Hambatan Komunikasi Internal Di Organisasi Pemerintahan
Hambatan Komunikasi Internal Di Organisasi Pemerintahan
Hambatan Komunikasi Internal Di Organisasi Pemerintahan
DI ORGANISASI PEMERINTAHAN
(Studi Kasus di Direktorat Pelaksanaan Anggaran Kementerian Keuangan)
Dwi Harivarman
FISIP, Universitas Airlangga, Jalan Airlangga 4-6 Surabaya 60286, Jawa Timur
No. HP. +6281311259963
Email: doeihem@gmail.com
Abstract
The Budget Execution Evaluation and Monitoring Program owned by the Ministry of Finance's
Directorate of Budget Execution has a strategic role in safeguarding the implementation of the
Ministry/Institution budget so that the Indonesian Budget (APBN) can run more optimally. The
smoothness of the program depends on the effective communication system at the time of program
implementation. This study aims to determine the internal communication barriers in the Directorate of
Budget Execution that should be removed for effective communication can occur in the implementation
of The Budget Execution Evaluation and Monitoring Program. The research uses descriptive qualitative
method with case study, where data is obtained through in-depth interview and observation of
informants (officials and staff at Directorate of Budget Execution). The result of the research shows that
the internal communication barrier faced by the Directorate of Budget Execution is the difference of
perception between the leader and the subordinate about the implementation of the activity, the limited
sharing of information practice from the management to the staff, and the leadership style that influences
the implementation of the program activity.
Abstrak
Program Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran yang dimiliki oleh Direktorat Pelaksanaan
Anggaran Kementerian Keuangan memiliki peran strategis dalam menjaga pelaksanaan anggaran
Kementerian/Lembaga agar pelaksanaan APBN dapat berjalan lebih optimal. Kelancaran program
tersebut salah satunya bergantung pada sistem komunikasi yang efektif pada saat pelaksanaan program
menjadi kegiatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hambatan komunikasi internal organisasi
Direktorat Pelaksanaan Anggaran yang harus dihilangkan agar komunikasi yang efektif dapat terjadi
pada pelaksanaan program Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Anggaran. Penelitian menggunakan
metode kualitatif deskriptif dengan studi kasus, dimana data diperoleh melalui wawancara mendalam
(in-depth interview) dan observasi terhadap informan (pejabat dan pegawai pada Direktorat Pelaksanaan
Anggaran). Hasil penelitian menunjukkan hambatan komunikasi internal yang dihadapi oleh Direktorat
Pelaksanaan Anggaran adalah adanya perbedaan persepsi antara pimpinan dan bawahan terhadap
pelaksanaan kegiatan, terbatasnya praktik sharing informasi dari pihak manajemen kepada pegawai
pelaksana, dan gaya kepemimpinan atasan yang berpengaruh dalam pelaksanaan kegiatan.
Direktur PA
Jenjang komunikasi 1
(Rapat rutin)
Kepala Jenjang komunikasi 2
Subdit (Morning call)
Kepala Kepala
Seksi Seksi
Pelaksana Pelaksana
Jenjang informasi pertama dan kedua perlu untuk diberi informasi. Disinilah peran
menjadi sangat penting karena pada jenjang kepala subdit dan kepala seksi menjadi
tersebut direktur memberikan arahan-arahan penting untuk dapat menyampaikan kembali
dan kebijakan terkait pelaksanaan anggaran apasaja instruksi, informasi, dan arahan dari
dan tupoksi organisasi Direktorat PA, direktur. Permasalahan muncul ketika kepala
sedangkan komunikasi yang dilakukan subdit tidak menyampaikan sepenuhnya
direktur langsung kepada para pelaksana informasi tersebut sehingga pelaksana tidak
jarang terjadi karena hanya bersifat sepenuhnya memahami latar belakang dari
insidental. Pelaksana sebagai pegawai juga kebijakan yang dikeluarkan oleh direktur,
memerlukan informasi dari pimpinan seperti yang dinyatakan informan 2 ketika
organisasi, sebagaimana yang dinyatakan ditanya terkait penjelasan perubahan jadwal
Pace dan Faules (2015) bahwa para pegawai pelaksanaan kegiatan SR dan EPA K/L yang
di seluruh tingkat dalam organisasi merasa disampaikan oleh kepala subdit.
