Yogyakarta

kepemimpinan kolaboratif merupakan cara seorang pemimpin yang dapat berpikir secara strategis dalam konteks global, mengartikulasikan visi yang menginspirasi lintas budaya, dan membuat pilihan bijak di tengah kompleksitas dan ketidakpastian. Pemimpin tersebut mampu membangun jaringan yang dinamis, menumbuhkan kemampuan untuk bersaing serta keterampilan dan pola pikir baru untuk berhasil dalam lingkungan yang sangat kompetitif. Oleh karena itu demi mewujudkan kota sehat (Healthy City) di Yogyakarta diperlukan seorang pemimpin yang mengadopsi gaya kepemimpinan ini dan merealisasikan strategi yang telah dibuat.

The celibacy became a monastic tradition during the Indus-Sarasvati civilization of India that was incorporated later in the Vedic religion. In ancient India, an ancient Shraman tradition of Proto-Shaivism with "Nath" Tradition  rose in mature stage of Indus valley culture. This article describes the Tantric and Yogic aspect of asceticism that traveled east and west from India and was spread to early Greek Platanism and other religions of Asia and influenced christianity.

Buku tentang kajian R.M Jayadipura, Maestro Budaya Jawa 1878 - 1939 : Sebuah Biografi ini mengupas tentang gagasan untuk mengembalikan budaya Jawa sebagai budaya yang memiliki nilai tinggi yang merupakan awal dari pembaharuan dan penyempurnaan oleh seniman - seniman elit Keraton. Salah satunya adalah R.M Jayadipura, yang sampai saat ini hasil karyanya dapat dinikmati oleh masyarakat di tingkat lokal hingga mancanegara.

During the leadership of KH. A.R. Fachruddin Muhammadiyah is rapidly growing into one of the major organizations of the famous Islamic thought. As long as the Heads of Central Executive Board of Muhammadiyah KH. A.R. Fachruddin has been able to blend charismatic leadership style into the Muhammadiyah bureaucratic system leadership-rationalist (seen as Bureaucratic rationalism procedures of governance and public administration apparatus). KH. A.R Fachruddin also presents the influence of thinking in development of the Muhammadiyah in idiologi field. In his time Pancasila was started as a single principle in Muhammadiyah. On the education thought of Muhammadiyah accommodated in a law that called the law on the national education system. In politics, Muhammadiyah started doing political win friends. In the field of da'wah KH. A.R. Fachruddin became the example pioneer cultural da'wah. KH. A.R. Fachruddin managed to make rules in the meeting and also create guidelines for Muhammadiyah, worship and family contained in the books.

Kelebihan dan Kekurangan Investasi Apartemen
Kemacetan dan gaya hidup modern belakangan ini, membuat penjualan apartemen studen castle kian meningkat. Umumnya, alasan membeli apartemen adalah untuk mendekatkan tempat tinggal dengan tempat beraktivitas, seperti bekerja atau kuliah.
risiko kekosongan rendah. Artinya, jika lokasi tersebut sudah nyaman sebagai tempat tinggal, biasanya penyewa akan terus menempati apartemen studen castle tersebut. Di lain pihak, calon penyewa pun berdatangan mencari unit-unit yang kosong untuk disewa. Salah satu faktor rendahnya risiko kekosongan apartemen studen castle adalah mulai terbiasanya masyarakat kita dengan budaya tinggal di hunian vertikal.
Strategi Sukses Berinvestasi Apartemen

Barangkali banyak diantara anda yang mulai melirik apartemen studen castle sebagai alternatif investasi
Investasi apartemen studen castle saat ini menjadi pilihan investasi properti yang cukup menarik untuk dicoba. Khususnya untuk kota pelajar di Yogykarta,. Anda bisa beli apartemen dengan harga murah kemudian jual apartemen tersebut dengan harga yang jauh lebih tinggi, atau anda juga bisa membeli apartemen studen castle yang kemudian untuk disewakan. Tentunya dengan biaya sewa apartemen yang bersaing hingga modal investasi yang anda tanamkan cepat kembali. Seperti apa dan bagaimana cara mendapatkan apartemen studen castle potensial mendatangkan keuntungan baik apartemen studen castle yang akan dijual kembali atau akan disewakan?

