JURNAL PENELITIAN
Pengintegrasian Pendidikan Nilai-Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Dalam
Pembelajaran Matematika Di Smp Pada Pokok Bahasan Aljabar Dan Aritmetika Sosial
Di Smp Negeri 10 Kupang
Roy R.S. Parikaes
(Prodi Pend. Matematika, Jurusan Pend. MIPA, FKIP Universitas Nusa Cendana)
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjudul:
“Pengintegrasian Pendidikan Nilai-Nilai Budaya dan Karakter Bangsa Dalam Pembelajaran
Matematika Di SMP Pada Pokok bahasan Aljabar dan Aritmetika Sosial Di SMP Negeri 10
Kupang”. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah apakah dengan pengintegrasian
pendidikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam pembelajaran matematika dapat
meningkatkan karakter siswa dan dapat meningkatkan kemampuan siswa menjadi manusia
yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan? Sedangkan tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dengan pengintegrasian pendidikan
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan
karakter siswa, serta meningkatkan kemampuan siswa menjadi manusia yang mandiri,
kreatif, dan berwawasan kebangsaan.
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, pada setiap siklus dilakukan kegiatan yang
berkaitan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Data dalam penelitian ini
diperoleh dari data aktivitas guru dan siswa yang dikumpulkan melalui lembar observasi,
serta data tentang hasil belajar siswa dikumpulkan melalui pemberian tes pada setiap akhir
siklus.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan nilai karakter siswa
meningkat dari siklus ke siklus, hal dilihat dari persentase siswa yang berada pada tahapan
perkembangan mulai berkembang meningkat pada setiap pertemuan, yaitu 28%, 36%, 56%
dan 72%. Dengan mengintegrasikan pendidikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam
pembelajaran juga dapat meningkatkan kemampuan siswa menjadi manusia yang mandiri,
kreatif, dan berwawasan kebangsaan dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini dapat dilihat
dari perbedaan prestasi siswa pada tes awal sampai tes siklus dua yaitu: 28%, 64%, 76%.
Dengan demikian, disimpulkan bahwa pengintegrasian pendidikan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan nilai karakter siswa,
serta meningkatkan kemampuan siswa menjadi manusia yang mandiri, kreatif dan
berwawasan kebangsaan.
Kata kunci: pengintegrasian, pendidikan karakter, pembelajaran matematika
PENDAHULUAN
Berdasarkan informasi awal yang diperoleh dari guru mata pelajaran matematika di
SMP Negeri 10 Kupang diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa belum memuaskan.
Hal ini dapat dilihat dari hasil UN matematika secara umum dan masih banyak siswa-siswi
yang mengalami kesulitan dalam mata pelajaran matematika. Siswa-siswi sering mengeluh
tidak bisa memahami konsep-konsep matematika yang diberikan oleh guru sehingga siswasiswi ini sering tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di sekolah tersebut.
Salah satu materi yang dianggap sulit dan membutuhkan analisis serta kemampuan berpikir
yang lebih kreatif bagi para siswa SMP yaitu materi Aljabar dan Aritmetika Sosial di kelas
VII. Terdapat sejumlah siswa yang setelah mempelajari sub pokok bahasan tersebut sering
mengeluh karena tidak memahami konsep-konsep yang diajarkan oleh guru. Siswa juga
mengalami kesulitan dalam melakukan operasi-operasi hitung jika diberikan dalam bentuk
aljabar. Serta dalam pemecahkan masalah aritmetika sosial sederhana, siswa kesulitan untuk
mengunakan konsep-konsep aljabar. Alasan-alasan di atas dipertegas oleh persentasi standar
kompetensi lulusan (SKL) khusus materi Aljabar dan Aritmetika Sosial yang masih rendah.
Pada proses pembelajarannya pun, siswa hanya difokuskan pada materi yang diajarkan, dan
nilai karakter utama dalam matematika (Berpikir Logis-Kritis-Kreatif-Inovatif, Kerja Keras,
Keingintahuan, Kemandirian, dan Percaya Diri) belum dikembangkan secara optimal. Hal ini
dilihat ketika siswa mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran, siswa pada umumnya
malu dan takut untuk bertanya kepada guru terutama siswa yang berkemampuan rendah.