Informan 2 menyampaikan bahwa kepala seksi kepada pelaksana. Dalam proses
kepala subdit tidak memberikan penjelasan jalannya informasi dari atas ke bawah
terkait perubahan jadwal pelaksanaan tersebut dapat terjadi miskomunikasi
kegiatan dan hanya langsung menyampaikan diantara pejabat di level manajerial yang
jadwal yang baru sesuai nota dinas serta menyebabkan pelaksana dalam satu unit
instruksi agar pekerjaan tersebut harus cepat yang sama dapat menerima instruksi yang
diselesaikan. Tidak adanya penjelasan berbeda, sehingga membuat hasil pekerjaan
tersebut membuat pelaksana merasa kalau yang dihasilkan juga berbeda. Kemungkinan
kegiatan tersebut dilaksanakan secara terjadinya perbedaan informasi tersebut
mendadak sehingga berpengaruh terhadap menjadi semakin besar jika terdapat
hasil laporan SR dan EPA K/L yang tidak perbedaan juga dalam memaknai pesan
maksimal. Hal tersebut disampaikan oleh tersebut oleh para pejabat di level manajerial.
informan 2 melalui pernyataan sebagai Proses mengalirnya informasi dari pimpinan
berikut, “...tetep lah dadi problem, dalam kepada bawahan merupakan akivitas yang
artian kan, ketika nota dinas berlaku surut, sulit dan berkesinambungan. Pace dan Faules
spending reviewnya kan kurang (2015: 186) menyampaikan bahwa pemilihan
efisien..dalam artian, nilai-nilai inefisiensi cara menyediakan informasi tidak hanya
ataupun duplikasi itu nggak 100% ketemu, mencakup pengeluaran sumber daya
jadi nggak 100% lah..”. Pernyataan tersebut langsung moneter tetapi juga sumber daya
menandakan bahwa hasil laporan SR yang psikis dan emosional.
dihasilkan pelaksana menjadi kurang Faktor lain yang dapat menjadi kendala
maksimal karena tidak ada penjelasan terkait dalam pelaksanaan strategi komunikasi
perubahan jadwal pelaksanaan kegiatan. Direktorat PA adalah gaya kepemimpinan
Terbatasnya praktik sharing informasi dari atasan kepada bawahan dalam
juga dapat terjadi karena adanya dua jenjang organisasi. Hal tersebut terlihat dari
komunikasi pada pejabat di level manajerial pernyataan yang disampaikan informan 1,
yang menyebabkan informasi yang bahwa sosok Direktur PA merupakan
bersumber dari direktur sudah melalui dua pimpinan yang otoriter dan kurang dapat
kali penyaringan terlebih dahulu sebelum mengakomodir pendapat dari bawahan
sampai kepada pelaksana. Ini menyebabkan terutama dari pelaksana terkait suatu
pesan atau informasi tersebut memiliki pekerjaan atau pelaksanaan kegiatan.
