Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Efektifitas Pemanfaatan Labu Siam (Sechium Edule) Dengan Metode Rebus, Kukus Dan Goreng Terhadap Peningkatan Produksi Asi

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Mustika Hana Harahap, Tengku Hartian SN, Ria Andina

EFEKTIFITAS PEMANFAATAN LABU SIAM (SECHIUM EDULE)


DENGAN METODE REBUS, KUKUS DAN GORENG TERHADAP
PENINGKATAN PRODUKSI ASI

Mustika Hana Harahap1*, Tengku Hartian SN2, Ria Andina3

1,2,3Program Studi D III Kebidanan STIKes Payung Negeri Pekanbaru Riau


*Korespondensi email : harahapmustikahana@gmail.com

ABSTRACT THE EFFECTIVENESS OF THE UTILIZATION OF SIAM SIAM (SECHIUM EDULE) WITH THE
METHODS OF BOILED, STEAM AND FRIED AGAIN IMPROVEMENT OF BREAST MILK PRODUCTION

Background Improving nutrition in a good baby is by giving first food of good quality and optimal, namely
by giving initial breastfeeding (colostrum) and continued with exclusive breastfeeding. Breast milk is rich in
antibodies which have an effect on reducing the risk of death. In order for mothers to be successful in giving
breastfeeding exclusively, they must receive additional food to increase the quality and volume of breast milk they
have. The way that mothers can do is by consuming chayote vegetables either by steaming, boiling and frying.
Purpose of this study was to determine the effectiveness of the use of chayote (sechium edule) in
increasing breast milk production.
Methods this study used a quasi-experimental method with a three-group pretest-posttest design. The
research was conducted in the working area of the Puskesmas Tambang in February - September 2020. The
population in this study were all breastfeeding mothers from 0-6 months, totaling 34 people. The sample size in
this study was 10 people for each giving of chayote, so the total sample was 30 people. The analysis used in this
research is univariate analysis and bivariate analysis.
Results obtained statistically the median of the mothers who were the samples in this study were 24 years
old, education was high school level, and the number of parity amounted to 2 people. Respondents who were
given chayote with boiled method had an average increase in breast milk of 79.20, Respondents who were given
chayote with the steamed method had an average increase in breast milk of 91.20 and fried methods had an
average increase of breastmilk by 71.50. From the table, it can be seen that the test results show that the variants
of the three groups are the same (s2 = 0.83), so the Anova test is valid for testing the effectiveness of this
chayote. There is a difference in the increase in milk production of the three groups giving chayote, the value of P
(P-value) = 0.02 <0.05 is obtained.
Conclusion of this study is that there is a significant difference in the increase in breast milk production by
giving chayote (boiled, steamed). , and fry).
Suggestion It is expected that mothers who breastfeed their babies to consume chayote regularly
because it has many benefits and increases milk production. Chayote is a type of plant and vegetable that is easy
to get, cheap and affordable, chayote can also be enjoyed by steaming, boiling and frying.

Keywords: ASI, Chayote, Steaming Method, Boiling Method, Fried Method

ABSTRAK

Latar Belakang peningkatan gizi pada bayi yang baik adalah dengan pemberian makanan pertama yang
berkualitas dan optimal yaitu dengan pemberian ASI awal (kolostrum) dan dilanjutkan ASI eksklusif. ASI kaya
antibodi yang mempunyai efek terhadap penurunan risiko kematian. Agar ibu berhasil dalam memberikan ASI
secara eksklusif, maka ibu harus mendapat tambahan makanan untuk meningkatkan kualitas dan jumlah volume
ASI yang dimilikinya. Adapun cara yang dapat dilakukan ibu adalah dengan cara mengkonsumsi sayuran labu
siam baik dengan cara kukus, rebus dan goreng.
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui efektifitas pemanfaatan labu siam (sechium edule)
terhadap peningkatan produksi ASI.
Metode quasi eksperimen dengan rancangan three group pretest postest design. Penelitian dilaksanakan
di Wilayah kerja puskesmas Tambang bulan Februari – September Tahun 2020. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua ibu menyusui ASI dari umur 0-6 bulan yang berjumlah 34 orang. Besar sampel dalam penelitian ini

168 DOI 10.33024, http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan


JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati),Vol 7,No.2.April 2021,
ISSN (Print) 2476-8944 ISSN (Online) 2579-762X, Hal 168-176

adalah sebanyak 10 orang untuk tiap-tiap pemberian labu siam jadi total sampel adalah 30 orang. Analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat.
Hasil penelitian didapatkan secara statistik median ibu yang menjadi sampel pada penelitian ini berusia 24
tahun, pendidikan yaitu tingkat SMA, dan jumlah paritas berjumlah 2 orang. Responden yang diberi labu siam
dengan metode rebus rata-rata peningkatan ASI sebesar 79.20, Responden yang diberi labu siam dengan
metode kukus rata-rata peningkatan ASI sebesar 91.20 dan metode goreng rata-rata peningkatan ASI sebesar
71.50. Dari tabel terlihat bahwa hasil uji menunjukkan bahwa varian ketiga kelompok tersebut sama (s2 = 0,83),
sehingga uji Anova valid untuk menguji efektifitas labu siam ini. Ada perbedaan peningkatan produksi ASI dari
ketiga kelompok pemberian labu siam tersebut diperoleh nilai P (P-value) = 0,02 < 0,05,.
Kesimpulan ada perbedaan yang bermakna terhadap penigkatan produksi ASI dengan pemberian labu
siam (rebus, kukus, dan goreng).
Saran diharapkan kepada ibu – ibu yang menyusui bayinya agar mengkonsumsi rutin labu siam karena
memiliki banyak manfaat dan mmapu meningkatkan produksi ASI. Labu siam merupakan jenis tanaman dan
sayuran yang mudah didapat, murah dan terjangkau, labu siam juga dapat dinikmati dengan metode kukus,
rebus dan goreng.

