Librarian

This study investigated emotional intelligence as correlates of productivity of librarians in Nigerian public universities. A correlational survey research design was adopted. The study population consisted of 1,254 librarians in public university libraries in Nigeria, from which 923 were selected using simple random sampling. The research instrument used was a self-developed questionnaire. The questionnaire validation was subjected to the scrutiny of the experts in the areas of the variables studied; it gave a reliability coefficient of 0.91 for Emotional Intelligence and 0.94 for Productivity. A response rate of 67.2% was achieved. Data were analysed using descriptive (percentage, mean, average mean and standard deviation) and inferential (Pearson Product Moment Correlation) statistics. The study revealed a significant relationship between emotional intelligence and productivity (r = 0.032, P < 0.05) of librarians in public university libraries in Nigeria. The study concluded t...

The professional ethics of librarians is a constant commitment to making the huge mass of information open and shared, truly usable by all. Now, in the 21st century, the "ethical" reflection of librarians involves as well the social responsability to to "translate" information into real knowledge and understand the complexity of the world, for all, students and adults.

De masterproef voert een prosopografische studie uit naar de dekens van de Brugse librariërsgilde ca. 1450-1500 en sluit aan bij de tentoonstelling Haute Lecture by Colard Mansion. Die gaat indirect over de librariërs en vormt zo een welgekomen aanvulling op de beperkte of verouderde literatuur.

Omdat de librariërsgilde geen inschrijvingslijsten naliet, zijn historici aangewezen op de rekeningen van de nering-gilde. Deze vermelden allerlei betalingen van leden doorheen het volledige ancien régime, startend in 1454. Echter, enkel de periode 1454-1500 krijgt hier aandacht. Het archiefstuk bestaat uit verscheidene jaarrekeningen die de deken tijdens zijn ambtstermijn opmaakte. Pas later werden ze samengevoegd. Door een grondige analyse van de expliciet vermelde relaties en betalingen in de rekeningen (discoursanalyse) was een reconstructie van de carrière en in mindere mate van het netwerk van de dekens mogelijk. De conclusies daaruit zijn representatief voor bestuursleden van middelgrote corporaties. De methode is dan ook een nauwkeurige analyse van de rekeningen, die uitmondt in een prosopografie over de dekens. Een meer kwalitatieve aanpak werd gehanteerd om algemene trends en discrepanties te verklaren.

Het doel van de studie is om de leefwereld van de dekens van de nering-gilde te schetsen. Het vraagt zich af wat een lid moest doen om deken te worden en vervolgens te blijven. Dat doet het op basis van de betalingen uit de rekeningen. Konden leden zich inkopen in de nering-gilde-elite? Bepaalde kapitaal de status van een lid? Deze masterproef heeft daarnaast ook oog voor de onderlinge relaties van de dekens, zowel met familieleden en secundaire leden als andere dekens. De masterproef wil onderzoeken of zij er mee voor zorgden dat een lid kon opklimmen tot de nering-gilde-elite, deken kon worden en misschien zelfs langer dan één termijn aanblijven. De hypothese is echter dat, hoewel nepotisme door belangrijke families zeker voorkwam, de librariërsgilde relatief democratisch opereerde.

The COVID-19 pandemic has brought about a surge of fake news on social media. This dilemma has caused a ripple effect in society with increasing censorship on social media, which threatens the freedom of expression. The populace cannot effectively progress until they understand the threat posed by fake news and censorship. To protect our fundamental rights of expression, society must learn from librarians. The chapter explores the role of librarians in mitigating fake news. The chapter also identifies possible societal consequences of fake news. The chapter concludes that librarians should inoculate the public to preempt them from accepting fake news.

