JENIS-JENIS BAHAN FINISHING FURNITURE DISAIN INTERIOR
(MINGGU IX)
POLITUR
Politur merupakan salah satu jenis reka oles atau finishing yang sangat populer
pada pembuatan perabot, perlengkapan rumah tangga dan komponen bangunan seperti
Kosen jendela, daun pintu, bingkai hantaran tangga, lisplank bagian dalam bangunan
dan langit-langit ruang yang terbuat dari kayu. •. :
Penggunaan politur dimulai pada tahun 1630 di India, yaitu sejak ditemukannya bahan selak (shellac) dari sejenis insek, yaitu kutu lak yang bernama Laccifer Kern
Dengan ditemukannya selak kebanyakan orang menyebutnya sirlak (shellac), dimungkinkan pembuatan bahan pelapis permukaan kayu yang sangat menarik, baik warna maupun keindahannya. Jauh bedanya jika dibandingkan dengan reka oles primitive. Benda yang dipanaskan di atas bara api hingga kecoklatan dan digosok (disangkling) dengan kayu keras atau digosok dengan buah kemiri dan diusap dengan daun pisang kering ( klaras ).
Hasil politur juga masih lebih indah bila dibandingkan dengan reka oles kuno untuk
ukiran gebyok, yang berbahan getah batang pisang yang dibusukkan, dicampur
dengan minyak tembakau dan pinang. Keawetannya memang tinggi, tetapi daya
kilapnya kurang. '
Pengerjaan politur dengan cara konvensional tidak terlalu sukar, dapat dengan mudah dipraktekkan oleh pekerja-pekerja yang berpendidikan rendah, bahkan oleh orang yang tak berpendidikan.
Harga politur pun relatif rendah. Harga politur dapat dijangkau oleh masyarakat kecil, sehingga seluruh lapisan masyarakat bisa menikmati hasil reka oles politur ini.
A. MANFAAT POLITUR
Politur bukan sekadar melapisi dan mengkilapkan permukaan kayu. melainkan juga mempertajam dan memperingan pola serat Kayu, serta yang paling penting menjaga kestabilan kayu dari pengaruh cuaca di luar lingkungannya.
Pemolituran yang tepat juga rnengurangi reaksi kayu terhadap suhu dan kelembaban sekitarnya.. Zat cair atau uap air dalam udara bebas tidak dapat masuk Ke dalam pori-pori kayu karena politur yang dilapiskan merupakan film atau lapisan yang membungkus dan mengisolasi pori-pori pada bidang permukaan luar. Penutupan pori-pori oleh politur,-mempersulit jalan uap air keluar atau penguapan air dari dalam kayu. Kayu yang telah dipolitur seluruh permukaannya akan menjadi stabii baik bentuk ataupun ukurannya.
Sering terjadi selembar papan yang masih mentah (belum dipolitur) cepat mengembang, menyusut bahkan melengkung bila .ditaruh ditempat bebas dalam keadaan terlindung maupun diterpa sinar matahari langsung. Namun, papan yang sama akan Kurang menunjuKkan reaksi bila telah dipolitur pada keseluruhan permukaannya. Memang kadang-kadang ada pelengkungan atau reaksi, tetapi persentase reaksinya tidak sebesar papan yang masih dalam keadaan mentah.
Guna menunjang keindahan penampilan kayu atau perabot serta kerajinan, dapat juqa diiakukan pemolituran berwarna. Warna-warna yang dipakai akan menimbulkan kesan harmonis dengan barang-barang interior di sekitarnya. Kayu yang "dipolitur akan memberikan Kesan hangat, halus dan anggun Kesan hangat, timbul karena pola Serat masih tampil. Reka oles politur membentuk lapisan transparan natural atau transparan berwarna. Ada pula politur yang berwarna kedap hingga menutup gambar pola serat. Namun, pemolituran hanya dilakukan pada bagian kecil dari bidang perabot, sekadar sebagai aksen pemanis bentuk, menunjang desain perabot.
Dengan memolitur kayu, kayu menjadi lebih awet meskipun politur sendiri bukan bahan pengawet.. Politur menghambat Kerusakan kayu, kayu terlindung dan cahaya dan panas yang langsung maupun tak langsung. Kayu tetap terlindung dari sinar ultra violet matahari. Mungkin lapisan politur benda akan kusam dan menua, sehingga dengan perbaikan lapisan politurnya saja, keindahan reka oles bisa dikembalikan. Kayu yang dipolitur juga tidak diserang cendawan atau jarnur serta bebas dari pelapukan Karena kayu itu tetap stabil dan kering akibat perlindungan yang telah diberikan lapisan selak.
B. BAHAN POLITUR
Politur dibuat dari selak dengan pelarut soiritus, menggunakan warna pigmen atau dyestuff yang larut alcohol atau pewarna larut air. Campuran ini kemudian dioleskan denqan kuas atau dioleskan dengan kain bal (kaos perca) pada permukaan perabot dan kerajinan.
1. Selak
Selak atau shellac dibuat fari lak, sejenis dammar atau getah hasil sekresi. Kutu lak ( laccifer kerr ) yang hidupnya parasitis pada tumbuhan tertentu. Hasil sekresi tersebut dikeluarkan disekeliling badan kutu sebagai proteksi terhadap musuh dari luar dan keadaan alam sekitarnya. Lak berasal dari kata laksa ( sansekerta ) artinya 100.000 yaitu ungkapan karena begitu banyak jumlah larva yang menetas dan berkembang biak.
Kutu lak atau laccifer kerr yang dikembangkan di Yogyakarta seluas 1.300 Ha dan di Probolinggo seluas 3.750 Ha berasal dari India dan dapat dibudidayakan pada pohon-pohon kesambi ( Schleisbera oleosa Merr ) dan akasia ( Acacia villosa wild ). Jenis lain yang dapat dipakai sebagai pohon inang adalah ploso ( Butea monosperma ) , widara ( Ziziphus jujube Lam ).
Ternyata pohon kesambi yang terbaik sebab tahan terhadap musim kering, mempunyai daya tunas yang baik dan dapat tumbuh bagus ditanah yang trendah kesuburannya.
DARI STOKLAK MENJADI SELAK PUTIH BATANGAN
Hasil kerokan stok-lak rnenjadi bahan seedlak
Seedlak diproses menjadi serpihan selak kuning
Stoklak yang menempel pada sisi Bawah pohon inang, hasil sekresi kutu Lacifer Kerr
Berdasarkan sistematika biologi, kutu lak termasuk kelas Insecta, ordo Rhynchota, family Coccidea, genus laccifer. Selain species Laccifer Kerr, dikenal juga species lain yaitu Laccifer javahus Chamo yang hidup di pohon .durian (Durio Spp) dan Tachardia aurantiaca Cockl yang hidup di pohon kesambi dan sonokeling (Dalbergia 'latifolia Roxb).
Pembiakan kutu lak berlaku generatif dan secara partenogenesis. Cara generatif yaitu cara pembiakan dengan pembuahan oleh kutu jantan, sedang cara partenogenesis adalah produksi telur dari larva oleh kutu lak betina tanpa pembuahan oleh kutu jantan.
Partenogenesis terjadi pada musim hujan atau kalau kutu jantan mati atau punah semuanya. Cara partenogenesis akan menghasilkan larva dengan dua jenis keiamin, jantan dan betina serta dua-.duanya menghasilkan bahan selak. Partenogenesis merupakan anugerah alam sehingga kutu lak terhindar dari kemusnahan total.
Kutu lak menetap pada cabang yang masih muda. Kemudian, ditusukkannya probos-cinya (seperti jarum) ke dalam jaringan phloem dan xylin (Xylem) yang terdapat dalam jaringan batang tanaman dan dihisapnya cairan makanan.
Pada umumnya koloni lak menetap di sisi bawah cabang. Jumlah larva lak biasanya 150-200ekortiapjarak2,5 cm dan setelah berumur 5 bulan stoklak (koloni lak) sudah dapat dipungut, dan dikerok menjadi seedlak atau butiran lak. Dari seedlak ini kemudian dilakukan metode pelelehan yang lazim dilakukan di India. Cara yang cedua adalah melarutkan seedlak dalam alkohol dan cara yang terakhir melarutkan seedlak dalam alkali atau bahan basa, menyaring larutan tadi, kemudian memisahkan larutan lak dari zat pelarutnya dengan metode presipitasi.
Dengan hasil lebih dari 16 ton per tahun, maka sejak tahun 1956 didirikan pabrik selak di Probolinggo hingga kini.
Dari seedlak dihasilkan selak (shellac) yang berwarna kuning berbentuk serpihan .(selak emping) dan dijual di toko besi sebagai resin politur. Hasil politurannya bernuansa kuning hingga kayu berkesan tua; tidak diperlukan zat pewarna.
Selain itu, dijual pula selak putih dalam bentuk batangan. Selak putih didapatkan dengan cara memproses bahan selak kuning menjadi selak putih, sehingga hasil pemolituran menjadi tetap alami (natural). Bahan ini sangat baik bagi kayu yang berwarna muda seperti ramin, mahoni, mindi, pinus dan kayu lam yang diinginkan tetap cerah seperti warna kayu aslinya.
Pemucatan bahan selak kuning melalui proses pencucian, pelelehan dan titrasi asam, tidak kita bahas secara rinci dalam buku ini. Dapat disebutkan antara lain bahan-bahannya, adalah soda abu (Na2CO3), kaporit (CaCICX,), asam sulfat (H2SO<t).
Selak putih dijual di toko besi dalam bentuk batangan, rata-rata beratnya 3 ons, da-pat dilarutkan dalam 3 liter spiritus. Batangan itu harus dibungkus atau disimpan rdalam tempat yang tertutup, sehingga tidak mudah teroksidasi udara. Oksidasi ini akan menyebabkan warna selak putih tadi menjadi kemerah-merahan atau putih agak kotor bahkan kuning sekali, serta dapat pula mati sehingga sulit dilarutkan dalam alkohol atau spiritus.
2. Spiritus
Spiritus merupakan pelarut selak umumnya berwarna biru. Warna biru menandakan bahwa spiritus adalah golongan ethyl alcohol (ethanol) sejenis alkohol yang tidak bisa dimakan ( edible ).
Di beberapa kota di Sumatra, Medan misalnya, orang memolitur dengan pelarut alkohol putih tanpa dibirukan. Hal itu sebenarnya sangat baik karena tak berpengaruh pada selak putih, hingga warna kayu yang terang tidak menjadi kebiru-biruan.
Dalam perdagangan, spiritus dijual dalam drum berisi 200 liter. Namun, di toko-toko besi, Alkohol diencerkan pula dalam kemasan 1 liter dan juga kemasan Kecil 0,5 liter. Yang populer adalah spiritus dari kota Comal karena memang banyak tetes tebu di sekitar kota itu. Kemudian, produksi kota lain juga memakai nama Comai untuk memantapkan produksi dan pemasaran spiritusnya.
Hal yang perlu diperhatikan agar mendapatkan larutan politur yang baik ialah di samping selak yang baik, juga pemilihan spiritus yang baik. Spiritus dikatakan baik apabila kandungan airnya hanya 5%, selebihnya adalah ethanol atau alkohol (95%).
