Rangkuman Undang-Undang
Rangkuman Undang-Undang
Rangkuman Undang-Undang
DI SUSUN OLEH :
NIDAA SAKIINAH P3.73.24.1.047
13. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit.
14. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat
terjaga seoptimal mungkin.
15. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai
anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuannya.
16. Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan
obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang
dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat.
17. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan Pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
18. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 19. Menteri adalah menteri yang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya di bidang kesehatan.
Penjelasan yang sudah terkait dengan bacaan yang diatas adalah karena seorang bidan harus
bias mengetahui definisi- definisi seperti yang diatas tersebut.
1. PERIZINAN
STRB
Pasal 3
(1) Setiap Bidan harus memiliki STRB untuk dapat melakukan praktik keprofesiannya. (2)
STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah Bidan memiliki sertifikat
kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) STRB sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berlaku selama 5 (lima) tahun. (4) Contoh surat STRB sebagaimana
tercantum dalam formulir II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Pasal 4
STRB yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 5
(1) Bidan yang menjalankan praktik keprofesiannya wajib memiliki SIPB. (2) SIPB
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Bidan yang telah memiliki STRB. (3)
SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk 1 (satu) Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. (4) SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama STR Bidan masih
berlaku, dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan.
Pasal 6
(1) Bidan hanya dapat memiliki paling banyak 2 (dua) SIPB. (2) Permohonan SIPB kedua,
harus dilakukan dengan menunjukan SIPB pertama.
Pasal 7
(1) SIPB diterbitkan oleh Instansi Pemberi Izin yang ditunjuk pada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota. (2) Penerbitan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ditembuskan
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota. (3) Dalam hal Instansi Pemberi Izin merupakan dinas
kesehatan kabupaten/kota, Penerbitan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
ditembuskan.
Pasal 8
(1) Untuk memperoleh SIPB, Bidan harus mengajukan permohonan kepada Instansi Pemberi
Izin dengan melampirkan: a. fotokopi STRB yang masih berlaku dan dilegalisasi asli; b. surat
keterangan sehat dari dokter yang memiliki surat izin praktik; c. surat pernyataan memiliki
tempat praktik; d. surat keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tempat Bidan
akan berpraktik; e. pas foto terbaru dan berwarna dengan ukuran 4X6 cm sebanyak 3 (tiga)
lembar; f. rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat; dan g.
rekomendasi dari Organisasi Profesi. (2) Persyaratan surat keterangan dari pimpinan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan tempat Bidan akan berpraktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d dikecualikan untuk Praktik Mandiri Bidan.(3) Dalam hal Instansi Pemberi Izin merupakan
dinas kesehatan kabupaten/kota, persyaratan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf f tidak diperlukan. (4) Untuk Praktik Mandiri Bidan dan Bidan desa, Rekomendasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dikeluarkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
setelah dilakukan visitasi penilaian pemenuhan persyaratan tempat praktik Bidan. (5) Contoh
surat permohonan memperoleh SIPB sebagaimana tercantum dalam formulir III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (6) Contoh SIPB sebagaimana
tercantum dalam formulir IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Pasal 9
(1) Dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak berkas permohonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) diterima dan dinyatakan lengkap, Instansi
Pemberi Izin harus mengeluarkan SIPB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. (2) Pernyataan lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan
surat tanda penerimaan kelengkapan berkas.
Pasal 10
SIPB dinyatakan tidak berlaku dalam hal: a. tempat praktik tidak sesuai lagi dengan SIPB; b.
masa berlaku STRB telah habis dan tidak diperpanjang; c. dicabut oleh pejabat yang berwenang
memberikan izin; atau d. Bidan meninggal dunia.
Pasal 11
(1) Bidan warga negara asing yang akan menjalankan Praktik Kebidanan di Indonesia harus
memiliki sertifikat kompetensi, STR sementara, dan SIPB. (2) Sertifikat kompetensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh Bidan warga negara asing setelah lulus evaluasi
kompetensi. (3) Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh STR sementara. (4) Untuk memperoleh SIPB, Bidan warga
negara asing harus melakukan permohonan kepada Instansi Pemberi Izin dan memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1). (5) Selain ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Bidan warga negara asing harus memenuhi persyaratan lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 12
STR sementara dan SIPB bagi Bidan warga negara asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang hanya untuk 1 (satu) tahun berikutnya.
Pasal 13
(1) Bidan warga negara Indonesia lulusan luar negeri yang akan melakukan Praktik Kebidanan
di Indonesia harus memiliki STRB dan SIPB. (2) STRB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diperoleh setelah melakukan proses evaluasi kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. (3) Untuk memperoleh SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bidan warga negara Indonesia lulusan luar negeri harus melakukan permohonan kepada
Instansi Pemberi Izin dan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(1).
Pasal 14
(1) Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang mempekerjakan Bidan yang tidak
memiliki SIPB. (2) Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus melaporkan Bidan yang bekerja dan berhenti bekerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatannya pada tiap triwulan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dengan
tembusan kepada Organisasi Profesi.
2. PENYELENGGARAAN KEPROFESIAN
Pasal 15
(1) Bidan dapat menjalankan Praktik Kebidanan secara mandiri dan/atau bekerja di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. (2) Praktik Kebidanan secara mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) berupa Praktik Mandiri Bidan. (3) Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat berupa: a. klinik; b. puskesmas; c. rumah sakit; dan/atau d. Fasilitas
Pelayanan Kesehatan lainnya.
Pasal 16
(1) Bidan yang berpraktik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan berupa puskesmas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) huruf b meliputi a. Bidan yang melakukan praktik
kebidanannya di puskesmas; dan b. Bidan desa. (2) Bidan desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b merupakan Bidan yang memiliki SIPB di puskesmas, dan bertempat tinggal
serta mendapatkan penugasan untuk melaksanakan Praktik Kebidanan dari Pemerintah Daerah
pada satu desa/kelurahan dalam wilayah kerja puskesmas yang bersangkutan. (3) Praktik Bidan
desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan tempat praktik bidan desa sebagai
jaringan Puskesmas. (4) Dalam rangka penjaminan mutu pelayanan kesehatan praktik Bidan
desa sebagai jaringan Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dinas kesehatan
kabupaten/kota setempat harus melakukan penilaian pemenuhan persyaratan tempat yang akan
dipergunakan untuk penyelenggaraan praktik Bidan desa dengan menggunakan Formulir 1
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (5) Hasil penilaian
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) menjadi dasar rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (1) huruf f, sebelum SIPB untuk Bidan desa diterbitkan.
Pasal 17
Bidan desa dapat mengajukan Permohonan SIPB kedua berupa Praktik Mandiri Bidan, selama
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dan mengikuti ketentuan:
a. lokasi Praktik Mandiri Bidan yang diajukan, berada pada satu desa/kelurahan sesuai dengan
tempat tinggal dan penugasan dari Pemerintah Daerah; b. memiliki tempat Praktik Mandiri
Bidan tersendiri yang tidak bergabung dengan tempat praktik Bidan desa; dan c. waktu Praktik
Mandiri Bidan yang diajukan, tidak bersamaan dengan waktu pelayanan praktik Bidan desa.
Kewenangan
Pasal 18
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki kewenangan untuk memberikan:
a. pelayanan kesehatan ibu; b. pelayanan kesehatan anak; dan c. pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
Pasal 19
(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf a diberikan pada
masa sebelum hamil, masa hamil, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa
antara dua kehamilan. (2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pelayanan: a. konseling pada masa sebelum hamil; b. antenatal pada kehamilan
normal; c. persalinan normal; d. ibu nifas normal; e. ibu menyusui; dan f. konseling pada masa
antara dua kehamilan. (3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan: a. episiotomi; b. pertolongan persalinan normal;
c. penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II; d. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan
dengan perujukan; e. pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil; f. pemberian vitamin A
dosis tinggi pada ibu nifas; g. fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu
ibu eksklusif; h. pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum; i.
penyuluhan dan konseling; j. bimbingan pada kelompok ibu hamil; dan k. pemberian surat
keterangan kehamilan dan kelahiran.
