Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2018, Ulil Abshar Abdillah
Aksi bela Islam yang menuntut keadilan. Untuk memenuhi tugas UAS, Mata kuliah Bahasa Indonesia. Kelas : E Prodi: Manajemen Dakwah Fakultas: Dakwah
2018 •
The lyric of the songs which were sung in the Aksi Bela Islam is a part that expresses the opinion to speak up the Quran which was assumed to be blasphemed by Basuki Tjahaya Purnama. The Action underlined subjects, a moeslim, who were piety should support and give in the movement. The problems of this research are the songs of Islam Defence in Aksi Bela Islam represent the piety, and the context of Aksi Bela Islam uses those songs in order to construct identity politics us and others based on the interpretation on piety. The purposes of the research are to analyze the lyrics of the songs which stress the attempt of collective piety representation in Defensive Action of Islam. The songs construct collectivity to have more bounding of us who differentiate with them. The construction of us and them determines tolerance action of the subject us and them. The result of the research is that the lyric of the songs used in that action is to blow spirit and to bind solidrity among supporter of the demonstration. The songs use language to represent the piety for whom supported the action, while those languages show political idetity which differentiates us and others. Abstrak Lirik lagu-lagu yang dinyanyikan dalam Aksi Bela Islam merupakan eskpresi pendapat untuk membela Alquran yang diasumsikan telah dilecehkan oleh Basuki Tjahaya Purnama. Aksi tersebut menekankan subjek-subjek, bahwa seorang muslim yang saleh harus mendukung dan terlibat dalam gerakan tersebut. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana lagu-lagu dalam Aksi Bela Islam merepresentasikan kesalehan dan konteks aksi tersebut menggunakan lagu-lagu untuk tujuan mengonstruksi politik identitas kami dan liyan yang berdasarkan interpretasi atas kesalehan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan usaha merepresentasi lirik lagu yang menekankan kesalehan kolektif dalam lirik lagu pada Aksi Bela Islam. Lagu-lagu tersebut mengonstruksi kelompok masyarakat untuk lebih terikat menjadi kami yang membedakan diri dengan mereka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lirik lagu yang digunakan dalam aksi tersebut memperlihatkan cara untuk membakar semangat dan untuk mengikat solidaritas di antara para pendukung demonstrasi tersebut. Lagu-lagu tersebut menggunakan bahasa yang merepresentasikan kesalehan para pendukung aksi sekaligus menunjukkan politik identitas yang membedakan kami dan mereka. Kata-kata kunci: representasi, identitas, aksi bela Islam, lirik lagu-lagu
Abstraksi Narasi bergerak mengenai Islam dimungkinkan karena media moderen mempengaruhi landskap budaya dan politik kehidupan kaum Muslim sehari-harinya. Kasus 'Aksi Bela Islam' pada tahun 2016 menuntut Gubernur DKI Jakarta, Basuki Cahaya Purnama, atau yang biasa dikenal dengan nama Ahok, dipenjara karena dianggap telah menista Islam. Kasus ini menunjukkan bahwa para penyelenggara aksi telah berhasil memobilisasi dukungan massa melalui kampanye di media sosial. Kajian ini melacak bagaimana strategi melalui mediatisasi dakwah (propaganda yang mengatasnamakan Islam) dilakukan dalam Aksi Bela Islam dengan mengeksplorasi representasi online 'daring' (dalam jaringan) di media sosial sepeti Facebook, Instagram, dan aplikasi pesan personal WhatsApp, sehingga menunjukkan suatu lokasi pada ruang yang disebut sebagai 'Publik Muslim'. Kemampuan media sosial untuk memungkinkan komunikasi interaktif secara khusus menempatkan 'narasi bergerak' tentang keshalehan kaum Muslim urban di Indonesia. Studi etnografi juga dilakukan untuk melihat bagaimana komunitas offline – luring (luar jaringan) yang memiliki akses internet terbatas mendukung gagasan 'membela Islam' di Indonesia. Dengan mengkaji baik representasi 'daring' maupun observasi komunitas 'luring', kajian ini ditujukan untuk menganalisis bagaimana media sosial dimanfaatkan untuk mengkonstruksi strategi dakwah dan politik moralitas publik yang mengutamakan kode-kode dan etika keshalehan dalam Islam di Indonesia saat ini. Kata kunci: Ruang publik Muslim, Aksi Bela Islam, narasi bergerak Islam, representasi daring, komunitas luring, moralitas publik. Abstract Shifting narratives about Islam are made possible because modern media affect the cultural and political landscape of Muslims' everyday lives. The 2016 