevasi mercu bendung
Mercu bendung yang digunakan dalam desain ini adalah mercu
bulat. Perhitungan penentuan elevasi mercu bending dengan
memperhatikan faktor ketinggian elevasi sawah tertinggi yang
akan diairi.
Sawah yang akan diairi+ 152,20
Tinggi air di sawah
0,37
Kehilangan tekanan
-Dari saluran tersier ke sawah 0,37
-Dari saluran sekunder ke hilir 0,37
-Dari saluran induk ke sekunder
-Akibat kemiringan saluran
0,37
0,42
-Akibat bangunan ukur 0,67
-Dari intake ke saluran induk/kantong sedimen
0,47
-Bangunan lain, antara lain kantong sedimen 0,52
-Eksploitasi
0,37
Elevasi mercu bendung
+ 156,20
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4 - 14
LAPORAN AKHIR
Gambar 4.3 Penentuan Elevasi Mercu Bendung
Penentuan panjang mercu bendung
Panjang mercu bendung ditentukan 1,2 kali lebar sungai rata-rata.
Panjang mercu bendung = 1,2 * 52 m = 62 m
Penentuan lebar lubang dan pilar pembilas
Untuk sungai yang
lebarnya
pembilas diambil 1/10
kurang dari
100
meter, lebar bangunan
kali dari lebar bentang bendung. Lebar bangunan
pembilas = 1/10 * 52 m = 5,2 m
Lebar satu lubang maksimal 2,50 m untuk kemudahan operasi pintu dan jumlah
lubang tidak lebih dari tiga buah.
Pembilas dibuat 2 buah, masing-masing 2,50 m. Pintu pembilas ditetapkan
2 buah dengan lebar masing-masing pilar 1,50 m.
Perhitungan panjang mercu bendung efektif
Panjang mercu bendung efektif dihitung dengan menggunakan rumus:
Be = Bb – 2 (n * Kp + Ka) He
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4 - 15
LAPORAN AKHIR
dimana:
Be
: panjang mercu bendung efektif, m
Bb
: panjang mercu bendung bruto, m n
Kp
: koefisien kontraksi pilar = 0,01
Ka
: koefisien kontraksi pangkal bendung = 0,10
He
: tinggi energi, m
: jumlah pilar pembilas
Panjang mercu bendung efektif:
Be
= Bb – 2 (n * Kp + Ka) He
= 62 – 2 (2 * 0,01 + 0,10) He
= 62 – 0,24 He
Perhitungan tinggi muka air banjir di udik bendung
Elevasi muka air banjir diudik bendung dapat diketahui dengan menghitung
tinggi energi dengan menggunakan rumus berikut.
Qd = C * Be * He 3/2
dimana:
Qd : debit banjir sungai rencana = 3600 m3/dt
C : koefisien debit pelimpah
: 3,97 ( He/Hd)0,12 = 3,97 (dimana He = Ha)
(Open Channel Hydraulic, Ven Te Chow hal. 369) Be
:
panjang mercu bendung efektif
He : tinggi energi, m
Perhitungan dilakukan dengan cara trial & error.
-
Langkah I, diasumsikan nilai Be = 61,50 m
He = (Qd / C * Be)2/3
He = (3600 / 3,97 * 61,50)2/3 = 6,013 m
-
Langkah II, diasumsikan nilai Be = 62,00 m
He = (3600 / 3,97 * 62,00)2/3 = 5,980 m
-
Langkah II, diasumsikan nilai Be = 62,50 m
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4 - 16
LAPORAN AKHIR
He = (3600 / 3,97 * 62,50)2/3 = 5,948 m
Nilai He diambil 6,0 meter, sehingga: Be
= 62 – 0,24 He
= 62 – 0,24 * 6,0
= 60,56 m ≈ 61,00 m
Tinggi tekanan (desain head) Ha
= He – (V2 / 2g)
Ha = He = 6,0 m (V2 / 2g diabaikan)
Kesimpulan:
- Tinggi muka air banjir di udik bendung = Ha = 6,0 m
- Elevasi muka air banjir = + 156,20 + 6,0 = + 162,20
Penentuan nilai jari-jari mercu bendung
Nilai jari-jari mercu bendung untuk pasangan batu berkisar antara
0,3 s.d 0,7 kali dari Ha dan untuk mercu bendung dari beton nilai
jari-jarinya antara 0,1 s.d 0,7 kali Ha.
Mercu bendung yang digunakan adalah pasangan batu, dan nilainya
diambil 0,3H sehingga:
Jari-jari mercu bendung = 0,3 * 6,0 m = 1,8 m
Resume perhitungan hidraulik bendung
Elevasi mercu bendung
= + 156,20
Panjang mercu bendung
=
62,00 m
Lebar pembilas (2 * 2,50 m)
=
5,00 m
Lebar pilar pembilas (2 * 1,50 m)
=
3,00 m
Panjang bendung total
=
70,00 m
Tinggi muka air di udik bendung
=
6,00 m
Elevasi muka air banjir
=
+ 162,20
Tinggi pembendungan
=
6,00 m
Kemiringan tubuh bendung
=
1:1
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4 - 17
LAPORAN AKHIR
Gambar 4.4 Bentuk dan Ukuran Mercu Bendung
Perhitungan Dimensi Peredam Energi
Pemilihan tipe peredam energi
Sungai di daerah ini mengandung tanah yang sedikit berpasir sebagai angkutan
sedimen, maka bangunan peredam energi yang dipilih yaitu lantai datar
dengan ambang akhir berkotak-kotak atau Tipe MDO.
Desain dimensi peredam energi
-
Kedalaman air di hilir: D2 = Y
Q = C * L* Y3/2
3
Q = 3600 m /dt
C = 2,10 (diperkirakan)
L = bentang sungai rata-rata di hilir = 70 m
Y = (Q/ C * L)2/3
= (3600 / 2,10 * 70) 2/3
= 8,40 m
-
Kecepatan awal loncat air (v1)
1
1/2
v1 = [2g ( /2 Ha + P)]
2 1
½
= [2 * 9,81 m/dt ( /2 6,0 m + 4,2 m)]
= 11,885 m/dt
-
Debit desain persatuan lebar (q)
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4 - 18
LAPORAN AKHIR
q = Q / Be
= 3600 / 61
3
= 60 m /dt/m
-
Perbedaan tinggi muka air di udik dan hilir (z) V1
= √(2g*z)
13,065 = √(2 * 9,81*z)
13,065 = 4,43 √z
√z
= 13,065 / 4,43 z
= 8,7025 m
-
Parameter energi (E) E
= q / √(gz3)
3
= 60 / √(9,81 * 8,7025 )
= 0,7462
-
Panjang lantai dan kedalaman lantai peredam energi E
= 0,7462
L/D2 = 1,70 (Grafik MDO) L =
1,70 * 8,40 = 14,00 m
E = 0,7462
D/D2 = 1,13 (Grafik MDO) D
= 1,13 * 8,40 = 9,50 m
Gambar 4.5 Grafik MDO - Direktorat Penyelidikan Masalah Air
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4 - 19
LAPORAN AKHIR
-
Tinggi ambang akhir
a = 0,3 D2
-
= 0,3 * 8,40 = 2,52 m
Lebar ambang akhir
b =2a
= 2 * 2,52 = 5,04 m
Gambar 4.6 Bentuk dan Ukuran Peredam Energi Bendung
Perhitungan Hidraulik Bangunan Intake
Bentuk intake
Intake didesain dengan bentuk biasa dengan luang pengaliran terbuka
dilengkapi dengan dinding banjir. Arah intake terhadap sumbu sungai dibuat
tegak lurus. Lantai intake tanpa kemiringan dengan elevasi lantai sama tinggi
dengan elevasi pelat undersluice.
Dimensi lubang intake
Dimensi lubang intake dihitung dengan rumus berikut. Qi = μ b
a √(2gz)
dimana:
Qi
: debit intake = 12,3 m3/dt
Μ
: koefisien debit = 0,85
B
: lebar bukaan, m
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4 - 20
LAPORAN AKHIR
A
: tinggi bukaan, m
G
: percepatan gravitasi = 9,81 m/dt
Z
: kehilangan tinggi energi pada bukaan = 0,47
2
Perbandingan antara lebar bukaan dan tinggi bukaan ditetapkan 2 : 1
(pendekatan). Tinggi bukaan dihitung dari gambar 5 sehingga diperoleh nilai
sebesar 1,20 m.
Qi
= μ b a √(2gz)
12,3 = 0,85 * b * 1,20 √(2 * 9,81 * 0,47)
12,3 = 3,10 b b = 4,00 m
b diambil 4,00 meter, dibuat 2 bukaan sehingga lebar pintu 2 * 2 m
Kesimpulan:
-
Lebar bukaan pintu intake: 2 * 2,00 m
-
Tinggi bukaan lubang intake: 1,20 m
Gambar 4.7 Penampang Memanjang Intake Bendung
Pemeriksaan diameter sedimen yang masuk ke intake
Rumus yang akan digunakan untuk memperkirakan diameter
partikel yang akan masuk ke intake, yaitu:
v = 0,396 [(Qs – 1) d]
0,5
dimana:
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4 - 21
LAPORAN AKHIR
v
: kecepatan aliran, m/dt
Qs : berat jenis partikel = 2,65 d
: diameter partikel,
- Kecepatan aliran yang mendekat ke intake
Q = A*v
dimana:
Q
: debit intake = 12,3 m/dt
A
2
: luas penampang basah = (2 * 2) 1,20 m = 4,80 m
v
: kecepatan aliran, m/dt
v =Q/A
= 12,3 / 4,80
= 2,60 m/dt
-
Diameter partikel
v
= 0,396 [(Qs – 1) d]0,5
2,60 = 0,396 [(2,65 – 1) d]0,5
2,60 = 0,396 * 1,30 * d0,5
d
= 26 mm
Diameter partikel sedimen yang masuk ke intake diperkirakan
sebesar 26 mm.
Penetapan dimensi hidraulik bangunan pembilas Bangunan
pembilas direncanakan dengan undersluice lurus. Dimensi lubang
undersluice:
-
Lebar lubang
= 2,50 m
-
Tinggi lubang
= 1,25 m
-
Lebar mulut
= 11,0 m
-
Lebar pilar
= 1,50 m
-
Undersluice dibagi 2 bagian
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4 - 22
LAPORAN AKHIR
Gambar 4.8 Bentuk Denah Pembilas Bendung
Perhitungan bangunan ukur pada intake
Tipe bangunan ukur pada intake yang dipilih yaitu jenis Crum de Gruyter,
karena debit intake besar.
Q = Cd * B * Y √[2 g (H * Y)]
K = Y / H atau Y = 0,63 H
dimana:
Q
: debit intake = 12,3 m3/dt
Cd
: koefisien debit = 0,94
B
: lebar bukaan pintu, m
Y
: bukaan pintu
H
: tinggi energi total di atas ambang di udik pintu
Q = 0,94 B * 0,63 H √[2 * 9,81 (H – 0,63 H)]
= 0,5922 B H √(7,252 H)
= 0,5922 B H * 2,70 √H
3/2
= 1,595 B H
B = Qmax / 1,595 H
Qmax
3/2
= 5,87 m ≈ 5,80 m
Pintu dibuat 2 buah dengan lebar bukaan masing-masing 2,90 m
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4 - 23
LAPORAN AKHIR
- Perhitungan kehilangan tekanan
Anggapan Qmax / Qmin = γ = 3
Δ h / H = 0,495 (diperoleh dari grafik)
Ymin / H = 0,140 (diperoleh dari grafik)
Jadi, Δ h = 0,495 H = 0,495 * 1,20 = 0,6
m
- Bukaan pintu minimum (Ymin)
Ymin = 0,140 * 1.20 = 0,17
m
- Bukaan pintu maksimum (Ymax)
Ymax = 0,60 * 1,20 = 0,72 m
Gambar 4.9 Parameter Hidraulik di Intake Saluran
Perhitungan Panjang Lantai Udik
Rumus yang digunakan berdasarkan Teori Lane’s: L
1
= Lv + /3 LH
dimana:
L
: panjang total rayapan
Lv
: panjang vertikal rayapan
LH
: panjang horizontal rayapan
∆H : kehilangan tekanan
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4 - 24
LAPORAN AKHIR
dalam desain ini diambil nilai: L / ∆H = 4
Perhitungan dilakukan dengan kondisi tidak ada aliran dari udik, sehingga: Q
= 0, jadi:
∆H = 156,20 – 135,20 = 21,00 m
Panjang rayapan seharusnya: Lb > 4 * 21,00 = 84,00 m
Berdasarkan gambar 8 diperoleh:
LV = 2,5 + (6 * 1,5) + 3,80 + 1,5 + (2 *2,00) + 4,25 + 1,98 = 28,57 m
LH = = 35,42 m
Lp = LV + 1/3 LH = 28,57 + 1/3 35,42 =40,38 m
Jadi Lb yang dibutuhkan = 28,0 m
Lp = 84,00 m > Lb = 28,0m
Panjang lantai udik cukup memadai
Penentuan Dimensi Tembok Pangkal dan Tembok Sayap
Tembok pangkal
a
Ujung tembok pangkal bendung tegak ke arah hilir ditempatkan di
tengah-tengah panjang lantai peredam energi. Dalam desain ini,
panjang dari mercu bendung sampai dengan ujung ambang akhir yaitu
18,00 m. Jadi ujung tembok pangkal bendung tegak ke arah hilir
panjangnya 9,00 m.
b
Panjang pangkal tembok bendung tegak bagian udik dihitung dari
mercu bendung, diambil sama dengan panjang lantai peredam energi
yaitu 10,00 m.
c
Elevasi dekzerk tembok pangkal dilukis mercu:
Elevasi mercu bendung + Ha + jagaan = +156,20 + 6,0 m + 1,50 m
= + 163,70
d Elevasi dekzerk tembok pangkal hilir mercu:
Elevasi dasar sungai + D2 + jagaan = +152,00 + 8,40 m
+ 1,50 m = + 162,00
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4 - 25
LAPORAN AKHIR
Tembok sayap
a.