Kata Kunci : ASI, Labu siam, Metode Kukus, Metode Rebus, Metode Goreng

PENDAHULUAN sebesar 80%. Situasi Upaya Kesehatan Cakupan


Air Susu Ibu atau yang sering disingkat pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten/kota tertinggi
dengan ASI merupakan satu-satunya makanan pada tahun 2016 adalah Kabupaten Rokan Hilir
yang terbaik untuk bayi, karena memiliki komposisi sebesar 81,57%, Kota Dumai sebesar 73,97%, dan
gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan Kabupaten Siak sebesar 72,65%, Rokan Hulu
perkembangan bayi (Sugiarti, 2011). Pada waktu 70,43%, Kepulauan Meranti 67,32%, Indragiri Hulu
lahir sampai beberapa bulan setelahnya, bayi belum 59,95 %, Kampar 57,71%, Bengkalis 50,99%,
memiliki sistem pertahanan tubuh yang sempurna, Pekanbaru 50, 67%. Sedangkan cakupan terendah
sehingga dengan pemberian ASI bayi jarang sakit, terdapat di Kabupaten Pelalawan sebesar 9,01%,
dikarenakan ASI memiliki zat-zat kekebalan yang diikuti oleh Kabupaten Kuantan Singingi sebesar
belum dimiliki oleh bayi (Rahmadani, Lubis dan 19,96% dan Kabupaten Indragiri Hilir sebesar
Edison, 2013). 48,68%. Dari 12 Kabupaten/kota di Provinsi Riau,
Menurut World Health Organizazion (WHO) hanya 1 (satu) kabupaten yang telah mencapai
dahulu pemberian ASI Eksklusif berlangsung target program. (DinKes Prov. Riau, 2017)
sampai usia 4 bulan, namun belakangan sangat Cakupan pemberian ASI di kabupaten
dianjurkan agar ASI Eksklusif diberikan sampai Kampar saat ini yaitu persentase bayi yang diberi
anak usia 6 bulan (Firmansyah, 2012). Praktek ASI Eksklusif pada Tahun 2014 adalah 4.641 bayi
pemberian ASI di Negara berkembang telah dari 5.748 bayi. Pada Tahun 2015 persentase
berhasil menyelamatkan sekitar 1,5 juta bayi setiap sebesar 80,30%, Tahun 2016 persentasenya 80,6%
tahun dari kematian dan kesakitan. Sehingga WHO atau sebanyak 9.949 bayi, Tahun 2017
merekomendasikan pemberian ASI Eksklusif persentasenya 26,5% atau sebanyak 8.052 bayi.
selama 6 bulan. Setiap tahunnya lebih dari 25.000 Melihat cakupan ASI di atas terjadi penurunan yang
bayi di Indonesia dan 1,3 juta bayi di dunia dapat drastis dari tahun 2016 hingga 2017. Adapun
diselamatkan dari kematian dengan diberikan ASI cakupan pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten
Eksklusif. Kampar dengan jumlah persentase terendah
Manfaat pemberian ASI esklu sif dalam hal berada di wilayah kerja Puskesmas Bangkinang
menurunkan mortalit as bayi, mordibit as bayi, Kota dengan jumlah 79 bayi (9,91%). Berdasarkan
mengoptimalkan pertumbuhan bayi, membantu data cakupan bulan Desember, pemberian ASI
perkembangan kecedasan anak, dan membantu Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bangkinang
memperpanjang jarak kehamilan bagi ibu (Isnaini & Kota yaitu dengan jumlah persentase tertinggi
Diyanti, 2015). berada di Kelurahan/Desa Bangkinang yaitu 11 bayi
Persentase pemberian ASI eksklusif pada (91,7%), sementara jumlah persentase terendah
bayi 0-6 bulan di Provinsi Riau pada tahun 2016 berada di Kelurahan/Desa Ridan Permai yaitu 12
sebesar 56,2%, lebih rendah dari pada tahun 2015 bayi (50,0%) dan Kelurahan/ Desa Langgini dengan
(68,8%). Sedangkan target cakupan pemberian ASI jumlah persentase (81,8%) (DinKes Kab.Kampar).
Ekslusif di Provinsi Riau pada tahun 2016 yaitu