Kadar alkohol yang rendah menyebabkan spiritus tersebut mempunyai daya kelarutan atau mendispersi selak rendah, kecepatan menguapnya berkurang, hingga lapisan film selak tidak dapat mengkilap sempurna. Hal itu akan lebih terlihat pada pemolituran di musim penghujan, atau di daerah yang berkelembaban tinggi. Di samping kurang mengkilap, lapisan politur juga akan memutih (ngampo), yang sangat sulit diperbaiki. Hasil pemoliturannya tidak cemerlang dan serat-serat kayu kusam mati.
Pemilihan spiritus yang baik, dilakukan dengan cara organoleptik penggunaan organ atau alat pengindera. Cara yang lain ialah dengan cara instrumentik yaitu pengamatan dengan peralatan ukur atau cara tera.
Cara organoleptik
Kita arnbil dua mangkuk kecil, .masing-masing berisi spiritus dengan merek yang berbeda atau pada yang satu ditambahkan air tidak lebih dari 10%.
Kemudian, kita masukkan kedua jari kita ke setiap mangkuk tadi secara bersamaan. Usapkan secara bersamaan pada lengan kiri, maka akan terlihat yang baik, yaitu yang cepat menguap.
Cara instrumentik
Cara yang kedua, yakni dengan meng-gunakan instrumen pengukur alkohol atau disebut alkohol meter, yang banyak dijual di toko-toko kimia atau toko alat kedokteran.
Alkohol meter akan menunjukkan pro-sentase kadar alkohol spiritus yang kita ukur.
™
H20
Bila ingin lebih tepat mengetahui kualitas ipiritus atau ethanol, kita dapat pula memakai instrumen berat jenis dan dicocokkan dengan tabel kelompok alkohol.
Akan kita temukan berat jenis atau specific gravity-nya adalah 0,791 kg/I.
Berat jenis yang lebih tinggi tidak baik karena penguap-annya lambat, hingga hasil politurannya kurang mengkilap.
TABEL ALKOHOL
ALKOHOL
Titik Didih °C
Titik Nyala °C
Berat Jenis Pada 20°C .
Methanol (anhydrous)
64
18
0,793
* Ethanol (anhydrous)
77
21
0,791
Isopropanol (anhydrous)
82
19
0,786
sec-Butanol
96
31
0,808
Isobutanol
107
38
0,803
n-Butanol
116
44
0,811
sec-Amyl alcohol
117
43
0,810
Amyl alcohoi (mixed isomers)
121
44
0,814
Methyl amyl alcohol
131
45
0,807
Hexyl (2-ethylbutyl) alcohol
144
57
0,833
Octyl (2-ethylhexyl) alcohol
182
85
0,834
Cyclohexanol
150
69
0,951
Benzyl alcohol
199
140
1,047
3. Pewarna politur
Warna yang dipakai dalam pekerjaan politur ada dua macam, yang pertama larut dalam air dan lainnya larut dalam pelarut non air misalnya alkohol, thinner, afdunner, dan minyak.
Pewarna larut air yang dipakai dalam politur, misalnya naphtol, teres ( pewarna makanan ), dan tepung pigmen misalnya jelaga (Carbon lamp) untuk warna hitam, oker untuk warna kuning kecoklatan, daocu untuk warna merah maroon, dan banyak lainnya. Pewarna yang larut minyak atau solvent, misalnya tepung cat dengan berbagai warnanya. Demikian pula migrosin yang berwarna merah, malachite yang berwarna hijau, serta bahan dyestuff berbahan aniline yang dijual dalam bentuk cairan.
Bahan pewarna pigmen pada umumnya menutup serat sehingga hasil pewarnaan politur kedap warna, dan pola serat kayu tidak kelihatan lagi. Adapun warna aniline atau pewarna tanpa endapan memungkinkan hasil politurannya menampilKan serat kayu asli walau berwarna sehingga akan kelihatan lebih indah.
4. Alat perlengkapan politur
Selain bahan politur, perlu kita ungkapkan perlengkapan dan alat yang dipakai untuk memolitur.
s. KUAS
Alat-alat yang lazim dipakai untuk melapisi dan mengoleskan politur yaitu kaus perca dan kuas lebar dikaleng kosong untuk mencampur selak dengan spiritus pelarutnya.
Kita pilih kuas yang berbulu halus dan lembut supaya kuas itu tidak meninggalkan garis bekas kuas. Kuas yang baik ujung bulunya bercabang dua atau tiga.
b. Kaus perca
••> , » • ;
Penggunaan kaus afal atau kaus perca harus dari bahan katun atau benang kapas. Hal ini sangat penting karena bahan politur dapat terserap dengan awet dan baik. Dengan penyerapan yang baik, kaus tidak terlalu sering dicelupkan ke dalam politur.
Lain halnya apabila kaus yang dipakai adalah
dari bahan halus, misalnya serat polyester, ni
Ion, atau serat-serat sintetik lainnya. Penyerap
an politur tidak baik, daya serapnya tidak awet
serta licin dipegang. Kaus pengoles berkali-kali
lepas dari pegangan kita. Karena itu, terjadi
bercak tak halus pada permukaan politur, bekas lipatan kaus basah yang lepas dari
tangan.
Hal yang perlu diperhatikan lagi dalam menyiapkan kaus perca untuk memolitur yaitu memilih kaus yang polos dan berwarna putih atau terang. Hal itu perlu_djperhatikan mengingat adanya pewarna tekstil yang mudah luntur serta menimbulkan warna yang tidak dikehendaki pada permukaan perabot kita.
SISTEM POLITUR NATURAL BENING
PENGISIAN PORI KAYU
Gunakan wood filler jenis water base
Amplas dengan no. 80-180
15 menit setelah kering amplas habis
PELAPISAN PENDASARAN 1
Pelapisan dengan politur, gunakan kuas/ kaus
Amplas dongan no. 80-200
20 menit amplas dengan cara basah
PELAPISAN AKHIR PERMUKAAN BIDANG BENDA KERJA
Pelapisan dengan politur sangat cair, kauskan agak lembab sampai kilap sekali
Catatan :
Pekerjaan pendempulan dapat dilakukan setelah proses pendasaran yang ke-1, sehingga pembuatan dempul sesuai dengan warna.
Pelapisan akhir dapat diulang berkali-kali, namun setiap tahapnya harus diamplas dengan amplas nomor 400.
C. MEMOLITUR BENDA KERJA KAYU
Memolitur benda kerja. kayu, misalnya perabot dan benda kerajinan kayu, sedikit berbeda dari cara memolitur benda kerja yang terbuat dari bambu maupun rotan, yaitu pada pengisian pori-pori kayu dengan filler. Benda kerja yang terbuat dari bambu dan rotan tak memerlukan pengisian pori. Tahapan proses pemolituran, pewarnaan, dan pengkilapan kedua golongan itu sama.
Memolitur mebel dan benda kerajinan kayu dibagi atas beberapa jenis hasilnya.
Hasil yang pertama adalah politur natural; Kedua, politur warna transparan dan
yang terakhir politur denqan warna yanq Kedap atau warna yang menutup pola serat.
1. Politur natural bening (warna alami)
Politur warna alami atau natural tanpa warna dilakukan dengan tahapan sebagai berikut.
Searah serat dengan blok kayu
a.Pertama-tama kita membersihkan bidang permukaan kayu yang akan dipolitur dengan kertas gosok atau kertas amplas untuk memotong serat yang berdiri dan kasar. Di samping itu juga untuk membersihkan noda lem, minyak, garis pensil, yang mengganggu keindahan permukaan. Pengamplasan atau penggosokan itu dilakukan dengan kertas amplas nomor 80 - 180, dan harus searah serat kayu.
b.
Tahap berikutnya, yaitu pengisian pori-pori kayu bagi jenis kayu bertekstur kasar, misalnya jati, sungkai, kamfer, mahoni, mindi dan lainnya. Sedangkan kayu yang teksturnya halus seperti pinus, agathis, pulai, jelutung, tidak memerlukan tahapan ini.
£~2. ''' ^'L^l *-'
Filler larut thinner
Sampai 1965, orang melakukan pengisian pori dengan cara ngarangi, yaitu kayu di-gosok dengan balu apung yang diimpor dari Cina. Batu apung digosokkan pada kapur dernpul dan oker. Ketiga macam serbuk itu ditekan ke dalam pori kayu. Sekarang cara kerja ini sangat langka dilakukan.
Filler larut air
Batu apung yang ada di pasaran adalah hasil lokal, yang banyak mengandung pasir. Pasir ini akan menggores kayu sehingga mengurangi keindahan penampilan permukaan.
Bahan pengisi pori kayu (wood filler) yang dipakai sekarang adalah bubur filler yang dapat dibeli di toko besi, baik yang berpelarut air maupun yang berpelarut solvent atau minyak. Bubur filler tersebut juga dapat dibuat sendiri Kita membuat adonan kapur dempul putih atau talk halus, ditambah secukupnya dengan tepung pigmen yang disesuaikan dengan warna kayunya, misalnya kayu jati dengan tepung oker. Perlu ditambahkan lem perekat sebagai resin atau pengikatnya. Pada pembuatan filler berpelarut air dapat dipakai lem DVAc atau lem putih sebanyak 5% dari berat kedua tepung tadi. Kemudian, aduk serta encerkan dengan air hingga adonan kental seperti bubur, dan siap diusapkan ke kayu.
Pengisian bubur filler ke dalam pori kayu dapat dila-kukan dengan kape atau sekerap tembok, dengan digosok kain bekas, hingga pori kenyang. Filler kita biarkan kering dalam beberapa menit.
Pengisian pori-pori pada benda kerja ukiran dapat dilakukan dengan kuas. Namun, bubur filler harus lebih encer hingga dapat masuk ke celah-celah ukiran.
Pengisian pori pada ukiran
Setelah dikuaskan, biarkan bubur setengah kering, lalu sikat dengan sikat ijuk kuat-kuat hingga kering. Pada pengisian pori benda ukiran, sebaiknya digunakan jenis bubur filler solvent base atau yang larut.
Filler larut air
Batu apung yang ada di pasaran adalah hasil Iokal, yang banyak mengandung pasir. Pasir ini akan menggores kayu sehingga mengurangi keindahan penampilan permukaan.
Bahan pengisi pori kayu (wood filler) yang dipakai sekarang adalah bubur filler yang dapat dibeli di toko besi, baik yang berpelarut air maupun yang berpelarut solvent atau minyak. Bubur filler tersebut juga dapat dibuat sendiri Kita membuat adonan kapur dempul putih atau talk halus, ditambah secukupnya dengan tepung pigmen yang disesuaikan dengan warna kayunya, misalnya kayu jati dengan tepung oker. Perlu ditambahkan lem perekat sebagai resin atau pengikatnya. Pada pembuatan filler berpelarut air dapat dipakai lem DVAc atau lem putih sebanyak 5% dari berat kedua tepung tadi. Kemudian, aduk serta encerkan dengan air hingga adonan kental seperti bubur, dan siap diusapkan ke kayu.