kemungkinan untuk mengalami perubahan Anggapan tersebut muncul diantaranya
makna, baik itu disebabkan oleh penambahan ketika pelaksanaan kegiatan SR dan EPA
ataupun pengurangan informasi. Dari hasil K/L, dimana kegiatan tersebut yang semula
wawancara dengan informan 1, diketahui dijadwalkan dilaksanakan pada bulan
terdapat kemungkinan adanya perubahan Februari namun oleh Direktur PA dimajukan
makna pesan atau informasi dari direktur menjadi bulan Januari. Perubahan jadwal
ketika pesan tersebut disampaikan oleh pelaksanaan kegiatan tersebut dirasakan
kepala subdit kepada kepala seksi, dan dari informan Puguh sangat mendadak dan tanpa
adanya diskusi dahulu dengan pegawai di bawahan. Hal ini mengakibatkan bawahan
masing-masing Subdit Pelaksanaan khususnya pelaksana dalam melaksanaan
Anggaran, sehingga hal tersebut dapat kegiatan hanya sekedar untuk memenuhi
membuat semangat bawahan dalam perintah yang disampaikan oleh atasan, tanpa
menyelesaikan pekerjaan menjadi menurun. ada pemahaman mengenai pentingnya
Pendapat yang senada juga disampaikan jadwal pelaksanaan kegiatan tersebut harus
oleh informan 4 dalam wawancaranya, dimajukan dari rencana sebelumnya. Temuan
bahwa Direktur PA dalam melakukan ini disampaikan oleh informan 2, yang
komunikasi dapat menjadi sangat disiplin menyatakan dia menyelesaikan pekerjaannya
dan terkadang sangat keras ketika hanya karena memang itu adalah perintah
menyampaikan arahan. Keras dalam artian atasan, tanpa memahami sepenuhnya
nada intonasi yang meninggi pada saat pentingnya pengajuan jadwal pelaksanaan
menyampaikan arahan kepada bawahan kegiatan tersebut.
seperti kepala subdit dan kepala seksi. Hambatan atau kendala dalam
Berdasarkan hasil wawancara dengan kedua komunikasi secara internal yang dialami
informan tersebut diatas diketahui bahwa Direktorat PA sesuai dengan hambatan
gaya kepemimpinan yang ditunjukkan oleh dalam berkomunikasi yang disampaikan oleh
direktur tersebut membuat bawahan merasa Ron Ludlow dan Fergus Panton (1996: 13).
kurang nyaman dalam melaksanakan Adanya perbedaan persepsi antara atasan dan
kegiatan atau menyelesaikan pekerjaan. bawahan disebabkan oleh perceptual
Pelaksana melaksanakan tugasnya dengan distortion yaitu perbedaan dalam cara
dibayangi rasa khawatir yang membuat pandang dan cara berpikir antara
pelaksana menyelesaikan pekerjaan sesuai komunikator dan komunikan pada saat
dengan batas waktu yang ditentukan namun proses komunikasi. Hal ini terlihat dari
kualitas hasil pekerjaan kurang maksimal, perbedaan pernyataan yang diberikan oleh
seperti yang disampaikan oleh informan1 pegawai di level pelaksana dengan
dalam wawancaranya dengan peneliti. pernyataan direktur terkait pelaksanaan
Gaya kepemimpinan yang kurang sesuai kegiatan SR dan EPA K/L. Kendala berupa
dengan preferensi pelaksana tidak hanya pembatasan dalam informasi yang
ditunjukkan oleh direktur tetapi juga oleh disampaikan oleh atasan kepada pelaksana
pejabat di level manajerial seperti kepala serta gaya kepemimpinan atasan yang tidak
subdit. Terdapat kepala subdit yang sesuai dengan preferensi bawahan
memfilter informasi yang berasal dari merupakan distorsi yang disebabkan adanya
direktur ketika disampaikan kepada bawahan status effect yaitu adanya perbedaan status
di unitnya masing-masing. Terkait sosial di antara anggota organisasi yang
pelaksanaan kegiatan SR dan EPA K/L, memiliki status yang lebih tinggi dalam
informasi latar belakang mengapa jadwal jenjang hierarki atau struktur organisasi
pelaksanaan kegiatan tersebut dimajukan dibandingkan dengan anggota yang lain.
tidak disampaikan oleh kepala subdit kepada Direktur sebagai pimpinan tertinggi
organisasi Direktorat PA telah menentukan ternyata menjadikan adanya perbedaan
pola komunikasi dengan bawahan melalui dalam cara atasan menyampaikan informasi
penjenjangan informasi yang ternyata kepada bawahan serta dalam gaya
menyebabkan informasi yang mengalir ke kepemimpinan ketika menjalankan
bawah terutama ke level pegawai pelaksana pekerjaan.