DOI 10.33024, http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan 169


Mustika Hana Harahap, Tengku Hartian SN, Ria Andina

Tidak terlepas dari permasalahan terkait kuesioner kepada ibu yang menyusui sebanyak 10
pencapaian cakupan ASI diatas, Salah satu upaya orang didapatkan data bahwa hanya 4 orang ibu
agar berlangsungya program ASI eksklusif adalah yang memberikan ASI Eksklusif dan 6 orang ibu
dengan tetap menjaga produksi ASI ibu agar bayi yang tidak memberikan ASI Eksklusif. Alasan ibu
cukup mendapatkan ASI. Produksi ASI dipengaruhi tidak memberikan ASI Eksklusif adalah merasa
oleh beberapa faktor diantaranya yakni perilaku produksi ASI berkurang.
menyusui, psikologis ibu, fisiologis ibu, social Berdasarkan latar belakang yang telah
cultural, nutrisi ibu. selain itu Salah satu faktor yang diuraikan di atas, maka dirumuskan masalah
mempengaruhi produksi ASI adalah fakor makanan sebagai berikut Apakah ada efektifitas pemanfaatan
dimana kebutuhan kalori ibu post partum perhari labu siam (sechium edule) terhadap peningkatan
harus terdiri dari 60-70 % karbohidrat, 20 % protein, produksi ASI?
dan 20 % persen lemak. Kalori ini didapatkan dari Adapun tujuan penelitian ini adadalah Untuk
nutrisi ibu dalam sehari. (Nutrisi Bangsa, 2013). mengetahui efektifitas pemanfaatan labu siam
Agar ibu berhasil dalam memberikan ASI (sechium edule) terhadap peningkatan produksi
secara eksklusif, maka ibu harus mendapat ASI.
tambahan makanan untuk menghindari
pengurangan produksi ASI. Adapun yang harus METODE PENELITIAN
diperhatikan beberapa hal untuk meningkatkan Penelitian ini menggunakan metode quasi
kualitas dan jumlah volume ASI yang dimilikinya eksperimen dengan rancangan three group pretest
dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang dapat postest design. Penelitian ini akan dilaksanakan di
meningkatkan volume ASI. Sayuran yang bisa Wilayah kerja puskesmas Tambang bulan Februari
dikonsumsi sayur katuk, labu siam dan jantung – September Tahun 2020. Populasi dalam
pisang. Selain sayur-sayur tersebut, buah-buahan penelitian ini adalah semua ibu menyusui ASI dari
yang mengandung banyak air akan membantu ibu umur 0-6 bulan yang berjumlah 34 orang. Besar
menghasilkan ASI yang berlimpah, seperti melon, sampel dalam penelitian ini adalah ibu ibu menyusui
semangka, pear, dan banyak lagi buah – buahan ASI dari umur 0-6 bulan yang memenuhi kriteria
(Santoso, U, 2009). inklusi dan ekslusi. Pengambilan besar sampel
Indonesia memiliki kekayaan alam dan menggunakan teknik non probability sampling
potensi yang sangat besar dari nenek moyang. dengan pendekatan purposive sampling yaitu
Sejak dulu, bangsa Indonesia telah mengenal pengambilan sampel yang didasarkan atas
tanaman obat dan memanfaatkan untuk menjaga pertimbangan dan sesuai dengan kriteria yang
kesehatan dan mengobati penyakit. Pemanfaatan dikendaki peneliti (Nursalam, 2013). Besar sampel
tumbuhan obat tersebut diperoleh berdasarkan yaitu sebanyak 10 orang untuk tiap-tiap pemberian
pengalaman empiris dari turun temurun. Salah satu labu siam jadi total sampel adalah 30 orang.
jenis kekayaan alam yang kita miliki adalah labu Analisis dalam penelitian ini ada analisa
siam. univariat dan analisa bivariat. Analisa univariat
Labu siam atau jipang (Sechium edule, dalam penelitian ini mendeskripsikan pengeluaran
bahasa Inggris chayote) adalah tumbuhan suku ASI sebelum dan sesudah pada kelompok
labu-labuan (Cucurbitaceae) yang dapat dimakan pemberian Labu siam rebus, Labu siam kukus,
buah dan pucuk mudanya. Labu siam kaya akan Labu siam goreng, dalam bentuk distribusi
serat, antioksidan, zat besi, mangan, fosdor, seng, frekuensi.
potassium, tembaga, vitamin B1, B2, B6, dan Analisa bivariat dalam penelitian ini adalah
vitamin C. Labu siam juga kaya akan kandungan dengan uji Mann Whitney.
folat yang membantu pembentukan sel dan sintesis
DNA. Selain itu, sayuran ini juga nyatanya HASIL PENELITIAN
mengandung sejumlah kecil antioksidan poliponon, Karakteristik Responden
aglikon, flavonoid yang sangat penting dalam Karakteristik subjek penelitian dapat dilihat
membantu memerangi radikal bebas dan spesies pada tabel 1 dibawah.
oksigen reaktif (SOR) di tubuh yang keduanya Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa
berperan dalam penuaan dan perkembangan secara statistik median ibu yang menjadi sampel
kanker. pada penelitian ini berusia 24 tahun, pendidikan
Dari survey awal yang peneliti lakukan di tingkat SMA, dan jumlah paritas 2.
Kelurahan Langgini wilayah kerja Puskesmas Tabel 2. menunjukkan bahwa responden
Bangkinang Kota pada tanggal 04 Agustus 2019 yang diberi labu siam dengan metode rebus rata-
dengan melakukan wawancara serta pembagian rata peningkatan ASI sebesar 79.20, responden

170 DOI 10.33024, http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan


JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati),Vol 7,No.2.April 2021,
ISSN (Print) 2476-8944 ISSN (Online) 2579-762X, Hal 168-176

yang diberi labu siam dengan metode kukus rata-


rata peningkatan ASI sebesar 91.20 dan metode
goreng rata-rata peningkatan ASI sebesar 71.50.
Tabel 1.
Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik Ibu Nifas (Menyusui) Ρ value


Usia (tahun) 24 ( 18-31 ) 0,61
Pendidikan
SD 2
SMP 5 0,00
SMA 18
PERGURUAN 5
Paritas (orang) 2 (1-3) 0,00

Tabel 2.
Efektifitas Pemberian Labu siam metode Rebus, Kukus, dan Goreng
terhadap peningkatan Produksi ASI

Peningkatan Produksi ASI P Value


Kelompok
R s² N Min – Max
Rebus 79.20 10 52 – 100
Kukus 91.20 0,83 10 58 – 110 0,02
Goreng 71.50 10 48 – 90

Tabel 3.
Peningkatan Produksi ASI setelah dilakukan pemberian
Labu Siam metode Rebus, Kukus, dan Goreng