Mereka cenderung diam dan enggan dalam mengemukakan pertanyaan atau pendapat. Serta
Kemandirian siswa dalam belajar matematika belum nampak pada pembelajaran matematika,
banyak ditemukan siswa pada awal pembelajaran kadang tidak mengetahui apa yang akan
dipelajari, ia hanya bergantung pada gurunya. Di lain pihak umumnya jumlah siswa pada
suatu kelas terlalu besar, kurangnya alat pelajaran dan siswa perlu mendapat kesempatan
untuk bekerja dalam kelompok, serta memperoleh umpan balik padahal waktu guru terbatas.
Hal ini mengakibatkan Pelajaran Matematika sebagai dasar dari ilmu-ilmu yang lain belum
sepenuhnya berhasil menjalankan tujuannya yaitu untuk mendidik siswa menjadi manusia
yang dapat berfikir logis, kritis dan rasional serta menduduki peranan penting dalam dunia
pendidikan.
Pendidikan kini menjadi sorotan akibat munculnya berbagai persoalan seperti korupsi,
kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang
konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan sebagainya. Persoalan ini pun tidak
hanya terjadi di kota-kota besar tetapi sampai ke daerah-daerah terpencil. Pendidikan
diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang
dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa.
Hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang lama, tetapi memiliki daya
tahan dan dampak yang kuat di masyarakat. Banyak perhatian khusus diarahkan kepada
perkembangan dan kemajuan pendidikan guna meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan dari tahun ke tahun selalu diupayakan, baik pendidikan pada
tingkat dasar, pendidikan menengah, dan perguruan tinggi. Upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan dipengaruhi oleh kurikulum, buku pelajaran, media belajar, metode pembelajaran,
dan sistem evaluasi. Pembenahan dibidang kurikulum dilaksanakan disegala bidang antara
lain : sarana atau fasilitas, kurikulum maupun pendidik atau guru. Disamping itu media
pembelajaran dikembangkan untuk memperlancar pembelajaran dan memudahkan siswa
untuk memahami materi ajar.
Kemajuan suatu bangsa sangat bergantung pada tingkat pendidikan rakyatnya atau
sumber daya manusia bangsa yang bersangkutan, sebab pendidikan merupakan salah satu
kekuatan dinamis dalam mempengaruhi seluruh aspek kepribadian dan kehidupan manusia
dalam upaya membangun dirinya sendiri dan bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa. Namun pembangunan itu berhasil dengan baik jika dilaksanakan oleh
warga negara yang berkualitas ditunjang dengan sumber daya manusia yang bermutu tinggi.
Salah satu wadah yang dapat dipandang dan seyogyanya berfungsi mengembangkan sumber
daya manusia bermutu tinggi adalah pendidikan. Dalam keseluruhan upaya pendidikan,
proses pembelajaran merupakan aktivitas yang paling penting, karena melalui proses itu
tujuan pendidikan akan dicapai dalam bentuk perubahan perilaku siswa. Undang-undang
sistem pendidikan nasional tahun 2003 berbunyi : pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa pada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tercapainya tujuan pendidikan di
atas akan ditentukan oleh berbagai unsur yang menunjangnya.
Makmun (2004:190) menyatakan tentang unsur-unsur yang terdapat dalam proses
pembelajaran itu yaitu : (1) Siswa dengan segala karakteristiknya berusaha mengembangkan
dirinya seoptimal mungkin melalui kegiatan belajar (2) Tujuan ialah sesuatu yang diharapkan
setelah adanya kegiatan belajar mengajar (3) Guru selalu mengusahakan terciptanya situasi
yang tepat dalam proses pembelajaran. Fokus dari pembelajaran adalah siswa belajar. Proses
pembelajaran adalah terjadinya interaksi antara siswa dengan guru mengakibatkan guru tidak
hanya menempatkan siswa sebagai obyek pendidikan untuk sekedar menerima informasi
tetapi siswa berperan juga sebagai subyek pendidikan yang dapat mengembangkan
pengetahuan atau informasi
Bertolak dari uraian di atas, penulis tertarik melakukan penelitian untuk
meningkatkan nilai karakter siswa melalui pembelajaran matematika dengan judul
penelitian : “PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN NILAI-NILAI BUDAYA DAN
KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMP PADA
POKOK BAHASAN ALJABAR DAN ARITMETIKA SOSIAL DI SMP NEGERI 10
KUPANG”.
