Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Studi Kasus Penerapan Asas: Swasta Madinatussalam Sei Rotan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 14

Khairuddin & Dewi Jayanti: Studi Kasus Penerapan Asas Kerahasiaan di Madrasah ……………………

STUDI KASUS PENERAPAN ASAS


KERAHASIAAN DI MADRASAH TSANAWIYAH
SWASTA MADINATUSSALAM SEI ROTAN

KHAIRUDDIN*
DEWI JAYANTI**
*Dosen Tetap Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara Medan
**Alumni BKI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara Medan
Jl. Williem Iskandar Pasar V Medan Estate Kec. Percut Sei Tuan – Medan
e-mail: kairuddin@uinsu.ac.id
e-mail: dewijayanti@uinsu.ac.id

Abstract:
The purpose of this study is to find out about How to Understand the Principle of
Confidentiality of BK Teachers, How to Implement the Principle of Confidentiality in Private
Madrasah Tsanawiyah Madinatussalam Sei Rotan, What Factors Support and Inhibit
Implementation of the Principle of Confidentiality in Private Madrasah Tsanawiyah
Madinatussalam Sei Rotan. This research uses qualitative research design with case study
approach. Data collection techniques in this study using observation, interviews, and documents.
Data analysis using Milles and Huberman data analysis model are: data reduction, data
presentation, and conclusion/verification. And check the validity of data in this study using the
criteria of creadibility confidence that is: Longer attachment, diligence observations in research,
and triangulation testing. The findings show that: (1) An understanding of the principle of secrecy
of BK Madrasah Tsanawiyah Madinatussalam Sei Rotan teachers, including: (a) Maintaining
trust and maintaining confidentiality. (b) Commit to ensuring the confidentiality of all the
problems faced by the students. (2) Application of the principle of confidentiality in Madrasat
Madanatussalam Sei Rotan Madrasah, it can be seen that the application of the principle of
confidentiality in madrasas includes: (a) Asking for willingness, (b) Providing direction, (c)
Making approaches, (d) Making agreements, (e) Motivating, (f) Providing solutions. (3) Factors
that support the application of secrecy principles in Madrasah Tsanawiyah Madinatussalam Sei
Rotan, including cooperation between the teachers and students, make arrangements, secret
custody. While the inhibiting factors of application of the principle of secrecy include: (a) Lack of
infrastructure supporting the activities of BK.

Keywords: Secrecy Principle

PENDAHULUAN
Bimbingan konseling merupakan proses pemberian bantuan antara
konselor dengan klien melalui wawancara secara tatap muka yang bertujuan untuk
membantu individu (klien) membuat pilihan-pilihan maupun keputusan untuk
permasalahan yang dihadapinya.

Di dalam bimbingan konseling terdapat guru BK yang berfungsi untuk


memberikan pengarahan, pemahaman, pencegahan, pengentasan kepada siswa

Page | 14 Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling


Vol. 8, No. 2, Edisi Juli-Desember 2018
p-ISSN: 2088-8341

akan setiap permasalahan yang di alami. Begitu pula guru BK dalam


melaksanakan setiap kegiatan dan ketika melayani siswanya (klien), pasti
memiliki cara dan proses tersendiri untuk menerapkan bimbingannya terhadap
siswa.

Guru BK merupakan seseorang yang memiliki kewajiban membantu siswa


atau peserta didik yang mengalami kesulitan, baik berkenaan dengan proses
belajar yang dialaminya maupun kesulitan-kesulitan pribadi yang berpengaruh
langsung atau tidak terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa tersebut.

Guru BK sebagai pembimbing yang profesional dengan tugas utama


melayani semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, kehidupan
ekonomi, membimbing, mengarahkan, dan memperhatikan adanya perbedaan
individu dalam memberikan layanan kepada siswa. Guru BK juga merupakan
orang yang membantu kepala sekolah dan stafnya dalam mewujudkan
kesejahteraan sekolah.

Dalam bimbingan konseling memiliki asas kerahasiaan, dan asas


kerahasiaan itu digunakan ketika seorang siswa atau klien yang mempunyai
masalah dan seorang guru BK harus dapat merahasiakannya. Seorang guru BK
bertanggung jawab menjaga kerahasiaan atas informasi yang ia dapat dari klien
atau siswanya, untuk menjaga kepercayaan dari siswa atau klien tersebut. Akan
tetapi kerahasiaan tersebut mempunyai batas-batasan yang harus dipertimbangkan
antara kepentingan dari sekolah atau lembaga pendidikan dan kepentingan dari
siswa itu sendiri.