Pasal 20
(1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf b diberikan pada
bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak prasekolah. (2) Dalam memberikan pelayanan
kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bidan berwenang melakukan: a.
pelayanan neonatal esensial; b. penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
c. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah; dan d. konseling dan
penyuluhan. (3) Pelayanan noenatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan perawatan tali pusat, pemberian suntikan Vit
K1, pemberian imunisasi B0, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya,
pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi
stabil dan tepat waktu ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu. (4) Penanganan
kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
meliputi: a. penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan jalan nafas, ventilasi
tekanan positif, dan/atau kompresi jantung:b. penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir
dengan BBLR melalui penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara menghangatkan tubuh
bayi dengan metode kangguru; c. penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan
alkohol atau povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan kering; dan d.
membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir dengan infeksi gonore (GO). (5)
Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c meliputi kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala,
pengukuran tinggi badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini peyimpangan tumbuh
kembang balita dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) (6)
Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d meliputi pemberian
komunikasi, informasi, edukasi (KIE) kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru
lahir, ASI eksklusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan, imunisasi, gizi
seimbang, PHBS, dan tumbuh kembang.
Pasal 21
Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c, Bidan berwenang memberikan: a. penyuluhan
dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana; dan b. pelayanan
kontrasepsi oral, kondom, dan suntIkan.
Kewajiban dan Hak
Pasal 28
Dalam melaksanakan praktik kebidanannya, Bidan berkewajiban untuk: a. menghormati hak
pasien; b. memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan yang
dibutuhkan; c. merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani dengan
tepat waktu; d. meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan; e. menyimpan rahasia
pasien sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan; f. melakukan pencatatan
asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya yang diberikan secara sistematis; g. mematuhi standar
profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional; h. melakukan pencatatan dan
pelaporan penyelenggaraan Praktik Kebidanan termasuk pelaporan kelahiran dan kematian.
pemberian surat rujukan dan surat keterangan kelahiran; dan j. meningkatkan mutu pelayanan
profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.
Pasal 29
Dalam melaksanakan praktik kebidanannya, Bidan memiliki hak: a. memperoleh perlindungan
hukum sepanjang melaksanakan pelayanannya sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan, dan standar prosedur operasional; b. memperoleh informasi yang lengkap dan benar
dari pasien dan/atau keluarganya; c. melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan
kewenangan; dan d. menerima imbalan jasa profesi.
BAB IV PRAKTIK MANDIRI BIDAN
Pasal 30
(1) Bidan yang menyelenggarakan Praktik Mandiri Bidan harus memenuhi persyaratan, selain
ketentuan persyaratan memperoleh SIPB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1). (2)
Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi persyaratan lokasi, bangunan,
prasarana, peralatan, serta obat dan bahan habis pakai.
Pasal 31
Persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) berupa Praktik Mandiri
Bidan harus berada pada lokasi yang mudah untuk akses rujukan dan memperhatikan aspek
kesehatan lingkungan
Pasal 32
Persyaratan bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) meliputi ruang dalam
bangunan Praktik Mandiri Bidan yang terdiri atas: a. ruang tunggu; b. ruang periksa; c. ruang
bersalin; d. ruang nifas; e. WC/kamar mandi; dan f. ruang lain sesuai kebutuhan.
Pasal 33
(1) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32, bangunan Praktik Mandiri Bidan
harus bersifat permanen dan tidak bergabung fisik bangunan lainnya. (2) Ketentuan tidak
bergabung fisik bangunan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk rumah
tinggal perorangan, apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan yang
sejenis. (3) Dalam hal praktik mandiri berada di rumah tinggal perorangan, akses pintu keluar
masuk tempat praktik harus terpisah dari tempat tinggal perorangan. (4) Bangunan praktik
mandiri Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan fungsi, keamanan,
kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta perlindungan keselamatan dan
kesehatan bagi semua orang termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut.
Pasal 34
Persyaratan prasarana Praktik Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2)
paling sedikit memiliki: a. sistem air bersih; b. sistem kelistrikan atau pencahayaan yang cukup;
c. ventilasi/sirkulasi udara yang baik; dan d. prasarana lain sesuai kebutuhan.
Pasal 35
Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2) berupa peralatan Praktik
Mandiri Bidan harus dalam keadaan terpelihara dan berfungsi dengan baik untuk
menyelenggarakan pelayanan.
Pasal 36
(1) Persyaratan obat dan bahan habis pakai Praktik Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 ayat (2) meliputi pengelolaan obat dan bahan habis pakai yang diperlukan untuk
pelayanan antenatal, persalinan normal, penatalaksanaan bayi baru lahir, nifas, keluarga
berencana, dan penanganan awal kasus kedaruratan kebidanan dan bayi baru lahir. (2) Obat
dan bahan habis pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diperoleh dari apotek
melalui surat pesanan kebutuhan obat dan bahan habis pakai. (3) Bidan yang melakukan praktik
mandiri harus melakukan pendokumentasian surat pesanan kebutuhan obat dan bahan habis
pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) serta melakukan pengelolaan obat yang baik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Contoh surat pesanan obat dan bahan
habis pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam formulir V yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 37
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan bangunan, prasarana, peralatan, dan obat-obatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal 36 tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 38
(1) Praktik Mandiri Bidan harus melaksanakan pengelolaan limbah medis. (2) Pengelolaan
limbah medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui kerjasama dengan
institusi yang memiliki instalasi pengelolaan limbah.
Pasal 39
(1) Praktik Mandiri Bidan harus memasang papan nama pada bagian atau ruang yang mudah
terbaca dengan jelas oleh masyarakat umum dengan ukuran 60x90 cm dasar papan nama
berwarna putih dan tulisan berwarna hitam. (2) Papan nama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit memuat nama Bidan, nomor STRB, nomor SIPB, dan waktu pelayanan.
Pasal 40
(1) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus melakukan penilaian terhadap pemenuhan
persyaratan Praktik Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 sampai dengan Pasal
36, dengan menggunakan instrumen penilaian sebagaimana tercantum dalam Formulir I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (2) Hasil penilaian kelayakan
sebagaimana dimaksud pada huruf (1), menjadi dasar dalam pembuatan rekomendasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf
Pasal 41
(1) Praktik Mandiri Bidan tidak memerlukan izin penyelenggaraan sebagai Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. (2) Izin penyelenggaraan Praktik Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) melekat pada SIPB yang bersangkutan
Pasal 42
(1) Bidan dalam menyelenggarakan Praktik Mandiri Bidan dapat dibantu oleh tenaga kesehatan
lain atau tenaga nonkesehatan. (2) Tenaga kesehatan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memiliki SIP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 43
(1) Bidan yang berhalangan sementara dalam melaksanakan praktik kebidanan dapat menunjuk
Bidan pengganti dan melaporkannya kepada kepala puskesmas setempat. (2) Bidan pengganti
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki SIPB dan tidak harus SIPB di tempat
tersebut.