Pengisian bubur filler ke dalam pori kayu dapat dilakukan dengan kape atau sekerap tembok, dengan digosok kain bekas, hingga pori kenyang. Filler kita biarkan kering dalam beberapa menit.
Pengisian pori-pori pada benda kerja ukiran dapat dilakukan dengan kuas. Namun, bubur filler harus lebih encer hingga dapat masuk ke celah-celah ukiran.
Setelah dikuaskan, biarkan bubur setengah kering, lalu sikat dengan sikat ijuk kuat-kuat hingga kering. Pada pengisian pori benda ukiran, sebaiknya digunakan jenis bubur filler solvent base atau yang larut,
Langkah selanjutnya adalah pembersihan bubur filler kering yang rnasih terdapat di permukaan kayu dengan amplas nomor 150-180, sehingga permukaan kayu bersih
serta rata. Yang tersisa adalah filler kering yang ada dalam pori saja.
Pengisian pori ini sangat penting karena akan mempercepat dan mempersingkat pekerjaan politur. Di samping itu, terjadi penghematan bahan politur karena mengurangi penyerapan bahan politur oleh pori-pori kayu pada jenis kayu bertekstur kasar.
Di antara kesalahan yang terjadi adalah penggunaan tepung oker yang tidak sesuai dengan warna kayu sehingga permukaan akan kelihatan buruk. Karena itu, pemilihan warna tepung harus djlakukan dengan seksama.
c.
c. Pelapisan dasar
Proses ini merupakan tahapan ketiga dari pekerjaan memolitur. Pada tahap ini lapisan dasar diberikan untuk mengeraskan serat, serta mengikat filler supaya tidak terangkat lepas dari pori-pori.
Pendasaran dilakukan dengan dikuaskan, selapis demi selapis tipis-rata serta tanpa meninggalkan bekas kuas. Pendasaran dilakukan dengan politur, yang terbuat dari selak dilarutkan ke dalam spiritus dengan perbandingan 1 ons selak dengan 1 liter spiritus. Pemakaian selak putih atau kuning tergantung pada Selera hanya.saja, bila kita menggunakan selak putih perlu memilih spiritus yang tidak terlalu biru sehingga warna asli dan alami serat kayu tidak berubah
menjadi kebiru-biruan. Selak emping langsung dapat dilarutkan karena bentuknya yang seperti emping. Selak putih perlu kita hancurkan dulu dengan ditumbuk atau diserut dengan ketam kasar sehingga menjadi serpihan halus dan mudah larut.
Sete!ah 15 menit, permukaan bidang hasil pendasaran akan menjadi kering.
Akan terlihat di beberapa tempat tertinggal bekas-bekas penguasan yang tak rata dan se-rat-serat kayu halus yang muncul di permukaan.
Serat-serat itu muncul karena pembasahan oleh spiritus, sering tidak tampak, namun apabila di-raba dengan tangan akan terasa kasar. Mun-culan serat dan bekas kuas harus diamplas rata sampai permukaannya terasa halus. Untuk pengamplasan dipakai kertas amplas nomor 180 - 240.
Baik dan tidaknya hasil pemolituran sangat di-tentukan oleh pengamplasan pada tahap pendasaran ini.
Pendasaran dikuaskan dengan tipis-tipis
Selesai tahap pendasaran, pada umumnya dilakukan perbaikan permukaan. Kayu yang berlubang karena mata kayu busuk atau bekas pukulan dan pecah-pecah sambungan ditutup dengan dempul yang telah disesuaikan warnanya.
Pembuatan dempul sangat sederhana, yaitu dengan cara merebus sebungkah parafin
atau lilin putih di dalam kaleng yang dipanaskan hingga lilin cair. Bubuhkan talk
serta oker atau tepung pigmen yang sesuai dengan warna kayu dan aduk hingga
campuran homogen betul, kemudian dinginkan. Setelah itu, dempulkan hasil itu
pada cacat lubang bidang politur dengan kape at.au sekerap hingga padat menutup
lubang yang rusak.
Melalui tahap penguasan politur berulang-ulang, maka kerataan permukaan dempul serta kekilapannya akan sama dengan bidang politur di sekitarnya.
Kaus perca dilipat sepadat mungkin
d. Pengolesan lapisan politur pada permukaan dengan kaus perca merupakan proses tahap berikutnya. Keuntungan penggunaan kaus pada tahap ini, yaitu bekas garis-garis usapan politur seperti pada pe-makaian kuas, tidak tampak. Sudut tumpul kaus perca yang digulung padat, tidak memutus pelapisan atau tidak lepas dari bidang polituran secara mengejut, hingga bekasnya halus.
Kaus perca untuk penguasan ini dilipat sepadat mungkin kemudian oleskan secara berputar beberapa kali hingga terdapat pelapisan yang menutup.Untuk meratakan beberapa garis bekas putaran, usap dan oleskan politur berulang-ulang .searah serat kayu dengan sedikit lebih ditekan.
Cara memutar, cepat menutup pori-pori
Yang perlu diperhatikan dalam penguasan dengan kain kaus perca ini yaitu pemerasan kaus harus apuh, tidak boleh terlalu basah, lembab-lembab saja. Lipatan kaus, setelah dicelupkan ke kaleng tempat politur, diperas kuat-kuat sampai tidak menetes. Penguasan dengan kaus sangat basah bisa melunakkan kembali lapisan sebelumnya. Lapisan itu akan terkelupas mentah (botak), kelihatan kayunya. Cacat ini sangat sulit diperbaiki. Areal yang terkelupas hanya kecil, maka perbaikannya harus dilakukan secara khusus pada tempat yang terkelupas itu. Baru setelah hasil perbaikan itu sama dengan bidang sekitar pemolituran boleh diperlakukan menyeluruh sampai rata.
e. Pada tahap yang kelima kita lakukan pengamplasan secara basah dengan amplas nomor 180 – 240, yang tahan terhadap air.
Pengamplasan cara ba.sah
Cara memegang kortas amplas
Pengamplasan dilakukan apabila penampilan bidang politur sudah menuti 50%. Permukaan yang sudah mengkilap cukup tebal, namun pori-pori masih belum tertutup semua.
Bagi pemula, langkah kelima ini sangat sulit diterima karena lapisan yang sudah mengkilap harus dikurangi dan diratakan dengan amplas. Pengamplasan base dengan air ini sangat penting karena akan meratakan bekas usapan putar pada tahap keempat. Demikian pula dikurangi lapisan politur yang terlalu tebal beberapa tempat, karena pada bidang yang sama masih ada pori-pori yang belum tertutup.
Lapisan politur dikauskan tebal sesuai tahap keempat
1) Dengan pengamplasan basah, jarak politur yang sudah tebal dengan bidang politur yang masih berpori dapat dikurangi, hingga proses pemolituran tahap lanjutnya menjadi rata tipis namun porinya tertutup.
Pengamplasan cara basah meratakan lapisan politur
2) Keuntungan pengamplasan basah dengan amplas duko yang tahan air adalah lapisan politur mudah diamplas dan tidak menempel pada butir-butir amplas.
Hingga lapisan akhir tertutup halus dan rata
3) Amplas lebih tahan lama dibandingkan
dengan pengamplasan kering. Sesudah
pengamplasan basah permukaan
menjadi kering sehingga akan tertinggal
tepung putih, serbuk amplasan politur yang menempel di permukaan bidang kerja. Serbuk ini harus segera dibersihkan
Selanjutnya kita bisa melanjutkan ke tahap terakhir.
Tahap pemolituran yang terakhir ini adalah pelapisan denqan memakai kaus seperti tahap-tahap sebelumnya, namun dengan campuran politur lebih encer.
Kaus bagian dalam yang kasar tidak untuk sisi luar lipatan
Politur tahap akhir tidak boleh diusapkan memutar
Pelapisannya harus dilakukan secara apuh serta searah serat, tidak dengan memutar karena akan meninggalkan. Kesan kurang halus. Campuran politur akhir ini harus encer. Campuran yang dipakai untuk pelapisan pendasaran boleh diencerkan dua setengah kalinya, atau dengan menambahkan spiritus baru sebanyak 150%.
Pelapisan tahap akhir harus searah dengan serat kayu
Bila kita harus membuat politur baru, dapat dengan perbandingan selak spiritusnya 1 ons dengan 2,5 liter spiritus.
Beberapa tukang tradisional sering menutup lapisan akhir politur ini dengan campuran lama, yang diendapkan satu malam, sehingga endapan terpisah dengan spiritus jernihnya. Kemudian, yang jernih ditiriskan dan diarnbil sebagai larutan pelapis akhir. Hasilnya sangat memuaskan.
Pengausan pada tahap akhir ini dilakukan dengan tekanan, hingga hasilnya padat. Semakin padat lapisan politur dioleskan, reaksi serat-serat kayu semakin berkurang. Daya hidup serat-serat kayu pada permukaan terhambat oleh lapisan politur yang semakin padat melapisi permukaan itu. Serat-serat kayu tidak mungkin berdiri lagi.
Dalam pengausan akhir, selain keapuhan kaus, perlu juga diperhatikan lagi bahwa kaus tidak terlipat terbalik. Kaus kasar harus di bagian dalam. Kalau lipatan kaus terbalik, bulu-bulu kaus akan terlepas dan menempel di permukaan bidang poiitur serta berakibat buruk. Hasilnya kasar, tidak mengkilap.
Tebal tipisnya lapisan politur juga mempengaruhi bidang permukaan kayu. Lapisan yang tipis akan lebih hemat, tetapi sering pori-pori tidak tertutup sama sekali. Pada lapisan politur yang terlalu tebal, pori-pori akan tertutup dengan baik, namun penggunaan politur akan lebih banyak dan boros serta waktunya panjang. Lapisan politur yang ideal adalah tidak terlalu tebal dan juga tidak terlalu tipis. Yang penting tidak mengubah identitas kayu, namun kayu menjadi lebih indah. Sisi teknik pun mudah dicapai.
Apabila serat-serat kayu tidak berdiri lagi, pori-pori sudah tertutup rata dan hasilnya mengkilap, dapat dikatakan tahap ini telah selesai dan pekerjaan memolitur pun usai.
VERNIS KOPAL
Vernis atau pernis di beberapa tempat di Indonesia disebut juga rengas.
Vemis, bahan pelapis akhir yang tak berwarna ( clear ) dapat memberikan
film melalui penguapan solvent ( evaporation ), disertai oksidasi dengan udara
( polymerisation ) oleh sejumlah unsure yang terkandung di dalam vernis.
Pengeringan vernis terjadi karena penguapan pelarut (evaporation) dan bukan karena reaksi ikatan rantai. silang secara kimiawi ( crosslinking ) diantara unsure yang terkandung. Maka lapisan film vernis yang terbentuk dipermukaan kayu atau benda kerja, tidak tahan panas, tidak tahan cuaca, serta tidak tahan terhadap pengenceran ( thinner / solvent )
Oleh karena itu sebagai bahan reka oles, vernis hanya digunakan unutk pelapisan perabot dan benda – benda kerja yang berada dibawah atap ( interior ).