Panjang tembok sayap hilir;
Lsi = 1,5 Ls = 1,5 * 10,0 m = 15,0 m
b. Elevasi dekzerk tembok sayap hilir: + 162,00
Gambar 4.10
Bentuk dan Ukuran Pondasi Bendung
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4 - 26
LAPORAN AKHIR
Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan desain hidraulik bendung tetap di atas dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut.
Debit sungai (Q)
3
3600 m /dt
Mercu
bulatdari pasangan
batu
Jari-jari mercu bendung
1,80 m
Elevasi mercu bendung
+ 156,20
Panjang mercu bendung efektif
61,00 m
Tinggi muka air di udik
6,00 m
Elevasi muka air banjir
+ 162,20
Tipe peredam energi
MDO
Panjang lantai
14,00 m
Kedalaman lantai peredam energi
9,50 m
Lebar bukaan pintu intake
2 * 2,00 m
Tinggi bukaan lubang intake
1,20 m
Diameter partikel sedimen yang masuk ke intake
26,00 mm
Tipe bangunan ukur pada intake
Crum de Gruyter
Lebar pintu bangunan ukur pada intake
2 * 2,90 m
Elevasi dekzerk tembok pangkal dilukis mercu
+ 163,70
Elevasi dekzerk tembok pangkal hilir mercu
+ 162,00
Panjang tembok sayap hilir
15,00 m
Saran
Dalam perencanaan sebuah bangunan bendung, harus diperhatikan pemilihan
lokasi untuk bendung tersebut agar pembangunan dapat berjalan sebagaimana
mestinya dan tercapainya tujuan dari pembangunan bendung tersebut, yaitu
untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertanian. Perhitungan desain hidraulik
bendung, harus dilakukan sesuai dengan Standar Perencanaan Irigasi - Kriteria
Perencanaan Bagian Bangunan Utama KP – 02 yang telah ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pengairan.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
4 - 27
PEMBATAS
BAB V
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
LAPORAN AKHIR
BAB V
Analisa Kawasan genangan dan prioritas
penanganan, landasan pekerjaan DED
Bab ini membahas mengenai tentang analasa kawasan Bangka Selatan secara umum dan Kota Toboali secara khusus, dan
pendalaman terhadap wilayah kelurahan Teladan dan kelurahan rawabangun yang selalu tergenang dan terkena banjir.
5.1
Analisis Kawasan Kecamatan Toboali
Pada kajian drainase permukiman di Kabupaten Bangka Selatan ini terpusatkan di wilayah
kecamatan Toboali yang menjadi ibu kota Bangka Selatan. Dan di kecamatan ini ada dua
wilayah yang menjadi kajian dalam Drainase Permukiman tersebut.
Ada dua kelurahan yang menjadi sorotan dikarenakan pada dua kelurahan tersebut menjadi
daerah genangna dan daerah banjir dikala huja lebat dating dan ROB banjir jikalau air laut
pasang datang pada waktu tertentu.
Meningkatnya arus pembangunan memberikan implikasi yang signifikan dalam perkembangan
jumlah penduduk. Peningkatan laju pertumbuhan penduduk tersebut selalu berbanding lurus
dengan pertumbuhan di berbagai sektor penunjang kehidupan lainnya
diantaranya sektor
perumahan dan pemukiman yang tumbuh semakin cepat. Perkembangan sector perumahan
dan permukiman tersebut menuntut adanya
pembangunan infrastruktur dasar pelayanan
publik yang lebih baik. Hal ini disebabkan kurangnya pelayanan prasarana lingkungan seperti
infrastruktur air bersih dan sistem sanitasi, penyediaan rumah dan transportasi yang baik
untuk memen uhi kebutuhan pertumbuhan kota dapat menjadi penyebab utama timbulnya
berbagai masalah di kota-kota pada negara berkembang (Nurmadi, 1999).
Kurang memadainya prasarana lingkungan pada suatu kawasan atau lingkungan hunian dapat
menimbulkan permasalahan seperti buruknya kualitas lingkungan permukiman di daerah
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5-1
LAPORAN AKHIR
tersebut.
Hal ini disebabkan keberadaan prasarana lingkungan
merupakan kebutuhan yang paling
penting yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap kesehatan dan
kesejahteraan manusia. Artinya prasarana dasar dalam satu unit lingkungan adalah syarat
bagi tercipta kenyamanan hunian (Claire, 1973). Menurut Budiharjo (1991), permasalahan
lingkungan disebabkan oleh dua hal, yaitu prasarana yang ada memang tidak sesuai dengan
standar kebutuhan penghuni dan adanya pendapat masyarakat yang menilai bahwa prasarana
yang ada di lingkungannya kurang dapat memenuhi kebutuhannya. Tingkat kenyamaman
seseorang dalam bertempat tinggal ditandai dengan terpenuhinya kebutuhan, termasuk juga
prasarana lingkungan, karena prasarana lingkungan merupakan kelengkapan fisik dasar suatu
lingkungan perumahan diantaranya tersedianya sarana dan prasarana sanitasi lingkungan.
Air bersih dan sanitasi
yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan
manusia. Namun sayangnya pemenuhan akan kebutuhan tersebut belum sepenuhnya
berjalan dengan baik di beberapa belahan dunia. Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) telah mendeklarasikan akses terhadap air bersih dan sanitasi sebagai hak asasi
manusia. Deklarasi ini dipastikan dalam Sidang Umum PBB yang berlangsung pada akhir bulan
Juli 2010. Indonesia menjadi salah satu negara yang mendukung deklarasi ini. Resolusi ini
semakin mempertegas dan memperluas pengakuan tentang betapa pentingnya akses
terhadap air bersih dan sanitasi. Sebelumnya pada tahun 2000, para pemimpin dunia juga
bersepakat untuk memasukkan akses terhadap air bersih dan sanitasi sebagai salah target
dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai pada tahun 2015. Penyediaan
layanan air bersih dan sanitasi pada dasarnya merupakan kegiatan ekonomi yang melibatkan
modal, tenaga kerja, dan sumber daya alam khususnya air. Pada sisi yang lain, pengakuan air
sebagai hak asasi manusia dan salah satu target MDGs mengindikasikan bahwa
perkembangan layanan air bersih juga dikendalikan oleh tujuan-tujuan politik bagi tercapainya
pembangunan sosial dan ekonomi. Mekanisme dan proses politik menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam pelayanan air bersih.
Keprihatinan dunia akan persoalan air bersih dan sanitasi setidaknya didasarkan atas fakta
bahwa masih banyak penduduk dunia (terutama penduduk miskin) yang tidak memiliki akses
terhadap air bersih dan sanitasi. Menurut World Health Organization (WHO, 2010), sampai
dengan tahun 2008 sedikitnya 900 juta penduduk dunia tidak memiliki akses terhadap air
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5-2
LAPORAN AKHIR
bersih yang baik dan 2,6 milyar penduduk dunia belum memiliki akses terhadap sanitasi.
Dampak kesehatan dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar terhadap air bersih dan sanitasi
diantaranya nampak pada anak-anak sebagai kelompok usia rentan. WHO memperkirakan
pada tahun 2005, sebanyak 1,6 juta balita (rata-rata 4.500 setiap tahun).meninggal akibat air
yang tidak aman dan kurangnya higienitas. Anak-anak secara khusus berisiko terhadap
penyakit bersumber air seperti diare, dan penyakit akibat parasit. WHO juga menambahkan
bahwa penyakit diare yang biasanya terjadi akibat kondisi air bersih dan sanitasi yang buruk
menjadi penyakit kedua terbesar di dunia.
Kurangnya sanitasi juga meningkatkan risiko
Kejadiian Luar Biasa (KLB) kolera, tifoid, dan disentri.
Jika permasalahan ini tidak segera
diatasi, diprediksikan dunia terancam tidak bisa mencapai target penyediaan air bersih dan
sanitasi, kecuali ada peningkatan luar biasa dalam hal kapasitas kerja dan investasi dari sekar
ang hingga tahun 2015, hal tersebut berdasarkan laporan terbaru WHO dan UNICEF
(United
Nations Children Funds) . Situasi ini terutama menjadi lebih parah pada wilayah perkotaan,
dimana pertumbuhan penduduk yang cepat memberikan tekanan bagi pelayanan dan
kesehatan masyarakat miskin.
Sanitasi lingkungan dalam literatur kesehatan masyarakat (Syahbana 2003) adalah bagian
dari kesehatan masyarakat yang meliputi prinsip-prinsip usaha untuk meniadakan atau
menguasai faktor lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit
ditujukan untuk (i) sanitasi air, (ii) sanitasi makanan, (iii) si
melalui kegiatan yang
stem pembuangan tinja, (iv)
sanitasi udara, (v) pengendalian vektor dan roden pen yakit, (vi) higienitas rumah. Ketika
masalah sanitasi muncul di kawasan permukiman padat yang tidak tertata dan tidak ditangani
dengan cara yang tidak saniter maka akan mencemari lingkungan sekitar. Tingginya angka
kematian bayi dan ibu melahirkan sebagai dampak yang diakibatkan oleh berbagai penyakit
yang ditularkan dari lingkungan yang tidak sehat. Penanganan dan pengendalian sanitasi
akan menjadi semakin kompleks dengan semakin bertambahnya laju pertumbuhan penduduk,
perkembangan permukiman perumahan penduduk, menyempitnya lahan yang tersedia untuk
perumahan, keterbatasan lahan untuk pembuatan fasilitas sanitasi seperti Mandi Cuci Kakus
(MCK), cubluk, septic tank dan bidang resapannya serta tidak tersedianya alokasi dana
pemerintah
untuk
penyediaan
sarana
dan
prasarana
sanitasi,
hal-hal
inilah
yang
menyebabkan kondisi sanitasi lingkungan semakin memburuk. Dalam pencapaian target
Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, Pemerintah Indonesia sejak tahun 2003
telah melaksanakan kegiatan SANIMAS (Sanitasi oleh Masyarakat). Sebuah inisiatif program
yang dirancang untuk mempromosikan penyediaan prasarana dan sarana air limbah
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5-3
LAPORAN AKHIR
permukiman berbasis masyarakat dan juga mengedepankan pendekatan tanggap kebutuhan.
Dengan harapan pada tahun 2015, tidak ada lagi masyarakat Indonesia yang tidak memiliki
akses untuk memperoleh air minum dan pelayanan prasarana air limbah sebagai kebutuhan
dasar hidup manusia. Meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi bukan
sesuatu yang mudah. Terdapat beberapa tantangan yang dihadapi yaitu pertama persoalan
infrastruktur, meliputi persoalan bagaimana menjaga dan memperluas jaringan infrastruktur
yang telah tersedia. Hal ini tentu saja terkait dengan pembiayaan infrastruktur termasuk tarif
dan kecakapan penyedia layanan dalam hal efisiensi dan produktivitas layanan. Kedua,
dengan memahami air bersih sebagai kebutuhan dasar persoalan sosial
politik menjadi
bagian yang tidak terpisahkan, misalnya tarif yang terjangkau, transparansi dan akuntabilitas.
Terakhir adalah persoalan
lingkungan dan kesehatan publik, dimana konservasi dan
pengelolaan lingkungan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam penyediaan layanan air.
Dengan demikian, penyediaan layanan air bersih dan sanitasi yang baik sangat tergantung
pada baik tidaknya kebijakan pembiayaan pembangunan, kebijakan sosial dan kebijakan
sumber daya alam. Lemahnya pengelolaan lingkungan di Indonesia, memberikan dampak
negatif terhadap sektor air bersih dan sanitasi. Terbatasnya ketersediaan air baku menjadi
salah satu masalah yang dihadapi dalam penyediaan layanan air bersih di Indonesia.
Berdasarkan laporan MDGs 2010 yang diterbitkan oleh Badan Perencananaan Pembangunan
Nasional Republik Indonesia (Bappenas RI), jumlah rumah tangga yang memiliki akses
terhadap air bersih yang layak sebanyak 47,71% dan rumah tangga yang memiliki akses
sanitasi sebanyak 51,19%. Target yang ingin dicapai Indonesia pada tahun 2015 sebesar
68,87% untuk air bersih dan 62,41% untuk sanitasi. Tabel di bawah ini memberikan
gambaran pencapaian Indonesia khususnya di sektor air bersih.