Asas kerahasiaan merupakan segala data maupun informasi yang di dapat


dari siswa atau klien wajib dijaga kerahasiaanya untuk menjaga kepercayaan dari
siswanya. Dalam islam juga sangat dilarang apabila seseorang menceritakan aib
atau keburukan orang lain, oleh karena itu asas kerahasiaan amat sangat di jaga
oleh seorang guru bk, sehingga pengentasan masalahnya juga akan berjalan lebih
mudah karena sudah mendapatkan kepercayaan dari siswanya dengan demikian
siswa (klien) tersebut tebuka akan masalah-masalah yang dihadapinya.

Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling Page | 15


Vol. 8, No. 2, Edisi Juli-Desember 2018
Khairuddin & Dewi Jayanti: Studi Kasus Penerapan Asas Kerahasiaan di Madrasah ……………………

Adapun tujuan dari menjaga asas kerahasian bagi seorang guru BK ialah
mempermudah guru BK mendapatkan kepercayaan dari kliennya, dapat menjaga
aib atau keburukan orang lain sehingga menjadi ladang pahala bagi seorang guru
BK.

Siswa yang ingin berkonsultasi kepada guru BK dapat dipengaruhi oleh


cara dari guru itu sendiri dalam memberikan layanan dan menjaga kerahasiaan
masalah siswanya, semakin baik cara yang digunakan dalam menjaga kerahasiaan
terhadap siswanya tersebut maka semakin berhasil pula guru tersebut dalam
membimbing. Namun sebaliknya jika dalam pelaksanaanya tidak mempunyai cara
dalam memberikan layanan dan menjaga kerahasiaan masalah siswanya maka
semakin sulit dalam pencapaian tujuan dari masalah tersebut.

Namun kenyataan yang terjadi berdasarkan hasil pengamatan awal yang


dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Madinatussalam Sei Rotan proses penerapan
asas kerahasiaan itu tidak terjadi sehingga membuat tujuan dari proses konseling
tersebut tidak tercapai. Hal ini dapat dilihat dari beberapa gejala-gelaja yang
diakibatkan tidak terjagana asas kerahasiaan tersebut, di antaranya siswa memiliki
masalah akan tetapi takut untuk mengutarakanya dan terdapat siswa yang
menganggap guru bk itu kurang dapat dipercaya karena tidak bisa menjaga
kerahasiaan dari masalah siswanya.

Sehubungan dengan permasalahan diatas tersebut maka penulis tertarik


ingin mengetahui lebih lanjut dengan melakukan penelitian ilmiah yang berjudul”
Studi Kasus Penerapan Asas Kerahasiaan di Sekolah Madrasah Tsanawiyah
Madinatussalam Sei Rotan”. akan setiap permasalahan yang di alami. Begitu pula
guru BK dalam melaksanakan setiap kegiatan dan ketika melayani siswanya
(klien), guru BK memiliki cara dan proses tersendiri untuk menerapkan
bimbingannya terhadap siswa.

Guru BK merupakan seseorang yang memiliki kewajiban membantu siswa


atau peserta didik yang mengalami kesulitan, baik berkenaan dengan proses
belajar yang dialaminya maupun kesulitan-kesulitan pribadi yang berpengaruh
langsung atau tidak terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa tersebut.
Page | 16 Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling
Vol. 8, No. 2, Edisi Juli-Desember 2018
p-ISSN: 2088-8341

Guru BK sebagai pembimbing yang profesional dengan tugas utama


melayani semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, kehidupan
ekonomi, membimbing, mengarahkan, dan memperhatikan adanya perbedaan
individu dalam memberikan layanan kepada siswa. Guru BK juga merupakan
orang yang membantu kepala sekolah dan stafnya dalam mewujudkan
kesejahteraan sekolah.

Bimbingan dan konseling merupakan ilmu dan profesi yang di dalam


pelaksanaannya terdapat berbagai macam asas, yaitu asas kerahasiaan,
kesukarelaan, keterbukaan, kekinian, kemandirian, kegiatan, kedinamisan,
keterpaduan, kenormatifan, keahlian, alih tangan, dan tut wuri handayani. Akan
tetapi disini saya hanya membahas atau menyinggung tentang asas kerahasiaan
saja, dikarenakan judul yang saya teliti mengenai asas kerahasiaan.