Disebut vernis kopal, karena memang berasal dari Manila Copal yaitu resin atau harsa yang ditoreh dari pohon Copal. Pada saat ini, vernis bukan hanya dari resin copal. Namun, didalam masyarakat, kopal identik dengan vernis. Tambahan kata kopal dimaksudkan untuk menyatakan vernis yang berasal dari resin getah dan minyak nabati. Umumnya, vernis dibuat dari bermacam-macam resin atau harsa, berasal dari alam atau buatan manusia, sintetik alkid misalnya.
Dewasa ini, vernis begitu banyak variasi dan ragamnya. Namun, secara garis besar vernis dapat dikelompokkan ke dalam 2 golongan utama.
Yang pertama, vernis minyak (oil varnish}, dibuat dari resin sintesa kimiawi maupun alam serta minyak nabati yang mampu mengering (drying oil}, dengan penambahan bahan pengering ( drier ).
Yang kedua, vemis spiritus ( spirit varnish ) hanya terbuat dari bahan resin tanpa tambahan drying oil. Politur juga termasuk dalam kelompok spirit varnish ini.
Resin alam yang dipakai dalam pembuatan vernis, berasal dari getah yang ditoreh dari jenis pohon jarum (coniverus), misalnya kauri (Agathis alba), pinus (Pinus mercusii), serta pohon harsa atau penghasil resin lainnya yang berdaun lebar dari famili Depterocarpus spp. yang banyak tumbuh di Asia Tenggara.
Pohon Agathis Australis, menghasilkan resin kauri copal. Pohon Agathis Alba, meng-hasilkan resin manila copal. Pohon pinus menghasilkan rosin (Gum rosin atau gondo-rukem). Sedangkan kelompok Shorea dan Hopea (balau) serta kelompok Depte-rocarpaceae menghasilkan resin damar.
Resin kopal larut seluruhnya dalam alkohol murni, sedangkan damar tidak larut.
Kopal tidak larut dalam minyak terpentin dan minyak tanah, sedang damar dapat
terlarut dalam terpentin, dalam minyak tanah hanya larut sebagian saja. Namun.
setelah menjadi vernis, kedua-duanya dapat diencerkan dengan minyak terpentin.
Resin berubah sifatnya karena pemanasan dalam proses pelelehan menjadi vernis.
Cara pengenceran dengan terpentin atau afdunner memudahkan pekerja dalam
:penyemprotan atau penguasan.
Beberapa minyak nabati yang kering setelah kontak dengan udara ( drying oil ) banyak juga dipakai dalam pembuatan vernis. Misalnya minyak dari biji buah lin yang berasal dari negara China (Linseed oif), minyak kayu tung (Tung oif), minyak biji jarak yang telah didehidrasi (Dehydrated Castor Oif), dan minyak kedelai (Soyabean oil).
Banyak pengrajin mebel dan pengusaha yang hanya mengambil barang mentah dari sentra industri mebel, kemudian melakukan reka oles vernis buatan sendiri dan menjualnya ke toko mebel di pinggir kota. Demikian pula banyak pekerjaan borongan dan tender kursi untuk sekolah dan perabot kuliah, yang direka oles dengan bahan vernis campuran sendiri.
Aplikasinya dengan kaus perca sama dengan aplikasi politur selak. Sebagian tukang menyebutnya dengan istilah politur atom, beberapa daerah sentra industri .mebel menamainya politur selo. Bahan baku politur atom atau lebih tepat vernis selo, buatan sendiri dari bahan bongkahan resin India Timur yang dilarutkan dengan bensin / premium (petroleum solvent) sampai encer dan mudah dikuaskan atau cukup licin untuk dikauskan.
Kelompok resin ini mirip dengan resin damar. Hanya saja damar mudah larut pada berbagai solvent, sedangkan resin India Timur hanya terbatas pada petroleum solvent. Resin India Timur, banyak didapat juga di Indonesia dan dijual di toko besi dengan harga yang sangat murah. Nama perdagangan yang telah dikenal oleh tukang reka oles, yaitu selo atau batu. Juga disebut selak batu, karena memang resinnya mengeras dan mempunyai kulit seperti bongkahan batu akik. Sedangkan selo berasal dari bahasa Jawa halus, yang berarti batu.
Resin batu juga merupakan nama internasional dan dikenal dalam perdagangan dunia bahan cat. Resin batu ini dipungut dari batang pohon yang luka dan tidak ditoreh seperti pohon damar. Oleh masyarakat sekitar hutan, bahan tersebut dikumpulkan dan dijual atau disetor ke pengumpul untuk diekspor sebagai bahan vernis. Sebenarnya resin batu, atau terkenal dengan Black East India dan Pale East India, sangat baik dipakai untuk vernis oleoresin dan spar vernis yang mahal, asal dicampur dengan minyak nabati yang bisa kering (drying oil) sehingga memperbaiki sifatnya yang keras menjadi lebih fleksibel dan tahan goresan. Dengan resin batu ini, biasa dibuat vernis untuk lantai kayu (parquet), demikian pula untuk resin cat marka jalan karena tahan gesekan dan tetap awet menempel, serta baik sebagai resin cat yang harus disemprotkan pada substrat aluminium. Untuk beberapa jenis batu gerinda, sebagai perekat butirannya digunakan resin selo ini.
Sayang sekali, politur atom hanya dibuat sendiri oleh tukang kayu secara primitif dengan merncampur bensin, tanpa pemberian formula drying oil, sehingga hasil politurannya walaupun keras, tahan air, tahan air panas, namun mudah rapuh, serta kurang kegilapannya. Untuk mengatasi kekurang gilapannya, umumnya tukang reka oles melapisinya dengan selapis politur selak berpelarut spiritus sehingga kurang tahan terhadap air walaupun mengkilap. Permukaannya akan memutih bila tersiram air panas.
Bagi anyaman rotan, vernis selo dan vernis kopal masih dianggap kurang baik karena anyaman rotan khususnya pada dudukan kursi, tidak statis, dan s.elalu bergerak lentur, sehingga lapisan vernisnya mudah retak. Untuk itu, sangat disarankan yemis yang terbuat dari bahan sintetik alkid.
PENGAPLIKASIAN VERNIS KOPA
L
Vernis kopal dapat diaplikasi dengan kuas ataupun disemprotkan. Namun umumnya pengaplikasiannya cukup denqan dikuaskan saja, mengingat kualitas hasil benda kerjanya tidak perlu sangat halus seperti pada reka oles politur.
Reka oles vernis paling sering dilakukan pada pelapisan akhir barang-barang keraiinan kayu , bamboo, rotan dan tempurung kelapa, serta pelindung tahan air pada payung kertas. Juga banyak dipakai unutk memvernis perabot-perabot yang ditempatkan di beranda depan rumah, perabot asrama, serta perabot-perabot sederhana lainnya.
Meskipun demikian, dengan teknik aplikasi yang baik, seorang tukang vernis atau tukang reka oles dapat menampilkan hasil. pelapisan vernis yang halus, sehalus hasil politur selak, bahkan dengan satu keunggulan lain, yakni tahan terhadap air.
Langkah.-langkahnya sebagai berikut.
1. Pertama-tama, kita harus menyiapkan
permukaan kayu dengan cara meng-
amplas dengan amplas nomor 80-180
hingga permukaan bersih dari noda lem
dan garis-garis pensil. Benda kerja diam-
plas searah serat.
Langkah kelima adalah yang terpenting, pelapisan vernis terakhir (top coat). Digunakan vernis yang telah dien-cerkan hingga mempunyai kekentalan 12,5 detik, dengan
3.
Tahap selanjutnya, yaitu penguasan dasar, dilakukan dengan vernis kopal. F nguasannya dimulai dari searah serat, kemudian dengan melintang, selanjutn searah dengan serat kembali. Biarkan kering sempurna kurang lebih 2-3 jar.
minyak cat atau terpentin. Pengencerannya diukur dengan mangkuk viskosit;
DIN 4 atau Ford cup 4. Vernis sekarang mudah dikuaskan atau lebih lane
apabila harus disemprotkan.
Apabila ingin berhasil bagus, ulangi topcoat sekali lagi (tahap kelima), nami 'sebelumnya permukaan vernis harus kering betui, dan diamplas dulu dengan kert; amplas nomor 400 secara basah.
dikuaskan
4.
2. Tahap kedua adalah pengisian pori-pori kayu. Untuk pengisian pori kayu dapat digunakan bubur filler berpelarut air, tekan dengan spatula atau sekerap maupun dikuaskan, kemudian digosok dengan kain hingga kering dan diamplas dengan amplas nomor 240 hingga bersih halus.
disemprotkan
SISTEM REKA OLES CAT SINTETIK ALKID ENAMEL
PELAPISAN DASAR PERMUKAAN
Gunakan primer atau meni kayu.
Amplas dengan nomor 150 3 jam tunggu kering,
Amplas ringan
PENGISIAN PORI KAYU
Gunakan plamir berpelarut afdunner
Amplas nomor 180-240 12 jam tunggu kering,
Amplas rata.
PELAPISAN ANTARMEDIA
Gunakan cat dasar alkid enamel
Amplas nomor 220-320 4-5 jam tunggu kering,
Amplas basah
PELAPISAN AKHIR
Gunakan cat alkid sintetik resin enamel
Catatan :
Tempat pengeringan cat harus :
Berventilasi baik
Bebas debu dan kotoran
Tidak dilalui orang yang lalu lalang.
CAT SINTETIK ALKID ENAMEL
Penggunaan. sistem reka oles sintetik resin enamel, atau disebut cat kuas, cat setengah duko dan cat pthalit alkid, sudah sangai meluas. Hampir semua orang pernah menggunakannya. Cat ini disebut alkid karena bahan pengikatnya (binder) atau getahnya (resin) memang dari jenis sintesis alkid.
Bahan oles ini dipakai untuk mengecat benda-benda kerja yang penempatannya di luar ruang. Bagian bangunan yang sering dicat dengan sintetik alkid adalah kosen serta daun jendelanya, pintu dan lisplank, serta pada konstruksi bangunan yang terkena sinar matahari. Pengecatan pada perabot, misalnya untuk mengecat perabot taman. kursi taman kanak-kanak, perabot besi, dan juga perabot kayu yang diinginkan mempunyai penampilan warna enamel tertutup.
Jenis cat ini pasarannya sangat luas. Semua toko besi menyediakan cat alkid sintetik resin enamel ini.
Sistem aplikasi jenis cat ini termasuk tua. Telah lama tertanam di benak masyarakat bahwa pengecatannya sangat mudah. Pengaplikasiannya cukup dikuaskan, walaupun sebenarnya dapat pula dilakukan dengan cara disemprotkan. Waktu kering cat alkid ini cukup lama, rata-rata 12 jam atau bahkan 1 hari. Karena waktu keringnya panjang, maka penampilan lapisan permukaan cat ini sangat mengkilap. Cat alkid mengering secara oksidasi, yakni menangkap oksigen dari udara. Karena itu, perlu ada sirkulasi udara yang baik. Di tempat tertutup, cat ini mengalami kesulitan untuk mengering. Waktu keringnya menjadi lebih lama.
