- Teacher Education, Blended Learning, Education, Indexing, Abstracting, Journal Paper, and 67 moreScopus, Collection Assessment, Open Access, Search Engines, Google Search Engine, Google Scholar, Google Scholar Search, Google, Media Education, Social Networking, Scholarly Publishing, Open-Access, Media theory and Research, Wikipedia, Paywalls, LIS Education, Scholarl Publishers, Academic Publishing, Research and Publications, Online Academic Publishing, Conference, ICT in Education, Educational Technology, Instructional Technology, Instructional Design, Learning and Teaching, Higher Education, Learning And Teaching In Higher Education, Assessment in Higher Education, Teachers' professional development, Curriculum and Instruction, Philosophy of Education, Educational Philosophy, Educational Research, Teacher Training, E-learning, Social Networks, Technology in Teacher Education, Assessment, Educational Measurement, Assessment and Measurement, Measurement and Evaluation, Educational evaluation, Evaluation, Educational measurement/assessment, Pedagogy, Hybrid Learning, Blended learning in higher education, Self-Directed Learning (Education), Thailand, Indonesia, Malaysia, Singapore, Academic Social Networking, Self citation, EBSCO, ProQuest, Ebscohost, Elsevier, ESSCI, Impact Factor, Springer, Index Copernicus, Google.com, SEO, Research Development of Soft Skills, and Translation Studies, English Language Teaching, Linguisticsedit
- Lecturer at College of Teacher Training and Education (STKIP PGRI) Jombang, Eas java, Indonesiaedit
The definition of leadership concept very determined by the researcher perspective and the aspect of interesting phenomenon to researcher, so that nowadays there are still some controversies, whether between the definitions of leadership... more
The definition of leadership concept very determined by the researcher perspective and the aspect of interesting phenomenon to researcher, so that nowadays there are still some controversies, whether between the definitions of leadership and also its equation has difference meaning with management. That's why impossible to create a universal definition of leadership, because impossible to apply it universality also, moreover phenomenon and interest changes every time. Thereby the thesis, that proliferation of leadership definition do not progressively clarify the leadership concept, but exactly blur the meaning of leadership, it is logic and rational enough for the truth to be received. Abstrak Pendefinisian tentang konsep kepemimpinan sangat ditentukan oleh perspektif dan aspek dari fenomena yang menarik bagi peneliti, disamping juga masih terdapat beberapa kontroversi yang sampai sekarang pun masih berlangsung, terutama perbedaan atau persamaan antara kepemimpinan dan manajemen. Oleh karena itu tidak mungkin dimunculkan definisi kepemimpinan yang universal, sebab tidak mungkin dapat diberlakukan secara universal pula, apalagi fenomena dan kepentingan setiap waktu dapat berubah. Dengan demikian tesis, bahwa " proliferasi definisi kepemimpinan tidak semakin memperjelas makna kepemimpinan tetapi justeru semakin mengaburkan makna kepemimpinan " , adalah cukup logis dan rasional untuk dapat diterima kebenarannya. Pendahuluan Permasalahan seputar kepemimpinan (leadership) selalu memberikan kesan yang menarik untuk dibicarakan. Ia hampir setiap hari hadir di media cetak maupun elektronika sebagai pengisi ruang berita ataupun kajian khusus tentangnya. Terlebih lagi di era reformasi ini, siapapun bebas membicarakan pemimpinnya. Maka topik-topik yang menyangkut kepemimpinan semakin dibutuhkan oleh berbagai kalangan masyarakat. Hal ini berarti kepemimpinan merupakan subyek sekaligus obyek yang diminati tidak hanya oleh para pemimpin dan akademisi, tetapi juga masyarakat awam. Terkadang kepemimpinan dikiaskan dengan pengembalaan. Pemimpin adalah pengembala, dan setiap pengembala akan ditanya tentang perilaku pengembalaannya. Ungkapan ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin sekaliber apapun akan selalu mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan kepemimpinannya. Pemimpin yang menyadari hal ini akan lebih banyak bekerja daripada berbicara, lebih banyak memberikan teladan yang baik daripada berbicara besar tanpa bukti, serta lebih banyak berorientasi pada bawahan (followers) daripada kepentingan diri sendiri. Sejarah telah mencatat bahwa Khalifah Umar bin Khathab adalah sosok pemimpin yang adil, sederhana dan sangat memperhatikan nasib rakyatnya. Alkisah, suatu malam Khalifah Umar bin Khathab berjalan-jalan melihat keadaan rakyatnya. Sampailah perjalanan malamnya itu di sebuah desa, dari kejauhan didengarnya tangis anak kecil yang menyayat hati. Suara itu didekatinya, dan setelah tiba di suatu
The concept of national development in globalization era that is not contradicting economy development and generalization as a foothold is needed. It is the development concept that stands on public empowerment and participation. Because... more
The concept of national development in globalization era that is not contradicting economy development and generalization as a foothold is needed. It is the development concept that stands on public empowerment and participation. Because people who able to face the globalization movement is the one who have power, they are civil society. Establishing civil society need the concerning of power to empower the society. Therefore the existence of Good Governance is needed. Thereby, power and empowerment as the paradigm in the national development era is appropirate to be promoted in the national and social life.
