Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
KARAKTERISTIK BAHAN AJAR DAN DASAR PERTIMBANGAN PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN A.Karakteristik bahan ajar a.    Pengertian Bahan Ajar Menurut Sungkono dkk (2003:1) Bahan ajar adalah seperangakat bahan yang memuat materi atau isi pembelajaran yang “didesain” untuk mencapai tujuan pembelajaran.[1] Suatu bahan ajar memuat materi, pesan atau isi mata pelajaran. Dengan kata “didesain” dapat diketahui bahwa bahan ajar juga dapat diwujudkan berupa media pembelajaran, alat peraga pembelajaran yang dapat digunakan untuk belajar siswa dalam proses pembelajaran, dan sumber belajar yang membantu guru dan siswa dalam pembelajaran. Ada dua bentuk bahan ajar yaitu : 1.      Bahan ajar yang “didesain” lengkap, artinya bahan ajar yang memuat semua komponen pembelajaran  secara utuh, meliputi: tujuan pembelajran atau kompotensi yang akan dicapai, kegiatan belajar yang harus dilakukan siswa, materi pembelajaran, latihan dan tugas, evaluasi, dan tugas, evaluasi, dan umpan balik. Contoh kelompok bahan ajar ini adalah, modul pembelajaran, audio pembelajaran, video pembvelajaran, pembelajaran bebasis computer, pembelajaran berbasis Web/internet. 2.      Bahan ajar yang “didesain” tidak lengkap, artinya bahan ajar yang didesain dalam bentuk sumber belajar, media pembelajaran atau alat peraga yang digunakan sebagai alat bantu ketika guru dan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran. Contoh kelompok bahan ajar ini meliputi, pembelajaran dengan berbagai alat peraga, belajar dengan transparansi, belajar dengan buku teks, peta, globe, model kerangka manusia, dan sebagainya. Misalnya, guru akan mengajarkan materi tentang pulau-pulau besar di Indonesia. Peta dapat diklarifikasikan sebagai bentuk desain bahan ajar yang berisi materi tentang kepulauan Indonesia. Bahan ajar perlu dikembangakan dan organisasi secara mantap dan matang agar pembelajaran tidak melenceng dari tujuan yang hendak dicapai. b.     Karakteristik Bahan Ajar Pembelajaran mempunyai karakteristik yang sangat berbeda. Hal ini disebabkan karena karakteristik  siswa  berbeda.  Secara  institusional  tujuan  pembelajaran lebih kearah pengembangan potensi dasar para siswa , karena potensi dasar ini sangat diperlukan untuk belajar dan pembelajaran pada  tingkat  pendidikan  selanjutnya. Apabila  belajar  dan  pembelajarannya tidak dilaksanakan  sebagaimana  mestinya,  sehingga  potensi  dasar  tidak  berkembang dikhawatirkan menjadi penghambat bagi perkembangan    siswa selanjutnya, khususnya  dalam  mengikuti  program-program  belajar dan  pembelajaran.  Berdasarkan alasan-alasan di atas, maka bahan ajar hendaknya memiliki  karakteristik sebagaimana bahan ajar pada umumnya, seperti berikut ini: 1.      Bahan  pembelajaran  hendaknya  memiliki  karakteristik  dapat   membelajarkan  sendiri  para siswa (self  instructional), artinya bahan ajar mempunyai  kemampuan menjelaskan yang sejelas-jelasnya semua bahan yang termuat di dalamnya dan diperlukan bagi pembelajaran siswa. 2.      Bahan ajar bersifat lengkap, sehingga memungkinkan siswa tidak  perlu  lagi  mencari  sumber  bahan  lain.  Hal  ini  dimaksudkan  agar  tidak mempersulit   siswa   dalam   belajar,   meskipun   pada   sisi   lain   dapat   mematikan kreativitas  siswa.  Dengan  sifat  lengkap  bahan  pembelajaran  juga  dapat  mengatasi kekurangan buku pelajaran. 3.      Bahan  pembelajaran  bersifat  fleksibel,  dapat  digunakan  baik  untuk belajar   klasikal,   kelompok   dan   mandiri.   4.      Desain   bahan   pembelajaran   dibuat   dalam   format   yang sederhana  tidak  terlalu  kompleks  dan  detail,  yang  penting  bahan  pembelajaran  mampu  merangsang perkembangan  seluruh  potensi  dasar  siswa .  Misalnya, mengembangkan  potensi  berbahasa,  berimajinasi,  berpikir  kritis,  aktif  dan  kreatif, dan potensi-potensi lain yang mendasari penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk tingkat pendidikan selanjutnya. 5.      