Descriptives
Peningkatan_ASI
95% Confidence Interval for Mean
N Mean SD Std. Error Min Max
Lower Bound Upper Bound
Rebus 10 79.20 15.047 4.758 68.44 89.96 52 100
Kukus 10 91.20 16.976 5.368 79.06 103.34 58 110
Goreng 10 71.50 14.646 4.631 61.02 81.98 48 90
Total 30 80.63 17.153 3.132 74.23 87.04 48 110

Test of Homogeneity of Variances


Peningkatan_ASI
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.188 2 27 .830

Dari tabel 3 terlihat bahwa hasil uji dengan pemberian labu siam (rebus, kukus, dan
menunjukan bahwa varian ketiga kelompok tersebut goreng).
sama (s2 = 0,83), sehingga uji Anova valid untuk
menguji efektifitas labu siam ini.
Selanjutnya untuk melihat apakah ada PEMBAHASAN
perbedaan peningkatan produksi ASI dari ketiga Karakteristik Subjek Penelitian
kelompok pemberian labu siam tersebut diperoleh Usia Ibu
nilai P (P-value) = 0,02 < 0,05, sehingga Berdasarkan hasil penelitian diketahui
kesimpulan yang didapatkan adalah ada perbedaan bahwa pada kelompok penelitian ini usia ibu yang
yang bermakna terhadap penigkatan produksi ASI termuda 18 tahun dan yang tertua 31 tahun yaitu
masih dalam kategori usia reproduktif dengan nilai p

DOI 10.33024, http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan 171


Mustika Hana Harahap, Tengku Hartian SN, Ria Andina

= 0,61 (tabel 4.1), artinya tidak ada pengaruh usia sudah mulai menurun kesehatan reproduksinya.
ibu terhadap Produksi ASI. Pada ibu yang usianya lebih tua, kemampuan ibu
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang untuk menyusui dan produksi ASI-nya lebih rendah
mengatakan bahwa produksi ASI bagi ibu menyusui dari pada ibu yang usianya lebih muda (Depkes,
yang ideal adalah umur 18- 30 tahun, sedangkan 2019). Usia merupakan salah satu factor yang
umur yang > 30 tahun sangat berpengaruh pada mempengaruhi produksi ASI,ibu ibu yang usia nya
produksi ASI karena produksi ASI semakin lebih muda atau kurang dari 35 tahun akan lebih
menurun. Umur > 35 tahun dianggap sudah mulai banyak memproduksi ASI dibandingkan dengan ibu
menurun kesehatan reproduksinya. Pada ibu yang yang usianya lebih tua(Biancuzo,2000)
usianya lebih tua, kemampuan ibu untuk menyusui Faktor umur tidak mempengaruhi pemberian
dan produksi ASI-nya lebih rendah dari pada ibu ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas
yang usianya lebih muda (Depkes, 2019). Tambang menunjukkan bahwa masih ada faktor
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan lain yang berpengaruh terhadap pemberian ASI
Penelitian Romlah dan Sari (2019) yang Eksklusif.
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara
umur ibu menyusui terhadap produksi ASI, hal ini Pendidikan Ibu
terlihat dari hasil uji statistik Kendall’s tau Berdasarkan hasil penelitian diketahui
didapatkan p-value = 0,00 lebih kecil dari 0,05. Ibu bahwa pada kelompok penelitian ini tingkat
menyusui berumur >35 tahun rata-rata memiliki pendidikan ibu adalah Tamatan SMA 18 orang
produksi ASI cukup berjumlah 34 responden dengan nilai p = 0,00 (tabel 4.1), artinya ada
(41,5%) dibanding Ibu menyusui berumur ≤ 35 pengaruh pendidikan ibu terhadap Produksi ASI.
tahun rata-rata memiliki produksi ASI kurang Penelitian ini berbeda dengan penelitian
berjumlah 23 responden (28,1%) dari 82 Nurliawati (2010) yang mana hasil penelitiannya
responden. menyatakan tidak terdapat hubungan antara tingkat
Pemberian ASI segera setelah melahirkan pendidikan dengan produksi ASI dan nilai p=0,39.
memberikan banyak manfaat bagi ibu dan anak. Menurut Notoatmodjo (2012), semakin tinggi
Jika ASI tidak keluar setelah melahirkan menjadi pendidikan seseorang, juga semakin mudah
salah satu penyebab bagi ibu untuk tidak menerima informasi sehingga makin banyak
mewujudkan pemberian ASI eksklusif (Hadriani and pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan akan
Hadati, 2019). ASI mengandung semua nutrisi yang membentuk pengetahuan terutama tentang tehnik
diperlukan bayi, terutama di awal kehidupannya (Ari menyusui, keterampilan ibu dalam menyusui dan
and Adriani, 2015). Apabila bayi tidak menghisap cara memerah ASI, penyimpanan ASI dan cara
puting susu pada setengah jam setelah persalinan, pemberian ASI perah ke bayi yang kemudian akan
hormon prolaktin dan oksitosin akan turun dan sulit mempengaruhi motivasi ibu dan meningkatkan
merangsang hormon tersebut sehingga ASI baru produksi ASI.
keluar pada hari ketiga atau lebih (Sari, 2017). Pendidikan yang tinggi diharapkan dapat
Kolostrum ini disekresi oleh kelenjar payudara pada meningkatkan kesadaran dan kemampuan ibu
1-3 hari setelah melahirkan. Volume kolostrum dalam mengelola dan mempergunakan waktu,
sekitar 150-300 ml/24 jam.(Yenie and Mugiati, aktivitas atau kesibukan dan sumber yang dimiliki
2017) sebaik mungkin sehingga manajemen ASI yang
Hasil Penelitian ini sejalan dengan Penelitian baik dapat tercapai dan pengeluaran ASI lancar.
Rahmawati dan Prayogi (2017) yang menunjukkan (Hardiani,2017)
tidak ada hubungan antara usia ibu dengan
produksi ASI (p=0,51). Paritas Ibu
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Berdasarkan hasil penelitian diketahui
penelitian Nurliawati (2010) yang menunjukkan bahwa pada kelompok penelitian ini paritas ibu
bahwa tidak ada hubungan antara usia ibu dengan yang terbanyak adalah 2 orang (multipara) dengan
kelancaran produksi ASI. Dari uji statistic nilai p = 0,00 (tabel 4.1), artinya ada pengaruh
didapatkan nilai ((p=0,70). paritas ibu terhadap Produksi ASI.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Hasil penelitian ini berbeda dengan
yang mengatakan bahwa produksi ASI bagi ibu penelitian Hardiani (2017) yang hasilnya tidak ada
menyusui yang ideal adalah umur 18- 30 tahun, hubungan antara status paritas terhadap
sedangkan umur yang > 30 tahun sangat pengeluaran ASI (p=0,517). Dimana pada penelitian
berpengaruh pada produksi ASI karena produksi ini lebih banyak primipara dengan jumlah 22 orang
ASI semakin menurun. Umur > 35 tahun dianggap (73,3%) dan multipara sebanyak 8 orang (26,7%).