case of 'Aksi Bela Islam' (the Action to Defend Islam), which demanded that Jakarta Governor Basuki Cahaya Purnama, or Ahok, be jailed for blasphemy, demonstrates the ability of the rally organizers to mobilize mass support through social media campaigns. The study traces the mediatization of da'wa (Islamic propagation) strategies by exploring the online representations of the Action to Defend Islam found in social media such as Facebook, Instagram, and personal instant messenger of WhatsApp, each of which can be seen as part of the Muslim public sphere. The ability of social media to conduct interactive communication particularizes shifting narratives of Islamic piety among urban Muslims in Indonesia. The ethnography study also concerns on the offline community – those who have limited online access – whose members likewise support the idea of defending Islam in Indonesia. By conducting online and offline observations of the Muslim public sphere, the study aims at analyzing social media practices which construct da'wa strategies and the politics of public morality, both underlie the ethics and moral codes of Islamic piety in Indonesia today.
Jurnal Pemikiran Sosiologi 4 (2)
Aksi Bela Islam dan Ruang Publik Muslim: Dari Representasi Daring ke Komunitas Luring Oleh2017 •
Respon dan refleksi para penulis buku ini sangat tampak setelah mengkaji relasi dinamika masyarakat dan media sosial dewasa ini. Media sosial telah banyak mempengaruhi perilaku kehidupan keseharian manusia, termasuk aspek keberagamaannya. Pengaruh tersebut dapat menjadi positif dan demikian pula menjadi negatif. Misalnya, orang dapat dengan mudahnya mendapatkan kajian agama di media sosial yang bahkan lebih menarik daripada ceramah agama di masjid. Akan tetapi di sisi lain, melalui media sosial pula, kelompok radikal dan teroris menjadi sangat mudah mengkampanyekan ideologi mereka yang keras dan kaku. Bahkan, pengetahuan dan pengalaman beragama pengguna media sosial berkembang sampai pada batas-batas yang menyentuh terbentuknya identitas sosial baru dengan latar agama. Misalnya, munculnya identitas muslim kaffah yang kemudian diperhadapkan dengan identitas keindonesiaan yang memancing posisi kita-mereka yang tentu saja berbahaya bagi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini .
FISIP UIN JAKARTA
GERAKAN SOSIAL, FUNDAMENTALISME, MASYARAKAT MADANI STUDI ATAS DEWAN DAKWAH ISLAMIYAH INDONESIA DALAM AKSI BELA ISLAM 212.docx2018 •
Penelitian ini membahas tentang pemikiran Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) mengenai pemahaman fundamentalisme Islam yang dipandang menjadi gerakan DDII sebagai organisasi massa, Studi terhadap DDII di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pemikiran DDII yang diiringi oleh aktivitasnya mengenai fundamentalisme Islam. Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah pendekatan kualitatif melalui analisa deskriptif dari sejumlah literatur berupa buku, jurnal, artikel dan wawancara dengan pengurus Dewan Dakwah yang berpengalaman dengan organisasi tersebut berkaitan dengan penelitian ini. Teori dan konsep yang penulis gunakan adalah gerakan sosial, fundamentalisme Islam, dan civil society. Pada penelitian ini, penulis menggunakan teori gerakan sosial dari McAdam untuk menjelaskan konsep dan pola apa yang diterapkan oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia dalam aksi bela Islam 212, kemudian melalui pendekatan fundamentalisme Islam dari Bassam Tibi untuk menjelaskan sejauh mana organisasi Dewan Dakwah memiliki pemikiran dan pemahaman mengenai fundamentalisme sebagai dasar perjuangannya, serta konsep masyarakat madani menurut Dawam Rahardjo sebagai bentuk Dewan Dakwah sebagai ormas penegak gerakan amar ma’ruf nahi munkar di dalam sebuah negara yang mengakui nilai-nilai persatuan dan kesatuan serta memiliki peranan sebagai kekuatan pilar berdemokrasi di Indonesia. Penelitian ini memperlihatkan keserasian antara pemikiran Dewan Dakwah dengan gerakannya. Dewan Dakwah merupakan organisasi massa yang berasaskan Islam, dengan menerapkan amar ma’ruf nahi munkar, merupakan kelompok kepentingan dan kelompok penekan terhadap masyarakat maupun pemerintah dalam rangka mewakili umat muslim di Indonesia, dengan melalui pemikirannya yang cenderung fundamental disertai gerakannya, Dewan Dakwah berupaya untuk menerapkan visi, misi, ideologi serta program organisasinya. Studi penelitian ini dikhususkan peran Dewan Dakwah dalam aksi bela Islam 212 yang masuk kedalam kelompok fundamentalis.