Asas kerahasiaan itu digunakan ketika seorang siswa atau klien yang
mempunyai masalah dan seorang guru BK harus dapat merahasiakannya. Seorang
guru BK bertanggung jawab menjaga kerahasiaan atas informasi yang ia dapat
dari klien atau siswanya, untuk menjaga kepercayaan dari siswa atau klien
tersebut. Akan tetapi kerahasiaan tersebut mempunyai batas-batasan yang harus
dipertimbangkan antara kepentingan dari sekolah atau lembaga pendidikan dan
kepentingan dari siswa itu sendiri.

Adapun tujuan dari menjaga asas kerahasian bagi seorang guru BK ialah
mempermudah guru BK mendapatkan kepercayaan dari kliennya, dapat menjaga
aib atau keburukan orang lain sehingga menjadi ladang pahala bagi seorang guru
BK.

Dalam pemberian layanan konseling individu harus terdapat timbal balik


antara pemberi informasi dan penerima informasi dengan demikian
mempermudah jalan dari pengentasan masalah tersebut, dengan tetap menjaga
segala data dan informasi yang di dapat dari narasumbermaka dapat
mempermudah klien tersebut yakin dan dapat terbuka, akan tetapi jika seorang
guru bk tidak dapat menjaga kerahasiaan atas informasi maupun data yang di
dapat, maka seorang klien juga tidak akan yakin untuk menceritkan atas
Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling Page | 17
Vol. 8, No. 2, Edisi Juli-Desember 2018
Khairuddin & Dewi Jayanti: Studi Kasus Penerapan Asas Kerahasiaan di Madrasah ……………………

permasalah yang ia hadapi. Karena untuk menjadi seorang guru BK yang di


senangi dan dihargai banyak siswa, seorang guru BK harus memiliki sifat
kepribadian (akhlakul-karimah) yang baik seperti: Siddiq (mencintai dan
membenarkan kebenaran), amanah (dapat dipercaya/ benar-benar bisa dipercaya),
tabliqh (dapat menyampaikan apa yang layak disampaikan), fathonah (cerdas atu
mempunyai ilmu pengetahuan), mukhlis (ikhlas dalam menjalankan tugas), sabar
(tabah, tidak mudah putus asa, tidak mudah marah dan mau mendengar keluh
kesah siswa dengan penuh perhatian), rendah hati, adil dan mampu
mengendalikan diri dan menjaga kehormatan diri.

Siswa yang ingin berkonsultasi kepada guru BK dapat dipengaruhi oleh


cara dari guru itu sendiri dalam memberikan layanan dan menjaga kerahasiaan
masalah siswanya, semakin baik cara yang digunakan dalam menjaga kerahasiaan
terhadap siswanya tersebut maka semakin berhasil pula guru tersebut dalam
membimbing. Namun sebaliknya jika dalam pelaksanaanya tidak mempunyai cara
dalam memberikan layanan dan menjaga kerahasiaan masalah siswanya maka
semakin sulit dalam pencapaian tujuan dari masalah tersebut.

Namun kenyataan yang terjadi berdasarkan hasil pengamatan awal yang


dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Madinatussalam Sei Rotan proses penerapan
asas kerahasiaan itu tidak terjadi sehingga membuat tujuan dari proses konseling
tersebut tidak tercapai. Hal ini dapat dilihat dari beberapa gejala-gelaja yang
diakibatkan tidak terjagana asas kerahasiaan tersebut, di antaranya siswa memiliki
masalah akan tetapi takut untuk mengutarakanya dan terdapat siswa yang
menganggap guru bk itu kurang dapat dipercaya karena tidak bisa menjaga
kerahasiaan dari masalah siswanya.

Sehubungan dengan permasalahan diatas tersebut maka penulis tertarik


ingin mengetahui lebih lanjut dengan melakukan penelitian ilmiah yang berjudul”
Studi Kasus Penerapan Asas Kerahasiaan di Sekolah Madrasah Tsanawiyah
Madinatussalam Sei Rotan”.

Page | 18 Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling


Vol. 8, No. 2, Edisi Juli-Desember 2018
p-ISSN: 2088-8341

METODOLOGI
Adapun desain penelitian yang digunakan peneliti ialah dengan
menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus,
karena penelitiaan ini berjalan mengikuti permasalahan yang terjadi.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menceritakan tentang cerita,


perilaku, fungsi organisasi, hubungan sosial atau hubungan timbal baik seorang
individu. Penelitian kasus termasuk pada penelitian kualitatif. Sedangkan Bogdan
dan Taylor mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
prosedurnya dapat menghasilkan data tertulis ataupun kata-kata yang dapat
diamati.