Cat alkid sangat baik untuk pengecatan eksterior. Di sampinq karena mengeringnya secara oksidasi .Cat ini tahan terhadap sinar ultra violet dan sinar matanari yang sangat merusak kayu dengan adanya perlindungan itu kayu menjadi lebih awet.
Dengan pengecatan alkid yang melapis kedap seluruh permukaan, kayu menjadi lebih awet, tidak mudah lapuk diserang jamur maupun diserang rayap kayu kering dan kumbang. Hal itu disebabkan adanya meni alkid yang berwarna merah, sangat beracun bagi cendawan dan juga rayap dan thether, kumbang kecil pembubuk kayu (powder post beatle). Pigmen merah tua, yang dipakai sebagai tepung meni atau extender umumnya dari bahan red lead, bersifat racun. Pada kayu yang mempunyai zat ekstraktif tinggi, sulit dihentikan keluarnya getah dan zat ekstraksinya yang akan mengotori penampilan permukaan cat. Dengan rnernilih primer, atau meni yang berpigmen aluminium, seperti yang dipakai untuk mengecat tiang listrik, lunturan minyak atau getah kayu dapat tertahan hingga tidak ada problem minyak kayu luntur ke cat atas (bleeding}.
A. BEKERJA DENGAN CAT SINTETIK ALKID ENAMEL
Pekerjaan diawali dengan pembersihan semua kotoran yang bertindak sebagai isolator, misalnya pelumas, debu dan pengotor lainnya. Permukaan kayu diamplas dengan amplas nomor 80-150. Setelah bersih, selanjutnya dilakukan tahapan reka oles sebagai berikut.
1. Pelapisan sea/erpada permukaan kayu dengan kuas. Pelapis sealer ini sering disebut men/, primer, atau undercoat. Meni berfungsi sebagai lapisan penambah daya rekat atau adhesi bagi lapisan cat tahap berikutnya.
Selain itu, lapisan sealer atau meni juga berfungsi untuk mengeraskan sera kayu sehingga serat mudah terpotong rata oleh amplas. Bahan ini berguna pula untuk mencegah pelunturan zat ekstraktif yang dikandung kayu ke permukaan dan mengurangi penyerapan cat akhir oleh kayu.
2. Setelah 3-4 jam, meni akan mengering Untuk meratakannya, meni diamplas dengan amplas nomor 150.
3. Tahap ketiga ialah pengisian pori kayu dan perataan permukaan dengan plami (plamuur) yang diaplikasikan dengar sekerap. Permukaan akan memiliki ketebalan, rata dan tidak porous (berlubang renik). Plamir yang digunakan berpelarut terpentin atau afdunner.
4. Setelah kering betul, yaitu kurang lebih 12 jam, permukaan benda sudah bisa diamplas. Amplas yang digunakan sebaiknya berkehalusan 180-240.
Untuk pengamplasan digunakan blok kayu atau sanding block, yang terbuat dari karet keras.
5. Pada tahap ini kita lakukan pengecatan antarmedia dengan menggunakan cat dasar alkid. .Cat dasar ini biasanya berwarna putih dan berpelarut afdunner. Setelah 4-5 jam, cat dasar boleh diamplas dengan kertas amplas nomor 240-320, dengan cara basah atau dengan tambahan air, hingga mudah pengerjaannya serta awet amplasnya.
6. Pelapisan akhir, adalah tahapan reka oles alkid sintetik yang paling penting. Sebab dari pelapisan ini, akan kelihatan baik dan buruknya pekerjaan reka oles kita. Pada pelapisan akhir, kita lapiskan cat alkid yang telah ditentukan warnanya dengan metode lintang bujur.
Motodo lintang bujur
'•'.. Melintang serat kayu
1. Mengiku'i arah serat
Cat ini harus lebih encer dari cat dasar sehingga mudah dikuaskan. Hendaknya digunakan kuas yang halus agar tidak ada bekas kuas ( brush mark ). Untuk mengencerkan cat dengan afdunner, biasa digunakan perbandingan 1 bagiar cat dengan 1 bagian afdunner.
Benda yang sudah dicat diletakkan di tempat yang udaranya bersirkulasi atau tempat terbuka. Tempat itu bebas debu dan jauh dari lalu lintas karyawan. Pelapisan akhir bisa lebih tebal, misalnya pada kesalahan kerja banyak debu menempel, cat masih belum rata dan belum halus.
Pengolesan cat dapat diulangi dengan metode lintang bujur. Namun, lapisan sebelumnya harus diamplas basah lagi dengan kertas amplas nomor 400.
B. PENGOLESAN CAT PADA PERABOT BERSUDUT
Pengolesan cat pada bidang lebar dapat kita lakukan dengan cara lintang bujur, seperti yang telah kita bahas. Namun, pada benda kerja yang mempunyai banyak sudut, tarikan Kuas pada sudut ataupun sudut luarnya harus diperhatikan. Hal ini sangat penting. Lebihan olesan kuas bidang datar atau bidang tegak akan meleleh dan mengalir Ke bawah pada permukaan bidang lainnya. Lelehan itu akan meninggalkan bekas.
1. Pengecatan sudut luar
Untuk pengecatan sudut luar porabot sebaiknya digunakan metode penguasan balas sudut. Metode ini menghasilkan olesan sudut luar yang bersih, tanpa cacat lelehan (saging). Lelehan cat alkid segera diratakan oleh penguasan bidang tegak sisi lain sebelum cat mengering. Alkid sintetik yang kita kuaskan mempunyai waktu kering yang lambat sehingga menguntungkan perataan lelehannya.
2. Pengecatan sudut dalam
Pengolesan cat pada bagian sudut dalam benda kerja dilakukan dengan metode 'penguasan lepas sudut. Kuas ditarik dari sisi dalam keluar, selanjutnya dari sisi awal yang sama tadi kuas ditarik ke arah yang berlawanan.
Dengan cara penguasan lepas sudut ini, tidak terjadi timbunan (deposit) cat alkid pada sudutnya. Deposit yang terbentuk di sudut akan mengakibatkan cacat kerut (wrinkle) pada sudut itu.
CARA MENIRISKAN KUAS
Setelah dicelupkan ke dalam cat, kuas harus ditiriskan. Caranya memerlukan penelaahan.
Hal ini sangat penting, khususnya pada cat sintetik alkid. Kalau penirisan dilakukan pada bibir kaleng, sisa tirisan akan mengendap dalam alur bibir kaleng. Seusai mengecat, maka tutup kaleng tidak dapat menutup dengan rapat sehingga udara dan oksigen bisa masuk ke dalam kaleng. Mengingat cat alkid mengering melalui oksidasi, maka lapisan cat paling atas akan mengering dan membentuk lapisan film (kering permukaan). Adapun cat di bawah film yang kering, akan menjadi gel atau berubah seperti agar-agar.
Untuk menggunakan cat itu lagi, kita harus menyobek lapisan kering itu, kemudian mengaduk cat sisanya. Cat sisa di bawah lapisan kering yang menjadi gel seperti agar-agar akan bercampur dengan cat bagian dasar yang masih baik, akan terjadi butiran-butiran (prilling). Pada waktu dikuaskan, butir-butir itu mengotori permukaan pengecatan, hasilnya tidak rata.
C. MEMILIH DAN MENYIMPAN KUAS DENGAN BENAR
Reka oles cat sintetik alkid dengan kuas sudah umum dilakukan. Cat alkid lambat mengering sehingga kuas dapat berjalan dengan lancar. Cat yang cepat kering sulit sekali dikuaskan. Sebelum diratakan, permukaan sudut mengeras. Pemaksaan akan meninggalkan bekas kuas. Di samping itu, kuas akan mengeras dan kaku sehingga sulit digunakan.
Terasa selembut sutera
Jenis rambut kuas
Daya s;3rap
Pemilihan kuas yang baik merupakan syarat bagi tukang cat alkid sintetik. Dengan kuas yang baik akan dihasilkan permukaan pengecatan yang baik pula. Kuas yang baik ditandai dengan banyaknya cabang pada ujung bulu masing-masing. Ada yang bercabang dua atau tiga. Kuas yang bulunya tidak bercabang atau berbulu tunggal hanya cocok untuk penguasan cat dasar atau meni. Perbedaan kuas bulu tunggal dengan kuas bulu bercabang adalah pada kemampuan daya serapnya. Yang bercabang lebih banyak menyerap cat sehingga penggunaannya lebih panjang, tak sering perlu dicelupkan ke cat. Hasil penguasannya pun lebih halus.
Penyimpanan kuas yang telah dipakai, atau pembersihannya, harus diutamakan setelah pengecatan. Penyimpanan kuas yang sudah bersih dapat dilakukan dengan dua cara, pertama cara kering dan yang kedua dengan cara basah.
Dilipat, direkat dengan selotip
Pelarut
Dalam galon
Besl beton
Galon __:
Dalam kaleng besar dengan penutup
D. MENGECAT ULANG CAT SINTETIK ALKID YANG SUDAN TUA
Bila kita harus mengecat ulang kosen atau meres
torasi bagian bangunan yang telah tua agar berpe-
nampilan baik dan terawat, kita harus menguji dulu
rnasih baik tidaknya lapisan yang lama untuk dicat
kembali. ;
Apabila cat tua sudah rapuh dan rentan, tak ada gunanya kita mengecat di atasnya. Cat yang sudah tua tidak baik sebagai dasar cat yang baru, karena selain memudarkan kekilapan cat di atasnya, juga akan timbul retak dan mengelupas. Kadang-kadang cat lama mengeriput (wrinkle) dan kepermukaan seperti kulit buaya (aligatoring). Cat semacam itu sebaiknya dikerok.
Untuk menguji cat lama, dapat kita gunakan sendok makan. Goreskan punggung sendok itu kepermukaan cat lama. Apabila
Cat akan mengerut, dengan mudah dibuang dengan sekerap
Pembersihan pada ornamen meniakai pengungkit gigi dengan kapas digulung
permukaan cat lama. Apabila goresannya hanya membekas bening, maka cat lama tersebut boleh dipakai sebagai dasar pengecatan berikutnya.
Namun, apabila bekas goresan punggung sendok memutih dan rapuh mengapur, lapisan lama harus dibuang dergan cara mengerok atau mengangkatnya dengan paint remover.
Remover dapat dikuaskan begitu saja pada permukaan cat tua. Setelah 5-10 menit, cat yang terkena remover akan mengalami stres keriput-angkat. Cat mengerut dan mudah dilepas atau diangkat dengan sekerap. Remover dapat pula digunakan untuk mengangkat cat dengan dasar minyak ataupun lacquer serta cat lateks.
Untuk cat oven (sieving enamel), waktunya agak lama, yakni 30 menit; remover mulai.bereaksi melepuhkan cat.
Pada bidang lengkung, untuk pengangkatan cat yang melepuh oleh remover dapat digunakan kapuk baja (steel wool).
