Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 53

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan untuk Melengkapi Tugas-
Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Oleh:

DEWI PURWANINGSIH

NPM: 1311100018
Jurusan: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1442 H/ 2020 M

i
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MATEMATIKA
BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan untuk Melengkapi Tugas-
Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Oleh:

DEWI PURWANINGSIH
NPM: 1311100018
Jurusan: Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI)

Pembimbing I : Dra. Chairul Amriah, M.Pd.

Pembimbing II : Dr. Yuberti, M. Pd

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1442 H/ 2020 M
ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh siswa kesulitan dalam pembelajaran


dikarnakan kurang praktisnya media yang digunakan oleh guru dalam
pembelajaran. Media yang digunakan dalam proses pembelajaran masih monoton
hanya sebatas buku paket yang diperoleh dari pemerintah saja, yang mana buku
paket tersebut belum mampu membantu dalam merangsang kemampuan siswa.
Oleh karena itu dilakukan penelitian tentang pengembangan modul pembelajaran
matematika berbasis saintifik.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan modul berbasis pendekatan
saintifik yang layak digunakan dalam proses pembelajaran di SD/MI. Jenis
penelitian yang digunakan merupakan penelitian research and development
(R&D) dengan menggunakanp rosedur Borg dan Gall. Instrument yang digunakan
pada penelitian untuk mengetahui kelayakan modul berupa lembar pertanyaan
serta angket respon guru dan siswa. Analisis data diperoleh dengan
mengumpulkan data dari setiap validator, guru matematika dan siswa.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa
pengembangan modul matematika berbasis pendekatan saintifik yang
dikembangkan secara keseluruhan memenuhi kriteria kelayakan modul
matematika berbasis saintifik menurutahli media dan ahli materi. Pada penilaian
ahli materi pada modul matematika berbasis pendekatan saintifik, kriteria yang
didapat sangat layak dengan persentase 87%, berdasarkan ahli media diperoleh
persentase 89%. Respon guru mendapat kriteria yang sangat layak dengan
persentase 93% untuk respon guru MIN 11 Bandar lampung dan 84% untuk
respon guru SD 2 Sukarame. Sedangkan untuk respon siswanya sendiri layak
dengan persentase 84% dan 88,46%. Jadi dapat disimpulkan bahwa modul
matematika berbasis saintifik layak digunakan sebagai media pembelajaran.
Kata kunci: Modul, pembelajaran matematika, Pendekatan Saintifik

ii
MOTTO

     

Artinya: Nun, demi pena dan apa yang mereka tuliskan, (QS. Al-Qalam: 1)

iv
PERSEMBAHAN

Teriring do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, penulis

mempersembahkan skripsi ini sebagai ungkapan cinta dan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tuaku, Ayahanda Painah dan Ibunda Jumisih atas

ketulusannya dalam mendidik, membesarkan, membimbing, dan

mendukung penulis dengan penuh kasih saying serta keikhlasan dalam

iriangando’anya sehingga mengantarkan penulis menyelesaikan

pendidikan di Universitas Islam Negeri RadenIntan Lampung.

2. Untuk adik-adikku Taufik Mustofa dan Suci Lestari yang selalu

menyayangi dan memberi semangat.

3. Almamater tercinta Universitas Islam Negeri RadenIntan Lampung yang

kubanggakan.

v
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Dewi Purwaningsih, dilahirkan di Desa Margoyoso

Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus pada tanggal 24 Agustus 1994.

Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Painah dan Ibu Jumisih.

Pendidikan pertama yang di tempuh oleh penulis yaitu SDN 1 Margoyoso,

tamat dan berijazah padatahun 2007. Kemudian melanjutkan jenjang pendidikan

ke SMPN 1 Sumberejo, tamat dan berijazah tahun 2010. Kemudian melanjutkan

pendidikan kejenjang pendidikan menengah atas MA Mambaul Ulum, tamat dan

berijazah 2013. Selanjutnya penulis melanjutkan kesalah satu perguruan tinggi di

Lampung yaitu UIN Raden Intan Lampung dan mengambil jurusan Pendidikan

Guru Madrasah Ibtida’iyah(PGMI), masukdanangkatan 2013. Selanjutnya penulis

pernah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Gunung Raya

Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu dan melakukan Praktek

Pengalaman Lapangan (PPL) di MIN 11 Bandar Lampung.

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang memberikan ilmu

pengetahuan, kekuatan dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul : PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN

MATEMATIKA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK Sholawat serta

salam semoga Allah selalu memberikan Rahmat-Nya kepada nabi Muhammad

SAW, keluarga, parasahabat dan pengikut beliau yang setia.

Penulis menyusun skripsi ini, sebagai bagian dari persyaratan untuk

menyesaikan Pendidikan pada Program Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Raden Intan Lampung dan telah penulis selesaikan sesuai dengan

rencna dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak arahan dari berbagai

pihak khususnya dari dosen pembimbing skripsi, sehingga yang dihadapi dapat

diselesaikan sesuai dengan harapan. Oleh sebab itu, melalui skripsi ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Hj. Nirva Diana , M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri RadenIntan Lampung.

2. Syofnidah Ifrianti, M.Pd selaku ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah

Ibtida’iyah (PGSD) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Raden Intan Lampung.

3. Ibu Dra. Chairul Amriah, M. Pd selaku pembimbing I, terimakasih atas

kesabaran dalam membimbing dan memberikan arahan sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

vii
4. Ibu Dr. Yuberti, M.Pd selaku pembimbing II, terimakasih atas kesabaran

dalam membimbing dan memberikan arahan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah

mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama

menuntut ilmu Universitas Islam Negeri RadenIntan Lampung.

6. Kepala sekolah, guru dan staf TU MIN 11 Bandar Lampung yang telah

memberikan bantuan hingga terselesaikannya skripsi ini.

7. Kepala sekolah, guru dan staf TU SD 2 Sukarame Bandar Lampung yang

telah memberikan bantuan hingga terselesaikannya skripsi ini.

8. Teman-teman PGMI A yang tidak dapat disebutkan satu persatu, dan

untuk semua temen-temen PGMI angkatan 2013.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, hal itu

tidak lain disebabkan karena keterbatasan kemampuan, waktu, dan dana yang

dimiliki. Untuk itu kiranya para pembaca dapat memberikan masukan dan saran

saran, guna melengkapi tulisan ini.

Akhirnya diharapkan betapapun kecilnya karya tulis (skripsi) ini dapat

menjadi sumbangan yang cukup berarti dalam pengembangan ilmu pengetahuan,

khususnya ilmu-ilmu keislaman.

Bandar Lampung, 2020


Penulis

Dewi Purwningsih
NPM.1311100018

viii
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................ i
ABSTRAK..................................................................................................... ii
PERSETUJUAN .......................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................ v
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vi
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPRAN .................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................6
C. Pembatasan Masalah.......................................................................6
D. Rumusan Masalah ..........................................................................6
E. Tujuan Penelitian ............................................................................7
F. Manfaat Penelitian ..........................................................................7

BAB II LANDASAN TEORI


A. Pembelajaran Matematika di SD .................................................... 8
1. Pengertian Matematika .............................................................. 8
2. Hakikat Matematika Sekolah ................................................... 10
3. Hakikat Matematika Sekolah Dasar ......................................... 11
B. Pengertian Bahan Ajar .................................................................. 12
C. Pengertian Modul ......................................................................... 15
1. Pengertian modul .................................................................... 15
2. Tujuan penyusunan modul....................................................... 16
3. Karakteristik modul ................................................................. 17
4. Elmen Mutu Modul ................................................................. 19
5. Unsur-unsur modul.................................................................. 22
6. Langkah-langkah pembuatan modul ........................................ 22
7. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran dengan
menggunakan modul ............................................................... 23
D. Pendekatan Saintifik
1. Pengertian Pendekatan Saintifik .............................................. 24
2. Tujuan Pembelajaran Dengan Menggunakan Pendekatan
Saintifik .................................................................................. 25

ix
3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Saintifik .................................... 26
4. Langkah-Langkah Umum Pembelajaran Dengan
Menggunakan Pendekatan Saintifik ........................................ 26
E. Kerangka Berfikir ........................................................................ 28
F. Hipotesis ..................................................................................... 29
G. Penelitian Relevan ....................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ............................................................................. 32
B. Prosedur Penelitian Dan Pengembangan ....................................... 38
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 42
D. Teknik Analisis Data .................................................................... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian 47
1. Hasil Pengembangan Produk 47
2. Hasil Respon Produk 52
B. Pembahasan 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .................................................................................. 65
B. Saran ............................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir


Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penggunaan Metode R&D
Gambar 3.2 Rancangan Struktur Modul
Gambar 3.3 Desain Produk Awal Peneliti

Gambar 3.4 Desain Prosedur Penelitian Dan Pengembangan


Gambar 4.1 Halaman Depan Modul Matematika Berbasis Saintifik
Gambar 4.2 Diagram Tabulasi Ahli Media
Gambar 4.3 Diagram Tabulasi Ahli Materi
Gambar 4.4 Penambahan Tujuan Pembelajaran
Gambar 4.5 Perbaikan Gambar

Gambar 4.6 Perbaikan Latihan Soal


Gambar 4.7 Perbaikan Penulisan Kalimat
Gambar 4.8 Penyesuaian Materi
Gambar 4.9 Perbaikan Gambar
Gambar 4.10 Penambahan Nomor
Gambar 4.11 Perbaikan Cover Depan Modul

Gambar 4.12 Perbaikan Cover Belakang Modul


Gambar 4.13 Perbaikan Gambar Dan Tampilan Modul
Gambar 4.14 Perbaikan Gambar
Gambar 4.15 Perbaikan Warna
Gambar 4.16 Perbaikan Penggunaan Kertas
Gambar 4.17 Diagram Hasil Respon Guru Matematika Terhadap Produk

xi
xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sekor Penilaian Validasi Ahli


Tabel 3.2 Kriteria Validas
Tabel 3.3 Skor Penilaian Uji Coba
Tabel 4.1 Hasil Validasi Uji Ahli Media Pada Produk Awal
Tabel 4.2 Hasil Validasi Uji Ahli Media Pada Produk Akhir
Tabel 4.3 Hasil Validasi Uji Ahli Materi Pada Produk Awal
Tabel 4.4 Hasil Validasi Uji Ahli Materi Pada Produk Akhir
Tabel 4.5 Saran Perbaikan Validasi Ahli Materi
Tabel 4.6 Saran Perbaikan Validasi Ahli Media
Tabel 4.7 Hasil Respon Guru Matematika Tahap Awal
Tabel 4.8 Hasil Respon Guru Matematika Tahap Awal
Tabel 4.9 Respon Siswa SD 2 Sukarame Terhadap Modul Matematika
Tabel 4.10 Respon Siswa SD 2 Sukarame Terhadap Modul Matematika

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 PRANGKAT PEMBELAJARAN

1.1 Silabus Pembelajaran


1.2 Kisi-Kisi Angket
1.3 Angket untuk Guru
1.4 Lembar Wawancara

LAMPIRAN 2 INSTEUMEN PENILAIAN

2.1 Surat Pernyataan Ahli Media


2.2 Kisi-Kisi Ahli Media
2.3 Angket Penilaian Ahli Media
2.4 Surat Pernyataan Ahli Materi
2.5 Kisi-Kisi Ahli Materi
2.6 Angket Penilaian Ahli Materi
2.7 Surat Pernyataan Guru Matematika
2.8 Kisi-Kisi Respon Guru Matematika
2.9 Angket Respon Guru Matematika
2.10 Angket Respon Siswa

LAMPIRAN 3 ANALISIS DATA


3.1 Validasi Ahli Media
3.2 Validasi Ahli Materi
3.3 Hasil Respon Guru Terhadap Guru
3.4 Hasil Respon Siswa Terhadap Produk
3.5 foto penelitian

LAMPIRAN 4 SURAT-SURAT
4.1 Pengesahan Proposal
4.2 Surat Pra Penelirian
4.3 Surat Penelitian
4.4 Surat Balasan Penelitian
4.5 Nota Dinas

xiv
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah upaya manusia untuk memanusiakan manusia pada dasarnya

adalah upaya mengembangkan kemampuan atau potensi individu sehingga bisa hidup

optimal baik segi pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki nilai-

nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya. 1 Dalam pengertiannya,

pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat

menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya sehingga

diharapkan dapat membuat perubahan dalam dirinya yang memungkinkan

untuk berfungsi dalam kehidupan masyarakat.2

Pendidikan sangatlah berperan penting bagi kehidupan manusia. Melalui

pendidikan, manusia dapat menjadi insan yang cerdas serta berakhlak mulia

sehingga kelak ia mampu memberikan kontribusi positif terhadap dirinya

sendiri, orang lain, agama serta bangsa dan negaranya. Dalam hal ini

pentingnya upaya meningkatkan kualitas guruan sehingga pendidikan dapat

digunakan sebagai wadah dalam pembangunan watak bangsa. Pendidikan

Nasional memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan suatu

bangsa. Salah satu tujuan guruan nasional adalah mengembang kanpotensi-

potensi siswa agar menjadi manusia yang kreatif.

1
Nana Sudjana, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, (Bandung: Sinar
Baru Algensindo, 2013), h. 2
2
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, ( Jakarta : Bumi Aksara, 2013 ), h. 79.
2

Hal tersebut telah dijelaskan dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang system

guruan Nasional menyatakan bahwa :

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
pesertadidik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, keratif, mendiri, dan
menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab. 3
Allah SWT telah menjelaskan betapa pentingnya guruan dalam Al-Qur’an

surat Shad ayat 29 yang berbunyi:

         

Artinya: “Kitab (Al-Qur’an) yang kami turunkan kepadamu penuh berkah


agar mereka menghayati ayat-ayatnya dan agar orang-orang yang
berakal sehat mendapat pelajaran .”4

Dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, guru memegang peran

utama dalam pelaksanaan belajar mengajar yang diselenggarakan secara

formal di sekolah sebab menentukan keberhasilan siswa. Upaya perbaikan

apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan

memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang

berprofesional dan berkualitas. 5

Pada hakikatnya pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan

bantuan yang diberikan guru agar terjadi proses memproleh ilmu pengetahuan

3
Udang-Undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003, (Jakarta,Sinar Grafika,2011) ,h.7
4
Departemen Agama RI, Al-Quraan Dan Terjemahannya, (Jakarta: Sahifa, 2014), h. 455.
5
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, ( Bandung : Remaja Roskarya, 2013
) h. 5
3

serta membentuk sikap dan keperibadian pada siswa. Dengan kata lain,

pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa dapat belajar dengan baik.

Guru merupakan fasilitator berbagai sumber dan bahan ajar. Maka dengan

demikian peran guru dalam belajar menjadi lebih luas dan lebih mengarah

kepada peningkatan motivasi belajar siswa. Melalui bahan ajar yang

digunakan, guru diharapkan mampu mendorong siswa untuk senantiasa

belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan bahan ajar

yang digunakan.

Guru dituntut untuk memiliki kreatifitas dan wawasan yang luas agar

dapat merangsang minat belajar siswa, sehingga siswa merasa terbantu untuk

memperoleh ide-ide, pengalaman, fakta, dan kecakapan yang pada akhirnya

dapat menimbulkan tanggung jawab pada diri siswa sesuai dengan yang

diharapkan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu

pembelajaran.

Dalam pembelajaran memerlukan suatu bahan ajar, bahan ajar yang

digunakan dalam pembelajaran akan memudahkan siswa untuk memahami

suatu materi dan sebagai panduan guru menyampaikan materi. Dengan

menggunakan modul guru akan dapat mengukur tingkat penguasaannya

terhadap materi peserta yang dibahas tiap satusatuan modul. Modul

merupakan jenis bahan ajar cetak yang dirancang secara sistematis

berdasarkan kurikulum tertentu yang berisi unit pelajaran dengan

menggunakan bahasa yang mudah di pahami oleh siswa sesuai dengan

tingkat pengetahuan agar mereka dapat belajar mandiri dengan bantuan


4

bimbingan guru.6

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

semakin pesat, dunia pendidikan berkembang dengan pesat pula. Seorang

guru dituntut untuk aktif dan mampu mengembangkan wawasan dan

kreatifitas. Ketersediaan sarana dan prasasarana terkadang tidak mencukupi

untuk melaksanakan belajar secara mandiri atau belum dapat dimanfaatkan

secara optimal sebagai sumber belajar. Ketersediaan modul sebagai bahan

ajar cukup mudah diperoleh, namun ketersediaan modul berbasis saintifik

masih jarang di temui dan jarang digunakan sebagai bahan ajar dalam

menyampaikan suatu materi pembelajaran.