Tabel 5.1
Akses Masyarakat Terhadap Air Bersih di Indonesia Berdasarkan Berbagai Laporan
Progress on g
Drinking Water and
Laporan MDGs Tahun
Progress on Drinkin
2010 (Bappenas)
Water and Sanitation
Sanitation 2010
2008 (Unicef, WHO)
(Unicef, WHO)
Perkotaan
(%)
Pedesaan (%)
Air
Perpipaan
(%)
in an era of Global
Uncertainty
(UNESCAB, ADB,
UNDP, 2010)
Sumber Air
Air
Sumber Air
Water
Sanitation
Terlindungi
Perpipaan
Terlindungi
Total
Total
Slow
Slow
(%)
45,72
20
60
Sumber: Berbagai Laporan dalam Santono, 2010
49,82
Achieving the MDGs
(%)
23
(%)
57
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5-4
LAPORAN AKHIR
Dari tabel
di atas terlihat bahwa, terlihat terdapat perbedaan antara laporan yang
diterbitkan
oleh Unicef dan WHO dengan laporan yang diterbitkan oleh UNESCAP (
United Nations Economic anda Social Commission for Asia and The Pacific), ADB (Asian
Development Bank) , dan UNDP (United Nations Development Programme) serta laporan
yang dibuat oleh Bappenas RI. Laporan yang disusun oleh Unicef dan WHO baik pada
tahun 2008 maupun 2010 menunjukkan bahwa 80% penduduk Indonesia telah memliki
akses terhadap air bersih. Sedangkan laporan ADB meskipun tidak menyebutkan angka,
menunjukkan bahwa Indonesia berada pada off track untuk tercapainya MDGs air bersih
dan sanitasi. Jika dilihat lebih dalam lagi, semua laporan tersebut menunjukkan
rendahnya akses masyarakat Indonesia terhadap air perpipaan, padahal air perpipaan
dipandang sebagai air yang memiliki kualitas yang dapat diandalkan dan lebih sehat
dibandingkan dengan sumber air lainnya. Apabila dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN (Association of Southeast Asian Nations), bisa dikatakan Indonesia masih
tertinggal, kecuali jika dibandingkan dengan Kamboja. Malaysia misalnya, akses
masyarakat terhadap air bersih telah mencapai 100%, dimana 97% berasal dari air
perpipaan. Demikian pula Thailand yang akses air bersihnya telah mencapai 98%.
Tabel 5.2
Akses Air Bersih dan Sanitasi di Beberapa Negara ASEAN
Negara
Malaysia
Thailand
Vietnam
Kamboja
Philiphines
Indonesia
Keteraksesan Penduduk
Air Bersih (%)
Sanitasi (%)
100
96
98
96
94
75
61
29
91
76
80
52
Sumber: Progress on Drinking Water and Sanitation 2010 dalam Santono, 2010
Pembiayaan air bersih dan sanitasi menjadi salah satu penyebab rendah tingkat akses
masyarakat terhadap air bersih. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Water and
Sanitation
Program (WSP) Bank Dunia, terkait dengan pembiayaan publik untuk sektor air
bersih dan sanitasi pada tahun 2006, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
peningkatan PDB di daerah dengan peningkatan alokasi pembiayaan untuk sektor air bersih
dan sanitasi. Studi tersebut juga menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah (nasional,
provinsi dan kabupaten/kota) pada tahun 2002 untuk pembangunan di sektor air bersih dan
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5-5
LAPORAN AKHIR
sanitasi, rata-rata hanya 0,64 % dari PDB.
Tabel 5.3
Rata-Rata Pengeluaran Tahunan Untuk Sektor Air (dalam milyar rupiah)
Tingkat
Pemerintahan
Pusat
Provinsi
Kabupaten/Kota
Total
Persentase GDP
Rata-Rata
Rata-Rata
Rata-Rata
(1994-1997)
842
55
29
926
0,23 %
(1998-2000)
1.450,8
106
538
1.610,5
0,40 %
(2001-2002)
1.985
284,6
335,5
2.605,3
0,64 %
Sumber: Kajian Pendanaan Publik untuk Sektor Air Bersih dan Sanitasi di Indonesia,Water and Sanitation
Program dalam Santono, 2010
Sebagai Kabupaten pemekaran, kondisi infrastruktur di Bangka Selatan,
seperti jaringan
jalan, jaringan drainase, persampahan, sumberdaya air dan pelayanan air bersih, serta sarana
prasarana lainnya masih belum dapat
mengimbangi perkembangan dinamika masyarakat
terutama di wilayah pengembangan. Permasalahan klasik yang dihadapi berkaitan dengan air
bersih adalah masih rendahnya kinerja pelayanan air bersih, yaitu belum meratanya sistem
jaringan air bersih dan masih minimnya kapsitas air bersih. Serta tingkat kebocoran mencapai
41%. Secara umum, permasalahan tersebut sebagaimana dirumuskan dalam
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bangka Selatan 2011 – 2015
adalah sebagai berikut:
1.
Belum optimalnya tingkat
cakupan pelayanan air bersih;
2.
Terbatasnya kualitas dan
kuantitas sumber air baku untuk pelayanan air bersih;
3.
Tingginya
tingkat
eksploitasi sumber daya air bawah tanah;
4.
Tingginya tingkat pencemaran sumber air bersih;
5.
Berkurangnya tingkat pengisian (recharge) air tanah.
Mengacu kepada Perpres No.5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2011-2014 dan kebijakan daerah Perda No. 10 Tahun 2011
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bangka Selatan tahun
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5-6
LAPORAN AKHIR
2011-2015 yang kemudian dibandingkan dengan target pembangunan sanitasi di Kabupaten
Bangka Selatan maka dapat dilihat pada Tabel 5. 4.
Tabel 5.4 Target Pembangunan Sektor Sanitasi RPJMN 2010-2014 dan RPJMD Kabupaten Bangka
Selatan Tahun 2011 – 2015
No
1.a
b
c
2.
3.
RPJMN
Stop buang air besar sembarang
a
(BABS) tahun 2014, perluasan layanan
air limbah meningkat dari 20% di b
16
kota (5 diantaranya sistem baru).
Tersedianya
akses
terhadap
c
sistem pengelolaan offsite melalui
peningkatan
sistem
pengelolaan
limbah terpusat 10% untuk penduduk,
dan
Peningkatan sistem pengelolaan
air limbah setempat bagi 90% total
penduduk.
Tersedianya
akses
terhadap
a
pengelolaan sampah bagi 80% rumah
tangga di wilayah perkotaan.
b
RPJMD Kabupaten Bangka Selatan
Terpenuhinya kebutuhan air bersih masyarakat
dengan cakupan pelayanan 100%;
Terpenuhinya
kebutuhan
air
baku
dengan
pembangunan waduk;
Terkendalinya eksploitasi air di bawah tanah.
Terangkutnya 100% volume sampah yang
dihasilkan;
Terwujudnya TPA yang memenuhi persyaratan
teknis 100%;
Peningkatan Kebersihan dan Kesehatan
Lingkungan 100%.
Pengurangan genangan seluas 22.500
a Mengurangi area dan lamanya genangan Banjir dan
Ha, di 100 kawasan strategis ROB;
perkotaan.
b Meningkatnya kapasitas saluran drainase;
c. Teraturnya debit limpasan sesuai dengan
kapasitas saluran, pengelolaan dan konservasi
cacthment area dan badan sungai.
Sumber : Berbagai sumber, 2012
Dalam upaya mencapai dan mengejar ketertinggalannya, pemerintah Kabupaten Bangka
Selatan berupaya memberikan komitmen yang tinggi untuk sektor sanitasi dengan
memberikan layanan sanitasi tidak hanya melalui penambahan jumlah sarana prasarana
(kuantitas) saja juga peningkatan kualitasnya. Seperti diketahui bahwa akses terhadap
sanitasi sudah cukup besar hanya tidak didukung oleh kualitasnya. Karenanya, dalam RPJMD
Kabupaten Bangka Selatan 2011 – 2015 telah ditetapkan sasaran yang ingin dicapai dalam
pembangunan sub fungsi sumber daya air dan pelayanan air bersih berupa terpenuhinya
kebutuhan air bersih masyarakat dengan cakupan pelayanan 100%; terpenuhinya kebutuhan
air baku dengan pembangunan waduk; dan terkendalinya eksploitasi air di bawah tanah. Arah
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5-7
LAPORAN AKHIR
kebijakan pembangunan sumber daya air dan
pelayanan air bersih diarahkan bagi
pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat serta menjaga kualitas dan kuantitas sumber
daya air. Dalam hal persampahan di Kabupaten Bangka Selatan, volume sampah pada saat ini
kenaikannya belum terlalu signifikan, akan tetapi dengan semakin bertambahnya penduduk
maka volume sampah akan bertambah sejalan dengan dinamika perubahan yang terjadi. Oleh
karena itu perlu antisipasi penanganan melalui perencanaan pengelolaan sampah yang benar.
Permasalahan yang dihadapi dalam Jaringan Persampahan selama ini antara lain :
1. Meningkatnya volume sampah setiap tahun;
2. Kapasitas pengangkutan sampah belum terprogram dengan baik;
3. Belum adanya pengelolaan TPA yang memenuhi syarat teknis.
Dalam hal rumah tinggal bersanitasi yang
sekurang-kurangnya mempunyai akses untuk
memperoleh layanan sanitasi, sebagai berikut :
Fasilitas Air bersih,
Pembuangan Tinja,
Pembuangan Air Limbah (air bekas)
Pembuangan sampah.
dan
Dari 7 kecamatan yang ada di Bangka Selatan, secara umum baru dua kecamatan yang
memiliki persentase rumah tinggal bersanitasi di atas 50 % yaitu Kecamatan Toboali dan
Kecamatan Payung.Hasil analisis data rumah tinggal berakses sanitasi disajikan dalam tabel
sebagai berikut :
Tabel 5.5 Persentase Rumah Tinggal Bersanitasi Menurut Kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan
Tahun 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
Kecamatan
Toboali
Air Gegas
Payung
Simpang Rimba
Lepar Pongok
Tukak Sadai
Pulau Besar
Jumlah
Jumlah Rumah
Tinggal
6.894
2.142
4.596
4.403
2.935
750
1.138
22.858
Jumlah Rumah
Tinggi berakses
sanitasi
4.709
808
3.139
1.320
587
162
227
10.952
Persentase
68,31
37,72
68,30
29,98
20,00
21,60
19,95
47,91
Sumber: RPJMD Kab. Bangka Selatan 2011-2015
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5-8
LAPORAN AKHIR
Peta Administrasi Bangka Selatan
Gambar 5.1
Gambar 5.2
Peta Administrasi Kecamatan Toboali
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5-9
LAPORAN AKHIR
Dari gambaran tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi cakupan pelayanan
Kabupaten Bangka Selatan masih tergolong rendah sehingga mempunyai
sanitasi
di
kewajiban untuk
mengejar ketertinggalan ini dengan melaksanakan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi
Permukiman yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Pusat. Program ini dimaksudkan untuk
mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan di daerah sehingga sanitasi
dapat
menjadi
salah satu prioritas
pembangunan di daerah. Melalui program ini,
pembangunan sanitasi permukiman akan dilakukan lebih tepat sasaran dengan mendorong
seluruh sumber daya yang ada, dari masyarakat, swasta, pemerintah daerah, hingga
pemerintah pusat. Oleh karena itu, sesuai dengan maksud penyusunannya, maka Buku Putih
Sanitasi Kabupaten Bangka Selatan ini akan menggambarkan status terkini situasi sanitasi di
Kabupaten Bangka Selatan, kebutuhan layanan sanitasi dan peluang pengembangan di masa
mendatang di Kabupaten Bangka Selatan, usulan/rekomendasi
awal
terkait
peluang
pengembangan layanan sanitasi, salah satunya adalah penetapan kawasan prioritas di
Kabupaten Bangka Selatan.
5.2
Landasan Gerak
5.2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sanitasi
5.2.1.1
Pengertian Sanitasi
Pengertian sanitasi menurut panduan Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS)
diartikan sebagai usaha untuk memastikan pembuangan kotoran manusia, cairan
limbah, dan sampah secara higienis yang akan berkontribusi pada kebersihan dan
lingkungan hidup yang sehat baik di rumah maupun lingkungan sekitarnya.
5.2.1.2
Ruang Lingkup Sanitasi
Ruang lingkup penanganan Sanitasi dalam program PPSP adalah sebagai berikut:
a. Blackwater adalah limbah rumah tangga yang bersumber dari WC dan urinoir.
b. Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal
dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci.
Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga
(domestik) dengan sistem :
a. Pengolahan On Site menggunakan sistem septik-tank dengan peresapan ke
tanah dalam penanganan limbah rumah tangga;
b. Pengelolaan Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan
secara terpusat;
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5 - 10
LAPORAN AKHIR
c. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang
dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar,
restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui
Tempat
Pembuangan Sementara (TPS) atau transfer depo ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA);
d. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai
penggelontor air kota dan memutuskan air permukaan;
e. Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah untuk menyediakan air bersih
bagi masyarakat baik melalui jaringan PDAM maupun non PDAM yang bersumber
dari air permukaan maupun air tanah.
5.2.2 Ruang Lingkup Wilayah
Wilayah perencanaan yang menjadi kajian dalam studi ini adalah wilayah Kabupaten
Bangka Selatan yang terdiri dari 7 Kecamatan yaitu: Kecamatan Toboali, Kecamatan
Payung, Kecamatan Simpang Rimba, Kecamatan Air Gegas, Kecamatan Pulau Besar,
Kecamatan Tukak Sadai dan Kecamatan Lepar Pongok.
5.2.3 Visi dan Misi Kabupaten Bangka Selatan dan Tujuan Penataan Ruang
A. Visi dan Misi Kabupaten Bangka Selatan
Visi Kabupaten Bangka Selatan visi terlahir dengan memperhatikan komoditas
unggulan dan potensi yang dimiliki Kabupaten Bangka Selatan. Melalui analisis potensi
dan kajian kondisi aktual masyarakat Kabupaten Bangka Selatan, ditetapkan visi
pembangunan Kabupaten Bangka Selatan sebagai berikut:
“Bangka Selatan Makmur”
Adapun misi untuk mencapai visi Kabupaten Bangka Selatan yaitu:
1. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia;
2. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat;
3. Menciptakan Iklim Usaha yang Kondusif;
4. Menciptakan Aparatur yang Bersih dan Berwibawa;
5. Meningkatkan Infrastruktur yang Handal.
B. Area Beresiko Sanitasi
Wilayah di kabupaten Bangka Selatan
yang termasuk dalam area beresiko sanitasi
berdasarkan hasil analisis data EHRA, data sekunder, persepsi SKPD, terlihat pada
gambar 5.1 Peta Area Beresiko Sanitasi.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5 - 11
LAPORAN AKHIR
Gambar 5.3
Peta Area beresiko sanitasi
Area beresiko sanitasi dibagi menjadi empat kondisi yaitu are a kurang beresiko
dengan skor 1, area beresiko sedang dengan skor 2, area beresiko tinggi dengan skor
3, area beresiko sangat tinggi dengan skor 4. Analisis SWOT (Strenghts Weakness,
Oppurtunities, and Threats) yang memperhitungkan factor internal yang berupa
kekuatan, kelemahan dan faktor eksternal yang berupa kesempatan dan ancaman
yang dimiliki Kabupaten Bangka Selatan di sektor air limbah domestik, persampahan,
drainase.