HASIL
Pemahaman tentang asas kerahasiaan guru bimbingan konseling yang
dimaksud disini merupakan seberapa jauh yang diketahui oleh guru bimbingan
konseling tentang asas kerahasian dalam bimbingan konseling.

Berdasarkan hasil wawanara yang kepada guru bimbingan konseling di


MTs. Swasta Madinatussalam diperoleh data wawancara pada hari Jum’at, 10 Mei
2018 tepatnya pada jam 11.30 WIB di ruang kantor, sebagai berikut:

“Menurut saya asas kerahasiaan itu kita menjamin apapun yang


disampaikan klien disini itu terjaga kerahasiaannya, berarti kita
mempunyai komitmen yang harus kita lakukan dari guru bimbingan
konseling terhadap siswanya. Jadikalau itunya sudah terbagun, asas
kerahasiaannya sudah terjalin maka siswanya juga akan percaya kepada
kita”.

Berdasarkan tutur kata yang diucapkan oleh beliau maka dapat diperkuat
dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada saat berada di
lapangan tepatnya di lingkungan madrasah, pada hari kamis 15 Maret dan hari
senin 9 April 2018, sebagai berikut:

“Pada saat selesai melakukan proses konseling, guru bimbingan konseling


selalu memperhatikan siswa yang bermasalah tersebut, guru bimbingan
konseling tersebut begitu tenang dan tetap menjaga rahasia siswa yang
bermasalah. Terlihat seorang guru menanyakan masalah siswa yang selesai

Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling Page | 19


Vol. 8, No. 2, Edisi Juli-Desember 2018
Khairuddin & Dewi Jayanti: Studi Kasus Penerapan Asas Kerahasiaan di Madrasah ……………………

dibimbing, reaksi guru bimbingan konseling sangat tenang dan


mengatakan hanya permasalahan kecil, tidak ada apa-apa”.

Berdasarkan hal tersebut dari wawancara serta observasi diatas, maka


dapat diperkuat lagi oleh data wawancara yang dilakukan peneliti terhadap siswa
di MTs.Swasta Madinatussalam padahari Selasa 08 Mei 2018 tepatnya pada pukul
08.30–09.00 wibdan pada hari Senin 21 Mei 2018 pada pukul 10.50 wib tepatnya
di mushollah yaitu sebagai berikut:

“Menurut saya buk Cici itu mampu menjaga rahasia karena biasanya kami
atau para siswa tau masalah siswa lainnya dari teman yang pernah masuk
ke kantor pada saat buk cici melakukan konseling atau tau dari guru yang
mengingatkan kami untuk jangan pernah melakukan kesalahan jagan
sampai dipanggil seperti teman kalian yang lain (Isra Aditiya). Kalau soal
mampu ya menurut saya mampu karena saya tau masalah teman dari tean
yang lain kak (Sri Laras)”.

Menurut saya buk cici bisa sih jaga rahasia kak, soalnya selain dari teman-
teman yang berkumpul dengan alasan mengerjakan tugas kelompok kemaren itu
gak ada yang tau, paling-paling kawan-kawan yang lainnya Cuma bertanya-tanya
aja kenapa retno dipanggil-panggil aja ke kantor walaupun mereka sedikit curiga
dan berkata ah paling karena ada masalah (Retno Ananda).

Jadi dapat penulis menyampaikan dari berbagai keterangan diatas bahwa


pemahaman guru bimbingan konseling di MTs. Swasta Madinatussalam tentang
asas kerahasiaan berkomitmen untuk menjamin kerahasiaan dari segala
permasalahan yang dihadapi oleh para siswanya.

Penerapan asas kerahasiaan yang dimaksud disini merupakan bagaimana


cara guru bimbingan konseling menerapkan asas kerahasiaan dalam proses
konseling, hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh peneliti melalui proses
wawancara terhadap guru bimbingan konseling pada hari Jum’at, 10 Mei 2018
tepatnya pada pukul 11.30 wib di ruang kantor yaitu:

“Mula-mula kita jelaskan dulu kepada para siswa apa itu asas kerahasiaan
sehingga mereka dapat terbuka dan mau bercerita kepada kita. Ya
contohnya saja jika anak tersebut bercerita kepada saya dan setelah ia
selesai bercerita ia bilang ke saya jangan kasih tau papa ya buk, dan kita
pasti harus menjaga kerahasiaan tersebut, akan tetapi menurut pengamatan

Page | 20 Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling


Vol. 8, No. 2, Edisi Juli-Desember 2018
p-ISSN: 2088-8341

kita perlu orang lain mengetahuinya ya seperti orang tuanya/ wali


kelasnya, secara tidak langsung kita tidak melanggar sih sebenarnya
karena demi kebaikan si anak juga, namun ketika kita sudah cerita dengan
orang lain, kita juga harus membuat komitmen , misalnya kita bicara pada
wali kelas ya sudah cukup sampai wali kelas aja, untuk guru-guru lain
teman-teman sejawat yang lain tidak diperkenankan untuk mengetahui”.