Pada tahun 1998, Model Infohio di seluruh negara bagian dalam bidang otomatisasi perpustakaan dan informasi jaringan untuk Ohio K-12 sekolah, mengembangkan DIALOGUE Model INFOhio untuk Literasi Informasi (INFOhio 1998). Serangkaian lebih dari dua puluh Workshop ditujukan untuk memperkenalkan model literasi di seluruh negara bagian. INFOhio Informasi Keterampilan Literasi secara luas didistribusikan ke sekolah Ohio spesialis Perpustakaan media dan pendidik.

Pada era globalisasi informasi menuntut pemenuhan kebutuhan informasi seseorang yang menginginkan serba cepat, instant, tepat, dan efisien tentunya merubah gaya hidup pemustaka. Perubahan gaya pemustaka tersebut menyebabkan perpustakaan dan pustakawan berpikir kreatif dan inovatif dalam mengorganisasi, mengolah, menyimpan, dan memberikan kembali (melayankan) berbagai sumber informasi yang dimiliki kepada pemustaka yang mana salah satunya berupa layanan virtual (virtual services). Perpustakaan merupakan lembaga penyedia informasi bagi masyarakat. Ironisnya dalam situasi perkembangan teknologi informasi yang pesat ini, perpustakaan tidak menjadi tempat utama masyarakat untuk memperoleh informasi.Perpustakaan yang merupakan pusat informasi harus mengolaborasikan layanannya dengan internet dengan menempatkan fasilitas-fasilitas yang digunakan untuk akses internet di area perpustakaan. Namun, perpustakaan yang tidak tanggap terhadap perubahan ini perlahan-lahan akan ditinggalkan dan dilupakan oleh pemustakanya. Perkembangan, perpustakaan harus mengoptimalkan strategi pemasaran untuk menarik pengguna sebanyak-banyaknya. Setiap perpustakaan memiliki agen informasi bernama pustakawan yang bisadigunakansebagaiagenreferensi. Meningkatkan pelayanan perpustakaan memang sudah seharusnya dilakukan terobosan baru.Terobosan baru ini dimaksudkan untuk memudahkan pengguna untuk menggunakan seluruh informasi yang ada di perpustakaan baik itu yang berbahasa Indonesia mapun berbahasa asing. Kesulitan yang sering dihadapi oleh pemustaka dalam mengakses informasi di perpustakaan dalam masalah bahasa ini sering ditemui oleh para pustakawan dalam proses referensi. Berdasarkan keterbatasan pemustaka dalam masalah bahasa tersebut, penting bagi perpustakaan untuk membuat layanan terjemah untuk memudahkan pemustaka dalam mengakses semua informasi yang ada di perpustakaan sepuas-puasnya tanpa ada hambatan. Hal ini penting untuk dilakukan karena selama ini pemustaka jarang mengakses informasi berbahasa asing yang ada di perpustakaan karena alasan keterbatasan dalam berbahasa. Selainitu, masalah bahasa ini menjadikan sumber informasi yang ada di perpustakaan ini tidak dapat diakses secara maksimal oleh para pemustaka di Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang.

The work ’’Reading and the Public Library* is an analysis of the conclusion reached a t by a sociological research accomplished in 1989. The pa tte rn upon which we mode the research consisted of 612 subjects, readers who frequent the public libraries in four departments and of 103 librarians in these libraries. The objects of the research are: to discover the reading interests of different socio-professional cathegories, to estimate the lib ra rian ’s capacity in order to satisfy these interests, to investigate the role of reading in modelling the social and intellectual behaviour of people, to study the public library. Tre main research instruments were two questionnaires: one for the readers and the other one for the librarian. Out of the most important conclusions we could mention some. The biggest p a rt of the readers read in order to get informed, to get a general cultural background, to enjoy themeselves or out of curiosity. Very few read starting from reasons determined by ...

Adapun laporan analisis ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bibliotherapy dengan dosen pengampu bunda Susanti Agustina, S.Sos., M.I.Kom. Laporan ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi biblioterapis untuk memilih bahan pustaka yang cocok untuk orang dewasa yang mengalami depresi ringan. Selain itu dapat digunakan langsung oleh individu dewasa yang ingin sembuh dari depresi ringan dengan menggunakan terapi buku non-fiksi yang berjudul Coping with Depression.