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan

keterampilan proses seperti mengamati, menanya, mencoba, menalar,

mengkomunikasikan.7 Seluruh rangkaian pendekatan pembelajaran saintifik

tersebut sangat sesuai dengan ciri-ciri sikap kritis yang landasan

pemikirannya melalui proses ilmiah. 8 Melalui kegiatan mengamati dan

menanya, siswa dilatih sensitif dalam melihat suatu masalah yang dapat

membuat siswa penasaran terhadap hal-hal yang telah diamati, sehingga

dalam diri siswa tumbuh rasa ingin tahu yang kemudian menggerakkan siswa

untuk melakukan pencarian, penggalian informasi sebanyak mungkin untuk

6
Dartanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, (Yogyakarta: gava
media, 2014), h.51.
7
Three Rahmadona, Nelly Astimar, Implementasi Pendekaran Saintifik dalam
Pembelajaran Tematik Terpadu Di Sekilah Dasar (Studi Literarur), Jurnal Pendidikan Tambusai
Vol.4 No.3 (Universitas Negeri Padang 2020), h 1940
8
Djoko Rohadi Wibowo, Pendekatan Saintifik Dalam Membangun Sikap Kritis Siswa
Pada Pelajaran Akidah Ahlak (Studi di MIN Yogyakarta II), Jurnal TERAMPIL Vol.4 No 1( UIN
Raden Intan Lampung 2017), h.148
5

dapat menjawab rasa ingin tahunya. Dalam proses tersebut, bantuan guru

sangat di perlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin

berkurang dengan semakin bertambahnya semakin bertambahnya

pengetahuan siswa atau semakin tingginya kelas siswa.

Berdasarkan hasil wawancara di MIN 11 Bandar Lampung dan SD 2

Sukarame di kelas 3, siswa kesulitan dalam pembelajaran dikarnakan kurang

praktisnya media yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran, sarana dan

prasarana yang digunakan belum terlalu mendukung untuk pemahaman

sisawa, karna setiap siswa memiliki pemahaman yang berbeda-beda.

Kemudian, belum adanya bahan ajar yang digunakan dalam proses

pembelajaran, serta bahan ajar monoton hanya sebatas buku penerbit/buku

paket yang diperoleh dari pemerintah saja. 9

Mengingat pada kurikulum 2013 kini buku paket yang diperoleh dari

pemerintah berbentuk tema yang mencakup beberapa mata pelajaran, maka

dari itu siswa mengalami kesulitan tersendiri dalam memahami materi

matematika dikarenakan sedikitnya materi yang disampaikan dalam buku

paket tersebut. Selain buku paket kurikulum 2013 guru juga menggunakan

buku paket kurikulum KTSP.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas diperlukan

pengembangan bahan ajar modul pembelajaran matematika. Penggembangan

bahan ajar ini menggunakan pendekatan saintifik. Maka, untuk memudahkan

pembelajaran matematika yang diharapkan membantu siswa lebih aktif dalam

9
Hasil Wawancara, dilakukan kepada guru, MIN 11 Bandar Lampung dan SD 2
Sukarame
6

pembelajaran peneliti berinisiatif membuat pengembangan bahan ajar modul

pembelajaran matematika berbasis pendekatan saintifik kelas 3 MIN 11

Bandar Lampung.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka diperoleh identifikasi masalah

sebagai berikut:

1. Bahan ajar yang digunkan dalam proses pembelajaran masih monoton

hanya sebatas buku paket yang di peroleh dari pemerintah saja.

2. Belum ada modul berbasis saintifik yang digunakan dalam pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Materi yang dikembangkan hanya menyangkut pada matematika kelas III

semester 2

2. Produk yang dikembangkan adalah dalam bentuk modul berbasis

saintifik

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan diatas,

permasalahan yang dapat diuraikan oleh peneliti adalah:

1. Bagaimanakah mengembangkan modul pembelajaran matematika

berbasis pendekatan saintifik untuk SD/MI ?

2. Bagaimanakah kelayakan modul pembelajaran matematika berbasis

pendekatan saintifik untuk SD/MI?


7

3. Bagaimanakah kemenarikan modul pembelajaran matematika berbasis

pendekatan saintifik SD/MI?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengembangkan modul pembelajaran matematika berbasis pendekatan

saintifik untuk SD/MI kelas 3.

2. Mengetahui kelayakan modul pembelajaran matematika berbasis

pendekatan saintifik untuk SD/MI kelas 3 berdasarkan penilaian ahli

media, ahli materi, guru dan peserta diduk.

3. Mengetahui respon guru terhadap modul pembelajaran matematika

berbasis saintifik SD/MI kelas 3 semester 2.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memberikan rmanfaat

sebagai berikut:

1. Bagi siswa, sebagai bahan ajar matematika yang menarik bagi siswa dalam

proses pembelajaran.

2. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan guru dalam mengembangkan

bahan ajar dengan memanfaatkan modul pendekatan saintifik.

3. Bagi peneliti, sebagai tambahan wawasan pengetahuan untuk merancang

suatu bahan ajar pembelajaran.

4. Bagi peneliti lain, yaitu berbagi pengalaman dalam merancang bahan ajar.

5. Bagi sekolah, sebagai bahan ajar alternatif yang dapat untuk menambah

pengetahuan siswa.
8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Matematikadi Sekolah Dasar (SD)

1. Pengertian Matematika

Kata matematika berasal dari perkataan latin mathematika yang mulai

diambil dari bahasa Yunani mathematike yang berarti mempelajari, kata

tersebut mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu

(knowledge, science).10 Secara etimologis, matematika dapat diartikan sebagai

ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan berpikir. Matematika tumbuh dan

berkembang karena proses berpikir sehingga logika adalah dasar untuk

terbentuknya matematika.11

Matematika merupakan sebuah ilmu pasti yang yang menhadi dasardari

ilmu lain, sehingga matematika saling berkaitan dengan ilmu lain. 12

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan

penting dalam dunia pendidikan. Beberapa definisi para ahli mengenai

matematika antara lain :

a. Kamus besar Bahasa Indonesia

10
Hasan Sastra Negara, Konsep Dasar Matematika Untuk PGSD, (Bandar Lampung: Aura
Publishing, 2013), h. 1
11
Abdussakir, Rosimanidar, “Model Integrasi Matematika Dan Al-Qur’an Serta Praktik
Pembelajarannya”, Jurnal Matematika (2017), h. 3
12
Bambang Sri Anggoro, “Pengembangan Modul Matematika Dengan Strategi Problem
Solving Untuk Mengukur Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa,” Al Jabar, Jurnal
Pendidikan Matematika6, No. 2 (2015), h. 123
9

Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan hubungan antara

bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan

masalah tentang bilangan.

b. Russefendi

Matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan, ilmu tentang struktur

terorganisir, mulai dari unsur-unsur yang tidak terdefinisikan ke aksioma

dan postula dan akhirnya kedalil.

c. Johnson dan Rising dalam Russefendi

Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,pembuktian

yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang

didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan

simbol dan padat, lebih berupa bahasa symbol mengenai ide daripada

mengenai bunyi. Matematika adalah pengetahuan struktur yang

terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara deduktif

berdasarkan kepada unsure yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau

teori yang telah dibuktikan kebenarannya adalah ilmu tentang keteraturan

pola atau ide, dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat

pada keterurutan dan keharmonisannya. 13

Berdasarkan pengertian matematika secara diatas, bahwa matematika

mengembangkan kemampuan berpikir dan bernalar. Kemampuan berpikir

yang dikembangkan misalnya berpikir sistematis, logis, analitis, kritis, dan

kreatif.