Pasal 44
Dalam rangka melaksanakan praktik kebidanan, Praktik Mandiri Bidan dapat melakukan
pemeriksaan laboratorium sederhana antenatal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 4
(1) Untuk menjadi bidan harus mengikuti pendidikan kebidanan. (2) Pendidikan kebidanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. pendidikan vokasi; b. pendidikan
akademik; dan c. pendidikan profesi. (3) Pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a merupakan program diploma kebidanan dan paling rendah program diploma tiga
kebidanan. (4) Pendidikan akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas:
a. program sarjana Kebidanan; b. program magister Kebidanan; dan c. program doktor
Kebidanan. (5) Pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dilaksanakan
setelah lulus pendidikan akademik program sarjana kebidanan. (6) Penyelenggaraan
pendidikan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 5
(1) Lulusan pendidikan vokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a disebut
Bidan vokasi. (2) Bidan vokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang akan menjadi Bidan
profesi harus melanjutkan pendidikan pada program sarjana Kebidanan atau melalui
penyetaraan.
Pasal 6
(1) Lulusan pendidikan akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b
mendapat gelar akademik sesuai dengan ketentuan Peraturan perundang-undangan.(2) Lulusan
pendidikan akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang akan menjadi Bidan profesi
harus melanjutkan pendidikan profesi.
Pasal 7
Lulusan pendidikan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c disebut
Bidan profesi.
Pasal 8
(1) Sebelum menjadi Bidan vokasi atau Bidan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
dan Pasal 7, mahasiswa kebidanan pada akhir masa pendidikan vokasi atau pendidikan profesi
harus mengikuti Uji Kompetensi yang bersifat nasional. (2) Uji Kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan syarat kelulusan mahasiswa pendidikan vokasi kebidanan
dan mahasiswa pendidikan profesi kebidanan.
Pasal 9
(1) Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diselenggarakan oleh perguruan
tinggi bekerja sama dengan Organisasi Profesi, lembaga pelatihan tenaga kesehatan, atau
lembaga sertifikasi profesi tenaga kesehatan yang terakreditasi. (2) Uji Kompetensi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk mencapai standar kompetensi lulusan
Kebidanan yang memenuhi standar kompetensi kerja.
Pasal 10
(1) Standar kompetensi kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) disusun oleh
Organisasi Profesi dan Konsil Kebidanan. (2) Standar kompetensi kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 11
(1) Mahasiswa pendidikan vokasi kebidanan yang lulus Uji Kompetensi memperoleh Sertifikat
Kompetensi yang diterbitkan oleh perguruan tinggi. (2) Mahasiswa pendidikan profesi
kebidanan yang lulus Uji Kompetensi memperoleh Sertifikat Profesi yang diterbitkan oleh
perguruan tinggi.
Pasal 12
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Uji Kompetensi diatur dengan Peraturan
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan tinggi.
REGISTRASI DAN IZIN PRAKTIK
Pasal 13 Setiap Bidan yang akan menjalankan Praktik Kebidanan wajib memiliki STR.
Pasal 14
(1) STR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 diberikan oleh Konsil Kebidanan setelah
memenuhi persyaratan. (2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a.
memiliki ijazah pendidikan Kebidanan; b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat
Profesi; c. memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental; d. memiliki surat pernyataan telah
mengucapkan sumpah/janji profesi; dan e. membuat pernyataan tertulis untuk mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika profesi.
Pasal 15
(1) STR berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diregistrasi ulang setiap 5 (lima) tahun sekali.
(2) Persyaratan untuk registrasi ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a.
memiliki STR lama; b. memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi; c. memiliki
surat keterangan sehat fisik dan mental; d. membuat pernyataan tertulis mematuhi dan
melaksanakan ketentuan etika profesi; e. telah mengabdikan diri sebagai tenaga profesi atau
vokasi; dan f. memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan,
dan/atau kegiatan ilmiah lainnya.
Pasal 16
(1) Konsil Kebidanan harus menerbitkan STR paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
pengajuan STR diterima. (2) Penerbitan STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dipungut biaya.
Pasal 17
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara registrasi dan regisasi ulang diatur dengan Peraturan
Konsil Kebidanan.
Pasal 18
(1) Bidan yang akan menjalankan Praktik Kebidanan wajib memiliki izin Praktik. (2) Izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk SIPB. (3) SIPB sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota atas rekomendasi pejabat
kesehatan yang berwenang di Kabupaten/Kota tempat Bidan menjalankan praktiknya. (4)
Pemerintah daerah kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus menerbitkan
SIPB paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak pengajuan SIPB diterima. (5) Untuk
mendapatkan SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Bidan harus melampirkan: a. salinan
STR yang masih berlaku; b. rekomendasi dari Organisasi Profesi; dan c. surat pernyataan
memiliki tempat praktik atau surat keterangan dari pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
(6) SIPB berlaku apabila: a. STR masih berlaku; dan b. Bidan berpraktik di tempat
sebagaimana tercantum dalam SIPB.
Pasal 19
(1) SIPB berlaku hanya untuk 1 (satu) tempat Praktik Kebidanan. (2) Bidan paling banyak
mendapatkan 2 (dua) SIPB.
Pasal 20
SIPB tidak berlaku apabila: a. Bidan meninggal dunia; b. habis masa berlakunya; c. dicabut
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; d. Bidan melakukan Praktik Kebidanan
selain di tempat yang tercantum dalam SIPB; atau e. atas permintaan sendiri.
Pasal 21
(1) Bidan vokasi diberikan izin untuk melakukan Praktik Kebidanan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. (2) Bidan profesi diberikan izin untuk melakukan Praktik Kebidanan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan dan praktik mandiri.
Pasal 22
(1) Bidan yang menjalankan praktik mandiri harus memasang papan nama praktik. (2)
Ketentuan mengenai papan nama praktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundangundangan.
Pasal 23
(1) Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang mempekerjakan Bidan yang tidak
memiliki STR dan SIPB. (2) Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
mempekerjakan Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif
berupa: a. teguran tertulis; b. penghentian sementara kegiatan; atau c. pencabutan izin. (3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
BIDAN WARGA NEGARA INDONESIA LULUSAN LUAR NEGERI
Pasal 24
(1) Bidan warga negara Indonesia lulusan luar negeri yang akan menjalankan Praktik
Kebidanan di Indonesia harus memiliki STR dan SIPB. (2) STR dan SIPB sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), diperoleh setelah Bidan warga negara Indonesia lulusan luar negeri
mengikuti evaluasi kompetensi.
Pasal 25
(1) Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) dilakukan melalui: a.
penilaian kelengkapan administratif; dan b. penilaian kemampuan melakukan praktik. (2)
Kelengkapan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit
terdiri atas: a. penilaian keabsahan ijazah oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan tinggi; b. surat keterangan sehat fisik dan mental; dan
c. surat pernyataan tertulis untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. (3)
Penilaian kemampuan melakukan praktik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilakukan melalui Uji Kompetensi. (4) Bidan warga negara Indonesia lulusan luar negeri
yang telah memenuhi penilaian kelengkapan administratif dan penilaian kemampuan
melakukan praktik memperoleh surat keterangan telah mengikuti evaluasi kompetensi. (5)
Bidan warga negara Indonesia lulusan luar negeri yang telah memperoleh surat keterangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berhak memperoleh STR. (6) Hak memperoleh STR
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diberikan oleh Konsil Kebidanan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundangundangan. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi
kompetensi diatur dengan Peraturan Menteri.
Dengan memperhatikan aspek sosial budaya dan kondisi masyarakat Indonesia, maka Ikatan
Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah: seorang perempuan yang
lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara
Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan
atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.
Bidan diakui sebagai tenaga professional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja
sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa
hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan
memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,
promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis
atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan.
idan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya kepada
perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini harus mencakup
pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan
perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Kebidanan/Midwifery
Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang mempersiapkan
kehamilan, menolong persalinan, nifas dan menyusui, masa interval dan pengaturan kesuburan,
klimakterium dan menopause, bayi baru lahir dan balita, fungsi–fungsi reproduksi manusia
serta memberikan bantuan/dukungan pada perempuan, keluarga dan komunitasnya
Pelayanan Kebidanan (Midwifery Service)
Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri, kolaborasi
atau rujukan.