172 DOI 10.33024, http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan


JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati),Vol 7,No.2.April 2021,
ISSN (Print) 2476-8944 ISSN (Online) 2579-762X, Hal 168-176

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Menurut Murtiana (2011) peningkatan
Romlah dan Sari (2019) yang menunjukkan ada produksi ASI juga dipengaruhi oleh hormon
hubungan yang bermakna antara paritas ibu oksitosin. Peningkatan hormon oksitosin yang
terhadap produksi ASI, hal ini terlihat dari hasil uji dipengaruhi oleh polifenol pada kandungan labu
statistik didapatkan p-value = 0,001. Dengan hasil siam akan membuat ASI mengalir lebih deras
yaitu Ibu multipara rata-rata memiliki produksi ASI dibandingkan dengan sebelum mengkonsumsi labu
cukup berjumlah 33 responden (40,2%) dibanding siam. Oksitosin merupakan hormon yang berperan
Ibu primipara rata-rata memiliki produksi ASI kurang untuk mendorong sekresi air susu (milk let down).
berjumlah 22 responden (26,8%) dari 82 Factor faktor yang mempengaruhi kuantitas ASI
responden. yang meliputi pengaruh isapan bayi, ketentraman
Penelitian diatas sejalan dengan penelitian jiwa dan pikiran, pengaruh persalinan dan kebijakan
Pranajaya dan Rudiyanti (2013) yang ada di tempat persalinan, penggunaan alat kontrasepsi,
hubungan yang signifikan antara paritas ibu dengan posisi menyusui yang benar, perawatan payudara
produksi ASI dengan julmah responden multirpara dan keterampilan dalam pemberian
(n= 46) mempunyai produksi ASI cukup dari pada ASI.(Nainggolan,2009)
responden primipara (8) dengan p= 0,00. Labu Siam merupakan jenis tanaman yang
Produksi ASI akan menyesuaikan kebutuhan memiliki potensi dalam menstimulasi hormon
bayi, dan produksi ASI pada ibu multipara lebih oksitoksin dan prolaktin seperti alkaloid, polifenol,
banyak dibandingkan dengan ibu primipara. Ibu vitamin A, kalium, flavonoid magnesium, mangan
multipara memiliki pengalaman terhadap anak dan substansi lainnya paling efektif dalam
sebelumnya, sehingga lebih giat dan tekun dalam meningkatkan dan memperlancar produksi ASI.
memberikan ASI pada bayi mereka (Romlah dan (Modgil et al., 2008).
Sari, 2019). Ibu dalam keadaan nyaman akan Menurut Miglio et al. (2008) dalam (Sarwono,
mendorong proses produksi ASI. Oksitosin 2017) menyatakan bahwa suhu proses metode
memungkinkan sel mioepitel mengalir melintasi pemasakan dengan cara direbus hanya sebesar
alveoli dan mengisi semua saluran susu dengan 1000C. Semakin tinggi suhu yang digunakan maka
lancar (Apreliasari & Risnawati, 2020; Erniawati & akan semakin banyak molekul air yang keluar dari
Kamaruddin, 2020) suatu bahan pangan termasuk mineral yang larut
Ibu dengan paritas tinggi lebih banyak yang air.
memberikan ASI ekslusif, dikarenakan mereka Selain Vitamin A dan kandungan air yang
sudah mempunyai pengalaman dalam memberikan banyak dalam labu siam, kandungan Kalium dalam
ASI ekslusif pada bayinya dibandingkan responden Labu Siam juga ikut berperan dalam peningkatan
dengan paritas rendah. Selain itu sesuatu yang produksi ASI. Menurut penelitian (Sarwono,2017)
pernah dialami seseorang akan menambah Kadar kalium sayuran yang direbus menunjukkan
pengetahuan yang didapat. Pengalaman sebagai nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan kadar
sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk kalium sayur dalam keadaan mentah. Salah satu
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara penyebab perubahan tersebut yang terjadi selama
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh proses pengolahan diakibatkan pengaruh dari
dalam memecahkan masalah yang dihadapi dimasa media pemasakan yang digunakan. Media
lalu. Persiapan ibu secara psikolo gis sebelum pemasakan yang digunakan dalam proses
menyusui merupakan faktor paling yang perebusan yakni air, hal tersebut dikarenakan
mempengaruhi keberhasilan menyusui, stres, kalium merupakan salah satu mineral yang larut air
rasakuatir yang berlebihan, ketidakbahagiaan pada sehingga memungkinkan kalium yang terdapat
ibu sangat berperan dalam mensukseskan pada sayuran ikut luruh dalam media pemasak
pemberian ASI esklu sif (Lestari et al., 2018) tersebut, walaupun kadar air sayuran yang direbus
cenderung tidak menunjukkan perbedaan.
Efektifitas Pemberian Labu Siam Metode Rebus Berdasarkan Permenkes RI No. 75 Tahun
terhadap Peningkatan Produksi ASI 2013, kecukupan asupan kalium untuk orang
Berdasarkan hasil penelitian secara statistik dewasa di Indonesia sekitar 4.7 g/hari. Menurut
menunjukkan nilai r = 79,20 yang berarti Sarwono (2017), labu siam yang direbus
menunjukkan bahwa responden yang diberi labu memberikan kontribusi kalium sebesar
siam dengan metode rebus rata-rata peningkatan (17,5mg/100gr BB) atau senilai 0,4%/100gr dengan
ASI sebesar 79.20% dengan nilai p=0,02, artinya mengkonsumsi labu siam. Kecukupan tersebut
pemberian labu siam metode Rebus efektif untuk untuk memenuhi kebutuhan kalium di dalam tubuh
meningkatkan Produksi ASI. manusia.