13
Hasan Satra Negara, Op.Cit,h. 2
10

Dalam ayat Al-Qur’an yang secara tersirat memerintahkan umat Islam untuk

mempelajari matematika. Dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 62

disebutkan :

   


Artinya: Dan Dialah pembuat perhitungan yang paling cepat14.
Dari ayat diatas salah satu kegiatan matematika adalah kalkulasi atau

menghitung, sehingga tidak salah jika kemudian ada yang menyebut

matematika adalah ilmu hitung atau ilmu al-hisab. Dalam urusan hitung

menghitung ini, Allah SWT adalah ahlinya. Allah SWT sangat cepat dalam

menghitung dan sangat teliti.

2. Hakikat Matematika Sekolah

Matematika sekolah adalah unsur-unsur dari matematika yang dipilih

berdasarkan kepentingan pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Matematika sekolah berorientasi pada kepantingan pendidikan yaitu

pada proses pembelajaran disekolah. Artinya matematika sekolah dipilih

sedemikian sehingga dapat mendukung pencapaian tujuan pendidikan atau

pembelajaran matematika. 15 Hal tersebut menunjukan bahawa matematika

sekolah sepenuhnya sama dengan matematika sebagai ilmu. Matematika

sekolah masih berorientasi pada dunia disekeliling siswa dan sistem

14
Departemen Agama RI, Al-Quraan Dan Terjemahannya, (Jakarta: Sahifa, 2014), h.
135
15
Puspita Rahayu Ningsih,Abdul Qohar, Analisis Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita
System Permasalahan Linier Dua Variable (SPLDF) dan Scaffolding –nya Berdasarkan
Analisis Kesalahan Newman Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Malang, Journal Pendidikan
Matematika Dan Sains Tahun II. No.2, jurusan matematika FMIPA Universitas Negeri
Malang, 2014, h 109
11

pembelajarannya pun dilatih untuk menemukan suatu cara dalam

pembelajaran matematika. Peranan matematika sekolah sebagai mberikut:

a. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan-perubahan

keadaan didalam kehidupan duna yang senantiasa berubah, mulai latihan

bertindak atas dasar logis dan rasional, kritis dan cermat, objektif, efektif

dan diperhitungkan secara analitis sintetis.

b. Mempersiapkan anak didik agar menggunakan matematika secara

fungsional dalam kehidupan sehari-hari dan didalam menghadapi ilmu

pengetahuan.16

3. Hakikat Matematika Sekolah Dasar

Hakikat pembelajaran matematika di SD adalah proses yang dirancang

dengan tujuan menciptakan suasana lingkungan kelas atau sekoalah yang

memungkinkan siswa melaksanakan kegiatan matematika disekolah, untuk

mengembangkan ketrampilan siswa untuk berfikir logis dan kritis dalam

menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran

matematika di SD tidak hanya menghafal atau sekedar rumus saja tetapi

mengerti cara pengaplikasiannya.17

Menurut Depdiknas mata pelajaran matematika SD bertujuan agar siswa

memilki kemampuan sebagai berikut:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep alogaritma, secara akurat efisien, dan tepat dalam

pemecahan masalah.

16
Abdussakir, Rosimanidar , Op.cit ., h 12
17
Ibid., h.13
12

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan maipulasi pada

matematika dan membuat generalisasi menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pertanyaan matematika

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, giagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan

sehari-hari. 18

Tujuan diatas akan tercapai jika guru dapat menciptakan kondisi dan

situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk aktif dalam

membentuk, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya. Mata

pelajaran matematika pada satuan gurulan Sekolah Dasar meliputi asapek-

aspek sebagai berikut:

a. Kekekalan bilangan

b. Kekekalan materi

c. Kekekalan panjang

d. Kekekalan luas

e. Kekekalan berat

f. Kekekalan isi

18
Muhamad Daud Siagian, Kemampuan Koneksi Matematik Dalam Pembelajaran
Matematika, MES (Journal of Mathematics Education and Science), Prodi Pendidikan
Matematika FKIP UISU, 2016, h .63
13

g. Tingkat pemahaman19

Sedangkan Standar Kompetensi Matematika SD/MI Kelas 3:


a. Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka
b. Menggunakan pengukuran waktu, panjang dan berat dalampemecahan
masalah
c. Memahami pecahan sederhana dan pengguna-annya dalampemecahan
masalah
d. Memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana 20
B. Pengertian Bahan Ajar

Istilah sumber belajar dipahami sebagai perangkat, bahan (materi)

peralatan, pengaturan dan orang di mana pembelajar dapat berinteraksi dengan

tujuan memfasilitasi belajar dan memperbaiki kinerja.21 Bahan ajar adalah

bahan atau material atau sumber belajar yang mengandung konstribusi

kemampuan tertentu yang akan di capai oleh siswa. Bahan ajar atau materi

mencakup kemampuan, pengetahuan, keterampilan sikap yang dipelajari oleh

siswa. Dalam rangka mencapai kopetensi yang telah dicapai.

Berdasarkan definisi sumber belajar diatas maka media pembelajaran

dan sumber belajar memiliki suatu kesamaan disuatu sisi dan juga perbedaan

disisi lain. Persamaannya adalah ketika media berfungsi sebagai sumber untuk

membantu dalam proses pembelajaran. Misalnya, media video yang berisi

materiatau bahan pembelajarn digunakan untuk membantu proses

pembelajaran baik dalam ruang kelas maupun di luar ruang kelas, maka

kedudukan video tersebut sama dengan sumber belajar. Tetapi, jika media

19
Drs. H. Karso, M, M.Pd, Modul Pembelajaran Matematika di SD, h. 7
20
Departemen Guruan Nasional Direktorat Jendral Manajemen pendidikan Dasar Dan
Menengah, Model Bahan Ajar Matematika, (Jakarta: DITPTKSD, 2009), h.5
21
Azhar Arsyat, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo, 2013), h 8
14

visual yang hanya berfungsi sebagai peralatan visik saja berfungsi sebagai

perantara antara sumber belajar dan siswa, maka peralatan tersebut hanyalah

media dan bukan sebagai sumber belajar. Dari perspektif ini maka media

pembelajaran lebih sempit dari sumber belajar.

Fungsi dari bahan ajar antara lain:

1. Pedoman bagi guru dalam mengarahkan semua aktivitas pembelajaran

matematika, sekaligus merupakan substansi kompetensi matematika yang

akan dikembangkan pada diri siswa.

2. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnyadalam

proses pembelajaran matematika, sekaligus merupakan substansi

kompetensi yang harus dikuasainya;

3. Alat evaluasi kemampuan yang telah dicapai siswa pada standar

kompetensi matematika yang ditetapkan;

4. Rekaman kerja (records) siswa yang dapat bermanfaat untuk evaluasi

lebih lanjut serta mendukung penerapan port folio.22

Dalam mengembangkan bahan ajar hendaklah memperhatikan prinsisp-

prinsip pembelajaran sebagai berikut:

1. Dimulai dari mudah ke sulit, dari kongkret ke abstrak

Siswa akan lebih mudah memahami suatu konsep apabila penjelasan

dimulai dari hal yang mudah, kongkret, dan nyata ada di lingkungan

22
Departemen Guruan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan
Menengah, Op.Cit,h.2
15

mereka kemudian berangsur-angsur dibawa ke hal yang lebih sulit dan

abstrak. Pengulangan untuk memperkuat pemahaman

2. Umpan balik positif

Tanggapan atau respon guru pada siswa merupakan umpan balikyang

penting bagi siswa. Respon yang sembarangan dapat berakibatpada kesan

mendalam siswa pada guru atau mata pelajaran

3. Maju selangkah demi selangkah tetapi pasti

Belajar adalah suatu proses bertahap dan berkelanjutan. Kemampuan

sesorang tidak dapat dicapai secara mendadak (instan) tetapi melalui

proses setahap demi setahap. Dalam mencapai standar kompetensi yang

ditetapkan perlu dibuatkan tahapan-tahapan untuk mencapainya.

4. Refleksi dan maju

Setiap langkah yang telah dibuat perlu dilakukan refleksi sebelum menuju

ke langkah berikutnya. Hal itu untuk meyakinkan bahwa tidak ada bagian

yang kosong sebelum menuju ke tahap berikutnya.

