Pribadi sebagai agent moral Manusia mulai mengamati dan membentuk pemahaman tentang diri mereka sendiri. Secara intuitif, upaya ini digunakan untuk mengobservasi dan memahami diri sebagai intrinsic dengan apa yang dimaksud dengan menjadi...
morePribadi sebagai agent moral
Manusia mulai mengamati dan membentuk pemahaman tentang diri mereka sendiri. Secara intuitif, upaya ini digunakan untuk mengobservasi dan memahami diri sebagai intrinsic dengan apa yang dimaksud dengan menjadi manusia. Dalam memahami diri kita sendiri menyatu ke upaya untuk memahami sifat manusia atau pikiran.
Dari jaman dahulu sampai akhir abad ke 18 ada beberapa ahli yang mencoba menjelaskan sikap manusia. Hal tersebut dikaitkan dengan sumber ilahi, otoritas negara (peraturan dari gereja).
Pada era modernitas, otoritas agama untuk melegitimasi negara pada umumnya dan pada sanksi social khususnya, secara bertahap mengalami penurunan dan diganti dengan kewenangan beralasan. Hasil dari metamorphosis ini dijadikan sebuah pencerahan dan atribut untuk ilmu pengetahuan.
Pada akhir abad ke 19, penjelasan filosofis dari pribadi sebagai agent moral diganti dengan penjelasan psikologi dan sosiologis. Salah satu ilmu psikologi yaitu psikoanalitik menemukan adanya neurophilosophical pikiran di dalam otak. Akibatnya, studi tentang pribadi sebagai agent moral yang tadinya tidak ilmiah diganti menjadi studi ilmiah dengan memeahami perilaku manusia dari fisiologisnya (bahan kimia dalam otak , gen dan keadaan fisiologisnya). Sejak saat itu filsuf moral menyerahkan mandatnya kepada para ahli dalam ilmu saraf dengan hormat dan keadilan serta supremasi hukum diganti dengan kasih saying, dan sesuai dengan etika medis.
Subjek yang dijadikan percobaan adalah anjing, dengan tujuan untuk memahami struktur dna atau mengontrol anjing tersebut. Ini adalah hal yang sangat berbeda dengan untuk memahami perilaku manusia, apalagi untuk mengontrol orang yang memiliki hak dalam masyarakat, mereka
berkomitmen untuk menghormati “ hak asasi manusia.”
Dialog socrates adalah dialog tanya jawab yang dikenal sebagai metode elenchus yunani, yang berarti untuk menyangkal. dialpg ini merupakan perdebatan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling berdiskusi dan dihadapkan dengan suatu deretan pertanyaan-pertanyaan, yang dari serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang diharapkan dapat menemukan jawabannya, saling membantu dalam menemukan sebuah jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang sulit. Secara historis sokrates banyak bergulat soal isu-isu yang terkait dengan kehidupan manusia yang mempertanyakan soal-soal yang terkait dengan kebaikan, moral, dan keadilan.
Setiap orang, setiap saat, memiliki beberapa pemahaman tentang segala sesuatu dalam hidupnya. Pada saat yang sama, seperti sidik jari setiap orang adalah berbeda dari setiap orang lainnya, demikian pula pemahaman setiap orang dari dirinya sendiri dan dunia yang berbeda dari setiap orang lainnya
Pepatah "ketika di roma, lakukan seperti orang roma" mengingatkan kita bahwa kerjasama sosial mengharuskan kepatuhan dengan adat. Di kehidupan nyata perusahaan ilmiah termasuk hanya sah bisa benar. Perilaku tidak sah, menurut definisi, adalah perilaku bahwa masyarakat dianggap salah dan menstigmatisasi baik sebagai kejahatan atau penyakit mental. Sebuah ide tidak sah lisan atau tertulis adalah jenis perilaku yang masyarakat memperlakukan sama. ' Untuk ide-ide yang tidak sah menjadi mereka delusi atau penemuan-satunya domain yang aman adalah pikiran sebagai dialog dalam.
Daftar Pustaka:
Schneider, K., Bugentak, J.F .T, Pierson, J.F. (2001). Handbook of Humanistic Psychology. Sage Publication