DOI 10.33024, http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan 173


Mustika Hana Harahap, Tengku Hartian SN, Ria Andina

Dari hasil analisa pengeluaran ASI dan pemberian labu siam secara kukus efektif dalam
dengan metode observasi baik pada ibu maupu membantu peningkatan Produksi ASI dengan nilai
bayi dapat dinyatakan bahwa pemberian labu siam 91.20%. Pemberian labu siam dengan metode
secara rebus efektif dalam membantu peningkatan kukus paling efektif dalam membantu kelancaran
Produksi ASI dengan nilai 79.20%. produksi ASI dibanding dengan metode rebus atau
goreng.
Efektifitas Pemberian Labu Siam Metode Kukus
terhadap Peningkatan Produksi ASI Efektifitas Pemberian Labu Siam Metode Goreng
Berdasarkan hasil penelitian secara statistik terhadap Peningkatan Produksi ASI
menunjukkan nilai r = 91,20 yang berarti Berdasarkan hasil penelitian secara statistik
menunjukkan bahwa responden yang diberi labu menunjukkan nilai r = 71,50 yang berarti
siam dengan metode kukus rata-rata peningkatan menunjukkan bahwa responden yang diberi labu
ASI sebesar 91.20% dengan nilai p=0,02, artinya siam dengan metode goring rata-rata peningkatan
pemberian labu siam metode Kukus efektif untuk ASI sebesar 71.50% dengan nilai p=0,02, artinya
meningkatkan Produksi ASI. pemberian labu siam metode Goreng efektif untuk
Menurut Miglio et al. (2008) dalam (Sarwono, meningkatkan Produksi ASI.
2017) menyatakan bahwa suhu proses metode Menurut Miglio et al. (2008) dalam (Sarwono,
pemasakan dengan cara dikukus hanya sebesar 2017) menyatakan bahwa Media pemasak yang
1000C. Pengukusan merupakan proses pengolahan digunakan pada proses penggorengan akan
yang dapat mempertahankan kadar air pada sayur, memberikan proses pemanasan dengan suhu yang
hal tersebut ditujukkan dengan tidak terdapatnya lebih tinggi, proses penggorengan dapat mencapai
perbedaan kadar air sayur yang dikukus dengan suhu 1700C yang diduga suhu tersebut tidak jauh
kadar air sayur dalam keadaan mentah secara berbeda dengan proses penumisan karena
keseluruhan. Dari hasil penelitian Sarwono (2017), menggunakan media pemasakan yang sama. Dari
kadar air labu siam yang dikukus 93.90 ± 0.20 hasil penelitian Sarwono (2017), kadar air labu siam
dibandingkan dengan Labu siam yang masih yang ditumis/goreng 80.83 ± 2.59 dibandingkan
mentah 94.22 ± 0.34 hanya mengalami kurang dari dengan Labu siam yang masih mentah 94.22 ±
1% penurunan kadar air. 0.34 mengalami ±10% penurunan kadar air.
Selain kadar Air, penurunan kadar kalium Abu merupakan residu anorganik yang
pada labu siam yang dilakukan dengan proses berasal dari proses pembakaran atau oksidasi
pengukusan sebesar 40.5 ± 10.7. Proses komponen organik pada bahan pangan. Secara
pengukusan menggunakan media pemasak uap air tidak langsung, kadar abu dapat menunjukkan
yang akan cenderung mempertahankan kadar kandungan mineral yang terdapat dalam suatu
kalium yang terdapat pada labu siam karena kalium bahan pangan (Sarwono,2017). Menurut
bersifat larut air. Terlebih pada pengukusan, Andarwulan et al. (2011) dalam Sarwono (2017),
sayuran tidak bersentuhan langsung dengan air labu siam yang digoreng memiliki kadar abu yang
melainkan uap air sehingga kalium akan cenderung rendah yaitu 0.50 ± 0.09. Jika dibandingkan dengan
tertahan pada sayuran walaupun terjadi perubahan kadar air, kadar abu pada sayuran cenderung
tekstur pada sayuran akibat pemanasan selama berbanding terbalik dengan kadar air pada sayuran.
proses pengukusan berlangsung. Namun demikian Sayuran yang memiliki kadar abu yang tinggi
masih terjadi penurunan kadar kalium walaupun cenderung memiliki kadar air yang rendah.
tidak signifikan, yang dapat disebabkan karena (Sarwono,2017)
proses pemanasan dapat membantu keluarnya air Hasil uji lanjut Duncan menunjukan bahwa
dalam bahan pangan. (Sarwono,2017) sayuran yang ditumis/goreng memiliki kadar air
Berdasarkan Permenkes RI No. 75 Tahun yang lebih rendah dibandingkan sayuran sebelum
2013, kecukupan asupan kalium untuk orang diolah, hal tersebut menunjukkan proses
dewasa di Indonesia sekitar 4.7 g/hari. Menurut penggorengan menurunkan kadar air pada sayur
Sarwono (2017), labu siam yang dikukus dibandingkan sebelum diolah. Begitu juga dengan
memberikan kontribusi sebesar (41,2mg/100gr BB) proses perebusan maupun pengukusan tidak
atau senilai 0,9%/100gr konsumsi labu siam kukus. memberikan pengaruh yang berbeda nyata
Kecukupan tersebut untuk memenuhi kebutuhan terhadap kadar air, hal tersebut disebabkan karena
kalium di dalam tubuh manusia. terjadi penyerapan air selama proses pengolahan.
Dari hasil analisa pengeluaran ASI dan Penumisan atau penggorengan termasuk
dengan metode observasi yang dilakukan baik pada dalam dry-heat cooking methods dan merupakan
ibu maupu bayi, dapat dinyatakan bahwa proses pengolahan dengan menggunakan konduksi