strategi sukses berinvestasi di apartemen studen castle yang bisa dijadikan acuan guna membantu anda sekalian yang berminat untuk berinvestasi properti dalam bentuk apartemen :

1. Pemilihan lokasi apartemen studen castle sangat menentukan tingkat kenaikan harga jual apartemen per tahun. Jadi anda perlu memilih lokasi yang bagus untuk apartemen yang akan anda jadikan sebagai alat investasi, apartemen studen castle berlokasi tengah2 perkampusan ternama di yogyakarta dan memiliki akses mudah ke banyak tempat, seperti akses mudah ke Bandara,Mall dan pusat wisata kota yogyakarta

2. Bila anda tertarik untuk membeli apartemen studen castle yang lokasinya di pusat kmpus yogyakrta, pastinya d studen castle di sekitar apartemen studen castle ada di  kawasan kampus ternama yoyakarta.

3. Bila anda ingin menyewakan apartemen studen castle tersebut, kemungkinan sewa apartemen yang anda tawarkan tidak akan sulit mendapatkan penyewa, sekalipun pasokan unit apartemen berlimpah namun tetap mudah mendapatkan penyewa apartemen. Karena perkembangan kawasan itu sangat bagus.

Tips Membeli Apartemen Untuk Investasi
Apartemen studen castle saat ini bukan hanya sekedar digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal di pusat kota yogyakarta akan tetapi telah merambah menjadi lahan investasi para investor.  Hal ini wajar saja karena nilai properti terus mengalami kenaikan dan kebutuhan masyarakat  akan tempat tinggal yang dekat dengan pusat bisnis, pusat belanja, di kelilingi kampus2 ternama yang terus mengalami peningkatan.
Ditambah dengan makin parahnya lalulintas di Kota yogyakarta yang tiap hari selalu diwarnai dengan kemacetan. Apartemen studen castle di bangun di sebuah kawasan yang sangat strategis, dekat dengan kawasan Kampus-Kampus Ternama dan Mall2
Pada saat Anda hendak berinvestasi cobalah untuk meminta bantuan teman atau saudara yang mengerti betul tentang properti sehingga bisa membantu Anda untuk memilih apartemen studen castle  untuk berinvestasi, sehingga mengurangi kesalahan yang tidak perlu saat menanamkan uang untuk investasi.  Beberapa Tips dibawah ini bisa Anda gunakan sebagai  bahan pertimbangan  untuk  memutuskan memilih apartemen studen castle sebagai investasi.

Student Castle Investasi Properti Yang Menguntungkan
Apartment Student Castle merupakan  proyek dari developer ternama PT Jogjkarta artha  Makmur, yang dibangun diatas lahan seluas 4000 m2 yang berlokasi tepat di Jl.Selokan Mataram seturan yogyakarta. Apartment Student Castle akan  menjadi sebuah kawasan  yang terdiri atas hunian ( apartemen )

On 7 March 2019, at an impressive ceremony at the Palace (Kraton) of Yogyakarta, the British Ambassador to Indonesia, Moazzam Malik, presented to Sri Sultan Hamengku Buwono X of Yogyakarta a hard drive containing 30,000 digital images of 75 Javanese manuscripts now held in the British Library, most of which had originated in the royal library of Yogyakarta. The manuscripts had been seized, along with many other valuables, at the fall of the Palace of Yogyakarta on 20 June 1812 following a dawn attack by British forces on the order of Thomas Stamford Raffles, Lieutenant-Governor of Java. 2 While the jewels and treasures of the Palace were divided by the Prize Agents amongst the army in accordance with the standard rules of engagement of the period, the collection of Javanese manuscripts was picked over by the three senior British officials with an interest in Javanese history and culture: Raffles, John Crawfurd, 3 the Resident of Yogyakarta, and Colin Mackenzie, 4 the Chief Engineer. In due course, Raffles's manuscripts were given to the Royal Asiatic Society in London by his widow in 1830; Crawfurd's collection was sold to the British Museum in 1842; while Mackenzie's manuscripts were purchased by the East India Company on his death in 1821 and thus entered the India Office Library. Today, both the British Museum and India Office libraries form part of the British Library. The presentation at the Palace in 2019 marked the culmination of a long project to restore access to the royal manuscripts from Yogyakarta.