Praktik Kebidanan
Praktik Kebidanan adalah implementasi dari ilmu kebidanan oleh bidan yang bersifat otonom,
kepada perempuan, keluarga dan komunitasnya, didasari etika dan kode etik bidan.
Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh
bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari
pengumpulan data, analisa data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Asuhan Kebidanan (PR lihat buku)
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh
bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan
Adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab dalam memberikan
pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu masa
hamil, masa persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana.
Paradigma Kebidanan
Perempuan sebagimana halnya manusia adalah mahluk bio-psiko-sosio-kultural yang utuh dan
unik, mempunyai kebutuhan dasar yang unik, dan bermacam-macam sesuai dengan tingkat
perkembangan. Perempuan sebagai penerus generasi, sehingga keberadaan perempuan yang
sehat jasmani, rohani, dan sosial sangat diperlukan. Perempuan sebagai sumber daya insani
merupakan pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan
oleh keberadaan/kondisi perempuan/Ibu dalam keluarga. Para perempuan di masyarakat adalah
penggerak dan pelopor peningkatan kesejahteraan keluarga.
b. Lingkungan
Lingkungan merupakan semua yang terlibat dalam interaksi individu pada waktu
melaksanakan aktifitasnya, baik lingkungan fisik, psikososial, biologis maupun budaya.
Lingkungan psikososial meliputi keluarga, kelompok, komunitas dan masyarakat. Ibu selalu
terlibat dalam interaksi keluarga, kelompok, komunitas, dan masyarakat. Masyarakat
merupakan kelompok paling penting dan kompleks yang telah dibentuk oleh manusia sebagai
lingkungan sosial yang terdiri dari individu, keluarga dan komunitas yang mempunyai tujuan
dan sistem nilai. Perempuan merupakan bagian dari anggota keluarga dari unit komunitas.
Keluarga yang dalam fungsinya mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di mana dia
berada. Keluarga dapat menunjang kebutuhan sehari-hari dan memberikan dukungan
emosional kepada ibu sepanjang siklus kehidupannya. Keadaan sosial ekonomi, pendidikan,
kebudayaan dan lokasi tempat tinggal keluarga sangat menentukan derajat kesehatan
reproduksi perempuan.
Pengetahuan Tambahan
Pengetahuan Dasar
1. Anatomi dan fisiologi tubuh manusia.
2. Siklus menstruasi dan proses konsepsi.
3. Tumbuh kembang janin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
4.. Tanda-tanda dan gejala kehamilan.
5. Mendiagnosa kehamilan.
6. Perkembangan normal kehamilan.
7. Komponen riwayat kesehatan.
8. Komponen pemeriksaan fisik yang terfokus selama antenatal.
9. Menentukan umur kehamilan dari riwayat menstruasi, pembesaran dan/atau tinggi fundus
uteri.
10. Mengenal tanda dan gejala anemia ringan dan berat, hyperemesis gravidarum, kehamilan
ektopik terganggu, abortus imminen, molahydatidosa dan komplikasinya, dan kehamilan
ganda, kelainan letak serta pre eklamsia.
11. Nilai Normal dari pemeriksaan laboratorium seperti Haemaglobin dalam darah, test gula,
protein, acetone dan bakteri dalam urine.
12. Perkembangan normal dari kehamilan: perubahan bentuk fisik, ketidaknyamanan yang
lazim, pertumbuhan fundus uteri yang diharapkan.
13. Perubahan psikologis yang normal dalam kehamilan dan dampak kehamilan terhadap
keluarga.
14. Penyuluhan dalam kehamilan, perubahan fisik, perawatan buah dada ketidaknyamanan,
kebersihan, seksualitas, nutrisi, pekerjaan dan aktifitas (senam hamil).
15. Kebutuhan nutrisi bagi wanita hamil dan janin.
16. Penata laksanaan immunisasi pada wanita hamil.\
17. Pertumbuhan dan perkembangan janin.
18. Persiapan persalinan, kelahiran, dan menjadi orang tua.
19. Persiapan keadaan dan rumah/keluarga untuk menyambut kelahiran bayi.
20. Tanda-tanda dimulainya persalinan.
21. Promosi dan dukungan pada ibu menyusukan.
22. Teknik relaksasi dan strategi meringankan nyeri pada persiapan persalinan dan kelahiran.
23. Mendokumentasikan temuan dan asuhan yang diberikan.
24. Mengurangi ketidaknyamanan selama masa kehamilan.
25. Penggunaan obat-obat tradisional ramuan yang aman untuk mengurangi ketidaknyamanan
selama kehamilan.
26. Akibat yang ditimbulkan dari merokok, penggunaan alkohol, dan obat terlarang bagi wanita
hamil dan janin.
27. Akibat yang ditimbulkan/ditularkan oleh binatang tertentu terhadap kehamilan, misalnya
toxoplasmasmosis.
28. Tanda dan gejala dari komplikasi kehamilan yang mengancam jiwa seperti pre-eklampsia,
perdarahan pervaginam, kelahiran premature, anemia berat.
29. Kesejahteraan janin termasuk DJJ dan pola aktivitas janin.
30. Resusitasi kardiopulmonary.
Pengetahuan Tambahan
1. Tanda, gejala dan indikasi rujukan pada komplikasi tertentu dalam kehamilan, seperti asma,
infeksi HIV, infeksi menular seksual (IMS), diabetes, kelainan jantung, postmatur/serotinus.
2. Akibat dari penyakit akut dan kronis yang disebut diatas bagi kehamilan dan janinnya.
Keterampilan Dasar
1. Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta menganalisanya pada setiap
kunjungan/pemeriksaan ibu hamil.
2. Melaksanakan pemeriksaan fisik umum secara sistematis dan lengkap.
3. Melaksanakan pemeriksaan abdomen secara lengkap termasuk pengukuran tinggi fundus
uteri/posisi/presentasi dan penurunan janin.
4. Melakukan penilaian pelvic, termasuk ukuran dan struktur tulang panggul.
5. Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk detak jantung janin dengan menggunakan
fetoscope (Pinrad) dan gerakan janin dengan palpasi uterus.
6. Menghitung usia kehamilan dan menentukan perkiraan persalinan.
7. Mengkaji status nutrisi ibu hamil dan hubungannya dengan pertumbuhan janin.
8. Mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubungannya dengan komplikasi kehamilan.
9. Memberikan penyuluhan pada klien/keluarga mengenai tanda-tanda berbahaya serta
bagaimana menghubungi bidan.
10. Melakukan penatalaksanaan kehamilan dengan anemia ringan, hyperemesis gravidarum
tingkat abortus imminen dan pre eklamsia ringan.
11. Menjelaskan dan mendemontrasikan cara mengurangi ketidaknyamanan yang lazim terjadi
dalam kehamilan.
12. Memberikan immunisasi pada ibu hamil.
13. Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan normal dan melakukan penanganan yang tepat
mermasuk merujuk ke fasilitas pelayanan tepat dari:
a. Kekurangan gizi.
b. Pertumbuhan janin yang tidak adekuat: SGA & LGA.
c. Pre eklamsia berat dan hipertensi.
d. Perdarahan per-vaginam.
e. Kehamilan ganda pada janin kehamilan aterm.
f. Kelainan letak pada janin kehamilan aterm.
g. Kematian janin.
h. Adanya adema yang signifikan, sakit kepala yang hebat, gangguan pandangan, nyeri
epigastrium yang disebabkan tekanan darah tinggi.
i. Ketuban pecah sebelum waktu (KPD=Ketuban Pecah Dini).
j. Persangkaan polyhydramnion.
k. Diabetes melitus.
l. Kelainan congenital pada janin.
m. Hasil laboratorium yang tidak normal.
n. Persangkaan polyhydramnion, kelainan janin.
o. Infeksi pada ibu hamil seperti : IMS, vaginitis, infeksi saluran perkemihan dan saluran nafas.