5. Mengacu pada Standar Kompetensi

Setiap skenario pembelajaran yang dibuat harus mengacu padas tandar

kompetensi yang telah ditetapkan.Standar kompetensi merupakan

kompetensi yang harus dicapai siswa secara nasional,sehingga

pengembangan materi maupun bahan ajar harus berdasarpada standar

kompetensi. 23

23
Ibid, h. 4
16

C. Pengertian Modul

1. Pengertian modul

Salah satu bahan ajar yang bisa dikembangkan sendiri oleh guru adalah

modul. Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang di kemas secara

utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang

terencana dan di desain untuk membantu siswa menguasai tujuan belajar yang

spesifik. Modul minimal memuat tujuan pembelajaran, materi atau substansi

belajar, dan evaluasi. Modul berfungsi sebagai sarana belajar yang besifat

mandiri, sehingga siswa dapat belajar secara mandiri dengan kecepatan

masing-masing. 24

Menurut Russel modul sebagai paket pembelajaran berisi suatu unit

konsep tunggal. Sedangkan Houston dan Howson mengemukakan modul

pembelajaran meliputi seperangkat aktifitas yang bertujuan mempermudah

siswa untuk mencapai seperangkat tujuan pembelajaran. 25

2. Tujuan penyusunan modul

Modul memiliki banyak arti berkenaan dengan kegiatan belajar mandiri.

Siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja secara mandiri. Karna konsep

berincidemikian, makan kegiatan belajar itu sendiri juga tidak terbatas pada

masalah tempat, bahkan orang yang berdiam di tempat yang jauh dari pusat

penyelenggaraan pun biisa ikut mengikuti poal belajar seperti ini. Terkait

dengan hal tersebut, Ditjen PMPTK menyatakan penulisan modul memiliki

tujuan sebagai berikut:


24
Daryanto, Menyusun Modul Bahan Ajar Untuk Persiapan Guru Dalam Mengajar,
(Yogyakarta: Gava Media, 2013), h. 9
25
Made Wena, Strategi Pembelajaran Kontemporer,( Jakarta: Bumi Aksara, 2012) h. 230
17

a. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu


bersifat verbal.
b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan dan daya indra, baik siswa
maupun guru.
c. Dapat di gunakan secara tepat dan bervariasi, sepereti untuk
meningkatkan motovasi dan gairah belajar mengembangkan
kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan
sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa belajar mandiri
sesuai kemampuan dan minatnya.
d. Memungkinkan pesrta didik dapat mengukur atau mengevaluasi
sendiri hasil belajarnya. 26
3. Karakteristik modul

Untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi

belajar, pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik yang

diperlukan sebagai modul, yaitu:

a. Self instruction

Merupakan karakteristik yang penting dalam modul, dengan

karakteristik tersebut memungkinkan seseorang belajar secatra

mandiridan tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenihi karakter

self instruction , maka modul harus:

1) Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat menggambarkan


pencapaian standar kopetemnsi dan kopetensi dasar.
2) Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit
kegiatan yang kecil/spesifik, sehingga memudahkan dipelajari
secara tuntas.
3) Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan
materi pembelajaran.
4) Terdat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan
untuk mengukur penguasaan siswa.

26
Ervian Arif Muhafid. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berpendekatan Ketrampilan
proses Pada Tema Bunyi di SMP Kelas VIII. ( Skripsi Program Studi pendidikan IPA Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Negeri Semarang, Semaran, 2013), h,9
18

5) Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana,


tugas atau konteks kegiatan dan lingkungan siswa.
6) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif
7) Terdapat rangkuman materi pelajaran
8) Terdapat instrument penilaian, yang memungkinkan siswa
melakukan penilaian mandiri (self assessment).
9) Terdapat umpan balik atas penilaian pesert didik, sehingga siswa
melalui mengetahui tingkat penguasaan materi.
10) Terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan/refrensi yang
mendukung materi pembelajaran dimaksud.
b. Self contained

Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran

yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini

adalah memberikan kesempatan siswa mempelajari materi pembelajaran

secara tuntas, karena materi belajar dikemas dalam satu kesatuan yang

utuh.Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi atau standar

kompetensi/kompetensi dasar, harus dilakukan denngan hati-hati dan

memperhatikan kelulusan standar kompetensi/kompetensi dasar yang

harus dikuasai oleh siswa.

c. Berdiri sendiri (stand alone)

Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul

yang tidak tergantung pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus

digunakan bersama-sama dengan bahan ajar/media lain. Dengan

menggunakan modul, siswa tidak perlu bahan ajar yang lain, untuk

mempelajari atau mengerjakan tugas pada modul tersebut. Jika siswa

masih menggunakan dan bergantung pada bahan ajar yang lain selain
19

modul yang digunakan, maka bahan ajat tersebut tidak dikategorikan

sebagai modul yang drdiri sendiri.

d. Adaptif

Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap

perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut

dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi,

serta fleksibel/luwes digunakan sebagai perangkat keras (hardware)

e. Bersahabat/akrab (user friendly)

Modul hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau

bersahabat/akrab dengan pemiliknya.Setiap intruksi dan paparan

informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan

pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon dan

mengakses sesuai dengan keinginan.Penggunaan bahasa yang sederhana,

mudah di mengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan,

merupakan salah satu bentuk user friendly.27

4. Elmen Mutu Modul

Untuk menghasilkan modul pembelajaran yang efektif, modul di rancang

dan dikembangkan beberapa elmen yaitu:

a. Format

 Gunakan kolom (tunggal atau multi) yang proporsional. Penggunaan

kolom tunggal atau multi harus sesuai dengan bentuk dam ukuran

27
Daryanto, Op.Cit,h.11
20

kertas yang digunakan. Jika menggunakan kolom multi, hendaknya

jarak dan perbandingan antar kolom secara proporsional.

 Gunakan format kertas (vertikal atau horizontal) yang tepat. Modul

ditulis pada kertas yang dipakai berwarna dasar putih dengan ukuran

21,5 x 16,5 cm (kertas folio F4 dibagi dua) atau boleh juga berukuran

A4 (29,7 x 21 cm). Gunakan tanda-tanda (icon) yang mudah

ditangkap dan bertujuan untuk menekankan pada hal-hal yang

dianggap penting atau khuisus. Tanda dapat berupa gambar, cetak

tebal, cetak miring atau lainnya.28

b. 0rganisasi

 Tampilan atau peta/bagan yang menggambarkan cakupan materi yang

akan di bahas dalam modul.

 Organisasikan isi materi pembelajaran dengan urutan dan susunan

yang sistematis, sehingga memudahkan siswa memahami materi

pembelajaran.

 Susunan dan tempatkan naskah, ilustrasi dan ilustrasi sedemikian rupa

sehingga informasi mudah dimengerti siswa.

 Organisasikan antar bab, antar unit dan antar paragraph dengan

susunan dan alur yang memudahkan siswa memahaminya.

 Organikan antar judul dan sub judul, sub judul yang mudah diikiti

oleh siswa.29

28
LKPP-UNHAS, Bahan Aja, Buku Ajar, Modul, Dan Panduan Praktek, (makasar:
LKPP-UNHAS, 2015) , h 8
29
Daryanto, Op.Cit,h.14
21

c. Data tarik

Daya tarik modul dapat di tempatkan di beberapa bagian seperti:

 Bagian sampul (cover) depan, dengan mengkombinasikan warna,

gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang sesuai.

 Bagian isi moduldengan menempatkan rangsangan-rangsangan berupa

gambar, cetakan huruf tebal, miring, garis bawah atau warna.

 Tugas dan latihan di kemas sedemikian rupa hingga menarik.

d. Bentuk dan ukuran huruf

 Gunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca sesuai dengan

karakteristik umum siswa. Jenis huruf dapat digunakan Times New

Roman, Calibri, Ariel, Comic Sans MS atau jenis huruf lain yang tidak

menyulitkan pembacaannya, dan lazim digunakan dalam penulisan

buku teks.