Present scenario of Education
Today’s education system has lost it’s luster & relevance because of the western influence. It has succeeded in developing within us a hatred towards our own tradition and culture & in making us look at the western way of life with respect & admiration.
        : Our country today is in the throes of a moral and cultural crisis & we can say that our education has failed to create a decent society.
        : There is a crisis of character, moral decay & breakdown of traditional discipline.
        : Quick acquisition of position & wealth by whatever means, fair or foul; good / bad has been the soul motive of the products of such a defective system of education.

Ideal berasal dari kata dalam bahasa Yunani yaitu idea. Secara umum, ideal bisa diartikan sebagai yang terbaik dan paling tepat dari pilihan yang dipilih dari ide-ide yang dipertimbangkan dalam proses berpikir. Ideal berarti bahwa sesuatu memenuhi standar kesempurnaan. Banyak orang yang memiliki tujuan mereka menjadi ideal dalam suatu standar, entah ideal sebagai manusia, ideal sebagai pasangan seseorang, atau pun ideal dalam pekerjaan mereka. Kepustakawanan tidak luput dari masalah ini, seorang pustakawan bisa terduduk merenungkan pekerjaannya dan berpikir: bagaimana kah sosok pustakawan yang ideal? Esai ini mengurangkan pemikiran tentang figur pustakawan ideal.

This study investigated emotional intelligence as correlates of productivity of librarians in Nigerian public universities. A correlational survey research design was adopted. The study population consisted of 1,254 librarians in public university libraries in Nigeria, from which 923 were selected using simple random sampling. The research instrument used was a self-developed questionnaire. The questionnaire validation was subjected to the scrutiny of the experts in the areas of the variables studied; it gave a reliability coefficient of 0.91 for Emotional Intelligence and 0.94 for Productivity. A response rate of 67.2% was achieved. Data were analysed using descriptive (percentage, mean, average mean and standard deviation) and inferential (Pearson Product Moment Correlation) statistics. The study revealed a significant relationship between emotional intelligence and productivity (r = 0.032, P < 0.05) of librarians in public university libraries in Nigeria. The study concluded that contrary to general belief, emotional intelligence and productivity levels of librarians in university libraries were high. It is recommended that university library management should continue to promote values that would improve emotional intelligence and productivity of its workforce.

The work ’’Reading and the Public Library* is an analysis of the conclusion reached a t by a sociological research accomplished in 1989. The pa tte rn upon which we mode the research consisted of 612 subjects, readers who frequent the public
libraries in four departments and of 103 librarians in these libraries.
The objects of the research are: to discover the reading interests of different socio-professional cathegories, to estimate the lib ra rian ’s capacity in order to satisfy these interests, to investigate the role of reading in modelling the social and intellectual behaviour of people, to study the public library.
Tre main research instruments were two questionnaires: one for the readers and the other one for the librarian.
Out of the most important conclusions we could mention some. The biggest p a rt of the readers read in order to get informed, to get a general cultural background, to enjoy themeselves or out of curiosity. Very few read starting from reasons determined by professional training or by the necessity of the ir own creation.
Out of the perspective of the interest shown while reading we have detached three kinds of readers: those who are interested by the plot of the boohs, those preoccupied by the subject matter a book deal swith, and another circle of readers
who follow the general atmosphere of a book during their reading. A small amount of readers show interest in the style, the dialogue, the language, the characters’ behaviour.
For a large number of readers their reading is accompanied by abstracts or notes; it takes place as an action of study and knowledge.
Most of the readers prefer reading a t home, a natural conclusion as the book is read in the conditions chosen by every reader.
The research stresses the option of a large part of the readers towards reading prose (novels), 80% of them regularly read this literary genre The books of short, detective, humorous stories are read by a bi gamount of readers. Very few of them mention among their reading the books of economy, socio-political sciences, most of them pupils. Out of the active population frequenting the libraries, an important place is held by the workers and the university graduates, excepting the
teaching staff of the preuniversitary education system who do not use the library as an information instrument.
Part of the librarians express insatisfactions towards their professional status and the way they are esteemed by the reader and society, legislation (law), agriculture.
The research invalidates the hypothesis taken into account, namely the part which would be played by scientific and technical book to the contemporary readers mostly represented by graduates or pupils of the industrial secondary schools or those secondary schools where helds a particular place.
Research shows the major option for universal literature, preferably classic one.
Public libraries are frequented mostly by young people and above all by the students. Compared to the working population that frequents the library, an important place is occupied by the workers and intellectuals, except the faculty of pre-university education, which does not use the library as an information tool.
Part of librarians express dissatisfaction vis-à-vis their professional status in terms of how they are estimated by the player and society.