Street kid as well as children in common have the rights wich should be protected, moreover Indonesia has ratified the Convention of Children Rights which obligate the state, society and family to fulfil and protect it. Therefore all... more
Street kid as well as children in common have the rights wich should be protected, moreover Indonesia has ratified the Convention of Children Rights which obligate the state, society and family to fulfil and protect it. Therefore all sides are intended to concern on their destiny. There are four alternatives strategy that proposed to promote the emergence of Public movement. First, build new paradigm that street kids have the human rights. They are not 'city scum' or 'pariah' that should be removed, but they need a good handling (humanism). Second, construct society consiousness that child is God's appropriation which have rights that need to be kept and covered. Therefore theory of " child is parents ownership " need to precedence, because it is susceptible toward children rights distortion. Third, build alternative education which involves all sides in the society including children it self without losing their job in the street. Fourth, build enterpreneurship to provide economy sector for street kids who wants to be better in their future. Abstrak Anak-anak jalanan sebagaimana anak-anak pada umumnya mempunyai hak-hak yang harus dilindungi, terlebih lagi Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak-Hak Anak, yang mewajibkan kepada negara, masyarakat dan keluarga untuk memenuhi dan melindunginya. Namun jika semua pihak tidak ada kepeduliannya terhadap nasib mereka maka tiada jalan lain kecuali mendorong munculnya gerakan rakyat. Ada empat alternatif strategi yang diusulkan untuk mendorong munculnya gerakan rakyat ini, yaitu: Pertama, membangun paradigma baru bahwa anak-anak jalanan mempunyai hak azasi manusia. Mereka bukanlah 'sampah kota' atau 'sampah masyarakat' yang harus disingkirkan tetapi perlu penanganan yang arif (manusiawi). Kedua, membangun kesadaran masyarakat bahwa anak adalah amanah Tuhan yang harus dipelihara dan dilindungi hak-haknya. Oleh karena itu rumusan bahwa " anak adalah milik orang tua " perlu dipertimbangkan kembali, karena sangat rentan terhadap penyimpangan atas hak-hak anak. Ketiga, membangun pendidikan alternatif yang melibatkan banyak pihak di masyarakat, termasuk anak-anak sendiri dengan tanpa meninggalkan pekerjaannya di jalanan. Keempat, membangun kewirausahaan untuk menyediakan lapangan ekonomi bagi anak-anak jalanan yang menginginkan perbaikan nasib di masa depannya. Kata kunci: gerakan rakyat, perlindungan, hak anak, anak jalanan Pendahuluan Di tengah-tengah hiruk pikuk elite politik berebut kuasa, setiap hari rakyat yang mestinya tidak ikut bertanggungjawab atas kondisi anak-anak bangsa terpaksa menerima suguhan yang memprihatinkan, baik mendengar berita tentang kasus-kasus kekerasan dan pelecehan hak-hak anak, ataupun melihat langsung kesengsaraan anak-anak yang harus berjuang sendiri mempertahankan hidupnya di jalanan. Mereka terserak di stasiun dan gerbong-gerbong kereta api, di terminal-terminal bus/angkot, dan di jalan-jalan berdebu, sebagai pengamen, pemulung, penjual koran, penjual asongan, tukang semir, pengemis, dan bahkan sebagai pekerja seks anak, yang jumlahnya semakin hari semakin banyak. Belum lagi menengok soal kondisi kesehatan, pendidikan dan masa depan mereka.