 Gunakan perbandingan huruf yang proporsional antara sebuah judul,

sub judul dan naskah isi. Biasanya ukuran huruf yang digunakan

berukuran 11 atau 12 dengan sepasi antar baris 1 atau 1,5. Khusus

untuk judul bab gunakan ukuran huruf 15 atau 16 dan ukuran sub bab

13 atau 14.

 Hindari huruf kapital untuk seluruh teks, karena dapat membuat

proses membaca menjadi sulit.30

e. Ruang (spasi kosong)

Penempatan ruang kosong dilakukan di beberapa tempat seperti:

30
LKPP-UNHAS, Op.Cit,h. 8
22

 Rung sekitar judul bab atau sub bab


 Batas tepi (margin)
 Spasi antar kolom
 Pengertian antar paragraph dimulai dengan huruf kapital.
 Pengertian atar bab atau bagian. 31

5. Unsur-unsur modul

Berdasarkan penelitian dan pengembangan guruan dan kebudayaan

(dikemukakan oleh suryobroto), pengertian modul adalah suatu unit program

belajar mengajar terkecil, yang secara rinci menggariskan:

a. Tujuan intruksional yang akan dicapai


b. Topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar mengajar
c. Pokok-pokok yang akan dipelajari
d. Kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas
e. Peranan guru dalam proses belajar mengajar
f. Alat dan sumber belajar yang dipergunakan
g. Kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati siswa secara
berurutan
h. Lembar kerja yang harus diisi oleh siswa
i. Program evaluasi yang akan dilaksanakan32

6. Langkah-langkah pembuatan modul

Dalam garis besarnya penyusunan modul atau pengembangan modul

dapat mengikuti langkah-langkah berikut:

a. Merumuskan tujuan secara jelas, spesifik dalam bentuk kelakuan siswa


yang dapat diamati dan diukur.
b. Urutkan tujuan-tujuan itu yang menentukan langkah-langkah yang
diikuti dalam modul itu.
c. Test diagnotis untuk mengukur latar belakang siswa, pengetahuan dan
kemampuan yang telah dimilikinya sebagai prasyarat untuk menempuh
modul itu. Ada hubungan antara butir-butir test ini dengan tujuan-
tujuan modul.
d. Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul ini bagi siswa. Ia
hurs tau apa gunanya ia mempelajari modul ini. Siswa harus yakin
31
Daryanto, Op.Cit,h. 15
32
Made Wena, Op.Cit,h.231
23

akan mafaaat modul itu agar ia bersedia mempelajarinya dengan


sepenuh tenaga.
e. Kegiatan-kegiatan belajar direncanakan untuk membantu dan
membimbing siswa agar mencapai kompetensi-kompetensi seperti
dirumuskan dalam tujuan
f. Menyusun post test untuk mengukur hasil belajar siswa, hingga
manakah ia menguasai tujuan-tujuan modul.
g. Menyiapkan pusat sumber-sumber beberapa bacaan yang terbuka bagi
siswa setiap waktu ia memerlukannya.33
7. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran dengan menggunakan

modul

Adapun kelebihan pembelajaran dengan modul yaitu:

a. Modul dapat memberikan umpan balik sehingga pebelajar mengetahui

kekurangan mereka dan segera melakukan perbaikan,

b. Dalam modul ditetapkan tujuan pembelajaran yang jelas sehingga

kinerja siswa belajar terarah dalam mencapai tujuan pembelajaran,

c. Modul yang didesain menarik, mudah untuk dipelajari, dan dapat

menjawab kebutuhan tentu akan menimbulkan motivasi siswa untuk

belajar,

d. Modul bersifat fleksibel karena materi modul dapat dipelajari oleh

siswa dengan cara dan kecepatan yang berbeda,

e. Kerjasama dapat terjalin karena dengan modul persaingan dapat

diminimalisir dan antara pebelajar dan pembelajar,

f. Remidi dapat dilakukan karena modul memberikan kesempatan yang

cukup bagi siswa untuk dapat menemukan sendiri kelemahannya

berdasarkan evaluasi yang diberikan.

33
Daryanto, Op.Cit,h. 54
24

Selain memiliki kelebihan, menurut Morrison, Ross, & Kemp, modul juga

memiliki beberapa kekurangan yaitu :

a. Interaksi antar siswa berkurang sehingga perlu jadwal tatap muka atau
kegiatan kelompok,
b. Pendekatan tunggal menyebabkan monoton dan membosankan karena itu
perlu permasalahan yang menantang, terbuka dan bervariasi,
c. Kemandirian yang bebas menyebabkan siswa tidak disiplin dan menunda
mengerjakan tugas karena itu perlu membangun budaya belajar dan
batasan waktu,
d. Perencanaan harus matang, memerlukan kerjasama tim, memerlukan
dukungan fasilitas, media, sumber dan lainnya, serta persiapan materi
memerlukan biaya yang lebih mahal bila dibandingkan dengan metode
ceramah. 34
D. Pendektan Saintifik

1. Pengertian Pendekatan Saintifik

Implementasi kurikulum 2013 di sekolah atau madrasah yang sudah di

mulai disejumlah sekolah dasar sampai sekolah menengah ke atas, secara

terbatas, merupakan salah satu bentik inovasi guruan yang dilakukan

pemerintah. Menurut Abdullah Sani, pengembangan kurikulum 2013

merupakan upaya peningkatan mutu guruan untuk menghasilakanlulusan yang

kreatif dan mampu menghadapi kehidupan di masa yang akan datanng. 35

Berkenaan dengan implementasi kurikulum 2013 di SD/MI pemerintah

menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu

menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah

( scientific approach) dalam pembelajaran guru harus menciptakan

pembelajaran aktif melalui kegiatan mengamati, menanya , mengumpulkan

34
Lasmiyati, Idris Hata, “Pengembangan Modul Pembelajaran Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Dan Minat SMP”, Jurnal Pendidikan Matematika Vol.9 No 2 (Tahun
2014). 164
35
Andi Prastowo, Rencana Pelaksanaanpembelajaran (RPP) Tematik Terpadu
Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Sd/Mi, ( Jakarta: Prenadamedia Group, 2015 ), h. 5
25

informasi/ mencoba, mengasosiasi/ menalar/ mengolah informasi, serta

menyajikan/ mengkomunikasikan terkait dengan materi yang disampaikan

dalam kegiatan pembelajaran.36

Dalam pandangan Barringer, et al. pembelajaran sintifik merupakan

pembelajaran yang menuntut siswa berfikir secara sistematis dan kritis dalam

upaya memecahkan masalah dan penyelesaiannya tidak mudah dilihat.

Bertemali dengan hal tersebut, pembelajaran ini akan melibatkan siswa dalam

kegiatan memecahkan masalah yang kompleks melalui kegiaytan curah

gagasan, berpikir kreatif, melakukan aktifitas penelitian, dan membangun

konseptualisasi pengetahuan.37

2. Tujuan Pembelajaran Dengan Menggunakan Pendekatan Sintifik

Tujuan pembembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada

keunggulan pendektan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan

pendekatan saintifik adalah:

a. Untuk meningkatkan kmampuan intelek, khususnya kemampuan

berpikir tingkat tinggi siswa.

b. Untuk membentuk kmampuan siswa dalam menyelesaikan masalah

secara sistematik.

c. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa

belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

d. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

36
Rusman, Pembelajaran Tematik Terpadu Teori, Praktek Dan Penilaian, (Jakarta: Raja
Garfindo Persada, 2015), h 231
37
Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013,
(Bandung: Reflika Aditama 2016), h. 125-126
26

e. Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya

dalam menulis artikel ilmiah.

f. Untuk mengembangkan karakter siswa.