Competition of rickshaws with other vehicles and developing technology is the goal of the pedicab preservation. When visiting tourists increased becakpun also increased because this job gives land advantage for pedak-peddler rickshaw out of town. Author wants to know how the pedicap as the preparation of traditional transportation for the tourist in maliboro? The research location is located in the area (Kraton, bringharjo, monument Yogyakarta) along Maliboro Street, Yogyakarta and used in this research is descriptive research qualitative approach that can explain and describe thoroughly pedicap a traditional transportation for tourists in Malioboro. In this study the data used by researchers is primary and secondary data obtained through various ways from informants that have been determined. Data analysis technique used is SWOT. The informants obtained from interviews and questionnaires during conducting research on the location is a total of 70 people. In the formulation of problem points two results obtained from the data of questionnaires respondents and interviews result that the influence of pedicab for tourists is not good because pedicab in pedestrian area, the absence of parking space cause the tourists not free to walk. But on the other hand pedicab are the choice of tourists because transportation can enter the small alleys so much faster. If the face of the pedicab is improved and the quality of the pedicab is improved in order to be more comfortable, it does not rule out pedicab as a tourist attraction. From the research result that the influence of pedicap for tourists is able to enjoy the hospitality of the people of Yogyakarta ie pedicab driver, pedicab existence provides lessons for tourists about the rigors of life, pedicap also help tourists at night need transportation because rarely public transportation operate at night.

This thesis discusses the relationship between royalty and nationalism in the two traditional courts of Southeast Asia, the courts of Thailand and Yogyakarta. It applies a comparative-historical method by exploring the characteristics and determinants of historical phenomena in causal processes. The courts of Thailand and Yogyakarta emerged in the 18th century after a series of internal conflicts. The presence of the Dutch in the political affairs of Yogyakarta since its year of birth made the situation different between the two courts. This thesis shows the apparent correlation between the establishment of the courts of Thailand and Yogyakarta to the birth of nationalism in the two kingdoms. The origin of nationalism in the court of Thailand can be attributed to the struggle against the Burmese invader in the 18th century. The sovereignty of Thailand was then part of a wider Thai nationalism. In Yogyakarta, the origin of nationalism is attributed to the courts’ subjugation to Dutch colonialism, which fostered anti-colonial sentiment.
Based on this comparative study, the characteristic of nationalism from ‘above’ and nationalism from ‘below’ are apparent. In the state of absolute monarchy, such as in Thailand, nationalism was strongly introduced from 'above', meaning that it was initially the product of Thai's kingship and the state apparatus. In  Yogyakarta, nationalism emerged from ‘below’. The subordinate position of the Sultan and the Prince of Pakualam in Yogyakarta to the Dutch Colonial Government made the court unable to promote nationalism centred on the Yogya’s kingship. Yogyakarta's political essence of nationalism derived from its educated elite noblemen class. This thesis also demonstrates that nationalism from below, or the egalitarian idea of nationalism, gradually became the dominant political force in the two kingdoms during this period. It changed the state imposition of nationalism in Thailand and Yogyakarta from 1908 – 1942.
Open access. https://studenttheses.universiteitleiden.nl/handle/1887/43564

This paper attempts to evaluate the effectiveness of blended learning in Heritage Conservation course, at the Department of Architecture Universitas Islam Indonesia Yogyakarta using both a mini-workshop in a historic district (cultural mapping) and Google My-Maps Platform (digital collaborative) as learning tools to achieve the learning outcomes. The overall finding shows that cultural mapping, as the first-hand information gathering of a heritage district gives the student understanding which then allows the students not only to appreciate the importance of heritage but also having empathy that heritage is not only about artifacts or architecture (tangible assets) but more about people who live in it. Meanwhile, Google My-Maps Platform offers an opportunity for the students to work together in different places and gives the flexibility on the digital learning process both in the heritage district, in the class, and at home. The result from the cultural mapping arranged in the My-Ma...