Tampilan  bahan  pembelajaran  harus  menarik  perhatian  siswa. B. Dasar pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dasar pertimbangan pemilihan strategi pembelajaran adalah suatu dasar acuan yang dapat digunakan dalam memilih strategi yang tepat dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Orentasi dari pemilihan strategi pembelajaran haruslah pada tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Selain itu juga harus disesuaikan dengan jenis materi, karakteristik siswa serta situasi dan kondisi lingkungan dimana proses belajar tersebut akan berlangsung. Terdapat beberapa teknik dan metode yang dapat digunakan oleh guru, tetapi tidak semuanya sama efektifnya dapat mencapai tujuan pembelajaran. Mager (1977) menyampaikan beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam pemilihan strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut : 1. Berorientasi pada tujuan pembelajaran Tipe perilaku apa yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik, misalnya menyusun bagan analisis pemebelajaran. Hal ini berarti metode yang paling dekat dan sesuai yang dikehendaki oleh latihan atau praktek langsung. Gerlach dan Ely (1990) menyebutkan Tidak ada satu strategi pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang lain. Baik tidaknya suatu strategi pembelajaran bisa dilihat dari efektif tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian, pertimbangan pertama penggunaan strategi pembelajaran adalah berorentasi pada tujuan pembelajaran apa yang harus dicapai. 2. Pilih teknik atau metode pembelajaran sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki saat bekerja nanti (dihubungkan dengan dunia kerja). Misalnya setelah bekerja, peserta didik dituntut untuk pandai memprogram data komputer (programmer). Hal ini berarti metode yang paling mungkin digunakan adalah praktikum dan analisis kasus/pemecahan masalah (problem solving) 3. Gunakan media pembelajaran yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan pada indera peserta didik. Artinya, dalam satuan-satuan waktu yang bersamaan peserta didik dapat melakukan aktivitas fisik maupun psikis. Selain kriteria diatas, pemilihan strategi pembelajaran dapat dilakukan dengan memperhatikan pertannyaan-pertannyaan dibawah ini: 1. Apakah materi pelajaran paling tepat disampaikan secara klasikal (serentak bersama-sama dalam satu-satuan waktu)? 2. Apakah materi pelajaran sebaiknya dipelajari peserta didik secara individual sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing? 3. Apakah pengalaman langsung hanya dapat berhasil diperoleh dengan jalan praktek langsung dalam kelompok dengan guru atau tanpa kehadiran guru? 4. Apakah diperlukan diskusi atau konsultasi secara individual antara guru dan siswa? Gerlach dan Ely (1990, hal 173) menjelaskan pola umum pemilihan strategi pembelajaran yang didasari pada prinsip efisiensi, efektivftas, dan keterlibatan peserta didik. 1.Efisiensi yaitu Penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan pemilihan metode yang mendukung tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Contohnya Strategi ekspository merupakan strategi yang efisien untuk pencapaian tujuan yang bersifat hafalan dibandingkan dengan strategi inquiry diberikan dengan suatu konsep, bukan hanya sekedar menghafal. Strategi ini lebih tepat membawa siswa pada suatu pengertian yang sama dengan yang dicapai melalui ekspository, tetapi pencapaiannya jauh lebih lama. 2.Efektivitas Pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Perlu diingat bahwa strategi yang paling efisien sekalipun tidak otomatis menjadi strategi yang efektif. Jadi efisiensi akan merupakan pemborosan bila tujuan akhir tidak tercapai. Suatu cara untuk mengukur efektifitas ialah dengan jalan menentukan transferbilitas (kemampuan memindahkan) prinsip-prinsip yang dipelajari. Kalau tujuan dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat dengan suatu strategi tertentu dari pada strategi yang lain, maka strategi itu efisien. Kalau kemampuan mentransfer informasi atau skill yang dipelajari lebih besar dicapai melalui suatu strategi tertentu dibandingkan strategi yang lain, maka strategi tersebut lebih efektif untuk pencapaian tujuan. 3. Keterlibatan peserta didik pada dasamya keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tantangan yang dapat membangkitkan motivasinya dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran yang besifat inkuiri pada umumnya dapat memberikan rangsangan belajar yang lebih intensif dibandingkan dengan strategi pembelajaran yang hanya bersifat ekspositori. Berdasarkan prinsip student centered maka peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Dalam masyarakat belajar dikenal istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang diterjemahkan dari’ SAL (Student Active Learning) yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan iebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan-latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey, 1978, hal 108).