Ki Hadjar Dewantara, pendidik asli Indonesia, mempunyai pemikiran cerdas dalam memberikan solusi atas kegelisahan rakyat terhadap kondisi pendidikan yang terjadi saat itu, sebagaimana digambarkan dalam azas-azas pendidikan yang diterapkan... more
Ki Hadjar Dewantara, pendidik asli Indonesia, mempunyai pemikiran cerdas dalam memberikan solusi atas kegelisahan rakyat terhadap kondisi pendidikan yang terjadi saat itu, sebagaimana digambarkan dalam azas-azas pendidikan yang diterapkan pada sekolah Taman Siswa yang didirikannya jauh sebelum Indonesia mengenal kemerdekaan. Sistem pendidikan Ki Hadjar Dewantara terangkum dalam tujuh azas Taman Siswa 1922 dan lima dasar Taman Siswa 1947 yang dipraktikkan dengan “Sistem Pendidikan Among” atau “Among Metode”. Pemikiran pendidikan Ki Hajar layak dijadikan pijakan untuk merekonstruksi pendidikan di negeri ini. Di mulai dari diri sendiri sebagai pendidik maupun sebagai pengambil kebijakan di lingkungan lembaga pendidikannya masing-masing. Paling tidak, merubah paradigma pembelajaran menjadi humanis, konstruktivistik, dan sinergis antara pengajaran dan pendidikan, yang kemudian dilaksanakan dengan penuh keikhlasan lahir dan batin, sudah merupakan usaha luhur untuk membangun bangsa.
Ki Hadjar Dewantara, pendidik asli Indonesia, mempunyai pemikiran cerdas dalam memberikan solusi atas kegelisahan rakyat terhadap kondisi pendidikan yang terjadi saat itu, sebagaimana digambarkan dalam azas-azas pendidikan yang diterapkan... more
Ki Hadjar Dewantara, pendidik asli Indonesia, mempunyai pemikiran cerdas dalam memberikan solusi atas kegelisahan rakyat terhadap kondisi pendidikan yang terjadi saat itu, sebagaimana digambarkan dalam azas-azas pendidikan yang diterapkan pada sekolah Taman Siswa yang didirikannya jauh sebelum Indonesia mengenal kemerdekaan. Sistem pendidikan Ki Hadjar Dewantara terangkum dalam tujuh azas Taman Siswa 1922 dan lima dasar Taman Siswa 1947 yang dipraktikkan dengan “Sistem Pendidikan Among” atau “Among Metode”. Pemikiran pendidikan Ki Hajar layak dijadikan pijakan untuk merekonstruksi pendidikan di negeri ini. Di mulai dari diri sendiri sebagai pendidik maupun sebagai pengambil kebijakan di lingkungan lembaga pendidikannya masing-masing. Paling tidak, merubah paradigma pembelajaran menjadi humanis, konstruktivistik, dan sinergis antara pengajaran dan pendidikan, yang kemudian dilaksanakan dengan penuh keikhlasan lahir dan batin, sudah merupakan usaha luhur untuk membangun bangsa.
Ki Hadjar Dewantara, pendidik asli Indonesia, mempunyai pemikiran cerdas dalam memberikan solusi atas kegelisahan rakyat terhadap kondisi pendidikan yang terjadi saat itu, sebagaimana digambarkan dalam azas-azas pendidikan yang diterapkan... more
Ki Hadjar Dewantara, pendidik asli Indonesia, mempunyai pemikiran cerdas dalam memberikan solusi atas kegelisahan rakyat terhadap kondisi pendidikan yang terjadi saat itu, sebagaimana digambarkan dalam azas-azas pendidikan yang diterapkan pada sekolah Taman Siswa yang didirikannya jauh sebelum Indonesia mengenal kemerdekaan. Sistem pendidikan Ki Hadjar Dewantara terangkum dalam tujuh azas Taman Siswa 1922 dan lima dasar Taman Siswa 1947 yang dipraktikkan dengan “Sistem Pendidikan Among” atau “Among Metode”. Pemikiran pendidikan Ki Hajar layak dijadikan pijakan untuk merekonstruksi pendidikan di negeri ini. Di mulai dari diri sendiri sebagai pendidik maupun sebagai pengambil kebijakan di lingkungan lembaga pendidikannya masing-masing. Paling tidak, merubah paradigma pembelajaran menjadi humanis, konstruktivistik, dan sinergis antara pengajaran dan pendidikan, yang kemudian dilaksanakan dengan penuh keikhlasan lahir dan batin, sudah merupakan usaha luhur untuk membangun bangsa.