menjadi tidak utuh. Hal tersebut disebabkan Hambatan dalam organisasi tersebut
adanya kepala subdit yang tidak sepenuhnya juga sesuai dengan gangguan komunikasi
menyampaikan informasi terkait pekerjaan yang sering muncul dalam komunikasi
kepada bawahan. Tidak utuhnya informasi organisasi menurut Warren R. Plunket dan
tersebut berperan salah satunya dalam Raymond F. Atner (dalam Ruliana, 2014)
membuat hasil pekerjaan dari bawahan yaitu gangguan komunikasi di tingkatan
menjadi tidak maksimal. manajemen (management level), bahwa di
Pengaruh dari adanya status effect juga dalam tingkatan manajemen organisasi dapat
terlihat dari gaya kepemimpinan direktur terjadi penyampaian pesan atau informasi
dalam memimpin bawahan yang dianggap yang tidak sepenuhnya berlangsung dengan
bawahan terkesan otoriter. Direktur juga lancar, baik ditinjau dari arah atau aliran
dianggap kurang dapat mengakomodir informasi atau pola komunikasi, baik secara
pendapat yang disampaikan oleh bawahan top down maupun bottom up. Hambatan
namun di sisi lain mengharapkan bawahan komunikasi lainnya yang kerap muncul
menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dan adalah berupa manager interpretation
maksimal, tanpa memberikan penjelasan (interpretasi manajer), yaitu masing-masing
yang memadai terkait pelaksanaan kegiatan. manajer memiliki pola pikir, pola
Gaya kepemimpinan atasan yang terkesan berhubungan dan cara penafsiran yang
otoriter serta cara atasan dalam memberikan berbeda-beda ketika berinteraksi dengan
informasi kepada bawahan juga disebabkan bawahan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
adanya cultural differences antara atasan dan pejabat di level manajerial Direktorat PA
bawahan, yaitu perbedaan dalam budaya, yang memaknai informasi yang disampaikan
lingkungan, dan pengalaman sosial yang oleh direktur dan atau kepala subdit dengan
membuat atasan memiliki perbedaan dengan cara yang berbeda. Perbedaan tersebut
pelaksana dalam penyampaian informasi membuat informasi yang disampaikan
serta dalam bersosialiasi dalam organisasi. kepada pegawai pelaksana menjadi berbeda
Sosok direktur dan kepala subdit sebagai sehingga dapat menyebabkan
atasan memiliki pengalaman kerja yang lebih ketidakseragaman dalam hasil pekerjaan.
lama daripada para bawahan serta telah
berada di lingkungan kerja yang beragam Simpulan
selama menjadi pegawai. Pengalaman yang Hambatan komunikasi pasti akan
dimiliki tersebut berkontribusi dalam selalu terjadi dalam setiap proses komunikasi
bagaimana cara direktur dan kepala subdit dalam organisasi, tak terkecuali pada
menjalankan perannya sebagai atasan yang organisasi pemerintahan ketika menjalankan
suatu program atau kegiatan. Hasil dari dengan menambah subyek penelitian yaitu
penelitian menunjukkan bahwa Direktorat beberapa institusi pemerintah. Selain itu, data
PA Kementerian Keuangan sebagai secara kuantitatif juga perlu diperoleh untuk
organisasi pemerintahan menghadapi menambah kekayaan hasil penelitian.
beberapa hambatan komunikasi internal Penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk
dalam pelaksanaan Program Monitoring dan mengetahui strategi apa yang dapat
Evaluasi Pelaksanaan Anggaran, yaitu diterapkan oleh organisasi pemerintahan
adanya perbedaan persepsi antara pimpinan untuk mengatasi hambatan-hambatan
dan bawahan terhadap pelaksanaan kegiatan komunikasi yang terjadi secara internal
dan program yang termasuk dalam organisasi. Selain itu, dapat dilakukan kajian
perceptual distortion, terbatasnya praktik lebih lanjut mengenai budaya berbagi
sharing informasi dari pihak manajemen informasi dan pengetahuan (information and
kepada pegawai pelaksana dan pengaruh knowledge sharing culture) dalam organisasi
gaya kepemimpinan atasan dalam pemerintahan.