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Saintifik

Beberapa perinsip pendekatan sintifik dalam kegiatan pembelajaran

adalah sebagai berikut:

a. Pembelajaran berpusat pada siswa


b. Pembelajaran membentuk students self concept
c. Pembelajaran terhindar dari verbalisme
d. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi
atau mengakomodasi konsep, hokum dan prinsip
e. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berfikir
siswa Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi
mengajar guru
f. Member kesempatan siswa untuk melatih kemampuan dalam
berkomunikasi
g. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum dan prinsip yang
dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya. 38

4. Langkah-Langkah Umum Pembelajaran Dengan Menggunakan

Pendekatan Saintifik

Langkah-langkah pendekatan ilmiah (saintific appoach)dalam proses

pembelajaran meliputi menggali informasi melalui pengamatan, bertanya,

percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau

informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar kemudian

menyimpulkan dan mencipta.39 Dari langkah-langkah tersebut dapat di

kembangkan dalam kegiatan pembelajaran menjadi delapan langkah yaitu:

38
Dartanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, (Yogyakarta: gava
media, 2014), h.58
27

a. Mengamati (Observing)

Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengamati adalah

membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa dengan alat

kompetansi yang di kembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian

dan mencari informasi.

b. Menanya (Questing)

Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk “kalimat Tanya”

melainkan dalam bentuk pernyataan, asalkan keduannya mengingikan

tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan misalnya: apakah cirri-ciri kalimat

efektif? Bentuk pernyataan misalnya: sebutkan ciri-ciri kalimat efektif!.

c. Menalar (Associating)

Menalar merupakan proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-

fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan dan

pengetahuan. Menalar (Associating) merujuk pada teori belajar asosiasi,

yaitu kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan

beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan

memori dalam otak.

d. Mencoba (Experimenting)

Mencoba atau melakukan eksperimen merupakan keteampilan proses

untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar dengan

menggunakan metode ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah yang

dihadapinya sehari-hari.

e. Mengkomunikasikan (Communicating)
28

Kegiatan belajar mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil

pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis,

atau media lainnya. 40

E. Kerangka Berpikir

Keranka berpikir merupakan konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai

masalah yang penting.

Gambar 2.1
kerangka berfikir

Guru tidak mungkin menyajikan semua pengetahuan terhadap siswa

sehingga diperlukan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar. Bahan ajar

adalah sepetrangkat materi yanf disusun secra sistematis baik tertulus maupun

tidak, sehingga tercipta susunan yang memungkinkan siswa untuk belajar.

Pengembangan bahan ajar diisyaratkan melalui peraturan pemerintah No. 10

Tahun 2005 pasal 20 dan permendiknas No. 16 Tahun 2007. Pemanfaatan

bahan ajar khususnya modul dalam proses pembelajaran menjadi solusi

pembelajaran mandiri. Guru lebih banyak menggunakan bahan ajar yang

40
Rusman, Op.Cit, h. 234-247
29

monoton berupa buku teks berisi kumpulan materi dari mata pelajaran

lainyang terintegrasi dan belum mencakup pendekatan saintifik.

Untuk membuat modul berbasis saintifik, dapat dilakukan dengan cara

menentukan materi pelajaran. Setelah menentukan materi pembelajaran maka

peneliti membuat desain produk, agar modul terlihat lebih menarik untuk

peserta didk maupun guru. Setelah desain telah selesai maka akan divalidasi

oleh dosen ahli materi dan ahli desain. Apabila modul layak tanpa revisi

dengan kriteria nilai tertentu maka bisa diuji coba, apabila valid dengan revisi

maka akan direvisi kemudian diujicobakan untuk mengetahui kelayakan

modul matematika berbasis pendekatan saintifik.

F. Hipotesi

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka peneliti mengajukan

hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Pengembangan modul matematika berbasis pendekatan saintifik pada mata

pelajaran matematika kelas III semester 2

2. Kelayakan modul matematika berbasis pendekatan saintifik pada pelajaran

matematika kelas III semester 2

G. Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini, ada beberapa penelitian pengembangan yang

relevan sebagai berikut:

1. Dewi Setiowati (2016) dengan judul pengembangan modul penuntun

praktikum berbasis pendekatan sintifik pada filum vertebrta untuk

meningkatkan ketrampilan proses SAINS siswa kelas X SMA Negeri 7


30

Bandar Lampung. Berdasarkan observsi yang dilakukan di SMA Negeri 7

Bandar Lampung terdapat masalah yang teridentifikasi pada pembelajaran

filum vertebrata, guru hanya menggunakan metode ceramah dan diskusi.

Praktikum hanya dilakukukan denngan studi lapangan, tetapi belum

pernah dilakukan di laboratorium sehingga materi tidak disampaikan

secara maksimal, karna belum di kembangkan modul berbasis

saintifik.guru hanya menggunakan selembaran kertas berisi penuntun

praktikum yang akan dipelajari, sehingga siswa merasa kesulitan dalam

melaksanakan kegiatan tersebut dan kurangnya persiapan siswa dalam

melakukan praktikum, maka peneliti akan mengembangkan modul

penuntun praktikum berbasis pendekatan saintifik untuk membantu dalam

proses pembelajaran. Hasil penelitian pengembangan modul layak untuk

diterapkan.41

2. Nur Khasanah (2016) Pengembangan Lembar Kerja (LKS) matematika

dengan pendekatan saintifik untuk memfasilitasi pemahman konsep siswa

SMA/MA kelas X pada pokok bahasan statistika. Berdasarkan observasi

yang peneliti lakukan, media yang digunakan dalam pembelajaran berupa

LKS matematika msih belum sesuai denngn tujuan pembelajran. LKS

yang selama ini digunakan dalam pembelajaran dikelas masih kurang

bervariasi dan kurang menarik bagi siswa. Selain itu, materi dalam LKS

hanya berupa rumus singkat saja tanpa menuliskan dasar penulisan rumus

tersebut, maka perlu diadakn perbaikan dalam pembelajaran matematioka.


41
Dewi Setiawati, pengembangan modul penuntun praktikum berbasis pendekatan sintifik pada
filum vertebrta untuk meningkatkan ketrampilan proses SAINS siswa kelas X SMA Negeri 7
Bandar Lampung, (Bandar Lampung 2015), h.
31

Salah satu komponen pendukung dalam matematika adalah Lembar Kerja

Siswa (LKS). LKS matemtika dengan pendektan saintifik memperoleh

penilaian yang sangat baik dari validator dengan persentase 85,38%,

persentase siswa yang memperoleh nilai posr-test lebih dari KKM adalah

66,67%. Dapat disimpulkan, modul matematika materi pecahan yang

dikembangkan ini layak untuk digunakan dalam pembelajaran. 42

3. Tri Wahyuni Nugrahanti (2015) dengan judul pengembangan modul

pembelajaran matematika berbasis pendekatan saintifik materi pecahan

untuk MI/SD kelas IV. Berdasarkan observasi dan wawancara yang

dilakukan dibeberapa MI/SD banyak diantara siswa mengalami kesulitan

saat mengerjakan materi pecahan berbeda penyebut dan siswa mengalami

kesulitan saat mengerjakan penyelesaian masalah materi pecahan dalam

bentuk soal cerita. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti akan

mengembangkan pembelajaran matematika materi pecahan dengan

pendekatan saintifik. Berdasarkan ahli materi mendapat skor 41 masuk

kategori baik, penilaian ahli media 72 masuk kategori sangat baik,

penilaian peer review mendapat skor 106 masuk kategori sangat baik dan

penilaan dari guru kelas IV MIN mendapat skor 106,9 dengan ktegori

sangat baik. Dapat disimpulkan, modul matematika materi pecahan yang

42
Nur Khasanah, Pengembangan Lembar Kerja (LKS) matematika dengan pendekatan
saintifik untuk memfasilitasi pemahman konsep siswa SMA/MA kelas X pada pokok bahasan
statistika, (Yogykarta 2016), h. 5
32

dikembangkan ini layak untuk digunakan dalam pembelajaran untuk kelas

IV MI/SD.43

4. Fiskiatur Rohmah (2019) dengan judul pengembangan modul

pembelajaran matematika berbasis probing-prompting untuk melatih

berpikir kritis. Berdasarkan hasil hasil survei beberapa sekolah tingkat

awal SMP, masih banyak yang belum dapat memperbaiki proses berpikir

siswa. hal tersebut dibuktikan dengan tingginya perestasi siswa dilapangan

yang hanya memahami konsep namun tidak memahami aplikasi dan

relevansinya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk melatih berpikir kritis