The Javanese horse dance form jathilan has remained popular in the surrounds of the island's capital city, Yogyakarta. The dance persists despite on-going attempts by both the Indonesian state and prominent Muslim leaders to dismiss the dance form as unsuitable for the modern world. This paper introduces jathilan before presenting the State's, religious leader's and finally performer's own interpretations of it. The different readings and understandings of the dance form reflect and illustrate wider religious, political and social debates in Indonesian society today.

Taman Sari merupakan salah satu bangunan bersejarah di Yogyakarta. Sebagai sebuah monumen yang menyimpan kisah sejarah, Taman Sari senantiasa dipelihara secara detail pada semua aspek bagian bangunan. Tamansari dibangun pada tahun 1765 ditandai dengan candrasengkala yang terdapat pada gerbang masuk yang berbunyi "Lunging Sekar Sinesep Peksi". Lung berarti 1, sekar berarti 9, sinesep berarti 6, and peksi berarti 1 dibaca secara terbalik menjadi tahun jawa 1691. Tamansari menempati lahan seluas 15 ha. Tamansari dirancang oleh Tumenggung Mangundipura dan Demang Tegis, seorang berkebangsaan Portugis yang diberi pangkat Demang oleh Sultan Hamengku Buwana I (Dwidjasaraya, 1935: 16) sehingga tampak pengaruh gaya arsitektur portugis pada beberapa sisi Taman Sari.
Tamansari adalah situs bekas taman atau kebun istana Keraton Yogyakarta, yang dibangun pada zaman Sultan Hamengku Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765/9. Awalnya, taman yang mendapat sebutan "The Fragrant Garden" ini memiliki luas lebih dari 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan baik berupa gedung, kolam pemandian, jembatan gantung, kanal air, maupun danau buatan beserta pulau buatan dan lorong bawah air. Kebun yang digunakan secara efektif antara 1765-1812 ini pada mulanya membentang dari barat daya kompleks Kedhaton sampai tenggara kompleks Magangan. Namun saat ini, sisa-sisa bagian Taman Sari yang dapat dilihat hanyalah yang berada di barat daya kompleks Kedhaton saja.

Pendahuluan Beberapa tahun terakhir terjadi perubahan politik pertanahan/agraria di Yogyakarta yang berlangsung melalui lahirnya kebijakan baru baik dengan adanya peraturan perundang-undangan maupun praktik kebijakan agraria di lapangan. Keseluruhannya dibingkai dalam idiom 'Keistimewaan'. Sementara ini perubahan itu justru melahirkan ketidakpastian hukum, keresahan sosial, inkonsistensi dan kekacauan hubungan ketatanegaraan. Kebijakan agraria yang telah dibangun sebelumnya dalam semangat reform berubah arah sebab adanya counter-reform yang dipraktikkan oleh kebijakan agraria sekarang.

Hadirnya kesepakatan MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) sebagai tindak lanjut dari AFTA (ASEAN Free-Trade Area) menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Pemerintah Daerah di Indonesia. Dalam perspektif Ketahanan Nasional di Daerah, hal tersebut musti dielaborasi untuk direspon dalam rangka meningkatkan ketangguhan serta memanfaatkan peluang yang ada.

Contoh Foto Pernikahan Adat Jawa di artikel ini khusus mengulas dan menampilkan Foto Prosesi KACAR KUCUR dalam Prosesi Pernikahan Adat Jawa atau Upacara Pernikahan Adat Jawa. Kami selaku Fotografer Pernikahan berharap, para Calon Pengantin Jawa bisa ambil manfaat dan ide untuk Pernikahan Adat Pengantin Jawa mereka, http://goo.gl/6PlTFZ

This article presents the reflection of the experience gained from joining the Go Global Chulalongkorn 2019 of the Office of International Affairs and Global Network, Chulalongkorn University from August 14-18, 2019 at Yogyakarta, Republic of Indonesia. Data were collected through observation and review of documents. The Yogyakarta reflection focused on diversity in terms of people, language, food culture, as well as beliefs and religion. This includes the diversity that is unified in the firm belief in the sultan and democracy. The conclusion of the reflection incorporates the concept of Intercultural Communications to interpret the experience in order to develop one's self as a global citizen.