Merawat Pemikiran Buya Syafii: Keislaman, Keindonesiaan dan Kemanusiaan
Islam dan Masa Lalu yang Membelenggu: Refleksi Pemikiran Ahmad Syafii Maarif2019 •
Kebinekaan Kita: Refleksi Kritis Anak-anak Muda Tentang Isu-isu Aktual di Indonesia
Sekularisasi Telah Mati? Kasus Pilkada DKI Jakarta Tahun 20172019 •
2019 •
Armed with a social movement approach, this paper discusses the framing strategy in the success of the Islamic populist movement in Indonesia. Islamic populism coloring political life and democracy in Indonesia in recent years. As with other forms of populist movements, Islamic populism in Indonesia manifests itself in mass movements or actions that show protest or resistance to certain regimes and government systems. The emergence of the Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI/Guard National Movement for Indonesian Religious Leader) includes the 411, 212 movement, and the grand reunion of 212 alumni is a manifestation of the rise of Islamic populism in Indonesia.
2019 •
2016 •
Seri Studi Kebudayaan 1 "Pluralisme, Multikulturalisme, dan Batas-batas Toleransi"
Semangat Pengakuan dan Realitas di Lapangan: Institusionalisasi dan Praktik Agama Kaharingan dalam Transformasi Ekonomi Pedesaan Dayak Kalimantan2017 •
Maarif Institute for Culture and Humanity
Keluar dari Rongsokan Sunni-Syiah: Membaca Pemikiran Ahmad Syafii Maarif2018 •
Jurnal Sosiologi Agama
Politisasi Agama di Tahun Politik: Politik Pasca-Kebenaran di Indonesia dan Ancaman bagi Demokrasi2018 •
Jurnal An-nida’ | Jurnal Pemikiran Islam
MEMBACA KOMUNIKASI POLITIK GERAKAN AKSI BELA ISLAM 212: ANTARA POLITIK IDENTITAS DAN IJTIHAD POLITIK ALTERNATIF2017 •
Jurnal Maarif
(MH Basya) Populisme Islam, krisis modal sosial dan tantangan terhadap demokrasi (all articles in the journal)2019 •
“Membela Islam? Dakwah, Konstruksi Moralitas dan Ruang Publik Muslim dalam Sejarah Media Islam di Indonesia.” Dalam Sri Margana, Siti Utami Dewi Ningrum, Abmi Handayani (eds)
Membela Islam? Dakwah, Konstruksi Moralitas dan Ruang Publik Muslim dalam Sejarah Media Islam di Indonesia 12019 •
Amicus Curiae (Komentar Tertulis)
KOMENTAR TERTULIS SAHABAT PENGADILAN AMICUS BRIEF KOALISI PEREMPUAN INDONESIASiti Robikah
Tafsir di Indonesia ; Studi tentang Tafsir Al Iklil Fi Ma’ani al Tanzil Karya KH Misbah Musthafa2018 •
Jurnal Maarif
Media Sosial, Habitat Alami Populisme Religius? Pertautan Ganjil Teknokapitalisme, Politik Agama, dan Obsesi Afirmasi2016 •
Proceeding Graduate Forum Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Otoritarianisme dalam Bahtsul Masail NU2018 •
Journal of Political Issues
STRATEGI KAMPANYE SUDRAJAT-SYAIKHU MENDAPAT DUKUNGAN MASA POPULISME ISLAM DALAM PILGUB JAWA BARAT 20182019 •