pelaksanaan kegiatan yang disebabkan
adanya status effect dan cultural differences Daftar Pustaka
dalam organisasi Direktorat PA. Effendy, Onong Uchjana. (2011). Ilmu
Dalam rangka memperoleh komunikasi Komunikasi: Teori dan Praktek.
yang efektif untuk kelancaran pelaksanaan Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
program dan kegiatan di masa yang akan
datang, Direktorat PA Kementerian Johanna, Pricillia. (2013). Hambatan
Keuangan perlu menerapkan beberapa Downward Communication antara
strategi komunikasi untuk meminimalisir Pimpinan dan Karyawan PT Makmur
hambatan-hambatan yang dihadapi tersebut. Jaya. Jurnal E-Komunikasi. Volume 2.
Pimpinan dan pejabat Direktorat PA di Hlm. 25-37.
tingkat manajerial perlu lebih aktif dalam Laporan Spending Review Tahun 2015.
menanamkan gagasan visi dan misi (2015). Jakarta: Direktorat Pelaksanaan
organisasi kepada para pegawai khususnya di Anggaran Kementerian Keuangan.
level staf atau pelaksana. Kemudian
Ludlow, R. & Panton, F. (1996). The
organisasi perlu menciptakan mekanisme
Essence of Effective Communication
berbagi informasi dan pengetahuan
(Komunikasi Efektif) (terjemahan
(information and knowledge sharing culture)
Deddy Jacobus). Yogyakarta: Andi.
sampai ke level staf atau pelaksana.
Hasil dari penelitian ini diperoleh Malo, M. & Trisnaningtias, S. (1996).
dengan beberapa keterbatasan. Data hanya Metode Penelitian Masyarakat.
diperoleh dari satu institusi pemerintah saja Universitas Indonesia: Pusat Antar
dan bersifat data kualitatif. Untuk Universitas Ilmu-ilmu Sosial.
meningkatkan reliabilitas hasil penelitian, Marshall, C. & Rossman, G. B. (1995).
jumlah sampel data perlu diperbanyak Designing Qualitative Research.
California USA: SAGE Publications. Sarwani. (2015). Pengaruh Gaya
Kepemimpinan dan Strategi
Muhammad, Arni. (2011). Komunikasi
Komunikasi Sekda terhadap Kinerja
Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Pegawai di Sekretariat Daerah Provinsi
Monique, H., Hutter. I, & Bailey, A. (2011). Kalimantan Selatan. Jurnal Penelitian
Qualitative Research Methods. USA: Pers dan Komunikasi Pembangunan.
Sage Publications. Volume 19. Nomor 1. Hlm. 35-46.
Pace, R. W. & Faules, D. F. (2015). Syasyikirana, Wisyesa. (2013). Strategi
Komunikasi Organisasi: Strategi Komunikasi Organisasi antara Atasan
Meningkatkan Kinerja Perusahaan dan Bawahan Pasca Restrukturisasi
(Editor: Deddy Mulyana). Bandung: PT Manajemen (Studi Kasus pada DetEksi
Remaja Rosdakarya. Jawa Pos). Jurnal Media Commonline.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Volume 2. Nomor 1.
Indonesia Nomor 234 tentang Direktorat Pelaksanaan Anggaran. (2015).
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Cahaya Spending Review. Diperoleh
Keuangan. (2015). Jakarta: Direktorat dari (http://www.djpbn.kemenkeu.go.id
Pelaksanaan Anggaran Kementerian /portal/id/berita/131-artikel-ulasanopini
Keuangan. /1737-cahaya-spending-review.html).
Rivai, Veithzal. (2008). Kepemimpinan dan Yin, K. Robert. (2014). Studi Kasus Desain
Perilaku Organisasi. Jakarta: Raja dan Metode. Jakarta: Rajawali Pers.
Grafindo Persada.