dapat dengan cara mengembangkan sumber belajar salah satunya dengan

mengembangkan modul matematika. Hasil pengembangan modul berbasis

probing-prompting masuk kategori sangat valid dengan nilai rata-rata 4,02

dari 3 validator, dapat digunakan dengan beberapa yang perlu direvisi dan

mendapat respon positif dari siswa dengan rata-rata 86,8% serta mampu

melatih berfikir kritis dengan persentase 93% yang mengalami skor pada

tes terakhir.44

5. Nelawati (2018) pengembangan modul materi bangun datar siswa SD

bercirikan etnomatematika di Kabupaten OKU Timur. Berdasarkan

observasi di kelas non formalsiswa di SD N Terpadu Karang Kemiri dan

SD N 2 Karang Kemiri, mereka mengatakan bahwa mereka kurang

memahami matematika karena buku yang mereka gunakan tidak mudah

43
Tri Wahyuni Nugrahanti, Dengan Judul Pengembangan Modul Pembelajaran
Matematika Berbasis Pendekatan Saintifikmateri Pecahan Untuk MI/SD Kelas IV, ( Yogyakarta
2015), h. 3
44
Fiskiatur Rohmah, Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika Berbasis
Probing-Prompting untuk Melatih Berpikir Kritis, (Surabaya 2019), h 4
33

mudah dipahami dan di materi bangun datar mereka kurang memahami

beberapa bentuk bangun datar yang hampir mirip pada materi bangun

datar dan sebagian siswa kurang mengetahui pada saat peneliti meminta

untuk menyebutkan budaya OKU Timur. Berdasatkan kesimpulan di atas

maka peneliti mengembangkan etnomatematika yang akan digunakan

sebagai modul yaitu etnomatematika khususnya yang ada di Kabupaten

OKU Timur. Hasil penilaian adalah penilaian ahli materi memberikan

skor80,78% dikategorikan sangat layak, ahli media memberikan skor

penilaian 65, 47% di kategorikan layak, dan ahli budaya memberikan skor

penilaian 80,00%di kategorikan sangat layak. Pada uji coba diperoleh rata-

rata 3,34% dengan kategori sangat layak. dapat disimpulkan bahwa

pengembangan modulsiswa SD dengan pendekatan saintifik bercirikan

etnomatematika dikategorikan sangat layak dan menarikdigunakan dalam

pembelajaran ditingkat SD sederajat pada materi bangun datar.45

Pengembangan bahan ajar diataranya adalah modul berbasis pendekatan

saintifik menjukan hasil yang positif terhadap pembelajaran. Hampir sama

dengan beberapa penelitian tersebut penelitian ini juga akan mengembangkan

sebuah modul pembelajaran matematika berbasis pendekatan saintifikdengan

menggunakan model penelitian research and development (RnD). Modul

yang akan dikembangkan ini berbeda dengan modul pembelajaran matematika

sebelumnya, dimana hanya mencakup satu materi saja. Modul yang akan

45
Nelawati, Pengembangan Modul Materi Bangun Datar Siswa SD Bercirikan
Etnomatematika Di Kabupaten OKU Timur, (Lampung 2018). h. 22
34

dikembangkan di sini adalah modul matematika yang mencakup beberapa

materi pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2016. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum


2013, Bandung: Reflika Aditama.

Abdussakir, Rosimanidar, 2017 “Model Integrasi Matematika Dan Al-Qur’an


Serta Praktik Pembelajarannya”, Jurnal Matematika

Arif Muhafid, Ervian. 2013. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berpendekatan


Ketrampilan proses Pada Tema Bunyi di SMP Kelas VIII. Skripsi
Program Studi pendidikan IPA Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Negeri Semarang, Semarang.

Anggoro, B. S, 2015 “Pengembangan Modul Matematika Dengan Strategi


Problem Solving Untuk Mengukur Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa,” Al Jabar, Jurnal Pendidikan Matematika 6, No. 2,

Arsyat, Azhar, 2013. Media Pembelajaran, Jakarta: Raja Grafindo

Chandra, Lucky. F, 2014. “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika


Materi Tekanan Mencakup Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor Sesuai
Kurikulum 2013 untuk Siswa SMP/MTs” Jurnal. (Malang: Universitas
Negeri Malang.

Dartanto, 2014.Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, Yogyakarta:


gava media

, 2013.Menyusun Modul Bahan Ajar Untuk Persiapan Guru Dalam


Mengajar, Yogyakarta: Gava Media.

Departemen Agama RI, 2014.Al-Quraan Dan Terjemahannya, Jakarta: Sahifa

Departemen Guruan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Guruan Dasar Dan


Menengah, 2009. Model Bahan Ajar Matematika, Jakarta: DITPTKSD.

Hamalik, Oemar, 2013.Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara.

Karso, , Modul Pembelajaran Matematika di SD

Khasanah Nur, 2016 Pengembangan Lembar Kerja (LKS) matematika dengan


pendekatan saintifik untuk memfasilitasi pemahman konsep siswa
SMA/MA kelas X pada pokok bahasan statistika, Yogykarta
Kurnia Sari, Ana, et.al. 2015. “Pengembangan LKS Memanfaatkan Laboratorium
Virtual Pada MateriOptik Fisis Dengan Pendekatan Saintifik”, Jurnal
Pembelajaran Fisika Vol. 3, No. 2

Latifah, Sri, et.al. 2016. “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKPD)


Berorientasi Nilai-nilai Agama Islam Melalui Pendekatan Inkuiri
Terbimbing Pada Materi Suhu dan Kalor”, Jurnal Ilmiah Guruan Fisika
‘Al-Biruni’ Vol. 5 No. 1.

Made Wena, 2012. Strategi Pembelajaran Kontemporer,Jakarta: BumiAksara,

Mamang Sungadji, Eta Dan Sopiah, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis


Dalam Penelitian. Yogyakarta: ANDI

Mulyasa, 2009.Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung : Remaja


Roskarya.

Nelawati, 2018. Pengembangan Modul Materi Bangun Datar Siswa SD


Bercirikan Etnomatematika Di Kabupaten OKU Timur, Bandar Lampung

Ningsihn, P. R et.al. 2014. Analisis Kesalahan Menyelesaikan Soal Cerita System


Permasalahan Linier Dua Variable (SPLDF) dan Scaffolding –nya
Berdasarkan Analisis Kesalahan Newman Pada Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 2 Malang, Journal Pendidikan Matematika Dan Sains Tahun II.
No.2, jurusan matematika FMIPA Universitas Negeri Malang

Prastowo, Andi, 2015. Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) Tematik


Terpadu Implementasi Kurikulum 2013 UntukSd/Mi, Jakarta:
Prenadamedia Group.

Rohmah, Fiskiatur, 2019. Pengembangan Modul Pembelajaran Matematika


Berbasis Probing-Prompting untuk Melatih Berpikir Kritis, Surabaya

Rusman, 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu Teori, Praktek Dan Penilaian,


Jakarta: Raja GrafindoPersada

Sastra Negara, Hasan, 2013.Konsep Dasar Matematika Untuk PGSD, Bandar


Lampung: Aura Publishing.

Setiawati Dewi, 2015 pengembangan modul penuntun praktikum berbasis


pendekatan sintifik pada filum vertebrta untuk meningkatkan ketrampilan
proses SAINS siswa kelas X SMA Negeri 7 Bandar Lampung, Bandar
Lampung

Setyosari, Punaji, 2010.Metode Penelitian pendidikan dan Pengembangan,


Jakarta: Kencana.
Siagian, M. D, 2016. Kemampuan Koneksi Matematik Dalam Pembelajaran
Matematika, MES (Journal of Mathematics Education and Science), Prodi
Pendidikan Matematika FKIP UISU
Sudjana, Nana.2013. Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah,
Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudjono, Anas, 2011. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : Raja Grafindo.

Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Udang-Undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003. 2011. Jakarta: Sinar Grafika.

Wahyuni Nugrahanti Tri 2015, Dengan Judul Pengembangan Modul


Pembelajaran Matematika Berbasis Pendekatan Saintifik materi Pecahan
Untuk MI/SD Kelas IV, Yogyakarta

Yuberti, 2014. penelitian dan pengembangn yang belum diminati dan


perspektifnya, jurnal pendidikan fisika, lampung: institute gama islam
negeri lampung,

Anda mungkin juga menyukai