Peternakan

A joint evaluation of all animals, uses all additive genetic relationships uses all data on all animal jointly It works as a linear model (correcting different effects for each other), jointly estimates animal effects and fixed effects (herds) but has Selection Index properties (Regression with " heritability ")  1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1

eternak kambing, merupakan salah satu Busaha yang cukup menjanjikan karena; 1) Tidak memerlukan lahan yang luas, 2) Memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan sehingga mudah dipelihara dan dikembangkan, 3) Untuk berkembang biak tidak memerlukan waktu yang lama, 4) Bahan pangan tidak mahal harganya karena dapat memanfaatkan limbah pertanian. Selain itu kambing merupakan sumber protein yang bernilai gizi tinggi. Pangsa pasar kambing cukup baik, untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk ekspor. Indonesia mempunyai peluang untuk ekspor sekitar 3 juta ekor/tahun dengan tujuan Malaysia dan Timur Tengah. Peluang pasar yang cukup besar tersebut dapat mendorong petani peternak kambing untuk usaha budidaya kambing melalui usaha penggemukan dan pembudidayaan kambing peranakan etawa. Dengan usaha ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani peternak kambing. ambing peranakan etawa adalah kambing Khasi l persilangan antara kambing kacang dan kambing etawa. Ciri-ciri kambing peranakan etawa sebagai berikut:   Bobot badan jantan dewasa 40 kg sedangkan betina 35 kg; Panjang telinga berkisar antara 18-30 cm; BUDIAYA KAMBING PERANAKAN ETAWA   hitam. Jenis kambing ini sangat baik untuk dibudidayakan karena dagingnya disukai masyarakat karena lebih empuk dan lebih gurih, daya reproduksi dan pertumbuhan berat badannya relatif cepat. Berat badan kambing peranakan etawa dapat mencapai 68-91 kg sehingga cocok untuk dijadikan ternak penghasil daging. Selain itu Kambing peranakan etawa mempunyai harga jual yang baik. andang yang sesuai untuk melakukan

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Potensi pakan hijauan dalam pengembangan ternak ruminansia kecil di Kota Parepare. 2) Daya tampung populasi ternak ruminansia kecil di Kota Parepare. 3) Daya dukung wilayah pengembangan ternak ruminansia kecil berdasarkan indeks daya dukung (IDD) di Kota Parepare. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif, dengan variabel penelitian meliputi jumlah ternak ruminansia, luas penggunaan lahan, dan produksi pertanian. Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder bersumber dari: a) BPS Kota Parepare. b) Dinas Peternakan, Kehutanan, Perikanan, dan Kelautan (PKPK) Kota Parepare. c) hasil penelitian terdahulu. Data kemudian diolah dan dianalisis melalui perhitungan potensi hijauan, daya tampung ternak, dan Indeks daya dukung (Ashari). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari empat Kecamatan di Kota Parepare, Kecamatan Bacukiki merupakan wilayah dengan potensi hijauan paling tinggi sebesar 10.007,48 ton/tahun atau 74% dari total potensi hijauan Kota Parepare yaitu 13.587,21. Kota Parepare mampu menampung ternak ruminansia kecil sebanyak 59.560 ST dan ternak ruminansia besar sebanyak 5.956 ST. Sedangkan populasi ternak ruminansia sebanyak 3.930 ST ruminansia besar dan 503 ST ternak ruminansia kecil, yang berarti masih dapat dilakukan penambahan populasi sebanyak 2.024 ST ruminansia besar dan 59.056 ST ruminansia kecil. Hasil perhitungan Indeks daya dukung (IDD) bahwa nilai IDD Kota Parepare sebesar 1,49 berada pada level kritis. Hal ini berarti kebutuhan pakan ternak Kota Parepare cukup namun konservasi lahan hijauan tidak terjaga. Jika pengembangan ternak di fokuskan pada jenis ternak ruminansia kecil seperti kambing maka nilai IDD Kota Parepare meningkat 188 berada pada level aman atau kebutuhan pakan ternak tercukupi begitupun dengan aspek konservasi lahan terjaga. Secara keseluruhan pengembangan ternak ruminansia kecil (kambing) memiliki peluang besar daripada ternak ruminansia besar (sapi dan kerbau) dan sangat cocok bahkan di wilayah semi perkotaan seperti Kota Parepare.