The extra attention to physical appearance among the metrosexual men indicates inconsistency to the gender stereotypes in Yogyakarta. Their 'unique' presence leads to indication of changes in the gender construction. However, researches on the topic of Metrosexual tend to use the perspectives taken from the marketing agents by putting metrosexual community as the central of the research. How the society of Yogyakarta constructed their knowledge of metrosexual and the positioning of the metrosexuals among them have not yet been answered. Social Representation with its anchoring and objectification helps to comprehend the existence of the metrosexual based on the point of view of the people of Yogyakarta, regarding to their existence in the city of Yogyakarta. The research was carried out by using open-questionnaires and semi-structured interview to 34 partisipants located in Yogyakarta, aged 21 to 36. Knowledge of 'metrosexual' was absorbed from the mass media and represented as a term for men, a phenomenon in the city, and associated with physical appearance terminologies, such as fragrant, clean, tidy, gay, fashionable, and modist. The concept of metrosexual was also associated with being gay. Their objectifications of the metrosexuals are male who pays extra attention to the physical appearance, rich, living in the city, and tend to show immoderate behavior of male's idealization. The dominant attitude toward the metrosexuals is ambivalent. Extra attention to physical appearance isn't considered as appropriate behavior to be performed by men for daily life, while acceptance is given only when it's required by their occupations.

Innovation important to achieve sustainable organization. Innovation studies in the tourism sector not yet found a reliable theoretical framework and work system. As a result, 8 Tourism Villages in Gunung Kidul Regency threatened to fail. Desa Wisata Nglanggeran (DWN) is claimed to be growing rapidly due to continuous innovation. This study understands the innovation process in DWN using qualitative methods with the Live-in Program as the case. We adopted the innovation framework as a reference for analyzing field findings. The finding is the workings of the DWN community innovation starting from initiation: formulation of the problem, idea generation, and promotion of ideas. Then the development phase is the development of work concepts. Last phase of execution: marketing and post marketing evaluation. The innovation process can work because driven by many factors: involving many actors, having a solid team, oriented to the needs of tourists, building informal communication, and getting community support. The low competence of human resources, unpreparedness, and risk management are the main obstacles. Implications for the rural tourism innovation literature gets community innovation has a relatively similar working with service innovation. The mobilizing the role of key actors and community support is a typical finding this study. We recommended the importance of developing innovation competencies in tourist villages, linking new access to knowledge, and providing special funds.

Untuk reservasi tiket Wisata Goa Pindul silahkan hubungi SMS/TELP 0819-0375-1058 | 085325093020 | WA: 089510575312 | 53751E25 atau website kami www.pindulgoa.com

Pastikan Anda booking tiket terlebih dahulu untuk kenyamanan dan mengantisipasi ramainya pengunjung

Nahdlatul Ulama' adalah sebagai gerakan Jam'iyah Diniyyah Ijtima'iyyah menggunakan paham Ahlussunnah wal jama'ah dan menganut salah satu dari imam madzhab empat yaitu: Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali 1 , sebagai pegangan dalam berfiqih. Dengan mengikuti empat madzhab ini, menunjukkan bahwa elastisitas dan fleksibilitas serta memungkinkan bagi NU untuk pindah madzhab secara total atau beberapa hal yang dipandang sebagai kebutuhan (hajah). Dalam memutus hukum NU mempunyai wadah yang disebut dengan bahtsul masa'il, Bahtsul masa'il adalah forum yang membahas dan memecahkan masalah maudu'iyah (tematik) dan memecahkan masalah-masalah waqi'iyah (aktual) yang memerlukan kepastian hukum dan sebagai jawaban atas persoalan yang muncul maupun respon dari keadaan yang ada dalam jam'iyyah maupun masyarakat. 2 Begitu besar harapan masyarakat NU terhadap peran dan fungsi bahtsul masa'il dalam upaya mencari kepastian hukum. Beragam persoalan yang muncul, baik yang menyangkut masa'il diniyyah maudu'iyyah (masalah-masalah agama yang tematik) maupun masa'il diniyyah waqi'iyyah (masalah-masalah agama sehari-hari) oleh karena itu sudah barang tentu menjadi tugas bahtsul masa'il untuk menerbitkan fatwa. Namun seiring perkembangan dan mengalami perubahan zaman yang makin deras memunculkan masalah-masalah baru, aktivitas bahtsul masa'il mulai dipertanyakan efektifitas dan kredibilitasnya dengan banyaknya masa'il diniyyah (masalah-masalah keagamaan) yang tidak tuntas atau bahkan mengalami tawaqquf (kebuntuan). Kondisi inilah menuntut adanya perbaikan terhadap metode penetapan atau pembahasan masalah yang dipandang masih kurang sistematis dan banyak kelemahannya. Apa yang di ikhtiarkan NU dalam wadah bahtsul masa'il adalah merujuk pada fiqih atau hukum-hukum yang telah lalu. Bagaiamanapun juga rumusan hukum yang telah di konstruksikan ratusan tahun yang lalu, jelas tidak akan memadahi dalam keadaan zaman sekarang, baik dalam situasi sosial, politik, dan kurtural sangatlah jauh berbeda.