174 DOI 10.33024, http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan


JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati),Vol 7,No.2.April 2021,
ISSN (Print) 2476-8944 ISSN (Online) 2579-762X, Hal 168-176

panas dari pan ke makanan dengan sedikit bantuan kelancaran ASI seperti Labu Siam, serta resiko
minyak. penurunan kadar kalium pada labu siam apabila ASI tidak lancar juga disampaikan kepada
yang dilakukan dengan proses penggorengan ibu dan keluarga sebagai media promosi baik
sebesar 386.4 ± 127.9. melalui penyuluhan maupun konseling saat
Menurut Muchtadi dan Sugiyono (2013) kunjungan kehamilan agar kesadaran untuk
selama proses penggorengan, air dan uap air akan mengenal adanya risiko secara lebih dini dapat
dikeluarkan dari kapiler yang lebih besar dan akan ditumbuhkan dalam diri masyarakat awam.Petugas
digantikan oleh minyak panas. Kalium sebagai kesehatan diharapkan mampu mengurangi resiko
mineral yang larut air memungkinkan juga ikut terjadinya ASI tidak lancar sedini mungkin dimulai
keluar bersama air selama proses pemanasan dari persiapan fisik yang baik terutama nutrisi pada
tersebut. Hal tersebut sesuai dengan hasil setiap calon ibu dan menekankan betapa
penelitian Sarwono (2017) bahwa kadar air sayuran pentingnya ASI Ekslusif untuk ibu dan bayi.
yang digoreng akan lebih rendah dibandingkan
sayuran dengan proses pengolahan yang lain, dan DAFTAR PUSTAKA
memungkinkan kalium terbawa bersama molekul air Apreliasari, H., & Risnawati. (2020). Pengaruh Pijat
tersebut keluar dari sayur yang diuji. Oksitosin terhadap Peningkatan Produksi
Berdasarkan Permenkes RI No. 75 Tahun ASI. JIKA, 48-50.
2013, kecukupan asupan kalium untuk orang Ari, D. R. K. and Adriani, F. R. (2015) Membesarkan
dewasa di Indonesia sekitar 4.7 g/hari. Menurut Anak Hebat dengan ASI. Yogyakarta: Citra
Sarwono (2017), labu siam yang dikukus Media Pustaka.
memberikan kontribusi sebesar (72,4mg/100gr BB) Biancuzzi, M (2000). Breastfeeding the newborn
atau senilai 1,5%/100gr konsumsi labu siam clinical strategies for nurses (1st Ed)
goreng. Kecukupan tersebut untuk memenuhi .St.Louis.Missouri “Mosby.Inc
kebutuhan kalium di dalam tubuh manusia. Dari 3 Depkes RI, (2019). Paket Advokasi Peningkatan
(tiga) macam metode yang dipakai, nilai kalium Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) Di Provinsi
goring paling tinggi disbanding rebus dan kukus. dan Kabupaten Kota. Dirjen Bina Kesmas.
Dari hasil analisa pengeluaran ASI dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta.
dengan metode observasi yang dilakukan baik pada Ethanolic Fruit Extract. The Pharma
ibu maupu bayi, dapat dinyatakan bahwa Inovation. Vol 1 (5): 90-95
pemberian labu siam secara goreng efektif dalam Dinas Kesehatan Provinsi Riau. (2017). Profil
membantu peningkatan Produksi ASI dengan nilai Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2016.
71.50%. Pemberian labu siam dengan metode Pekanbaru: Dinas Kesehatan Provinsi Riau.
goreng tingkat efektifnya paling rendah dalam Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar. (2018). Profil
membantu kelancaran produksi ASI dibanding Kesehatan Kabupaten Kampar Tahun 2018.
dengan metode rebus atau kukus. Bangkinang: Dinas Kesehatan Provinsi Riau.
Firmansyah. (2012). Pengaruh Karakteristik
SIMPULAN (Pendidikan, Pekerjaan), Pengetahuan dan
Pemberian Labu Siam dengan metode Sikap Ibu Menyusui Terhadap Pemberian
Rebus Efektif terhadap Peningkatan Produksi ASI Eksklusif Di Kabupaten Tuban. Jurnal
ASI.Pemberian Labu Siam dengan metode Kukus Biometrikum dan Kependudukan vol.1 no.1,
Efektif terhadap Peningkatan Produksi Agustus 2012: 62-71./ Fakultas Kesehatan
ASI.Pemberian Labu Siam dengan metode Goreng Masyarakat Universitas Erlangga.
Efektif terhadap Peningkatan Produksi ASI Hadriani, H. and Hadati, R. (2019) ‘Efektivitas Pijat
Oksitosin Dan Breast Care Pada Ibu Bersalin
SARAN Terhadap Pengeluaran ASI Di Puskesmas
Diharapkan kepada ibu – ibu yang menyusui Kamonji’, Window of Health: Jurnal
bayinya agar mengkonsumsi rutin labu siam karena Kesehatan, pp. 218–230.
memiliki banyak manfaat dan mmapu meningkatkan Hardiani, Ratna Sari. (2017). Status Paritas Dan
produksi ASI. Labu siam merupakan jenis tanaman Pekerjaan Ibu Terhadap Pengeluaran Asi
dan sayuran yang mudah didapat, murah dan Pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan. NurseLine
terjangkau, labu siam juga dapat dinikmati dengan Journal. 2(1)
metode kukus, rebus dan goreng.Diharapkan Isnaini, N., & Diyanti, R. (2015). Hubungan Pijat
kepada petugas kesehatan agar memberikan Oksitosin pada Ibu Nifas terhadap
informasi terkait produksi ASI termasuk perawatan Pengeluaran ASI di Wilayah Kerja
payudara, makanan yang dapat membantu Puskesmas Raja Basa Indah Bandar