Bakteri E. Coli merupakan bakteri yang terdapat pada usus dan kotoran dari sapi yang dapat menyebabkan masalah kesehatan dan dapat susu segar ketika proses pemerahan yang tidak menjaga kebersihan diri dan sanitasi kandang. Hasil survei pendahuluan didapatkan bakteri E. Coli 210 Apm/ml yang berarti nilai MPSN E. Coli lebih dari nilai ambang batas yang telah ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional tahun 2011 yakni <3 Apm/ml dikarenakan keadaan peternakan di Desa Tulungrejo ditemukan beberapa kondisi kebersihan diri dan sanitasi kandang peternak kurang terjaga seperti peternak menggunakan ember plastik sebagai penampung susu, tidak membersihkan kandang sebelum pemerahan, tidak membersihkan ambing sapi menggunakan air bersih.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara personal hygiene dan sanitasi kandang terhadap keberadaan bakteri escherichia coli yang terdapat pada peternakan Desa Tulungrejo Kabupaten Blitar. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dengan menggunakan instrumen kuesioner, dan checklist observasi. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara personal hygiene terhadap bakteri E. Coli dengan nilai p=0,03, terdapat hubungan yang signifikan antara sanitasi kandang dengan bakteri E. Coli dengan nilai p=0,04.
Berdasarkan penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa personal hygiene sebagian besar baik, sanitasi kandang sebagian besar baik, kualitas bakteri E. Coli sebagian besar buruk, terdapat hubungan antara personal hygiene dengan keberadaan bakteri E. Coli, dan terdapat hubungan antara sanitasi kandang dengan keberadaan bakteri E. Coli.
Dalam penelitian ini peneliti memberikan beberapa saran antara lain; sebaiknya peternak mulai membiasakan cuci tangan menggunakan sabun sehingga dapat memperbaiki kualitas susu segar dan peternak dapat memperbaiki tempat pembuangan limbah kotoran sapi dan mengolahnya agar bermanfaat bagi hewan, lingkungan, dan peternak. Saran untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk menambah variabel lain seperti; waktu pendistribusian susu ke lokasi penampungan, lama penggunaan wadah penampung susu, dll sehingga dapat diperoleh faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas susu sapi perah.

Dasar - dasar teori singkat mengenai status faali berdasarkan beberapa literatur. Status faali yang dibahas meliputi temperatur rektal, pulsus, dan respirasi.

This paper is about simple basic theory of status faali (physiological status) based on several literature. Status faali (physiological status) that describe in this paper including temperature of rectal, respiration, and pulsus

Kandang sistem closed house adalah kandang tertutup yang menjamin keamanan secara biologi karena kontak dengan organisme lain semakin sedikit. Dengan pengaturan ventilasi yang baik maka akan lebih sedikit stres yang terjadi pada ternak. Kandang dengan sistem tersebut diharapkan dapat menyediakan sebanyak-banyaknya oksigen dan mengeluarkan sesegera mungkin gas-gas berbahaya seperti karbondioksida dan amonia.
Kandang Closed House secara harfiah adalah kandang tertutup. Tetapi, tidak sekadar itu saja. Kandang closed house ideal dibuat sedemikian rupa sehingga lingkungan di dalam kandang optimum untuk pertumbuhan ayam. Menurut Boedi Poerwanto, Deputy Poultry Director PT. Sierad Produce, modifikasi kandang adalah penting dan bertujuan menyelamatkan peternak. Aplikasi teknologi ini membuat ayam dan lingkungan nyaman. Apalagi cuaca semakin ekstrim dan lahan peternakan semakin bersaing dengan pemukiman.
Awal mulanya sistem Closed House diterapkan di daerah sub-tropis yang memiliki empat musim, namun dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa, di daerah tropis yang memiliki dua musim seperti Indonesia juga memberi pengaruh yang efektif dalam mengatur kondisi lingkungan yang dibutuhkan ayam. Adapun tipe ventilasi yang pas untuk iklim tropis adalah ‘Sistem Tunnel’

Keberhasilan usaha sapi perah bergantung pada program pemeliharaan pedet maupun sapi dara sebagai replacement stock untuk dapat meningkatkan produksi susu. Dalam usaha peternakan sapi perah pemeliharaan sapi daramemerlukan perhatian dan ketelitian yang tinggi dibanding dengan pemeliharaansapi masa lainnya. Hal ini disebabkan karena kondisi sapi dara yang masihmembutuhkan nutrisi yang cukup untuk keberlangsungan hiduupnya. Kesalahandalam pemeliharaan sapi dara, dapat menyebabkan pertumbuhan pertumbuhansapi dara terhambat dan tidak maksimal. Penanganan sapi dara mulai dari awalsangat diperlukan agar nantinya bisa mendapatkan sapi yang mempunyai produktivitas tinggi untuk menggantikan sapi yang sudah tidak berproduksi lagi. Efisien pengembangbiakan dan pengembangan usaha ternak perah dapatdicapai apabila peternak benar-benar memperhatikan tata laksana pemeliharaandan manajemen pengelolaan yang baik terhadap pemeliharaan pedet maupun sapidara. faktor penting yang harus diperhatikan adalah manajemen yang memegang peranan penting dalam usaha ternak perah. sehingga pengetahuan, ketrampilantentang manajemen ternak perah khususnya menejemen pemeliharaan pedet bagi mahasiswa Peternakan, produksi ternak perah penting adanya untuk menunjang pengalaman dan pengetahuan praktis mahasiswa mengenai manajeman sapi dara, manajemen perkandangan, manajemen pakan, management penanganan dan kesehatan sapi dara.
B. Rumusan masalah
1) Bagaimana prosedur pengurusan izin usaha?
2) Bagaimana proses perizinan pada perusahaan?
3) Bagaimana penentuan dan pengurusan tempat kerja?
4) Bagaimana perekrutan dan penetapan SDM (Sumber Daya Manusia)?
5) Bagaimana persiapan adminstrasi usaha?