Untuk lekukan yang tersembunyi dan ornamen pada pekerjaan ukir dapat digunakan tusuk gigi yang ujungnya diberi gulungan kapas. Setelah cat diangkat bersih, benda itu dibersihkan dan dibilas dengan air serta diangin-anginkan hingga kering. Untuk menyempurnakan pembersihannya, usapkan thinner dengan kaus atau kain perca sampai bersih, sampai kelihatan serat kayunya. Dengan cara itu, sisa remover hilang dan tidak ada reaksi pengelupasan pada cat baru cat melapis dengan sempurna.
Hal yang perlu diperhatikan selama pengangkatan cat dengan remover, yakni dikenakannya sarung tangan karet dan penutup hidung (masker) oleh pekerja.
REKA OLES NITROSELULOSE
Selulose nitrate, atau lebih dikenal dengan nitroselulose. sering disingkat dengan, NC adalah salah satu resin yang banyak digunakan didalam bidang reka oles. Selain NC,. kebanyakan tukang reka oles menyebutnya pula dengan istilah duko ( duco ). Bila bahannya mengandung pewarna, maka cat itu disebut cat duko sedang kan untuk ienis produk yang bening, transparan, tak berwarna,disebut NC clear atau vernis duko.
Pada kemasan kaleng NC atau duko, acapkali ditulis nama dagangnya, yaitu lacquer. Pada awalnya, lacquer adalah sebutan bahan reka oles cat atau vernis berbahan baku selulose yang berfungsi untuk meningkatkan keawetan ( protective ), maupun keindahan (decorative) benda kerja. Meskipun sekarang nama lacquer masih dicantumkan pada kaleng atau kemasan untuk NC, ada kecenderungan juga digunakan untuk penyebutan produk non selulose. Karena itu, definisi lacquer sudah menjadi lebih luas. Menjadi sulit bagi awam untuk membedakan ada tidaknya kandungan nitroselulose dalam sesuatu jenis cat.
Definisi lacquer yang berlaku sekarang, ialah suatu bahan reka oles yang mempunyai kemampuan membentuk lapisan film, dengan pengeringannya melalui penguapan thinner.
A. APAKAH NITROSELULOSE
Nitroselulose adalah salah satu resin berbahan baku selulose yang berasal dari serat kayu atau pulp pohon koniverus seperti pinus atau dari hasil serat kapas (cotton linter). Serat selulose direbus dengan bahan kaustik sehingga bersih dari debu dan kotoran. Melalui reaksi pencampuran dalam tabung agitasi dan reaktor stainless stell, dengan bahan asam nitrat (HNO3) serta asam sulfat (H2SO4), dengan proses nitrasi serta pelarutan dan pengendapan, selulose dan air dapat dipisahkan. Hasil nitrasi tersebut berupa tepung nitroselulose, pada umumnya diperdagangkan dalam bentuk lekat atau cairan, yakni dengan pelembaban oleh kelompok alkohol, seperti ethyl alcohol (ethanol), isopropyl alcohol (isopropanof), atau butyl alcohol (butanof). Lekatan NC atau NC-powder wetted with alcohol ini memiliki kandungan alkohol sebesar 30% sedang nitroselulosenya 70%. Lekatan NC ini harus disimpan hati-hati karena sangat mudah terbakar.
Di samping nitroselulose yang berbahan selulose, masih banyak turunan lainnya, tergantung pada pencampuran atau pereaksian bahan selulose tersebut, misalnya
dengan ester yang berasal dari asam anorganik, ester yang berasal dari asam organik, sehingga berturut-turut terdapat prcduk berbahan selulose sebagai berikut :
1. Ester dari asam anorganik adalah celulose nitrate (NC).
2. Ester dari asam organik adalah selulose asetat atau celulose asetat butyrate (CAB)
3. Ether, mempunyai turunan methylcellulose, ethylcellulose, hydroxyethylcellulose.
Bermacam-macam resin turunan selulose tersebut telah banyak dikembangkan dan semua berperan penting sebagai bahan industri serta merupakan bahan utama dalam industri cat dan bahan reka oles. Namun, dari semua turunan produk selulose, selulose nitrate atau nitroseluloselah yang paling sukses, paling ekonomis, serta paling luas digunakan dalam industri cat masa kini.
Dalam aplikasinya, resin NC tidak dapat digunakan tunggal karena mempunyai sifat rapuh atau membentuk lapisan film yang getas. Oleh karena itu, harus ada bahan penambah (additive), yaitu sejenis minyak nondrying, yang mempunyai kedalaman minyak pendek misalnya minyak kelapa, minyak jarak, asam lemak sintetik. Dengan penambahan minyak nondrying itu, lapisan film yang terbentuk menjadi lentur serta elastis namun cukup keras sebagai pelapis dan pelindung benda kerja. Minyak penambah sifat lentur biasa disebut plasticizer.
Selulose nitrat pertama kali ditemukan oleh beberapa orang ahli kimia pada awal abad ke-19, yaitu Braconnet dari Perancis (1833), Schonbein dari Swis (1845), dan Parkes dari Inggris (1855). Pada awalnya, Parkeslah yang memp'oduksi selulose nitrat serta mengkomersialkan sebagai bahan reka oles. Pada tahap awal itu, perkembangan kualitas teknik bahan itu sangat lambat karena keterbatasan bahan pelarut (solvent) yang dipakai sebagai pengencer (thinner).
Situasi kurang menggembirakan pada awal resin nitroselulose mulai tersingkap sejak pelarut amil asetat (amyl acetat) ditemukan oleh J.H. Stevens dari Amerika Serikat (1882). Dengan penemuan amil asetat, terjadilah perubahan besar-besaran dalam dunia industri bahan reka oles, khususnya industri lak nitroselulose modern.
Amil asetat merupakan pelarut aktif dari NC dengan penguapan lambat. Permukaan lapisan film nitroselulose menjadi lebih mengkilap, halus, licin serta rata. Demikian pula, permukaan lapisan cat tidak kusam dan tidak mengabut (blushing). Dengan adanya amil asetat ini, permintaan pengecatan mobil dan mebel dengan bahan nitroselulose menjadi tinggi. Bisa juga dimulai penggunaan conveyor atau ban berjalan bag! pabrik berskala besar dengan sistem cepat kering oleh bahan reka oles nitroselulose ini.
Dibandingkan bahan reka oles lainnya, seperti politur, sintetik resin alkid enamel, dan vernis kopal, cat dan vernis berbahan resin NC ini lebih unggul dalam penampilan hasil reka olesnya. Demikian pula cat baru ini lebih ekonomis bila diperhitungkan dari sisi nilai manfaat dan biaya yang dikeluarkan guna aplikasinya. Singkatnya waktu untuk menyelesaikan reka oles atau finishing kendaraan dengan NC merangsang pula peningkatan industri mobil.
Di sisi lain, dengan cepat dan luwesnya proses reka oles nitroselulose di dalam industri perabot, meningkat pula produktivitas. Terangsang juga pengembangan kreativitas pengaplikasian reka oles nitroselulose, seperti multi step reka oles Amerika (American style finish), cat berumur tua (Ageing-paint), reka oles klasik masa ke masa (period finish). Masih banyak lagi kreativitas reka oles dari bahan nitroselulose. yang akan kita bahas dalam bab dan bagian tersendiri.
Di dalam perdagangan resin untuk bahan industri, terdapat dua macam kualitajs resin nitroselulose, dari tingkat kekentalan rendah hingga tingkat kekentalan sangat, tinggi. Nitroselulose dengan tingkat kekentalan tinggi dipakai untuk pengecatan barang-barang yang tidak kaku, misalnya kulit dan tekstil. Nitroselulose dengan tingKat kekentalan rendah dipakai dalam pembuatan cat lak atau cat duko dengan campuran kadar padat yang tinggi, tetapi mudah diencerkan untuk memenuhi ketebalan film sesuai dengan yang ditetapkan oleh ketentuan penyemprotan.
Di Indonesia, cat nitroselulose dipakai untuk reka oles perabot duko dan untuk reka oles ulang atau refinish pada mobil dan kendaraan yang cacat akibat tabrakan. Kini perusahaan perakit / karoseri tidak lagi mengandalkan cat duko atau lak yang kering udara (air dry), tetapi telah memanfaatkan cat oven atau baking paint yang cocok untuk cat baru dan tahan lebih lama bagi mobil yang terkena matahari dan ultra violet langsung. Mebel atau perabot duko yang berada di dalam ruang tentu masih banyak memanfaatkan cat lak atau duko ini.
Produk ekspor, terutama perabot reproduksi dari zaman keemasan Chippendale,
Rokoko, Baroque, Renaissance, banyak yang harus direka oles dengan nitroselulose.
Pembeli menginginkan kualitas reka oles dengan mutu tingkat tinggi. Memang ter
dapat juga finishing lain bagi perabot repro, yaitu precatalisator, melamine, dan poly-.
urethane. Namun, NC lebih unggul untuk variasi dan kreasinya, baik dalam pemakaian
glaze, poles, dan kemungkinan perbaikannya di tempat. Beberapa kelemahan
NC adalah mudah melunak dan lengket apabila terkena panas (thermoplastic)
sehingga acapkali timbul problem lengket (sticky) dengan bahan pembungkusnya
sewaktu diekspor rnemakai konteiner, akibat panas yang dapat mencapai 60-80°
Untuk itu, dinding kontainer perlu dilapisi dengan bahan peredam panas. Kita dapat
juga memilih bahan reka oles NC yang di dalam formulanya mengandung bahan
pelicin atau slip agent sehingga tidak saling lengket.
Selama aplikasi, penggunaan bahan reka oles nitroselulose tidak menyulitkan dibandingkan apabila kita menggunakan jenis bahan reka oles lain yang terdiri dari dua komponen, yaitu resin dasar dan pengerasnya. Kebaikannya terutama pada pembersihannya setelah usai bekerja, serta tidak mengotori lingkungan sekitar ruang semprot. Karena NC mengering oleh penguapan thinner semata dan terdiri dari bahan satu komponen, maka lekatan yang ada di pistol semprot dan alat reka oles mudah dilarutkan lagi atau dicuci dengan thinner hingga bersih kembali.
SISTEM NITROSELULOSE NATURAL TRANSPARAN (N3)
PENGISIAN PORI KAYU
Gunakan wood filler solvent base maupun water base
5 menit tunggu kering, amplas habis
Amplas nomor 80-180
PELAPISAN PERMUKAAN
Sanding sealer NC
30 menit
Amplas nomor 400 amplas ringan
PELAPISAN AKHIR
Nitroselulose Clear
Penampilan gloos, semi, maupun dof
Catatan :
Ruang yang digunakan untuk pengeringan harus bersirkulasi udara baik, mengingat keringnya dengan cara penguapan
1. Nitroselulose natural transparan
Nitroselulose natural transparan..disebut pula vernis dukop tanpa warna atau NC clear. Disebut natural transparent karena menampilkan pola serat kayu alami dan menunujukan warna asli jenis substrat kayu. Adapun transparent berarti tembus pandang. Hasil reka olesnya bening seperti ditutup kaca.