5.2.4 Posisi pengelolaan sektor air limbah domestik
Hasil analisis untuk fa ktor internal se ktor air limbah domestik adalah – 0,05. Hasil
analisis untuk faktor eksternal adalah -0,28. Posisi pengelolaan air limbah domesti k
saat ini berada dikuadran 4.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5 - 12
LAPORAN AKHIR
Tabel 5.1
Analisa SWOT Sektor Air Limbah Domestik
TINGKAT
PENGARUH
PERKALIAN
BOBOT DAN
TINGKAT
PENGARUH
35.00%
4
1.4
35.00%
4
1.4
Sudah memiliki SDM sesuai keahlian
30.00%
3
0.9
Total
100%
NO
ELEMEN
BOBOT
KETERANGAN
INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS)
KEKUATAN (STRENGTH)
Sudah ada perda retribusi pembuangan air
1
limbah
Adanya skpd teknis setingkat dinas
2
3
KELEMAHAN (WEAKNESS)
Ketersediaan anggaran (APBD) kurang
1
berpihak
Kurangnya tenaga aparatur (kuantitas)
2
3.7
30.00%
4
1.2
15.00%
3
0.45
3
Kurangnya koordinasi antar skpd
5.00%
3
0.15
4
Sarana prasarana Labratorium
belum
memadai
Tidak tersedia mobil penyedotan tinja
5.00%
3
0.15
20.00%
4
0.8
Tidak ada perda yang mengatur mengenai
pengelolaan limbah domestik
25.00%
4
1
Total
100%
5
6
3.750
Selisih Kekuatan dan Kelemahan
-0.050
(X)
EKSTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS)
PELUANG (OPPORTUNITY)
Masyarakat
semakin
peduli
1
lingkungan
Adanya anggaran APBD Prov.
2
terhadap
22.00%
4
0.88
20.00%
4
0.8
3
Adanya Anggaran APBN
20.00%
4
0.8
4
8.00%
3
0.24
15.00%
3
0.45
6
Kementrian dan lembaga ikut berperan
aktif
Adanya
tokoh
masyarakat
peduli
lingkungan
Adanya LSM peduli lingkungan
5.00%
3
0.15
7
Adanya CSR dari swasta
10.00%
3
0.3
Total
100%
5
ANCAMAN (THREATH)
Masih relatif banyak masyarakat yang
1
buang air besar sembarangan
53.05 % tangki septik tidak aman di
2
wilayah kab. Bangka Selatan
72.29 % rumah tangga miskin di kab.
3
Bangka Selatan BAB selain di
4
3.62
40.00%
4
1.6
25.00%
4
1
25.00%
4
1
tangki septik
Tidak ada pihak swasta yang bergerak di
usaha penyedotan tinja
10.00%
3
0.3
Total
100%
Selisih Peluang dan Ancaman
3.9
-0.280
(Y)
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5 - 13
LAPORAN AKHIR
PELUANG
0.4
Kuadran
3: Mendukung
strategi Stabilisation (Stabil)
Kuadran
1:
Mendukung
strategi
Growth
(Pertumbuhan)
0.3
0.2
0.1
K EKUATAN
KELEMAHAN
-0,3
-0,2
-0,1
0,00
0.1
-0,1
Kuadran
4: Mendukung
strategi Survive (Bertahan)
Kuadran
2:
Mendukung
strategi
Diversification
(Pertukaran Usaha)
-0,2
-0,3
-0,4
Gambar 5.4
0.2 0. 0.4
3
ANCAMA
N
Posisi Pengelolaan Sektor Air Limbah Domestik
5.2.5 Posisi Pengelolaan Sektor Persampahan
Hasil analisis untuk faktor internal sektor persampahan adalah 0,00. Hasil analisis untuk
faktor eksternal adalah -0, 4. Posisi pengelolaan persampahan saat ini berada diantara
kuadran 2 dan 4.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5 - 14
LAPORAN AKHIR
Tabel 5.2
NO
Analisa SWOT Sektor Persampahan
ELEMEN
TINGKAT
BOBOT
PENGARUH
PERKALIAN
BOBOT DAN
KETERANGAN
TINGKAT
INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS)
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
11
1
2
4
3
5
6
7
KEKUATAN (STRENGTH)
Ada Peraturan daerah tentang pengelolaan persampahan
Tersedianya Sarana prasarana penampungan dan pengangkutan sampah
Sudah ada perda tentang retribusi pelayanan kebersihan/persampahan
Terbangunnya TPA
Tersedianya petugas kebersihan
Total
KELEMAHAN (WEAKNESS)
Ketersediaan anggaran (APBD) kurang berpihak
SKPD pengelola setingkat eselon 3 ( bidang)
tidak memiliki SDM sesuai keahliannya
Tidak ada kelembagaan pengelola TPA
SDM Aparatur belum memadai
Sarana prasarana penampungan dan pengangkutan belum mencukupi
tidak adanya upt di tingkat kecamatan
Tidak ada Rencana Induk Persampahan
Belum dapat melaksanakan peraturan secara optimal
Tidak ada data timbulan sampah
20.00%
20.00%
30.00%
15.00%
15.00%
4
4
4
3
3
100%
15.00%
5.00%
10.00%
10.00%
10.00%
10.00%
10.00%
15.00%
10.00%
5.00%
3.7
4
4
3
4
3
4
4
4
3
4
Total
100%
Selisih Kekuatan dan Kelemahan
EKSTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS)
PELUANG (OPPORTUNITY)
Masyarakat semakin peduli terhadap lingkungan
15.00%
3
Adanya anggaran APBD Prov.
10.00%
4
Adanya Anggaran APBN
10.00%
4
Kementrian dan lembaga ikut berperan aktif
10.00%
4
Adanya tokoh masyarakat peduli lingkungan
10.00%
3
Sampah mempunyai nilai ekonomis
10.00%
3
Isyu green life style mendorong masyarakat peduli lingkungan ( 3R)
10.00%
4
Isyu climate channge (Perubahan Iklim) dan Global Warming ( Pemanasan
10.00%
4
Penghargaan adipura kalpataru kabupaten sehat
10.00%
3
Adanya CSR dari swasta
5.00%
4
Total
ANCAMAN (THREATH)
Perilaku masyarakat yang masih buang sampah sembarangan
Belum adanya SOP Pengelolaan lingkungan sekitar tpa
Kurangnya dukungan masyarakat sekitar lokasi tpa dan TPS terhadap
keberadaan tpa dan TPS
Adanya Protes masyarakat terhadap bau yang menyebar dari TPA
Kurang tanah penimbun sampah di TPA ( Sanitary Landfill )
Tidak adanya proses pemilahan sampah organik dan anorganik di masyarakat
Kebiasaan masyarakat membakar sampah
Total
Selisih Peluang dan Ancaman
0.8
0.8
1.2
0.45
0.45
100%
0.6
0.2
0.3
0.4
0.3
0.4
0.4
0.6
0.3
0.2
3.700
0.000
0.45
0.4
0.4
0.4
0.3
0.3
0.4
0.4
0.3
0.2
3.55
30.00%
15.00%
4
4
1.2
0.6
10.00%
20.00%
5.00%
10.00%
10.00%
4
4
3
4
4
0.4
0.8
0.15
0.4
0.4
3.95
-0.400
100%
(X)
(Y)
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5 - 10
LAPORAN AKHIR
0.4
Kuadran
3: Mendukung
strategi Stabilisation (Stabil)
PELUANG
Kuadran
1: Mendukung
strategi
Growth
(Pertumbuhan)
0.3
0.2
0.1
KELEMAHAN
-0,3
-0,2
-0,1
0,00
0.1
0.2
K
EKUATAN
0.3
0.4
-0,1
Kuadran
4: Mendukung
strategi Survive (Bertahan)
-0,2
Kuadran
2: Mendukung
strategi
Diversification
(Pertukaran Usaha)
-0,3
-0,4
Gambar 5.5
ANCAMA N
Posisi Pengelolaan Sektor Persampahan
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5 - 11
LAPORAN AKHIR
5.2.6 Posisi Pengelolaan Sektor Drainase
Hasil analisis untuk faktor internal sektor drainase adalah – 0,5. Hasil analisis untuk faktor
eksternal adalah -0,05. Posisi pengelolaan drainase saat ini berada di kuadran 4.
Tabel 5.3
Analisa SWOT Sektor Drainase
PERKALIAN
BOBOT
NO
ELEMEN
BOBOT
TINGKAT
DAN
PENGARUH
TINGKAT
KETERANGAN
INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS)
KEKUATAN (STRENGTH)
1 Tersedianya jaringan drainase
2 Ada SKPD khusus pengelola drainase
3 Sudah ada pendanaan dari APBD Kabupaten
4 Ada SDM Aparatur yang memiliki keahlian
Total
KELEMAHAN (WEAKNESS)
1 Ketersediaan anggaran (APBD) kurang berpihak
2 Tidak Ada Peraturan daerah terkait drainase permukiman
3 Belum adanya Rencana Induk Sistem Drainase Perkotaan
4 Belum ada database drainase tingkat kabupaten
5 Cakupan jaringan drainase masih relatif rendah
20.00%
25.00%
30.00%
25.00%
4
3
4
3
0.8
0.75
1.2
0.75
3.5
4
4
4
4
4
1.2
0.8
0.8
0.8
0.4
100%
30.00%
20.00%
20.00%
20.00%
10.00%
Total
Selisih Kekuatan dan Kelemahan
EKSTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS)
PELUANG (OPPORTUNITY)
1 Masyarakat bergotong royong membersihkan drainase
2 Topografi
3 Adanya anggaran APBD Prov.
4 Adanya Anggaran APBN
5 Kementrian dan lembaga ikut berperan aktif
6 Adanya CSR dari swasta
100%
Total
ANCAMAN (THREATH)
1 Rendahnya kesadaran masyarakat melakukan pemeliharaan drainase
2 Minimnya keterlibatan swasta di sektor drainase
3 Perilaku Masyarakat buang sampah di saluran drainase
Total
Selisih Peluang dan Ancaman
100%
25.00%
10.00%
15.00%
20.00%
15.00%
15.00%
50.00%
10.00%
25.00%
85%
4.000
-0.500 (X)
3
3
4
4
3
3
0.75
0.3
0.6
0.8
0.45
0.45
3.35
4
4
4
2
0.4
1
3.4
-0.050 (Y)
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5 - 12
LAPORAN AKHIR
PELUANG
0.4
Kuadran
strategi
(Stabil)
3: Mendukung
Stabilisation
Kuadran 1: Mendukung
strategi
Growth
(Pertumbuhan)
0.3
0.2
0.1
KELEMAHAN
-0,5
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0,00
0.1
0.2
K
EKUATAN
0.3
0.4
0.5
-0,1
Kuadran 4: Mendukung
strategi
Survive
(Bertahan)
Kuadran 2: Mendukung
strategi
Diversification
(Pertukaran Usaha)
-0,2
-0,3
-0,4
Gambar 5.6
ANCAMA N
Posisi Pengelolaan Sektor Drainase
5.2.7 Posisi Pengelolaan Sektor PHBS
Hasil analisis untuk fa ktor internal se ktor PHBS adalah – 0,2. Hasil analisis untuk faktor
eksternal adalah -0,25. Posisi pengelolaan drainase saat ini berada di kuadran 4.
Tabel 5.4
NO
Analisa SWOT Sektor PHBS
ELEMEN
BOBOT
TINGKAT
PENGARUH
INTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (IFAS)
KEKUATAN (STRENGTH)
1 Sudah memiliki kader posyandu diseluruh desa
30.00%
4
2
3
Tersedia puskesmas dan pustu diseluruh kecamatan
Terdapat perda tentang higiene sanitasi makanan dan
minuman
Total
KELEMAHAN (WEAKNESS)
1 Minimnya anggaran (APBD) untuk kegiatan PHBS
3
Tenaga kesehatan masyarakat dan sanitasi masih
kurang
Kurangnya promosi kesehatan
4
Hanya 4 sekolah yang memiliki fasilitas cuci tangan
2
Total
Selisih Kekuatan dan Kelemahan
PERKALIAN
BOBOT DAN
TINGKAT
PENGARUH
1.2
40.00%
4
1.6
30.00%
3
0.9
100%
2.8
30.00%
4
1.2
30.00%
4
1.2
20.00%
3
0.6
20.00%
4
0.8
100%
KETERANGAN
3.000
-0.200
(X)
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5 - 14
LAPORAN AKHIR
NO
ELEMEN
BOBOT
PERKALIAN
BOBOT DAN
TINGKAT
PENGARUH
TINGKAT
PENGARUH
EKSTERNAL FACTOR ANALYSIS SUMMARY (EFAS)
PELUANG (OPPORTUNITY)
Meningkatnya kewaspadaan dini masyarakat terhadap
1 penyakit
25.00%
4
Adanya
anggaran
APBD
Prov.