Abstract: This study aims to examines result of peer teaching in enhancing the students’ teaching skills components in the real teaching practice program. The positive hypothesis of this study is that peer teaching is effective in... more
Abstract: This study aims to examines result of peer teaching in enhancing the students’ teaching skills components in the real teaching practice program. The positive hypothesis of this study is that peer teaching is effective in preparing the students’ teaching skills on their real teaching program. The study also examines social and personality skills of the student teacher in the real teaching practice program. This study is experimental. The sample of this study is 40 students who was divided into four groups and placed in four different schools. Two groups of peer teaching consist of 20 student teacher are taken as the experiment group, while the control group is the two groups of micro teaching consist of 20 practitioner students. The data is the teaching performance of the practitioner student score given by teacher as the supervisor and analyzed by using independent-sample t-test of SPPSS 16.0 for windows. The result of the study shows that there is significant value between the experimental group and the control group which shown by the independent sample test, it is 7,527 > 0.05. The ttest value is bigger than t-table, means that there is significance in the use of peer teaching technique toward practitioner student’s teaching skills. The significance t-test score of the practitioner students between peer teaching groups and micro teaching groups shows that the positive hypothesis is received. It also shows that peer teaching is effective in preparing the students of teacher training college in performing their teaching skills on real teaching program.
Keywords: enhancing, teaching skills, peer teaching
Keywords: enhancing, teaching skills, peer teaching
Abstract: This research aims to get the empirical description about: (1) Application of the integration of hard skills and soft skills by using problem-based learning to improve student’s analytical ability toward (negative) cases and... more
Abstract: This research aims to get the empirical description about: (1) Application of the integration of hard skills and soft skills by using problem-based learning to improve student’s analytical ability toward (negative) cases and policy issues on Teaching Profession in Indonesia. (2) the difference of student’s ablity in analyzing (negative) cases with policy issues on teaching profession in Indonesia; (3) the relationship between student’s ability in analyzing (negative) cases and analyzing policy issues on teaching profession in Indonesia. This research is a comparative study which was held at STKIP PGRI Jombang, East Java, Indonesia. The population are 193 students of Teaching Profession class on odd semester of acdemic year 2013/2014 which are devided into 4 classes. The sample consists of 148 students which are choosen randomly, that is the students which are active joining the lecturing in full class presence (100%). The data collection technique uses authentic assesment technique in the form of case study and policy analysis. The analysis technique uses statistical analysis by using SPSS v.16.0 for windows. The results of the research shows that : (1) the implementation of hard skills and sot skills by using problem-based learning strategy is more effective to improve students’ ability in analizing (negative) cases than the issues on Teaching Profession policy in Indonesia. This can be seen from the mean cases analysis (76.63) is higher than policy analysis (73.03). (2) generally there is a significant differences between the ability of analyzing (negative) cases with policy analysis of issues on teaching profession in Indonesia. This can be found from the pired sample test (95% Confidence Interval of the Difference) t = 8.203 > Sig. (2-tailed) = .000. (3) there is a significant relation between student’s ability on analysing (negative) cases with analysis of policy issues on teaching profession in Indonesia. It is seen from Pearson Correlation (significant at the .01 level (2-tailed)), r = .580 > .000.
Keywords: analitical ability, hard skills, problem-based learning (PBL), soft skills, teaching prefession
Keywords: analitical ability, hard skills, problem-based learning (PBL), soft skills, teaching prefession