Penelitian telah dilaksanakan di padang rumput alam Desa Fatuteta, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang selama 8 bulan yaitu bulan Desember 2017 sampai dengan Julii 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan protein kasar, serat kasar dan mineral kalsium (Ca) hijauan pakan padang rumput alam. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survey melalui pengukuran dan pengamatan secara langsung dilapangan. Pengukuran produksi hijauan dilakukan menggunakan metode acak sistematis, yaitu menggunakan petak ukur 1m x 1m. Penempatan petak ukur di padang rumput dilakukan dengan cara acak sistematis.Variabel yang diamati meliputi kandungan protein kasar, serat kasar dan mineral kalsium (Ca). Hasil penelitian menunjukkan kandungan protein kasar sebesar 8,76 %, kandungan serat kasar sebesar 29,46 % sedangkan kandungan mineral Ca sebesar 0,80 %. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kandungan nutrisi padang rumput alam Desa Fatuteta tergolong sedang dan kandungan mineral kalsium memenuhi kebutuhan ternak sapi bakalan maupun penggemukkan yaitu, 0,80 %. Kata kunci: Padang rumput alam, protein kasar, serat kasar, mineral kalsium

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh lama perendaman pada berbagai konsentrasi larutan sari buah markisa terhadap WHC dan keempukan daging itik petelur afkir. Materi yang digunakan adalah daging itik petelur afkir (umur 21 bulan) dan sari buah markisa dengan konsentrasi (15%, 20%, dan 25%) dengan lama perendaman 30 dan 40 menit. Metode Penelitian ini adalah Percobaan dengan Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial 2x3. Data hasil pengujian dianalisis ragam (ANOVA) dua arah dan  dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama perendaman hingga  40 menit tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap WHC dan Keempukan daging. Sedangkan berbagai konsentrasi larutan sari buah markisa hingga taraf 25% berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap WHC dan Keempukan daging dengan hasil terbaik pada perlakuan L2K3 dengan nilai WHC (68,01%) dan nilai keempukan daging (18,80 N). Berdasarkan pada analisis ragam dapat diketahui bahwa tidak adanya pengaruh interaksi nyata (P>0,05) antara kombinasi lama perendaman pada berbagi konsentrasi larutan sari buah markisa terhadap nilai WHC dan Keempukan daging. Dapat disimpulkan bahwa larutan sari buah markisa konsentrasi 25% menghasilkan nilai uji terbaik terhadap nilai WHC dan Keempukan daging itik petelur afkir  sedangkan lama perendaman hingga 40 menit tidak berpengaruh terhadap WHC dan Keempukan. Konsentrasi 25% larutan sari buah markisa dengan perendaman 30 menit dapat digunakan sebagai bahan pengempuk alami pada daging itik petelur afkir. Disarankan untuk dilakukan penelitian lanjutan terhadap daging ternak potong besar dengan konsentrasi dan waktu perendaman yang berbeda.

Kata Kunci : Sari Buah Markisa. WHC, Keempukan, Daging Itik Petelur Afkir

Praktek Kerja Lapagan  (PKL) mengenai “Evaluasi beranak terakhir pada sapi perah  dilaksanakan pada bulan Januari- Februari 2017 dikelompok peternakan sapi perah (KPS) Eka Putra jaya  Desa Cikeruh, kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Maksud dan tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk mengetahui beranak pada sapi perah secara langsung di KPS Eka Putra Jaya. Metode yang dilakukan yaitu  dengan mengikuti kegiatan  yang dilakukan diperusahaan, Observsi lapangan, diskusi dengan pemilik dan pekerja lapangan  di KPS Eka Putra Jaya. Dari hasil pengamatan yang ditunjukan bahwa kelompok Peternakan sapi perah KPS Eka Putra Jaya  dalam pembuatan recording kurang baik karena dalam pencatatan belum maksimal sehingga sulit untuk mengetahui data beranak terakhir.