Secara Bahasa, etika berasal dari Bahasa Yunani ethos. Artinya tempat tinggal yang biasa; padang rumput, kandang, kebiasaan, adat; watak; ahlak; perasaan; sikap, cara berpikir (Basuki, 2004). Etika adalah ilmu tentang apa yg baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak) (Setiawan, 2012). Etika mempunyai pengertian sebagai standar tangkah laku atau perilaku manusia yang baik, yakni tindakan yang tepat yang harus dilaksanakan oleh manusia yang sesuai dengan moral pada umumnya (Hermawan & Zen, 2006).

Pendahuluan. Teknologi informasi memiliki dampak positif dan negatif pada pengguna dan membuat perubahan besar di perpustakaan. Di era digital, orang bebas untuk membuat dan mengakses informasi, membuatnya kelebihan beban. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perpustakaan dan pustakawan lakukan ketika menghadapi teknologi yang berkembang pesat. Metode penelitian. Makalah ini menggunakan studi literatur yang berkaitan dengan pengembangan teknologi perpustakaan. Makalah ini juga menerapkan observasi perpustakaan, mengacu pada sumber-sumber yang relevan dari berbagai media, seperti buku, jurnal, dan majalah. Data analisis. Analisis data dengan mengumpulkan bacaan dan tulisan tentang adaptasi pustakawan, kemudian diklasifikasi, dianalisa, dibandingan, dan diinterpretasikan, sampai dapat kesimpulan. Hasil dan Pembahasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebuah perpustakaan akan bertahan selama ia memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Adaptasi membutuhkan kemampuan untuk mengakomodasi perubahan dramatis dan memiliki upaya untuk meningkatkan kemampuannya dalam menghadapi tantangan. Kesimpulan dan Saran. Untuk bertahan, perpustakaan perlu meningkatkan kinerja dan layanannya berdasarkan kebutuhan pengguna.

Innovation and development of Information and Communication Technologies (ICTs) and different library software and its application in the field of Library and Information Science (LIS) create changes in entire library management system. The present study highlights the present scenarios of LIS profession and the professionals in this changing environment. The new roles of LIS professionals especially as advocate, consortia manager, consultant, content manager, facilitator, guide/teacher, intermediary, knowledge manager, researcher, sifter, web designer are discussed. Roles of government bodies, professional organizations and LIS schools to upgrade the managerial skills of LIS professionals to be fit for the changed situation are discussed. The study reveals the prospects and opportunities to cope with the changes in Library world from traditional to digital environment.

Introduction Marketing of library and information services is essential. Libraries have used marketing channels such as the traditional media: newspapers, corporate newsletters, radio, and TV. Many libraries produce brochures, pathfinders, and their own newsletters. It is not surprising to see libraries using blogs as marketing tools as well. A blog is a user-generated website where entries are made in journal style and displayed in a reverse chronological order. They can provide commentary and information on a particular subject or act as a more personal online diary. Blogs combine text, images, and links to other related or interesting sites. Readers can leave comments, making blogs interactive. Most blogs are text, although there are also photoblogs, sketchblogs, video blogs (vlog), or audio blogs (podcasting). These are all part of the wider network of social media. The term &quot;weblog&quot; (later shortened to blog) was coined by Jorn Barger in December 1997. The first weblog...