14. Memberikan bimbingan dan persiapan untuk persalinan, kelahiran dan menjadi orang tua.
15. Memberikan bimbingan dan penyuluhan mengenai perilaku kesehatan selama hamil seperti
nutrisi, latihan (senam), keamanan dan berhenti merokok.
16. Penggunaan secara aman jamu/obat-obatan tradisional yang tersedia.
Keterampilan Tambahan
1. Menggunakan Doppler untuk memantau DJJ.
2. Memberikan pengobatan dan/atau kolaborasi terhadap penyimpangan dari keadaan normal
dengan menggunakan standar local dan sumber daya yang tersedia.
3. Melaksanakan kemampuan Asuhan Pasca Keguguran.
ASUHAN SELAMA PERSALINAN DAN KELAHIRAN
Kompetensi ke-4 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap
kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman,
menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan
bayinya yang baru lahir.
Pengetahuan Dasar
1. Fisiologi persalinan.
2. Anatomi tengkorak janin, diameter yang penting dan penunjuk
3. Aspek psikologis dan cultural pada persalinan dan kelahiran.
4. Indikator tanda-tanda mulai persalinan
5. Kemajuan persalinan normal dan penggunaan partograf atau alat serupa.
6. Penilaian kesejahteraan janin dalam masa persalinan.
7. Penilaian kesejahteraan ibu dalam masa persalinan.
8. Proses penurunan janinmelalui pelvic selama persalinan dan kelahiran.
9. Pengelolaan dan penatalaksanaan persalinan dengan kehamilan normal dan ganda.
10. Pemberian kenyamanan dalam persalinan, seperti: kehadiran keluarga pendamping,
pengaturan posisi, hidrasi, dukungan moril, pengurangan nyeri tanpa obat.
11. Transisi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus.
12. Pemenuhan kebutuhan fisik bayi baru lahir meliputi pernapasan, kehangatan dan
memberikan ASI/PASI, eksklusif 6 bulan.
13. Pentingnya pemenuhan kebutuhan emosional bayi baru lahir, jika memungkinkan antara
lain kontak kulit langsung, kontak mata antar bayi dan ibunya bila dimungkinkan.
14. Mendukung dan meningkatkan pemberian ASI eksklusif.
15. Manajemen fisiologi kala III.
16. Memberikan suntikan intra muskuler meliputi: uterotonika, antibiotika dan sedative.
17. Indikasi tindakan kedaruratan kebidanan seperti: distosia bahu, asfiksia neonatal, retensio
plasenta,
perdarahan karena atonia uteri dan mengatasi renjatan.
18. Indikasi tindakan operatif pada persalinan misalnya gawat janin, CPD.
19. Indikator komplikasi persalinan : perdarahan, partus macet, kelainan presentasi, eklamsia
kelelahanibu, gawat janin, infeksi, ketuban pecah dini tanpa infeksi, distosia karena inersia
uteri primer, post term dan pre term serta tali pusat menumbung.
20. Prinsip manajemen kala III secara fisiologis.
21. Prinsip manajemen aktif kala III.
Pengetahuan Tambahan
1. Penatalaksanaan persalinan dengan malpresentasi. 2. Pemberian suntikan anestesi local.
3. Akselerasi dan induksi persalinanKeterampilan Dasar
1. Mengumpulkan data yang terfokus pada riwayat kebidanan dan tanda-tanda vital ibu pada
persalinan sekarang.
2. Melaksanakan pemeriksaan fisik yang terfokus
3. Melakukan pemeriksaan abdomen secara lengkap untuk posisi dan penurunan janin.
4. Mencatat waktu dan mengkaji kontraksi uterus (lama, kekuatan dan frekuensi).
5. Melakukan pemeriksaan panggul (pemeriksaan dalam) secara lengkap dan akurat meliputi
pembukaan, penurunan, bagian terendah, presentasi, posisi keadaan ketuban, dan proporsi
panggul dengan bayi.
6. Melakukan pemantauan kemajuan persalinan dengan menggunakan partograph.
7. Memberikan dukungan psikologis bagi wanita dan keluarganya.
8. Memberikan cairan, nutrisi dan kenyamanan yang kuat selama persalinan.
9. Mengidentifikasi secara dini kemungkinan pola persalinan abnormal dan kegawat daruratan
dengan intervensi yang sesuai dan atau melakukan rujukan dengan tepat waktu.
10. Melakukan amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm sesuai dengan indikasi
11. Menolong kelahiran bayi dengan lilitan tali pusat
12. Melakukan episiotomi dan penjahitan, jika diperlukan.
13. Melaksanakan manajemen fisiologi kala III.
14. Melaksanakan manajemen aktif kala III.
15. Memberikan suntikan intra muskuler meliputi uterotonika, antibiotika dan sedative.
16. Memasang infus, mengambil darah untuk pemeriksaan hemoglobin (HB) dan hematokrit
(HT).
17. Menahan uterus untuk mnecegah terjadinya inverse uteri dalam kala III.
18. Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaputnya.
19. Memperkirakan jumlah darah yang keluar pada persalinan dengan benar.
20. Memeriksa robekan vagina, serviks dan perineum.
21. Menjahit robekan vagina dan perineum tingkat II.
22. Memberikan pertolongan persalinan abnormal : letak sungsang, partus macet kepada di
dasar panggul, ketuban pecah dini tanpa infeksi, post term dan pre term.
23. Melakukan pengeluaran, plasenta secara manual.
24. Mengelola perdarahan post partum.
25. Memindahkan ibu untuk tindakan tambahan/kegawat daruratan dengan tepat waktu sesuai
indikasi.
26. Memberikan lingkungan yang aman dengan meningkatkan hubungan/ikatan tali kasih ibu
dan bayi baru lahir.
27. Memfasilitasi ibu untuk menyusui sesegera mungkin dan mendukung ASI eksklusif.
28. Mendokumentasikan temuan-temuan yang penting dan intervensi yang dilakukan.
Keterampilan Tambahan
1. Menolong kelahiran presentasi muka dengan penempatan dan gerakan tangan yang tepat.
2. Memberikan suntikan anestesi local jika diperlukan.
3. Melakukan ekstraksi forcep rendah dan vacum jika diperlukan sesuai kewenangan.
4. Mengidentifikasi dan mengelola malpresentasi, distosia bahu, gawat janin dan kematian
janin dalam kandungan (IUFD) dengan tepat.
5. Mengidentifikasi dan mengelola tali pusat menumbung.
6. Mengidentifikasi dan menjahit robekan serviks.
7. Membuat resep dan atau memberikan obat-obatan untuk mengurangi nyeri jika diperlukan
sesuai kewenangan.
8. Memberikan oksitosin dengan tepat untuk induksi dan akselerasi persalinan dan penanganan
perdarahan post partum.
ASUHAN PADA IBU NIFAS DAN MENYUSUI
Kompetensi ke-5 : Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi
dan tanggap terhadap budaya setempat.
Pengetahuan Dasar
1. Fisiologis nifas.
2. Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/abortus.
3. Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan yang lazim
terjadi termasuk pembengkakan payudara, abses, masitis, putting susu lecet, putting susu
masuk.
4. Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktifitas dan kebutuhan fisiologis lainnya seperti
pengosongan kandung kemih.
5. Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir.
6. Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus.
7. “Bonding & Atacchment” orang tua dan bayi baru lahir untuk menciptakan hubungan positif.