LANDASAN TEORI
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga
lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, kapur,
fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruang
kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode
penyampaiaan informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya. Rumusan tersebut tidak
terbatas dalam ruang saja. Sistem pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara membaca
buku, belajar di kelas atau di sekolah, karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara
berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk membelajarkan peserta didik (Hamalik,
2010: 57).
a. Teori-teori Pembelajaran
Istilah mengajar dan belajar adalah dua peristiwa yang berbeda, tetapi terdapat
hubungan yang erat, bahkan terjadi kaitan dan interaksi saling mempengaruhi dan saling
menunjang satu sama lain. Banyak ahli yang telah merumuskan pengertian mengajar
berdasarkan pandangannya masing-masing.
Berbagai rumusan yang ada pada dasarnya berlandaskan pada teori tertentu, yaitu:
1. Mengajar adalah upaya menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik/siswa
di Sekolah. Rumusan ini sesuai dengan pendapat dalam teori pendidikan yang
mementingkan mata pelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik.
2. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui
lembaga pendidikan.
3. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan
kondisi belajar bagi peserta didik. Rumusan ini dianggap lebih maju
dibandingkan dengan rumusan terdahulu, sebab lebih menitik beratkan pada
unsur peserta didik, lingkungan, dan proses belajar. Perumusan ini sejalan
dengan pendapat dari Mc. Donald, yang mengemukakan bahwa: “Educational in
the sense used here, is a process or an activity which is directed at producing
desirable changes in the behaivior of human beings (Mc. Donald, 1959), artinya
pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang bertujuan menghasilkan
perubahan tingkah laku manusia.
4. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga
masyarakat yang baik. Rumusan ini didukung oleh para pakar yang menganut
pandangan bahwa pendidikan itu berorientasi kepada kebutuhan dan tuntutan
masyarakat.
5. Pembelajaran adalah suatu proses dalam membantu siswa menghadapi
kehidupan masyarakat sehari-hari. Pandangan ini didukung oleh para pakar yang
berorientasi pada kehidupan masyarakat. Sekolah dan masyarakat adalah suatu
integrasi. Pendidikan adalah disini dan sekarang ini (G. E. Olson, 1945).
b. Ciri-ciri Pembelajaran
Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, antara lain:
1) Rencana
Yaitu penataan ketenagaan, material, dan prosedur.
2) Kesalingtergantungan
Tiap unsur pembelajaran bersifat esensial dan masing-masing memberikan
sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
3) Tujuan
Sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan
utama sistem pembelajaran yaitu agar siswa belajar. Guru perlu mendesain
sistem pembelajaran sehingga memberikan kemudahan dalam upaya mencapai
tujuan sistem pembelajaran tersebut.
c.
Unsur-unsur Pembelajaran
Unsur-unsur minimal yang harus ada dalam sistem pembelajaran adalah seorang
siswa/peserta didik, suatu tujuan dan suatu prosedur kerja untuk mencapai tujuan. Dalam hal
ini, guru (pengajar) tidak termasuk sebagai unsur sistem pembelajaran, fungsinya dapat
digantikan atau dialihkan kepada media sebagai pengganti, seperti: buku, slide, teks yang
diprogram, dan sebagainya.
A. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika merupakan proses belajar-mengajar yang merupakan
perpaduan antara dua aspek yang saling mempengaruhi, yaitu aspek belajar yang dilakukan
oleh siswa sebagai peserta didik dan aspek mengajar yang dilakukan oleh guru sebagai
pendidik. Proses belajar yang terjadi berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh siswa
sebagai subjek yang berperan membangun pengetahuan, sedangkan proses mengajar
beorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai fasilitator pembelajaran, sesuai
dengan pendapat Depdiknas (1994) bahwa mengajar adalah menciptakan kondisi yang
mampu merangsang siswa untuk belajar. Kedua aspek ini akan terjadi secara bersamaan dan
berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan dalam proses interaksi antara guru
dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa disaat pembelajaran berlangsung. Dalam
proses pembelajaran ini, baik guru maupun siswa bersama-sama memainkan perannya
masing-masing untuk terwujudnya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Berkenaan dengan pembelajaran, Wragg (1997: 12) memberikan batasan mengenai
pembelajaran efektif yang dinyatakan dengan dua ciri, yaitu:
1. Suatu pembelajaran disebut efektif jika memudahkan siswa untuk mempelajari
sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana
hidup serasi dengan sesama, atau suatu hasil belajar yang diinginkan.
2. Suatu pembelajaran disebut efektif apabila keterampilan yang didapat tersebut
diakui oleh mereka yang memiliki kompetensi untuk menilai, seperti guru-guru,
pelatih guru, pengawas atau penilik sekolah, tutor, dan guru pemandu pelajaran,
bahkan jika memungkinkan siswa-siswa itu sendiri.
Pembelajaran bukan hanya terbatas, pada kejadian yang dilakukan guru saja,
melainkan mencakup semua kejadian maupun kegiatan yang mungkin mempunyai pengaruh
langsung pada proses belajar manusia. Pembelajaran mencakup pula kejadian-kejadian yang
diturunkan oleh bahan-bahan cetak, gambar, program radio, televisi, film, slide maupun
kombinasi dari bahan-bahan tersebut.
Menurut As’ari Zaini (2006), perilaku pembelajaran matematika yang diharapkan
seharusnya adalah sebagai berikut: guru memberikan informasi, siswa mencari dan memilih
serta menggunakan informasi, siswa mengambil inisiatif lebih banyak, siswa mengajukan
pertanyaan, siswa berpartisipasi dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran. Dengan demikian pembelajaran matematika yang bermutu akan terjadi jika
proses belajar yang dialami siswa dan proses mengajar yang dialami oleh guru adalah efektif.
B. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
a.
Pengertian
Secara harfiah kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk
jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Budaya dapat diartikan sebagai hal-hal yang
bersangkutan dengan akal. Budaya juga berasal dari kata budi-daya yang berarti daya dari
budi. Jadi, kata budaya atau daya dari budi itu berarti cipta, karsa, dan rasa. Sir Edwar
Burnett Tylor, seorang ahli antropolog dari Inggris, pada tahun 1871 mendefinisikan budaya
secara rinci sebagai pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan, dan lainlain kecakapan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Prof. Dr.
Koentjaraningrat, seorang ahli antropologi Indonesia yang besar jasanya dalam
pengembangan antropologi di Indonesia, mendefinisikan budaya sebagai seluruh sistem
gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat yang dijadikan miliknya dengan cara belajar.
Karakter didefinisikan secara berbeda-beda oleh berbagai pihak. Sebagian
menyebutkan karakter sebagai penilaian subyektif terhadap kualitas moral dan mental,
sementara yang lainnya menyebutkan karakter sebagai penilaian subyektif terhadap kualitas
mental saja, sehingga upaya merubah atau membentuk karakter hanya berkaitan dengan
stimulasi terhadap intelektual seseorang. Coon (1983) mendefinisikan karakter sebagai suatu
penilaian subyektif terhadap kepribadian seseorang yang berkaitan dengan atribut
kepribadian yang dapat atau tidak dapat diterima oleh masyarakat. Dalam sisdiknas (2010)
Karakter diartikan sebagai watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk
dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan
untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:232), pendidikan berasal dari kata
“didik”, lalu diberikan awalan kata “me” sehingga menjadi “mendidik” yang artinya
memelihara dan memberi latihan. Dalam memeliahara dan memberi latihan diperlukan
adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pemikiran. Menurut
M.J. Longeveled Pendidikan adalah usaha , pengaruh, perlindungan dan bantuan yang
diberikan kepada anak agar tertuju kepada kedewasaannya, atau lebih tepatnya membantu
anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Menurut Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak,
agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras
dengan alam dan masyarakatnya. Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
nasional Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh
karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi generasi
muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka pendidikan budaya dan karakter
bangsa diartikan sebagai proses pembelajaran, pengenalan dan pengembangan nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa pada diri siswa sehingga mereka memiliki karakter yang baik,
bermoral serta berwawasan sebagai karakter dirinya.