Berikut ini adalah hasil dari observasi yang dilakukan oleh peneliti
terhadap cara guru bimbingan konseling dalam menerapkan asas kerahasiaan pada
proses konseling,pada hari Kamis 15 Maret 2018sebagai berikut:

“Sebelum melakukan proses konseling terlihat guru bimbingan konseling


melakukan proses pendekatan dan penjajakan, menanyakan kabar siswa
dan keluarga, menanyakan apakah sudah makan atau belum, menanyakan
tentang apakah mengetahui alasan dipanggil menjumpai guru bimbingan
konseling, lalu guru bimbingan konseling bertanya lagi kepada siswa
apakah kamu mengetahui apa yang dimaksud dengan asas kerahasiaan,
lalu guru bimbingan konseling menjelaskan apa itu asas kerahasiaan dan
mengucapkan janji kerahasiaan kepada siswa tersebut lalu terjalinlah
kepercayaan siswa dan orang tua siswa terhadap guru bimbingan konseling
sehingga proses konseling berjalan sesuai dengan yang di harapkan. Lalu
terdengar oleh peneliti siswa tersebut menanyakan apa yang harus saya
lakukan, guru bimbingan konseling pun memberi masukan dan siswa
tersebut meminta nasehat dari guru bimbingan konseling dan guru
bimbingan konseling pun menasehati siswa tersebut. Pada saat selesai
melakukan proses konseling, guru bimbingan konseling selalu
memperhatikan siswa yang bermasalah tersebut, guru bimbingan konseling
tersebut begitu tenang dan tetap menjaga rahasia siswa yang bermasalah.
Terlihat seorang guru menanyakan masalah siswa yang selesai dibimbing,
reaksi guru bimbingan konseling sangat tenang dan mengatakan hanya
permasalahan kecil, tidak ada apa-apa”.
Jadi penulis dapat menyampaikan dari berbagi keterangan diatas bahwa
penerapan asas kerahasiaan di MTs.Swasta Madinatussalam sesuai dengan
alurnya proses konseling, yang di lakukan pada saat melakukan konseling
individual.

Faktor pendukung penerapan asas kerahasiaan meruapakan dorongan atau


kerja sama antara pihak madrasah, wali kelas maupun wali murid atau orang-
orang yang bersangkutan dalam masalah siswa dapat membantu merahasiakan
segala data maupun keterangan atas masalah sehingga selain dari cakupan
permasalahan siswa tidak berhak mengetahui masalah masalah dari para siswa di

Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling Page | 21


Vol. 8, No. 2, Edisi Juli-Desember 2018
Khairuddin & Dewi Jayanti: Studi Kasus Penerapan Asas Kerahasiaan di Madrasah ……………………

MTs.Swasta Madinatussalam tersebut. Adapun faktor penghambat penerapan asas


kerahasiaan yang dimaksud merupakan masalah-masalah yang menyebabkan
proses penerapan asas kerahasiaan di MTs. Swasta Madinatussalam tidak sesuai
seperti yang di harapkan sehingga kadang terjadinya pelanggaran-pelanggaran
yang dilakukan oleh guru BK secara tidak disengaja.
Hal ini dapat dilihat dari data yang peneliti dapat melalui hasil wawancara
kepada guru bimbingan konseling pada hari Jum’at, 10 Mei 2018 tepatnya pada
pukul 11.30 wib yaitu sebagai berikut:
“Faktor pendukung keberhasilan dalam penerapan asas kerahasiaan seperti
adanya kerja sama antara guru bk dengan wali murid maupun pihak
sekolah dalam penuntasan setiap masalah, dan sebelum bekerja sama kami
sudah mempunyai komitmen untuk tetap menjaga setiap data maupun
informasi dari kliennya, sehingga aib klien tetap terjaga”.