2
20.00%
4
1
0.8
3
Adanya Anggaran APBN
20.00%
4
0.8
4
Adanya pelatihan dan seminar khusus tentang PHBS
15.00%
3
0.45
20.00%
3
0.6
5
Adanya tokoh masyarakat peduli kesehatan
lingkungan
Total
ANCAMAN (THREATH)
22.7 % rumah tangga di kabupaten bangka selatan
1 BABS
46.4 % rumah tangga di kab. Bangka Selatan tidak
2 CPTS
3 Kurangnya pengetahuan masyarakat terkait PHBS
4
Terdapat KLB
100%
3.65
40.00%
4
1.6
25.00%
4
1
25.00%
4
1
10.00%
3
0.3
Total
100%
3.9
Selisih Peluang dan Ancaman
5.3
KETERANGAN
-0.250
(Y)
Analisis Kawasan Kelurahan Toboali
Kelurahan Toboali yang luasnya 201,96 km2 yang berbatasan langsung dengan laut Jawa di
sebelah selatan, di area jalan pelabuhan. Seperti gambar berikut ini :
Gambar 5.7
Peta Kelurahan Toboali
Gambar 5.8
Peta Genangan Kelurahan
Toboali
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5 - 15
LAPORAN AKHIR
Ada beberapa daerah genangan dan area yang beresiko banjir, daerah tersebut ada beberapa
area genangan di berbagai ruas wilayah dan penjuru kelurahan Toboali. Daerah tersebut
adalah Rawa Bangun. Di Rawa Bangun ada tiga ruas yang menjadi genangan yakni :
1. Ruas jalan Pelabuhan;
2. Ruas jalan Rawa Bangun; dan
3. Ruas jalan Sriwijaya.
Di daerah jalan pelabuhan menjadi daerah genangan yang menjadi hilir dikarenakan
berdekatan atau malah berbatasan dengan laut. Daerah ini pun bisa menjadi area banjir ROB
dari arah laut. Dengan lebar ruas sekira hanya 4 meter, dan ketinggian permukaan sungai 1.6
meter. Namun jarak arah dari hilir tersebut berjarak 890,78 m hingga menuju ke permukiman
warga yang menjadi area genangan di area ruas Rawa Bangun atau jalan Rawa Bangun I yang
berdekatan dengan Kantor kelurahan Toboali.
Berikut adalah dokumentasi yang di peroleh dari hasil kajian.
Gambar 5.9
Dokumentasi Area I Genangan dan ROB
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5 - 14
LAPORAN AKHIR
Di area ini dalam analisa kajian bisa di bangun bangunan pintu air untuk menahan air ROB
yang datang dari arah laut ataupun air hujan yang berasal dari hulu. Jadi bangunan ini akan
menahan air bukan untuk meninggikan permukaan air.
Namun area ini yang luas nya sekitar 1.134,29 Km2
,
mempunyai kendala dengan banyak
sampah, dan menurut kajian sebagai potensi ekonomi dan perbaikan permukiman yang padat
maka di pemanfaatan bisa di pergunakan untuk penampungan tambak ikan, dan sebagai mata
pencaharian masyarakat. Di ruas lain di jalan Rawa Bangun I dan ruas jalan Sriwijaya dapat di
jadikan bak penampung atau kolam retensi, yang bisa di jadikan tempat penampungan air
limpahan dari air hujan dan limpahan air yang berasal dari hulu. Namun bukan pula sebagai
penampung air dan meminimalisir genangan, tapi bisa juga di pergunkan sebagai kolam
rekreasi dan kolam pemandian. Yang juga bisa menjaikan mata pencaharian bagi warga
sekitar. Berikut dokumentasi antara jalan Rawa Bangun I dan jalan Sriwijaya :
( Jalan Rawa Bangun I )
( Jalan Sriwijaya I )
Gambar 5.10
( Jalan Rawa Bangun I )
( Jalan Sriwijaya I )
Dokumentasi Area II dan Area III Genangan Daerah Rawabangun
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5 - 15
LAPORAN AKHIR
Di dalam ketiga area tersebut beberapan rekomendasi akan dilakukan yaitu :
a. Pembangunan Bangunan Pintu Air di Jalan Pelabuhan;
b. Pembangunan Kolam Retensi di Area Rawa Bangun; dan
c. Pembangunan Kolam Retensi di Area Jalan Sriwijaya.
5.4
Analisis Kawasan Kelurahan Teladan
Kelurahan Teladan yang luasnya 211,93 km2 yang berbatasan langsung dengan Kelurahan
Toboali di bagianh selatan. Seperti gambar berikut ini :
Gambar 5.11
Peta Genangan Kelurahan Teladan
Ada beberapa daerah genangan dan area yang beresiko banjir, daerah tersebut ada beberapa
area genangan di berbagai ruas wilayah dan penjuru kelurahan Toboali. Daerah tersebut
adalah Arae Jalan Lingga. Di Jalan Air Lingga ini ada tiga ruas yang menjadi genangan yakni :
Ruas rt 03, Ruas Rw 01; dan Ruas jalan Air Lingga 2. Di daerah jalan pelabuhan menjadi
daerah genangan yang menjadi hulu dikarenakan menjadi salah satu tempat turun nya air
terjun hujan saat lebat ataupun tidak. Dengan lebar ruas sekira hanya 8.2 meter, dan
ketinggian permukaan sungai 0.4 meter. Namun jarak arah dari hilir tersebut berjarak 190,72
meter hingga menuju ke permukiman warga yang menjadi area genangan di area ruas Rw 03
atau jalan Air Lingga yang berdekatan dengan Aliran Sungai.
Berikut adalah dokumentasi yang di peroleh dari hasil kajian.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5 - 16
LAPORAN AKHIR
Gambar 5.12 Dokumentasi Area rt 01 rw 03 JalanLingga
Di area ini dalam analisa kajian bisa di bangun bangunan pintu air untuk menahan air hujan
dan genangan serta membuat kolam retensi untuk menampung air hujan dan bisa
dimanfaatkan oleh warga.
Berikut matriks yang bisa menyimpulkan dari kajian daerah Rawabangun Kelurahan Toboali,
Kecamatan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5 - 17
LAPORAN AKHIR
Tabel 5.5
Nama Daerah
Genangan
Kelurahan /
Kecamatan
1
Jalan
Pelabuhan,
Kampung
Rawa bangun
2
Jalan Rawa
Bangun I
No
Matriks Kajian Kecamatan Toboali
Titik
Koordinat
Luas Area
Genangan
Toboali /
Toboali
-3.014339,
106.447338
1.134,29 m2
Membuat Bangunan
Pintu air untuk
menahan air ROB dan
Menahan air dari hulu
serta air hujan
Toboali /
Toboali
-3.011192,
106.450457
22.377 m2
Atau 2.2 Ha
Membuat Kolam
Retensi atau Bak
Penampung
Dokumentasi lapangan
Rekomendasi
Penanganan
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5 - 18
Gambar Perspektif
LAPORAN AKHIR
3
Jalan
Sriwijaya
Toboali /
Toboali
-3.009606,
106.448935
26.502 m2
Atau 2.6 Ha
Membuat Kolam
Retensi atau Bak
Penampung
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5 - 19
LAPORAN AKHIR
4
Jalan Lingga
Teladan /
Toboali
-3.007721,
106.455688
23.102 m2
Atau 2.3 Ha
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5 - 20
LAPORAN AKHIR
Tabel 5.6
No
Tabel Luas Wilayah Perencanaan
Nama Wilayah
Luas
Tabel 5.7
Satuan
Tabel curah Hujan
latitude,longitude,curah hujan
3.607,08
KM2
Kab. Bangka Barat -1.83743 105.45079 Hujan Sedang
Luas Kecamatan Toboali
1,460.3
KM2
Kab. Bangka -1.93481 105.95155 Hujan Lebat
3
Luas Kelurahan Toboali
201.96
KM2
4
Luas Daerah Drainase Permukiman
85.85
KM2
5
Luas Wilayah Rawabangun
64.20
KM2
6
Luas Wilayah Genangan / Retensi 1
22.377
M2
7
Luas Wilayah Genangan / Retensi 2
26.502
M2
8
Luas Wilayah Genangan / Retensi 3
50.961
M2
9
Luas Wilayah Genangan / Retensi 4
99.398
M2
1.134,29
M2
1
Luas Kabupaten Bangka Selatan
2
10
Luas Wilayah Bendung
Kota Pangkal Pinang -2.19216 106.12806 Hujan Sedang
Kab. Bangka Tengah -2.49897 106.31348 Hujan Ringan
Kab. Bangka Selatan -2.79221 106.49528 Hujan Ringan
Kab. Belitung -2.89994 107.56475 Hujan Ringan
Kab. Belitung Timur -2.93618 108.02882 Hujan Ringan
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
5 - 21
PEMBATAS
BAB VI
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
LAPORAN AKHIR
BAB VI
ANALISA HIDROLOGI
Bab ini membahas mengenai tentang analasa hidrologi kawasan Bangka Selatan secara umum dan Kota Toboali secara khusus,
dan pendalaman terhadap wilayah kelurahan rawabangun.
6.1
Analisis Hidrologi
6.1.1 Analisis Hujan
Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang terjadi
hanya pada satu tempat atau titik saja (point rainfall). Mengingat hujan sangat
berfariasi terhadap tempat (space), maka untk kawasan yang luas, satu alat penakar
hujan belum dapat menggambarkan hujan wilayah tersebut. Menurut Suripin
(2004:26-28), ada tiga macam cara yang umum dipakai dalam menghitung hujan
rata-rata kawasan, yaitu:
1. Rata-rata al jabar
2. Ishoyet
3. Polygon thiessen
Cara
ini sering dikenal juga sebagai cara rata-rata timbang (weighted mean).
Diasumsikan bahwa variasi hujan antar pos yang satu dengan lainya aadalh linier
dan bahwa sembarang pos dianggap dapat mewakili kawasan terdekat. Cara ini
2
cocok untuk daerah datar dengan luas 500-5.000 km , jumlah pos penakar hujan
terbatas dibandingkanluasannya. Hujan rata-rata dapat dihitung dengan persamaan
berikut:
P A P2 A2 ...... Pn An
P 1 1
A1 A2 ...... An
Dimana :
P1,P2,.....,Pn
= curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan 1,2,…,n
A1,A2,.....,An
= luas areal polygon 1,2,….,n
n
= banyaknya pos penakaran hujan
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
6-1
LAPORAN AKHIR
6.1.2 Analisis Frekuensi
Menurut Suripin (2004: 32), tujuan analisis frekuensi data hidrologi adalah berkaitan dengan
besaran peristiwa-peristiwa ekstrim yang berkaitan dengan frekuensi kejadian melalui
penerapan distribusi kemungkinan. Frekuensi hujan adalah besarnya kemungkinan suatu
besaran hujan disamai atau dilampaui Sebaliknya, kata-ulang (return period) adalah
wktu hipotetik dimana hujan dengan sustu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui.
Analisis frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos penakaran hujan, baik
yang manual maupun yang otomatis. Ada dua macam seri data yang dipergunakan dalam
analisis frekuensi, pertama yaitu data maksimum tahunan dimana tiap tahun diambil hanya
satu besaran maksimum yang dianggap berpengaruh pada analisis selanjutnya. Kedua,
seri
parsial
yaitu
dengan menetapkan suatu besaran tertentu sebagai batas bawah,
selanjutnya semua besaran data yang lebih besar dari batas bawah tersebut diambil dan
dijadikan bagian seri data untuk kemudian dianalisis seperti biasa.
Dalam ilmu statistic dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan yang paling banyak
digunakan dalam ilmu hidrologi yaitu: Distribusi Normal, distribusi Log Normal, Distribusi
Log-Pearson III, dan Distribusi Gumbel.
A. Distribusi Log-Pearson III
Salah satu disribusi dari serangkaian distribusi yang dikembangka Pearson yang
menjadi perhatian ahli sumber daya air adalah Log-Pearson Type
III.
Langkah penggunaan distribusi Log-Pearson III yaitu sebagai berikut:
Ubah data ke dalam bentuk logaritmis, X=logX
Hitung harga rata-rata
n
Log x
i1
log xi
n
Hitung harga simpangan baku
(log x
Sd
i1
i
Log x) 2
(n 1)
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
6-2
LAPORAN AKHIR
Hitung koefisien kepencengan
n
Cs n.
(log x
i1
i
Log x)
2
(n 1).(n 2).S 3
Hitung logaritma curah hujan rancangan periode ulang tertentu
LogXt = Log x + G.Sd
Dimana :
Xi
= curah hujan rancangan
Log X = rata-rata logaritma dari hujan maksimum tahunan
Sd
= simpangan baku
G
= konstanta (dari tabel)
Dengan harga G diperoleh berdasarkan harga Cs dan tingkat
probabilitasnya.
