Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 2

syarat-syarat Ijma’ itu bisa terjadi bila memenuhi lima kriteria

1. Yang bersepakat oleh para mujtahid


2. Seluruh Mujtahid
3. Para Mujtahid harus umat nabi Muhammad
4. Di lakukan setelah nabi Wafat
5. Kesepakatan mereka harus berhubungan dengan syarat sedangkan Qiyas adlah pengukuran
sesuatu dengan yang lainnya atau penyamaan dengan yang sejenisnya.

1. Pengertian ijma'

Ijma' menurut bahasa Arab berarti kesepakatan atau sependapat tentang sesuatu hal, seperti

perkataan seseorang ( ) yang berati "kaum itu telah sepakat (sependapat)


tentang yang demikian itu."

Menurut istilah ijma', ialah kesepakatan mujtahid ummat Islam tentang hukum syara' dari
peristiwa yang terjadi setelah Rasulullah SAW meninggal dunia. Sebagai contoh ialah setelah
Rasulullah SAW meninggal dunia diperlukan pengangkatan seorang pengganti beliau yang
dinamakan khalifah. Maka kaum muslimin yang ada pada waktu itu sepakat untuk mengangkat
seorang khalifah dan atas kesepakatan bersama pula diangkatlah Abu Bakar RA sebagai khalifah
pertama. Sekalipun pada permulaannya ada yang kurang menyetujui pengangkatan Abu Bakar
RA itu, namun kemudian semua kaum muslimin menyetujuinya. Kesepakatan yang seperti ini
dapat dikatakan ijma'.

2. Dasar hukum ijma'

a. Al-Qur'an

b. AI-Hadits

c. Akal pikiran
Qiyas adalah meneerangkan hukum sesuatu yang tidak ada nashnya dalam alqur’an dan
hadis, dengan cara membandingkannya dengan sesuatu yang ditetapkan berdasarkannya dengan
sesuatu yang ditetapkan hukum berdasarkan nash.

. Syarat Qiyâs
Dari empat rukun qiyâs yang sudah diterangkan di atas, dari masing-masing rukun terdapat
beberapa hal yang harus dipenuhi sebagai syarat khusus sah-nya qiyâs, di antaranya adalah:
1. Syarat al-Ashlu
Ulama ulhul fiqih sepakat bahwa syarat dari al-ashlu adalah suatu hal yang pokok, dan bukan
merupakan cabang dari yang lain, atau bukan cabang dari pokok (hukum) yang lain.[11]
Menurut jumhur fuqaha, bahawa qiyâs harusalah dibangun diatas dalil nash ataupun ijma',
hanya saja terjadi perbedaan pendapat di antara mereka tentang bolehnya qiyâs yang
didasarkan atas ijma'. Sebagian ulama yang tidak setuju mengatakan bahwa qiyâs didasarkan
dari 'illah yang menjadi dasar disyariatkannya hukum asli, dan hal ini tidak memungkinkan
dalam ijma', karena ijma' tidak diharuskan disebutkan adanya wakil (al-far'u). Maka apabila
tidak disebutkan al-far'u-nya, tidak mungkin untuk bisa diketahui 'illah qiyâs-nya.[12]

Dasar hokum qiyas :

1.alquran

2.al hadist

3.perbuatan sahabat

4.akal

Anda mungkin juga menyukai