Adapun faktor penghambat ketika melakukan proses konseling ya tidak


adanya ruang bk makannya jarang sekali ketika saya melakukan proses konseling
individual itu cuma antara saya dengan si klien akan tetapi ada guru lain, tidak
jarang juga saya ajak si klien kesuatu tempat, ya namanya juga kerahasiaan itu
hanya antara saya dengan klien, akan tetapi ketika kebetulan terdengar oleh orang
lain termasuk kegagalan dalam menjaga asas kerahasiaan si klien.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 10 Maret 2018bahwasanya
faktor penghambat dari penerapan asas kerahasiaan itu yaitu sebagai berikut:
Dikarenakan beberapa bulan yang lalu sudah diberikan ruangan ksusus
untuk guru bk dan lokasinya di dekat kantor yayasan, dikarenakan jarak antara
MTs dengan ruang tersebut lumayan jauh jadi tidak bisa di kondisikan maka
ruang tersebut sekarang digunakan untuk hal yang lain, hal ini dapat
memungkinkan asas kerahasiaan dalam proses konseling tidak terlaksana. Tidak
adanya lagi ruang bk maka penerapan asas kerahasiaan pun terhambat.
Pernyataan diatas di perkuat oleh data yang peneliti dapat dari hasil
wawancara kepala madrasah yaitu Buk Nety Herawati S.Pd.I pada hari Selasa 08
Mei 2018, tepatnya pada pukul 10.50 wibsebagai berikut:
“Sarana dan prasarana BK di madrasah menurut saya seperti buku laporan,
buku aum, rencana pemberian layanan, program kerja dan harus ada
laporan tentang masalah siswa (buku dosa). Kalau untuk ruangan BK dulu
Page | 22 Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling
Vol. 8, No. 2, Edisi Juli-Desember 2018
p-ISSN: 2088-8341

pernah kami buat ya ruang khusus BK, akan tetapi dikarenakan terlalu jauh
da tidk efektif dan juga disini masih kekurangan tenag pendidik maka
ruang BK tidak ada lagi dan kami juga memakai guru BK sebagai tenaga
pendidik maka ruang untuk guru BK sekarang sama dengan guru yang
lainnya di kantor”.

Dapat disimpulkan dari pernyataan-pernyataan diatas bahwa faktor


pendukung penerapan asas kerahasiaan yaitu adanya kerja sama antara pihak guru
BK dengan pihak sekolah dan juga pada wali murid, adapun penghambat
penerapan asas kerahasiaan dikarenakan tidak adanya ruang khusus untuk guru
BK pada saat melakukan proses konseling, sehingga penerapan asas kerahasiaan
dan proses konseling terhmbat.

PEMBAHASAN
Berdasarkan data dari para informan sebelumnya, pemahaman asas
kerahasiaan guru bimbingan konseling di Madrasah Tsanawiyah Madinatussalam
Sei Rotan guru BK berkomitmen untuk menjaga segala data maupun keterangan
yang disampaikan oleh para siswa yang bermasalah, sehingga guru BK
mendapatkan kepercayaan dari siswa dapat terbuka dan sukarela dalam
melakukan proses konseling tersebut.

Menurut Prayitno dan Erman Amti asas kerahasiaan merupakan asas


kunci dari bimbingan dan konseling, jika asas kerahasiaan tersebut benar- benar
dapat dilaksanakan, pembimbing akan mendapatkan kepercayaan dari seluruh
pihak; terutama kliennya, sehingga jasa dari bimbingan konseling akan digunakan
sebaik-baik mungkin. Pabila pembimbing tidak mampu menjaga kerahasiaan
dengan baik, maka kepercayaan klienpun akan hilang, dan akan mengakibatkan
dampak yang buruk, jasa dari pelayanan BK tidak mendapatkan tempat dihati
klien maupun calon-calon klien, dikarenakan mereka takut akan semua rahasianya
diketahui orang lain dan menjadi buah bibir bagi orang lain. Dari pandangan di
atas dapat diketahui bahwa seorang guru BK harus dapat menjaga kepercayaan
dan menjaga kerahasiaan, berkomitmen untuk menjamin kerahasiaan dari segala
permasalahan yang dihadapi oleh para siswanya. Selain itu guru BK juga harus
dapat memahami tentang asas kerahasiaan, dan dapat menjalankannya
Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling Page | 23
Vol. 8, No. 2, Edisi Juli-Desember 2018
Khairuddin & Dewi Jayanti: Studi Kasus Penerapan Asas Kerahasiaan di Madrasah ……………………

dikarenakan dengan adanya kerahasiaan tersebut membuat para klien tersentuh


hatinya atau jati dirinya dan pelayanan dari bimbingan konseling dapat lebih
berkembang, sehingga membuat proses konseling terlaksana dan mendapatkan
hasil yang maksimal.