8. Indikator subinvolusi: misalnya perdarahan yang terus-menerus, infeksi.
9. Indikator masalah-masalah laktasi.
10. Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya perdarahan pervaginam menetap,
sisa plasenta, renjatan (syok) dan pre-eklamsia post partum.
11. Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode post partum, seperti anemia kronis,
hematoma vulva, retensi urine dan incontinetia alvi.
12. Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan konseling selama dan sesudah abortus.
13. Tanda dan gejala komplikasi abortus.
Keterampilan Dasar
1. Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang terfokus, termasuk keterangan rinci
tentang kehamilan, persalinan dan kelahiran.
2. Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu.
3. Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan/luka jahitan.
4. Merumuskan diagnosa masa nifas.
5. Menyusun perencanaan.
6. Memulai dan mendukung pemberian ASI eksklusif.
7. Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu meliputi perawatan diri sendiri, istirahat,
nutrisi dan asuhan bayi baru lahir.
8. Mengidentifikasi hematoma vulva dan melaksanakan rujukan bilamana perlu.
9. Mengidentifikasi infeksi pada ibu, mengobati sesuai kewenangan atau merujuk untuk
tindakan yang sesuai.
10. Penatalaksanaan ibu post partum abnormal: sisa plasenta, renjatan dan infeksi ringan.
11. Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB pasca persalinan.
12. Melakukan konseling dan memberikan dukungan untuk wanita pasca persalinan.
13. Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu.
14. Memberikan antibiotika yang sesuai.
15. Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan.
Keterampilan Tambahan
1. Melakukan insisi pada hematoma vulva.
ASUHAN PADA BAYI BARU LAHIR
Kompetensi ke-6 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komperhensif pada bayi
baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.
Pengetahuan Dasar
1. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan di luar uterus.
2. Kebutuhan dasar bayi baru lahir: kebersihan jalan napas, perawatan tali pusat, kehangatan,
nutrisi,
“bonding & attachment”.
3. Indikator pengkajian bayi baru lahir, misalnya dari APGAR.\
4. Penampilan dan perilaku bayi baru lahir.
5. Tumbuh kembang yang normal pada bayi baru lahir selama 1 bulan.
6. Memberikan immunisasi pada bayi.
7. Masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal seperti: caput, molding, mongolian
spot, hemangioma.
8. Komplikasi yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal seperti: hypoglikemia, hypotermi,
dehidrasi,
diare dan infeksi, ikterus.
9. Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada bayi baru lahir sampai 1 bulan.
10. Keuntungan dan resiko immunisasi pada bayi.
11. Pertumbuhan dan perkembangan bayi premature.
12. Komplikasi tertentu pada bayi baru lahir, seperti trauma intra-cranial, fraktur clavicula,
kematian mendadak, hematoma.
Keterampilan Dasar
1. Membersihkan jalan nafas dan memelihara kelancaran pernafasan, dan merawat tali pusat.
2. Menjaga kehangatan dan menghindari panas yang berlebihan.
3. Menilai segera bayi baru lahir seperti nilai APGAR.
4. Membersihkan badan bayi dan memberikan identitas.
5. Melakukan pemeriksaan fisik yang terfokus pada bayi baru lahir dan screening untuk
menemukan adanya tanda kelainan-kelainan pada bayi baru lahir yang tidak memungkinkan
untuk hidup.
6. Mengatur posisi bayi pada waktu menyusu.
7. Memberikan immunisasi pada bayi.
8. Mengajarkan pada orang tua tentang tanda-tanda bahaya dan kapan harus membawa bayi
untuk minta pertolongan medik.
9. Melakukan tindakan pertolongan kegawatdaruratan pada bayi baru lahir, seperti: kesulitan
bernafas/asphyksia, hypotermia, hypoglycemi.
10. Memindahkan secara aman bayi baru lahir ke fasilitas kegawatdaruratan apabila
dimungkinkan.11. Mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang dilakukan.
Keterampilan Tambahan
1. Melakukan penilaian masa gestasi.
2. Mengajarkan pada orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan bayi yang normal dan
asuhannya.
3. Membantu orang tua dan keluarga untuk memperoleh sumber daya yang tersedia di
masyarakat.
4. Memberikan dukungan kepada orang tua selama masa berduka cita sebagai akibat bayi
dengan cacat bawaan, keguguran, atau kematian bayi.
5. Memberikan dukungan kepada orang tua selama bayinya dalam perjalanan rujukan
diakibatkan ke fasilitas perawatan kegawatdaruratan.
6. Memberikan dukungan kepada orang tua dengan kelahiran ganda.
KEBIDANAN KOMUNITAS
Kompetensi ke-8 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komperhensif pada
keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.
Pengetahuan Dasar
1. Konsep dan sasaran kebidanan komunitas.
2. Masalah kebidanan komunitas.
3. Pendekatan asuhan kebidanan pada keluarga, kelompok dari masyarakat.
4. Strategi pelayanan kebidanan komunitas.
5. Ruang lingkup pelayanan kebidanan komunitas.
6. Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam keluarga dan
masyarakat.
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak.
8. Sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak
Pengetahuan Tambahan
1. Kepemimpinan untuk semua (kesuma).
2. Pemasaran sosial.
3. Peran serta masyarakat (PSM).
4. Audit maternal perinatal.
5. Perilaku kesehatan masyarakat.
6. Program-program pemerintah yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak
Keterampilan Dasar
1. Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas, laktasi, bayi balita dan KB di
masyarakat.
2. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak.
3. Melakukan pertolongan persalinan di rumah dan polindes.
4. Mengelola pondok bersalin desa (polindes).
5. Melaksanakan kunjungan rumah pada ibu hamil, nifas dan laktasi bayi dan balita.
6. Melakukan penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk mendukung upaya-
upaya kesehatan ibu dan anak.
7. Melaksanakan penyuluhan dan konseling kesehatan.
8. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
Keterampilan Tambahan
1. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.
2. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi.
3. Mengelola dan memberikan obat-obatan sesuai dengan kewenangannya.
4. Menggunakan teknologi kebidanan tepat guna.
ASUHAN PADA IBU/WANITA DENGAN GANGGUAN REPRODUKSI
Kompetensi ke-9 : Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan sistem
reproduksi.
Pengetahuan Dasar
1. Penyuluhan kesehatan mengenai kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual
(PMS), HIV/AIDS.
2. Tanda dan gejala infeksi saluran kemih serta penyakit seksual yang lazim terjadi.
3. Tanda, gejala, dan penatalaksanaan pada kelainan ginekologi meliputi: keputihan,
perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
Keterampilan Dasar
1. Mengidentifikasi gangguan masalah dan kelainan-kelainan sistem reproduksi.
2. Memberikan pengobatan pada perdarahan abnormal dan abortus spontan (bila belum
sempurna).
3. Melaksanakan kolaborasi dan atau rujukan secara tepat ada wanita/ibu dengan gangguan
system reproduksi.
4. Memberikan pelayanan dan pengobatan sesuai dengan kewenangan pada gangguan
system reproduksi meliputi: keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid.
5. Mikroskop dan penggunaannya.
6.Teknik pengambilan dan pengiriman sediaan pap smear.
Keterampilan Tambahan
1. Menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan hapusan vagina.
2. Mengambil dan proses pengiriman sediaan pap smear.
STANDAR PENDIDIKAN BIDAN
STANDAR I : LEMBAGA PENDIDIKAN
Lembaga pendidikan kebidanan berada pada suatu institusi pendidikan tinggi.
Definisi Operasional :
Penyelenggara pendidikan kebidanan adalah institusi pendidikan tinggi baik pemerintah
maupun swasta sesuai dengan kaidah-kaidah yang tercantum pada sistim pendidikan
nasional.