Karena natural transparan atau bening alami, maka hasil reka olesnya secara sepintas hampir sama dengan hasil reka oles politur natural, atau sama penampilannya dengan vernis alkid maupun vernis kopal. Yang membedakan hanyalah kualitas, harga dan kecepatan kerjanya Reka oles nitroselulose natural transparatnt ini mempunyai lapisan film yang halus, licin lebih mengkilap ( dapat pula buram indah, tahan benturan dan kemampuan unutk dipolis baik.
Untuk pemakaian reka oles jenis semi pori terbuka, penggunaan NC clear atau transparent ini baik sekali. Ini karena lapisan film yang dibentuk oleh NC sangat tipis serta dapat disemprotkan dengan encer melapisi permukaan kayu berpori kecil atau bertekstur halus sampai dengan sedang, misalnya kayu ramin ( Gonystylus bancanus Kurz ), dammar ( Agathis Borneensis ) pinus ( Pinus mercuusi ) mahoni ( swietenia mahagoni ) jelutung ( Dyera constulata ) eboni ( Diospyros celebica Bakh ) tanpa menutup kedap. Dengan demikian permukaan benda atau perabot menjadi natural, tidak seperti dilapisi formika atau bersifat karena porinya sedikit masih kelihatan.
Tahapan reka oles nitroselulose natural transparan
Aplikasi nitroselulose bening alami ini hampir sama dengan reka oles vernis kopal dan alkid. Perbedaannya terletak pada alat aplikasinya. Waktu kering vernis kopal dan vernis alkid sangat lambat sehingga dapat diaplikasikan dengan kuas. Waktu |ering vernis NC atau nitroselulose clear sangat singkat sehingga harus disemprotkan.
Perbedaan lain terletak pada jenis bahan untuk tahapannya. Pada aplikasi vernis kopal dan vernis alkid, cat dasar yang dipakai juga berfungsi sebagai cat akhir ( Sanding sealer berfungsi pula sebagai top coat ). Pada vernis NC dapat juga dilakukan hal yang sama, tetapi pelapisan film harus sangat tipis. Pada vernis NC tidak ada lapisan penyekat atau sanding sealer yang mengandung zat pembangun (exterder) sofiagai lapisan penebal dan lapisan yang mudah diamplas untuk meratakan permukaan kayu.
Adapum tahapan sistem aplikasi nitroselulose natural transparan adalah sebagai berikut :
Tahap persiapan permukaan
Setiap proses reka oles selalu diawali dengan proses persiapan permukaan kayu, sehingga kayu siap menerima pelapisan-pelapisan berikutnya. Pada tahap persiapan dilakukan pembersihan debu, minyak, gemuk, goresan pensil, cacat rakit, cacat mesin dan cacat kayu, misalnya mata kayu dan cacat retak. Semua kekurangan itu.
MELAMINE
A. MELAMINE NATURAL TRANSPARAN
Reka oles melamine natural transparent atau melamin bening alami. Disebut pula melamine clear, adalah salah satu jenis reka oles yang berbahan baku 2 komponen ( 2K ). Lapisannya mempunyai ketebalan yang bagus, hungga dapat menutup serat kayu. Jarak antara serat kayu menjadi rata halus. Demikian pula sesuai dengan sebutannya natural transparent, ia memiliki penampilan yang bening hingga warna kayu asli kelihatan alami bahkan makin cemerlang dan hidup.
Kayu yang mempunyai tekstur halus dan sedang meminta perbedaan perlakuan, dibandingkan dengan jenis kayu yang bertekstur kasar dan permukaannya porous. Kayu dengan tekstur kasar dan berpori besar, perlu diisi bubur filler supaya berkurang kemampuan daya serap atau absorbsinya, hingga permukaannya bisa terlapis kedap oleh film melamine, menjadi rata dan licin. Adapun yang bertekstur halus, tak memerlukan pengisian pori kayu. Tahapan langkahnya menjadi iebih singkat. Yang paling penting dalam_pengisian pori - pori kayu itu ialah bubur filler harus sama warna dengan kayu alaminya.
Cara yang terbaik, mencampur bubur filler dengan pigmen. Dapat juga digunakan wood stain (warna bahan aniline yang tak punya endapan, larut dalam thinner) sampai cocok.dengan warna kayu. Kesalahan yang sering terjadi, setelah disemprot dengan melamine clear atau bening, warna kayu menjadi cerah karena perubahan atau pemuliaan warna pada permukaan kayu, sehingga dempul atau filler yang mengisi pori kayu tidak sesuai lagi warnanya, kadang-kadang menjadi Iebih muda dan mengganggu penampilan serta memperburuk gambar pola serat.
Untuk mencegah hal tersebut, perlu dilakukan pengontrolan warna dengan metode
pembasahan Aplikasikan bubur filler yang telah kita anggap cocok warnanya pada
permukaan sepotong kayu contoh. Setelah kering, amplas bersih dengan kertas
amplas nomor 240, sehingga tinggal filler saja yang ada di dalam pori-pori kayu.-
Kemudian, usapkan thinner yang lambat kering atau teak oil ke atas permuka'an
kayu yang diisi filler tadi, sehingga tampak basah seperti disemprot melamine. Maka
itu, akan terjadi perbedaan warna, filler akan kelihatan muda. Padahal sebelumnya
filler kelihatan sama dengan kayu. Dengan demikian, kita perlu memperbaiki warna
filler, dengan mengurangi atau menambah pigmen dan wood stain.
Selanjutnya cek ulang hasil pewarnaan yang baru dengan usapan teak oil lagi, sehingga di bawah usapan teak oil atau pun thinner yang lambat kering, warna filler bisa sama dengan kayu benda kerja. Apabila warna filler dan kayunya sudah sama,
SISTEM MELAMINE NATURAL TRANSPARAN
PENGISIAN PORI KAYU
Gunakan wood filler solvent base atau water base, sesuai warna kayu
5 menit amplas habis
Amplas dengan no. 80-180
PELAPISAN ANTARMEDIA
Gunakan molamine sanding sealer
4 jam amplas rata
Amplas nomor 240-320
PELAPISAN AKHIR PERMUKAAN
Gunakan melamine clear, penampilan gilap, semi, mat
Catatan :
Ruang harus ada sirkulasi dan dihindarkan dari debu dan lalu lalang orang
Perbandingan campuran antara base dengan hardener 10:1
Top coat dapat diulangi dengan diam-plas dahulu dengan amplas nomor 400
Penyamaan warna dapat dilakukan dengan larutan kimia, sehingga kayu menjadi pucat dan muda serta seragam penampilannya. Proses itu disebut pemucatan (blea-ching) Cara yang kedua, kayu bukan dimudakan melainkan kayu yang berwarna muda disamakan warnanya dengan kayu terasnya, atau dituakan dengan wood stain yang berwarna kuning atau hijau kekuningan sehingga memiliki nuansa sama. Tahap ini.disebut juga dengan sap stain. Sebelum masuk ke tahap kedua, sebaiknya kita bahas dulu cara pemudaan atau pemucatan kayu tersebut.
Pemudaan warna kayu
Memudakan warna kayu berarti merusak warna alami pada permukaan kayu, demi menyeragamkan dengan warna kayu lainnya dalam satu bidang. Bahan pemuda warna adalah bahan kimiawi yang berpengaruh pada zat-zat kayu melalui proses oksidasi atau reduksi. Pemudaan warna kayu yang terlalu kuat, mengakibatkan kayu kehilangan keindahan alaminya. Langkah seperti itu sedapat mungkin dihindari.
Pemudaan warna kayu yang berkandungan ekstraktif tinggi
Pada kayu yang kaya kandungan ekstraktif, untuk pemudaan warna dapat digunakan bahan asam oksalat (COOH), garam klee (H..C,,O,) atau asarn citron. Bahan ini dilarutkan dalam air panas, dengan komposisi 30-50 gr. dalam 1 liter air, hangatkan serta.oleskan pada permukaan bidang permukaan kayu sampai jenuh benar. Bahan pemuda kayu menimbulkan reaksi reduksi kimia, sehingga kayu menyerap zat asam. Zat warna kayu lepasdari ikatannya dan larut dalam pencucian. Bidang yang dimudakan warna kayunya tersebut, kemudian dicuci dengan air dingin selagi masih basah. Tujuan pencuciannya ialah melarjtkan zat warna kayu serta bahan pemuda kimiawi hingga kelak tidak merusak bahan peiapis akhir reka oles.
Pemudaan warna kayu dengan hidrogen peroksida
Hidrogen peroksida (H2O2), bagi seorang tukang reka oles, adalah bahan pemucat yang keras. Bahan ini menyebabkan oksidasi kimiawi, sehingga kayu menjadi kaya akan asam. Zat warna dalam kayu terkena asam berubah dan menjadi lebih muda warnanya.
Hidrogen peroksida dijual sebagai zat pelarut dengan kadar 35%. Untuk menjaga agar bahan pemucat ini tidak rusak, dicampurkan asam phospat atau asam belerang (H2S04), sebagai stabilisator. Dengan menambahkan 5% cairan amoniak (NH3) ke dalam larutan hidrogen peroksida, maka stabilisator menjadi bebas dan larutan siap dioleskan.
Pada pengerjaan benda kerja yang berukuran kecil, campurkan larutan hidrogen peroksida dengan amoniak dalam sebuah cawan atau gayung plastik, sebelum pengerjaan. Bahan pemucat langsung dioleskan merata dengan kuas yang tidak memakai keling logam, atau dengan bunga karang alam (foam), sehingga jenuh pelapisan permukaan. Hilangkan bahan pemucat yang berlebihan setelah sedikit bereaksi. bahan pemucat tidak boleh dipakai lagi setelah 15 menit, karena mulai berbuih dan tidak reaktif atau hilang daya pemucatnya.
Setelah kayu dimudakan, untuk menghindarkan kerusakan selanjutnya, maka kayu yang dimudakan harus dikeringkan minimal 12 jam pada suhu ruang. Dengan temperatur ruang yang ditinggikan, waktu pengeringan akan menjadi lebih singkat.
.Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Apabila waktu pengeringannya kurang
dan bekas zat pemucat masih basah, maka pemucat itu menimbulkan kerusakan
pada bahan reka oles, kertas, kain, dan foto yang ada di atas kayu yang dimudakan
warnanya. Oleh sebab itu, dalam segala hal, perhatikanlah pengeringan yang baik
pada benda kerja yang dimudakan dengan zat kimiawi. ;
Hidrogen peroksida bersifat menyengat kulit. Percikan yang masuk ke dalam mata dapat menyebabkan cacat yang berat. Pada semua pekerjaan dengan hidrogen peroksida, harus dikenakan sarung tangan karet, kacamata pelindung, dan penutup rambut. Bunga karang dan kain lap yang mengandung bahan ini dapat meny'ala sendiri. Hal ini bisa terjadi pada serbuk gergaji yang terkena tumpahan bahan pemucat warna hidrogen peroksida ini. Perkakas yang dipakai harus disiram dengan air dengan leluasa.
Usahakan jangan menggunakan pemucat warna yang keras ini, kalau tidak terpaksa. Lebih baik gunakan pemucat warna asam oksalat, asam citron atau lebih baik samakan dengan wood stain saja yang lebih aman.