Exploring the world of ‘Stress and Healing ways for coping with it’ is really required for the
Library Professionals, today. They have to handle the new advanced technology, old generation
of upline management & downline i.e. library staff, as well as the new Net Generation (students)
especially in a College Library. Moreover, Status and Position of the Librarian is always an
issue. As a result, present library professionals need more stress management techniques to be
taught than ever.
This paper mainly discusses the ‘Stress’, it’s various definitions, physical symptoms of stress,
patterns of stress, stressors, types of stressors, basic steps to prevent stress, how to manage it
and cope with it using stress management techniques, styles of stress management, coping skills
or healing ways and main stressors which affect the professionals with special reference to the
College Library Professionals and their work.
According to the author Stress Management has to be dealt with a touch of Spiritual Knowledge
or Spiritual Consciousness. As she firmly believes in the benefits of being spiritual.
In conclusion, mere desire or aspiration to manage stress in life is not enough; it should be
chased through for the betterment. And for that, stress management techniques must be widely
used by the professionals today. So that the Library Professionals may emerge as peaceful and
good leaders in their chosen fields and be active in their achievements as true professionals.

Adapun laporan analisis ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bibliotherapy dengan dosen pengampu bunda Susanti Agustina, S.Sos., M.I.Kom. Selain itu, laporan ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi biblioterapis untuk memilih bahan pustaka yang cocok bagi manusia dewasa yang mengalami depresi ringan atau sebagai bahan pertimbangan terhadap buku See Jane Run kepada individu dewasa yang ingin sembuh dari depresi ringan dengan mengetahui bagaimana Jane dapat survive dari depresi dan amnesia histeria yang dialaminya.

Di Indonesia, profesi perpustakaan dapat dikatakan belum sepenuhnya diterima seperti profesi lainnya. Profesi pustakawan masih sering disamakan seperti tenaga administratif di perpustakaan. Jika kita melihat pengertian pustakawan itu sendiri menurut UU No 43 Tahun 2007, pustakawan sangat berbeda dengan tenaga administratif. Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Seorang pustakawan harus memiliki kepustakawanan agar dapat menuju jalan kepustakawanan. Pengertian kepustakawanan itu sendiri adalah kepribadian seorang pustakawan dimulai dari berpikir kritis untuk menjadi seseorang yang professional agar mencapai tujuan akhir mrnjadi manusia yang paripurna, bahagia, dan berguna bagi sesama. Seorang pribadi belum tentu memiliki kepribadian, begitupun dengan pustakawan. Seorang pustakawan belum tentu memiliki kepustakawanan didalam dirinya. Untuk menumbuhkan kepusakawanan itu sendiri, seseorang harus ada kemauan dan kemampuan berpikir kritis untuk menjadi seseorang yang professional. Dan dalam lingkup kepustakawanan, harus adanya wadah komunikasi organisasi antara lain lembaga pendidikan pustakawan (LP), organisasi profesi pustakawan (OP), lembaga kerja pustakawan (LK), dan juga pustakwan (P) itu sendiri. Letak (segitiga) pustakawan ada dipusat segitiga sistem komunikasi, yang berarti komunikasi antara pustakawan dengan ketiga lembaga tersebut haruslebih intens dan juga interaktif.