b.
Nilai-nilai Dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa
bersumber dari Agama, Pancasila, Budaya, dan Tujuan Pendidikan Nasional. Berdasarkan
keempat sumber nilai diatas, diperoleh sejumlah nilai untuk pendidikan budaya dan karakter
bangsa sebagai berikut : Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri,
Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi,
Bersahabat/Komuniktif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial,
dan Tanggung-jawab.
C. Pengintegrasian Pendidikan Nilai-Nilai Budaya Dan Karakter Bangsa Dalam
Pembelajaran Matematika Di SMP
Pengintegrasian pendidikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam
pembelajaran matematika yaitu dengan mengenalkan nilai-nilai karakter kepada siswa
melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung didalam maupun diluar kelas pada mata
pelajaran matematika. sehingga, kegiatan pembelajaran, selain menjadikan siswa menguasai
materi yang diberikan, juga siswa dapat mengenal, menyadari, menginternalisasi nilai-nilai
budaya dan karakter, dan menjadikannya perilaku. Nilai karakter yang ditanamkan pada
siswa melalui mata pelajaran matematika di SMP adalah nilai karakter utama mata pelajaran
matematika karena paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran matematika di SMP,
yang terdiri atas Berpikir Logis-Kritis-Kreatif-Inovatif, Kerja Keras, Keingintahuan,
Kemandirian, dan Percaya Diri.
Integrasi pendidikan karakter didalam proses pembelajaran dilaksanakan mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
PEMBAHASAN
Pada bagian ini juga akan dibahas hasil penelitian yang dilakukan dimana setelah
pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data
maka dapat dilihat bahwa
pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran matematika dan juga dapat meningkatkan nilai karakter siswa. Hal
ini dibuktikan dengan kemampuan siswa dalam memahami materi, menjawab soal-soal
dengan tepat dan benar, serta keaktifan siswa dalam belajar dan mengeluarkan ide dalam
pembelajaran semakin meningkat.
Berikut beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian adalah sebagai
berikut:
Hasil observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.
Hasil observasi kemampuan guru dalam megelola pembelajaran adalah untuk siklus I
mencapai skor 4,2 dan untuk siklus II meningkat mencapai skor 4,9 yang berada pada
kategori membudaya. Hasil di atas menunjukan bahwa kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran mengalami peningkatan.
Hasil observasi aktivitas siswa dalam mengelola pembelajaran.
Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran untuk siklus I yang berada pada
tahapan mulai berkembang sebanyak 28% atau 7 orang, dan untuk siklus II meningkat
menjadi 72% atau 18 orang. Hasil tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam
pembelajaran matematika khususnya untuk materi aljabar dan aritmetika sosial dengan
pengintegrasian pendidikan nilai budaya dan karakter bangsa mengalami peningkatan.
Hasil analisis tes setiap siklus
Hasil tes setiap siklus yang dianalisis adalah ketuntasan belajar siswa secara individu
maupun secara klasikal. Berdasarkan standar ketuntasan belajar siswa peneliti menganalisis
hasil belajar siswa secara individu sebagaimana ditunjukkan dalam lampiran, dan hasil
analisis ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah untuk siklus I sebanyak 16 siswa atau
64% dengan kategori tuntas dan 9 siswa atau 36% dengan kategori belum tuntas, untuk
siklus II sebanyak 19 orang atau 76% dengan kategori tuntas sedangkan 6 siswa atau 24%
dengan kategori belum tuntas.