Selanjutnya mengenai penerapan asas kerahasiaan berdasarkan data yang


ditemukan oleh peneliti dilapangan bahwa sebelum menerapkan asas kerahasiaan
haruslah kita jelaskan terlebih dulu kepada para siswa pengertian dari kerahasiaan
dan bagaimana penerapannya, mengucapkan janji kerahasiaan dan ketika kita
memerlukan adanya bantuan atau kerjasama dengan orang lain maka kita harus
berkomitmen pada orang tersebut untuk bercerita hanya sampai padanya dan tidak
ada yang tau selain dia.

Khadijah mendefinisikan penerapan merupakan kemampuan untuk


menggunakan materi yang telah dipelajari dan dipahami kedalam situasi konkrit,
nyata atau baru. Kemampuan ini mencakup penggunaan pengetahuan, aturan,
rumus, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Kemampuan dalam penerapan ini
memiliki tinggkat yang lebih tinggi dari pada pemahaman. Kata kunci meliputi
aplikasikan, ubah, hitung, kembangkan, tunjukkan, temukan, manipulasi,
modifikasi, operasikan, prediksi, menyiapkan, memproduksi, mengaitkan,
menunjukkan, memecahkan, menggunakan.

Dari pandangan diatas dapat di ketahui bahwa penerapan asas kerahasiaan


merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru bimbingan konseling
atau konselor dalam menerapkan asas kerahasiaan dalam situasi yang jelas dan
nyata penerapannya walaupun situasi yang terjadi dilapangan membuat penerapan
tersebut terhambat, akan tetapi guru bimbingan konseling tetap bisa menerapkan
asas kerahasiaan tersebut.

Hal tersebut diperkuat oleh Saiful Akhyar yang berpendapat bahwa


menurut konseli masalah merupakan aib dan dapat menjadi penghambat
pemanfaatan layanan konseling kerahasiaan tersebut tidak terjamin. Justru itulah
Dewa Ketut Sukardi menekankan bahwa konseling itu harus diselenggarakan
dalam keadaan pribadi dan hasilnya dirahasiakan.
Page | 24 Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling
Vol. 8, No. 2, Edisi Juli-Desember 2018
p-ISSN: 2088-8341

Dari pandangan di atas dapat disampaikan oleh penulis bahwa penerapan


asas kerahasiaan meliputi: menanyakan kesediaan, memberikan arahan,
melakukan pendekatan, melakukan perjanjian, memotivasi, pemberian solusi. Dan
dalam pandangan Islam juga masalah merupakan sebuah aib dari seseorang yang
harus dijaga kerahasiaanya, maka penyelenggaraan dari konseling juga harus
bersifat pribadi agar hasil dari proses konseling juga dapat dirahasiakan.

Menurut Monro dalam buku Namora Lumonga menyatakan bahwa, dalam


menjaga kerahasiaan klien seorang konselor harus memperhatikan hal-hal berikut;
1) Konselor perlu menyampaikan kedudukan klien dalam hubungannya dengan
kerahasian. Misalnya, klien mengetahui bahwa pada beberapa pembicaraan
tertentu, konselor akan melibatkan staf yang ada ditempat konselor bekerja; 2)
Meminta izin klien ketika konselor memerlukan keterangan dari pihak
keluarganya atau pihak yang lain; 3) Apabila klien meminta agar informasi
dirahasiakan, maka konselor harus menghargai permintaan tersebut; 4) Apabila
kerahasiaan tidak dapat dijamin karena adanya tuntutan hukum atau pertimbangan
lain, maka konselor harus memberitahukannya kepada klien; 5) Catatan hasil
wawancara diusahakan sedikit mungkin. Dan setelah tidak diperlukan hendaknya
konselor memusnahkannya; 6) Menciptakan suasana yang menjamin kerahasiaan
informasi klien; 7) Kerahasiaan harus dihargai karena merupakan bagian dari
kode etik profesional.

Hal ini sangat penting diterapkan dalam proses konseling sehingga


masalah klien dapat terjaga dan terpelihara dan hasil dari proses konseling tetap
dijaga kerahasiaannya oleh guru BK.