Abstrak Film merupakan salah satu media elektronik yang dapat mempengaruhi pandangan penonton atau masyarakat umum pada sesuatu. Hal ini juga berlaku pada bagaimana produser film menampilkan perpustakaan dan pustakawan pada suatu film. Artikel ini menganalisis representasi perpustakaan serta pustakawan pada suatu film yang ada di Indonesia yang berjudul Pupus. Penulis menguraikan beberapa adegan pada film pupus yang ber-setting-kan di perpustakaan, serta bagaimana perpustakaan dan pustakawan direpresentasikan. Pada tulisan ini, penulis menggunakan metode studi literatur dengan menggunakan berbagai sumber referensi ilmiah seperti artikel, jurnal, serta observasi pada beberapa adegan yang ada pada film. Kesimpulan dari analisis ini menunjukkan bahwa representasi perpustakaan beserta pustakawan pada beberapa adegan pada film pupus, sangatlah bertolak belakang dengan stereotipe yang berkembang di masyarakat. Penonton juga di pandang sebagai pengkonsumsi media yang aktif, sehingga repres...

Laju teknologi yang pesat, menyebabkan disrupsi dalam berbagai bidang profesi termasuk pustakawan. Teknologi secara fundamental mengubah cara kerja seorang pustakawan, diantara perubahannya adalah interaksi antara pemustaka dan perpustakaan, baik dalam sistem layanan terbuka maupun sistem layanan tertutup, keduanya terkena dampak perubahan yang menyebabkan timbulnya kesenjangan. Indikasi tersebut menjadi tolak ukur bagi dunia Perpustakaan, terlebih lagi dalam menyambut Perpustakaan futuristis.  Pustakawan yang memersonifikasi sebagai sumber informasi tentu harus memberikan layanan yang efektif, untuk itu perlu adanya kolaborasi antara Manusia dengan Kecerdasan Spiritual (Spiritual Intelligence), dan Mesin dengan Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence) yang merupakan dua elemen tak terpisahkan dalam Sistem Layanan Perpustakaan.

In the paper there is presented the concept of proffesional competences, their categorization and role in the process of human resources management. The development of the competences in librarians' job in the last years was described and the  possibility of competence management, both by the employer and the library worker, and also law regulations connected with the qualifications in the librarian's job.

Kesehatan masyarakat adalah merupakan suatu citacita
bangsa yang terkandung dalam UUD 1945 pasal 28 ayat
1. “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan”(Undang-Undang Dasar, 1945). Kalau kita cermati
undang-undang tersebut, maka kesehatan adalah hak semua
rakyat Indonesia tanpa terkecuali. Hak atas kesehatan ini
tentunya tidak serta merta dapat diwujudkan tanpa adanya
tenaga yang melakukan pekerjaan dalam bidang kesehatan
di seluruh Indonesia, baik di perkotaan maupun di pelosok
nusantara. Adalah para dokter dan tenaga kesehatan lain
yang merupakan alumni dari sekolah-sekolah kesehatan,
salah satunya adalah alumni Fakultas Kedokteran, Kesehatan
Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM. Alumni
akan terjun ke masyarakat untuk mengamalkan ilmu dan
pengetahuan kesehatan yang mereka dapatkan dari bangku
kuliah. Dengan bekal ilmu yang berbasis praktis sesuai dengan
standar opersional (SOP) dan evidance based medicine
(EBM) yang menjadi standarisasi Kementrian Kesehatan
serta keilmuan terkini untuk meningkatkan kesehatan bangsa
Indonesia. Peran alumni ini pun sangat bersinergi dengan
peran pustakawan dan perpustakaan FKKMK UGM