DOI 10.33024, http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan 175


Mustika Hana Harahap, Tengku Hartian SN, Ria Andina

Lampung Tahun 2015. Jurnal Kebidanan, Bekerja. Jurnal Ners dan Kebidanan STIKES
91-97. Patria Husada Blitar. 2017; 4(2).
Kementerian Pertanian. (2014). Statistikk Produsi Romlah & Sari, Anjelina Puspita. (2019). Faktor
Hortikultura. (2013). Direktorat Jenderal Risiko Ibu Menyusui Dengan Produksi Asi Di
Hortikultura Kementerian Pertanian. Puskesmas 23 Ilir Kota Palembang. Jurnal
Kepmenkes RI No. 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Kesehatan Poltekkes Palembang. 2019.
Pemberian ASI Ekslusif pada Bayi di Santoso S. (2009). Kesehatan dan Gizi. Jakarta :
Indonesia : Jakarta Rineka Cipta
Lestari, L., Melyana, N. W., & Admini. (2018). Sari, R. N. (2017) ‘Pengaruh Pijat Oksitosin
Peningkatan Pengeluaran ASI dengan Terhadap Lama Pengeluaran Kolostrum
Kombinasi Pijat Oksitosin danTeknik Pada Ibu Post Sectio Caesaria Di RSUD
Marmet. Jurnal Kebidanan, 1-10. Kota Madiun’, Bidan Prada: Jurnal Publikasi
Kebidanan Akbid YLPP Purwokerto.
Miglio C, Chiavaro E, Visconti A, Fogliano V,
Sarwono SA. (2017). Pengaruh Proses Pengolahan
Pellegrini N. 2008. Effect of Different
Terhadap Kadar Kalium Pada Sayuran
Cooking Methods on Nutritional and
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Physicochemical Characteristics of Selected
Sugiarti, E. (2011). Faktor-Faktor yang
Vegetables. J. Agric. Food Chem.
Berhubungan dengan Pemberian ASI
Muchtadi, TR dan Sugiyono. (2013). Prinsip Proses Eksklusif di Kecamatan Karangmalang
dan Teknologi Pangan. Bandung : Alfabeta Kabupaten Sragen.Skripsi. Fakultas Ilmu
Murtiana. 2011. Makanan tambahan untuk Kesehatan UMS. Surakarta.
kelancaran ASI pada ibu. Dari Vol 1, No 1, World Health Organization, 2002. The Optimal
April 2017 ISSN 2580-2194 Jurnal Ners Duration of Exclusive Breastfeeding, Report
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai of an Expert Consultation. Geneva,
Page 88 http//makanan-tambahan-ASI. Switzerland
Diakses tanggal 18 Juli 2020 Yenie, H. and Mugiati, M. (2017) ‘Hubungan Inisiasi
Nainggolan, M. (2009). Pengetahuan ibu Menyusui Dini (IMD) dengan Waktu
primigravida mengenai faktor-faktor yang Pengeluaran Kolostrum’.
mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI di
puskesmas Simalingkar Medan. Medan: Ilmu
Keperawatan.
Notoatmodjo, (2012). Pendidikan dan Prilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nurliawati, E. (2010). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan produksi air susu ibu
pada ibu pasca seksio sesarea di wilayah
kota dan kabupaten Tasikmalaya. Tesis.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Nutrisi Bangsa. (2013). Faktor yang Mempengaruhi
Lancarnya ASI. Artikel Sari husada
(online).www.sarihusada.co.id/NutrisiUntukB
angsa/KehamilandanMenyusui/Menyusui/Fa
ktor-YangMempengaruhi-Lancarnya-ASI; 10
April, 2020
Rahmadani E. P., Lubis G., & Edison., (2013).
Hubunan Pemberian Asi Eksklusif Dengan
Angka Kejadian Diare Akut Pada Bayi Usia
0-1 Tahun Di Puskesmas Kuranji Kota
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2013
Rahmawati, Anita., & Prayogi Bisepta. (2017).
Analisa Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Air Susu Ibu (Asi) Pada Ibu Menyusui yang

176 DOI 10.33024, http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan

You might also like