Adapun aspek kerahasiaan ini telah tertuang dengan jelas pada “Rumusan
Kode Edik Konselor Indonesia”. Adapun salah satu poin tersebut berbunyi.
“Adalah kewajiban konselor untuk memegang rahasia klien. Kewajiban ini tetap
berlaku , walaupun dia tidak lagi menangani klien atau tidak lagi berdinas sebagai
konselor”. Oleh karena itu, konselor tetap harus menjaga kerahasiaan informasi
klien.

Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling Page | 25


Vol. 8, No. 2, Edisi Juli-Desember 2018
Khairuddin & Dewi Jayanti: Studi Kasus Penerapan Asas Kerahasiaan di Madrasah ……………………

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sangat pentingnya untuk


seorang konselor agar dapat menjaga kerahasiaan dari setiap masalah kliennya,
sehingga membuat klien tersebut merasa nyaman, percaya dan dapat secara
terbuka kepada konselor dalam setiap permasalahan yang di alami.

Adapun mengenai faktor pengahambat dan pendukung implementasi asas


kerahasiaan adalah bahwa faktor pendukung merupakan segala sesuatu yang
mendukung penerapan kerahasiaan di Madrasah Tsanawiyah Madinatussalam Sei
Rotan, sedangkan faktor penghambat merupakan gejala yang sering terjadi di
dalam lembaga pendidikandalam penegakkan asas kerahasiaan tidak akan terlepas
dengan hambatan-hambatan yang akan terjadi dalam pencapaian tujuannya.

Purbatua Manurung berpendapat bahwa prasarana dalam bimbingan


konseling terdapat dua kebutuhan yaitu kebutuhan primer dan sekunder.
Kebutuhan primer berupa ruang perlengkapan/dokumentasi yang berfungsi
sebagai tempat menyimpan data atau informasi yang digunakan dalam pemberian
layanan BK. Sedangkan kebutuhan sekunder berupa ruang kerja pembimbing,
ruang konseling, ruang tamu, ruang bimbingan kelompok.

Dapat disimpulkan bahwa ruang konseling merupakan ruang yang amat


penting dalam proses penyelenggaraan konseling, dengan kurangnya prasarana
bimbingan konseling penerapan asas kerahasiaan dapat terhambat dan pencapaian
tujuan dari proses konseling pun tidak tercapai dengan sempurna.

PENUTUP
Berdasarkan data yang didapat dan telah dijelaskan pada bab sebelumnya
tentang, Studi Kasus Penerapan Asas Kerahasiaan di Madrasah Tsanawiyah
Swasta Madinatussalam Sei Rotan maka penulis dapat memaparkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:

Pemahaman tentang asas kerahasiaan guru BK Madrasah Tsanawiyah


Madinatussalam Sei Rotan, dapat diketahui bahwasannya Pemahaman tersebut
mencakup: menjaga kepercayaan dan menjaga kerahasiaan. berkomitmen untuk

Page | 26 Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling


Vol. 8, No. 2, Edisi Juli-Desember 2018
p-ISSN: 2088-8341

menjamin kerahasiaan dari segala permasalahan yang dihadapi oleh para


siswanya.

Penerapan asas kerahasiaan di Madrasah Tsanawiyah Madinatussalam Sei


Rotan, dapat diketahui bahwa penerapan asas kerahasiaan di madrasah
mencakup: menanyakan kesediaan, memberikan arahan, melakukan pendekatan,
melakukan perjanjian, memotivasi, pemberian solusi.

Dapat diketahui bahwa faktor yang mendukung penerapan asas


kerahasiaan di Madrasah Tsanawiyah Madinatussalam Sei Rotan, meliputi
kerjasama antara pihak guru dan siswa, melakukan perjanjian, penjagaan rahasia.
Sedangkan faktor penghambat penerapan asas kerahasiaan meliputi: kurangnya
prasarana yang mendukung kegiatan bk.

DAFTAR RUJUKAN
Akhyar, Saiful. 2017. Konseling Islami dalam Komunitas Pesantren. Medan:
Perdana Publishing.
Khadijah. 2016. Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini. Medan: Perdana
Publishing.
Lumogga, Namora. 2014. Memahami Dasar-dasar Konseling dalam Teori dan
Praktik, Jakarta: Prenadamedia Group.
Manurung, Purbatua. 2016. Media Pembelajaran dan Pelayanan BK. Medan:
Perdana Publishing.
Prayitno &Amti Erman. 2013. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:
Rineka Cipta.

Al-Irsyad: Jurnal Pendidikan dan Konseling Page | 27


Vol. 8, No. 2, Edisi Juli-Desember 2018

You might also like