PELATIHAN PEMANFAATAN BIOENERGI (PPB)
“Cara Mengatasi Berbagai Masalah Anda Dengan Bioenergi “
Program Pelatihan Pemanfaatan Bioenergi menggunakan metode Bioenergi Solutions Adjustment yang bermanfaat untuk menetralisir berbagai sumber energi negatif dalam semua aspek hidup Anda, sehingga apapun masalah Anda akan mudah teratasi serta bermanfaat untuk meningkatkan Karier, melancarkan Usaha, menciptakan keharmonisan Rumah Tangga, melunasi Hutang serta mampu memanfaatkan Bioenergi untuk penyembuhan berbagai Penyakit diri sendiri dan mengatasi masalah lainnya.

Pembaca yang baik,
Newsletter edisi kali ini diawali dengan gambar sampul yang terlihat menjadi pemandangan yang
normal ditemui dua bulan belakangan. Bagi banyak orang, berada di rumah dan menjalani
pertemuan demi pertemuan secara daring menjadi kebiasaan yang baru. Tentu, dalam beberapa
pekerjaan harus disesuaikan selama pandemi ini berlangsung, tidak terkecuali aktivitas didalam
Yayasan Biennale Yogyakarta. Kami pun turut menjalankan pekerjaan dengan jarak jauh, termasuk
dengan kelas Asana Bina Seni yang baru saja dimulai beberapa pekan yang lalu. Kelas Kuratorial
Asana Bina Seni pada bulan Mei pertengahan telah selesai dengan membuat tiap pertemuan
secara daring.
Berakhirnya kelas, kami pun kemudian mengajak peserta yang terlibat untuk turut menyumbangkan
opini-opini mereka terkait dengan materi pengajaran yang telah berlangsung. Terkumpullah empat
tulisan yang berbentuk ulasan karya dan peristiwa dari Biennale Jogja Equator #5 yang lalu.
Anam Khoirul melihat bahwa Biennale Jogja Equator #5 merupakan pameran yang lengkap secara
topik, termasuk mengenai isu gender. Misalnya melalui karya Ika Vantiani, Citra Sasmita, Tamarra,
dan Ferial Afif, Anam Khoirul melihat ruang untuk mendekonstruksi pemahaman atas gender serta
potensi untuk meresonansikan ke publik yang lebih luas. Manshur Zikri disisi lain, melalui karya
Nguyen Trinh Thi, ia mencoba untuk berangkat dari pemahaman “ko-ordinat” sehubungan dengan
tema pinggiran untuk menciptakan relasi yang selaras tanpa mengesampingkan pertarungan
didalamnya. Ketertarikan atas topik mengenai tradisi dan sejarah mengantarkan Prima Abadi
Sulistyo untuk melihat lebih jauh dua aspek tersebut pada karya yang dibuat oleh Ipeh Nur.
Sedangkan Putri R.A.E Harbie menyampaikan opinininya terkait dengan peristiwa pagelaran
biennale dalam empat fragmen; kelanjutan dari equator, isu mengenai generasi, seni ditengah
pandemi, dan kehidupan dari pekerja seni.
Masih dalam semangat yang sama, Ibrahim Soetomo hadir sebagai penulis tamu diluar peserta
kelas kuratorial. Ibrahim dengan gaya penulisan yang hangat dan terasa akrab saat dibaca,
menuliskan responnya atas kumpulan tulisan Oei Sian Yok. Dalam tulisannya, Ibrahim membangun
suasana pembaca, seakan-akan sedang membaca sebuah surat yang mana juga merupakan salah
satu bentuk yang dipakai Oei Sian Yok dalam ulasan-ulasan karya yang dibuatnya.
Menulis, merupakan salah satu cara untuk memperpanjang daur hidup sebuah pengetahuan.
Harapannya setelah membaca beberapa tulisan disini, dapat menjadi katalis untuk terus menuliskan
ide-ide atau opini yang selama ini tersimpan. Semoga edisi kali ini bisa menjadi ruang jeda ditengah
kesibukan dan kepenatan pikiran ditengah pandemi.
Salam hangat,
Tim redaksi