Curah hujan rancangan dengan periode ulang tertentu adalah antilog Xt
Tabel 6.1
Tabel Nilai K untuk distribui Log-Pearson III
Koefisien
Periode Ulang
Kemencengan
2 Thn
10 Thn
25 Thn
50 Thn
100 Thn 200 Thn
(g)
Probabilitas
50%
10%
4%
2%
1%
0,5%
3,0
-0,396
1,180
2,278
3,152
4,051
4,970
2,5
-0,360
1,250
2,262
3,048
3,845
4,652
2,0
-0,307
1,302
2,219
2,912
3,605
4,298
1,8
-0,282
1,318
2,193
2,193
3,499
4,147
1,6
-0,254
1,329
2,163
2,163
3,388
3,990
1,4
-0,225
1,337
2,128
2,128
3,271
3,828
1,2
-0,195
1,340
2,087
2,087
3,149
3,661
1,0
-0,164
1,340
2,043
2,430
3,022
3,489
0,9
-0,148
1,339
2,018
2,018
2,957
3,401
0,8
-0,132
1,336
1,993
1,993
2,891
3,312
0,7
-0,116
1,333
1,967
1,967
2,824
3,223
0,6
-0,099
1,328
1,939
1,939
2,755
3,132
0,5
-0,083
1,323
1,910
1,910
2,686
3,041
0,4
-0,066
1,317
1,880
1,880
2,615
2,949
0,3
-0,050
1,309
1,849
1,849
2,544
2,856
0,2
-0,033
1,301
1,818
1,818
2,472
2,763
0,1
-0,017
1,292
1,785
1,785
2,400
2,670
0,0
0,000
1,282
1,751
2,054
2,326
2,576
-0,1
0,017
1,270
1,716
2,000
2,252
2,482
-0,2
0,033
1,253
1,680
1,945
2,178
2,388
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
6-3
LAPORAN AKHIR
Koefisien
Kemencengan
(g)
Periode Ulang
25 Thn
50 Thn
Probabilitas
4%
2%
1,643
1,890
2 Thn
10 Thn
100 Thn
200 Thn
-0,3
50%
0,050
10%
1,245
1%
2,104
0,5%
2,294
-0,4
0,066
1,231
1,606
1,834
2,029
2,201
-0,5
0,083
1,216
1,567
1,777
1,955
2,108
-0,6
0,099
1,200
1,528
1,720
1,880
2,016
-0,7
0,116
1,183
1,488
1,663
1,806
1,926
-0,8
0,132
1,166
1,448
1,606
1,733
1,837
-0,9
0,148
1,147
1,407
1,549
1,660
1,749
-1,0
0,164
1,128
1,366
1,492
1,588
1,664
-1,2
0,195
1,086
1,282
1,379
1,449
1,501
-1,4
0,225
1,041
1,198
1,270
1,318
1,351
-1,6
0,254
0,994
1,116
1,166
1,197
1,216
-1,8
0,282
0,945
1,035
1,069
1,087
1,097
-2,0
0,307
0,895
0,959
0,980
0,990
0,995
-2,5
0,360
0,771
0,793
0,798
0,799
0,800
-3,0
0,396
0,660
0,666
0,666
0,667
0,667
B. Distribusi Gumble
Menurut GUMBEL (1941 ), persoalan tertua yang berhubungan dengan hargaharga ekstrim adalah datang dari persoalan banjir. Tujuan dari statistic
harga-harga ekstrim adalah untuk menganalisa hasil pengamatan harga-harga
ekstrim tersebut untuk meramal harga-harga ekstrim berikutnya.
a. Persamaan Metode E.J. Gumbel adalah sebagai berikut :
X t X k.Sd
dimana :
Xt = curah hujan rancangan untuk periode ulang pada T tahun
X = nilai rata-rata dari data
1 n
Xi
n i1
Sd = standart deviasi
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
6-4
LAPORAN AKHIR
Sd
i1
n 1
k = faktor frekwensi yang merupakan fungsi dari periode ulang dan
tipe distribusi frekwensi
Untuk menghitung faktor frekwensi digunakan rumus :
K
YT Yn
Sn
dimana :
K = faktor frekwensi yang merupakan fungsi dari periode ulang dan
tipe distribusi frekwensi
Yn = Reduce variant sebagai fungsi dari banyaknya data n
Reduced Mean Yn dapat dilihat pada Tabel.
Sn = Reduce standar deviasi sebagai fungsi dari banyaknya data n
Reduced Deviation Sn dapat dilihat pada Tabel.
Dengan subtitusi ketiga persamaan diatas diperoleh
persamaan
S
X t X d .(YT Yn )
Sn
Jika :
1
a
b
=
Sd
Sn
=
X-
Sd
.Yn
Sn
Persamaan menjadi :
=
+
1
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
6-5
LAPORAN AKHIR
Tabel 6.2
Tabel Gumbel Reduced Mean Yn
m
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0.4952
0.5236
0.5362
0.5436
0.5485
0.5521
0.5548
0.5569
0.5586
0.5600
0.4996
0.5252
0.5371
0.5442
0.5489
0.5524
0.555
0.557
0.5587
0.5035
0.5268
0.5380
0.5448
0.5493
0.5527
0.5552
0.5572
0.5589
0.507
0.5283
0.5388
0.5453
0.5497
0.5530
0.5555
0.5574
0.5591
0.5100
0.5296
0.5396
0.5458
0.5501
0.5533
0.5537
0.5576
0.5592
0.5128
0.5309
0.5402
0.5463
0.5504
0.5535
0.5559
0.5578
0.5593
0.5157
0.532
0.541
0.5168
0.5508
0.5538
0.5561
0.558
0.5593
0.5181
0.5332
0.5418
0.5473
0.5511
0.554
0.5563
0.5581
0.5594
0.5202
0.5313
0.5424
0.5427
0.5515
0.5543
0.5565
0.5573
0.5558
0.522
0.5351
0.5430
0.5431
0.5518
0.5545
0.5567
0.5585
0.5596
Tabel 6.3
Tabel Gumbel Reduced Deviation Sn
m
10
0
1
2
3
4
5
6
7
0.9496 0.9676 0.9833 0.9971 1.0095 1.0206 1.0316 1.041
1
20 1.0628 1.0696 1.0754 1.0811 1.0864 1.0915 1.0961 1.100
30 1.1124 1.1159 1.1193 1.1226 1.1255 1.1285 1.1313 4
1.133
9
40 1.1413 1.1436 1.1458 1.1480 1.1499 1.1519 1.1518 1.155
7
50 1.1607 1.1623 1.1638 1.1658 1.1667 1.1681 1.1696 1.170
8
60 0.1747 1.1759 1.1770 1.1782 1.1793 1.1803 1.1814 1.182
4
70 1.1854 1.1863 1.1873 1.1881 1.1890 1.1898 1.1906 1.191
80 1.1938 1.1945 1.1953 1.1959 1.1967 1.1973 1.1980 5
1.198
7
90 1.2007 1.2013 1.202 1.2026 1.2032 1.2039 1.2044 1.204
100 1.2065
9
8
1.049
3
1.104
7
1.136
3
1.157
4
1.172
1
1.183
4
1.192
3
1.199
1
1.205
5
9
1.056
5
1.108
6
1.138
8
1.159
9
1.173
4
1.184
4
1.193
0
1.200
1
1.206
0
C. Intensitas hujan
Menurut Dr. Mononobe intensitas hujan ( I ) didalam rumus rasional dapat
dihitung dengan rumus :
=
R24 24 3
24 tc
2
Dimana :
R24
: Curah hujan rancangan setempat dalam mm
tc
: lama waktu konsentrasi dalam jam
I
: intensitas hujan dalam mm/jam
Dalam perhitungan nilai R didapat dari hasil akhir pengerjaan gumbel, dan untuk
nilai tc ditetapkan dengan nilai 6 jam.
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
6-6
LAPORAN AKHIR
6.2
Analisis Data
Perencanaan suatu pekerjaan diperlukan tahapan-tahapan atau metodologi yang jelas untuk
menentukan hasil yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan yang ada. Berdasarkan data-data
yang diperoleh dan diolah sehingga diketahui sifat dan karakteristik yang ada kemudian
dilakukan analisa untuk pemecahan masalah dari data tersebut.
Dalam perencanaan drainase perkotan, terdapat dua analisa yaitu analisa hidrologi dan
analisa hidrolika.
6.2.1
Analisa Hidrologi
Dalam merencanakan saluran air, analisis yang penting perlu ditinjau adalah
analisis
hidrologi.
Analisis hidrologi diperlukan
untuk
menentukan besarnya
debit rencana yang mana debit air rencana akan berpengaruh besar terhadap
besarnya debit maksimum maupun kestabilan konstruksi yang akan dibangun.
Adapun langkah-langkah dalam analisis hidrologi adalah sebagai berikut:
1. Tentukan wilayah yang akan dikerjakan.
2. Tentukan batas DAS yang ditinjau di peta digital, hitung luas daerah
tinjauan.
3. Plot posisi 3 (tiga) stasiun hujan, buat polygon thiessen, hitung luasan
pengaruh masing-masing stasiun hujan, ubah dalam bentuk prosen (%).
4. Hitung
hujan
rata-rata
daerah yang
ditinjau
sepanjang
tahun,
berdasarkan prosentase luas pengaruh masing-masing stasiun hujan.
5. Tentukan maksimum hujan rata-rata daerah secara bulanan, dan pilih
nilai tertinggi tahunan (dari proses tersebut hanya menghasilkan 1 data).
6. Masukkan nilai yang didapat pada tabel data curah hujan rata-rata
tahunan yang
lain
yang
telah
diberikan,
hitung
curah
hujan
rancangan (dengan umbel atau Log-Pearson III).
7. Hitung intensitas hujan (I) dengan rumus :
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
6-7
LAPORAN AKHIR
6.2.2 Menentukan Peta Wilayah
Dalam hal ini untuk menentukan Peta Wilayah Rawabangun, Kelurahan Toboali, Kecamatan
Toboali, Kabupaten Bangka Selatan.
Tabel 6.4
No
Tabel Luas Wilayah
Nama Wilayah
1
Luas Kabupaten Bangka Selatan
2
Luas
Satuan
3.607,08
KM2
Luas Kecamatan Toboali
1,460.3
KM2
3
Luas Kelurahan Toboali
201.96
KM2
4
Luas Daerah Drainase Permukiman
85.85
KM2
5
Luas Wilayah Rawabangun
64.20
KM2
6
Luas Wilayah Genangan / Retensi 1
22.377
KM2
7
Luas Wilayah Genangan / Retensi 2
26.502
M2
8
Luas Wilayah Genangan / Retensi 3
50.961
M2
9
Luas Wilayah Genangan / Retensi 4
99.398
M2
1.134,29
M2
10
Luas Wilayah Bendung
Tabel 6.5
No
Tabel Luas Wilayah
Nama Wilayah
1
Kab. Bangka Selatan
2
Kecamatan Toboali
3
Luas
Satuan
3,607.08
KM2
281
KM2
Kelurahan Toboali
138.34
KM2
4
Kelurahan Teladan
94.03
KM2
5
Wilayah Rawabangun
6.42
KM2
6
Wilayah Perencanan
0.1
KM2
No
Tabel 6.6
Wilayah
Perencanaan
Tabel Luas Wilayah Perencanaan
panjang
Lebar
Luas (m2)
(m)
(m)
1
DAS
860.3009
11.17
9,609.56
2
Bangunan Air
12.32923
92
1,134.29
6.2.3 Menentuan hujan rata-rata sepanjang tahun
Dari data primer yang di peroleh kita bisa menjabarkan rata – rata curah hujan,
berikut adalah data dari BMKG Depati Amir stasiun Pangkal Pinang ;
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
6-8
LAPORAN AKHIR
Tabel 6.7
Tabel Curah Hujan Tahun 2009
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH II
STASIUN METEOROLOGI PANGKALPINANG
Bandar Udara Depati Amir
Telp.
: ( 0717 ) 436894
Pangkalpinang Kep. Bangka Belitung
Facs.
: ( 0717 ) 432060
33171
P.O. BOX 192
DATA CURAH HUJAN HARIAN
TAHUN 2009
Tgl.
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUNI
JULI
AGS
SEP
OKT
NOP
DES
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
0.0
2.8
28.8
5.2
10.6
25.8
31.0
4.6
0.0
7.0
0.6
11.2
18.2
1.0
1.0
1.4
7.8
0.4
TTU
0.0
0.0
0.0
0.0
24.4
36.2
0.2
30.6
0.0
0.0
0.6
TTU
0.4
TTU
0.0
0.8
0.2
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
9.8
TTU
TTU
8.0
0.0
10.8
0.0
0.0
1.0
0.0
1.8
5.4
4.8
4.6
TTU
2.0
0.0
0.0
TTU
8.5
0.6
5.0
4.6
0.0
2.4
8.0
19.0
1.2
0.8
0.0
64.4
0.0
22.0
25.2
20.0
13.4
35.0
13.0
0.8
47.0
0.0
4.6
35.0
10.2
9.0
0.0
0.0
0.0
20.6
0.6
0.0
0.0
2.0
0.0
9.2
39.6
6.0
0.0
0.0
2.0
0.0
0.0
0.0
10.8
14.2
0.0
0.0
0.0
TTU
0.0
1.0
9.0
0.4
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.4
0.0
0.0
0.0
0.0
TTU
0.0
0.0
0.0
35.6
0.0
3.0
TTU
0.0
0.6
0.6
1.8
0.0
0.0
6.4
0.0
0.0
0.0
TTU
6.8
34.5
0.0
6.8
0.0
0.0
32.4
1.2
22.0
2
0.9
27.3
0.2
0.0
0.0
3.4
1.4
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
25.0
0.0
20.8
14.2
25.0
3.2
10.2
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
TTU
0.6
0.2
16.1
18.8
0.0
0.0
20.3
0.0
22.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
1.0
0.0
0.0
0.0
TTU
TTU
10.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.8
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
1.8
18.8
1.1
0.8
0.0
TTU
0.0
0.0
0.0
0.0
35.0
1.2
0.0
TTU
0.0
0.0
1.8
0.0
1.6
0.0
0.0
0.0
0.0
5.4
0.0
23.8
0.0
3.5
0.0
0.0
1.0
27.4
TTU
2.7
3.4
4.7
0.0
2.2
9.0
0.0
6.8
11.4
19.4
TTU
0.0
6.6
TTU
16.4
27.0
15.6
1.4
5.8
TTU
0.0
1.6
0.2
19.4
2.6
0.0
0.0
0.0
5.4
18.2
1.6
0.2
1.2
1.8
4.8
22.6
3.2
0.0
TTU
1.6
1.2
TTU
6.8
4.2
5.2
8.2
TTU
7.8
4.8
53.6
0.2
3.4
10.0
31.2
2.2
0.6
0.0
5.4
JUM
249.4
49.6
370.3
95.2
240.8
129.7
155.6
78.0
11.8
94.8
184.6
205.4
36.2
115.8
41.6
92.0
23
8
9
6
10.8
1.4
29.6
18.6
16
4
6
6
64.4
49.3
193.8
127.2
24
9
8
7
39.6
57.4
27.0
10.8
13
5
4
4
92
53.6
124.8
62.4
21
8
6
7
27.4
50.4
103.2
31.0
24
8
9
7
53.6
59.0
27.2
119.2
28
9
9
10
MAX
DAS 1
DAS 2
DAS 3
HH
HH 1
HH 2
HH 3
TTU
Satuan
0.6
15.8
0.4
6.4
9.5
20.0
0.7
0.2
0.0
8.8
0.0
0.0
8.4
10.7
0.0
92.0
0.4
0.0
4.5
11.3
TTU
4.5
0.0
5.6
18.8
22.2
0.0
0.0
0.0
TTU
35.6
38.6
9.4
81.7
14
3
5
6
27.3
57.2
25.0
73.4
13
7
1
5
22
0.0
35.7
42.3
7
0
5
2
10
0.0
11.0
0.8
5
0
4
1
35
22.5
39.6
32.7
13
5
5
3
: Tidak Terukur (Curah Hujan < 0.1 mm)
: milimeter
Sumber BMKG Stasiun Pangkal Pinang
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
6-9
LAPORAN AKHIR
Tabel 6.8
Tabel Curah Hujan Tahun 2010
BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA
BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH II
STASIUN METEOROLOGI PANGKALPINANG
Bandar Udara Depati Amir
Telp.