Dewasa ini banyak sekali orang menggunakan hidrogen peroksida tetapi tidak memahami prosedurnya dengan baik sehingga dapat membahayakan diri sendiri dan lingkungannya.
Perlu diingat bahwa kayu jati tidak gampang dimudakan dengan hidrogen peroksida. Sebaliknya, kayu lain misalnya sungkai dan kayu karet dengan mudah menjadi putih.
Setelah diseragamkan warnanya, seperti reka oles lainnya, kayu perlu dibersihkan dari bahan-bahan pengotor dan minyak. Sebelum pemudaan atau pewarnaan kayu muda menjadi teras (sap stain), bidang permukaan kayu harus diamplas dahulu dengan amplas nomor 80-180, sehingga cacat-cacat mesin dan cacat rakit seperti bekas sayat gergaji dan cacat pukul karena perakitan, dapat diratakan dulu. Setelah warna kayu mentah sama, bebas dari lelehari lem, bebas dari corat-coret pensil dan tidak ada bekas amplas yang melintang, barulah dapat dilanjutkan tahap yang kedua.
b. Tahap pengisian pori-pori kayu
Seperti apa yang telah diuraikan pada awal pembahasan reka oles melamine natural transparan ini, tidak semua kayu perlu mendapat perlakuan pengisian pori-pori dengan bubur filler. Khusus kayu yang teksturnya kasar dan berpori besar saja yang memerlukan tahnpan ini. Pengisian pori ini dilakukan dengan bubur filler yang sudah disesuaikan dengan warna kayunya. Jenis bubur filler yang digunakan boleh yang berpelarut air ataupun yang larut dalam thinner. Yang terpenting ialah waktu kering dan setelah penyemprotan warna melamine transparan sama dengan warna kayu alaminya.
Peralatan yang digunakan seperti biasa : wood filler yang dapat dilarutkan dengan air dan kain bekas (perca). Gosokkan dan tekan rata sehingga pori terisi dengan
kenyang. Setelah pori terisi padat, gosok sisa lebihan filler sehmgga bersih dan kering kembali. Dengan demikian, tidak perlu diadakan pengamplasan untuk pembuangan lebihan filler.
Cara yang kedua, tekan filler dengan pisau kape atau sekerap tembok yang elastis, sehingga filler padat mengisi setiap pori yang terbuka. Kemudian. amplas lebihannya dengan kertas amplas nomor 180-240, searah dengan serai kayu. Ulangi lagi pengisian pori-pori yang belum terisi padat, dengan cara mengamati seluruh permukaan sehingga tak ada yang terlewatkan.
c. Pelapisan antarmedia (sanding sealer)
Tahap ketiga ini merupakan tahap pelapisan antannedia. yaitu antara media kayu dan media film melamine yang akan disemprotkan pada tahap akhir. Pelapisan antarmedia ini disebut juga pelapisan sanding sealer, yang berarti penyekat atau pengunci yang dapat diamplas, membantu pula meratakan permukaan kayu.
Sanding sealer dibuat dari bahan melamine, dengan penambahan sanding ageni, umumnya sipernat atau tepung kaca, sehingga setelah menjadi film kering tak berwar-na atau bening akan transparan seperti halnya kaca. Aplikasinya dengan pistol semprot biasa, bertabung atas atau bertabung bawah, baik yang konvensional maupun airless, air assisted maupun elektrostatik. Demikian juga dapat digunakan rol pelapis dan tirai alir. Kekentalan penyemprotan berkisar antara 12,5-13.5 detik. dengan ukuran mangkuk kekentalan Ford 4.
Perbandingan campuran antara sanding sealer dengan pcngemsnya adalah 10 ;1. Kemudian, baru diencerkan dengan thinner Sampai kekentalan yang telah ditetapkan. Pada suhu ruang, pengeringan akan berjalan sedang, tetapi pada ruang dengan sistem pemanas (40 C-80 C), pengeringan berjalan cepat. kuraiig le'pih 1-2 jam. Apabila ingin mudah diamplas. sebaiknya tunggu hingga 4 jam kering angin. Dengan rnenunggu semalam, pengamplasan bisa renyah.
Pengamplasan dilakukan dengan landasan kayu atau dengan menggunakan mesin amplas listrik. Mesin amplas pneumatik bisa digunakan asal dipilihkan Jenis yang orbital atau amplas bergetar putar. Ukuran amplas yang paling baik adalah nomor 240-320.
Problema yang paling sering dialami dalam proses sanding sealer ini adalah terjadinya gelembung-gelembung udara yang muncul dipermukaan sanding. Munculnya gelembung-gelernbung ini disebabkan oleh penyemprotan pada pagi hari. Pada waktu matahari mulai terbit dan memanas udara, tekanan udara dalam kayu dengan udara di luar sangat berbeda. Udara dalarn kayu mengalir keluar untuk menyamakan tekanannya dengan udara luar. Pada saat itu, kayu sedang disemprot sanding sealer yang lengket dan cepat kering. Udara yang keluar mendorong apisan film sanding sealer yang hampir kering sehingga terbentuk gelembung udara
Setelah permukaan kering, kemudian diamplas, akan terlihat kawah-kawah bekas gelembung yang ter'potong oleh gosokan kertas amplas. Cacat seperti ini sulit diperbaiki. Apabila kawah itu tidak terlalu banyak, dapat dilakukan perbaikan dengan
mengisi kawah-kawah tadi dengan wood filler yang warnanya telah disamakan terlebih dahulu dengan warna kayu aslinya.
Untuk mengatasi itu, adakan penyemprotan sanding sealer siang hari atau sore hari. Setelah itu, hasilnya dapat diinapkan untuk mengering semalam, sehingga renyah amplasannya dan tidak timbul cacat gelembung.
Beberapa perusahaan yang merasa perlu mengantisipasi munculnya gelembung, udara akibat perbedaan suhu, membuat ruang pemanas untuk menghangati kayu sebelum disemprot sanding sealer. Pemanasan dilakukan selama 15.-30 menit pada, suhu 40°C.
Hasil tahap ketiga ini yang terbaik, ialah apabila tahap sanding sealer dilakukan dua kali. Setelah proses penyemprotan pertama kering dan diamplas, dilakukan pengontrolan ulang hasilnya. Apabila masih ada pori cacat ampias sampai kelihatan kayunya dan ada cekungan, oleskan filler sewarna dengan kayunya sebagai dempul. Boleh juga digunakan dempul polyester atau wood filler yang dipakai pertama diper-, kental. Setelah diamplas rata. ulangi lagi penyemprotan sanding sealer tipis-tipis saja. Untuk pengamplasan gunakan kertas ampias nomor 400.
d. Pelapisan melamine akhir (melamine top coat)
Pelapisan akhir dapat dilakukan dengan pistol senprot yang halus atomisasinya. Umumnya dipilih diameter lubang pancar (nozzle) 1,2 - 1.5 mm. Usahakan keseimbangan antara kecepatan semprot dengan volume bahan melamine yang keluar, dan antara bahan dan tekanan angin. Buatlah jarak penyemprotan selalu bersudut konstan. Jarak berkisar antara 15-20 sentimeter. erhatikan selanjutnya Cara menyemprot yang benar.
Penampilan reka oles melamine natural transparan ditetapkan dalam tahapan akhir ini, apakah gilap, semi gilap, satin atau dof, tergantung pada pemilihan jenis melamine:.
i
Pelapisan akhir reka oles melamine transparan ini harus dilakukan dengan cermat sekali. Hindarkan penyemprotan di ruang yang berdebu. Harus tersedia sirkulasi udara yang baik karena penguapan formalin pedas rasa dan baunya.
Penyimpanan sementara benda kerja yang baru saja disemprot, harus di ruang tanpa banyak lalu lintas orang yang dapat menimbulkan penghamburan debu, bulu tekstil pakaian dan rarnbut. Sangat ideal apabila tersedia ruang yang tertutup dan dilengkapi dengan pemanas mencapai suhu ruang 40°C. Melamine mempunyai sifat mengeras apabila lingkungannya panas (thermoset'ing). Proses pengeringan dipercepat.
Gunakan thinner melamine yang dianjurkan pabrik cat atau thinner yang sepadan asal hasil akhirnya tidak timbul lubang renik (pin hole). Tidak boleh juga terjadi pengabutan ketika thinner dicampurkan dengan melamine clear. Bila warna campuran memutih. berarti thinner tidak cocok atau tidak kompatible, sehingga mengakibatkan hasil yang rapuh. mudah mengelupas. rnudah pecah-pecah dan menyebabkan penampilan lapisan film kusam dengan kegilapan yang tidak rata.
Umur campuran sangat tergantung pada suhu lingkungan, pada umumnya berkisar antara 12 jam. Selebihnya campuran sudah tak dapat dipakai. Supaya sisa campuran tidak mati atau mengental seperti agar-agar (gel) sehingga tak muncjkin dilarutkan lagi, tambahkan thinner yang baru sehingga memperlambat pengentalan. Keesokan harinya, kekentalan dapat diperbaiki sehingga siap untuk menyemprot kembali. Cara lain untuk memperpanjang umur campuran, yaitu dengan menyimpannya di dalam lingkungan yang dingin, dalam kulkas misalnya. Keesokannya tambahkan campuran yang baru. Masih ada hal yang perlu diperhatikan. Sebelum dipakai, campuran harus disaring dahulu. Penyaringan dilakukan dengan kawat ayak (mesh) yang halus. Atau dapat pula kita gunakan kaus stocking wanita, yang dipotong kecil-kecil, diselubungkan pada tabung pralon yang dipotong. Alat itu dapat dipakai secara tetap, sebagai alat saring. Agar awet, rendam di dalam thinner begitu usai dipakai
MELAMINE
A. MELAMINE NATURAL TRANSPARAN
Reka oles melamine natural transparan atau melamine bening alami, disebut pula melamine clear adalah salah satu jenis reka oleh yang berbahan baku 2 komponen (2K). Lapisannya mempunyai ketebalan yang bagus, hingga dapat menutup serat kayu. Jarak antara serat kayu menjadi rata halus. Demikian pula, sesuai dengan sebutannya natural transparan, ia memiliki penampilan yang bening hingga warna kayu asli kelihatan alami bahkan makin cemerlang dan hidup.
B. MELAMINE WARNA
FINISHING FANCY
FINISHING K
TUGAS KECIL I
1. Materi Tugas
Membuat hasil laporan survei ke lapangan tentang disain interior ruang pertokoan di mall - mall atau plaza.
Pengamatan unsur elemen Dl
- Pengamatan Sirkulasi
- Pengamatan Furniture
- Pengamatan penguram dan pengudaraan AC
2. Tujuan
Sebagai studi banding dan pemahaman lebih mendalam terhadap disain interior pertokoan. Diharapkan mempermudah malasusim di dalam perancangan disain interior pertokoan serta membuka wawasan lebih luas.
3. Format
Kertas HVS ukuran A 4 diberi Cover dan Jilid.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB
Ir. GEGER PERBOWO ROSA
TATA RUANG DALAM II