Teknologi informasi dan komunikasi demikian cepat berkembang. Hal ini berdampak dalam bidang perpustakaan, baik dalam pengelolaan perpustakaan, layanan maupun perubahan perilaku pemustaka. Perpustakaan dengan berbagai kompleksitasnya, terus melakukan pengembangan layanan dan melakukan berbagai inovasi. Tentu saja hal ini diupayakan agar terus mampu memberikan layanan yang terbaik sesuai kebutuhan pemustaka. Jumlah pustakawan di Indonesia saat ini 3073 pustakawan, berdasarkan data Perpustakaan Nasional, memang bukanlah angka yang besar, jika dibandingkan jumlah penduduk yang harus dilayani. Namun mencermati perubahan yang terus berkembang
terkait dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, perlu pengembangan potensi diri pustakawan. Oleh karena itu dibutuhkan pustakawan yang terus mengembangkan identitas profesionalnya. Identitas Profesional pustakawan perlu terus dikembangkan.  Identitas profesional inilah yang akan membedakan profesi pustakawan dengan para profesional yang lain. Pengembangan identitas profesional ini diperlukan untuk menjawab berbagai tantangan perubahan, yang akan terus terjadi dalam dunia perpustakaan. Identitas profesional apa saja yang perlu dikembangkan guna menghadapi tantangan perubahan dibahas dalam makalah ini. Hasil tinjauan beberapa literatur, dokumentasi serta pengalaman penulis sebagai pustakawan, terkait identitas profesional menunjukkan bahwa identitas profesional bukan suatu hal yang statis. Identitas profesional perlu dikembangkan guna meningkatkan peran pustakawan. Sikap, nilai, pengetahuan, keterampilan dan keyakinan merupakan cakupan identitas profesional yang perlu ditanamkan dan dikembangkan terus-menerus. Pengembangan identitas profesional pustakawan dilakukan melalui interaksi dengan pengguna, sosialisasi dengan rekan seprofesi, bekerja sama, menjalin komunikasi, mengikuti kegiatan seminar, pelatihan, workshop, dan jika memungkinkan mengikuti pendidikan formal. Penguatan identitas profesional pustakawan pada akhirnya akan berdampak pada bagaimana orang, profesi lain dan masyarakat luas memandang profesi pustakawan.

This Omicron B.1.1.529 Infographics Catalog Book is a collection of infographics
taken from various online news media such as, Republika.co.id,
detik.com, coverage 6, okezone, iNews.id, CNN, Arcadeia digital media,
Suara.com, Kompas.com, Katadata.co.id, Covesia.com,
Bisnisgrafik, Antara news, CNBC news, Okezone, Tempo.co.id, Tribun news,
merdeka.com, kumparan.com, political intelligence, iNews, Viva news, factual news, Dipogoro University, collected a total of 60 infographics
about Omicron

This book is the 6th Covid-19 series. The title of the previous series was
The 1st Covid-19 Library Series with the title "A collection of laws and regulations related to COVID-19". The 2nd Covid-19 Library Series with the title "COVID-19: sources and references for scientific papers". 3rd Covid Library Series with the title of "Alls on Large-Scale Social Restrictions". 4th Covid Library Series with the title "Glossary about Covid-19". The 5th Covid Library Series  with the title "Covid-19 PPKM Inmendagri Compilation".

Perpustakaan sebagai Lembaga penyedia informasi dengan menyediakan berbagai layanan yang diselenggarakan yaitu dengan menyediakan berbagai macam koleksi-koleksi berkualitas sebagai bahan atau sumber belajar bagi pemustaka kini mulai bergeser, semula koleksi yang disediakan hanya berupa tekstual maupun tercetak kini mulai beragam. Pesatnya perkembangan teknologi saat ini, telah membawa perubahan dalam pola hidup (lifestyle) masyarakat dan termasuk gaya belajar (learning style). Dampak pandemi covid-19 memaksa perpustakaan sebagai pusat informasi dan pustakawan sebagai content creator harus mengupgrade skills agar tetap dapat memberikan layanan kepada pemustak walaupun secara virtual.