Tanggapan tentang pelaksanaan penelitian tindakan kelas
Pelaksanaan tindakan kelas ini ditanggapi baik oleh bapak dan ibu guru serta siswasiswi di sekolah tersebut. Selain memberi kesan yang positif, dengan adanya penelitian
tindakan kelas ini dapat memotivasi para guru disekolah tersebut untuk melaksanakan
pembelajaran yang berasaskan pendidikan budaya dan karakter bangsa, serta membantu
siswa untuk mengembangkan nilai karakter yang sudah dimiliki. Hal ini tercermin dari
keantusiasan guru dan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar yang diintegrasikan
dengan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Dan juga pelaksanaan tindakan kelas ini
sangat bermanfaat bagi siswa karena dalam penyajian materi kepada siswa selalu
dikombinasikan dengan masalah matematika sehari-hari dan masalah matematika yang tidak
umum, yang pada pemecahannya membutuhkan kreativitas yang tinggi dari siswa.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengintegrasian pendidikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam
pembelajaran matematika pada siswa kelas VIIE SMP Negeri 10 Kupang pada pokok
bahasan aljabar dan aritmetika sosial dapat meningkatkan karakter siswa, hal ini dapat
dilihat dari persentase peningkatan nilai karakter siswa untuk setiap siklus yaitu
Siklus I sebanyak 14 orang atau 56% yang mulai berkembang, dan Siklus II sebanyak
18 orang atau 72% yang mulai berkembang.
2. Pengintegrasian pendidikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam
pembelajaran matematika pada siswa kelas VIIE SMP Negeri 10 Kupang pada pokok
bahasan aljabar dan aritmetika sosial dapat meningkatkan kemampuan siswa menjadi
manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan, yaitu meningkat sebesar
12% dari 64% pada Siklus I menjadi 76% pada Siklus II.
3. Kendala yang dihadapi adalah kurang terbiasanya guru memberikan soal-soal yang
berkaitan dengan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa
agak kesulitan.
Saran
1.
2.
3.
4.
Berdasarkan dengan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan sebagai berikut :
Kepada guru matematika untuk mengintegrasikan pendidikan nilai-nilai budaya dan
karakter bangsa dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan lainnya,
misalnya bilangan bulat, persamaan linear dan lain-lain.
Kepada guru mata pelajaran lain untuk mengintegrasikan pendidikan nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa dalam proses pembelajaran.
Kepada guru matematika untuk selalu membiasakan siswa untuk menyelesaikan
masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Guru matematika hendaknya menggunakan model pembelajaran yang bervariasi
sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga tidak membosankan bagi
siswa.
5.
Kepada penelitian selanjutnya disarankan agar dalam pengintegrasian pendidikan
nilai budaya dan karakter bangsa dalam pembelajaran matematika tidak hanya
terbatas pada nilai karakter utama matematika saja, tetapi diintegrasikan juga dengan
nilai-nilai karakter yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Direktorat Pembinaan SMP. 2010. Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah
Pertama. Jakarta: Kemdiknas.
Direktorat Tenaga Kependidikan. 2008. Strategi Pembelajaran Mipa. Jakarta :
Depdiknas
Zuchdi, Darmiyati , dkk. 2010. Pendidikan karakter dengan pendekatan
komperhensif. Jogjakarta. UNY Pres
Nuharini, Dewi. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk SMP / MTs kelas
VII. Jakarta. Depdiknas
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2010. Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta. Kemdiknas
W.J.S. Poerwodarminto. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Wintarti, Atik, dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Matematika: Sekolah
Menengah Pertama Kelas VII. Jakarta: Depdiknas
Manik, Rosida. 2009. Penunjang Belajar Matematika Untuk SMP/MTs Kelas VII.
Jakarta : Depdiknas
Kesuma, Dharma, dkk. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah. Bandung. Remaja Rosdakarya
Raka, Gede, dkk. 2011. Pendidikan Karakter di Sekolah Dari Gagasan Ke Tindakan.
Jakarta. Media Komputindo