: ( 0717 ) 436894
Pangkalpinang Kep. Bangka Belitung
Facs.
: ( 0717 ) 432060
33171
P.O. BOX 192
DATA CURAH HUJAN HARIAN
TAHUN 2010
Tgl.
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUNI
JULI
AGS
SEP
OKT
NOP
DES
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
2.2
11.2
1.4
10.6
1.2
0.0
42.0
55.6
5.4
0.0
0.0
9.6
1.2
14.8
0.0
0.0
0.0
1.2
5.4
2.0
8.2
0.8
25.8
10.8
3.6
4.6
7.6
44.8
0.6
4.2
6.2
21.0
2.0
20.2
14.0
3.4
2.4
14.6
TTU
0.0
0.0
0.0
1.6
0.0
TTU
0.0
0.0
21.4
10.0
1.4
4.4
3.0
46.4
0.0
96.5
8.2
0.0
12.0
6.0
87.0
5.0
4.6
28.0
0.0
0.0
0.0
0.2
8.0
39.4
0.0
0.0
0.0
0.0
19.2
47.4
42.0
0.0
5.2
33.2
26.0
80.0
0.6
1.0
0.8
0.2
0.4
16.0
27.6
0.0
0.0
471.8
1.8
0.4
1.0
62.4
9.2
0.0
2.3
TTU
0.8
4.0
5.8
0.0
32.0
57.6
77.6
1.6
18.2
0.0
0.0
6.1
6.4
0.0
23.0
0.0
2.4
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.4
17.0
TTU
0.0
14.8
3.6
16.8
11.6
0.0
10.7
0.0
0.0
3.6
TTU
TTU
12.4
6.8
0.6
5.0
TTU
0.0
0.0
0.0
11.2
20.4
34.6
3.6
TTU
7.8
3.4
0.0
27.4
2
15.4
0.2
0.6
0.0
2.6
15.8
0.0
0.0
0.0
0.0
TTU
1.2
1.6
0.0
5.0
0.6
9.0
4.4
1.6
0.0
1.2
0.0
0.4
8.0
0.0
0.0
41.1
0.6
2.0
56.4
3.4
0.4
67.3
1.4
0.4
37.8
0.0
33.5
11.4
0.6
0.0
2.2
0.0
9.6
74.2
24.5
18.7
TTU
32.2
1.4
0.0
3.8
0.0
0.0
10.0
0.0
41.5
0.0
TTU
0.0
32.4
5.4
0.0
TTU
4.4
TTU
4.4
27.4
0.4
0.2
0.0
0.0
22.2
2.6
TTU
0.0
3.2
TTU
0.0
2.2
26.6
0.0
2.4
38.4
1.0
TTU
15.0
9.6
6.0
0.0
TTU
13.6
26.2
0.6
0.0
50.0
1.8
0.0
1.8
0.0
0.0
0.0
TTU
0.0
0.0
3.4
0.0
6.2
40.8
0.0
0.0
0.0
4.6
29.1
32.0
0.0
10.2
1.8
49.1
4.4
11.3
57.2
TTU
32.6
TTU
2.0
66.0
5.8
0.0
2.8
3.6
5.6
16.6
40.2
0.0
2.6
36.8
9.0
8.8
0.4
0.0
0.0
0.0
0.0
0.4
52.7
15.6
TTU
TTU
0.0
6.2
TTU
24.1
124.7
18.8
TTU
9.4
3.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
4.4
6.0
24.7
5.8
1.2
39.4
0.0
29.8
6.3
2.5
0.0
1.6
18.8
8.9
1.4
TTU
9.5
1.0
0.8
JUM
281.0
288.5
471.8
312.6
183.9
140.7
430.7
203.8
286.9
364.9
342.1
55.6
129.6
34.2
117.2
25
8
6
11
96.5
77.6
38.8
172.1
20
8
6
6
87.0
172.2
147.0
152.6
21
7
5
9
77.6
81.9
198.9
31.8
19
9
7
3
50
94.0
50.4
142.5
19
7
4
8
66
170.0
120.0
74.9
23
9
8
6
124.7
180.0
111.3
50.8
24
7
7
10
MAX
DAS 1
DAS 2
DAS 3
HH
HH 1
HH 2
HH 3
TTU
Satuan
1.2
5.2
3.0
0.0
0.2
0.0
15.4
24.0
0.0
16.8
13.8
1.2
0.0
3.0
5.5
0.2
8.3
1.4
12.4
0.0
24.8
0.0
0.0
0.0
0.0
0.6
0.0
0.0
TTU
0.0
137.4
24.8
49.4
62.6
25.4
19
7
9
3
34.6
74.5
28.4
81.0
22
7
8
7
41.1
64.0
21.8
54.9
21
7
7
7
74.2
212.0
162.0
56.7
22
9
8
5
38.4
74.6
30.2
99.0
23
9
6
8
: Tidak Terukur (Curah Hujan < 0.1 mm)
: milimeter
Sumber BMKG Stasiun Pangkal Pinang
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
6 - 10
LAPORAN AKHIR
Tabel 6.9
Tabel Curah Hujan Tahun 2011
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA
STASIUN METEOROLOGI KELAS I PANGKALPINANG
Bandar Udara Depati Amir - Bangka, Pangkalpinang Telp : (0717) 436894
Fax : (0717) 432060 P.O.BOX.192 Kode Pos 33171
Email : bmg_pkp@yahoo.co.id
DATA CURAH HUJAN HARIAN
TAHUN 2011
Tgl.
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUNI
JULI
AGS
SEP
OKT
NOP
DES
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
8.2
4.0
14.2
0.0
1.4
1.4
TTU
TTU
37.3
1.0
TTU
0.0
TTU
4.4
0.0
4.6
33.0
20.1
22.5
2.6
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
9.4
64.2
0.0
0.0
0.0
4.1
16.5
1.2
0.0
1.0
9.0
13.4
0.0
10.4
5.6
16.0
4.0
12.2
2.2
2.5
0.3
0.0
0.0
8.2
10.0
27.0
0.4
2.5
83.4
4.0
TTU
64.3
TTU
3.2
2.0
8.5
4.2
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
TTU
8.3
0.0
0.0
0.0
0.0
7.6
0.0
19.8
0.0
1.2
0.8
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
6.8
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
28.0
0.8
8.4
0.0
0.0
17.3
TTU
1.4
0.0
0.0
9.6
0.0
0.0
0.0
0.0
TTU
TTU
20.5
5.4
19.6
TTU
TTU
0.0
0.0
0.8
63.5
6.4
0.0
0.0
0.5
23.5
5.3
4.8
6.9
2.1
2.2
1.2
0.0
1.0
14.6
11.2
1.4
8.3
2.2
0.0
29.1
1.2
16
21.1
76.1
25.2
0.0
14.6
0.0
TTU
0.0
1.0
0.0
0.0
59.0
0.0
4.4
0.0
12.2
6.8
20.5
0.0
0.0
1.6
4.3
60.2
30.4
0.0
0.0
4.0
0.0
0.0
17
TTU
6.2
TTU
0.0
0.0
0.0
4.9
0.0
0.0
TTU
41.5
42.1
18
TTU
1.6
0.0
13.7
0.0
15.0
0.0
TTU
7.6
0.0
TTU
19.7
4.6
14.4
0.0
1.8
0.0
19
0.0
0.0
0.0
0.0
42.5
49.4
18.3
20
0.0
6.2
0.0
TTU
22.6
0.0
0.4
0.0
20.2
0.0
39.7
2.0
21
0.5
0.0
3.8
21.0
15.0
0.0
0.0
0.0
0.0
58.4
0.0
TTU
22
35.6
0.0
36.4
0.0
0.4
0.0
11.0
0.0
0.0
0.0
0.0
2.4
23
38.6
15.6
4.0
0.0
14.0
5.9
0.0
0.0
87.0
17.7
0.0
24
1.2
TTU
11.5
5.0
0.0
24.0
28.3
0.0
0.0
0.0
TTU
0.0
13.8
25
8.6
0.0
0.0
2.0
2.8
0.0
18.4
0.0
0.0
TTU
0.0
51.7
26
10.5
0.0
TTU
19.6
7.5
0.0
0.0
0.0
29.6
18.6
0.0
13.3
27
17.6
14.7
28.9
0.4
1.0
0.0
0.0
0.0
TTU
0.0
10.3
28
20.1
13.4
10.2
0.0
6.8
15.6
TTU
0.0
0.0
0.0
53.5
1.0
21.8
29
6.6
4.4
45.8
14.8
57.8
0.0
0.0
0.0
1.2
1.0
6.6
30
19.8
0.0
29.0
TTU
0.5
0.0
0.0
0.0
TTU
48.5
0.0
31
1.0
1.4
0.0
0.0
0.0
4.0
40.4
0.0
24.3
0.0
TTU
0.0
35.0
TTU
61.0
43.6
1.2
0.0
0.0
471.8
JUM
MAX
DAS 1
DAS 2
DAS 3
HH
HH 1
HH 2
HH 3
TTU
Satuan
253.1
309.9
228.5
356.2
343.9
271.6
91.1
43.6
78.6
301.9
351.9
268.5
38.6
67.5
25.5
160.1
27
9
7
11
76.1
82.8
183.4
43.7
16
5
7
4
36.4
61.2
66.7
100.6
25
8
8
9
83.4
135.8
97.6
122.8
23
8
8
7
61
112.2
143.6
88.1
23
6
7
10
60.2
83.4
86.6
101.6
15
5
4
6
30.4
12.5
43.3
35.3
10
3
4
3
19.8
21.8
21.8
0.0
5
3
2
0
29.6
0.0
49.0
29.6
4
0
3
1
87
36.7
46.5
218.7
20
5
6
9
63.5
116.2
167.5
68.2
19
8
7
4
51.7
45.4
103.2
119.9
24
9
7
8
: Tidak Terukur (Curah Hujan < 0.1 mm)
: milimeter
Sumber BMKG Stasiun Pangkal Pinang
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
6 - 11
LAPORAN AKHIR
Tabel 6.10
Tabel Curah Hujan Tahun 2012
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA
STASIUN METEOROLOGI KELAS I PANGKALPINANG
Bandar Udara Depati Amir - Bangka, Pangkalpinang Telp : (0717) 436894
Fax : (0717) 432060 P.O.BOX.192 Kode Pos 33171
Email : bmg_pkp@yahoo.co.id
DATA CURAH HUJAN HARIAN
TAHUN 2012
Tgl.