Purpose of the Study: This study aims to identify the potential of Pentingsari Tourist Village and tourist characteristics and analyze the presence of local wisdom Memayu Hayuning Bawono in Pentingsari Village, especially its implementation in the sustainable Tourist Villages management. Methodology: This research uses a "multi-method" or mixed-method approach. In addition to conducting non-participant observation in the Pentingsari tourism village, researchers also conducted in-depth interviews with a purposive sampling method. While the accident sampling method was adopted to distribute questionnaires involving 72 respondents (tourists). Main Findings: This research found that tourism and local wisdom have become unity and seem to strengthen one another. In other words, harmonization between the environment, arts and culture, and community life aspects through local wisdom, can become a tourism commodity. On the other hand, tourism provides economic and social impacts to preserve the local sense of the community. Implication/Applications: This case study can be useful as a role model of sustainable tourism management based on local knowledge. Besides, this study can enrich references related to the concept of sustainable tourism based on local wisdom. Originality of the study: The paper is original, and this is the current study to examine the local wisdom Memayu Hayuning Bawono in Pentingsari Village, particularly related to tourism issues.

The creative economy (CE) has recently been at the forefront of Indonesia’s development agenda. By harnessing human creativity and cultural resources, there is considerable potential for CE and the creative and cultural industries to contribute to economic growth and generate employment opportunities for the country’s expanding working-age population. However, the virtues of CE have largely been expressed in terms of economic value. This research seeks to understand why Indonesia’s youth are harnessing the potentials of CE by engaging in cultural entrepreneurship, and how this behavior can be understood in qualitative terms. Employing Klamer’s (2017) value-based approach, this study uses a case study method to understand the values that are inherent in youth cultural entrepreneurship in Yogyakarta, Indonesia. Using data based on 30 semi-structured interviews, this thesis finds that values not only have a significant influence on this type of entrepreneurial behavior, but that the ultimate values realized in the process are often expressed by the participants beyond their material significance. A struggle for authenticity of cultural production is reflected in its increased commodification and the need for relevant institutional support for creative business development. In order for the current generation to advance CE, it is seen to require innovative and creative reproductions of culture as opposed to its mere preservation.

Yogyakarta Special Region (DIY) has an enormous industry potential, either small, medium, or large industries. However, the weakness of inter-industry linkages the limited production of intermediate goods and components in the country, the limitations of high-tech industries, the disparity of interregional economic capability, and export dependence on certain commodities make the competitiveness of the processing industry products in DIY lower. This paper presents a design of Domestic Based Industry (DBI) using the academic-business-government (ABG) synergy approach. It focuses on the utilization of raw materials, human resources, and the fulfillment of local market demand. This research proposes three concepts of DBI areas: (i) processing of salak pondoh's derivative products in Turi Sleman, (ii) zeolite processing at Gedangsari Gunungkidul, (iii) processing of biogas product waste in Cangkringan Sleman. Those three concepts are interconnected to each other and will perform an integrated network of materials, ranging from raw materials to products, both with new design industries and with existing industries.