STANDAR II : FALSAFAH
Lembaga pendidikan kebidanan mempunyai falsafah yang mencerminkan visi misi dari
institusi yang tercermin pada kurikulum.
Definisi Operasional :
1. Falsafah mencakup kerangka keyakinan dan nilai-nilai mengenai pendidikan kebidanan
dan pelayanan kebidanan.
2. Penyelenggaraan pendidikan mengacu pada sistim pendidikan nasional Indonesia.
STANDAR IX : LULUSAN
Lulusan pendidikan bidan mengemban tanggung jawab profesional sesuai dengan tingkat
pendidikan.
Definisi Operasional :
1. Lulusan pendidikan bidan sebelum tahun 2000 dan Diploma III kebidanan, merupakan
bidan pelaksana, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di
institusi pelayanan maupun praktik perorangan.
2. Lulusan pendidikan bidan setingkat Diploma IV / S1 merupakan bidan professional,
yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di institusi pelayanan
maupun praktik perorangan. Mereka dapat berperan sebagai pemberi layanan, pengelola,
dan pendidik.
3. Lulusan pendidikan bidan setingkat S2 dan S3, merupakan bidan profesional, yang
memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di institusi pelayanan maupun
praktik perorangan. Mereka dapat berperan sebagai pemberi layanan, pengelola, pendidik,
peneliti, pengembang dan konsultan dalam pendidikan bidan maupun system/ketata-
laksanaan pelayanan kesehatan secara universal.
4. Lulusan program kebidanan, tingkat master dan doktor melakukan praktik kebidanan
lanjut, penelitian, pengembangan, konsultan pendidikan dan ketatalaksanaan pelayanan.
5. Lulusan wajib berperan aktif dan ikut serta dalam penentuan kebijakan dalam bidang
kesehatan.
6. Lulusan berperan aktif dalam merancang dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan
sebagai tanggapan terhadap perkembangan masyarakat.
STANDAR PENDIDIKAN BERKELANJUTAN BIDAN
STANDAR I: ORGANISASI
Peyelenggaraan Pendidikan Berkelanjutan Bidan berada di bawah organisasi Ikatan Bidan
Indonesia (IBI) pada tingkat Pengurus Pusat (PP-IBI), Pengurus Daerah (PD-IBI)dan
Pengurus Cabang (PC -IBI)
Definisi Operasional :
1. Pendidikan berkelanjutan untuk bidan, terdapat dalam organisasi profesi IBI.
2. Keberadaan pendidikan berkelanjutan bidan dalam organisasi profesi IBI, disahkan oleh
PP-IBI/PD-IBI/PC-IBI.
STANDAR II : FALSAFAH
Pendidikan berkelanjutan untuk bidan mempunyai falsafah yang selaras dengan falsafah
organisasi profesi IBI yang terermin visi, misi dan tujuan.
Definisi Operasional :
1. Bidan harus mengembangkan diri dan belajar sepanjang hidupnya.
2. Pendidikan berkelanjutan merupakan kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan bidan
3. Melalui penelitian dalam Pendidikan Berkelanjutan akan memperkaya Body of
Knowledge ilmu kebidanan.
STANDAR III : SUMBER DAYA PENDIDIKAN
Pendidikan berkelanjutan untuk bidan mempunyai sumber daya manusia, finansial dan
material untuk memperlancar proses pendidikan berkelanjutan.
Definisi Operasional :
1. Memiliki sumber daya manusia yang memenuhi kualifikasi dan mampu melaksanakan /
mengelola pendidikan berkelanjutan.
2. Ada sumber finansial yang menjamin terselenggaranya program.
STANDAR IV : PROGRAM PENDIDIKAN dan PELATIHAN
Pendidikan berkelanjutan bidan memiliki program pendidikan dan pelatihan yang
berkesinambungan sesuai dengan kebutuhan dan pengembangan.
Definisi Operasional :
1. Program Pendidikan Berkelanjutan bidan berdasarkan hasil pengkajian kelayakan.
2. Ada program yang sesuai dengan hasil pengkajian kelayakan.
3. Program tersebut disahkan/ terakreditasi organisasi IBI (PP/PD/PC), yang di buktikan
dengan adanya sertifikat.
STANDAR V : FASILITAS
Pendidikan berkelanjutan bidan memiliki fasilitas pembelajaran yang sesuai dengan
standar.
Definisi Operasional :
1. Tersedia fasilitas pembelajaran yang terakreditasi
2. Tersedia fasilitas pembelajaran sesuai perkembangan ilmu dan tehnologi.
STANDAR VI: DOKUMEN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
BERKELANJUTAN
Pendidikan berkelanjutan dan pengembangan bidan perlu pendokumentasian
Definisi Operasional :
1. Ada dokumentasi pelaksanaan pendidikan, pelatihan dan pengembangan.
2. Ada laporan pelaksanaan pendidikan, pelatihan dan pengembangan.
3. Ada laporan evaluasi pendidikan, pelatihan dan pengembangan.
4. Ada rencana tindak lanjut yang jelas.
STANDAR VII : PENGENDALIAN MUTU
Pendidikan berkelanjutan bidan melaksanakan pengendalian mutu pendidikan, pelatihan
dan pengembangan.
Definisi Operasional :
1. Ada program peningkatan mutu pendidikan, pelatihan dan pengembangan.
2. Ada penilaian mutu proses pendidikan, pelatihan dan pengembangan
3. Ada penilaian mutu pendidikan, pelatihan dan pengembangan.
4. Ada umpan balik tentang penilaian mutu.
5. Ada tindak lanjut dari penilaian mutu
STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN
STANDAR I : FALSAFAH DAN TUJUAN
Pelayanan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan filosofi bidan
Definisi Operasional :
1. Dalam menjalankan perannya bidan memiliki keyakinan yang dijadikan panduan dalam
memberikan asuhan
2. Tujuan utama asuhan kebidanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi
kesakitan dan kematian). Asuhan kebidanan berfokus pada promosi persalinan normal,
pencegahan penyakit, pencegahan cacad pada ibu dab bayi, promosi kesehatan yang
bersifat holistik, diberikan dengan cara yang kreatif, fleksibel, suportif, peduli, bimbingan,
monitor dan pendidikan berpusat pada perempuan. Asuhan berkesinambungan, sesuai
keinginan klien dan tidak otoriter serta menghormati pilihan perempuan
STANDAR II : ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki pedoman pengelolaan, standar pelayanan dan
prosedur tetap. Pengelolaan pelayanan yang kondusif, menjamin praktik pelayanan
kebidanan yang akurat.
Definisi Operasional :
1. Ada pedoman pengelolaan pelayanan yang mencerminkan mekanisme kerja di unit
pelayanan tersebut yang disahkan oleh pimpinan.
2. Ada standar pelayanan yang dibuat mengacu pada pedoman standar alat, standar
ruangan, standar ketenagaan yang telah tindakan di sahkan oleh pimpinan.
3. Ada standar prosedur tetap untuk setiap jenis kegiatan/ kebidanan yang di sahkan oleh
pimpinan.
4. Ada rencana/program kerja disetiap institusi pengelolaan yang mengacu ke institusi
induk.
5. Ada bukti tertulis terselenggaranya pertemuan berkala secara teratur, dilengkapi dengan
daftar hadir dan notulen rapat.
6. Ada naskah kerjasama, program praktik dari institusi yang menggunakan lahan praktik,
program pengajaran dan penilaian klinik.
7. Ada bukti administrasi.
STANDAR III : STAF DAN PIMPINAN
Pengelola pelayanan kebidanan mempunyai program pengeloaan sumber daya manusia,
agar pelayanan kebidanan berjalan efektif dan efisien.