JAN
FEB
MAR
APR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
9.7
TTU
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
32.1
37.2
9.8
23.7
5.0
13.2
0.0
TTU
11.2
1.4
3.8
8.5
7.4
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
2.6
0.0
0.0
0.0
18.0
2.0
8.2
27.8
14.6
108.4
8.3
18.1
7.5
13.1
4.0
9.1
0.0
20.4
2.5
26.3
28.4
0.0
51.2
7.8
26.5
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
74.0
TTU
9.4
0.6
10.4
0.6
0.0
9.2
TTU
9.3
29.2
2.0
0.0
0.0
13.9
0.0
8.4
8.1
0.7
0.0
0.0
0.0
10.8
28.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.2
17.3
60.7
TTU
1.2
40.0
8.3
471.8
7.1
3.3
1.5
8.0
3.4
6.6
1.3
5.7
TTU
3.4
3.6
0.0
0.0
TTU
22.8
0.0
16.4
0.0
TTU
0.0
9.7
0.0
0.0
21.8
TTU
0.5
0.0
4.0
0.0
7.8
JUM
185.6
466.2
258.3
126.9
108.4
219.1
163.1
84.0
21
10
7
4
60.7
60.7
69.9
127.7
20
7
6
7
MAX
DAS 1
DAS 2
DAS 3
HH
HH 1
HH 2
HH 3
TTU
Satuan
37.2
88.8
74.2
22.6
17
5
9
3
MEI
JUNI
JULI
AGS
SEP
OKT
NOP
DES
0.0
15.9
0.0
9.2
20.5
0.3
0.0
0.0
0.6
13.2
0.0
19.6
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
2.2
0.5
81.3
0.0
1.4
0.3
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
8.5
1.3
29.6
36.4
0.0
0.0
3.6
0.0
65.0
0.0
6.5
0.5
17.0
10.0
1.1
5.7
0.0
TTU
6.5
TTU
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
1.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
1.5
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
TTU
1.4
1.1
0.0
0.0
4.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
2.4
2.6
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
4.5
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
14.6
0.0
2.8
0.0
0.0
0.0
0.0
TTU
0.0
0.0
0.0
1.0
1.6
0.0
0.0
5.6
0.0
2.4
5.1
3.1
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
1.6
0.0
4.6
3.2
0.5
1.3
13.7
0.0
24.8
1.0
0.0
9.6
0.0
TTU
0.0
0.0
2.2
3.1
0.0
13.3
7.0
2.7
23.5
18.4
0.2
TTU
23.5
TTU
46.4
0.0
TTU
18.3
TTU
6.2
0.4
0.0
0.8
13.0
1.0
TTU
0.9
5.7
6.7
9.6
7.6
4.5
17.5
24.5
18.0
TTU
2.9
17.2
TTU
0.0
0.2
12.0
1.0
10.5
TTU
TTU
14.9
7.4
TTU
10.4
6.2
7.0
144.1
165.0
192.7
4.0
13.5
46.1
215.6
199.5
37.9
33.1
8.6
102.4
15
6
4
5
81.3
59.7
103.6
1.7
12
6
4
2
65
144.4
47.3
1.0
16
6
8
2
1.5
0.0
2.5
4
1
0
3
13.8
0.0
0.6
0.4
15.4
TTU
0.0
2.9
0.0
TTU
0.0
0.0
0.0
0.0
8.2
0.0
TTU
0.0
0.4
0.0
TTU
37.9
37.4
0.0
0.0
12.8
0.0
0.0
0.0
14.3
22.8
40.3
42.8
43.8
21
10
5
6
1.5
9.0
4.5
0.0
4
3
1
0
4.5
14.6
17.4
18.8
9.9
13
3
6
4
46.4
50.4
70.4
94.8
23
6
8
9
24.5
45.3
84.8
69.4
29
9
9
11
: Tidak Terukur (Curah Hujan < 0.1 mm)
: milimeter
Sumber BMKG Stasiun Pangkal Pinang
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
6 - 12
LAPORAN AKHIR
Tabel 6.11
Tabel Curah Hujan Tahun 2013
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA
STASIUN METEOROLOGI KELAS I PANGKALPINANG
Bandar Udara Depati Amir - Bangka, Pangkalpinang Telp : (0717) 436894
Fax : (0717) 432060 P.O.BOX.192 Kode Pos 33171
Email : bmg_pkp@yahoo.co.id
DATA CURAH HUJAN HARIAN
TAHUN 2013
Hanya Diberikan Kepada :
Tgl.
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUNI
JULI
AGS
SEP
OKT
NOP
DES
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
4.8
2.0
6.5
7.1
TTU
0.6
1.6
0.8
15.2
9.5
0.0
0.0
TTU
0.8
6.7
0.0
TTU
0.0
3.0
0.4
19.8
39.0
7.5
0.2
17.5
0.0
0.0
1.5
22.6
4.4
31.1
15.5
0.0
0.0
3.8
0.0
6.6
54.3
11.3
141.4
0.0
0.0
24.0
TTU
13.8
1.9
6.7
0.0
1.2
0.3
0.0
5.5
0.0
0.0
0.0
16.5
1.7
TTU
0.0
0.0
0.0
0.0
0.4
6.7
14.3
36.0
0.0
46.9
24.4
23.8
5.2
1.0
0.0
18.1
2.0
25.5
5.3
14.0
0.6
13.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
14.0
0.0
9.8
0.0
0.0
471.8
3.5
0.3
1.0
17.0
0.0
73.4
0.3
0.2
1.4
8.9
16.2
TTU
3.6
0.0
7.6
8.0
0.0
1.4
0.0
0.0
0.0
2.8
TTU
0.0
9.4
16.0
7.9
6.8
0.0
4.4
TTU
6.7
17.8
15.6
0.0
1.0
1.0
0.0
0.5
2.6
0.0
2.8
TTU
0.0
0.0
0.0
15.3
0.7
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
42.5
13.0
0.0
0.2
0.2
0.6
4.9
TTU
11.1
TTU
0.0
0.0
7.8
86.8
0.0
4.5
TTU
0.6
TTU
0.0
5.1
0.2
31.0
11.4
0.0
4.7
18.4
0.6
0.5
9.5
0.0
0.0
0.0
23.5
22.8
5.4
9.5
0.0
1.1
3.3
0.0
1.3
51.9
3.6
1.0
1.0
TTU
0.2
0.0
0.0
0.3
TTU
0.0
0.0
6.8
0.0
0.0
0.0
0.5
0.0
0.0
0.0
0.0
TTU
0.0
1.0
3.0
1.0
6.7
5.0
65.7
63.0
0.0
0.2
0.0
34.0
3.0
5.5
0.0
13.2
0.0
TTU
0.1
23.5
0.0
8.2
0.0
0.0
0.0
0.0
1.6
4.4
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
1.5
54.0
0.0
0.5
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
28.2
1.4
10.0
0.0
0.0
32.7
0.5
2.0
23.7
3.7
TTU
1.0
0.0
0.0
2.8
0.0
0.0
5.6
28.8
1.9
0.0
0.0
TTU
4.4
25.1
0.0
11.5
0.2
35.5
TTU
11.2
0.5
72.8
2.3
0.0
2.7
0.1
7.9
5.0
0.0
0.0
5.8
5.0
0.2
21.0
22.9
9.0
65.4
24.5
2.1
39.2
1.2
TTU
0.4
1.2
0.2
17.2
4.6
40.1
0.0
2.4
25.4
0.0
15.1
0.5
29.3
0.0
1.6
18.0
TTU
0.0
13.8
22.8
5.3
3.0
28.0
10.4
48.4
38.1
4.1
35.9
JUM
MAX
DAS 1
DAS 2
DAS 3
HH
HH 1
HH 2
HH 3
TTU
Satuan
202.6
25
39
48.1
10.9
143.6
25
10
6
9
304.5
17
141.4
232.9
47.9
23.7
17
6
7
4
261.0
18
46.9
128.7
95.5
36.8
18
6
9
3
0.0
74.1
29.5
4.7
5.0
27.6
0.0
0.0
21.2
TTU
1.0
0.0
0.0
38.2
1.0
TTU
7.0
2.0
0.0
0.5
3.0
0.3
5.4
4.6
9.5
TTU
1.9
20.0
1.5
0.0
190.1
22
73.4
106.0
36.8
47.3
22
9
6
7
258.0
24
74.1
162.1
49.2
46.7
24
7
7
10
119.9
15
42.5
45.2
18.8
55.9
15
7
4
4
249.4
23
86.8
111.2
52.8
85.4
23
7
8
8
84.5
17
51.9
72.7
7.3
4.5
17
8
5
4
235.1
16
65.7
178.6
50.5
6.0
16
8
6
2
198.3
17
54
56.0
98.5
43.8
17
3
7
7
335.1
24
72.8
76.7
102.5
155.9
24
7
8
9
406.2
27
48.4
104.1
92.3
209.8
27
9
8
10
: Tidak Terukur (Curah Hujan < 0.1 mm)
: milimeter
Sumber BMKG Stasiun Pangkal Pinang
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
6 - 13
LAPORAN AKHIR
Tabel 6.12
Tabel Curah Hujan Tahun 2014
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA
STASIUN METEOROLOGI KELAS I PANGKALPINANG
Bandar Udara Depati Amir - Bangka, Pangkalpinang Telp : (0717) 436894
Fax : (0717) 432060 P.O.BOX.192 Kode Pos 33171
Email : bmg_pkp@yahoo.co.id
DATA CURAH HUJAN HARIAN
TAHUN 2014
Hanya Diberikan Kepada :
Tgl.
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUNI
JULI
AGS
SEP
OKT
NOP
DES
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
4.8
2.0
6.5
7.1
TTU
0.6
1.6
0.8
15.2
9.5
0.0
0.0
TTU
0.8
6.7
0.0
TTU
0.0
3.0
0.4
19.8
39.0
7.5
0.2
17.5
0.0
0.0
1.5
22.6
4.4
31.1
15.5
0.0
0.0
3.8
0.0
6.6
54.3
11.3
141.4
0.0
0.0
24.0
TTU
13.8
1.9
6.7
0.0
1.2
0.3
0.0
5.5
0.0
0.0
0.0
16.5
1.7
TTU
0.0
0.0
0.0
0.0
0.4
6.7
14.3
36.0
0.0
46.9
24.4
23.8
5.2
1.0
0.0
18.1
2.0
25.5
5.3
14.0
0.6
13.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
14.0
0.0
9.8
0.0
0.0
471.8
3.5
0.3
1.0
17.0
0.0
73.4
0.3
0.2
1.4
8.9
16.2
TTU
3.6
0.0
7.6
8.0
0.0
1.4
0.0
0.0
0.0
2.8
TTU
0.0
9.4
16.0
7.9
6.8
0.0
4.4
TTU
6.7
17.8
15.6
0.0
1.0
1.0
0.0
0.5
2.6
0.0
2.8
TTU
0.0
0.0
0.0
15.3
0.7
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
42.5
13.0
0.0
0.2
0.2
0.6
4.9
TTU
11.1
TTU
0.0
0.0
7.8
86.8
0.0
4.5
TTU
0.6
TTU
0.0
5.1
0.2
31.0
11.4
0.0
4.7
18.4
0.6
0.5
9.5
0.0
0.0
0.0
23.5
22.8
5.4
9.5
0.0
1.1
3.3
0.0
1.3
51.9
3.6
1.0
1.0
TTU
0.2
0.0
0.0
0.3
TTU
0.0
0.0
6.8
0.0
0.0
0.0
0.5
0.0
0.0
0.0
0.0
TTU
0.0
1.0
3.0
2.0
6.7
5.0
65.7
63.0
0.0
0.2
0.0
34.0
3.0
5.5
0.0
13.2
0.0
TTU
0.1
23.5
0.0
8.2
0.0
0.0
0.0
0.0
1.6
4.4
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
1.5
54.0
0.0
0.5
0.0
0.0
0.0
0.0
0.0
28.2
1.4
10.0
0.0
0.0
32.7
0.5
2.0
23.7
3.7
TTU
1.0
0.0
0.0
2.8
0.0
0.0
5.6
28.8
1.9
0.0
0.0
TTU
4.4
25.1
0.0
11.5
0.2
35.5
TTU
11.2
0.5
72.8
2.3
0.0
2.7
0.1
7.9
5.0
0.0
0.0
7.0
5.0
0.2
21.0
22.9
9.0
65.4
24.5
2.1
39.2
1.2
TTU
0.4
1.2
0.2
17.2
4.6
40.1
0.0
2.4
25.4
0.0
15.1
0.5
29.3
0.0
1.6
18.0
TTU
0.0
13.8
22.8
5.3
7.0
28.0
26.0
48.4
38.1
6.0
40.3
JUM
MAX
DAS 1
DAS 2
DAS 3
HH
HH 1
HH 2
HH 3
TTU
Satuan
202.6
25
39
48.1
10.9
143.6
25
10
6
9
304.5
17
141.4
232.9
47.9
23.7
17
6
7
4
261.0
18
46.9
128.7
95.5
36.8
18
6
9
3
0.0
74.1
29.5
4.7
5.0
27.6
0.0
0.0
21.2
TTU
1.0
0.0
0.0
38.2
1.0
TTU
7.0
2.0
0.0
0.5
3.0
0.3
5.4
4.6
9.5
TTU
1.9
20.0
1.5
0.0
190.1
22
73.4
106.0
36.8
47.3
22
9
6
7
258.0
24
74.1
162.1
49.2
46.7
24
7
7
10
119.9
15
42.5
45.2
18.8
55.9
15
7
4
4
249.4
23
86.8
111.2
52.8
85.4
23
7
8
8
84.5
17
51.9
72.7
7.3
4.5
17
8
5
4
236.1
16
65.7
179.6
50.5
6.0
16
8
6
2
198.3
17
54
56.0
98.5
43.8
17
3
7
7
336.3
24
72.8
76.7
102.5
157.1
24
7
8
9
432.1
27
48.4
104.1
92.3
235.7
27
9
8
10
: Tidak Terukur (Curah Hujan < 0.1 mm)
: milimeter
Sumber BMKG Stasiun Pangkal Pinang
DED DRAINASE LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KABUPATEN BANGKA SELATAN
Laporan Akhir
6 - 14
LAPORAN AKHIR
Tabel 6.13
Tabel Curah Hujan Tahun 2015
BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA
STASIUN METEOROLOGI KELAS I PANGKALPINANG
Bandar Udara Depati Amir - Bangka, Pangkalpinang Telp : (0717) 436894
Fax : (0717) 432060 P.O.BOX.192 Kode Pos 33171
Email : bmg_pkp@yahoo.co.id
DATA CURAH HUJAN HARIAN
TAHUN 2015
Hanya Diberikan Kepada :
Tgl.
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
JUNI
JULI
AGS
SEP
OKT
NOP
DES
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
4.8
2.0
6.5
7