The most important role of modern academic libraries is providing services to all types of users´ community including disabled persons. In the world there are approximately one billion people in the world live with some form of disability, according to WHO world report on disability 2014. Thus, this field, services for persons with disabilities, is open for investigation giving researchers opportunities to provide entities with accurate evaluation of their services and, if possible, effective solutions. However, many research papers explore the services presented to the disabled in private and public entities such as Ahmad et al. (2005), Blummer and Kenton (2014) and Church and Marston (2003). These services go beyond physical access. Disabled individuals' demand of obtaining information is a human right that all states commit to protect. Thus, the researcher produces this paper which aims at exploring the availability of special materials of information that are designed for visually impaired in the University of Cairo. The study reflects the characteristics of qualitative-quantitative research described by Goodwin (1996), and Creswell (2003). In the current study the Sequential Explanatory strategy is adapted, which is characterized by gathering and analyzing the quantitative data followed by process of collecting and analyzing of qualitative data. Data collection procedures included the distribution of the benchmark questionnaire and the use of recording interviews. The study concluded that the University of Cairo library needs to promote its collections of special information materials and need to make its online catalogue, databases and website completely accessible in order to present a better quality of information services for the visually impaired and to fulfil its roles satisfactorily depending upon the individuals' changing demands, which means that the libraries have to sustain its services and regularly update their collections.

El objetivo de este trabajo es crear conciencia sobre la importancia de modernizar las bibliotecas y capacitar al personal a cargo de ellas tecnológicamente. Lo anterior por cuanto la biblioteca es sinónimo de progreso para cualquier pueblo del mundo. Se analiza la biblioteca como una institución que con tecnología debe desarrollar habilidades, destrezas y competencias de información en sus usuarios. La realidad nos dice que hay mucho trabajo por hacer en la parte tecnológica de muchas bibliotecas, debido sobre todo a su rezago en el conocimiento individual o para capacitar cada bibliotecario. Es necesario capacitarse por medio de cursos profesionales, leyendo revistas cientìficas, buscando información en Internet, e intercambiando información con colegas,  para luego ir organizándose y continuar hacia las comunidades de nuestro país. Como conclusiones inmediatas encontramos imperativo que el bibliotecario tenga altos conocimientos de informática, una carrera paralela u optar por cursos extras, de extensión, de verano o de cualquier tipo, acordes con el tema y que le ayuden con la tarea por realizar frente a los usuarios, los cuales cada vez tienen más conocimiento de tecnología. Asimismo, la biblioteca actual debe contar con recursos tecnológicos de punta como una herramienta primordial que es necesario aprovechar al máximo. El bibliotecólogo también debe estar preparado para afrontar este reto con un personal capacitado, estimulado por las cosas nuevas y con objetivos claros.

The objective of this work is to create awareness about the importance of modernizing libraries and train staff in charge of them technologically. This because the library is synonymous of progress for any people in the world. The library is analyzed as an institution that must develop technology skills, abilities and competencies of information on their users. Reality tells us that there is much work to be done in the technological part of many libraries, mainly due to its lag in individual knowledge and training of each librarian. It is necessary to train professionals through courses, reading journals, looking for information on the Internet, and sharing information with colleagues, then go and continue towards organizing communities of our country. As immediate conclusions we found imperative that librarians have high computer skills, a parallel career or opt for extra courses, extension, summer or otherwise, in accordance with the theme and to help with the task at hand versus users , which are becoming more aware of technology. Moreover, the current library should have technological resources as a primary tool that is necessary to maximize. The librarian should also be prepared to meet this challenge with a trained staff, stimulated by new things and targeted.

Saat ini, profesi pustakawan di Indonesia sudah mulai dikenal, berbeda dengan beberapa waktu yang lalu saat pustakawan Indonesia masih sibuk mencari pengakuan. Banyak perguruan tinggi yang membuka program studi Ilmu Perpustakaan dengan beragam nama program studinya, yang pada intinya adalah mempersiapkan lulusannya untuk menjadi pustakawan dan profesional bidang informasi. Jenjang pendidikannya pun bisa dibilang sangat komplit, mulai dari Diploma (D-I, D-II, D-III, dan D-IV), Sarjana (S-1), Magister (S-2), bahkan saat ini di Indonesia sudah dibuka Program Doktor (S-3) bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi yaitu di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Meskipun masing-masing perguruan tinggi memiliki ciri khas keilmuannya masing-masing dalam membekali calon-calon pustakawan, tetapi hal tersebut justru memberikan warna tersendiri bagi dunia kepustakawanan Indonesia.