Definisi Operasional :
1. Tersedia SDM sesuai dengan kebutuhan baik kualifikasi maupun jumlah.
2. Mempunyai jadwal pengaturan kerja harian.
3. Ada jadwal dinas sesuai dengan tanggung jawab dan uraian kerja.
4. Ada jadwal bidan pengganti dengan peran fungsi yang jelas.
5. Ada data personil yang bertugas di ruangan tersebut.
STANDAR IV : FASILITAS DAN PERALATAN
Tersedia sarana dan peralatan untuk mendukung pencapaian tujuan pelayanan kebidanan
sesuai dengan beban tugasnya dan fungsi institusi pelayanan.
Definisi Operasional :
1. Tersedia sarana dan peralatan untuk mencapai tujuan pelayanan kebidanan sesuai
standar.
2. Tersedianya peralatan yang sesuai dalam jumlah dan kualitas.
3. Ada sertifikasi untuk penggunaan alat-alat tertentu.
4. Ada prosedur permintaan dan penghapusan alat.
STANDAR V : KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki kebijakan penyelenggaraan pelayanan dan
pembinaan personil menuju pelayanan yang berkualitas.
Definisi Operasional :
1. Ada kebijakan tertulis tentang prosedur pelayanan dan standar pelayanan yang disahkan
oleh pimpinan.
2. Ada prosedur rekrutment tenaga yang jelas.
3. Ada regulasi internal sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk mengatur hak dan
kewajiban personil.
4. Ada kebijakan dan prosedur pembinaan personal.
STANDAR VI : PENGEMBANGAN STAF DAN PROGRAM PENDIDIKAN
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki program pengembangan staf dan perencanaan
pendidikan, sesuai dengan kebutuhan pelayanan.
Definisi Operasional :
1. Ada program pembinaan staf dan program pendidikan secara berkesinambungan.
2. Ada program orientasi dan pelatihan bagi tenaga bidan/personil baru dan lama agar dapat
beradaptasi dengan pekerjaan.
3. Ada data hasil identifikasi kebutuhan pelatihan dan evaluasi hasil pelatihan.
STANDAR VII : STANDAR ASUHAN
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan/manajemen kebidanan yang
diterapkan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Definisi Operasional :
1. Ada Standar Manajemen Asuhan Kebidanan (SMAK) sebagai pedoman dalam
memberikan pelayanan kebidanan.
2. Ada format manajemen kebidanan yang terdapat pada catatan medik.
3. Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.
4. Ada diagnosa kebidanan.
5. Ada rencana asuhan kebidanan.
6. Ada dokumen tertulis tentang tindakan kebidanan.
7. Ada catatan perkembangan klien dalam asuhan kebidanan.
8. Ada evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan.
9. Ada dokumentasi untuk kegiatan manajemen kebidanan.
STANDAR VIII : EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki program dan pelaksanaan dalam evaluasi dan
pengendalian mutu pelayanan kebidanan yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
Definisi Operasional :
1. Ada program atau rencana tertulis peningkatan mutu pelayanan kebidanan.
2. Ada program atau rencana tertulis untuk melakukan penilaian terhadap standar asuhan
kebidanan.
3. Ada bukti tertulis dari risalah rapat sebagai hasil dari kegiatan pengendalian mutu asuhan
dan pelayanan kebidanan.
4. Ada bukti tertulis tentang pelaksanaan evaluasi pelayanan dan rencana tindak lanjut.
5. Ada laporan hasil evaluasi yang dipublikasikan secara teratur kepada semua staf
pelayanan kebidanan
STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN
STANDAR I : METODE ASUHAN
Asuhan kebidanan dilaksanakan dengan metode manajemen kebidanan dengan langkah:
Pengumpulan data dan analisis data, penegakan diagnosa perencanaan pelaksanaan,
evaluasi dan dokumentasi.
Definisi Operasional :
1. Ada format manajemen asuhan kebidanan dalam catatan asuhan kebidanan.
2. Format manajemen asuhan kebidanan terdiri dari: format pengumpulan data, rencana
asuhan, catatan implementasi, catatan perkembangan, tindakan, evaluasi, kesimpulan dan
tindak lanjut kegiatan lain.
STANDAR II : PENGKAJIAN
Pengumpulan data tentang status kesehatan klien dilakukan secara sistematis dan
berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan dianalisis.
Definisi Operasional :
Ada format pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan secara sistematis, terfokus, yang meliputi data :
1. Demografi identitas klien
2. Riwayat penyakit terdahulu
3. Riwayat kesehatan reproduksi :
• Riwayat haid
• Riwayat bedah organ reproduksi
• Riwayat kehamilan dan persalinan
• Pengaturan kesuburan
• Faktor kongenital/keturunan yang terkait
4. Keadaan kesehatan saat ini termasuk kesehatan reproduksi
5. Analisis data
STANDAR III : DIAGNOSA KEBIDANAN
Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisis data yang telah dikumpulkan.
Definisi Operasional :
1. Diagnosa kebidanan dibuat sesuai dengan hasil analisa data.
2. Diagnosa kebidanan dirumuskan secara sistematis.
STANDAR IV : RENCANA ASUHAN
Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan.
Definisi Operasional :
1. Ada format rencana asuhan kebidanan.
2. Format rencana asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa, berisi rencana tindakan,
evaluasi dan tindakan.
STANDAR V : TINDAKAN
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan diagnosa, rencana dan perkembangan
keadaan klien.
Definisi Operasional :
1. Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi.
2. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan perkembangan klien.
3. Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan prosedur tetap dan wewenang bidan
atau hasil kolaborasi.
4. Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan etika dan kode etik kebidanan.
5. Seluruh tindakan kebidanan dicatat pada format yang telah tersedia.
STANDAR VI : PARTISIPASI KLIEN
Klien dan keluarga dilibatkan dalam rangka peningkatan pemeliharaan dan pemulihan
kesehatan.
Definisi Operasional :
1. Klien/keluarga mendapatkan informasi tentang :
• Status kesehatan saat ini
• Rencana tindakan yang akan dilaksanakan
• Peranan klien/keluarga dalam tindakan kebidanan
• Peranan petugas kesehatan dalam tindakan kebidanan
• Sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan
2. Klien dan keluarga dilibatkan dalam menentukan pilihan dan mengambil keputusan
dalam asuhan.
3. Pasien dan keluarga diberdayakan dalam terlaksananya rencana asuhan klien
STANDAR VII : PENGAWASAN
Monitor/pengawasan klien dilaksanakan secara terus menerus dengan tujuan untuk
mengetahui perkembangan klien.
Definisi Operasional :
1. Adanya format pengawasan klien.
2. Pengawasan dilaksanakan secara terus menerus dan sistimatis untuk mengetahui
perkembangan klien.
3. Pengawasan yang dilaksanakan dicatat dan dievaluasi.
STANDAR VIII : EVALUASI
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan terus menerus sesuai dengan tindakan kebidanan
dan rencana yang telah dirumuskan.
Definisi Operasional :
1. Evaluasi dilaksanakan pada tiap tahapan pelaksanaan asuhan sesuai standar.
2. Hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan.
STANDAR IX : DOKUMENTASI
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi asuhan
kebidanan.
Definisi Operasional :
1. Dokumentasi dilaksanakan pada setiap tahapan asuhan kebidanan.
2. Dokumentasi dilaksanakan secara sistimatis, tepat, dan jelas.
3. Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksanaan asuhan kebidanan
C. KODE ETIK BIDAN INDONESIA
Deskripsi Kode Etik Bidan Indonesia
Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan
eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang
memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi.
2. Kode Etik Bidan Indonesia
a. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat
1. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
jabatannya
dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
2. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
3. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
4. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien dan nilai-nilai yang dianut oleh klien.
5. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien,
keluaraga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan
berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.
6. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajart
kesehatannya secara optimal.